kewenangan pemerintah daerah di bidang ...repository.uinjambi.ac.id/2107/1/syafii htn. cap...
TRANSCRIPT
-
1
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DI BIDANG KETENAGAKERJAAN
BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG
TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2003
(Studi pada Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Hukum Tata Negara
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
SYAFI’I
SPI 141875
Pembimbing Skripsi
1. Dr. Ruslam Abdul Gani, SH., MH 2. Yudi Armansyah, S.Th.I.,M.Hum
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
-
2
-
3
-
4
-
5
MOTTO
Artinya:.Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah
(QS. Al-Anbiyaa’: 21 ayat 73)1
ABSTRAK
1 QS. Al-Anbiyaa’: (21) 73
-
6
Nama SYAFI’I, Nim SPI.141875. Skripsi ini berjudul kewenangan pemerintah
daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 (Studi pada Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat empat
kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan bidang ketenaga kerjaan di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, diantaranya penyelenggaraan pelatihan
keterampilan, penempatan tenaga kerja, syarat-syarat kerja dan norma kerja dan
pelayanan kartu AK I atau kartu pencari kerja. (3) Terdapat dua strategi yang
dilakukan pemerintah daerah dalam pelayanan bidang ketenagakerjaan di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, diantaranya; melibatkan masyarakat, dan
bertanggungjawab. (2) Kendala-kendala yang menghambat kewenangan
pemerintah daerah dalam pelayanan bidang ketenaga kerjaan di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, diantaranya Kemampuan SDM yang Terbatas, dan
Minimnya Keterlibatan Masyarakat.
Kata Kunci: Kewenangan Pemerintah, Ketenagakerjaan
PERSEMBAHAN
-
7
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang…
“dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang
berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” Qs. Yusuf : 87
“dan Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
Qs. Al-Baqarah : 286
Yang Utama Dari Segalanya…
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah memberikan ku kekuatan
Membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkan dengan cinta
Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan, Akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Tak lupa sholowat dan salam kita ucapkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW.
Ayahanda Katmo, Ibunda Siti Mulyaton dan Kakakku Selamet Priyadi
Tersayang…
Tampak garis kelopak mata yang dah mulai bekerut
Tersadar bahwa dia selalu memperhatikan ku dari kecil hinga kini
Tampak rambutnya yang hitam dah mulai memutih
Dan aku sadar dia selalu memikirkan keadaan ku lagi waktu aku kecil hinga kini
-
8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan karunia, taufiq dan hidayah-Nya. Semoga shalawat serta salam
selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang
Ketenagakerjaan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 13 Tahun 2003 (Studi pada Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur)”.
Meskipun skripsi ini penulis susun dengan segenap kemampuan yang ada,
namun penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti.
Dan berkat adanya bantuan dari para pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada yang Terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Suaidi Asary’, MA., Ph. D, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik.
-
9
4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan.
5. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama di Lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Ruslam Abdul Gani, SH., MH selaku Pembimbing I dan Bapak Yudi
Armansyah, S.Th.I.,M.Hum selaku Pembimbing II.
7. Bapak Abdul Razak, M.SI selaku Ketua Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
8. Ibu Ulya Fuhaidah, S. Hum., M. SI selaku Sekretaris Jurusan Hukum Tata
Negara Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
9. Bapak dan Ibu dosen, Asisten dosen dan Seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi.
10. Kepala Desa Datuk Nan Duo yang telah memberikan data dalam penyelesaian
skripsi ini.
11. Semua pihak yang terlibat dalam Penyusunan skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan layaknya sebuah karya tulis ilmiah, oleh karena itu diharapkan pada
semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
dan positif guna kesempurnaan skripsi ini. Kepada Allah SWT penulis memohon
ampunan atas semua kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini dan kepada sesama
manusia penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua dan semoga apa yang kita lakukan hari ini menjadi
-
10
-
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................... 4 C. Batasan Masalah .................................................................. 5 D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................ 5 E. Kerangka Teori .................................................................... 6 F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 16
BAB II METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitan .............................................. 22 B. Jenis Penelitian .................................................................... 22 C. Pendekatan Penelitian ......................................................... 23 D. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 23 E. Unit Analisis ........................................................................ 24 F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 25 G. Teknik Analisis Data ........................................................... 29 H. Sistematika Penulisan .......................................................... 31
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur .................................................................................. 32
B. Visi dan Misi Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur ....................................................................... 33
C. Struktur Organisasi .............................................................. 34
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Bidang Ketenaga Kerjaan Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur .... 42
B. Strategi yang Dilakukan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung
-
12
Jabung Timur ........................................................................ 54 C. Kendala-Kendala Yang Menghambat Kewenangan
Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Bidang Ketenaga
Kerjaan Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ................... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….……... 62 B. Saran-Saran..............…...……………………............……... 63
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
13
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
DPRD : Pewan Perwakilan Rakyat Daerah
PEMDA : Pemerintah Daerah
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
SWT : Subhanahu Wata’ala
SAW : Shallallahu Alaihi Wasallam
UIN : Universitas Islam Negeri
UUD : Undang-Undang Dasar
-
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wilayah Negara Republik Indonesia sedemikian luasnya dan didiami
berbagai suku bangsa yang beraneka ragam, maka corak pemerintahan sentralis
bukanlah tipe ideal sistem pemerintahan yang cocok untuk mengatur wilayah dan
penduduk yang demikian banyak dan beragam.2 untuk itu diaturlah corak
pemerintahan di Indonesia berdasarkan sistem pembagian kekuasaan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berdasarkan corak desentralisasi
sebagaimana tercermin dalam pasal 19 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah diskusi tentang efektivitas pelayanan publik dalam
otonomi daerah menjadi semakin menarik untuk dibicarakan.
Undang-Undang tersebut merupakan implimentasi Pasal 18 ayat (1) UUD
1945 yang mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia merupakan negara
kesatuan yang dibagi atas daerah-daerah provinsi dan provinsi terdiri dari daerah
Kabupaten dan Kota yang mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dalam
Undang-Undang. Selanjutnya, Pasal 2 ayat (2) menyebutkan bahwa pemerintah
Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan. Dalam
2 Begas Prana Jaya, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta: PT Anak Hebat Indonesia,
2017), hlm. 23
1
-
15
menjalankan otonomi dan tugas perbantuan kecuali urusan pemerintah pusat,
pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain sesuai
dengan ketentuan berlaku.3
Dalam berbagai aspek Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur
hubungan keuangan pusat dan daerah, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya secara adil dan selaras.4 Di samping itu, dalam
menjalankan perannya, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai
dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.5 Kinerja birokrasi
pelayanan publik di Indonesia yang sering disoroti masyarakat menjadi faktor
penentu yang penting dari penurunan minat investasi. Dalam kehidupan politik,
perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik berimplikasi luas terutama dalam
tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Kurang baiknya kinerja birokrasi menjadi salah satu faktor penting yang
mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Perbaikan kinerja pelayanan publik diharapkan mampu memperbaiki kembali citra
pemerintah di mata masyarakat, karena dengan kualitas pelayanan yang membaik,
kepuasan dan kepercayaan masyarakat bisa dibangun kembali sehingga pemerintah
bisa meningkatkan legitimasi yang lebih kuat di mata publik. Perubahan
lingkungan strategis dalam kepemerintahan mempengaruhi cara pendekatan dalam
3 Aminullah, “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Rumah
Tangga (PRT)”, Jurnal Universitas Sumatera Utara Medan, 2015, hlm. 6 4 Muhammad Azhar, Hukum Ketenagakerjaan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 12
5 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta Timur: Sinar Garafika,
2015), hlm. 182.
