kharisma misioner kongregasi ssps untuk … filemenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat...

99
KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Ismiati NIM: 041124012 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Upload: dangdan

Post on 10-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN

DI RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Ismiati

NIM: 041124012

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

Page 2: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka
Page 3: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka
Page 4: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada

Para Suster Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus

“Maria Bunda Allah”

Provinsi Jawa

Page 5: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

v

MOTTO

“Hari ini adalah hari untuk memberi terang kepada hidup orang lain dengan jalan

meneguhkan dan meringankan bebannya, walau hanya dengan sapaan yang ramah.”

( Beata Josepha Hendrina Stenmanns SSpS)

” Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar

nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. ”

( Mat 12:20)

Page 6: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Juli 2008

Penulis,

Ismiati

Page 7: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

vii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh karya pelayanan para postulan dan suster SSpS yang terlibat kepada anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya. Pada saat ini perkembangan jaman yang semakin maju berpengaruh dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Salah satu pengaruh itu ialah munculnya fenomena anak jalanan. Permasalahan-permasalahan kehidupan yang mereka hadapi tidak dibarengi dengan perhatian dan pendampingan dari masyarakat. Menanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka pendampingan di sini lebih ditekankan pada pendampingan religiositas yang didasari oleh semangat Kharisma Misioner Kongregasi SSpS. Oleh karena itu, penulis mengadakan studi pustaka tentang pendampingan religiositas terhadap anak-anak jalanan. Penulis juga melakukan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana para postulan dan suster SSpS yang terlibat dalam karya pelayanan ini disemangati oleh kharisma misioner kongregasi. Selain itu wawancara ini juga untuk mengetahui masih relevan atau tidak pendampingan religiositas bagi anak-anak jalanan pada jaman ini. Hasil wawancara menunjukan bahwa mereka sudah disemangati oleh Kharisma Misioner Kongregasi, namun masih harus ditingkatkan dan mereka juga melihat bahwa pendampingan religiositas pada jaman ini masih sangat relevan. Dengan pendampingan religiositas diharapkan dapat membantu anak-anak jalanan bertumbuh dam berkembang dalam kualitas hidup khususnya dalam tantangan jaman ini. Pendampingan religiositas membantu mereka untuk semakin dapat menghargai dan menerapkan nilai-nilai kehidupan dalam hidup bermasyarakat. Untuk menindaklanjuti hasil wawancara tersebut, penulis mengusulkan untuk diadakannya evaluasi kritis dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Dengan evaluasi ini akan diketahui hal-hal mana yang sudah berkembang dan hal-hal mana yang belum berkembang, juga kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi. Berkat evaluasi ini diharapkan para postulan dan suster SSpS mampu melihat seberapa jauh Kharisma Misioner Kongregasi menyemangati karya pelayanan mereka. Dengan demikian diharapkan para postulan dan suster SSpS khususnya Provinsi Jawa mampu menemukan secara kreatif cara-cara untuk dapat semakin meningkatkan karya pelayanan pendampingan religiositas bagi anak-anak jalanan dengan lebih baik.

Page 8: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

viii

ABSTRACT

The title of this thesis is “THE MISSIONER CHARISMA OF CONGREGATION OF THE HOLY SPIRIT SISTER FOR GUIDANCE OF RELIGIOSITY FOR HOMELESS AT RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA.” The writing process of this thesis was, intrinsically, based on the tangible experience of Holy Spirit Sisters and the postulants, who have been playing a part in the apostolic work for the homeless at RUMAH SINGGAH SEKAR in Surabaya. Nowadays, the more sophisticated growth of period has a solid impact on every aspects of societies’ life. One of the enormous influences is the appearance of drifters’ phenomena. The problems of life faced do not go along with a high-quality of society’s care and guidance.

In order to respond to the above situation, the writer then perceives that it is important to carry out a particular guidance for the homeless. Since the background of their religions is diverse, the guidance is more focused on the religiosity guidance, which is based on the basic vision of the charisma of the Holy Spirit Sister. The writer, therefore, conducted a detail literary study dealing with the guidance of religiosity toward the homeless. The writer also made an interview aimed at knowing how far the sisters and the postulants of the Holy Spirit Sister have involved into this apostolic work inspired by the charisma of congregation. Moreover, this interview is intended to know whether it is still relevant to current homeless or not. The outcome of interview pointed out that they had been inspired by the charisma of congregation; however, it must still be constantly developed and they also realized that the guidance of religiosity was still extremely relevant at the present time. By means of the religiosity guidance, it is expected that the approaches used should be able to assist the growth and development of homeless into a highly quality of life, particularly in facing the current challenge helping them to appreciate and implement the values of life in the society existence.

To follow up the result of the interview, the writer proposed making a critical evaluation in every single-activities performed. This evaluation allows us to know clearly certain progresses, deteriorations, and difficulties faced. Its aim is to enable the sisters and the postulants to see the missioner charisma of congregation inspiring their apostolic work. Furthermore, it is hoped that the sisters and the postulants, especially those belong to Java Province would eventually be able to find out any creative way or method to develop the apostolic work of religiosity guidance as well for the drifters or homeless.

Page 9: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ismiati Nomor Mahasiswa : 041124012 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 5 Agustus 2008 Yang menyatakan

(Ismiati)

Page 10: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Tritunggal Yang Maha Kudus, atas rahmat

kasih dan bimbingan-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Allah begitu setia membimbing,

mendampingi dan memberi terang Roh Kudus serta menguatkan penulis. Meskipun

dalam proses, banyak kesulitan dan hambatan yang penulis alami dan rasakan, tetapi

semuanya dapat dilalui dengan sikap tenang dan sabar. Bimbingan dan kekuatan

Allah Roh Kudus sungguh nyata dalam setiap orang yang hadir membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS

UNTUK PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI

RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA”. Penulis bermaksud memberikan

sumbangan pemikiran bagi Kongregasi SSpS dalam karya pelayanan terhadap kaum

miskin terutama anak-anak jalanan yang disemangati Kharisma Misioner

Kongregasi.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan

dan perhatian berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

sebab itu, dari hati yang tulus penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada :

1. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ., M.Ed., selaku kaprodi yang telah memberi

ijin, kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan selaku

dosen penguji III, yang telah merelakan waktu, pikiran, dan tenaga dalam

membimbing dan mengoreksi tulisan ini.

Page 11: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

x

2. Dr. J. Darminta., SJ., selaku dosen pembimbing utama dan penguji I, yang

dengan tekun, sabar, teliti dan setia meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk

membimbing penulis mulai dari penyusunan hingga pertanggungjawaban

skripsi ini.

3. Drs. Y.a.C.H. Mardiraharja., selaku dosen pembimbing akademik dan

penguji II, yang dengan sabar dan setia membimbing penulis selama masa

studi sampai pada penyusunan skripsi dan penyelesaiannya.

4. F.X. Dapiyanta, SFK., M.Pd., yang dengan terbuka hati telah

menyumbangkan gagasan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Keluarga besar IPPAK yang telah membekali penulis dengan berbagai

pengetahuan dan pengalaman serta penyediaan semua fasilitas pendukung

demi memperlancar studi penulis.

6. Kongregasi SSpS, secara khusus Tim Pimpinan Provinsi Maria Bunda Allah

Jawa, yang memberi kepercayaan, dukungan baik spiritual, moril maupun

finansial kepada penulis untuk studi di IPPAK Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

7. Setiap suster di setiap komunitas yang telah memberi dukungan spiritual,

moril maupun finansial kepada penulis selama masa studi dan penulisan

skripsi di IPPAK Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

8. Para suster di komunitas Biara Roh Suci Yogyakarta yang dengan caranya

masing-masing telah mendukung penulis salama studi hingga penyelesaian

penulisan skripsi ini.

Page 12: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

xi

9. Para suster SSpS dan postulan yang melayani pendampingan anak-anak

jalanan bersedia menerima penulis untuk melakukan wawancara dan

ketebukaan hati dalam mengungkapkan pengalaman hidupnya yang konkrit

sehingga dapat membantu penulis dalam proses penyusunan tulisan ini.

10. Para pendamping di rumah singgah SEKAR Surabaya dan anak-anak di

rumah singgah yang dengan terbuka menerima, mendukung gagasan

penulisan skripsi ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa, khususnya angkatan 2004, yang dengan caranya

masing-masing telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

berperan dalam proses studi, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto SJ., selaku kaprodi yang baru yang telah

mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan rendah hati dan terbuka, penulis

menerima kritik dan saran yang sekiranya dapat membangun demi penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pembaca, khususnya para postulan, suster dan pendamping bagi kaum miskin

terutama anak-anak jalanan.

Yogyakarta, 14 Juli 2008

Penulis

Ismiati

Page 13: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERRSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR............................................................................................ ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN........................................................................................ xvi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 7

C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 8

D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 8

E. Metode Penulisan ................................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 9

BAB II. KHARISMA KONGREGASI SUSTER MISI ABDI ROH KUDUS DAN KARYA PELAYANAN TERHADAP KAUM MISKIN ............. 11

A. Kharisma Misioner Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus ......................... 11

1. Identitas Kongregasi SSpS ..................................................................... 11

2. Kharisma Kongregasi SSpS ................................................................... 13

a. Arti Kharisma ................................................................................... 13

b. Kharisma Misioner Kongregasi SSpS .............................................. 13

B. Kelompok Sasaran Kaum Miskin ........................................................... 18

1. Kaum Miskin Dalam Perjanjian Lama ................................................... 19

2. Yesus dan Kaum Miskin Dalam Perjanjian Baru................................... 20

Page 14: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

xiii

C. Gambaran Orang Miskin Menurut SSpS ................................................. 22

1. Gambaran Umum ................................................................................... 22

a. Kaum Perempuan ............................................................................. 22

b. Anak-anak dan Kaum Muda ............................................................ 23

c. Kaum Pinggiran ................................................................................ 23

d. Keluarga ........................................................................................... 23

e. Orang Sakit, Lanjut Usia dan Menghadapi Ajal .............................. 24

2. Karya Pelayanan Para Suster SSpS Provinsi Jawa ................................ 26

D. Anak-Anak Jalanan Sebagai Kelompok Kaum Miskin ........................... 27

1. Pengertian Anak Jalanan ....................................................................... 27

2. Ciri-Ciri Anak Jalanan .......................................................................... 28

3. Kekuatan Anak-anak Sebagai Peluang ................................................. 29

BAB III. PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI

RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA .......................................... 30

A. Pendampingan Religiositas di Rumah singgah SEKAR Surabaya ......... 31

1. Rumah Singgah SEKAR Surabaya ........................................................ 31

2. Pendampingan Religiositas .................................................................... 33

a. Pengertian Umum Tentang Pendampingan ........................................ 33

1) Pengenalan dan Pengakuan Terhadap Peserta .............................. 34

2) Kerjasama Antara Pendamping dan Peserta ................................. 35

b. Pola-Pola Pendampingan Bagi Kaum Miskin .................................... 35

1) Pola Belas Kasih ............................................................................ 35

2) Pola Marxis .................................................................................... 36

3) Pola Lembaganisasi ....................................................................... 36

4) Pola Proyek .................................................................................... 36

5) Pola Penyadaran ............................................................................. 37

c. Pokok-pokok yang harus ada dalam pendampingan .......................... 37

1) Pengetahuan .................................................................................... 37

2) Perubahan Irama ............................................................................. 38

3) Kesabaran ........................................................................................ 38

4) Ketulusan Hati ................................................................................ 38

Page 15: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

xiv

5) Kepercayaan ...................................................................................... 39

6) Kerendahan Hati ............................................................................... 39

7) Harapan ............................................................................................. 39

3. Religiositas ............................................................................................. 40

a. Arti Religiositas .................................................................................. 40

b. Menumbuhkan Sikap Religius Anak-anak ......................................... 41

1) Bakat religius Anak Perlu Dipandu .................................................. 42

2) Manusia Agamawan dan Manusia Religius ...................................... 42

3) Pendidikan Religiositas Sebagai Komunikasi Iman ......................... 42

B. Penelitian Pendampingan Religiositas Anak-anak jalanan di Rumah

Singgah SEKAR Surabaya ................................................................... 45

1. Pendahuluan ........................................................................................ 45

a. Latar Belakang ................................................................................. 45

b. Permasalahan Penelitian ................................................................... 46

c. Tujuan Penelitian............................................................................... 46

d. Manfaat Penelitian............................................................................. 47

2. Metodologi Penelitian .......................................................................... 47

a. Pendekatan penelitian ........................................................................ 47

b. Tempat Penelitian .............................................................................. 48

c. Responden Penelitian ........................................................................ 48

d. Teknik Penelitian dan Instrumen Penelitian...................................... 48

e. Teknik Analisa Data .......................................................................... 49

f. Keabsahan Data ................................................................................. 49

3. Laporan Hasil Penelitian ...................................................................... 49

4. Pembahasan Peneltian .......................................................................... 60

5. Kesimpulan........................................................................................... 61

BAB IV. EVALUASI KRITIS TERHADAP PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA .......................................................... 63

A. Evaluasi Kritis ........................................................................................ 64

1. Hal-Hal Yang Sudah Baik ..................................................................... 64

2. Hal-Hal Yang Masih Kurang Dan Perlu Untuk Ditingkatkan .............. 66

Page 16: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

xv

B. Dampak Pendampingan .......................................................................... 68

1. Pendampingan Sebagai Proses Pembelajaran ........................................ 68

2. Model Pendampingan yang terjadi ........................................................ 69

C. Pelayanan Pendampingan Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus terhadap

Anak Jalanan .............................................................................................. 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 73

A.Kesimpulan ............................................................................................... 73

B. Saran ........................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 78

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... (1)

Page 17: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN SEBUTAN

Art : Artikel

DepSos : Departemen Sosial

EN : Evangelii Nuntiandi

HIV/AIDS : Human Immunedeficiency Virus (Autoimmune Deficiency Syndrome)

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

JPIC : Justice Peace and Integrity of Creation

Kol : Kolose

Konst : Konstitusi

I Kor : I Korintus

KPKC : Keadilan Perdamaian & Keutuhan Ciptaan

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

Mat : Matius

ODHA : Orang Dengan HIV/AID

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

I Sam : I Samuel

SD : Sekolah Dasar

SEKAR : Sekolah Anak Rakyat

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMKK : Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga

STIKES : Sekolah Tinggi Kesehatan

Page 18: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

xvii

SSpS : Servarum Spiritus Sancti ( Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus)

SSpS AP : Servarum Spiritus Sancti de Adorasi Perpetua (Kongregasi Misi

Abdi Roh Kudus Penyembah Abadi)

SVD : Societas Verbi Divini

UU RI : Undang-Undang Republik Indonesia

UNICEF : United Nations International Children Emergency Fund

Page 19: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang sangat majemuk, karena

mempunyai beragam budaya, etnis dan agama. Hal itu sangat membanggakan bagi

bangsa Indonesia. Kekayaan alam yang begitu melimpah menjadikan bangsa

Indonesia dapat dikatakan bangsa yang kaya dan subur. Pembangunan diberbagai

sektor kehidupan masyarakat sangat nampak dengan banyaknya kemajuan yang

dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah pembangunan di

sektor ekonomi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa adanya pembangunan yang

telah dilaksanakan pemerintah tidak seluruhnya berdampak baik bagi kehidupan

masyarakat Indonesia. Salah satu dampak nyata yang kurang baik dapat dirasakan

masyarakat Indonesia adalah adanya kesenjangan dalam kehidupan sosial-ekonomi.

Pada saat ini, proses kesenjangan ekonomi semakin melebar. Dunia memang

menjadi semakin kaya, produksi semakin tinggi sebagai hasil dari kemajuan

teknologi. Akan tetapi, pada saat yang sama, terjadi juga proses pemiskinan. Kita

lihat orang-orang di negara maju setiap hari bisa makan tiga kali secara mewah, di

lain pihak kita lihat manusia sedang sekarat kelaparan (Banawiratma, 1996:26).

Tidak sedikit, ditemukan dalam masyarakat Indonseia, orang-orang yang dapat

mengenyam pendidikan tinggi, berpenghasilan tinggi dan hidup dalam

berkelimpahan harta. Namun kalau kita berani jujur, kita tidak dapat mengelak dari

kenyataan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis

Page 20: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

2

kemiskinan. Mereka hidup serba kekurangan, bahkan untuk bertahan hidup saja

mereka mengalami kesulitan.

Dengan adanya kesenjangan sosial-ekonomi tersebut, maka muncullah

permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat. Permasalahan-

permasalahan tersebut banyak ditemukan di kota-kota besar, misalnya: Jakarta,

Medan, Yogyakarta dan Surabaya. Surabaya sebagai kota industri dan berpenduduk

sangat padat tidak menutup kemungkinan muncul masalah-masalah yang kompleks.

Dari banyaknya masalah yang ada muncul fenomena anak jalanan yang semakin

meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Permasalahan anak jalanan bisa

berkembang tidak hanya di dalam lingkungan anak jalanan itu sendiri tetapi akan

menimbulkan permasalahan di dalam masyarakat sekitar bahkan aparat

pemerintahan daerah.

Permasalahan yang dihadapi anak jalanan semakin kompleks. Hak asasi

mereka kurang diperhatikan lagi oleh pemerintah. Hak Asasi Manusia adalah hak

yang ada dan melekat pada diri atau martabat manusia, bukannya diperoleh atau

dianugerahkan oleh suatu otoritas negara atau pemerintahan, tetapi dimiliki manusia

karena dia itu bermartabat manusiawi. Dalam Undang-Undang No. 39 tahun 1999

mengenai Hak-Hak Asasi Manusia dirumuskan: ”hak asasi manusia merupakan hak

dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan

langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak

boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun”, (Sardi, 2003:6-7). Anak

adalah karunia Allah yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat

harkat, martabat, sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan

berbangsa dan bernegara anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-

Page 21: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

3

cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang, berpartisipasi, serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan

dan diskriminasi (UU RI tentang Perlindungan Anak, 37). Kehadiran UU No.

23/2002 tentang perlindungan anak diharapkan dapat berguna untuk membangun

tatanan masyarakat yang lebih peduli bagi anak (Komisi Nasional Perlindungan

Anak, Sekapur Sirih). UNICEF diberi mandat oleh General Assembly PBB untuk

bekerja bagi perlindungan hak asasi anak, untuk membantu mereka memenuhi

kebutuhan dasar dan untuk memperluas peluang mencapai potensi mereka yang

utuh. Anak-anak yang terlantar dan negara-negara yang sangat membutuhkan

menjadi prioritas utama (Tillman, 2004:41).

