bab ii tinjauan pustaka 2.1 komunikasi antar budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/bab ii.pdfhal ini...

38
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budaya 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya Banyaknya budaya yang ada di Indonesia membuat semakin banyak pula perbedaan. Sebagai seorang makhluk sosial yang diharuskan untuk melakukan komunikasi, perbedaan tersebut seharusnya tidak menjadi penghalang dalam proses komunikasi. Maka dari adanya perbedaan budaya yang melatarbelakangi keberlangsungan komunikasi, munculah istilah komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya ditandai dengan adanya perbedaan budaya antara sumber dan penerimanya. (Mulyana, Deddy dan Rakhmad, Jalaluddin, 2001: 20). Sedangkan menurut Samovar, Porter dan McDaniel komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi (Samovar, LA., Porter, ER., McDaniel, RE, 2010:13). Selain itu menurut Gehard Maletzke “ Intercultural communication is the process of exchange of thoughts and meaning between people of differing cultures”. (Komunikasi antar budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna di antara orang yang berbeda kebudayaannya)

Upload: others

Post on 22-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Antar Budaya

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Banyaknya budaya yang ada di Indonesia membuat semakin banyak pula

perbedaan. Sebagai seorang makhluk sosial yang diharuskan untuk melakukan

komunikasi, perbedaan tersebut seharusnya tidak menjadi penghalang dalam proses

komunikasi. Maka dari adanya perbedaan budaya yang melatarbelakangi

keberlangsungan komunikasi, munculah istilah komunikasi antar budaya.

Komunikasi antar budaya ditandai dengan adanya perbedaan budaya antara

sumber dan penerimanya. (Mulyana, Deddy dan Rakhmad, Jalaluddin, 2001: 20).

Sedangkan menurut Samovar, Porter dan McDaniel komunikasi antar budaya

melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya

cukup berbeda dalam suatu komunikasi (Samovar, LA., Porter, ER., McDaniel, RE,

2010:13).

Selain itu menurut Gehard Maletzke “ Intercultural communication is the

process of exchange of thoughts and meaning between people of differing cultures”.

(Komunikasi antar budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna di antara

orang yang berbeda kebudayaannya)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

7

Dari ketiga definisi di atas dapat dilihat bahwa ketiga ahli tersebut

menekankan bahwa komunikasi antar budaya dapat terjadi ketika adanya perdedaan

budaya antar komunikan dan komunikatornya.

2.1.2 Fungsi Komunikasi Antar budaya

Seperti komunikasi pada umumnya, komunikasi antar budayapun juga

memiliki beberapa fungsi. Menurut Liliweri, fungsi dari komunikasi antar budaya

terbagi menjadi dua fungsi yakni fungsi pribadi dan fungsi sosial, di mana kedua

fungsi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut (Liliweri, Alo, 2013: 36-44) :

1. Fungsi Pribadi

Di dalam fungsi pribadi masih terdapat empat fungsi yang telah disusun secara

rinci, diantaranya yakni sebagai berikut:

a. Menyatakan identitas sosial: Fungsi ini merupakan salah satu cara individu

untuk menunjukkan identitas sosialnya, melalui komunikasi verbal maupun

non verbal. Misal untuk menunjukkan suku bangsa, agama, pendidikan dan

pengetahuan.

b. Menyatakan Integrasi Sosial: Inti dari konsep integrasi adalah saling

menghargai perbedaan terutama budaya.

c. Menambah pengetahuan: Fungsi ini dapat berjalan ketika seseorang memiliki

sikap yang terbuka, mengenai budaya lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

8

d. Melepaskan diri/ jalan keluar: Fungsi terakhir adalah untuk mencari jalan

keluar, baik dengan orang yang memiliki perilaku sama atau yang berbeda

sekalipun.

2. Fungsi Sosial

Seperti halnya fungsi pribadi, fungsi sosialpun memiliki beberapa fungsi yang

terperinci, diantaranya yakni sebagai berikut:

a. Pengawasan: Praktek komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang

bebeda budaya memiliki fungsi untuk saling mengawasi. Hal ini bermanfaat

untuk melihat perkembangan mengenai lingkungan.

b. Menjembatani: Dalam hal ini komunikan dan komunikator adalah jembatan

bagi pesan yang akan disampaikan, agar tidak terjadi kesalah pahaman antara

keduanya.

c. Sosialisasi nilai: Fungsi mengajarkan serta mempekenalkan nilai-nilai suatu

budaya kepada masyarakat yang berbeda budaya. Salah satunya adalah untuk

memahami komunikasi non verbal agar tidak salah memaknai suatu hal dari

budaya yang bebeda.

d. Menghibur: Suatu pertunjukan yang berasal dari budaya yang berbeda bisa

menjadi suatu pertunjukkan yang menghibur masyarakat. Seperti orang Jawa

yang melihat tarian kecak saat sedang berada di Bali.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

9

2.1.3 Proses Komunikasi Antar budaya

Pada hakikatnya proses komunikasi antar budaya merupakan suatu proses

yang interaktif, transaksional serta dinamis. Menurut Wahlstrom, komunikasi

dikatakan interaktif apabila komunikator dan komunikan melakukan komunikasi dua

arah, tetapi masih berada pada tahap rendah (Liliweri, Alo, 2013: 24).

Sedangkan tahap transaksional menurut Hybles dan Sandra, ialah pertukaran

pesan diantara kedua pelaku komunikasi telah memasuki tahap tinggi, misalkan

terdapat sikap saling mengerti atau memahami diantara keduanya. Sedangkan,

dikatakan dinamis karena, proses komunikasi tersebut berlangsung dalam keadaan

yang dapat berubah sesuai situasi dan kondisi. Terlebih dalam komunikasi

anatarbudaya, di mana kebudayaan adalah sebagai penghidup dari proses komunikasi

tersebut (Liliweri, Alo, 2013: 24-25).

Proses komunikasi antar budaya memiliki beberapa dimensi, diantaranya

(Ridwan, 2016:102) :

1. Komunikasi antar budaya merujuk pada bermacam tingkatan lingkup dan

kompleksitas organisasi sosial

2. Komunikasi antar budaya merujuk pada konteks sosial komunikasi antar

budaya yang meliputi organisasi, pendidikan, akulturasi imigan, difusi

inovasi dan sebagainya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

10

3. Saluran komunikasi dibagi atas saluran antarpribadi dan media massa.

Dimensi ketiga ini memengaruhi proses dari hasil keseluruhan proses

komunikasi antar budaya.