-
16
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. kecenderungan sikap
aparatur yang lebih ingin dilayani dari pada melayani.
Pelayanan Dinas Ketenagakerjaan Daerah seperti memberikan
perlindungan hukum bagi tenaga kerja, hak-hak dasar tenaga kerja perempuan dan
program pelatihan pemberdayaan tenaga kerja merupakan salah satu bentuk
pelayanan publik, sehingga dapat diketahui keberpihakan Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur terhadap tenaga kerja yang ada. Di samping itu
pelayanan Pemerintah Daerah (PEMDA) di bidang ketenagakerjaan merupakan
salah satu retribusi Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pemerintah memberikan
perhatian yang penuh pada upah. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Peraturan Daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003 yaitu penyelenggaraan
dilakukan pemerintah daerah agar setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk
mewujudkan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana yang
disebutkan sebelumnya, maka Pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang
melindungi hak pekerja/buruh.
Berdasarkan hasil observasi penulis ditemukan bahwa kewenangan
pemerintah daerah dalam pelayanan bidang ketenaga kerjaan di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur dirasa belum sepenuhnya maksimal dikarenakan masih
terdapat beberapa pegawai yang melakukan pekerjaannya dengan lambat, ini
disebabkan kemampuan SDM yang Terbatas.6 Sebagaimana yang disampaikan
6 Observasi penulis di Dinas Ketenagakerjaan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 10
Januari 2019
-
17
Bapak Nurdin Selaku Kepala Bidang Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, sebagai berikut:
Kami akui terdapat beberapa pegawai yang bekerja belum sepenuhya
maksimal dikarenakan sudah hampir masa jabatannya habis. Selain itu,
kurang tanggapnya dalam melayani masyarakat untuk mencari pekerjaan
baik dalam lingkungan kabupaten ataupun provinsi.7
Dalam hasil wawancara tersebut dapat dicermati bahwa dalam
penyelenggaraan pelatihan keterampilan yang biasanya dilaksanakan tidak tepat
waktu dan Minimnya Keterlibatan Masyarakat, di mana sebagian masyarakat
menganggap kegiatan pelayanan ini tidak memberikan dampak apa-apa sehingga
kurangnya antusiasme dan perusahaan tidak mengurus Rekomendasi perpanjangan
izin penggunaan tenaga asing sehingga merugikan pemda Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
Adapun bentuk kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan bidang
ketenagakerjaan Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sesuai Pasal 5 Peraturan
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003 Penyelenggaraan
Tenaga Kerja, Pemberian Izin, Pengawasan Tenaga Kerja, Penempatan Tenaga
Kerja dan Pelayanan Kartu AK I atau Kartu Pencari Kerja. Selain itu kebijakan
pemerintah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 13 Tahun 2003 adalah : penyelenggaraan penempatan pekerja, agar
memiliki peningkatan produktifitas tenaga kerja dan balai latihan kerja memiliki
tugas dalam memberikan pelatihan bagi pekerja, serta melakukan pengawasan
hubungan industrial, perlindungan dan jaminan sosial pekerja serta kesejahteraan
7 Wawancara bersama Bapak Nurdin Selaku Kepala Bidang Bidang Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 12 Januari 2019
-
18
purna kerja dan menjamin keselamatan kerja, kesehatan kerja, higiene perusahaan,
lingkungan kerja dan ergonomi.
Bidang ketenagakerjaan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah
yang bersifat wajib harus dikelola dengan baik di daerah untuk melakukan
pembangunan ekonomi secara nasional melalui daerah. Pengelolaan bidang
ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur seperti memberikan
perlindungan hukum bagi tenaga kerja dan peningkatan kualitas produktivitas
tenaga kerja merupakan roda pembangunan ekonomi daerah. Pelayanan
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur di bidang ketenagakerjaan
merupakan salah satu retribusi Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang berarti
sumber pendapatan daerah. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul
“Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Ketenagakerjaan Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003
(Studi pada Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana kewenangan pemerintah daerah di bidang ketenagakerjaan
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13
Tahun 2003?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam pelayanan
bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
-
19
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pada Dinas
Ketenagakerjaan di bidang ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistimmatika
penulisan karya ilmiyah sehingga membawa hsehingga hasil yang di harapan,
maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan di bahas, sehingga tidak
eluar dari topik pembahasan. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas
tentang tinjauan yuridis terhadap kewenangan pemerintah daerah di bidang
ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 13 Tahun 2003 studi Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu
kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kewenangan pemerintah daerah di bidang ketenagakerjaan
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13
Tahun 2003.
b. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam
pelayanan bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
c. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pada Dinas
Ketenagakerjaan di bidang ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
-
20
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai kewenangan pemerintah daerah di bidang
ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 13 Tahun 2003, ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
a. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Siafuddin
Jambi.
b. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam hal ini pemerintah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan
suatu pengalaman dan wawasan bagi penulis sendiri terhadap kewenangan
pemerintah daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003.
c. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk Fakultas Syari’ah khususnya
jurusan Hukum Tata Negara, dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah lainnya dan
sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
E. Kerangka Teori
1. Kewenangan
Pengertian kewenangan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung
jawab kepada orang lain, berbicara kewenangan memang menarik, karena secara
alamiah manusia sebagai mahluk sosial memiliki keinginan untuk diakui
-
21
ekstensinya sekecil apapun dalam suatu komunitasnya,dan salah satu faktor yang
mendukung keberadaan ekstensi tersebut adalah memiliki kewenangan. Menurut
Litan Poltak Sinambela kewenangan adalah hak seorang individu untuk melakukan
sesuatu tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam
suatu kelompok tertentu.8 Sementara berbicara tentang sumber-sumber
kewenangan,maka terdapat 3 (tiga) sumber kewenangan yaitu :
a. Sumber atribusi yaitu pemberian kewenangan pada badan atau lembaga /
pejabat negara tertentu baik oleh pembentuk Undang-Undang Dasar maupun
pembentuk Undang-Undang.Sebagai contoh : Atribusi kekuasaan presiden dan
DPR untuk membentuk Undang-Undang.9
b. Sumber delegasi yaitu penyerahan atau pelimpahan kewenanangan dari badan /
lembaga pejabat tata usaha Negara lain dengan konsekuensi tanggung jawab
beralaih padapenerima delegasi.Sebagai contoh: Pelaksanaan persetujuan
DPRD tentang persetujuan calon wakil kepala daerah.
c. Sumber mandat yaitu pelempahan kewenangan dan tanggung jawab masih
dipegang oleh sipemberi mandat.Sebagai contoh : Tanggung jawab memberi
keputusan-keputusan oleh menteri dimandatkan kepada bawahannya.