Ada begitu banyak alasan mengapa mereka menjadi anak jalanan, antara lain

karena keadaan ekonomi keluarga yang berkekurangan, karena disiksa di rumah,

atau karena mereka hanya dimanfaatkan oleh orang tuanya untuk mencari uang

artinya bahwa orang tua mereka hanya tinggal diam di rumah sedangkan anak-anak

mereka yang harus mencari uang di jalanan. Dengan kemampuan atau ketrampilan

yang terbatas mereka menerima tugas tersebut. Tidak ada lagi waktu untuk bermain

ataupun belajar. Hak mereka telah dirampas untuk bekerja demi kelangsungan

hidup. Namun masih ada sebagian dari anak jalanan tersebut yang mendapatkan

kesempatan belajar di bangku sekolah. Keterlibatan anak jalanan dalam ikut

kegiatan ekonomi akan berdampak kurang baik bagi perkembangan dan masa depan

anak-anak itu sendiri, tidak hanya berdampak pada fisik namun juga psikologinya.

Demikian halnya dengan apa yang dialami anak-anak jalanan di Surabaya.

Pendidikan adalah hak anak, namun demikian sampai saat ini pemerintah tidak

mampu memberikan pelayanan secara serius dan menyeluruh. Pendidikan menjadi

Page 22: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

4

suatu barang yang mahal yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berkecukupan

saja. Pendidikan adalah harta yang terpendam dalam masyarakat. Tujuan pendidikan

adalah pembebasan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan dan penderitaan.

Persoalan anak jalanan di Surabaya begitu kompleks dan pelik untuk didekati kasus

perkasus. Pendekatan komprehensif terhadap persoalan yang dihadapi anak jalanan

amat diperlukan dalam usaha mengatasi persoalan yang tengah mereka hadapi.

Anak-anak jalanan yang kurang mendapatkan perhatian dan perlindungan

hukum negara, hidup bagaikan di tengah-tengah kehidupan normal, namun realitas

mereka itu tidak diperhatikan, kecuali oleh beberapa lembaga sosial masyarakat atau

institusi yang mempunyai kepekaan sosial khusus kepada mereka. Realitas anak

jalanan tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Mereka adalah seperti manusia

lainnya, hanya mereka hidup atau terpaksa hidup dan bahkan mereka dipaksa hidup

di jalanan.

Keadaan seperti itu tidak dapat dibiarkan begitu saja, dibutuhkan orang-

orang yang memiliki hati untuk mereka. Dalam membantu mereka dituntut adanya

ketekunan, usaha terus menerus dalam kesabaran. Dalam memperjuangkan kaum

miskin terutama anak jalanan harus dalam bentuk perjuangan tanpa kekerasan

(Suryawarsita, 1996:26). Mereka butuh pendampingan, pendidikan dan

perlindungan hukum. Dengan kerasnya hidup kadangkala mereka kurang lagi

mengindahkan nilai-nilai kehidupan terutama yang berlaku dalam masyarakat. Maka

sangat penting mereka mendapatkan pendampingan religiositas. Pendampingan

religiositas akan membawa mereka pada satu sikap kesadaran dan pemahaman akan

Tuhan yang konkret dalam kehidupan sehari-hari, yang lebih menekankan pada

sikap menghargai sesama, hormat, kasih sayang, keiklasan dan penghayatan hidup

Page 23: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

5

imannya. Dengan pendampingan diharapkan dari hari ke hari hidup mereka semakin

dapat dimaknai dan tetap menjunjung nilai-nilai kehidupan. Usaha ini kiranya dapat

sedikit menepis anggapan masyarakat umum bahwa anak jalanan kurang

mempunyai sopan-santun, hidup tidak teratur, kurang bermoral karena hidup bebas,

bahkan mereka dianggap sampah masyarakat.

Fenomena anak jalanan menjadi perhatian tersendiri bagi para suster-suster

Abdi Roh Kudus di Surabaya. Dilandasi semangat pendiri Santo Arnoldus Janssen

yang selalu ingin membantu sesama yang menderita dan miskin, maka para suster

SSpS Provinsi Jawa berani bergerak kepada anak-anak jalanan. Hal ini dipertegas

lagi dalam Kapitel Jenderal ke-XII ”bahwa sebagai SSpS dipanggil untuk

memperhatikan mereka yang paling menderita karena pengaruh pasaran ekonomi

adalah mereka yang secara sosial disingkirkan seperti para migran/pendatang,

pengungsi, nara pidana, pencari suaka, tuna wisma, anak jalanan, dan para tahanan.

Perdagangan perempuan, pelacuran dan tersebarnya HIV/AIDS adalah gejala trend

pasaran ekonomi yang paling sering disebut” (Kapitel Umum XII, 2002:26).

Diharapkan pula sebagai Suster Misi Abdi Roh Kudus semakin tanggap dengan

kebutuhan gereja lokal dan situasi setempat misalnya terlibat aktif dalam pelayanan

Pastoral dan pendampingan anak jalanan (Resolusi Rekomendasi Kapitel Provinsi

XVIII, 2007:38).

Bersemangatkan Kharisma Misioner Kongregasi para postulan dan suster

SSpS Provinsi Jawa berupaya melakukan pendampingan religiositas bagi anak-anak

jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya. Ciri khas Kharisma Misioner

Kongregasi harus dilihat dalam hubungannya dengan Kharisma Misioner Gereja

Universal. Dalam Konsili Vatikan Kedua berkaitan dengan mewartakan Injil bahwa

Page 24: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

6

tugas Gereja berdasarkan perintah Ilahi, tetap ada kewajiban untuk pergi ke seluruh

dunia dan mewartakan Injil kepada segala mahluk. Dalam Dekrit tentang kegiatan

Misioner gereja dikatakan :”...seluruh gereja adalah Misioner, dan karya

evangelisasi merupakan salah satu tugas mendasar dari umat Allah” (EN, art. 59).

Gereja memberi kepada Kongregasi SSpS perutusan Misioner yang nyata seturut

mandat dan petunjuk-petunjuknya. Intisari mandat ini adalah pewartaan Sabda.

Maka, manusia perlu mendengarkan Sabda Allah agar dapat menanggapi situasi

ketidakadilan secara efektif (Schultheis, 1988:87). Santo Arnoldus Janssen

menginginkan supaya para suster bekerja di daerah misi dimana ada pelayanan

sebagai perempuan dalam bidang kesehatan, sosial, pastoral, pembinaan rohani,

pelayanan terhadap orang kecil, tertindas dan tersisih. Pelayanan pendampingan

terhadap anak-anak jalanan nyata dalam kehadiran para suster di rumah singgah

SEKAR Surabaya. Pendampingan tidak hanya dilakukan yang tinggal di rumah

singgah saja, namun juga ketika di sela-sela waktu mereka sedang berusaha mencari

uang di perempatan jalan di sudut-sudut kota Surabaya.

Pelayanan pendampingan religiositas terhadap anak-anak jalanan

membutuhkan kepekaan dan pengorbanan. Sebagai misionaris SSpS, mereka

ditantang untuk menemukan cara-cara dalam kesetiaan kreatif, sungguh-sungguh

menjadi tanda pemeliharaan cinta Allah bagi semua orang jaman ini. Dalam

tantangan jaman ini kadang api semangat itu mulai redup. Banyak faktor yang

menyebabkan meredupnya api semangat tersebut antara lain para suster yang terjun

dalam pendampingan tersebut banyak merangkap tugas di komunitas atau tempat

karya, kurangnya tenaga terlatih untuk bidang pelayanan tersebut serta kurangnya

para suster yang mau terlibat dalam pendampingan anak-anak jalanan. Hal ini perlu

Page 25: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

7

ditinjau kembali sejauh mana Kharisma Misioner Kongregasi menyemangati para

suster dalam tugas pelayanan pendampingan terhadap anak-anak jalanan. Untuk

tetap mampu menjaga nyala api semangat misioner tersebut maka setiap saat perlu

disegarkan lagi dengan menggali dan mendalami kembali Kharisma Misioner yang

termuat dalam Konstitusi Kongregasi SSpS.

Dengan melihat kenyataan dan pemikiran di atas, maka penulis memilih

judul skripsi:” KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK

PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH

SINGGAH SEKAR SURABAYA.” Penulis berharap melalui pemaparan skripsi

ini para postulan dan para suster SSpS serta sesama Tim pendamping SEKAR

semakin bersemangat dalam pelayanan pendampingan terhadap anak-anak jalanan di

rumah singgah SEKAR Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas maka permasalahan yang muncul dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Kharisma Misioner Kongregasi SSpS?

2. Apa yang dimaksud dengan pendampingan religiositas?

3. Bagaimana pendampingan religiositas bagi anak- anak jalanan di rumah singgah

SEKAR Surabaya?

4. Bagaimana Kharisma Misioner Kongregasi menyemangati para postulan dan para

suster dalam karya pelayanan pendampingan bagi anak-anak jalanan di rumah

singgah SEKAR Surabaya ?

Page 26: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

8

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan tentang Kharisma Misioner Kongregasi SSpS..

2. Mendeskripsikan tentang pendampingan religiositas.

3. Mengetahui bentuk atau usaha para suster SSpS dalam mendampingi anak-anak

jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya.

4. Mengetahui seberapa besar pelayanan para suster SSpS dalam melayani

pendampingan terhadap anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya

bersemangatkan Kharisma Misioner Kongregasi SSpS.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberi sumbangan pemikiran bagi para postulan dan para suster SSpS serta

tim pendamping SEKAR dalam pendampingan anak-anak jalanan melalui

pendampingan religiositas.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam pelayanan

pendampingan khususnya bagi mereka yang miskin dan tersisihkan.

3. Mendorong para postulan dan suster SSpS untuk semakin bersemangat dalam

pelayanan yang berakar pada Kharisma Misioner Kongregasi.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif

analitis. Maksud dari metode ini adalah penulisan yang dilakukan berdasar kajian

teori yang ada, disertai dengan analisis-analisis atas permasalahan yang sedang

dibahas. Penulisan ini juga disertai penelitian melalui wawancara untuk

Page 27: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

9

mendapatkan sejauh mana pelayanan pendampingan religiositas para postulan dan

suster SSpS terhadap anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya.

F. Sistematika Penulisan

Judul skripsi yang dipilih penulis adalah ” Kharisma Misioner Kongregasi

SSpS Untuk Pendampingan Religiositas Anak-anak Jalanan di Rumah Singgah

SEKAR Surabaya.” Judul ini penulis bahas dalam lima bab, yang akan diuraikan

sebagai berikut:

Bab I: Pada bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II: Bab ini akan menguraikan Kharisma Kongregasi SSpS yang meliputi:

Identitas Kongregasi SSpS dan Kharisma Kongregasi SSpS. Kedua menguraikan

tentang kelompok sasaran kaum miskin yang meliputi: kaum miskin dalam

Perjanjian Lama dan Yesus dan kaum miskin dalam Perjanjian Baru. Ketiga

menguraikan tentang gambaran orang miskin menurut SSpS yang meliputi:

gambaran umum dan karya pelayanan para suster SSpS Provinsi Jawa. Keempat

menguraikan tentang anak jalanan sebagai kelompok kaum miskin yang meliputi

pengertian anak jalanan, ciri-ciri anak jalanan, dan kekuatan anak jalanan sebagai

peluang.

Bab III: Bab ini menguraikan tentang pendampingan religiositas anak-anak jalanan

di rumah singgah SEKAR Surabaya yang akan dibagi menjadi dua bagian. Pertama

akan diuraikan tentang rumah singgah SEKAR Surabaya, pendampingan religiositas

dan religiositas. Pendampingan religiositas akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu

pengertian umum tentang pendampingan, pola-pola pendampingan bagi kaum

Page 28: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

10

miskin dan pokok-pokok yang harus ada dalam pendampingan. Religiositas akan

diuarikan menjadi tiga bagian yaitu arti religiositas, menumbuhkan sikap religius

anak-anak, dan pendidikan religiositas sebagai komunikasi iman. Kedua mengenai

kenyataan di lapangan yang dilakukan melalui penelitian yang meliputi: tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, dan

instrumen pengumpulan data. Kedua mengenai laporan hasil penelitian yang

meliputi: hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian.

Bab IV: Dalam bab ini akan diuraikan tentang evaluasi kritis atas semua yang

sudah dilaksanakan selama ini, dan akan dibagi menjadi tiga bagian.. Pertama

evaluasi kritis yang meliputi: hal-hal apa saja yang sudah baik, hal-hal yang dilihat

dan dirasa masih kurang dan perlu di tingkatkan kembali. Kedua dampak dari

pendampingan itu sendiri yang meliputi pendampingan sebagai proses pembelajaran

dan model pendampingan yang terjadi. Ketiga pelayanan pendampingan Kongregasi

Misi Abdi Roh Kudus terhadap anak jalanan.

Bab V: Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yakni kesimpulan dari penulisan

dan saran bagi para postulan, para suster SSpS.

Page 29: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

11

BAB II

KHARISMA KONGREGASI SUSTER MISI ABDI ROH KUDUS

DAN KARYA PELAYANAN TERHADAP KAUM MISKIN

Bab II ini berupa kajian pustaka yang akan penulis uraikan dalam empat

bagian. Pertama, tentang Kongregasi SSpS yang meliputi: Identitas Kongregasi

SSpS, Kharisma Kongregasi SSpS. Kedua, kelompok sasaran kaum miskin yang

meliputi: kaum miskin dalam Perjanjian Lama, Yesus dan kaum miskin dalam

Perjanjian Baru. Ketiga, tentang gambaran kaum miskin menurut SSpS yang

meliputi: gambaran umum dan karya pelayanan para suster SSpS Provinsi Jawa.

Keempat, tentang Anak jalanan sebagai kelompok kaum miskin yang meliputi

pengertian anak jalanan, ciri-ciri anak jalanan dan kekuatan anak jalanan sebagai

peluang.

A. Kharisma Misioner Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus

1. Identitas Kongregasi SSpS

Gereja dipanggil untuk mewartakan Kabar Gembira Keselamatan dan

membawa seluruh kekayaan cinta penyelamatan dari Allah kepada semua umat

manusia. Santo Arnoldus Janssen dipanggil untuk mengambil bagian dalam rencana

keselamatan Allah dengan mendirikan tiga Kongregasi yaitu SVD, SSpS, dan SSpS

AP. Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus didirikan pada tanggal 8 Desember 1889 di

Steyl, Belanda. Nama Kongregasi ini biasa disingkat SSpS, kependekan dari bahasa

Latin Servae Spiritus Sancti (Konstitusi SSpS, 1984). Dalam bahasa Indonesia biasa

Page 30: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

12

disebut Suster-suster Misi Abdi Roh Kudus.. Seorang Abdi Roh Kudus dipanggil

oleh Kristus untuk menghayati pengabdian kepada Roh Kudus (Mchug, 1978:8).

Kongregasi ini menyerahkan diri hanya penyebaran kepada Kabar Gembira di

daerah-daerah misi lewat pelayanan yang dijalankan oleh para anggotanya dengan

kerajinan yang besar dan kerelaan di bidang pendidikan, karya amal, dan lewat

bantuan rohani (Konstitusi 1984:9)

Kongregasi SSpS adalah Kongregasi Internasional yang terdiri dari berbagai

suku, bahasa, bangsa, dan budaya. Dalam keanekaragaman tersebut tetap disatukan

oleh Roh Kudus dan bersumber pada relasi cinta Allah Tritunggal. Pusat

Kongregasi SSpS berada di Roma, Italia. Kongregasi SSpS berkarya di 5 benua atau

hampir di seluruh negara. Benua Afrika meliputi Angola, Botswana, Bolivia,

Etiopia, Ghana, Mozambique, Togo, dan Zambia. Benua Amerika meliputi

Argentina, Bolivia, Brasil, Chile, Mexico dan Kuba, Paraguay, USA, Antiqua dan

Barbuba. Benua Asia meliputi: Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea, Philipina,

Vietnam, Taiwan, dan Timor Loro Sae. Oceania meliputi : Australia dan Papua New

Guinea. Benua Eropa meliputi: Austria, Belanda, Czecho Slovakia, Italia, Inggris,

Irlandia, Jerman, Polandia, Romania, Rusia, Spanyol, Switzerland, Belanda, dan

Ukraina.

Kongregasi Suster-suster Misi Abdi Roh Kudus di Indonesia terdiri dari lima

Provinsi. Lima Provinsi tersebut adalah: Provinsi Jawa berpusat di Surabaya,

Provinsi Flores Barat yang berpusat di Ruteng, Provinsi Flores Timur berpusat di

Kewapantai Maumere, Provinsi Timor berpusat di Atambua Kupang dan kelima

Provinsi Kalimantan yang berpusat di Palangkaraya.

Page 31: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

13

2. Kharisma Kongregasi SSpS

a. Arti Kharisma

Kharisma berarti anugerah khusus Roh Kudus, lebih daripada yang

dibutuhkan untuk keselamatan, untuk kepentingan Gereja atau kelompok-kelompok

yang selalu dijiwai oleh kasih (I Kor 13:1). Dalam rangka ini sering dipakai istilah

“pengetahuan yang dianugerahkan” yaitu pengetahuan yang dianugerahkan secara

khusus dan cuma-cuma, berkat Roh Kudus dalam Gereja.

Kharisma mengandung arti luas dan arti khusus. Kharisma dalam arti luas

ádalah pemberian yang dianugerahkan Allah dengan cuma-cuma, segala pemberian

rohani, Roh Kudus, keselamatan dalam diri Yesus Kristus dan kehidupan kekal.

Kharisma dalam arti khusus adalah pemberian cuma-cuma yang diterima

orang tertentu, sehingga ia mampu, oleh Roh Kudus, melakukan hal-hal yang sesuai

dengan kepentingan jemaat. Orang yang menerima karunia khusus Roh Kudus

disebut kharismatis khusus, misalnya hidup selibat (I Kor 7:7).

Kharisma adalah anugerah khusus untuk menjalankan suatu tugas dalam

jemaat dengan baik yang berhubungan dengan iman. Kharisma adalah anugerah luar

biasa yang diberikan kepada orang beriman, supaya membantu dalam karya

keselamatan serta pelayanan kepada umat. Ada banyak anugerah atau bermacam-

macam anugerah (I Kor12:11) yang diterima dan harus dikembangkan (Jacob,

1997:19).

b. Kharisma Misioner Kongregasi SSpS

Kharisma Kongregasi SSpS bermula dari Kharisma Arnoldus Janssen,

sebagai pendiri Kongregasi SSpS. Kharisma yang diwariskan ini adalah Kharisma

Page 32: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

14

Misioner. Kharisma Misioner sudah menandai Kongregasi SSpS sejak dari

permulaan. Pada akar ideal misioner Arnoldus Janssen, akan ditemukan kemuliaan

Allah Tritunggal Mahakudus dan keikutsertaan semua orang dalam misteri ini,

sebagaimana diungkapkan dalam doanya yang berbunyi “ Semoga Allah Tritunggal

Mahakudus, kuasa Bapa, kebijaksanaan Putera dan cinta Roh Kudus dikenal dicintai

dan dimuliakan oleh semua orang” (Rehbién, 2000:11). Santo Arnoldus Janssen

menginginkan suatu tarekat religius yang sama sekali misioner, yaitu menjadikan

mandat serta pelayanan misioner gereja sebagai ciri khas program dan inti hidupnya

sendiri. Menurut Widi Artanto gereja misioner adalah :

1. Gereja yang memandang dan melaksanakan misi Allah (dalam Misi Penciptaan, Misi Pembebasan, Misi Kehambaan, Misi Rekonsiliasi, dan Misi Kerajaan Allah) sebagai inti keberadaan, seluruh tindakan serta kehidupan Gereja.