2.1.4 Unsur- Unsur Proses Komunikasi Antar budaya

Melihat definisi dari komunikasi antar budaya di atas, maka tedapat beberapa

unsur di dalamnya, diantarnya komunikator, komunikan, pesan/ simbol, media, efek/

umpan balik, suasana (setting dan context), serta gangguan (noise atau interfence). Di

mana hal tersebut akan dibahas satu persatu, sebagai berikut (Liliweri, Alo, 2013: 25-

31) :

1. Komunikator

Komunikator adalah orang yang memulai sebuah komunikasi kepada seorang

komunikan. Dalam komunikasi antar budaya komunikator merupakan

seseorang yang berasal dari latar belakang kebudayaan tertentu. Karakteristik

dari setiap komunikator menurut Howard Giles dan Arlene Franklyn-Strokes

juga bergantung dari latar belakang etnis dan ras, faktor usia dan jenis kelamin

hingga latar belakang politiknya.

Komunikator A Komunikan B

Kebudayaan A Kebudayaan B

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

11

2. Komunikan

Komunikan merupakan pihak yang menerima suatu pesan dari komunikator.

Dalam komunikasi antar budaya komunikan memiliki latar belakang

kebudayaan yang berbeda dari komunikator. Ada tiga bentuk pemahaman

komunikan ketika memahami isi pesan, yakni: (1) kognitif, di mana

komunikan menerima suatu isi pesan yang menurutnya benar, (2) afektif,

komunikan tidak hanya merasa benar, mereka juga menyukai isi pesan

tersebut, (3) overt action, dalam tahap ini komunikan akan terdorong untuk

melakukan sesuatu atas pesan tersebut karena merasa pesan tersebut benar dan

baik.

3. Pesan/ Simbol

Pesan merupakan gagasan atau sesuatu hal yang disampaikan oleh

komunikator berupa simbol. Dalam komunikasi antar budaya simbol-simbol

tersebut harus dipahami dan diwaspadai, karena perbedaan budaya akan

menghasilkan pemaknaan yang berbeda atas isi pesan tersebut.

4. Media

Dalam komunikasi antar budaya media merupakan alat untuk mengirim pesan.

Media dapat berupa media tertulis (surat, telegram), juga media massa (cetak),

dan media elektronik.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

12

5. Efek atau Umpan Balik

Umpan balik merupakan reaksi atau tanggapan yang diberikan komunikan

kepada komunikator terhadap pesan yang telah disampaikan. Sehingga

komunikan dan komunikator harus memahami betul pesan yang disampaikan,

terlebih dalam komunikasi antar budaya, agar tidak menimbulkan bias.

6. Suasana

Suasana menjadi salah satu faktor penting dalam komunikasi antar budaya.

Ketepatan waktu, tempat dan situasipun mempengaruhi bagaimana komunikasi

antar budaya tersebut dapat berlangsung. Maka dari itu terkadang hal ini

disebut sebagai setting of communication.

7. Gangguan

Gangguan merupakan segala sesuatu yang menghambat penyampaian pesan

dalam komunikasi antar budaya. Gangguan ini dapat terjadi dari unsur-

unsurkomunikasi yang ada, seperti perbedaan status sosial dari komunikator

dan komunikan. Selain itu juga dapat terjadi karena kesalahan dalam

memberikan makna pesan, sehingga pesan yang sampai tidak sesuai.

Sementara dalam buku Komunikasi Antar budaya Mengubah Persepsi dan

Sikap Dalam Meningkatkan Keativitas Manusia milik Aang Ridwan juga dikatakan

bahwa unsur-unsur proses komunikasi antar budaya juga terdiri dari tujuh unsur yang

sama seperti milik Alo Liliweri yaitu (2016: 105-107) :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

13

a. Komunikator

b. Komunikan

c. Peran atau symbol

d. Media

e. Efek dan Umpan Balik

f. Suasana

g. Gangguan

Dari beberapa unsur di atas dapat diketahui bahwa ketujuh unsur di atas

sangat penting dalam proses terjadinya komunikasi antar budaya, dan ketika ada

ketimpangan dalam salah satu unsur tersebut maka akan berpengaruh pula pada

proses komunikasi antar budaya yang sedang terjadi. Para pelaku komunikasi antar

budaya harus memahami betul unsur-unsur tersebut untuk menunjang keberhasilan

komunikasi antar budaya yang sedang dibangun.

2.1.5 Hambatan Komunikasi Antar budaya

Menurut Novinger, reaksi negatif dan evaluatif terhadap sebudah budaya

dalam komunikasi antar budaya dapat memicu sebuah hambatan komunikasi.Evaluasi

yang bersifat negatif tersebut dapat menyebabkan ketidaksukaan dan penghindaran.

Hal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma

yang di anut oleh budaya asli di suatu tempat. (Ridwan, 2016: 114)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

14

Gambar 2.1 Hambatan Potensial Komunikasi Antar budaya

Sumber: Ridwan, 2016: 117

1) Hambatan Presepsi

Secara garis besar hambatan presepsi dibagi menjadi dua yakni hambatan

presepsi yang dibentuk secara budaya dan hambatan presepsi individu yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

15

terletak dalam kerangka budaya. Beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya hambatan presepsi tersebut dapat dilihat dalam bagan beikut:

Gambar 2.2 Hambatan Presepsi

Sumber: Ridwan, 2016: 25

2) Hambatan Verbal

Hambatan verbal merupakan bagain dari hambatan behavior, verbal sendiri

berarti bahasa. Seperti yang ditunjukkan pada bagan 2.1 mengenai hambatan

potensial komunikasi antar budaya, hambatan verbal dipengaruhi oleh

berberapa faktor seperti, aksen, irama, konotasi, konteks, idiom, penggunaan

kesopanan, keheningan serta style.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

16

3) Hambatan Nonverbal

Hambatan nonverbal masih masuk dalam hambatan behavior, menurut Tracy

(Ridwan, 2016:119) ada beberapa faktor yang berpotensi menghambat

komunikasi antar budaya, diantaranya:

a) Kronemik ( penerimaan akan waktu)

b) Kinesik, yang dibagi menjadi gestur, kontak mata, ekspresi wajah, postur

dan bau

c) Proxemik yang dibagi menjadi:

1. Fixed- feature space (ruang tetap yang memberitahu hal-hal yang

dilakukan, tempat, dan cara melakukan)