Itu artinya kewenangan adalah kekuasaan hukum untuk mematuhi aturan
hukumdalam lingkup menjalankan kewajiban publik. Wewenang dalam konsep
hukum menjelaskan bahwa ada 3 komponen kewenangan yaitu : pengaruh, dasar
hukum dan konformitas hukum, yang dimana komponen pengaruh ialah
8 Litan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik,Teori, Kebijakan dan
Implementasi, (Jakarta: PT Bumi Kasara, 2017), hlm. 24 9 Muhammad Akbal, “ Harmonisasi Kewenangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah
Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah”, Jurnal Supremasi, Volume XI Nomor 2, Oktober 2016,
hlm. 101
-
22
penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek
hukum, komponen hukum ialah wewenang itu harus selalu dapat ditunjuk dasar
hukumnya, sedangkan komponen komfirmitas mengandung makna adanya standar
wewenang yaitu standar umum dan standar khusus.10
Adapun perbedaan antara kewenangan atributif dan kewenangan distributif
adalah terletak pada pertanggung jawabannya, kewenangan atributif memiliki
tanggung jawab yang melekat kepada aparat atau pejabat yang langsung ditunjuk
oleh undang-undang.11
Sedangkan kewenangan distributif terbagi dua yaitu mandat
dan delegasi, untuk mandat pertanggung jawabannya melekat pada pemberi
wewenang dan untuk delegasi pertanngung jawabannya berpindah kepada si
penerima wewenang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah maka pemerintah daerah yang didipimpin oleh Kepala Daerah juga
memiliki kewenangan tersendiri yang bersifat atributif dalam segala bidang seperti
pemerintah pusat kecuali : Politik Luar Negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan Fiskal Nasional.12
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah maka setiap daerah berwenang untuk
mengeluarkan peraturan sendiri khusus untuk daerahnya sendiri yang kemudian
kita kenal dengan sebutan Peraturan Daerah (PERDA).
10
Ilyas, Abdurrahman, dan Sufyan, “Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Penyelesaian
Sengketa Tanah”, Jurnal Ilmu Hukum Ilyas, Abdurrahman, Sufyan No. 65, Th. XVII April, 2015,
hlm. 6 11
Litan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik,Teori, Kebijakan dan
Implementasi, (Jakarta: PT Bumi Kasara, 2017), hlm. 24 12
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
-
23
Setiap Peraturan Daerah tentunya akan dibahas di DPRD bersama dengan
Kepala Daerah baik Gubernur maupun Bupati/Walikota sesuai tingkat wilayah
pemerintahan masing-masing. Oleh karena DPRD bersama Kepala Daerah
berwenang membuat produk hukum dalam hal ini Peraturan Daerah maka DPRD
dan Kepala Daerah dapat dimintai pertanggungjawaban atas produk hukum yang
mereka buat karena kewenangan yang mereka miliki bersifat atributif.
2. Kewenagnan Pemerintah Daerah
Secara umum kewenangan merupakan kekuasaan untuk melakukan semua
tindakan atau perbuatan hukum publik. Dengan kata lain, Prajudi Atmosudirdjo
(1988:76) mengemukakan bahwa: Pada dasarnya wewenang pemerintahan itu
dapat dijabarkan kedalam dua pengertian, yakni sebagai hak untuk menjalankan
suatu urusan pemerintahan (dalam arti sempit) dan sebagai hak untuk dapat secara
nyata mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh instansi pemerintah
lainnya (dalam arti luas).
Wewenang pemerintah adalah kekuasaan yang ada pada pemerintah untuk
menjalankan fungsi dan tugasnya berdasarkan peraturan perundang- undangan.
Dengan kata lain, wewenang merupakan kekuasaan yang mempunyai landasan
untuk mengambil tindakan atau perbuatan hukum agar tidak timbul akibat hukum,
yakni terwujudnya kesewenang-wenangan (onwetmating). Keseluruhan
pelaksanaan dari wewenang pemerintahan dilakukan atau dilaksanakan oleh
pemerintah, tanpa adanya wewenang pemerintahan maka tentunya pemerintah
tidak akan dapat melakukan suatu tindakan atau perbuatan pemerintahan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun
-
24
2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
pemerintah daerah adalah penyelenggaran urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dan sistim serta prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. 13
Pemerintahan daerah diselenggarakan oleh pemerintah daerah.Pengertian
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah (lihat Pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang No.32 Tahun 2004).Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi berfungsi
pula selaku wakil pemerintah di daerah.Gubernur menjembatani dan
memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk
dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah,
pada strata pemerintahan provinsi.
Menurut rumusan Pasal 13 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan daerah disebutkan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi. Pasal 14
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan
bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota. Pelaksanaan
tugas pemerintah di daerah antara pemerintah daerah dan DPRD mempunyai
hubungan yaitu Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan
13
Putra Astomo, Hukum Tata Negara Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Thafa Media,
2014), hlm. 62
-
25
hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan
yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki
kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini
tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan daerah.
3. Pemerintah Daerah
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Indonesia didasarkan
pada ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kebupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten dan
kota ini mempunyai pemerintahan daerrah yang diatur dengan Undang-Undang.14
Dengan adanya kemajuan hukum dan ketatanegaraan di jaman globalisasi ini maka
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 239 Undang- Undang Nomor 32
Tahun 2004 yaitu pada saat berlakunya Undang-Undang ini, maka Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak
berlaku.
Pemerintah pusat tidak mungkin mengatur sendiri semua urusan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga diadakaan pembagian urusan kepada
pemerintah tingkat bawahnya. Adapun ciri-ciri Pemerintah Daerah menurut Aries
Djaenur adalah:15
14
Undang-Undang Dasar 1945 15
Aries Djaenur, Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah, (Bandung: Pustaka Pelajar,
2012), hlm. 4
-
26
1. Adanya lingkungan atau daerah dengan batas yang lebih kecil dari pada
negaranya.
2. Adanya jumlah penduduk yang mencukupi
3. Adanya kepentingan-kepentingan yang diurus oleh Negara akan tetapi
menyangkut tentang lingkungan itu sehingga penduduknya bergerak bersama-
sama berusaha atas dasar swadaya.
4. Adanya suatu organisasi memadai untuk menyelenggarakan kepentingan-
kepentingan tersebut.