2. Gereja yang merendahkan diri dan setia menjadi hamba Allah dalam rangka misi Kerajaan Allah, menghadirkan dan memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan integritas ciptaan.

3. Gereja yang terbuka dan mau melakukan dialog serta bekerja sama dengan sesama yang dipakai Allah untuk mewujudkan KerajaanNya di dunia ini.

4. Gereja yang berani terlibat dalam Misi Pembebasan bagi mereka yang tertindas dan mengalami ketidakadilan di dunia ini.

5. Gereja yang merakyat, Gereja kaum miskin, atau Gereja bagi kaum miskin. 6. Gereja yang memberi perlindungan dan menyatakan suara kenabian penuh

harapan bagi masyarakat yang putus asa menghadapi keserakahan, bencana, kebencian, penyakit, dan kematian.

7. Gereja yang menghayati spritualitas trasformatif sebagai sumber kehidupan dan keterlibatannya dalam misi Kerajaan Allah di dunia ini.

Ciri khas Kharisma Misioner Kongregasi harus dilihat dalam hubungannya

dengan Kharisma Misioner Gereja Universal. Misi Gereja didasarkan pada misi

Allah Tritunggal.

Karena Gereja di dunia pada hakekatnya bersifat misioner, menurut rencana Bapa, ia mendapat asalnya dalam perutusan Putera dan Roh Kudus. Rencana ini mengalir dari cinta seperti air mancur dari Allah Bapa. Dengan begitu berlimpah ruah Ia mencurahkan dan tidak pernah berhenti mencurahkan kebaikan Ilahinya menjadi semua di dalam semua (I Kor 15:28) (Ad Gentes, 22).

Page 33: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

15

Semua karya misi Gereja dimaksudkan agar memenuhi mandat Kristus yaitu

mewartakan keselamatan bagi semua orang dan membimbing mereka ke dalam

kebersamaan hidup dengan Bapa. Sebagai Abdi Roh Kudus dimensi misioner

senantiasa meresapi setiap aspek kehidupannya. Mereka dipanggil untuk mengambil

bagian dalam mandat Kristus dan Gereja. Gereja memberi kepada Kongregasi SSpS

perutusan misioner yang nyata. Abdi Roh Kudus akan menjadi misoner terutama

bila secara terus-menerus memperdalam kesadaran bahwa mereka dipanggil dan

dipilih oleh Tuhan (Rehbién, 1996:6-7). Santo Arnoldus Janssen menginginkan

supaya para suster bekerja di daerah misi dimana ada pelayanan sebagai perempuan

dalam bidang kesehatan, pendidikan, sosial pastoral, pembinaan rohani, pelayanan

terhadap orang kecil, miskin tertindas dan tersisih (Konst. Art. 03-104).

Konsekuensi menjadi seorang suster Misi Abdi Roh Kudus, ialah harus

bersedia untuk berkarya di daerah misi ke mana saja diutus. Dalam perutusan misi

harus berani mengorbankan tanah air, bahasa ibu dan lingkungan kebudayan.

Kesediaan ini adalah ciri khas panggilan sebagai SSpS (Konst. Art. 04).

Kesediaan dalam perutusan misi menuntut suatu pengosongan diri, suatu

kebebasan batin dari setiap suster yang diutus. Dengan pengosongan diri akan

membentuk dalam diri seorang misionaris memiliki sikap rela menerima, serta

memungkinkan orang untuk menghayati kebudayaan lain. Dengan pengosongan diri

akan membuat seorang SSpS untuk tenang mendengarkan, bersedia untuk mengerti

orang lain, mendalami lingkungan dengan suasananya, sehingga diharapkan dapat

menyentuh hati umat, di tempat para suster SSpS hidup di antara mereka.

Suster Misi Abdi Roh Kudus mempunyai tugas yang utama yaitu

mewartakan kabar Gembira. Maka diharapkan dimana para suster diutus tetap

Page 34: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

16

menyadari bahwa mereka adalah suster-suster misi. Dengan demikian dimana

mereka berada senantiasa berusaha untuk membangkitkan dan memelihara tanggung

jawab misioner bagi Gereja Universal (Konst. Art.104). Pelayanan misoner dapat

tumbuh subur hanya dalam mengikuti Yesus dan dalam kelekatan dengan pribadi-

Nya. Karena itu hanya terang dan kekuatan Roh Kuduslah yang menyanggupkan

para suster untuk melayani dalam karya penyelamatan Allah, dalam segala hal yang

dikerjakan. Bentuk konkrit hidup mengikuti Yesus dalam Kongregasi Misi Abdi

Roh Kudus ditentukan oleh Kaul keperawanan, kemurnian dan kemiskinan. Ketiga

nasihat Injil itu mengungkapkan cinta kepada Kristus satu-satunya dan kepada

sesama. Pengabdian misioner para suster SSpS berdasarkan relasi Allah Tritunggal

dicintai Bapa, diutus Putera dan dikuatkan oleh Roh Kudus (Konst. Art.122).

Panggilan misioner khusus merupakan satu panggilan profetis yang

diberikan Tuhan kepada beberapa orang untuk membuat seluruh umat Allah

menyadari kembali panggilan serta tanggung jawabnya dan menghayatinya dengan

keyakinan yang diperbaharui. Karena itu panggilan misioner adalah ”Panggilan

khusus dari beberapa orang yang meyakini bahwa mereka diutus kepada segala

bangsa di bumi ini sebagai jawaban terhadap kebutuhan jaman” (Komentar Kapitel

Jenderal X, 1990:62).

Keterbukaan dan perhatian penuh terhadap tanda-tanda dan kebutuhan jaman

merupakan tanda hakiki dari keterbukaan terhadap Roh Kudus sekaligus hal ini

menunjukkan panggilan profetis. Seorang nabi adalah orang yang dicengkam oleh

Allah dan yang telah mengalami dalam inti batinya tuntutan radikal Cinta Allah.

Pengalaman ini membuat orang menjadi terbuka dan peka terhadap kebutuhan umat,

Page 35: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

17

terhadap tanda-tanda jaman dan karya Allah dalam sejarah manusia ( Komentar

Kapitel Jenderal X, 1990:62).

Hidup religius pada hakekatnya adalah mengikuti Yesus maka ini

merupakan satu tanda yang mencolok dari satu komunitas misioner untuk masuk ke

dalam perutusan Kristus. Allah Tritunggal dalam kesatuannya adalah asal, citra

serta penyempurnaan setiap komunitas. Hidup dalam komunitas disuburkan oleh

doa, hubungan pribadi yang baik dan kegiatan misioner bersama. Ciri khas

komunitas SSpS adalah :

1. Berakar dalam spritualitas trinitaris, dengan tekanan khusus pada Roh Kudus sebagai sumber dan relasi yang memberi hidup

2. Internasional tetapi berinkulturasi demi pelayanan misi global 3. Profetis, sebagai perempuan yang tahu bagaimana hidup dalam semangat

disermen di misi untuk misi; 4. Semangat merintis menuntut kesiap sediaan untuk diutus ke mana saja; 5. Sederhana dalam pola hidup dan siap sedia melayani (Brand, 1996:45) Pada bagian kegiatan misioner, penekanan diberikan pada misi keadilan,

perdamaian dan keutuhan ciptaan (KPKC), secara konkret menyangkut kerjasama

dengan LSM-LSM dan VIVAT Internasional di New York. Identitas SSpS sebagai

Abdi Roh Kudus menurut Kapitel Jenderal XI sebagai berikut:

1. Komunitas Religius Misioner dari wanita-wanita profetis dalam satu kongregasi internasional;

2. Berakar dalam spritualitas Trinitaris; 3. Dibimbing oleh Roh, membeda-bedakan gerakan-gerakan dalam dunia

dewasa ini; 4. Mengikuti Yesus pada jalan nasihat-nasihat Injil 5. Diutus untuk melanjutkan misi Yesus mewartakan kabar gembira Kerajaan

Allah (Brand, 1996:25)

Tugas yang utama sebagai pewarta Kabar Gembira adalah mewartakan Injil di

tempat di mana Injil belum cukup diwartakan. Kita senantiasa membangkitkan

dalam diri orang lain tanggung jawab misioner mereka dalam Gereja. (Konst.

Page 36: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

18

Art.104). Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di dunia ini. Menjadi saksi

Kristus berarti hadir serta hidup dan bekerja dalam semangat Kristus. Kita hadir dan

dengan kehadiran itu kita diharapkan dapat memancarkan cinta kasih Kristus ke

dalam masyarakat (Magnis Suseno, 2004:56).

B. Kelompok Sasaran Kaum Miskin

Dalam karya pewartaan pertama-tama perlu dilihat bagaimana Tuhan

bersikap terhadap kemiskinan dan kaum miskin. Menurut pengertian Yahudi,

Yahwe mewahyukan diri-Nya pertama-tama melalui tangan-Nya dalam sejarah umat

manusia. Nubuat para nabi Perjanjian Lama kebanyakan merupakan tafsiran

mengenai karya-karya Allah yang menyejarah. Demikian juga Sabda Yesus dan

banyak perumpamaan-Nya merupakan penjelasan atau pembenaran terhadap karya-

Nya, sehingga Kerajaan Allah sungguh nampak dalam diri-Nya. Pewartaan Kabar

Gembira kepada kaum miskin dan Sabda Bahagia yang menyebut kaum miskin

”berbahagia”, sangat mencolok dalam kehidupan Yesus (Rehbein, 1990:24)

Sedangkan hidup miskin sebagai suatu yang rohani adalah suatu sikap batin.

Dimana orang merasakan dirinya sama sekali hampa, kosong dan sama sekali tidak

berdaya di hadapan Allah. Orang-orang yang memiliki sikap seperti itu adalah orang

yang merasa dirinya sangat tergantung kepada Allah. Karena itu orang yang

mempunyai sikap seperti itu merasa kuat, berdaya dan berarti hanya karena

pertolongan Allah. Sikap hidup miskin tersebut harus nampak dalam hidup sehari-

hari. Artinya hidup miskin harus tampak dalam kemiskinan sosial-ekonomi. Hal ini

bisa disebut dengan kemiskinan yang real (Mangunwijaya, 1992:173).

Page 37: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

19

1. Kaum Miskin Dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa acuan terhadap orang miskin. Dua

kata yang paling sering digunakan adalah ani dan anaw, kedua kata ini mengacu

pada situasi sosial yang rendah dan tertindas. Dalam perkembangan berikutnya dua

kata ini dapat dibedakan bahwa ani lebih mengacu pada orang miskin dalam arti

sosio ekonomis dan anaw yang lebih menunjuk pada kemiskinan rohani: orang yang

lemah –lembut dan rendah hati, dan merasa dirinya begitu kecil dihadapan Allah.

Selain itu masih ada empat kata lain yang menunjuk pada kemiskinan. Kata ebyon

yang mengacu pada orang yang mengharapkan dan membutuhkan sesuatu misalnya

pengemis. Kata dal, hal ini mengacu pada kemiskinan material dan kelemahn

jasmani. Kata rash mengacu pada kemiskinan ekonomi yang sudah cukup parah.

Kata misken mengacu pada orang-orang yang bergantung dan tunduk pada orang

lain (Hortensius, 1992:24).

Konsep orang miskin dalam perjanjian Lama menampilkan 2 pokok penting

yaitu, pertama dapat dilihat bahwa kata ani/anaw adalah yang paling penting karena

paling kaya maknanya. Dalam kata ini sangat akurat dan lengkap dalam

mengungkapkan keanekaragaman pemahamana biblis tentang orang miskin dan

kemiskinan. Kedua, bahwa keanekaragaman dalam terminologi tentang orang

miskin dan sering tidaknya pemakaiannya memperlihatkan betapa orang miskin

amat duperhatikan dalam Perjanjian Lama (Hortensius, 1992:24)

Dalam Kitab Perjanjian Lama banyak berbicara tentang kemiskinan,

perbudakan, penindasan dan pemerasan. Bagi kita pada zaman ini, kemiskinan

adalah suatu keadaan kehilangan atau kemelaratan, satu situasi di mana kebutuhan

hidup yang paling pokok kurang terpenuhi. Mereka sendiri tidak dapat memenuhi

Page 38: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

20

kebutuhannya untuk mempertahankan hidup dan untuk hidup layak sebagai

manusia.

Dalam Kitab Suci, kemiskinan lebih dianggap sebagai satu pengacauan

relasi. Kitab Suci menggambarkan manusia bukan sebagai individu, tetapi sebagai

pribadi-pribadi dalam relasi; relasinya dengan dunia, dengan sesama manusia, dan

dengan Tuhan. Kemiskinan berarti keadaan manusia yang amat menyedihkan,

terjadi di mana satu, dua atau ketiga relasi itu dikacaukan atau dirusak. Rusak atau

hilangnya relasi tersebut sangat melukai keberadaan manusia, lebih merusak

daripada kemiskinan material. Ungkapan untuk kemiskinan yang digunakan dalam

Perjanjian Lama membenarkan hal ini. Menjadi miskin berarti menjadi tidak penting

dan tergantung, lemah dan sengsara, menderita. Kaum miskin dan sederhana, yang

tidak menikmati kekuasaan politik manapun, adalah mereka yang dihukum karena

kemewahan dan kesan raja dan para bangsawan (I Sam 8:10-18).

2. Yesus dan Kaum Miskin dalam Perjanjian Baru

Sejak awal hidupnya di depan umum Yesus menunjukan sikap seperti yang

diperlihatkan Tuhan dalam Kitab Keluaran. Ia berpihak kepada mereka yang

dianggap hilang, tidak layak oleh orang kaya, mereka yang tidak memiliki uang

maupun kekuasaan, yang sakit dan tersingkir, masyarakat pinggiran dan yang tidak

memenuhi kewajiban agamanya (Mat 11:4-5).

Yesus telah menunjukkan solidaritasnya bagi kaum miskin. Ia tidak

dibesarkan di kenisah atau bersekolah khusus untuk menjadi nabi, namun Ia

melewatkan masa kecilnya dengan orang-orang miskin dan sederhana. Ia tidak

berkotbah seperti para ahli Taurat namun Ia membagi hidup-Nya dari apa yang

Page 39: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

21

sudah dipelajari dari Bapa-Nya. Seringkali masyarakat menganggap kekayaan,

pengetahuan, ketrampilan, keberhasilan dan kekuasaan sebagai suatu yang harus

diusahakan, sebagai ukuran terhadap nilai seseorang. Yesus mengalaminya sendiri

pada tubuh-Nya, apa artinya menjadi miskin dan hina, tergolong dengan mereka

yang dianggap tidak dicintai Allah, dengan mereka yang dikucilkan dari arus utama

masyarakat (Rehbein, 1990:27).

Yesus menyatakan diri-Nya solider dengan kaum miskin dan yang

disingkirkan dari masyarakat. Bagaimana Ia dihina dan dihindari banyak orang

ketika Ia harus menderita kesakitan dalam kesengsaraan-Nya menuju puncak

Golgota. Yesus begitu menyamakan diri-Nya dengan orang kecil dan terabaikan,

sehingga kemungkinan pengikiutsertaan dalam Kerajaan Allah tergantung

bagaimana kita menemui Dia dalam saudara-saudari-Nya yang paling kecil (Mat

25:31-46).

Yesus menghendaki kita agar membagi hidup dengan orang-orang miskin.

Orang miskin di dunia ini tidak sekian miskin sehingga kita tidak dapat belajar lagi

sesuatu dari mereka. Kaum miskin memiliki sesuatu yang dapat ditawarkan kepada

kita, walaupun mereka tidak memaksakannya kepada kita. Kita membuka diri

kepada mereka dalam cinta dan bersedia untuk belajar dari mereka (Rehbein,

1990:31).

Dalam kenyataannya secara sederhana Yesus telah menyamakan dirinya

dengan orang miskin dan sederhana. Dengan memiliki cinta yang dalam terhadap

orang-orang miskin dan terlantar Yesus tunjukkan dengan kesediaan-Nya dalam

menyembuhkan mereka yang sakit, mengajar, memberi makan kepada mereka yang

kelaparan, dan selalu memberikan waktu-Nya tanpa pamrih (Prior, 1993:32)

Page 40: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

22

Melihat dan menelusuri latar belakang historis Yesus serta pantauan sekilas

tentang kelompok-kelompok khusus yang menjadi alamat pewartaan Yesus kiranya

dapat diambil satu kesimpulan bahwa arah dasaraiah gerakan Yesus tertuju kepada

kelas-kelas rendahan dalam masyarakat-Nya. Pewartaan Yesus tertuju dan menarik

kepada mereka yang secara ekonomi, politis dan religius termasuk kelompok

marginal dalam masyarakat Palestina. Mereka semua merindukan dan membutuhkan

suatu kehidupan yang lebih adil dan manusiawi (Hortensius, 1992:50).