2. Semifixed- featured space (ruang semitetap, menambahakan fungsinya

pada objek yang dapat dipindah)

3. Informal Space (mencakup jarak yang dibuat dalam komunikasi

interpersonal, bersifat variasi berdasar budaya).

d) Karakter fisik yang terbagi atas artefak dan penampilan fisik

e) Vocal atau karakteristik kemampuan berbicara (Speech characteristic)

Sedangkan menurut Barna dan Ruben (Ridwan, 2016:120), hambatan komunikasi

antar budaya dibagi menjadi lima, yaitu:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

17

1) mengabaikan perbedaan antara antar individu yang berbeda kelompok;

2) mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda;

3) mengabaikan perbedaan dalam makna;

4) melanggar adat kebiasaan kultural;

5) menilai perbedaan secara negatif.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat faktor utama yang menimbulkan

terjadinya hambatan dalam komunikasi antar budaya adalah penilaian secara negatif

kepada kelompok budaya yang berbeda, kesalapahaman presepsi, faktor bahasa dan

kesalahan komunikasi nonverbalpun ikut mempengaruhi hal tersebut. Hal-hal seperti

itu sebisa mungkin untuk dihindari dalam proses komunikasi antar budaya agar dapat

meminimalisir hambatan komunikasi.

1.1.6 Teori Jarak Sosial

Konsep jarak sosial menurut Edward T. Hall membahas mengenai jarak

seseorang dalam berinteraksi. Para pelaku komunikasi dapat saling berbicara tetapi

tidak saling menyentuh. Jarak sosial menitik beratkan pada pengukuran dekat jauhnya

suasana psikologis antara individu dari kelompok tertentu menuju individu dari

kelompok lain. Teori jarak sosial dikembangkan oleh Bogardus, teori ini

dikembangkan kedalam konsep social distance, yang merupakan skala untuk

mengukur bagaimana tingkat kedekatan atau jarak yang dirasakan oleh orang-orang

yang berbeda etnik atau ras. Jarak sosial bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

18

kelompok primer, adanya kelompok dominan dan stereotip kelompok. Seperti yang

diungkapkan oleh Sears, dkk (1994) bahwa ketika ada dua etnis dalam satu wilayah

tidak berbaur dengan akrab, maka kemungkinan akan terjadi prasangka dalam

wilayah tersebut. Sehingga dengan begitu akan menimbulkan sebuah jarak sosial, di

mana semakin besar prasangka yang muncul, maka akan semakin besar jarak sosial

yang timbul. Menurut Walgito (2011) orang dengan jarak sosial yang dekat akan

membawa interaksi yang lebih intens dibandingkan dengan orang yang jarak

sosialnya jauh. Jarak sosial didasari oleh tiga hal berikut, diantaranya:

a. Prasangka (Prejudice)

Menurut Bennet dan Jannet prasangkan merupakan sikap antipasti yang

disebabkan oleh generalisasi yang salah kemudian diekspresikan sebagai

sebuah perasaan. Efek yang ditimbulkan adalah menjadikan orang lain

menjadi sasaran prasangka. Seperti mengkambing hitamkan seseorang dari

etnis lain berdasarkan perasaannya sendiri (Liliweri, 2002:15).

b. Stereotip

Menurut Johnson stereotip merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan

seseorang terhadap orang lain yang didasari oleh pengetahuan dan

pengalaman. Sehingga keyakinan tersebut memunculkan dampak untuk

memperkirakan perbedaan antar kelompok sebagai ciri khas kelompok

tersebut yang belum tentu benar (Liliweri, 2002:16)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

19

c. Diskriminasi

Diskriminasi merupakan hasil dari prasangka dan stereotip pada kelompok

tertentu yang memunculkan sebuah tindakan jarak sosial. Diskriminasi

merupakan perilaku negatif yang membahayakan suatu anggota kelompok

tertentu. Akan tetapi hubungan komunikasi yang baik bisa mengurangi

diskriminasi.

2.1.7 Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian (Anxiety Uncertainty

Management) (William Gudykunst)

Teori Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian (Anxiety Uncertainty

Management) milik William Gudykunst merupakan teori penyempurnaan

berkelanjutan dari teori milik Berger dan Calabrese (1975) tentang pengurangan

ketidakpastian, teori Stephan dan Stephan (1985) tentang kecemasan antar kelompok

dan teori Tajfel (1981); Tajfel & Turner (1986) tentang indentitas sosial (Berger, dkk,

2014: 656).

Teori Gudykunst tentang pengelolaan kecemasan/ ketidak pastian

(anxiety/uncertainty management, AUM) berkembang pertama kali pada tahun 1985.

Teori ini ditujukan secara langsung dan spesifik untuk menjelaskan “efektivitas

komunikasi” yang didefinisikan adanya kesamaan antara makna termaksud si

pengirim dan interpretasi penerima di dalam proses komunikasi antar budaya. Teori

ini berpendirian bahwa kemampuan dalam mengelola kecemasan dan ketidakpastian

tersebut dapat meningkatkan efektivitas komunikasi antar budaya.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

20

Teori AUM menyatakan bahwa efektivitas komunikasi dapat terjadi bila

dilakukan dengan metode mindful pada tingkatan kecemasan dan ketidakpastian

seseorang dalam proses interaksinya. Metode tersebut akan berjalan apabila masing-

masing pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut dapat meminimalkan

kesalapahaman budaya dengan cara mereduksi presepsi yang negative, perilaku

etnosentrisme, prasangka dan stereotip.Selain itu, situasi mindful juga akan tercapai

ketika keduanya mampu mengelola kecemasan dan ketidakpastian yang dihadapi

(Darmastuti, 2013: 112).

Dalam versi terbaru tahun 2005, teori AUM menawarkan 47 aksioma yang

terbagi menjadi enam kategori. Setiap aksioma menjelaskan vaiabel spesifik yang

mempengaruhi level anxiety dan uncertainty (berger, dkk, 2014: 657). Berikut

merupakan 10 aksioma dari Gudykunst, diantaranya (Darmastuti, 2013: 115):

1. Self and Self-Concept (Diri dan Konsep Diri)

Pemahaman mengenai diri dan konsep diri didasarkan pada aksioma kelima

dari pandangan Gudykunst yang merupakan kemajuan melihat harga diri

ketika berinteraksi dengan orang asing atau yang berbeda budaya guna

mengatur kecemasan.