5. Adanya kemampuan untuk menyediakan biaya yang diperlukan.
Syarat-syarat pembentukan daerah adalah bahwa daerah dibentuk
berdasarkan pertimbangan:
a. Kemampuan ekonomi
b. Potensi daerah
c. Sosial Budaya
d. Sosial Politik
e. Jumlah Penduduk
f. Luas Daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan
g. Terselenggaranya Otonomi Daerah. 16
Pemerintah Daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal
1 ayat (1) menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
16
Aries Djaenur, Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah, hlm. 23
-
27
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan Pasal 1 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang dimaksud Pemerintah Pusat
selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pembentukan
daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang
bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih yang
mana, dipertegas dalam Pasal 5 bahwa pembentukn daerah harus memenuhi syarat-
syarat administrasi, teknis, dan fisik kewilayahan.
4. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan
masyarakat pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut
adalah kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja adalah seluruh
jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada
permintaan kerja.17
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 64 tahun. Pengertian Tenaga Kerja Undang-Undang dan jenis
perlindungan dalam pasal 1 angka 2 Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun
17
Muhammad Azhar, Hukum Ketenagakerjaan, hlm. 12
-
28
di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.18
Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya,
diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Sesuai dalam peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1994 pengertian tenaga kerja adalah
setiap orang yang bekerja pada perusahaan yang belum wajib mengikuti program
jaminan social tenaga kerja karena adanya pentahapan kepesertaan. Bentuk
perlindungan tenaga kerja di Indonesia yang wajib di laksanakan oleh setiap
pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan orang untuk bekerja pada
perusahaan tersebut harus sangat diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan
peningkatan kesejahteraan di maksud diselenggarakan dalam bentuk jaminan
social tenaga kerja yang bersifat umum untuk dilaksanakan atau bersifat dasar,
dengan bersaskan usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong royongan sebagai
mana yang tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan jaminan sebagai upaya
penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya
kesehatan dibidang penyembuhan.19
Oleh karena itu upaya penyembuhan
memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada
18
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan 19
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta Timur: Sinar Garafika,
2015), hlm. 182
-
29
perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan
masyarakat melalui program jaminan social tenaga kerja. Para pekerja dalam
pembangunan nasional semakin meningkat, dengan resiko dan tanggung jawab
serta tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada mereka dirasakan perlu
untuk diberikan perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraannya
sehingga menimbulkan rasa aman dalam bekerja. ebutuhan sendiri maupun
masyarakat.
Dalam penelitian Ervina mengenai “Kualitas tenaga kerja di Indonesia”
mengemukakan tenaga kerja merupakan faktor pendukung perekonomian suatu
Negara, untuk memajukan perekonomian suatu Negara diperlukan tenaga kerja
yang berkualitas. Dalam suatu Negara, tenaga kerja ada yang dipekerjakan di
dalam dan di luar Negara itu sendiri. Seperti halnya Indonesia, tenaga kerja
Indonesia banyak bekerja di luar negeri. Tenaga kerja Indonesia yang bekerja di
luar negeri, dapat menghasilkan devisa Negara yang turut mendukung
perekonomian Indonesia. Sehingga mereka dikenal dengan istilah pahlawan devisa
Negara. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada
dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif, yakni dari
usia 15-65 tahun.Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja.20
Pembagian tenaga kerja jika digambarkan dalam
bentuk bagan akan tampak seperti berikut. Tenaga kerja berdasarkan keahliannya.
20
Agus, “Peran PEMDA Dalam Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat Dibidang
Ketenagakerjaan” Skripsi: Ilmu Pemerintahan, 2011, hlm. 32
-
30
a. Tenaga Kerja Terdidik / Tenaga Ahli / Tenaga Mahir
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian
atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non
formal.
b. Tenaga Kerja Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak
memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya
berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja.
F. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fragaria Vesca Jananta, mahasiswi
Universitas Jember Fakultas Hukum, ditulis pada tahun 2013, dengan judul
“Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Dalam Pembentukan Peraturan
Daerah Berkaitan Dengan Bidang Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004”,21
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kewenangan pemerintah daerah kabupaten dalam pembentukan peraturan daerah
21
Fragaria Vesca Jananta, Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Dalam
Pembentukan Peraturan Daerah Berkaitan Dengan Bidang Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Skripsi: Universitas Jember Fakultas Hukum, 2013, hlm.
iv
-
31
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Hasil menunjukkan bahwa
kewenangan pemerintah daerah kabupaten dalam membentuk peraturan daerah
kabupaten meliputi kewenangan pemerintah daerah kabupaten dalam tahapan-
tahapan pembentukan peraturan daerah kabupaten meliputi tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, penetapan, dan pengundangan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mukhtarrija, mahasiswa
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Surakarta, ditulis
pada tahun 2010, dengan judul “Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan
Bidang Ketenagakerjaan di Kota Surakarta Berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah”22
Penelitian ini bertujuan secara
analisis mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan bidang
ketenagakerjaan (2) kendala-kendala yang menghambat pelayanan bidang
ketenagakerjaan. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kota Surakarta. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data
berupa penelitian normatif dan penelitian lapangan dengan melakukan wawancara
langsung terhadap narasumber pada instansi tersebut Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa Pemerintah Kota Surakarta dalam melaksanakan kewenangan pelayanan
bidang ketenagakerjaan telah memiliki Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Ketenagakerjaan dan Peraturan Wali Kota
Surakarta Nomor 17 Tahun 2015 tentang Informasi Ketenagakerjaan sebagai
22
Fajaruddin, “Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Bidang
Ketenagakerjaan di Kota Surakarta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah”, Skripsi: Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri
Surakarta, 2010, hlm. 6
-
32
pedoman teknis pelaksanaan pelayanan bidang ketenagakerjaan di Kota Surakarta.
Langkah yang ditempuh dalam menjalankan Pelayanan bidang ketenagakerjaan
oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui perbaikan kualitas daya saing, kompetensi
tenaga kerja dan perbaikan fasilitas balai latihan kerja
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Andi Alti, mahasiswi Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, ditulis pada tahun 2017, dengan judul
“Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan
Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Berdasarkan
Undang-Undang No.32 Tahun 2004”.23
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Kewenangan Pemerintah daerah Dalam Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan Di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Berdasarkan Undang-undang No.32 Tahun
2004”. (Dibimbing oleh Bapak Muh. Yunu wahid dan Bapak Naswar) Setiap
manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa
pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Good Governance
(tata pemerintahan yang baik) telah lama menjadi mimpi banyak orang Indonesia.
Kendati pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, sebagian besar dari
mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat
memiliki kualitas pemerintahan yang lebih baik. Banyak diantara mereka
membayangkan bahwa dengan memiliki praktik governance yang lebih baik maka
kualitas pelayanan publik menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin
rendah dan pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga.