C. Gambaran Orang Miskin Menurut SSpS

1. Gambaran Umum

a. Kaum Perempuan

Kaum perempuan adalah kelompok pertama yang konkrit; mereka

diterlantarkan, diperas, dicabut hak-hak asasinya, dijadikan obyek-obyek seks, objek

perdagangan dan tenaga kerja murah di perbagai negara. Penindasan dan perendahan

nilai kaum perempuan merupakan gejala umum di banyak negara dan kebudayaan

seperti: pembunuhan bayi perempuan, pengguguran yang diseleksi karena

menginginkan anak laki-laki, pelacuran. Ada di banyak negara dan kebudayaan di

mana perempuan memperoleh status sosial yang lebih tinggi, secara moral dan

intelek mereka tetap dianggap sebagai warga kelas dua. Tanggung jawab untuk

menegakkan, mempertahankan dan memajukan martabat kaum perempuan menuntut

keterlibatan para suster Misi Abdi Roh Kudus (Komentar Kapitel Jenderal X,

1990:38)

Page 41: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

23

b. Anak-anak dan Kaum Muda

Ribuan anak-anak di kota-kota besar di berbagai negara sangat menderita

karena perampasan hak-hak mereka, dan mereka inilah yang menantang keterlibatan

misioner para suster-suster Misi Abdi Roh Kudus. Pemeliharaan anak-anak terlantar

sudah menjadi keprihatinan Kongregasi sejak awal. Pendidikan kaum muda tidak

dapat disangkal, merupakan sasaran penting dalam mewartakan Kabar Gembira dan

meneruskan nilai-nilai Kristiani. Dalam Kapitel Jenderal ke-X Tahun 1990

diprioritaskan untuk anak-anak orang miskin dan orang muda yang berkeliaran di

jalan di berbagai kota tanpa arah dan rasa memiliki. Orang muda yang tidak lagi

melihat arti hidup, yang menganggur dan tanpa harapan akan masa depan yang lebih

baik, yang mencari kebahagiaannya dalam obat bius dan kejahatan (Komentar

Kapitel Jenderal X, 1990:39)

c. Kaum Pinggiran

Setiap negara berbeda kelompok pinggiran yang sedang diprioritaskan,

contoh kaum pinggiran adalah para pengungsi. Masalah pengungsi adalah masalah

kita semua. Penderitaan yang hebat, ketakutan karena bahaya yang tak terelakan,

kesengsaraan di kamp pengungsi merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan.

Untuk dapat menangani permasalahan ini dibutuhkan kerja sama dengan organisasi-

organisasi Gerejawi dan pemerintah (Komentar Kapitel Jenderal X, 1990:40).

d. Keluarga

Masih begitu banyak keluarga yang mengalami keterbelakangan. Hal ini

akan membawa pengaruh kepada keluarga itu sendiri yang mengakibatkan penyakit.

Page 42: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

24

Kemiskinan dan kemelaratan, kebodohan dan buta huruf, keadaan perumahan yang

tidak manusiawi, kekurangan gizi yang kronis. Keluarga bukan saja menjadi korban

dari struktur yang tidak adil tetapi lebih menjadi korban dari sarana komunikasi

modern yang mempromosikan seks, keuntungan, kekerasan dan kekuasaan sebagai

nilai-nilai yang untuk dikejar. Dengan media dan teknologi yang semakin maju,

orang akan dengan mudah menikmati suatu tontonan yang menunjukan bagaimana

banyaknya hubungan di luar perkawinan, perceraian, aborsi, seks sebelum menikah

dan hidup bersama sebagai satu hal yang wajar. Tanpa persiapan pernikahan yang

kristiani, kehidupan keluarga dan kedudukan sebagai orang tua yang bertanggung

jawab akan menjadi sumber dari banyak problem sosial (Komentar Kapitel Jenderal

X, 1990:40)

e. Orang Sakit, Lanjut Usia dan Menghadapi Ajal

Sejak awal Kongregasi SSpS telah melihat pentingnya pemeliharaan bagi

orang sakit dan lanjut usia sebagai sarana evangelisasi dan selalu melaksanakan

perutusan dengan sungguh-sungguh (Konst. Art.103;111.2). Usaha untuk

mendampingi dan membantu pada tahap akhir hidup serta pelayanan yang telah

disumbangkan oleh perawat dan tenaga medis, menawarkan kepada SSpS suatu

perspektif baru bagi karya misionernya (Komentar Kapitel Jenderal X, 1990:43).

Disentuh dan dipengaruhi oleh realitas dunia global sebagai suatu komunitas

murid-murid Yesus dalam misi SSpS ditantang dan didesak untuk memberi

tanggapan yang efektif terhadap kebutuhan dan keprihatinan jaman ini. Maka ada 3

prioritas yang ditekankan sejak Kapitel Jenderal ke-XII Tahun 2002 untuk 6 tahun

kedepan yaitu:

Page 43: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

25

1) Formasi yang Integral untuk Misi

Konteks misi jaman ini menuntut suatu formasi yang bersifat integral. Hal ini

diresapi oleh spirtualitas Trinitaris yang berakar pada Sabda Allah dapat membantu

sebagai SSpS untuk peka dan tanggap terhadap Roh. Formasi yang integral

diharapkan memampukan setiap SSpS untuk berbagi hidup dan misi dalam

komunitas-komunitas Internasional, multi budaya serta mengembangkan suatu

pandangan yang lebih luas (Dokumen Kapitel Jenderal XII, 2002:57).

2) Komitmen terhadap Kaum Perempuan

Hal ini mengingatkan tujuan semula pendirian Kongregasi yaitu suatu panggilan

yang kuat untuk memilih kaum perempuan sebagai prioritas. Sebagai perempuan

profetis perlu memberi perhatian pada pemeliharaan kehidupan, terutama di mana

kehidupan itu ada dalam bahaya: dalam situasi pinggiran, orang-orang yang

dieksploitasi dan diperlakukan secara kejam khususnya kaum perempuan dan anak-

anak serta pengrusakan dan manipulasi alam (Dokumen Kapitel Jenderal, 2002:59)

3) Solidaritas dengan orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS

HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang dapat membunuh, mengancam hidup,

tidak saja di seluruh benua Afrika tetapi di banyak tempat lain di dunia. Untuk itu

diupayakan mengatur jaringan kerja kongregasi untuk saling menukar informasi dan

strategi mengenai masalah HIV/AIDS, bekerja sebagai VIVAT melalui VIVAT

Internasional-New York berpartisipasi dengan kelompok-kelompok lain yang

mempunyai keprihatinan yang sama.

Page 44: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

26

2. Karya Pelayanan para Suster SSpS Provinsi Jawa

Para suster SSpS Provinsi Jawa berkarya dalam berbagai bidang pelayanan.

Karya pelayanan itu antara lain: karya kesehatan lewat rumah sakit, Pendidikan

(Play Group, SD, SLTP, SLTA, SMKK, dan STIKES), Sosial Pastoral, Kateketik,

Pastoral Care; orang sakit, lanjut usia, dalam sakrat maut, ODHA, serta

pemberdayaan kaum perempuan. Karya pelayanan para suster SSpS ini semakin

terwujud dalam pelayanan KPKC, misi frontir, pendampingan bagi anak-anak muda

di asrama khususnya mereka yang kurang mampu, pendampingan terhadap anak-

anak jalanan, para tukang becak dan penyandang sakit kusta. Keterlibatan para

suster SSpS tidak terbatas pada mereka yang sudah profesi atau kaul kekal dalam

hidup membiara namun sejak formasi awal (postulan) mereka sudah dilibatkan.

Sebagai komunitas SSpS semua diutus untuk berpartisipasi dalam usaha

menghadirkan suatu belas kasih Allah di tengah-tengah dunia. Hal ini berarti bahwa

sebagai SSpS diutus keluar dari segala kemapanan untuk menjumpai orang-orang

yang tidak diperhitungkan oleh dunia, mereka yang tidak dihargai martabatnya

sebagai anak-anak Allah karena kemiskinan dalam segala bentuknya: miskin harta,

informasi, pendidikan, gender, status sosial dan lain-lain (Resolusi Rekomendasi

Kapitel Provinsi XVIII, 2007:36).

Maka karya pelayanan SSpS Provinsi Jawa untuk 3 tahun ke depan dijelaskan

dalam Resolusi Rekomendasi Kapitel Provinsi XVIII tahun 2007 yang lebih

memprioritaskan sebagai berikut, bahwa tanda-tanda kehidupan dalam Misi, antara

lain :

a. Menjalankann tugas perutusan dengan gembira, meningkatkan kesiapsediaan untuk diutus ke misi frontir dan kerelaan berbagi waktu, materi, fasilitas dan pengetahuan dengan orang-orang miskin.

Page 45: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

27

b. Semakin meningkatkan rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab karena diberi kepercayaan dalam tugas pelayanan kepemimpinan.

c. Semakin tanggap dengan kebutuhan gereja lokal dan situasi setempat, selain berkarya di institusi sendiri; pelayanan pastoral, tanggap darurat (bencana alam), pendampingan anak-anak jalanan.

d. Keberanian dalam membuat terobosan baru dan terbuka dengan berbagai pihak, seperti: Proyek Wanapatria (pelestarian lingkungan hidup), kerja sama dengan LSM dalam rangka pemberian tumpangan kepada perempuan, menerima penderita HIV/AIDS di rumah sakit dan Tim JPIC & Tim HIV/AIDS Provinsi melakukan tindakan preventif dengan memberikan edukasi di komunitas, kongregasi lain dan kelompok kategorial (siswa/i, karyawan/ti, dll).

D. Anak Jalanan Sebagai Kelompok Kaum Miskin

1. Pengertian Anak Jalanan

Mereka yang entah karena dipaksa untuk mencari uang, makan atau alasan

ekonomi dan bahkan karena lantaran disiksa di rumah akhirnya menjadi anak

jalanan, yang dalam seharian hidupnya menetap atau lebih lama di jalanan daripada

dalam rumah biasa yang dihuni oleh manusia. Mereka hidup di jalanan demi

mengais sedikit uang (Sardi, 2003:12). Berbagai macam pekerjaan mereka lakukan,

mulai menjual koran, semir sepatu, mengamen, bahkan pemulung. Hidup mereka

seakan sudah menyatu dengan kerasnya dunia saat ini. Terik matahari, derasnya

hujan, kotornya udara karena polusi, seakan tidak lagi menghalangi mereka untuk

tetap berjuang demi mendapatkan sedikit uang. Mereka adalah manusia yang

mempunyai martabat yang sama dengan manusia lainnya. Anak jalanan ini sebagai

manusia tetaplah manusia dan mempunyai hak-hak asasi manusia yang harus

dihormati dan dilindungi secara hukum yang pasti. Perlindungan itu tidak mungkin

ada secara pasti kalau tidak dibentuk suatu Undang-Undang yang memberikan

garansi kepada mereka, dan adanya jaminan yang pasti. Sebagian dari mereka dapat

Page 46: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

28

mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Biaya yang mereka peroleh selain dari

upaya mereka sendiri juga adanya bantuan-bantuan dari lembaga sosial atau orang-

orang yang peduli dengan nasib mereka.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya

untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat

umum (Depsos RI, 1999).

2. Ciri-ciri anak jalanan

Menurut Depsos RI tahun 1999, anak jalanan terbagi dalam empat kelompok

yaitu:

a. Anak jalanan yang hidup di jalan, mereka adalah yang putus hubungan atau

lama tidak bertemu dengan orang tuanya minimal setahun yang lalu, berada

di jalanan seharian dan meluangkan 8-10 jam untuk bekerja (sisanya untuk

menggelandang/tidur), bertempat tinggal di jalanan dan tidur di sembarang

tempat seperti emperan toko, kolong jembatan, taman terminal, stasiun.

Mereka juga tidak bersekolah lagi, pekerjaannnya mengamen, mengemis

memulung, kerja serabutan untuk diri sendiri, usia mereka rata-rata di bawah

14 tahun.

b. Anak jalanan yang bekerja di jalanan, mereka berhubungan dengan keluarga

tidak teratur yakni secara periodik, berasal dari luar kota yang bekerja di

jalanan, berada di jalanan 8-12 jam untuk bekerja, bertempat tinggal dengan

cara mengontrak sendiri atau bersama teman, orang tua. Tempat tinggal

mereka biasanya kurang bersih atau kumuh yang terdiri dari orang-orang

sedaerah. Mereka tidak lagi bersekolah dan pekerjaan mereka adalah menjual

Page 47: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

29

koran, mengasong, mencuci bus, memulung sampah, menyemir sepatu dan

usia mereka rata-rata di bawah 16 tahun.

c. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, mereka dapat bertemu dengan orang

tuanya secara teratur, berada di jalanan sekitar 4 sampai 6 jam untuk bekerja,

tinggal bersama orang tua dan mereka masih bersekolah. Anak –anak ini

pekerjaannya adalah menjual koran, panganan, alat tulis, kantong plastik,

menyemir sepatu, mengamen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

orang tuanya dan usia mereka rata-rata 14 tahun.

d. Anak jalanan berusia 16 tahun ke atas. Mereka terdiri dari anak yang sudah

putus hubungan dan yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya,

berada di jalanan 8 sampai 24 jam. Tempat tinggal mereka tidak teratur,

mereka telah tamat SD atau SLTP namun sudah tidak lagi sekolah. Pekerjaan

mereka tidak tetap seperti: calo, mencuci bus, menyemir sepatu. Hal itu

mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan orang tuanya.

3. Kekuatan Anak Jalanan Sebagai Peluang

a. Memiliki daya juang

b. Mempunyai hati nurani

c. Mereka hidup dari hasil kerja

d. Membantu menambah penghasilan keluarga

Dalam kenyataannya mereka masih ada yang selalu menjadi korban atau

alat bagi para preman yang selalu mencari keuntungan dengan memperalat mereka.

Situasi dan peluang inilah dapat menjadi salah satu peluang untuk pendampingan

religiositas.

Page 48: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

30

BAB III

PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK JALANAN DI

RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA

Dari pemaparan pada bab II menjadi jelas mengenai gambaran umum

tentang Kongregasi suster Misi Abdi Roh Kudus beserta karya-karya mereka

khususnya pelayanan kepada kaum miskin. Penulis pada bagian ini hendak

memaparkan lebih rinci salah satu karya pelayanan dalam mendampingi religiositas

anak-anak jalanan di rumah singgah Sekar Surabaya.

Bagian ini akan diuraikan dalam dua bagian. Pertama akan diuraikan

mengenai rumah singgah SEKAR Surabaya, pendampingan religiositas dan

religiositas. Pendampingan Religiositas sendiri akan dibagi dalam tiga bagian yaitu

pengertian umum tentang pendampingan, pola-pola pendampingan bagi kaum

miskin dan pokok-pokok yang harus ada dalam pendampingan. Religiositas akan

diuaraikan mengenai arti religiositas, menumbuhkan sikap religius anak-anak, dan

pendidikan religiositas sebagai komunikasi Iman. Kedua penelitian yang meliputi:

pendahuluan, latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi penelitian yang meliputi pendekatan penelitian,

tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, teknik penelitian, teknik

pengumpulan data dan keabsahan data, hasil penelitian, pembahasan penelitian

penelitian dan kesimpulan.

Page 49: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

31

A. Pendampingan Religiositas di Rumah Singgah SEKAR Surabaya

1. Rumah Singgah Sekar Surabaya

SEKAR (Sekolah Anak Rakyat) adalah komunitas independen anak-anak

jalanan dan anak-anak tidak mampu warga sekitar. Suatu wadah di mana anak-anak

dan kawan pendamping memproses diri (memaknai hidup), bersosialisasi, dan

berinteraksi dengan masyarakat tanpa dibatasi oleh sekat-sekat suku, agama dan ras.

SEKAR dibentuk berawal dari sebuah keprihatinan, karena melihat banyaknya anak-

anak yang turun ke jalan dan putus sekolah. Entah karena disebabkan oleh faktor

ekonomi atau faktor-faktor lain sehingga mereka mengalami krisis kepribadian dan

kehilangan jati diri. SEKAR berdiri pada bulan Agustus tahun 1999.

Visi : Menjadi diri sendiri dan mandiri

Misi :

Pendampingan dan perlindungan anak

Pengembangan potensi anak

Tujuan :

Umum

Membantu anak jalanan/anak dampingan untuk menjadikan

dirinya manusia yang menghayati nilai-nilai dan dapat

menjadikan hidupnya mulia dan bermakna. (Berdasarkan nilai

pendidikan klasik: pembentukan manusia, bukan pembentukan

tenaga kerja atau pencari nafkah)

Memberikan hak anak untuk mendapatkan pendidikan dasar

secara cuma-cuma.

Khusus

Page 50: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

32

Mengembalikan anak ke bangku sekolah

Membantu anak jalanan/ anak keluarga tidak mampu, agar tidak

putus sekolah serta dapat melanjutkan pendidikan.

Memberikan ketrampilan agar dapat digunakan sebagai bekal

mandiri anak

Membantu pemenuhan kesehatan dan gizi anak

Aktivitas :

Kegiatan sehari-hari tidak hanya terpusat di home base SEKAR,

melainkan dapat juga di tempat-tempat anak-anak biasa mangkal.

Diskusi Film, setiap hari Rabu.

Sharing dan analisa masalah

Latihan musik setiap hari Sabtu

Bahasa Inggris dan komputer, setiap Selasa dan Jumat

Pengembangan mental dan kepribadian

Rekreasi, pengenalan alam dan lingkungan setiap libur panjang

Refreshing (bermain bersama) dan perbaikan gizi pada setiap

akhir pekan

Ketrampilan membuat kartu ucapan, pelembut & pengaharum

pakaian, serta pembersih lantai, untuk dijual dan dipakai sendiri.

SEKAR tidak memiliki struktur kepemimpinan terpusat (dipimpin oleh

seorang pimpinan/kepala), namun bentuk kepemimpinan bersama. Dalam

menjalankan aktivitas dibutuhkan dana yang cukup besar. Dana ini digunakan untuk

biaya hidup sehari-hari, pendidikan bagi mereka juga kegiatan-kegiatan yang

berguna bagi perkembangan hidup mereka. Dana untuk komunitas SEKAR

Page 51: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

33

diperoleh dari usaha mandiri dan dari para donatur. Dalam komunitas ini sebagai

penasihat adalah Sr. Stefani SSpS dan Ibu Pinky Saptandari

2. Pendampingan Religiositas

a. Pengertian umum tentang pendampingan

Secara etimologis pendampingan berasal dari kata ”damping.” kata damping

mempunyai arti dekat, karif. Sedangkan arti kata mendampingi dapat dimengerti

sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk menemani seseorang dari dekat dalam

usaha untuk mencapai tujuan tertentu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1989:183). Dari pengertian tersebut di atas istilah pendampingan mempunyai dua

ciri yaitu antar pribadi dan dua arah (Mangunhardjana, 1986:13).

Pertama, usaha pendampingan merupakan usaha yang bersifat antar pribadi,

dari pendamping dengan peserta pendampingan. Pendamping dan peserta

pendampingan merupakan sahabat yang saling menjadi teman dalam mencapai

tujuan tertentu, sehingga hubungan antar mereka bisa menjadi akrab satu sama lain.

Kedua, pendampingan mengandung pengertian yang bersifat dua arah

(Mangunhardjana, 1987:16-17) menjelaskan bahwa pendampingan bukan hanya

merupakan usaha sepihak dari pendamping kepada peserta damping, tetapi

merupakan usaha dari dua belah pihak, baik dari pendamping maupun dari peserta

damping.