2. Motivation to interect with strangers (motivasi untuk berinteraksi dengan

orang asing)

Pemahaman ini didasarkan pada aksioma ketujuh yang menyatakan bahwa

kebutuhan untuk bersosialisasi merupakan dorongan yang berat untuk

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

21

seseorang membangun sebuah interaksi dengan orang yang berbeda budaya.

Kondisi ini akan menghasilkan kemajuan untuk mengatur kecemasan.

3. Reaction to strangers (reaksi terhadap orang asing)

Pemahaman ini merujuk pada aksioma 12, 15 dan 16, di mana dalam aksioma

12 dikatakan bahwa kemampuan memproses informasi dengan kompleks

tentang orang yang berasal dari budaya berbeda akan mempermudah dalam

memahami perilaku seseorang tersebut secara akurat.

Aksioma 15 mengatakan bahwa kemampuan untuk bersikap toleran terhadap

seseorang yang berbeda budaya akan memudahkan untuk mengatur kecemasan

dan memprediksi tingkah laku orang tersebut secara akurat. Sementara

aksioma 16 mengatakan bahwa kemampuan untuk berempati dengan orang

yang berbeda budaya akan mempermudah dalam memprediksi perilakunya

secara akurat.

4. Social Categorization of stragers (kategori sosial untuk orang asing)

Untuk memahami hal ini, Gudikunst menggunakan aksioma 20 dan 25, di

mana aksioma 20 mengatakan bahwa kesamaan personal yang didapatkan

antara orang yang berbeda budaya akan mempermudah orang tersebut dalam

mengelola kecemasan dan mempermudah dalam memprediksi tingkah laku

seseorang yang berbeda budaya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

22

Aksioma 25 mengatakan bahwa kesiapan seseorang untuk menghadapi

kekerasan dari orang lain yang berbeda budaya, sangat ditentukan oleh

ekspektasi yang dibentuk di awal. Kondisi ini akan membuat seeorang mampu

untuk mengatur kecemasan dan mengurangi keyakinan diri dalam memprediksi

tingkah laku lawan bicara.

5. Situational Precesses (proses-proses situasional)

Pemahaman ini didasarkan pada aksioma 27, yang mengatakan bahwa situasi

yang tidak formal akan menurunkan kecemasan ketika berkomunikasi dengan

orang yang berbeda budaya. Kondisi ini akan membangun kepercayaan diri

untuk memprediksi tingkah laku orang tersebut.

6. Connection with Strangers (koneksi dengan orang asing)

Untuk pemahaman ini Gudikunst menggunakan aksioma 31 dan 37, di mana

dalam aksioma 31 dikatakan bahwa daya tarik terhadap seseorang yang

berbeda budaya akan membuat seseorang menurunkan kecemasannya.

Sedangkan aksioma 37 mengataka bahwa kerjasama yang dilakukan dengan

orang lain yang berasal dari budaya berbeda akan membantu menurunkan

kecemasan seseorang.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

23

2.2 Tinjauan tentang stereotip

2.2.1 Pengertian Stereotip

Stereotip merupakan salah satu akibat dari adanya kesalahan persepsi, di mana

jika diteruskan dalam komunikasi antar budaya khusu nya, hal ini akan menjadi

sebuah hambatan.

Menurut Psikolog Abbate, Boca, dan Bocchiaro dalam buku Komunikasi

Lintas Budaya Communication Between Cultures milik Samovar, LA., Porter, ER.,

McDaniel, RE, 2010:203 stereotip merupakan susunan kognitif yang mengandung:

a. pengetahuan, menurut Notoatmodjo merupakan hasil dari proses melihat,

merasakan dan berfikir yang menjadi dasar bagi seseorang untuk bersikap.

Sebagian besar pengetahuan berasal dari indera pendengaran dan indera

pengelihatan (Anonim, 2015).

b. kepecayaan, dalam hal ini yang dimaksud adalah kepercayaan seseorang

mengenai agama dan juga adat istiadat yang dianut (Mulyana dan Rakhmat,

2000:36-37).

c. harapan si penerima mengenai kelompok sosial manusia, dalam hal ini yang

diharapkan ialah perilaku yang sesuai dengan presepsi dari seseorang yang

membrikan stereotip (Mulyana, 2008: 240).

Lain dengan definisi yang diungkapkan oleh Larry A. Samovar, Richard E. Porter

dan Edwin R.McDaniel, stereotip merupakan bentuk kompleks dari pengelompokan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

24

yang secara mental mengatur pemahaman anda dan mengatur sikap anda dalam

menghadapi orang-orang tertentu (Samovar, dkk, 2010:203). Sementara menurut

Mufid, stereotip adalah sebuah cara pandang terhadap suatu kelompok sosial di mana

cara pandang tersebut lalu digunakan pada setiap anggota kelompok tersebut (Mufid,

2009:260).

Dari ketiga definisi tersebut terdapat penekanan bahwa stereotip tersebut dapat

mempengaruhi sikap seseorang mengenai apa yang dia percaya. Ketiganya

menekankan pada cara pandang antar individu. Lebih ringkasnya stereotip merupakan

tuduhan atau pengelompokan mengenai suatu kelompok tertentu yang belum

diketahui kebenarannya.

Dalam konteks Komunikasi Antar Budaya, stereotip juga bervariasi dalam

beberapa dimensi, antara lain (Mufid, 2010: 60) :

1. Dimensi arah: tanggapan bersifat positif atau negatif;

2. Dimensi intensitas: seberapa jauh seseorang percaya pada stereotip yang

dipercayai;

3. Dimensi keakuratan: seberapa tepat suatu stereotip dengan kenyataan yang

biasa ditemui;

4. Dimensi isi: sifat-sifat khusus yang diterapkan pada kelompok tertentu.

Stereotip terdiri dari dua macam yaitu stereotip positif dan stereotip negatif,

namun sebagian besar orang beranggapan bahwa stereotip itu negatif tetapi bisa

memungkinkan stereotip itu positif (Mufid, 2010: 27) :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

25

a. Stereotip Positif

Merupakan dugaan atau gambaran yang bersifat positif terhadap kondisi suatu

kelompok tertentu. Hal ini dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis

antar kelompok budaya.

b. Stereotip Negatif

Stereotip Negatif merupakan dugaan atau gambaran yang bersifat negatif yang

dibebankan kepada suatu kelompok tertentu. Apabila stereotip yang hadir dalam

masyarakat adalah stereotip yang negatif terhadap suatu kelompok tertentu, hal

ini akan menjadi sebuah ancaman, sehingga dapat menghambat komunikasi

keduanya karena terbangun jarak akibat stereotip tersebut. Bahkan lebih dari itu,

stereotip terhadap suatu kelompok akan memicu terjadinya konflik antar

kelompok, padahal stereotip yang terbangun pada suatu kelompok tertentu

belum tentu dapat dibuktikan kebenarannya.