Sehingga kewenangan Pemerintah Daerah dalam pelayanan bidang ketenaga
23
Andi Alti, “Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Pemerintah Daerah dalam
Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Bone Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun
2004”, Skripsi: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 20107, hlm. iv
-
33
kerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 yaitu pelayanan berupa penyelenggaraan pelatihan, penempatan
tenaga keja, syarat-syarat kerja, norma kerja dan Pelayanan Kartu AK I. Namun
kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
dalam pelayanan Ketenagakerjaan terbagi 2(dua) yaitu Kendala Internal, yaitu
segala bentuk penghambat dan tidak tepat sasaran yang disebabkan oleh Pemda
atau pusat. Kemudian Kendala External yaitu segala bentuk permasalahan yang
disebabkan oleh faktor para pencari kerja maupun kondisi diluar Pemerintah
Daerah.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Iwan Noviar, mahasiswi Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, ditulis pada tahun 2017, dengan judul
“Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap Hak-Hak
Pekerja/Buruh Terutama Berupa Pemenuhan Atas Upah Yang Layak (Studi di
Kabupaten Sanggau)”.24
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bagaimana
efektifitas peran Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau dalam upaya memberikan
perlindungan terhadap hak-hak pekerja terutama atas pemenuhan upah yang layak.
Kedua adalah bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan pemerintah Daerah
Kabupaten Sanggau dalam meningkatkan efektifitas pengawasan ketenagakerjaan
dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam optimalisasi pemenuhan
hak pekerja terutama atas upah yang layak. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Penelitian ini berhasil
menjawab permasalahan yang dikemukakan tadi dimana peran Pemerintah Daerah
24
Iwan Noviar, “Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap
Hak-Hak Pekerja/Buruh Terutama Berupa Pemenuhan Atas Upah Yang Layak (Studi di Kabupaten
Sanggau)”, Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, 2017, hlm. 4
-
34
Kabupaten Sanggau masih sangat minim atau tidak optimal dalam pengawasan dan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial atas pemenuhan upah yang layak.
Tidak optimalnya pemerintah daerah kabupaten sanggau dalam hal ini karena
beberapa aspek, yaitu aspek personel, aspek pendanaan, dan aspek kelembagaan.
Untuk itulah dalam saran atau rekomendasi penelitian ini terhadap permasalahan
yang ada adalah membenahi ketiga aspek tersebut.
Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi ini dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam
membahas pokok permasalahan, yaitu variabel Pelaksanaan kewenangan
Pemerintah Daerah dalam pelayanan bidang ketenagakerjaan berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004. Sedangkan, perbedaan antara skripsi ini dengan
hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada perkembangan yang semakin
meningkat pada masyarakat dalam mencari pekerjaan, sehingga diperlukan upaya
dalam mengatasi permasalahan tersebut ditambah lagi harga petani kelapa yang
terus menurun menyebabkan petani menjerit dan ingin mencari pekerjaan yang
lebih layak, untuk itu diperlukan kewenangan pemerintah daerah di bidang
ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 13 Tahun 2003.
-
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tentang kewenangan pemerintah daerah di bidang
ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 13 Tahun 2003. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya
penelitian, yaitu bulan Mei 2018. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
1. Dinas Ketenaga kerjaan telah memberikan kewenangannya dalam bidang
ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Nomor 13 Tahun 2003 dalam pelayanan bidang ketenagakerjaan.
2. Adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai
keterangan yang diperlukan untuk menyusun proposal skripsi ini.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-
undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach).25
Pendekatan
perundang-undangan (statute approach) adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang sedang ditangani. Atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang
dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di
masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta- fakta dan
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandungm
2009, hal. 36.
35
-
36
data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju
kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian
masalah Penelitian ini termasuk kedalam penelitian Empiris, karena hendak
kewenangan pemerintah daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer yang penulis ambil dari informasi di lapangan melalui observasi
dan wawancara di lokasi penelitian, data primer yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah wawancara di lapangan dan Peraturan Daerah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003.
2. Data sekunder yang penulis ambil berupa dokumentasi, literatur, pustaka
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Sumber data penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/ peristiwa, dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan orang yang bisa
memberikan data melalui wawancara. Sumber data yang berbentuk suasana/
peristiwa berupa suasana yang bergerak ataupun lisan, meliputi ruangan, suasana,
dan proses. Sumber data tersebut merupakan objek yang akan diobservasi. Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa atau kejadian, dimana dalam
penelitian ini peristiwa dijadikan sumber data adalah penelitian ini tentang
kewenangan pemerintah daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003. Pelaksana
-
37
pemberi kewenangan, di mana dalam hal ini kewenangan pemerintah daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang dapat memberikan informasi dapat
dilakukan melalui wawancara dan lainnya dan dokumentasi, di mana sumber data
yang diambil dari dokumen ini berupa data dalam bentuk laporan, catatan
peristiwa, keterangan, jumlah permasalahan, dan lain sebagainya.
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang.26
Unit analisis juga menjelaskan kapan
waktu (tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian
tidak secara jelas menggambarkan mengenai batasan waktu tersebut. Dalam
penelitian ini, unit analisisnya adalah kewenangan pemerintah daerah di bidang
ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Nomor 13 Tahun 2003. Penetapan unit analisis tersebut, karena penelitian yang
dilakukan tidak menggunakan popupasi dan sampel, namun hanya menggunakan
dokumen-dokumen dari kewenangan pemerintah daerah di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.
Dalam penelitian ini informan ditentukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan pertimbangan
informasi. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai
pada taraf kelebihan artinya bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya
26
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, (2012), hlm. 62.
-
38
boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru.27
Informan adalah
orang yang memberi atau orang yang menjadi sumber data dalam penelitian
(narasumber). Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
peneliti dan diperkirakan orang yang menjadi informan ini menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian. Informan dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan kewenangan dan keilmuan yang terkait dengan
penelitian ini, mereka diantaranya:
Berdasarkan pendapat diatas ditetapkan kriteria atau ciri-ciri dalam
pengambilan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Ketenagakerjaan (satu orang)
2. Kabid Dinas Ketenagakerjaan (satu orang)
3. Pakar hukum (Perundang-Undangan) (satu orang)
4. Pakar pemerintahan (Otonomi Daerah) (satu orang)
5. Masyarakat yang melakukan pelayanan di Dinas Ketenagakerjaan (dua orang)
6. Masyarakat peserta pelatihan di Dinas Ketenagakerjaan (dua orang)
E. Instrument Analisis Data
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Martinis
Yamin menyatakan bahwa “dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,hlm.85.