Usaha pendampingan bertitik tolak dari kenyataan bahwa peserta sudah

memiliki potensi yang dapat tumbuh menjadi kenyataan. Dari sebab itu, peserta

damping bukan dipandang sebagai obyek pendampingan yang hanya menerima

begitu saja apa yang diberikan oleh pendamping yang bersifat satu arah: dari

Page 52: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

34

pendamping ke peserta. Ia adalah subyek atau pelaku yang sebagai pribadi terlibat

secara aktif dalam keseluruhan proses pendampingan dua arah; timbal balik antar

peserta dan pendamping (Mangunhardjana, 1986:21).

Karena usaha pendampingan yang bersifat dua arah ini, peserta dan

pendamping mempunyai kedudukan sederajat yang masing-masing pribadi mampu

berperan secara aktif dan menentukan proses pendampingan. Hubungan pribadi

antara peserta dengan pendamping tidak bergaya seperti guru dan murid, tetapi

bersifat sebagai sahabat dan teman berdialog yang saling membantu dan

meneguhkan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dalam proses

pendampingan, mereka diharapkan mampu saling berdialog secara terbuka, saling

menghargai dan mendengarkan pendapat sehingga mereka mampu

mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki supaya akhirnya mereka dapat

menentukan sendiri secara pribadi dan dengan bebas sehubungan dengan apa yang

menjadi tujuan dari suatu pendampingan (Mangunhardjana, 1986:21).

Mendampingi berarti sebagai salah satu usaha yang dilakukan untuk

menemani seorang dari dekat dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Agar

pendampingan itu dapat berhasil dengan baik, maka dibutuhkan prinsip yang

melatarbelakangi pendampingan. Prinsip itu termasuk juga dalam pengertian

pendampingan. Adapun prinsip-prinsip yang melatarbelakangi tersebut adalah:

1) Pengenalan dan pengakuan terhadap peserta

Dalam suatu pendampingan, seorang pendamping dituntut untuk mengenal

peserta atas orang yang didampingi secara sungguh-sungguh, ia dapat ikut

merasakan apa yang dirasakan oleh peserta. Proses ini membutuhkan pengenalan

dan pengakuan terhadap peserta sebagaimana adanya. Seorang pendamping juga

Page 53: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

35

dituntut supaya dapat memasuki dunia peserta dan ikut di dalam situasi hidup

peserta (Mayeroff, 1993:52-53).

2) Kerjasama antara pendamping dan peserta

Keberadaan pendamping di tengah peserta merupakan keterlibatan pendamping

dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta. Pendamping berada di

dalam dunia yang di dampingi berarti bahwa pendamping melibatkan diri secara

penuh terhadap peserta. Namun tidak larut dalam masalah-masalah yang

dihadapi oleh peserta. Berada bersama dengan peserta mengandung unsur

kepercayaan dari kedua belah pihak sehingga memungkinkan pendamping

melibatkan diri dalam dunia peserta. Dalam proses pendampingan “keterlibatan”

pendamping dalam dunia yang didampingi bersifat kerjasama. Artinya,

pendamping memberi kepercayaan dan kesempatan kepada peserta untuk

mengenal dirinya, mengenal masalah yang dihadapi dan mempertimbangkan

alternatif pemecahannya. Di sini pendamping memberi kepercayaan kepada

peserta untuk menjadi mandiri dengan memberi kesempatan mengambil pilihan-

pilihan keputusan untuk dirinya sendiri.

b. Pola-pola Pendampingan bagi Kaum Miskin

Dengan analisis sosial-budaya yang diilhami oleh cahaya Biblis, dapat

ditemukan lima pola pendampingan terhadap orang-orang kecil (Prior, 1993:35-39).

1) Pola Belas kasih

Pola belas kasih terwujud dengan memberi bantuan kepada mereka yang

menderita. Pola ini membantu kaum miskin hanya bersifat sementara saja, belum

Page 54: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

36

memikirkan lebih jauh apa yang menyebabkan terjadinya kemiskinan tersebut. Pola

ini juga cocok dalam keadaan darurat dalam batas waktu tertentu misalnya ketika

orang mengalami bencana alam seperti kemarau panjang, gempa bumi, banjir, tanah

longsor, atau gunung meletus.

2) Pola Marxis

Pola marxis memanfaatkan analisis gaya materialis guna melihat sebab-

musabab kemiskinan hanya pada struktur-struktur ekonomi, sosial dan politik yang

tidak adil. Dari pola ini dilihat bahwa struktur-struktur itulah yang menyebabkan

ketidaksamaan antara anggota masyarakat. Analisis gaya marxis hanya

memperhitungkan dimensi ekonomi, sosial dan politik dengan struktur-strukturnya.

3) Pola Lembaganisasi

Dalam dunia sekarang ini dengan semakin banyaknya orang hidup dalam

kemiskinan, banyak lembaga-lembaga pendidikan dan kesehatan yang didirikan

untuk membantu mereka. Pola ini dilihat sangat banyak membantu mereka dalam

mengatasi kemiskinan. Namun, pola ini akan tetap berjalan tergantung dukungan

dari para donatur baik dari dalam negeri maupun donatur dari luar negeri.

4) Pola Proyek

Dalam pola ini biasanya dapat dilihat dengan adanya proyek- proyek besar

yang membutuhkan biaya yang cukup besar. Nilai-nilai dan manusia dikembangkan

melalui ketrampilan-ketrampilan dengan baru agar tercapai tingkat ekonomi yang

lebih baik.

Page 55: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

37

5) Pola Penyadaran

Pola ini membutuhkan proses, di mana sungguh-sungguh dibutuhkan

keterlibatan mereka (kaum miskin). Dengan pola ini diharapkan rakyat sadar akan

sistem dan mental ketergantungan yang merugikan, mereka dapat memulihkan

kembali harkat dan harga diri mereka. Kesadaran pada kaum miskin ini

ditumbuhkan agar mereka dapat memulai suatu proses membantu dirinya sendiri,

dan menemukan kembali tempat, kehadiran dan tanggung jawabnya dalam

masyarakat.

c. Pokok-pokok yang harus ada dalam Pendampingan.

1) Pengetahuan

Agar kita mampu mendampingi dengan baik maka kita harus mengetahui

kebutuhan yang sedang kita dampingi. Dengan demikian pendamping akan

mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya, kebutuhannya, serta iklim

yang cocok (kondusif) bagi pertumbuhannya. Pengetahuan tentang hal-hal tertentu

dalam pendampingan muncul dalam persepektif yang berbeda. Pertama mengetahui

secara eksplisit artinya bahwa kita dapat mengatakan apa yang kita ketahui. Kedua,

mengetahui secara implisit artinya kita tidak dapat menjelaskan sesuatu yang kita

ketahui itu dalam bentuk kata-kata. Dengan demikian pendampingan mencakup

pengetahuan tentang sesuatu, bagaimana melakukan sesuatu. Semua jenis

pengetahuan tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi sedemikian rupa,

sehingga kita dibantu untuk menolong yang didampingi untuk bertumbuh

(Mayeroff, 1993:25-27).

Page 56: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

38

2) Perubahan Irama

Pendampingan tidak bisa dilakukan dengan serampangan artinya bahwa

pendamping harus belajar dari masa lalu. Pendamping harus melihat secara cermat

apakah mereka berhasil menolong atau membantu yang didampingi. Hal ini akan

semakin mempermudah untuk melakukan pendampingan yang lebih baik di masa

yang akan datang. Ternyata dalam pendampingan terjadi irama yang berbeda-beda.

Irama semacam itu mempunyai arti penting dalam pendampingan (Mayeroff,

1993:27-28).

3) Kesabaran

Kesabaran adalah salah satu unsur penting dan utama dalam pendampingan.

Dengan kesabaran diharapakan mampu menolong yang didampingi menjadi mampu

menemukan dirinya sendiri dengan saatnya yang tepat. Sabar bukan berarti

menunggu secara pasif, tetapi semacam partisipasi dengan yang didampingi, di

mana pendamping memberikan diri secara penuh. Selain bersabar dengan yang

didampingi, seorang pendamping diharapkan harus bersabar dengan dirinya sendiri.

Pendamping harus memberikan kesempatan dirinya sendiri untuk mempelajari,

melihat dan menemukan dua pihak yang terlibat dalam pendampingan yakni kedua

belah pihak (Mayeroff, 1993:29-31).

4) Ketulusan Hati

Ketulusan hati dapat diartikan sebagai ”lurus, jujur pada diri sendiri”. hal ini

berarti sebagai suatu proses yang aktif menjumpai diri sendiri dan terbuka dengan

diri sendiri. Dalam suatu pendampingan ketulusan hati merupakan bagian penuh

Page 57: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

39

atau integral dan merupakan salah satu esensi dalam proses pendampingan

(Mayeroff, 1993:32-33).

5) Kepercayaan

Kepercayaan pendamping kepada pihak yang didampingi berarti menghargai

keberadaan yang didampingi dengan bebas. Kepercayaan kepada yang di dampingi

untuk bertumbuh tidak begitu saja, akan tetapi berdasar pada pengembangan dan

perlindungan yang aktif terhadap kondisi-kondisi yang memungkinkan atau

menjamin kepercayaan tadi (Mayeroff, 1993: 33-35).

6) Kerendahan Hati

Sikap rendah hati merupakan kesediaan, keinginan dan kesiapan untuk selalu

belajar tentang apa yang didampingi dan diri sendiri serta hal-hal yang muncul

dalam pendampingan. Kerendahan hati juga sebagai satu bagian dari kesadaran

bahwa pendampingan yang dilakukan bukan merupakan suatu hak istimewanya

(Mayeroff, 1993:36-37).

7) Harapan

Dalam pendampingan kita harus mempunyai harapan bahwa yang

didampingi akan bertumbuh dengan baik. Harapan lebih merupakan perwujudan

kepenuhan masa kini yakni suatu masa kini yang penuh dengan kemungkinan.

Harapan merupakan perwujudan dari sebuah keyakinan teguh akan adanya

kemungkinan-kemungkinan. Harapan semacam ini menumbuhkan semangat dan

Page 58: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

40

mengaktifkan kekuatan batin kita, dan bukan juga merupakan penantian pasif pada

suatu yang akan terjadi (Mayeroff, 1993:38-39)

3. Religiositas

a. Arti Religiositas

Religiositas diartikan sebagai suatu sikap kesalehan. Sikap ini dapat

membawa kita pada suatu kesadaran dan pemahaman akan Tuhan yang konkret

yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yang lebih menekankan pada

sikap menghargai sesamanya walaupun berbeda dalam keyakinan agama

(Verhoeven, 1969: 1051)

Religiositas berbeda dengan agama, walaupun keduanya tidak dapat

dipisahkan. Agama lebih merupakan lembaga kebaktian kepada Tuhan. Agama

sangat menekankan aspek yang resmi berupa hukum, peraturan-peraturan dan

upacara resmi, sedangkan religiositas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk

hati yang menggerakkan totalitas kedalaman pribadi manusia (Mangunwijaya,

1982:11).

Religiositas menunjuk pada kedalaman pribadi manusia dalam hubungannya

dengan yang Ilahi dan memuat kepercayaan, keterkaguman, hormat penyerahan diri,

kasih sayang, serta tidak berbicara akan hukum dan peraturan yang ada, melainkan

berbicara tentang keiklasan, kesukarelaan, kepasrahan kepada Tuhan

(Mangunwijaya, 1986:6). Religiositas terwujud lewat penghayatan hidup sehari-

hari, dimana nilai-nilai luhur dalam agama begitu kuat menggerakkan kedalaman

hati nurani seseorang yang terbuka dalam hal apapun.

Page 59: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

41

Religiositas tidak dapat diukur hanya dengan menjalankan kewajiban

keagamaan, seperti pergi ke gereja, doa lingkungan atau berziarah tetapi lebih pada

kedalaman batin manusia dimana tolok ukurnya adalah hubungan dengan

sesamanya. Dalam religiositas yang penting bukan kuantitas tetapi kualitas

(Mangunwijaya, 1982:6). Kualitas hidup manusia tercermin dalam sikap

penghayatan imannya. Melalui penghayatan iman ini manusia semakin dewasa

secara lahir dan batin, karena ia akan menemukan kearifan dalam sikap batinnya.

Religiositas memang lebih menuntut pada penghayatan terhadap segala sesuatu yang

biasa atau luar biasa yang selalu dialami dalam hidup sehari-hari setiap orang

dengan cahaya iman (Mangunwijaya, 1986:9).

Religiositas dapat dialami dalam hal-hal yang biasa dimana tercermin tidak

hanya dalam kegiatan yang berciri agama saja, tetapi juga terlihat dalam kegiatan

yang tidak berarti agama. Dengan demikian, religiositas merupakan sumber, pangkal

jiwa, dan roh agama. Dalam religiositas itu, agama mendapatkan semangat dan roh

yang sebenarnya. Tanpa religiositas, agama menjadi kering seperti tanah tanpa air,

sepi seperti rumah tanpa penghuni, kaku seperti batang pohon yang sudah mati, dan

dingin seperti badan tanpa jiwa (Mangunhardjana, 2005:47)

b. Menumbuhkan Sikap Religius Anak-anak

Sikap religius pada anak tidak secara otomatis tumbuh begitu saja, namun

diperlukan suatu upaya atau pendidikan serta pendampingan yang akhirnya dalam

diri anak semakin tumbuh sikap religius.

Page 60: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

42

1) Bakat Religius Anak Perlu Dipandu

Pertumbuhan anak secara badaniah maupun mental sangat membutuhkan

sentuhan-sentuhan dengan ibunya serta orang-orang sekeliling yang memberi

kepastian yang serba menjamin dan berdialog. Lingkungan dimana anak tinggal dan

hidup akan mempengaruhi watak, perilaku, dan pemekaran diri si anak. Hal ini

tidak hanya meliputi perkembangan pertumbuhan kesehatan, kepandaian, selera

namun terlebih dalam wilayah-wilayah yang lebih halus, kebudayaan, kemampuan

dapat iba hati, suka menolong, mudah memaafkan, dan last not least cita rasa

religius yang takjub cinta serta mencari kehendak Allah (Mangunwijaya, 2005: 46-

47).

2) Manusia Agamawan dan Manusia Religius

Religiositas tidak identik sama dengan agama. Diharapkan bahwa orang

yang beragama adalah orang-orang yang religius juga. Namun kenyataannnya tidak

demikian. Tidak sedikit orang yang secara (sosiologis, politis) beragama, tetapi

sama sekali tidak religius. Resmi beragama, tetapi dalam hidupnya menjadi

koruptor, pemabuk, lintah darat, kekerasan terhadap keluarga, dan lain-lain. Pada

dasarnya religiositas mengatasi, atau lebih dalam dari agama yang tampak formal,

resmi. Oleh karena itu, dalam mendidik anak-anak, harus memperhatikan aspek

keagamaan dan religiositas (Mangunwijaya, 2005:47-50).

c. Pendidikan Religiositas sebagai Komunikasi Iman

Pembelajaran komunikasi iman dalam pendidikan religiositas bertujuan

supaya anak mempunyai sikap religius sebagai berikut:

Page 61: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

43

1) Sikap religius yang mengakui kemahabesaran dan kemahakuasaan Tuhan yang

Maha Esa, namun sekaligus percaya kepada rahmat yang telah dianugerahkan

oleh Tuhan yang maha baik kepada manusia berupa modal-modal utama pikiran

dan citarasa, untuk aktif memperkembangkan dirinya dan seluruh alam secara

benar dengan menjaga alam secara bersahabat dalam bersinambung dan

menghoramati harkat martabat semua dan setiap manusia, lewat pemekaran

nilai-nilai moral yang mengangkatnya menjadi manusia yang berbudi luhur.

2) Sikap religius yang dapat melihat suatu tugas mulia yang dinamis dan panggilan

penuh kasih oleh Tuhan dalam kehidupannya serta mengemban anugerah rahmat

kemerdekaan dan otonomi dalam dirinya meski relatip. Kemerdekaan itu

dipergunakan manusia untuk hidup baik dengan tidak merusak alam, namun

justru memelihara dan melestarikannya, baik alam di dalam diri manusia

maupun di luar dirinya, ke arah tingkat dimensi yang jauh lebih tinggi.

3) Sikap religius yang mampu melihat pergumulan manusia dengan dan dalam

segala bentuk selaku sejarah pemekarannya. Sejarah pemekaran dapat berupa

perjalanan pelan-pelan bertahap maupun loncatan ke arah pendewasaan manusia.

4) Sikap religius yang peka akan keluasan antariksa dan galaksi kehidupan yang

tinggi agung, namun tetap peka terhadap panggilan gerak kedalam, pada bagian

yang paling inti. Manusia tertarik dan kagum akan yang agung , namun juga

menghargai yang kecil, yang lemah, yang nampaknya tidak berarti tetapi tetap

mulia selaku bagian-bagian integral dari seluruh kosmos; dan demi tegaknya peri

kehidupan penuh kemanusiaan yang adil dan beradab.

Page 62: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

44

5) Sikap religius yang berjiwa merdeka, mandiri serta tahu tanggungjawab. Sikap

yang mempunyai pilihan dan kemauan melibatkan diri dalam segala suka-duka,

keprihatinan, dan pembangunan sejati bangsa mausia.

6) Sikap religius yang bersyukur atas segala bentuk kemajuan materiil dan

pembuahan bakat-bakat dan kemungkinan-kemungkinan manusiawi yang

sekaligus mampu menjaga jarak secara waspada dan arif terhadap kemajuan

lahiriah.

7) Sikap religius yang penuh perhatian dan rela melibatkan diri dalam sikap bela

suka-duka dengan hal ihwal sesama manusia. Disertai juga rasa tanggungjawab

atas bahagia maupun derita sesama manusia, khususnya bagi mereka yang lemah

dan miskin.

8) Sikap religius yang menjunjung tinggi serta gigih memerangi segala bentuk

kemiskinan dan penderitaan, berani berjuamg demi kehidupan dan penghidupan

demi kualitas hidup, namun secara arif dapat menempatkan pengalaman

penderitaan, sakit, segala bentuk kemalangan.

9) Sikap religius yang sangat menghargai kehidupan agamanya sendiri dengan

segala keseriusan dan kesetiaan yang saleh. Sikap ini dibarengi dengan sikap

menghormati keyakinan dan kepercayaan penganut agama lain (Mangunwijaya,

2005:148-151).

Page 63: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

45

B. Penelitian Pendampingan Religiositas Anak-anak Jalanan di Rumah

Singgah SEKAR Surabaya.