Namun di samping itu stereotip juga memiliki sebuah fungsi lainnya,

diantaranya (Mufid, 2010: 54):

a. Menggambarkan suatu kondisi kelompok

b. Memberikan dan membentuk citra kepada kelompok

c. Membantu seseorang dari suatu kelompok untuk mulai bersikap terhadap

kelompok lainnya

d. Melalui stereotip ini kita dapat menilai keadaan suatu kelompok

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

26

2.2.1.1. Macam-macam stereotip

Stereotip memiliki beragam macamnya, diantaranya ialah (Mulyana,

2008:238):

1. Stereotip berdasarkan jenis kelamin, misalnya: laki-laki kuat sedangkan

perempuan lemah

2. Stereotip berdasarkan etnis, misalnya: Batak kasar sedangkan Jawa lembut atau

halus

3. Stereotip berdasarkan negara, misalnya: Jerman orangnya kaku, dan Indonesia

orangnya ramah

4. Stereotip berdasarkan usia,misalnya: orang yang umurnya lebih tinggi akan

selalu berbicara menggurui kepada orang yang berumur di bawahnya.

5. Stereotip berdasarkan ekonomi, misalnya: orang yang tingkat ekonominya

tinggi akan berpenampilan mewah, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi

yang biasa, akan berpenampilan sederhana.

2.2.1.2 Penyebab Stereotip

Sesuatu hal yang terjadi tentunya memiliki penyebab atau faktor pendorong,

begitu pula dengan stereotip. Menurut Baron dan Paulus, ada beberapa faktor yang

berperan diantaranya (Mulyana, Deddy, 2007: 239-240) :

1. Manusia cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori: kita dan

mereka.. Oleh karena itu hal yang terjadi ialah, kurangnya informasi mengenai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

27

diri seorang individu, dan lupa mengenai karakter masing-masing dari setiap

individu.

2. Seperti yang diungkapkan oleh Lippmann: “ tidak melihat dulu, lalu

mendefinisikan; mendefinisikan dulu dan kemudian melihat.” Dengan kata

lain, tidak berusaha mengenal terlebih dahulu mengenai individu tersebut,

cinderung mengasumsikan atau mendefinisikan terlebih dahulu seorang

individu berdasarkan informasi yang belum jelas kebenarannya.

Sementara dalam buku milik Mufid (2009: 261) disebutkan beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya stereotip, diantaranya ialah:

1. Manusia butuh sesuatu untuk menyederhanakan realitas kehidupan yang bersifat

kompleks

2. Manusia butuh sesuatu untuk menghilangkan rasa cemas (anxiety) ketika

berhadapan dengan lingkungan baru, sehingga memunculkan stereotip

3. Manusia butuh cara yang ekonomis untuk membentuk gambaran dari dunia

sekitarnya

4. Manusia mengandalkan informasi dari pihak lain, dalam hal ini media sebagai

jendela dunia, hal ini mendorong terjadinya duplikasi stereotip.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat dilihat faktor terpenting dari

munculnya sebuah strereotip adalah informasi. Ketika seorang individu tidak jeli

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

28

dalam mencari informasi, atau hanya mengandalkan satu sisi informasi saja, maka

disitu akan muncul sebuah stereotip yang dapat membahayakan.

2.2.2 Stereotip Budaya

Stereotip budaya merupakan salah satu jenis dari stereotip yang sudah

dijelaskan di atas. Pada stereotip budaya yang golongkan adalah kebiasaan dari suatu

kelompok tertentu. Sebagai contoh seperti yang telah dituliskan oleh Samovar, Porter

dan McDaniel dalam buku Komunikasi Lintas Budaya Communication Between

Cultures bahwa ketika orang dari budaya lain menyimpulkan bahwa semua orang

Amerika menggunakan topi baseball kemanapun mereka pergi dan kebanyakan dari

mereka memakan makanan cepat saji.

Hal tersebutlah yang disebut stereotip budaya, di mana orang dari kelompok

budaya lain mengasumsikan karakteristik anggota kelompok budaya lainnya yang

kebenarannya masih diragukan atau bisa jadi salah. Seperti yang dikatakan oleh

Huntington bahwa karakteristik budaya yang terpenting ini meliputi empat hal

diantaranya (Samovar, LA., Porter, ER., McDaniel, RE, 2010: 31)

1. Bahasa

2. Agama

3. Tradisi

4. Kebiasaan

Oleh karena itu stereotip budaya menjadi sangat terkenal, karena sangat mudah

dibuat. Ketika seseorang dari budaya lain menyamaratakan seseorang yang berasal

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

29

dari kelompok budaya yang berbeda, itu sudah menjadi suatu sikap stereotip budaya.

Seperti halnya budaya Jawa yang dianggap bahwa oang-orang dari suku Jawa

cinderung santun, bertindak pelan-pelan, rendah hati, dan halus tutur katanya.

Scarborough pernah mengungkapkan mengenai hubungan komunikasi antar

budaya dan stereotip. Ia mengatakan “Ketika menyamaratakan sekelompok orang,

sama seperti yang dilakukan dalam menjelaskan budaya, kita berhadapan dengan isu

stereotip.”

Maka dari itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari

sebuah stereotip terutama stereotip budaya, diantaranya:

1. Generalisasi budaya harus dilihat sebagai taksiran, bukan sebagai hal yang

mutlak. Artinya, ketika memiliki pengalaman baik atau buruk dengan

seseorang yang berasal dari budaya tertentu, maka hal tesebut tidak bisa

dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai seluruh anggota kelompok

tersebut sama baik atau buruknya.