-
39
aktif dalam aktiivitas mereka.”28
Penelitian partisipatif ini kemudian dikhususkan
lagi menjadi partisipasi pasif (passive participation) artinya peneliti datang ke
tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Obyek observasi dinamakan situasi sosial yang terdiri atas:
a. Place, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
b. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
c. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, penulis memilih
observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana
peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung
terhadap objek penelitian, yaitu dengan meminta pandangan mengamati kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam memberikan kewenangan
pemerintah daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003. Observasi yang
dilakukan penulis dalam skripsi ini terhadap subyek menggunakan pedoman
observasi yang disusun sebagai berikut:
1) Mencatat kesan umum subyek: penampilan, pakaian, tingkah laku, cara
berfikir.
2) Interaksi sosial dan tempat lingkungan.
28
Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009), hlm. 79.
-
40
3) Mengamati latar belakang, lingkungan dan pelaksanaan kewenangan
Pemerintah Daerah dalam pelayanan bidang ketenagakerjaan di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
4) Mengamati kendala yang menghambat pelaksanaan kewenangan Pemerintah
Daerah dalam pelayanan bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung
Timur.
5) Mengamati upaya dalam pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah dalam
pelayanan bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara ini penulis gunakan untuk mendapatkan permasalahan yang
diteliti, berupa perkataan dari informan di lapangan, dan juga untuk mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semistructure interview) dimana
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan,
laptop, dan camera karena penulis menggunakan wawancara catatan lapangan. Hal
ini bermanfaat untuk mencatat dan mendokumentasikan semua percakapan dengan
sumber data, dimana kesemuanya telah digunakan setelah mendapat izin dari
sumber data. Karena wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur. Dalam
skripsi ini, penulis menggunakan metode wawancara yang dilakukan kepada
-
41
subyek dengan menggunakan dokumntasi catatan lapangan. Adapun pedoman
wawancara yang telah disusun sebagai berikut:
a. Latar belakang, lingkungan dan pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah
dalam pelayanan bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
b. Kendala yang menghambat pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah
dalam pelayanan bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
c. Upaya dalam pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah dalam pelayanan
bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
d. Kondisi sarana dan sumberdaya.
e. Hasil pencapaian dan harapan.
3. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen baik yang berada di Pemerintah Daerah dalam pelayanan
bidang ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut. Dokumentasi adalah mengumpulkan data
dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,
administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi
diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti.
Adapun di dalam skripsi ini penulis mengumpulkan data mengenai sejarah, visi-
misi, profil, serta bukti-bukti pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah di
bidang ketenagakerjaan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Nomor 13 Tahun 2003.
-
42
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Aktivitas analisis
data yaitu reduksi data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan lalu
diverifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak
relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam
penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara, kemudian
data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang
jelas kepada penulis.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi dari reduksi
data yang kemudian disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah dipahami.
-
43
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga
dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Penyajian data juga dapat
dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan antara kategori dan
sejenisnya.Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang
paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalamskripsi ini
peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah
didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.
Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa,
ketiga metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan
penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan
lapangan, dan juga memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik
-
44
kesimpulan kewenangan pemerintah daerah di bidang ketenagakerjaan berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam penulisan
skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran
tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batsan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka.
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Unit Analsis dan
Alat Analisis Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan Prasarana
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB V penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan
Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.
-
45
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Seajrah Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan salah satu Kabupaten di
pesisir timur Propinsi Jambi selatan yang berjarak sekitar 174 km dari Kota
Makassar.Mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan kearah
utara. Secara astronomis terletak dalam posisi 4 13‟ -120040‟ Bujur Timur
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Wajo dan Soppeng
1. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
3. Sebelah barat berbatasan dengan Riau 29
Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur seluruhnya berjumlah
kurang lebih4.559,00 Km2. Bone terdiri atas 27 (dua puluh tujuh) kecamatan yang
diperinci menjadi 333 (tiga ratus tiga puluh tiga) desa dan 39 (tiga puluh sembilan)
kelurahan dengan jumlah dusun sebanyak 888 (delapan ratus delapan puluh
delapan) dan lingkungan sebanyak 121 (seratus dua puluh satu). Adapun berikut
merupakan Peta wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur:
29
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
45
-
46
B. Visi dan Misi Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Adapun visi dan misi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten
Tanjung Jabung Timur adalah sebagi berikut: Visi “Terwujudnya Tenaga Kerja
Yang Bermutu Dan Berkualitas Dalam Satu Keatuan Budaya“.30
C. Struktur Organisasi
Semua susunan struktur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Tanjung Jabung Timur dibuat berdasarkan Peraturan Daerah dengan Nomor 3
Tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas Tenaga erja Dan
Transmigrasi Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Adapun struktur Dinas Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Sulawesi
Selatan, yakni sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
2. Sekretarsi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
3. Kelompok Jabatan Fungsional
4. Sub Bagian Umum dan Perencanaan
5. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
6. Sub Bagian Kepegawaian
7. Sub Bagian Pemberdayaan Tenaga Kerja
8. Seksi Penyelenggaraan dan Ketenaga kerjaan
9. Seksi Data dan Informasi 31
30
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019 31
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
47
D. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor
13 Tahun 2003 tentang susunan dan tata kerja dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka tugas pokok dan fungsi
untuk semua struktur dalam lingkup dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut
struktur yang ada dalam organisasi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai fungsi sebagai berikut: 32
Kepala Dinas mempunyai tugas:
1. Menetapkan program kerja Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
berdasarakan rencana kegiatan masing masing sub bidang dan rencana
kegaiatan bagian sekretariat;
2. Membuat rumusan kebijakan tekhnis bidang ketenagakerjaan berdasarkan
kewenangan yang ada;
3. Memberikan pelayanan perijinan di bidang;
4. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat sesuai bidang tugasnya;
5. Mengatur, mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas-tugas bawahan
sesuai dengan bidangnya masing masing;
6. Memberikan petunjuk dan bimbingan tekhnis serta pengawasan kepada
bawahan;
7. Memeriksa hasil kerja bawahan;
32
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
48
8. Mengevaluasi dan mempertanggung jawabkan hasil kerja bawahan;
9. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kinerja kepada Bupati;
10. Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi dalam melaksankan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretariat
Daerah. 33
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi mempunyai tugas:
a. Melaksanakan urusan surat menyurat, rumah tangga, dan memberikan
penerangan, pelaksanaan kegiatan di lingkungan Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi;
b. Melaksanakan urusan keuangan dan perlengkapan di lingkungan dinas;
c. Melaksanakan urusan mutasi, kenaikan pangkat dan gaji berkala lingkungan
dinas;
d. Pengadaan Kartu AK I
e. Menyusun program kerja sekretariat sebagai bahan program kerja Dinas
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi berdasarkan rencana kegiatan masing masing
sub bagian;
f. Menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja sekretariat sebagai bahan
pertanggung jawaban Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi berdaasarkan
laporan hasil kegiatan masing masing sub bagian;
g. Mengatur mendistribusikan dan mengkoordinasikan tugas-tugas bawahan
sesuai dengan bidangnya masing masing;
33
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
49
h. Memberikan petunjuk dan bimbingan tekhnis serta pengawasan kepada
bawahan;
i. Memeriksa hasil kerja bawahan;
j. Melaksanakan pengelolaan urusan kepegawaian;
k. Melaksanakan pengelolaan urusan umum dan perlengkapan;
l. Melaksanakan urusan keuangan;
m. Mengevaluasi dan mempertanggungjawabkan hasil kerja bawahan
n. Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan atasan. 34
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. Bagian
sekretaris terdiri dari sub bagian umum, sub bagian kepegawaian, dan sub bagian
keuangan dan perlengkapan adapun tugas sub sub bagian tersebut sebagai berikut:
Sub bagian umum memiliki tugas:
1) Menginventarisir surat masuk dan keluar
2) Memfasilitasi tamu-tamu kantor sesuia dengan kepentingannya
3) Mengkoordinir petugas kebersihan kantor
4) Mengkoordinir bagian legalisasi
5) Mengkoordinir acara protokoler dinas
6) Melaksanakan pengetikan surat menyurat dan penggandaan naskah dinas
7) Melaksanakan urusan hubungan masyarakat, perjalanan dinas dan protocol
34
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
50
8) Membuat rencana program kegiatan yang akan dilaksanakan untuk diajukan
dalam penyusunan program dinas tahun yang akan datang selambat lambatnya
pada bulan Juli tahun berjalan.