1. Pendahuluan

Berdasarkan uraian mengenai karya SSpS Provinsi Jawa yang berkaitan

dengan pendampingan kepada anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR

Surabaya pada bab II di atas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut pendampingan

yang dilakukan oleh postulan dan suster SSpS berkaitan dengan pendampingan

religiositas.

a. Latar Belakang Penelitian

Seperti penulis uraikan pada bab I bahwa perkembangan dan kemajuan dunia

memiliki dampak yang positif sekaligus negatif. Dampak negatif yang muncul

dengan adanya kesenjangan kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat muncul

fenomena anak jalanan. Permasalahan yang dihadapi anak jalanan semakin

kompleks. Dalam hal ini Kongregasi SSpS Provinsi Jawa mempunyai perhatian

khusus. Sejak formasi awal yaitu postulan, mereka sudah dilibatkan dalam karya

pelayanan ini sebagai salah satu bekal sebagai suster misi. Keterlibatan para suster

SSpS semakin ditantang untuk berjuang dan berpihak pada kehidupan.

Melalui penelitian ini penulis ingin melihat sejauh mana postulan dan suster

SSpS Provinsi Jawa dalam melakukan pendampingan terhadap anak-anak jalanan di

rumah singgah SEKAR Surabaya yang disemangati oleh Kharisma Misioner

Kongregasi. Pendampingan lebih difokuskan pada pendampingan religiositas.

Page 64: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

46

b. Permasalahan Penelitian

1) Bagaimana pengalaman postulan dan para suster dalam mendampingi anak-

anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya?

2) Apa kesulitan yang dihadapi dalam mendampingi anak-anak jalanan di rumah

Singgah SEKAR Surabaya?

3) Apa manfaat yang diperoleh postulan dan para suster dalam mendampingi

anak-anak jalanan?

4) Apakah pendampingan religiositas dapat membantu anak jalanan bertumbuh

dan berkembang dalam kualitas hidup di jaman ini?

c. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian:

1) Untuk mengetahui situasi mendampingi anak-anak jalanan oleh para postulan

dan para suster.

2) Untuk mengetahui kesulitan atau hambatan dalam mendampingi anak-anak

jalanan.

3) Untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam mendampingi

anak-anak jalanan.

4) Untuk mengetahui apakah pendampingan religiositas bagi anak-anak jalanan

dapat membantu anak jalanan bertumbuh dan berkembang dalam kualitas

hidup di jaman ini.

Page 65: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

47

d. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para postulan dan para

suster Kongregasi SSpS untuk meningkatkan dalam pendampingan religiositas bagi

anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya. Di tengah perkembangan

jaman yang berdampak pada merosotnya nilai-nilai kehidupan dan dangkalnya

praktek iman dalam kehidupan seharí-hari, diharapkan dengan pendampingan

religiositas dapat membantu anak-anak jalanan bertumbuh dan berkembang dalam

kualitas hidup.

2. Metodologi Penelitian

Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai metode penelitian yang

meliputi: pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,

teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik analisa data, dan

keabsahan data.

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati (Moleong, 1988:3).

Page 66: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

48

b. Tempat Penelitian

Penelitian diadakan di postulan Kongregasi SSpS Jl. Kutai no.41 Surabaya

dan Komunitas Provinsialat Kongregasi SSpS Provinsi Jawa Jl. Jambi no. 20

Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada awal bulan April 2008.

c. Responden Penelitian

Responden Penelitian adalah postulan dan para suster Kongregasi SSpS

Provinsi Jawa yang berjumlah 12 orang terdiri dari 9 postulan dan 3 orang suster .

d. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti, yang dibantu

dengan pendekatan wawancara, observasi, dan dokumen. Teknik pengumpulan data

yang digunakan penulis adalah wawancara. Wawancara dapat dipandang sebagai

bentuk percakapan dan dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam

lingkungan kebudayaan tertentu (Nasution, 1988:74). Pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan penulis dipersiapkan terlebih dahulu dan diarahkan kepada informasi-

informasi untuk topik yang digarap. Kelebihan teknik wawancara sebagai berikut:

Sifatnya yang luwes, ”Rapport” atau hubungan baik dengan orang yang diwawancarai dapat memberikan suasana kerjasama, sehingga memungkinkan diperolehnya info yang benar. Pewawancara dapat menguraikan pertanyaan atau menjelaskan maksud pertanyaan itu sekiranya pertanyaan itu kurang jelas bagi subyek” (Furchan, 1982:248).

Wawancara berstruktur menurut Furchan, bersifat informal dan luwes,

sehingga yang diwawancarai mendapat kebebasan untuk mendeskripsikan

jawabannya dan mengungkapkan pandangannya sesuka hati. Keraf (1979:161), juga

menguraikan keuntungan dari wawancara antara lain:

Page 67: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

49

Hasil wawancara secara kualitatif dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai nilai yang tinggi. Semua kesalahpahaman dapat dihindari, pertanyaan-pertanyaan yang disipakan dapat dijawab oleh informan dengan penjelasan-pebjelasan tambahan dan setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam wawancara. Kelemahan wawancara adalah data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas dan bila dilakukan dalam suatu wilayah yang luas dan akan memakan biaya dan waktu yang banyak.

e. Teknik Analisa Data

Selama pengumpulan data dilakukan reduksi data atau pengelompokan data

yaitu menemukan arti dari data dengan menarik hubungan-hubungan sesuai dengan

permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini. Selanjutnya ditarik

kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 1988:129). Analisis data merupakan upaya

mencari dan menata secara sistematis catatan hasil wawancara, untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti.

f. Keabsahan Data

Keabsahan data diusahakan dengan validitas (cross check), atau obyektifitas

yaitu mengusahakan agar data yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh pihak lain.

Adapun reliabilitas data dilakukan dengan mengadakan member check, yaitu

memberikan laporan tertulis mengenai wawancara yang telah penulis lakukan.

Tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam

penulisan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.

3. Laporan Hasil Penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mewawancarai 12 responden, pada tanggal 12

April 2008, jam 06.45-08.00 WIB. Proses wawancara adalah 9 responden yaitu

Page 68: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

50

postulan dikumpulkan secara bersama-sama dalam satu ruangan terbuka. Mereka

diberi pertanyaan dan masing-masing responden diberi kesempatan untuk menjawab

secara bergantian. Tiga responden yang lain, wawancara dilaksanakan secara

priabadi. Data yang penulis dapatkan akan diuraikan sesuai daftar pertanyaan seperti

tertulis di bawah ini.

a. Pengalaman dalam mendampingi anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR

Surabaya.

Bagaimana pengalaman postulan dan para suster selama ini dalam

mendampingi anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya?

R1 :”... merupakan suatu pengalamam dalam menjalin relasi dengan anak-

anak jalanan, berada dan bersama mereka sebagai saudara dan saudari.

Selain itu merupakan pengalaman kehadiran untuk sharing hidup dan

mendengarkan mereka”.

R2 :”... gembira karena dapat hadir dan bersama mereka untuk mendampingi

dengan mendengarkan sharing mereka, juga dapat berbagi bakat dan

kemampuan. Dalam kebersamaan sangat nampak adanya keterbukaan,

kejujuran, kegembiraan, persaudaran. Saya senang karena dalam

pendampingan ini bukan berangkat dari nol karena sebagian dari mereka

sudah memiliki sense of belonging dalam hidup bersama dengan anak

yang lain”.

R3 :”... sangat menyenangkan karena bisa mengenal cara hidup mereka dan

dapat saling berbagi pengalaman hidup”.

Page 69: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

51

R4 :”...senang karena memperoleh pengalaman untuk lebih dapat

menghargai hal-hal kecil, menghargai teman dan berbagi bakat dan

kemampuan”.

R5 :”...selain pengalaman memasak setiap hari Minggu bersama mereka,

saya banyak belajar tentang realitas hidup, solidaritas diantara mereka,

bersyukur atas segala yang telah diterima, serta perjuangan mereka untuk

dapat menyelesaikan sekolah. Keterbukan menerima siapa saja tanpa

membeda-bedakan membuat setiap orang yang datang merasa diterima

dan dihargai serta dicintai”.

R6 :”...Pengalaman sangat menyenangkan karena dipercayai mendampingi

anak-anak jalanan dalam kasih persaudaraan. Disanalah saya menemukan

makna bahwa mereka sangat berharga”.

R7 :”...sangat menyenangkan karena mereka cukup terbuka dalam menerima

para pendamping. Mereka dapat bergaul dengan kami dan cukup akrab.

Mereka dalam setiap kegiatan cukup terlibat aktif dan dengan rela dapat

membantu satu sama lain”.

R8 :”...dalam mendampingi anak-anak jalanan ada kegembiraan dan

kebahagiaan tersendiri. Walau ini adalah pengalaman pertama namun

tidak mengalami banyak kesulitan untuk berelasi dengan mereka. Yang

penting dari diri sendiri untuk bersikap sabar, mendengarkan, menerima

dengan tulus, bersahabat dan dapat mengerti mereka. Dengan

pengalaman ini saya semakin dapat merasakan kasih persaudaraan

diantara kami”.

Page 70: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

52

R9 :”...pengalaman bisa menjalin relasi dengan mereka sungguh

menyenangkan, karena saya bisa belajar dari mereka untuk dapat melihat

realitas hidup. Pengalaman memasak bersama mereka, bermain dan

sharing dengan mereka menjadikan bahwa mereka sudah seperti bagian

dari keluarga komunitas kami”.

R10 :”...senang, saya banyak belajar dari mereka. Anak-anak jalanan berasal

dari bermacam-macam daerah, tetapi disana mereka ada kegembiraan,

kebersamaan dan persaudaraan. Dalam hidup bersama mereka tidak

dibeda-bedakan antara anak kecil dengan mereka yang sudah dewasa

(bekerja). Mereka jujur, kalau cukup mereka mengatakan cukup. Saya

senang mendampingi mereka, dalam hidup seperti itu mereka masih

dapat tertawa dan terbuka untuk cerita dan saling membantu dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka semua diusahakan untuk dapat

sekolah supaya nantinya mempunyai masa depan yang lebih baik”.

R11 :”...senang dapat mendampingi mereka. Mereka begitu gembira bersama

kami dan dapat bekerjasama mulai usia anak-anak sampai mereka yang

sudah dewasa. Mereka juga terbuka menceritakan perasaan-perasaannya

dan pengalaman serta kesulitan mereka dalam hidup sehari-hari”.

R12 :”...awalnya memang agak canggung karena persepsi saya tentang anak

jalanan pasti ugal-ugalan tetapi realitasnya berbeda. Anak-anak ternyata

begitu sopan, bersahabat, ramah dan sederhana. Mereka cukup terlibat

dalam setiap kegiatan yang diadakan. Sungguh, pengalaman bersama

mereka saya menemukan kasih persaudaraan”.

Page 71: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

53

Pengalaman 12 responden pada umumnya mereka sungguh senang dan

dapat belajar dari realitas hidup yang anak-anak jalanan hadapi saat ini.

b. Kesulitan dan manfaat yang diperoleh dalam mendampingi anak-anak jalanan di

rumah singgah SEKAR Surabaya.

Apa kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mendampingi anak-anak

jalanan?

R1 :”... hanya menyediakan pada hari Minggu, hal ini kadang bersamaan

dengan kegiatan di komunitas. Kadang hanya sibuk memasak dengan

mereka sehingga untuk mengenal mereka secara pribadi dengan

mendalam terabaikan”.

R2 :”... berbenturan dengan kegiatan di komunitas dan kadang mengalami

kesulitan untuk menemukan solusi”.

R3 :”... dalam memberi pengertian kepada mereka untuk dapat meningkatkan

hidup lebih baik, misalnya untuk tidak sering jajan, main Play station,

dan rajin untuk menabung, karena seringkali mereka hanya

menghabiskan waktu bermain saja dan kurang mampu untuk diajak

berpikir tentang hari masa depan mereka”.

R4 :”...untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan mereka sehingga

mereka tidak merasa minder atau takut. Menyesuaikan waktu dengan

mereka yang memiliki dinamika hidup bebas tidak banyak peraturan”.

R5 :”...tidak banyak mengalami kesulitan, karena kegiatan ini sudah lama

dilakukan oleh para postulan dan suster terdahulu, kalaupun ada hanya

soal teknis saja”.

Page 72: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

54

R6 :”...kadang-kadang ada anak yang nakal dan agak sulit untuk diajak

bicara dan diberi pengertian, tetapi pada akhirnya mereka dapat berelasi

baik dengan kami. Memberikan perhatian kepada mereka secara merata

dan mengenal lebih mendalam dari masing-masing-pribadi”.

R7 :”...dalam mencari topik pembicaraan yang pas dengan mereka. Saya

pernah mencoba bertanya tentang pekerjaan mereka, tetapi karena cara

bertanya atau bahasa yang digunakan mungkin kurang pas, saya merasa

seperti sedang mengintrograsi mereka, sehingga mereka hanya menjawab

seperlunya saja.

R8 :”...terutama ketika mereka agak tertutup. Kadang menjawab hanya satu

kata jika menanyakan tentang sekolahnya atau hal yang lain, jadi saya

merasa seperti wartawan, tidak adanya komunikasi yang bebas dan

bahasa Jawa saya masih kurang sehingga tidak terlalu nyambung”.

R9 :”...terkadang anak-anak yang ikut kegiatan beberapa tidak tetap atau

ganti-ganti. Memberi pengertian kepada mereka pada hal-hal tertentu”.

R10 :”....untuk anak-anak kecil jika menu masakan menurut mereka baru

kadang-kadang tidak mau makan dan kadang-kadang diantara mereka

ada yang agak keras kepala. Dalam situasi ini kadang saya mengalami

kesulitan untuk menjelaskan kepada mereka”.

R11 :”...tidak mengalami kesulitan karena sudah belajar dari para

pendamping yang sudah lebih dulu mendampingi mereka.

R12 :”...ketika ada diantara mereka yang kurang peka untuk membantu

sesama yang mengalami kesulitan namun setelah diberitahu mereka akan

Page 73: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

55

senang hati untuk membantu. Bila mereka tidak bisa terbuka untuk

berbicara tentang hidupnya karena malu dan menutup diri”.

Sebagai Abdi Roh Kudus, apa manfaat yang diperoleh dalam mendampingi

anak-anak jalanan?

R1 :”... latihan menjalin relasi dan melayani dengan tulus, belajar

bertanggung jawab dan berorganisasi, belajar percaya diri dan latihan

komunikasi sebagai misionaris, dan live in untuk tinggal dan hidup dalam

dunia bersama orang lain”.

R2 :”... dapat membantu saya untuk setia, hidup apa adanya, sederhana.

Dapat mengajak saya untuk melihat motivasi panggilan hidup saya,

berani keluar dari diri, membuat pilihan dan menghadapi resiko.

Berjuang demi dan untuk hidup dan saling menghidupkan, kreatif dalam

segala hal. Memiliki rasa dan kepedulian untuk berpihak pada sesama

yang kecil dan miskin”.

R3 :”...belajar memahami dan mengerti pola hidup mereka, berempati dan

solider terhadap keprihatinan dan kesulitan yang mereka hadapi. Mampu

menyalurkan cinta kepada mereka lewat perhatian, pendampingan dan

suasana persaudaraan”.

R4 :”...mampu melihat realitas hidup masyarakat yang hidup dalam

kemiskinan. Hal ini dapat menyemangati saya untuk nantinya hidup di

daerah misi dengan segala tantangannya”.

R5 :”...menyadari akan realitas hidup, belajar dari mereka untuk berani

berkata cukup. Belajar dari mereka bahwa dari kekurangan mereka

Page 74: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

56

mampu berjuang utnuk menyelesaikan sekolah atau mencapai masa

depan. Kebersamaan dan sikap gotong royong diantara mereka serta

pembelajaran untuk hidup berkomunitas dengan menerima kelebihan dan

kekurangan orang lain dan lebih mensyukuri hidup”.

R6 :”…dapat belajar dari kehidupan mereka khususnya dalam menghadapi

kesulitan hidup tetapi mereka tidak mengalami keputusasaan. Dari

semangat mereka membuat saya semakin merasa berharga sebagai citra

Allah, dimana mengingatkan saya ketika mengalami sebagai anak

jalanan berjuang untuk dapat hidup. Menumbuhkan sikap pelayanan

yang tulus dan persaudaraan yang erat”.

R7 :”…Saya belajar menghargai dan menghormati anak-anak jalanan. Saya

belajar melayani mereka dan memahami kesulitan mereka dalam mencari

nafkah atau menghindari pergaulan yang negatif di jalanan, serta

keuletan mereka untuk tetap menyelesaikan pendidikan”.

R8 :”…saya belajar untuk dapat melayani dengan ketulusan hati agar dapat

membahagiakan mereka khususnya dalam bermain, bercerita, memasak

dan mendengarkan. Menambah relasi saya dengan mereka, relasi yang

baik sebagai sahabat dan saudara”.

R9 :”…saya belajar untuk melayani dengan tulus, belajar bagaimana

bertahan dalam situasi dan kondisi yang tidak selalu nyaman. Kehidupan

mereka cermin kesulitan sesama saya saat ini, hal ini bisa saya gunakan

sebagai inspirasi doa-doa setiap hari. Kerjasama yang baik dengan

mereka”.

Page 75: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

57

R10 :”…belajar untuk dapat mencintai semua orang, kejujuran. Dapat

menyesuaikan diri dengan orang yang berbeda-beda. Dari mereka saya

belajar untuk dapat mengatakan cukup. Ada keterbukaan untuk

bercerita, bercanda dan tertawa dalam situasi hidup yang sangat

terbatas”.

R11 :”…belajar untuk terbuka kepada setiap orang. Awal pembelajaran

yang baik bagi saya sebagai calon misionaris, agar dapat menjalin relasi

yang baik. Saya dapat mengenal banyak orang yang mempunyai latar

belakang dan budaya yang berbeda untuk saya perbaiki dalam

kekurangan saya selama ini”.

R12 :”…pelayanan yang tulus, kesaksian bahwa mereka masíh ada yang

mencintai, persaudaraan dan kerjasama”.

Dari apa yang sudah diungkapkan oleh 12 responden mereka dapat

mengambil manfaat bahwa pendampingan terhadap anak-anak jalananan ádalah satu

proses pembelajaran untuk dapat melayani dengan lebih tulus, dan penuh

kegembiraan.

c. Pendampingan Religiositas

Apakah pendampingan religiositas dapat membantu anak jalanan bertumbuh

dan berkembang dalam kualitas hidup di jaman ini?

R1 :”...Ya, karena dalam pendampingan religiositas ini anak diarahkan pada

pemaknaan tentang nilai-nilai hidup antara lain: hidup bersama,

bersyukur, kejujuran, kesetiaan, bertanggung jawab dan kreatifitas dalam

hidup”.

Page 76: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

58

R2 :”...Ya, karena mereka diajak untuk lebih dapat menghayati hidup agama

mereka dengan realitas hidupnya, misalnya: untuk saling memaafkan,

persaudaraan, tidak membeda-bedakan, menghargai satu sama lain”.