2. Ketika membuat generalisasi, hal tersebut harus berhubungan dengan apa

yang disebutkan oleh Scarborough sebagai “nilai-nilai inti”. Di mana dalam

mengelompokkan suatu kelompok budaya tertentu, harus mengetahui

dahulu kebiasaan-kebiasaan budayanya. Karena bisa saja apa yang mereka

lakukan terhadap itu adalah salah satu kebiasaan yang dianggap biasa di

dalam budayanya (Samovar, LA., Porter, ER., McDaniel, RE, 2010:50-52).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

30

2.2.3. Budaya Jawa

Berbicara masalah kebudayaan Jawa, seperti diketahui, bahwa kebudayaan Jawa

telah tua umurnya sepanjang orang Jawa ada sejak itu pula orang Jawa memiliki citra

progresif dengan mengekspresikan karyanya lewat budaya. Budaya Jawa adalah

pancaran atau pengejawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-

cita, ide dan semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan dan kebahagiaan

hidup lahir batin (Endraswara, 2005: 1).

Budaya Jawa lahir dan berkembang, pada awalnya, di pulau Jawa yaitu suatu

pulau yang panjangnya lebih dari 1.200 km dan lebarnya 500 km bila diukur dari

ujung-ujungnya yang terjauh. Letaknya di tepi sebelah selatan kepulauan Indonesia,

kurang lebih tujuh derajat di sebelah selatan garis khatulistiwa (Endraswara, 2005: 6).

Budaya Jawa bersifat sinkretis yang menyatukan unsur-unsur pra-Hindu,

Hindu- Jawa, dan Islam serta animisme. Menurut Achmadi seperti dikutip

Endraswara (2005: 12-13), bahwa dalam segala perkembangannya itu, kebudayaan

Jawa masih tetap pada dasar hakikinya, yang menurut berbagai kitab Jawa Klasik dan

peninggalan lainnya dapat dirumuskan dengan singkat sebagai berikut:

a) Orang Jawa percaya dan berlindung kepada Sang Pencipta, Zat Yang

Mahatinggi, penyebab dari segala kehidupan, adanya dunia dan seluruh alam

semesta dan hanya ada Satu Tuhan, Yang awal dan Yang akhir;

b) Orang Jawa yakin bahwa manusia adalah bagian dari kodrat alam. Manusia dan

kodrat alam senantiasa saling mempengaruhi namun sekaligus manusia harus

sanggup melawan kodrat untuk mewujudkan kehendaknya, cita-cita, atupun

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

31

fantasinya untuk hidup selamat sejahtera dan bahagia lahir batin. Hasil

perjuangannya (melawan kodrat) berarti kemajuan dan pengetahuan bagi

lingkungan atau masyarakatnya. Maka terjalin kebersamaan dan hidup rukun

dengan rasa saling menghormati, tenggang rasa, budi luhur, rukun damai;

c) Rukun damai berarti tertib pada lahirnya dan damai pada batinnya, sekaligus

membangkitkan sifat luhur dan perikemanusiaan. Orang Jawa menjunjung

tinggi amanat semboyan memayu hayuning bawana yang artinya memelihara

kesejahteraan dunia.

Dasar hakiki kebudayaan Jawa mengandung banyak unsur, termasuk adab pada

umumnya, adat-istiadat, sopan santun, kaidah pergaulan (etik), kesusastraan,

kesenian, keindahan (estetika), mistik, ketuhanan, falsafah dan apapun yang termasuk

unsur kebudayaan pada umumnya (Endraswara, 2005 : 3).

2.3 Tinjauan Efektivitas Komunikasi

2.3.1 Definisi Efektivitas Komunikasi

Semua orang yang melakukan komunikasi pasti memiliki harapan. Harapan

tersebut tentunya menginginkan apa yang dikomunikasikan atau pesan yang

disampaikan berhasil sampai di telinga komunikan dengan maksud yang tepat dan

dapat menimbulkan sebuah efek. Persoalan utama dalam efektivitas komunikasi ialah

sejauh mana motif komunikasi dari seorang komunikan terwujud pada diri

komunikan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

32

Komunikasi yang efektif dilihat dari sejauh mana komunikator mampu

beorientasi kepada komunikannya. Hal yang perlu diperhatikan di sini ialah

pemilihan bentuk pesan, makna pesan, struktur pesan, dan cara penyajiannya,

termasuk pemilihan media (Vardiansyah, 2004:111).

Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana

maksud oleh pengirim pesan, kemuadian pesan ditindak-lanjuti dengan sebuah

perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Daryanto,

2010:147). Sementara menurut Stephen R. Covey (Mufid, 2009: 129) komunikasi

yang efektif adalah komunikasi yang mengandalkan kepercayaan (trust) dan empati,

ketika seseorang ingin membuat sebuah pesan cepat sampai maka, hubungan manusia

harus dibangun terlebih dahulu di dalamnya. Penyebab dari segala kesulitan dalam

komunikasi ialah harapan yang berbeda dengan tujuan.

Maka dari kedua definisi di atas maka dapat dipahami bahwa sebuah

efektivitas komunikasi akan timbul diawali dengan rasa saling percaya, sehingga akan

memudahkan komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan karena

sudah terjalinnya hubungan manusia di antara keduanya. Hal yang penting diingat

juga bahwa pemilihan media juga mempengaruhi efektivitas komunikasi.

2.3.2 Faktor Penentu Efektivitas Komunikasi

Komunikasi yang efektif tentunya tidak hanya berlangsung begitu saja. Akan

ada faktor-faktor penentu untuk menjadikan komunikasi tersebut menjadi efektif.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

33

Menurut Steward L Tubbs komunikasi dapat dikatakan efektif ketika terdapat paling

tidak lima indikasi didalamnya, antara lain (Ilaihi, 2010: 157):

1. Pengertian, Maksud atau isi pesan dari komunikator tersampaikan secara jelas

dan benar kepada penerima pesan atau komunikan.

2. Kesenangan, Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan

informasi dan pengertian. Misalkan dengan mengucapkan “selamat pagi”, hal

ini tidak lantas dimaksudkan untuk mencari keterangan atau informasi.

Komunikasi seperti ini ditujukan untuk menimbulkan kesenangan, sehingga

timbul hubungan antar individu yang hangat, akrab dan menyenangkan.

3. Pengaruh pada sikap, komunikator dapat memberikan pengaruh terhadap

sikap audiens atau komunikannya atau disebut dengan komunikasi persuasif.

Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri

komunikator dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan.

4. Hubungan sosial yang semakin baik, komunikasi bertujuan untuk

menumbuhkan hubungan sosial yang baik dalam hal interaksi, pengendalian,

kekuasaan dan cinta kasih.