Sub bagian kepegawaian Memiliki tugas:
a) Menyusun rencana dan program kerja tahunan seksi kepegawaian
b) Menyiapkan rencana formasi penerimaan dan pengangkatan dan pemerataan
pengawas di lingkungan kerja dinas
c) Menyiapkan usulan mutasi antara lain kenaikan pangkat, pemindahan,
pemberhentian dan pensiunan tenaga administrasi dan fungsional
d) Menyusun daftar urut kepangkatan pegawai
e) Mengelolah kenaikan gaji berkala tenaga administrasi dan tenaga fugnsional
f) Melaksanakan urusan tata usaha pengawas
g) Penyiapan koordinasi pelaksanaan ujian dinas
h) Pengurusan pemberian tanda pengahargaan kepada pegwai
i) Pengurusan tabungan asuransi pegawai dan kartu kesehatan
j) Pelaksanaan bimbingan penyaluran dana subsidi guru serta peningkatan
kesejahteraan pegawai
k) Menyusun laporan sub bagian 35
l) Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan
Sub bagian keuangan dan Perlengkapan mempunyai tugas:
(1) Menyusun rencana dan program sub bagian keuangan
35
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
51
(2) Melakukan pengelolaan keuangan dinas yang meliputi penerimaan,
penyimpanan, pengeluaran, pertanggungjawaban dan pembukuan
(3) Meneliti, menguji kebenaran setiap dokumen bukti penerimaan, penyimpanan
dan pengeluaran uang
(4) Melakukan pencatatan dan pengarsipan dokumen bukti pengeluaran uang
(5) Melakukan pembayaran gaji pegawai, biaya perjalaan dinas, rekening telepon
dan air serta borongan dan pembelian
(6) Melakukan tuntunan ganti rugi
(7) Mempersiapkan laporan periodik tentang pengeluaran keuangan
(8) Memonitor pelaksanaan anggaran
(9) Mencatat, mengolah dan menganalisis data hasil monitor pelaksanaan
anggaran
(10) Mempersiapkan penyusunan anggaran belanja dinas
(11) Menyusun pertanggung jawaban penerimaan dan pengeluaran dinas
(12) Menerima, menyimpan, dan menguangkan surat berharga
(13) Mengumpulkan data perkembangan pelakanaan anggaran dinas
(14) Menyusun identifikasi masalah yang menyangkut anggaran Dinas
(15) Mempersiapkan bahan penyusunan, saran penyesuaian pelaksanaan
anggaran dinas
(16) Melakukan pengawasan dan pengendalian pengelolaan keuangan yang
bersumber dari APBD 36
(17) Melakukan pengurusan gedung dan perabot
36
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
52
(18) Melakukan infentarisasi dan mempersiapkan penghapusan barang dan
perlengkapan
(19) Melakukan rencana pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, perawatan
inventaris
(20) Melakuakan stock volume barang barang kebutuhan ATK dan barang barang
lainnya masing masing bidang
(21) Melakukan pendistribusian barang perlengkapan yang meliputi perabot,
peralatan tekhnis, alat kantor dan pembukuan
(22) Mengumpulkan dan mengolah data inventaris kantor
(23) Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan. 37
E. Peraturan Pemerintah Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003
Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 13 Tahun 2003
mengamanatkan beberapa butir perubahan yang memiliki dimensi standarisasi
yang sangat ketat dan lebih mempertimbangkan kuantitas dan kepentingan
pemerintah pusat ketimbang prioritas untuk mengefektivkan penyelenggaraan
pemerintahan di daerah melalui solusi persoalan-persoalan di daerah. Standarisasi
ini sendiri muncul karena beberapa alasan:
1. Ketidaksesuaian nomenklatur lembaga daerah dengan lembaga pusat yang
selama ini sering mengakibatkan kesulitan proses penganggaran dan berujung
pada inefisiensi penyelenggaraan pemerintahan di daerah; Struktur organisasi
pemerintah daerah di Indonesia yang cenderung sangat gemuk sehingga
37
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
53
berpotensi menyedot sebagian besar alokasi APBD untuk belanja tidak
langsung (belanja aparatur) dan bukan untuk pos belanja langsung
untukmembiayai program dan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih produktif
bagi kepentingan masyarakat.
2. Struktur organisasi pemerintah daerah di Indonesia yang cenderung sangat
gemuk sehingga berpotensi menyedot sebagian besar alokasi APBD untuk
belanja tidak langsung (belanja aparatur) dan bukan untuk pos belanja langsung
untuk membiayai program dan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih produktif
bagi kepentingan masyarakat. Kelemahan desain penataan kelembagaan di
daerah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 adalah karena
Peraturan Pemerintah ini lebih melihat persoalan kelembagaan semata-mata
sebagai persoalan struktur kelembagaan. Standarisasi yang ketat yang dibuat
oleh Peraturan Pemerintah ini tidak mempertimbangkan dimensi lain dari
kelembagaan daerah seperti aparatur, sistem tata laksana, dan nilai dasar
organisasi. Hal ini terlihat dari esensi kebijakan yang lebih menekankan pada
tiga hal: 38
3. Penyeragaman nomenklatur kelembagaan daerah;
4. Penentuan jumlah kelembagaan daerah yang berbasis pada hasil perhitungan
atas variable jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD;
5. Perumpunan kelembagaan daerah, meskipun juga menentukan beberapa
perubahan lain seperti perubahan eselonisasi pejabat daerah.