R3 :”...Ya, karena perlahan-lahan mereka bisa menerapkan nilai-nilai hidup

yang baik dalam keseharian hidup mereka, berkembang menjadi pribadi

yang tangguh dan tahan banting”.

R4 :”...Ya, karena hidup mereka tidak hanya ngamen saja yang kadang

mereka saat ngamen tidak diberi uang langsung mencoret atau melukai

body mobil, namun dengan pendampingan religiositas mereka lebih

dapat bersabar, berlatih untuk menggunakan barang-barang dengan baik

dan bertanggung jawab, belajar untuk rasa saling memiliki dan lebih

menghargai sesama”.

R5 :”... Ya, karena disini lebih ditekankan nilai-nilai seperti solidaritas,

kejujuran, cinta kasih, kerelaan berbagi, sense of belonging”.

R6 :”…Ya, karena perkembangan mereka makin lama dapat membuat

mereka Jujur, bertanggung jawab, sehingga mereka mempunyai

persaudaraan yang kuat terutama pada anak-anak jalanan yang perlu

dukungan untuk membawa mereka kembali jangan sampai terbawa

arus”.

R7 :”…Ya, karena dapat memberi keseimbangan atas pengaruh-pengaruh

negatif hidup di jalanan, sehingga mereka mempunyai hal-hal positif

yang diharapakan dapat mempengaruhi mereka dalam meningkatkan

kualitas hidup”.

Page 77: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

59

R8 :”…Ya, sebab disaat kita mendampingi, saat itu ada nilai-nilai yang kita

tampilkan pada mereka lewat sikap, tutur kata, cara mendampingi.

Sehingga dari situ mereka akhirnya dapat meniru atau mengambil nilai

tersebut untuk menjadi miliknya”.

R9 :”…Ya, dengan pendampingan religiositas mereka diharapkan sadar

dengan hidup pas-pasan tetapi mereka tetap tenang dan pasrah pada

penyelenggaraan Tuhan. Dengan pendampingan itu mereka akan

semakin mengembangkan nilai-nilai positif yang mereka miliki ( jujur,

sederhana dan kerjasama )”.

R10 :”…Ya, dengan pendampingan ini mereka diajarkan untuk bersikap

jujur, memaafkan. Mereka dapat belajar untuk saling membantu,

melengkapi dan dalam hidup seharí-hari mereka juga diajarkan untuk

memelihara persaudaraan dengan cinta kasih”.

R11 :”…Ya, dengan kepercayaan atau agama mereka dapat semakin

mengembangkan hidup mereka, ada toleransi diantara mereka”.

R12 :”…Ya, kadangkala mereka merasa terabaikan, merasa sendiri,

terpuruk dalam kesulitan. Dengan pendampingan religiositas justru akan

menyemangati mereka karena mereka merasa dimanusiakan dan

dicintai”.

Jawaban 12 responden semuanya menyatakan bahwa pendampingan

religiositas masih sangat relevan demi kualitas hidup mereka karena disinilah secara

konkret anak-anak jalanan di arahkan untuk menghayati nilai-nilai hidup secara

konkret yang sebenarnya sudah diajarkan dalam agama-agama mereka.

Page 78: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

60

4. Pembahasan Penelitian

a. Pengalaman mendampingi anak-anak di rumah singgah SEKAR Surabaya.

Bedasarkan hasil penelitian pada tanggal 12 April 2008 tersebut, diketahui

bahwa pengalaman mereka dalam mendampingan anak-anak jalanan cukup

menyenangkan dan dapat banyak belajar dari hidup mereka. Walau beberapa dari

mereka awalnya masih agak canggung dalam mendampingi anak-anak jalanan

namun dengan berjalannnya waktu dapat saling menyesuaikan diri. Mereka juga

melihat bahwa sudah banyak dari anak-anak jalanan yang mandiri artinya mereka

sudah menyelesaikan sekolahnya dan sudah bekerja. Pengalaman bersama anak

jalanan tidak sekedar hadir bersama mereka lalu mengajak mereka memasak dan

ketrampilan lain namun lebih menekankan bagaimana anak-anak nantinya dapat

semakin mampu memaknai hidup mereka dan orang lain dengan menanamkan

kepada mereka nilai-nilai hidup serta rasa syukur kepada Tuhan.

b. Kesulitan dan manfaat yang diperoleh dalam mendampingi anak-anak jalanan di

rumah singgah SEKAR Surabaya.

Para postulan dan para suster yang terlibat dalam karya kerasulan dalam

mendampingi anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya, juga

mengalami kesulitan dan menemukan manfaat khususnya sebagai Abdi Roh Kudus.

Kesulitan yang dialami, misalnya: bagaimana berkomunikasi dengan mereka,

menyesuaikan jadwal dengan mereka yang kadang bersamaan dengan jadual

kegiatan di komunitas, menyampaikan hal-hal yang berkaitan demi perkembangna

hidup mereka yang kadang mereka kurang dapat menangkap dan masa bodoh, dan

sikap tertutup dari mereka.

Page 79: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

61

Sedangkan manfaat yang diperoleh antara lain; dapat belajar dari realitas

hidup, lebih dapat berempati dan solider dengan orang-orang miskin, suatu

pengalaman sebagai bekal dan penyemangat jika diutus ke daerah-daerah misi yang

banyak tantangan serta perjuangannnya.

c. Pendampingan Religiositas

Religiositas menunjuk pada kedalaman pribadi manusia dalam hubungannya

dengan yang Ilahi dan memuat kepercayaan, keterkaguman, hormat penyerahan diri,

kasih sayang, serta tidak berbicara akan hukum dan peraturan yang ada, melainkan

berbicara tentang keiklasan, kesukarelaan, kepasrahan kepada Tuhan

(Mangunwijaya, 1986:6).

Dari penelitian yang telah penulis laksanakan pada tanggal 12 April 2008,

para suster dan postulan yang terlibat langsung dalam pendampingan menyatakan

bahwa pendampingan religiositas di jaman ini sangat perlu dan relevan.

Pendampingan religiositas bagi anak-anak jalanan akan lebih dapat membantu

mereka dalam menghayati agamanya dalam hidup sehari-hari.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pengalaman dalam mendampingi anak–anak jalanan dapat menghantar para suster

dan postulan untuk semakin terbuka akan realitas hidup. Walau dalam kenyataannya

banyak juga mengalami kesulitan demi kesulitan, namun hal ini tidak menjadi suatu

penghalang bagi mereka untuk tetap dapat melayani dalam bentuk pendampingan

kepada mereka. Dengan pengalaman ini para suster dan postulan banyak belajar

Page 80: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

62

khususnya sebagai Abdi Roh Kudus. Roh Kudus yang senantiasa menyala dan

membakar hati mereka untuk selalu peka dan solider terhadap kaum miskin

khususnya mereka anak-anak terlantar anak jalanan. Dengan pengalaman ini juga

menyadarkan para suster dan postulan untuk melihat motivasi panggilan mereka

untuk ikut ambil bagian dalam karya Yesus dengan memberi perhatian kepada

mereka yang lemah dan tersingkirkan.

Pendampingan yang dilakukan oleh para suster dan postulan tidak hanya

sekedar mendampingi mereka begitu saja. Namun pendampingan disini lebih pada

pendampingan religiositas yang mana ditekankan untuk dapat menghayati hidup

agama mereka dengan nilai-nilai hidup secara konkret. Dengan demikian agama

tidak hanya sekedar sebagai slogan bahwa mereka beragama namun lebih nyata

bagaimana agama itu dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Maka pada jaman

ini pendampingan semacam ini sangat perlu agar anak-anak jalanan semakin mampu

menemukan dan menjadikan hidup mereka semakin berkualitas dan berharga.

Page 81: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

63

BAB IV

EVALUASI KRITIS

TERHADAP PENDAMPINGAN RELIGIOSITAS ANAK-ANAK

JALANAN DI RUMAH SINGGAH SEKAR SURABAYA

Pendampingan Religiositas terhadap anak jalanan di rumah singgah SEKAR

Surabaya oleh para postulan dan suster Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus membawa

dampak yang cukup berarti. Dengan semangat yang diwariskan oleh para generasi

pendiri dan perutusan Yesus sendiri untuk dapat mewartakan Kabar Gembira

Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia, kenyataannya sampai saat ini pendampingan

dapat dilaksanakan dengan baik. Tentunya hal ini atas penyelenggaraan Allah dan

kerjasama dari berbagai pihak. Dari kenyataan yang ada pada bab IV ini akan

diuraikan evaluasi kritis atas semua yang sudah dilaksanakan selama ini. Bab IV ini

akan diuraikan menjadi tiga bagian yang pertama, dalam pelaksanaan selama ini hal-

hal apa saja yang sudah baik dan hal-hal apa yang dilihat dan dirasa masih kurang

dan perlu di tingkatkan kembali. Kedua dampak dari pendampingan itu sendiri yang

akan diuraikan menjadi dua bagian yaitu pendampingan sebagai proses

pembelajaran, model pendampingan yang terjadi, dan yang ketiga adalah pelayanan

pendampingan Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus terhadap anak jalanan.

Page 82: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

64

B. Evaluasi Kritis

1. Hal-hal Yang Sudah Baik

Sejauh ini dari data dan informasi yang diperoleh, bahwa dalam

pendampingan kepada anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya oleh

para postulan dan para suster SSpS Provinsi Jawa adalah: pendampingan rutin dapat

dilaksanakan, pendampingan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka secara

material tetapi lebih pada pembentukan pribadi mereka agar matang secara jasmani

dan rohani, pendampingan terhadap anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR

Surabaya tidak hanya bersifat satu arah artinya bahwa dalam pendampingan

melibatkan secara penuh antara pendamping dengan mereka yang di dampingi.

Dengan demikian akan dapat saling memperkembangkan satu sama lain. Dengan

melibatkan peserta yang didampingi secara aktif akan semakin dapat

memberdayakan mereka sehingga mereka akan semakin mandiri.

Pendampingan di rumah singgah SEKAR Surabaya sudah terkoordinasi.

Bentuk kepemimpinan tidak memiliki struktur kepemimpinan terpusat namun lebih

pada bentuk kepemimpinan bersama. Aktivitas yang dilaksanakan bervariasi ,mulai

dari diskusi Film, sharing analisa masalah, latihan musik, belajar bahasa Inggris,

komputer, pengembangan mental dan kepribadian, rekreasi sekaligus untuk semakin

memperkenalkan mereka akan alam dan lingkungan hidup, ada saat-saat santai

dengan bermain bersama, perbaikan gizi dan ketrampilan-ketrampilan yang lain

demi perkembangan hidup mereka. Pendampingan kepada anak-anak jalanan tidak

hanya terpusat di satu tempat namun dimungkinkan pula pendampingan dilakukan

di tempat-tempat anak-anak biasa mangkal. Kerjasama antara pendamping dan

mereka yang didampingi sudah terjalin dengan baik.

Page 83: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

65

Kemandirian anak-anak yang didampingi sudah di tanamkan sejak awal,

sehingga hal ini dapat mempermudah bagi mereka. Dengan kemandirian mereka

dapat melatih rasa tanggung jawab yang harus dimiliki. Hal ini terbukti misalnya

ketika para postulan dan suster hadir bersama mereka, mereka cukup peka sehingga

tanpa harus disuruh mereka dengan cepat dapat saling membantu, mempersiapkan

tempat, membantu sejauh mereka mampu, membereskan tempat apabila pertemuan

sudah selesai. Yang menarik disini adalah mereka masing-masing membuat

peraturan untuk dirinya sendiri dengan melihat kepentingan bersama. Dengan

membuat aturan bagi dirinya sendiri membuat mereka melatih bertanggung jawab

dan mendidik mereka sendiri untuk disiplin tanpa harus diperintah atau disuruh. Jika

mereka melanggar aturan mereka sendiri maka mereka juga akan memberi sanksi

kepada diri mereka sendiri.

Sebagian besar dari mereka sudah memiliki sense of belonging misalnya

ketika satu anak tidak hadir dalam acara bersama maka mereka akan mencari sampai

mendapatkan informasi yang jelas. Kebersamaan dan persaudaraan sangat dirasakan

dari para pendamping juga mereka yang di dampingi. Sampai saat ini anak-anak

jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya sangat terbuka dengan adanya

perbedaan, baik pendidikan, latar belakang keluarga maupun agama. Hal ini nyata

ketika perayaan Natal dan Paskah mereka diundang oleh para suster dan mereka

datang. Kesempatan-kesempatan semacam itu mereka manfaatkan untuk

mengembangkan kreatifitas mereka, misalnya dengan menyanyi, bermain musik,

drama dan puisi. Dalam keberbedaan mereka dapat menemukan mutiara-mutiara

kehidupan, sehingga dapat saling melengkapi dan memberdayakan satu sama lain.

Page 84: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

66

Pendampingan yang teratur dan adanya keterbukaan dari mereka yang

didampingi tidak hanya berdampak positip bagi kehidupan secara sosial atau

psikologis. Dalam pendidikan di sekolah mereka juga tidak kalah dengan anak

kebanyakan. Hal ini terbukti beberapa dari mereka bisa meraih prestasi yang baik,

dan dapat menyelesaikan sekolah mereka tepat pada waktunya. Setelah

menyelesaikan studi rata-rata tingkat SLTA mereka mencari pekerjaan yang layak.

Bermacam-macam jenis pekerjaan dan tempat mereka bekerja. Dengan demikian

mereka sudah bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari bahkan yang

masih mempunyai orang tua dapat membantu kebutuhan mereka.

2. Hal-hal yang masih kurang dan perlu untuk ditingkatkan

Untuk saat ini, ada beberapa dari anak-anak di rumah singgah SEKAR

Surabaya yang sudah tidak melanjutkan sekolah mereka pada tingkat yang lebih

tinggi, maka mereka biasanya sudah bekerja. Mereka bekerja di berbagai bidang, hal

ini sedikit menimbulkan kesulitan bagi proses pendampingan. Jadwal kegiatan

mereka tidak sama dan juga kegiatan mereka beragam maka untuk berkumpul tepat

waktu yang sudah ditentukan agak sulit. Walaupun beberapa dari mereka datang

tidak tepat waktu, namun pada akhirnya kebersamaan itu tetap terjalin. Kendalanya

bahwa kalau datang terlambat mereka akan kehilangan proses awal pendampingan

tersebut.

Dari pihak para pendamping sendiri yaitu para suster sedikit mengalami

kesulitan dengan jadual kegiatan pendampingan karena sering bersamaan dengan

jadual kegiatan komunitas. Maka dalam hal ini sangat perlu untuk

mengkomunikasikan kepada kedua belah pihak sehingga dapat menemukan solusi

Page 85: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

67

yang bijaksana, tidak saling merugikan. Dalam pendampingan ini perlu ditingkatkan

kembali sikap setia dalam mendengarkan bagi para pendamping. Upaya untuk dapat

menciptakan suasana yang nyaman bagi mereka yang di dampingi sehingga dapat

membantu mereka untuk terbuka dan merasa nyaman dalam berbagi pengalaman

baik yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Dalam

pendampingan yang masih kurang adalah bagaimana cara berkomunikasi baik

dengan mereka, artinya bahwa komunikasi itu dapat membantu mereka ke arah yang

lebih baik bukan menjadikan mereka semakin takut dan tertutup. Juga bagaimana

mengkomunikasikan apa yang menjadi ide dan keprihatinan para pendamping untuk

dapat disampaikan dan dimengerti oleh mereka. Dengan demikian ada harapan

bahwa mereka mengalami suatu perubahan kearah yang lebih baik.

Perkembangan jaman yang semakin maju membawa dampak begitu banyak

bagi kehidupan manusia. Maka sangat dibutuhkan bentuk atau model pendampingan

yang cukup relevan bagi anak-anak jalanan khususnya di rumah singgah SEKAR

Surabaya. Pendampingan yang sungguh-sungguh akan semakin membentuk pribadi

mereka matang secara jasmani maupun rohani. Ditengah budaya kematian yang

sedang merajalela di muka bumi ini, bagaimana para pendamping dapat menemukan

satu bentuk pendampingan yang mengajak mereka untuk Committed to life.

Keberpihakan terhadap kehidupan dapat mereka wujudkan dalam saling menghargai

satu sama lain, menghormati keberbedaan, mencintai dan memelihara alam ciptaan

dan lain sebagainya.

Untuk itu demi meningkatkan kualitas pendampingan maka perlu untuk

menggali kembali semangat pendiri kongregasi SSpS secara khusus kharisma

misioner.

Page 86: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

68

C. Dampak Pendampingan

1. Pendampingan sebagai proses pembelajaran

Dari hasil wawancara dengan responden dapat diambil kesimpulan bahwa

pendampingan selama ini kepada anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR

Surabaya adalah bentuk pendampingan sebagai proses pembelajaran. Artinya bahwa

pendampingan ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak yang didampingi namun

juga banyak memberikan manfaat kepada para postulan dan suster yang

mendampingi. Para postulan dan suster banyak belajar selama proses

pendampingan dalam realitas hidup anak jalanan. Beberapa hal yang dapat dipelajari

dari pendampingan anak-anak jalanan adalah mereka dapat belajar dalam

bertanggung jawab, berorganisasi, percaya diri, relasi dan pelayanan yang tulus,

komunikasi, memupuk kesetian, semakin memurnikan hidup panggilan,

kesederhanaan hidup, terbuka akan realitas hidup sehingga semakin memupuk rasa

empati kepada orang-orang miskin dan menderita.

Pengalaman bersama anak-anak jalanan membuat para postulan dan para

suster belajar untuk senantiasa berjuang dalam segala tantangan hidup khususnya

sebagai calon dan Misionaris Abdi Roh Kudus. Pengalaman bersama anak-anak

jalanan mengajak para postulan dan para suster Misi Abdi Roh Kudus untuk tidak

hidup dalam kemapanan. Pendampingan terhadap anak-anak jalanan di rumah

singgah SEKAR Surabaya merupakan suatu kekuatan formatif bagi postulan dan

para suster Misi Abdi Roh Kudus.

Dalam Kitab Suci Yesuspun menyatakan dirinya solider dengan kaum

miskin dan yang disingkirkan dari masyarakat. Hal ini sangat jelas bahwa di jaman

ini anak jalanan adalah salah satu kelompok miskin yang dimaksudkan dalam Kitab

Page 87: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

69

suci. Yesus menghendaki kita agar mampu membagi hidup dengan orang-orang

miskin. Anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya sudah menunjukan hal

ini. Dengan demikian ini menjadi bahan refleksi tersendiri bagi para postulan dan

suster SSpS khususnya Provinsi Jawa yang terlibat dalam pendampingan anak-anak

jalanan yang menamakan diri pengikut Yesus.