5. Tindakan, yang dimaksudkan tindakan dalam hal ini ialah tindakan persuasi,

di mana dalam hal ini efektivitas komunikasi diukur dari bagaimana tindakan

nyata yang dilakukan oleh komunikan. Untuk menimbulkan tindakan,

sebelumnya harus dibentuk terlebih dahulu pengertian, membentuk dan

mengubah sikap.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

34

Selanjutnya untuk mengidentifikasi apakah sebuah komunikasi tersebut telah

efektif atau belum, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Menurut

Ilaihi dalam bukunya, ada beberapa faktor yang menentukan keefektifan sebuah

komunikasi, diantaranya (Ilaihi, 2010: 158-161):

1. Kejelasan tujuan dan target

Semakin spesifik tujuan dan taget maka komunikasi yang dihasilkan akan

semakin baik, karena komunikasi tersebut akan semakin fokus. Dalam kondisi

factual komunikan dapat diukur dengan pendekatan model Product Lifetime

Cycle yang meliputi empat tahap sebagai berikut:

a. Tahap lahir, dimana pada tahap ini ide, pemikiran, konsep dan eksistensi

belum memiliki target yang besar, akan tetapi memiliki potensi yang besar

b. Tahap Tumbuh, tahap ini merupakan tahap transisi di mana ide, pemikian,

konsep dan eksistensi tersebut dapat diterima oleh komunikan. Hal ini

ditandai dengan apresiasi yang terus bertambah

c. Tahap Dewasa, tahap di mana permintaan berada di posisi maksimal, tidak

mengalami peningkatan dan petumbuhannystagnan.

d. Tahap Turun, di mana pangsa pasar tidak dapat dipertahanankan.

2. Kejelasan target audiens

Kejelasan target audiens menjadi salah satu faktor penentu, dikarenakan

ketika target audiens semakin jelas maka efek komunikasi yang dihasilkan

akan semakin tepat sasaran. Maka dari itu penting untuk membuat sebuah

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

35

klasifikasi target audiens untuk melihat proses dari yang tidak tahu sama

sekali hingga akhirnya akan tahu, mendukung dan ikut terlibat.

3. Strategi pesan

Keberhasilan komunikasi akan terlihat ketika pesan yang disampaikan telah

sampai secara benar kepada penerimanya. Untuk itu ada beberapa hal yang

penting untuk dipersiapakan dalam menyampaikan pesan, diantaranya fokus

pesan yang akan disampaikan dan cara menyampaikannya. Semakin

sederhana penyampaiannya maka akan semakin mudah pesan tersebut

dipahami.

4. Strategi media

Pemilihan media juga menjadi salah satu faktor penentu keefektifan

komunikasi. Komunikator harus tau media apa yang tepat untuk sarana

penyampaian pesannya.

2.3.3 Teknik Komunikasi Efektif

Teknik komunikasi efektif menurut Daryanto (2010: 151) bergantung pada

beberapa hal, diantaranya:

1. Teknik Komunikasi Efektif - Cara Penyampaian Pesan

Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan gestures/ isyarat, gerak-gerik,

barang dan ekspresi. Untuk karakteristik penyampaian pesanpun ada

bermacam-macam, diantaranya sebagai berikut:

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

36

a) Repetition: pengulangan pesan yang dilakukan individu secara lisan.

b) Contradiction: pertentangan pesan untuk disampaikan

c) Subtituion: Pengganti dari pesan

d) Complementing: Melengkapi pesan verbal

e) Accenting: Penekanan yang digaris bawahi

Jadi untuk menyampaikan suatu pesan, komunikator harus memahami

karakteristik pesan di atas. Agar dalam penyampaiannya nanti tidak ada

kesalahan atau ketidak jelasan pesan.

2. Teknik Komunikasi Efektif - Peran Bahasa

Menurut Collins Cobuild (Daryanto, 2011: 152) bahasa merupakan suatu

sistem yang terdiri dari seperangkat bunyi dan lambang tertulis dan digunakan

oleh orang-orang pada suatu negara atau wilayah tertentu untuk berbicara dan

menulis.

Dengan demikian maka, untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif

maka komunikator harus mengetahui bahasa yang digunakan oleh

komunikannya. Selain itu untuk meminimalisir kesalahan, komunikator dapat

menggunakan bahasa pengganti, atau bahasa universal yang diketahui oleh

kedua belah pihak.

3. Teknik Komunikasi Efektif – Berbicara

Cara berkomunikasi yang baik adalah berbicara dengan cara yang tepat.

Berbicara tentunya membutuhkan sebuah keterampilan. Selain keterampilan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

37

untuk berbicara dengan baik seorang komunikator harus memperhatikan gaya

bicaranya agar dapat menimbulkan daya tarik. Beberapa hal harus

diperhatikan ketika berbicara ialah: pakaian yang serasi, pandangan mata, raut

muka, sikap badan, suara, tulisan, senyum, berjabat tangan, terlihat senang

dan sukses, nama dan daya tarik.

4. Teknik Komunikasi Efektif - Menciptakan hubungan baik

Menciptakan hubungan yang baik tentunya juga sangat berguna untuk

menghasilkan komunikasi yang efektif. Menciptakan hubungan baik yang

dimaksud adalah, dengan berbicara jujur, menampilkan rasa empati terhadap

sesama, memberikan gambaran mengenai apa yang dikomunikasiakan dan

juga mengedepankan komunikasi untuk memecahkan sebuah masalah.

Dengan begitu pihak yang terlibat atau komunikan akan merasa nyaman

berkomunikasi dengan komunikator dan akan memberikan efek dari

komunikasi tersebut.

5. Teknik Komunikasi Efektif - Mendengar dengan baik

Menjadi pendengar yang baik juga akan meningkatkan efektivitas

komunikasi. Strategi komunikator saat berkomunikasi juga berpengaruh pada

psikologi komunikan untuk dapat mendengarkan komunikator dengan baik.

Menjadi pendengar yang baik dapat dilakukan dengan hal-hal berikut:

a) Perhatikan dengan saksama,

b) Pahami apa yang disampaikan,

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

38

c) Ingat apa yang disampaikan,

d) Samakan interpetasi dan

e) Beri respon atas apa yang telah di sampaikan.