38
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
54
Pembentukan kelembagaan atau organisasi perangkat daerah akan sangat
berpengaruh pada pencapaian kinerja birokrasi publik, karena struktur akan
mengikuti strategi (structure follow strategy) yang diterapkan organisasi, bukan
sebaliknya strategi yang mengikuti struktur (strategy follow structure) yang
akhirnya mengakibatkan proliferasi atau perkem-bangbiakan kelembagaan.
Dalam praktiknya, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 juga telah
menciptakan berbagai kerumitan mengiringi konsekuensi besar yang
menyertainya. Berbagai standarisasi yang dirumuskan dalam regulasi ini pada
akhirnya cenderung terlihat sebagai manifestasi kepentingan pusat untuk
melakukan resentralisasi pemerintahan ketimbang penataan kelembagaan untuk
efektivitas pemerintahan daerah. Masalah efisiensi dan pelayanan publik
tampaknya menjadi urutan berikutnya. Hal ini juga tampak pada semangat
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 yang justru lebih banyak berpihak
kepada birokrasi dari pada pelayanan publik. Hal ini terlihat dari besarnya
organisasi perangkat daerah melebihi dari yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2003.
Perubahan ini, kemudian menjadi hal menarik untuk diteliti, khususnya
kaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan pasca penerapan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pada
Lingkup Sekretariat Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 39
39
Profil Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, di Kantor Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, tentang sejarah Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 7 Januari 2019
-
55
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Bidang Ketenaga Kerjaan Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa
kewenangan pemerintah daerah dalam pelayanan bidang ketenaga kerjaan di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur telah dirasakan sebagian besar masyarakat.
Pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tanjung Jabung
Timur berjumlah 4.925 jiwa atau hanya 18,41 persen dari total pengangguran di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pencari kerja yang terdaftar terbanyak di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu 1.140 jiwa. Secara umum pula dalam
sektor perekonomian daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi oleh
sektor perikanan, dengan sub sektor perikanan laut, kemudian sub sektor
perkebunan, peternakan dan perkebunan. Dilihat dari lapangan usaha, sebagian
besar penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Timur bekerja di sektor pertanian yang
berjumlah 356.814 jiwa (70,72%) dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lain
yang juga banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan
Akomodasi (11,54 %) dan yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah
Industri Pengolahan (3,41%).40
Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan
masyarakat sebuah daerah, dimana pembangunan masyarakat tersebut adalah
kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana
40
Dokumen Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 12 Januari 2019
-
56
pembangunan harus di jamin haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya
gunanya. Sesuai dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-
04/MEN/1994 dan peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 145/Men/10/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal dibidang
ketenaga kerjaan. Oleh karena itu pelayanan pemerintah daerah dibidang ketenaga
kerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur mulai dari Penyelenggaraan Pelatihan
Keterampilan, Penempatan Tenaga Kerja, Syarat-syarat kerja, Norma kerja,
Pelayanan Kartu AK I dan pemanfaatan fasilitas gedung haruslah diperhatikan
sehingga pemerintah daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur khususnya
dibidang pelayanan ketenagakerjaan dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtra
sesuai dengan Perda Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Penulis menemukan bahwa terdapat 4 (empat) jenis pelayanan yang
diberlakukan bagi masyarakatnya pada Dinas Ketenagakerjaan di bidang
ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, diantaranya:
1. Penyelenggaraan Tenaga Kerja
Dari hasil penelitian penulis, penyelenggaraan pelatihan keterampilan yang
dilakukan Pemda, meliputi : Sertifikat Latihan Lulusan Keterampilan (LLK),
dimana kegiatan ini adalah bentuk kerja sama pemerintah daerah dengan pihak
perusahaan. Persyaratan jenis pelayanan ini adalah surat permohonan dari
perusahaan yang terkait, karena pelatihan dilakukan selama seminggu dengan
penaggung jawab kegiatan adalah Kepala Bidang Pemberdayaan Tenaga Kerja dan
Kepala UPTD-LLK. Pemerintah Daerah menganggap bentuk pelayanan ini
ditujukan kepada masyarakat secara umum sehingga bentuk pelayanan ini
-
57
dilaksanakan tanpa biaya (gratis), masyarakat dihimbau untuk mengikuti segala
bentuk pelatihan untuk meningkatkan skill mereka serta keterampilan yang
berguna terhadap peningkatan SDM Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan
pendapatan perusahaan. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Nurdin Selaku
Kepala Bidang Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagai
berikut:
Sejauh ini telah berjalan program pelatihan pada salah satu perusahaan,
guna meningkatkan kemampuan masyarakat. Dan kami mengajak
masyarakat untuk berperan aktif mencari informasi agar dapat mengikuti
program ini dengan baik. Masyarakat seharusnya lebih aktif lagi, ketika
kami Pemerintah Daerah melakukan suatu kegiatan pelayanan berupa
pelatihan karena ini sangat bermanfaat bagi mereka dimana mampu
meningkatkan kapasitas mereka dan juga mereka diberikan sertifikat yang
dapat mereka gunakan di perusahaan, apalagi kegiatan pelayanan ini tidak
dipungut biaya (gratis). Dengan diadakan pelayan gratis ini, lebih
memotivasi lagi meraka untuk terus berkembang dengan baik.
Meningkatkan seluruh kemampuan dan pontensi masyarakat itu sendiri.41
Dalam hasil wawancara tersebut dapat dicermati bahwa pelayanan
pelatihan yang ada di masyarakat ini dalam memicu motivasi masyarakat
mengembangkan potensi yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Apalagi
pelayanan ini tidak dikenakan biaya sedikit pun, jadi lebih meringangkan beban
masyarakat itu sendiri. Tenaga Kerja di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
memang terbilang banyak, tak heran jika masyarakat yang tergolong usia kerja
ambil bagian dalam kegiatan ini, karena menganggap perlu untuk mengikuti
kegiatan pelayanan tersebut. Sebagaimana yang disampaikan Bapak Nurdin Selaku
Kepala Bidang Bidang Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
sebagai berikut:
41
Wawancara bersama Bapak Nurdin Selaku Kepala Bidang Bidang Ketenagakerjaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pada 12 Januari 2019
-
58
Kami melakukan penyelenggaraan penempatan kerja yang sesuai dengan
bidangnya, perluasan wawasan oleh tenaga kerja yang mampu bersaing di
dalam menghadapi perubahan zaman, peningkatan produktifitas tenaga
kerja yang berkompeten dan pelatihan ketenagakerjaan yang di laksanakan
di balai latihan kerja. Semua itu kami laksanakan dalam rangka
penyelenggaraan tenaga kerja yang baik di kabupaten Tanjung Jabung
Timur.42
Dalam hasil wawancara tersebut dapat dicermati bahwa penyelenggaraan
tenaga kerja di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dilakukan dengan penempatan
tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya, perluasan wawasan tenaga kerja,
peningkatan produktifitas tenaga kerja serta pelatihan tenaga kerja di balai latihan
kerja. Selain i