2. Model Pendampingan yang terjadi

Model pendampingan yang terjadi dalam mendampingi anak-anak jalanan di

rumah singgah SEKAR Surabaya, bukanlah model pendampingan satu arah atau

dari pendamping saja. Namun yang terjadi justru pendampingan dua arah. Dalam

pendampingan tersebut terjadi dialog antara pendamping dan mereka yang di

dampingi, ada keterlibatan aktif dari keduanya. Pendamping maupun mereka yang

didampingi sama-sama dapat saling belajar satu sama lain. Model pendampingan

semacam ini tentu tidak mudah karena dalam realitasnya masih ada beberapa

kesulitan yang dihadapi, terutama jika sebuah komunikasi menjadi macet maka akan

sulit bagi semuanya. Komunikasi macet bisa terjadi karena yang didampingi masih

belum nyaman dengan pendamping atau masih malu-malu dan takut. Sedangkan

bagi pendamping bisa terjadi karena belum begitu mengenal mereka yang

didampingi dengan seluruh latar belakang hidupnya.

Model pendampingan semacam itu mempunyai kedudukan sederajat yang

masing-masing pribadi diharapkan dapat berperan aktif dan menentukan proses

pendampingan. Dalam pendampingan itu tidak lagi bergaya seperti guru dam murid

tetapi bersifat sebagi sahabat dan teman berdialog yang saling membantu dan

meneguhkan.

Page 88: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

70

Pendampingan yang terjadi dapat semakin membantu anak-anak jalanan

untuk mandiri, tidak hanya duduk diam mendengarkan namun dapat terlibat aktif.

Pendampingan ini menjadikan mereka lebih kreatif dengan bakat-bakat dan

ketrampilan yang mereka miliki. Karena dalam pendampingan ini mereka diberi

peluang atau kesempatan untuk mengembangkannya baik dalam komunitas mereka

sendiri sesama anak-anak jalanan juga dalam komunitas para suster.

Sebagai orang miskin bahkan bisa dikatakan mereka adalah kelompok

tertindas dan sebagai manusia yang terbelah dan tidak otentik, dapat berperan serta

membangun sistem pendidikan bagi kebebasan mereka. Hanya jika mereka dapat

menemukan diri mereka sendiri telah menjadi pelayan-pelayan bagi mereka yang

telah banyak berbuat tidak adil bagi mereka atau kaum penindas. Dengan demikian

diharapkan mereka dapat menyumbangkan sesuatu bagi terciptanya pendidikan yang

membebaskan. Pendidikan kaum tertindas adalah sebuah perangkat agar mereka

mengetahui bahwa mereka dan penindas adalah pengejawantahan dari dehumanisasi

(Paulo Freire, 1985;18-19).

D. Pelayanan Pendampingan Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus Terhadap

Anak Jalanan.

Sebagai Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus dan Komunitas Provinsi Jawa,

semua mendapat perutusan untuk dapat berpatipasi dalam mengupayakan kehadiran

belas kasih Allah di tengah-tengah dunia jaman ini. Berbagai bentuk pelayanan

diupayakan akan sungguh-sungguh belas kasih Allah dapat terwujud. Pelayanan

kepada kaum miskin menjadi prioritas pelayanan di jaman ini.

Page 89: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

71

Seperti sudah di jelaskan dalam Resolusi Rekomendasi Kapitel Provinsi

Jawa ke XVIII tahun 2007 untuk semakin tanggap akan kebutuhan Gereja lokal dan

situasi setempat. Salah satunya adalah pendampingan terhadap anak-anak jalanan.

Pendampingan terhadap anak-anak jalanan yang saat ini sedang dilaksanakan sudah

sesuai dengan cita-cita Kongregasi maupun Provinsi. Namun masih harus di

tingkatkan kembali pelayanan tersebut. Terutama bagaimana Kongregasi dapat

menggugah hati setiap suster untuk dapat ikut ambil bagian dalam karya pelayanan

ini. Realitanya tenaga masih sangat sedikit dan perlu terus-menerus dikobarkan api

semangat pelayanan terhadap kaum miskin dan menderita. Agar pelayanan

pendampingan terhadap anak jalanan tidak mandul namun semakin berbuah limpah,

perlu para Abdi Roh Kudus senantiasa menggali semangat atau Kharisma

Kongregasi yang sudah diwariskan oleh para generasi pendiri.

Panggilan misioner Abdi Roh Kudus berakar dalam iman kepada Allah

Tritunggal Mahakudus yang hidup dalam hati mereka. Sebagai pribadi maupun

sebagai persekutuan, hendaklah para Abdi Roh Kudus dapat memuliakan Allah

Tritunggal dengan melaksanakan tugas apapun, agar Dia dikenal dicintai serta

dimuliakan oleh segala bangsa (Prolog Konstitusi).

Dalam mewujudkan perutusan, sebagai Abdi Roh Kudus hidup dalam

harapan bahwa Roh Kudus sudah memulai karya keselamatan akan

menyelesaikannya. Kekuatan para Abdi Roh Kudus terletak dalam Roh Kudus

bukan pada usaha mereka sendiri. Keyakinan tersebut menyanggupkan mereka

dalam meneruskan perutusan, meski di tengah pencobaan, kesulitan, kekecewaan

dan dengan demikian melengkapi apa yang masih kurang pada penderitaan Kristus

Page 90: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

72

bagi tubuh-Nya yaitu Gereja (Kol 1:24). Melalui pengharapan itu sebagai Abdi Roh

Kudus ambil bagian dalam kegembiraan Kerajaan Allah (Konst. Art.120).

Pengakuan terhadap martabat manusia adalah jauh lebih penting dari tiap

bantuan material manapun. Kepedulian terhadap kaum miskin menuntut bahwa para

Abdi Roh Kudus tidak hanya bekerja bagi mereka tetapi juga dengan mereka,

belajar dari mereka tentang kebutuhan dan aspirasi hidup. Dengan menolong mereka

kaum miskin sehingga perlahan-lahan mereka sanggup mencapai taraf hidup yang

lebih baik, dengan memanfaatkan sumber daya dan inisiatip mereka sendiri serta

rela membantu orang lain (Konst. Art. 112.1).

Page 91: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V yang merupakan bagian terakhir skripsi ini, penulis akan

membuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan akan mengemukakan pokok-pokok

gagasan yang perlu ditegaskan kembali berkaitan dengan pendampingan religiositas

oleh para postulan dan suster SSpS provinsi Jawa bagi anak-anak jalanan di rumah

singgah SEKAR Surabaya yang bersemangatkan Kharisma Misioner Kongregasi

Suster Misi Abdi Roh Kudus. Dalam bab ini penulis juga mengemukakan beberapa

saran bagi para postulan dan para suster yang terlibat dalam pendampingan anak-

anak jalanan dan bagi para pendamping lainya yang memberikan pendampingan

bagi anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dikatakan bahwa pendampingan

religiositas bagi anak-anak jalanan masih sangat relevan dan dapat membantu

mereka bertumbuh dan berkembang dalam kualitas hidup di jaman ini.

Dalam suatu pendampingan hendaknya kita selalu ingat akan pokok-pokok

yang harus ada yaitu dibutuhkan pengetahuan yang cukup khususnya pengetahuan

akan segala sesuatu yang berkaitan dengan yang di dampingi dan proses

pendampingan itu sendiri. Dalam pendampingan kita juga harus terbuka dengan

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sehingga dengan perubahan irama dalam

suatu pendampingan akan mempermudah melakukan pendampingan yang lebih baik

di masa yang akan datang. Sikap sabar dalam suatu pendampingan menjadi salah

Page 92: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

74

satu unsur yang sangat penting. Dengan kesabaran diharapkan dapat menolong

mereka yang didampingi mampu menemukan dirinya sendiri dengan saatnya yang

tepat. Kesabaraan tidak hanya ditujukan kepada mereka yang didampingi tetapi juga

sabar bagi diri sendiri. Kesabaran yang diciptakan harus dibarengi dengan adanya

ketulusan hati, kepercayaan dan kerendahan hati dari seorang pendamping.

Mendampingi berarti sebagai salah satu usaha yang dilakukan untuk menemani

seorang dari dekat dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Dalam suatu

pendampingan satu hal yang penting yaitu pendamping memiliki harapan bahwa

yang didampingi akan bertumbuh dengan lebih baik.

Demikian juga ketika kita melaksanakan suatu pendampingan religiositas.

Pendampingan religiositas mengajak mereka yang didampingi sampai kepada

kekedalaman pribadi sebagai manusia dalam hubungannya dengan yang Ilahi. Di

sana tumbuh kepercayaan, keterkaguman, hormat penyerahan diri, kasih sayang,

yang sampai kepada suatu keiklasan, kesukarelaan dan kepasrahan kepada Tuhan.

Pendampingan terhadap anak-anak jalanan akan berbeda dengan

pendampingan terhadap kelompok-kelompok lain. Anak jalanan memiliki warna

kehidupan yang berbeda dengan anak-anak kebanyakan. Hidup mereka sudah

terbiasa ditempa dengan berbagai macam kesulitan dan tantangan. Orientasi hidup

mereka lebih diarahkan bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup

mereka sehari-hari terutama kebutuhan untuk makan dan minum agar dapat

mempertahankan hidup. Anak-anak jalanan juga dimanfaatkan oleh orang-orang

yang kurang bertanggung jawab, mereka hanya memanfaatkan tenaga anak jalanan

untuk mencari uang dengan memperkerjakan mereka. Keuntungan akan mereka

Page 93: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

75

peroleh sebanyak-banyaknya sedangkan anak-anak jalanan hanya menerima belas

kasih mereka.

Religiositas dapat dialami dalam hal-hal biasa dalam hidup sehari-hari

dimana tercermin tidak hanya dalam kegiatan yang berciri agama saja tetapi juga

terlibat dalam kegiatan yang tidak berarti agama. Dalam pendampingan religiositas

hendaknya sampai kepada perwujudan yang konkret dalam hidup sehari-hari.

Religiositas tidak lagi dilihat dalam kuantitas namun lebih pada kualitas hidup

seseorang dalam menghayati imannya. Penghayatan iman yang benar akan

membawa manusia semakin dewasa secara lahir dan batin, terutama dalam

hubungannya dengan sesama.

Pendampingan religiositas bagi anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR

Surabaya yang dilakukan oleh para postulan dan suster-suster Misi Abdi Roh Kudus

Provinsi Jawa yang terjadi adalah pendampingan adalah suatu proses pembelajaran.

Artinya bahwa pendampingan itu tidak hanya bermanfaat bagi mereka yang

didampingi saja namun juga memberi manfaat bagi para pendamping itu sendiri.

Manfaat yang diperoleh adalah suatu pembelajaran. Para pendamping yaitu postulan

dan para suster Misi Abdi Roh Kudus dapat belajar dari seluruh proses

pendampingan. Pembelajaran yang diperoleh antara lain semakin terbuka akan

realitas kehidupan khususnya di jaman yang semakin maju. Dengan keterbukaan

akan realitas hidup membuat semakin peka dan solider terhadap kaum miskin

khususnya anak-anak jalanan. Hal itu semakin memberi motivasi dalam menanggapi

panggilan Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya Yesus dengan memberi

perhatian kepada mereka yang lemah dan tersingkirkan.

Page 94: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

76

Postulan dan para Suster Misi Abdi Roh Kudus Provinsi Jawa yang terlibat

dalam pendampingan kepada anak-anak jalanan harus tetap disemangati oleh

Kharisma Misioner Kongregasi. Dalam kenyataannya dari hasil wawancara bahwa

mereka juga mengalami beberapa kesulitan dan tantangan, namun mereka tetap

berusaha untuk menjalankan misi tersebut dengan gembira. Keberpihakan terhadap

kaum lemah dan tersingkir menjadi prioritas utama Kongregasi Misi Abdi Roh

Kudus, agar Kerajaan Allah semakin dapat diwartakan dan dirasakan bagi banyak

orang. Dalam pendampingan religiositas ini diharapakan bahwa anak-anak jalanan

dapat menemukan hal yang sangat berguna bagi hidupnya, bukan saja secara materi

tetapi lebih pada hidup rohani mereka. Dari hari ke hari dengan adanya

pendampingan religiositas ini mereka mengalami begitu banyak rahmat dalam

hidupnya. Dengan demikian hidup mereka walaupun mengalami banyak tantangan

dan kesulitan mereka senantiasa mampu bersyukur kepada Tuhan atas

penyelenggaraan hidup ini. Agar pendampingan semakin lebih baik maka

dibutuhkan evaluasi kritis dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.

B. SARAN

Bertitik tolak dari keseluruhan pembahasan yang telah diuarikan dalam

setiap bab, akhirnya penulis mencoba mengungkapkan saran-saran yang dapat

diperhatikan dan digunakan untuk meningkatkan palayanan pendampingan

religiositas anak-anak jalanan oleh para postulan, para Suster Misi Abdi Roh Kudus

dan para pendamping di rumah singgah SEKAR Surabaya:

1. Pada jaman yang semakin maju suatu pendampingan akan menghadapi

banyak tantangan sehingga dibutuhkan adanya kepekaan untuk melihat

Page 95: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

77

tanda-tanda jaman tersebut. Dengan demikian dapat mencari terobosan-

terobasan baru agar pendampingan itu dapat dilaksanakan dengan lebih baik

dan menyenangkan dalam seluruh proses pendampingan tersebut.

2. Pendampingan tidak hanya sekedar hadir dan mendampingi, tetapi

pendampingan yang selalu disemangati oleh semangat generasi pendiri

Kongregasi yaitu Kharisma Misioner maka hendaknya setia menggali

semangat tersebut dengan memperdalam konstitusi melalui rekoleksi atau

studi bersama.

3. Pendampingan religisoitas yang menantang dan menuntut kita untuk berani

hadir, hidup dan berada bersama mereka.

4. Pendampingan yang bukan sekedar sebagai suatu panggilan kemanusiaan

atau bersifat sosial, namun lebih pada bagaimana pendampingan itu dapat

memberdayakan mereka yang di dampingi agar semakin tumbuh dalam

kualitas hidup mereka.

5. Pendampingan yang mampu mengolah dengan keluh kesah Roh Kudus

dalam hidup dan diri anak-anak jalanan.

Page 96: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

78

DAFTAR PUSTAKA

Allard, Michael. (1996 ). Misi Dewasa Ini dan Wanita Dalam Misi. Roma. Arief Furchan. (terj). (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya:

Usaha Nasional. Artanto Widi. (1997). Menjadi Gereja Misioner. Yogyakarta: Kanisius. Banawiratma, JB, dkk. (ed). (1996). Iman Ekonomi dan Ekologi. Yogyakarta:

Kanisius. Brand Agada. (1996). Dipanggil Untuk Menshare Hidup dan Misi. Roma. Dokumen Kapitel Umum XII. (2002). Menyalakan Kembali Api Dalam Komunitas

SSpS untuk Misi Jaman ini. Roma. Dopo, Eduard. (ed). (1992). Keprihatinan Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Freire Paulo. (1985). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: Lembaga Penelitian

Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Hadiwikarta. (Terj). (1990). Evangelii Nuntiandi. Jakarta: Departemen

Dokumentasi dan Penerangan KWI. Jakob, Tom. (1997). Berbagai Macam Kharisma Dalam Satu Roh. Yogyakarta:

Kanisius. Keraf, Gorys. (1979). Komposisi. Ende: Nusa Indah. Komentar Kapitel Jenderal X. (1990). Roma. Magnis Suseno, Franz. (2004). Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat

Majemuk. Jakarta: OBOR. Mandaru, Hortensius. (1992). Solidaritas Kaya-Miskin Menurut Lukas. Yogyakarta:

Kanisius. Mangunhardjana, A.M. (1986). Pendampingan Kaum Muda: Sebuah Pengantar.

Yogyakarta Kanisius. . (2005). Religiositas, Agama dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius. Mangunwijaya. (1982). Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar Harapan. . (1986). Menumbuhkan Sikap Religius Anak-anak. Jakarta: Gramendia. . Dari Pelajaran Agama ke Pendidikan Religiositas. Yogyakarta: Dinamika

Edukasi Dasar Miserior. Mayeroff, Milton. (1993). Mendampingi Untuk Menumbuhkan. Yogyakarta:

Kanisius. McHugh, Peter SVD. (1978). Spritualitas Bapa Pendiri dan Kongregasi Kita. Ende-

Flores: Offset Arnoldus. Moleong, Lexy.J. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Nasution, S. (1988). Metodologi Naturalistik-Kualitatif. Bandung: TARSITO. Prior, John. (1993). Bejana Tanah Nan Indah. Seri Pastoralia, Ende: Nusa Indah. Rehbein, Carolina. (1990). Arah Misioner SSpS dalam Dunia Dewasa ini. Komentar

Kapitel Jenderal X, Roma. .( 1996). Inti Identitas Kita. Roma. .( 2000 ). Akar-Akar yang Menjanjikan Panenan. Steyl, Belanda. Resolusi Rekomendasi Kapitel Provinsi XVIII. (2007). Surabaya. Sardi, Martino. (2003). Perlindungan Anak Jalanan Sebuah Tinjauan Hak Asasi

Manusia. Dokumen 23, Yogyakarta.

Page 97: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

79

.Promosi dan Proteksi Hak-hak Asasi Manusia dalam Perspektif Teologi. Schultheis, Michael. (1988). Pokok-Pokok Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta:

Kanisius. Suryawarsita, SJ. (1996). Pengabdi Keadilan. Yogyakarta: Kanisius. Tilman, Dianne. (2004). Living Values An Educational Program Educator Training

Guide. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (1988). Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang RI nomor 3 Tahun 2007 tentang Pegadilan Anak. Trinity. 2007.

Verhoeven, Th. (1969). Kamus Latin-Indonesia. Flores-Ende. Konstitusi dan Direktorium Kongregasi Misi Abdi Roh Kudus. (1984), Roma.

Page 98: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

80

LAMPIRAN

Page 99: KHARISMA MISIONER KONGREGASI SSpS UNTUK … fileMenanggapi situasi tersebut di atas penulis melihat pentingnya suatu pendampingan bagi mereka. Agama yang mereka anut berbeda-beda maka

(1)

Lampiran : Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana pengalaman postulan dan para suster dalam mendampingi anak-anak jalanan di rumah singgah SEKAR Surabaya?

2. Apa kesulitan–kesulitan yang dihadapi dalam mendampingi anak-anak jalanan? 3. Sebagai Abdi Roh Kudus, apa manfaat yang diperoleh dalam mendampingi

mereka? 4. Apakah pendampingan religiositas dapat membantu anak jalanan bertumbuh dan

berkembang dalam kualitas hidup di jaman ini?