6. Teknik Komunikasi Efektif – Komunikasi Respektif

Komunikasi respektif adalah komunikasi yang saling menghargai diantara

para pelaku komunikasi. Fungsinya adalah untuk membangun kepercayaan

orang lain terhadap diri sendiri. Ada beberapa prinsip dari komunikasi

respektif, diantaranya:

a) Berprasangka positif

b) Berorientasi pada solusi

c) Kejujuran

d) Perasaan

e) Feeling

f) Komunikasi

2.3.4 Prinsip Dasar Komunikasi Efektif

Seperti komunikasi pada umumnya, keefektifan suatu komunikasi juga

didasarkan pada suatu prinsip. Prinsip-prinsip tersebut menurut Ilaihi terbagi menjadi

dua prinsip yaitu prinsip berbicara efektif dan mendengar yang aktif (Ilaihi, 2010:

163-164).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

39

1. Prinsip berbicara efektif

Indikasi dari prisip ini ialah: artikulasi yang jelas, hemat kata, bahasa yang

mudah dipahami, suara yang jelas. Sebuah komunikasi dikatakan efektif

apabila menaik untuk didengar, sasaran tercapai (informstif, ajakan atau

imbauan, agumentatif dan instuktif).

2. Mendengar dengan aktif

Mendengar juga salah satu bagian dari komunikasi. Ada sebuah ungkapan

mengatakan “Kalau ingin didengar orang maka belajarlah menjadi pendengar

yang baik”. Mendengar dengan aktif di sini yang dimaksud ialah, mendengar

untuk mengerti mengenai isi pesan yang disampaikan.

Adapun prinsip lain dari komunikasi yang efektif yang dikenal dengan hukum

REACH yang juga disebut “The 5 Inevitable Laws of Effective Communication”

yakni:

1. Respect : Dimana seorang komunikator harusnya dapat menghargai

komunikan atau menjaga diri orang lain.

2. Empathy : Kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi yang sedang

dirasakan orang lain. Hal ini juga dapat diartikan kemampuan untuk

menerima masukan atau umpan balik dengan sikap yang positif.

3. Audible : Apa yang dikomunikasikan oleh komunikator dapat dimengerti

dengan baik.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

40

4. Clarity : Pesan yang disampaikan tidak multi tafsir, atau tidak menimbulkan

berbgai penafsiran.

5. Humble : Tidak memandang rendah diri orang lain, berani mengakui

kesalahan, rendah hati, juga lemah lembut.

Dari beberapa pripsip di atas dapat dilihat bahwa dalam menghadirkan

komunikasi yang efektif, antara komunikan dan komunikator harus saling

menghargai satu sama lain. Mengerti kondisi sekitar, juga menjadi salah satu pripsip

agar komunikasi menjadi efektif. Meskipun kedua pendapat tersebut memiliki

perbedaan di butir-butir pripsipnya, namun makna yang berusaha disampaikan sama.

2.4 Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan pada perkumpulan mahasiswa Lombok yang

menunjukkan adanya indikasi komunikasi antar budaya. Hal tersebut disebabkan oleh

banyaknya perbedaan budaya yang di bawa oleh mahasiswa-mahasiswi yang datang

dari berbagai daerah. Salah satunya komunikasi yang terjadi antara mahasiswa etnik

Lombok sebagai budaya minoritas dan mahasiswa etnik Jawa sebagai budaya

mayoritas. Keduanya hidup berdampingan dan saling berinteraksi.

Hal ini seperti yang telah disebutkan pada teori jarak sosial, bahwa dalam

komunikasi antar budaya akan terdapat sebuah kelompok dominan. Di mana hal itu

akan memunculkan sebuah jarak sosial yang dapat disebabkan oleh munculnya

stereotip pada perilaku masyarakat Jawa sebagai kelompok dominan. Di mana jarak

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

41

sosial tersebut jika semakin jauh jaraknya akan memunculkan ke tidak akrab an

anatara masyarakat Jawa dan mahasiswa Lombok.

Penelitian ini juga berpijak pada teori dari William Gudikunst mengenai

pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian (AUM). Teori tersebut digunakan dalam

segala situasi yang menunjukkan adanya keraguan dan ketakutan dalam proses

komunikasi antar budaya, selain itu teori ini juga digunakan untuk melihat efektivitas

komunikasi yang terjadi diantara kebudayaan yang berbeda melalui metode midful.

Gudykunts mengatakan bahwa sebuah komunikasi antar budaya akan berjalan efektif

ketika kondisi psikis dari kedua pelaku komunikasi tersebut telah stabil. Kondisi

psikis yang dimaksud dalam hal ini ialah, kecemasan dan ketidakpastian yang muncul

akibat dari adanya perbedaan-perbedaan budaya. Penelitian ini berasumsi bahwa

sikap stereotip telah memunculkan sebuah keraguan, sehingga dalam proses

komunikasi yang berlangsung hal tersebut bisa menjadi faktor pemicu tidak

efektifnya sebuah komunikasi.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Stereotip

(Variabel X)

Efektivitas

Komunikasi

(Variabel Y)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

42

2. 5 Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batas terhadap masalah-masalah variabel yang

dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang.

Dari rumusan masalah yang sudah ada, maka definisi konseptual yang terbentuk

dalam penelitian ini adalah:

1. Stereotip

Stereotip adalah sebuah cara pandang terhadap suatu kelompok sosial, di

mana cara pandang tersebut lalu digunakan pada setiap anggota kelompok

tersebut. Seperti yang terjadi pada stereotip budaya, di mana orang dari suatu

kelompok budaya mengasumsikan karakteristik kelompok budaya lain dengan

anggapan yang belum tentu benar. Karakteristik budaya tersebut meliputi

bahasa, agama, tradisi dan kebiasaan.

2. Efektivitas Komunikasi

Sebuah komunikasi dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan

dimengerti sebagaimana maksud oleh pengirim pesan, kemudian pesan

ditindak-lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada

hambatan untuk hal itu. L Tubbs mengatakan bahwa komunikasi dapat

berjalan efektif apabila terdapat lima indikasi di dalamnya, diantaranya

pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan sosial yang baik, dan

tindakan.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budayaeprints.umm.ac.id/54417/3/BAB II.pdfHal ini dikarenakan budaya asing dianggap menyimpang atau berbeda dari norma yang di anut oleh

43

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Arti dari kata sementara karena, jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2009: 96).

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dibahas di bab sebelumnya, maka

hipotesis yang digunakan sebagai berikut :

H0 :. Tidak ada hubungan antara stereotip pada perilaku masyarakat Jawa dengan

efektivitas komunikasi di kalangan mahasiswa Lombok.

H1 :Ada hubungan antara stereotip pada perilaku masyarakat Jawa dengan

efektivitas komunikasi di kalangan mahasiswa Lombok.