kewajiban karyawan terhadap perusahaan, tanggung jawab sosial,lingkungan dan bisnis.docx

25
Kewajiban Karyawan terhadap Perusahaan 1. Tiga Kewajiban Karyawan yang Penting A. Kewajiban ketaatan Bagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu implikasi dari statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya. Tetapi, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral. Selain itu karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar, walaupun dari segi etika tidak ada keberatan. Kemudian, karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, ketika ia menjadi karyawan di perusahaan itu. B. Kewajiban konfidensialitas Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Konfidensialitas berasal dari kata Latin confidere yang berarti mempercayai. Dalam konteks perusahaan konfidensialitas memegang peranan penting. Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada informasi rahasia. Sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa karyawan harus menyimpan rahasia perusahaan karena alasan etika mendasari kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi rahasia itu.

Upload: muhamad-risqi-wicaksono

Post on 02-Oct-2015

282 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Kewajiban Karyawan terhadap Perusahaan1. Tiga Kewajiban Karyawan yang PentingA. Kewajiban ketaatanBagi orang yang memiliki ikatan kerja dengan perusahaan, salah satu implikasi dari statusnya sebagai karyawan adalah bahwa ia harus mematuhi perintah dan petunjuk dari atasannya. Tetapi, karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia melakukan sesuatu yang tidak bermoral. Selain itu karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar, walaupun dari segi etika tidak ada keberatan. Kemudian, karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati, ketika ia menjadi karyawan di perusahaan itu.

B. Kewajiban konfidensialitasKewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat konfidensial dan kareana itu rahasia yang telah diperoleh dengan menjalankan suatu profesi. Konfidensialitas berasal dari kata Latin confidere yang berarti mempercayai. Dalam konteks perusahaan konfidensialitas memegang peranan penting. Karena seseorang bekerja pada suatu perusahaan, bisa saja ia mempunyai akses kepada informasi rahasia. Sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa karyawan harus menyimpan rahasia perusahaan karena alasan etika mendasari kewajiban ini yaitu bahwa perusahaan menjadi pemilik informasi rahasia itu. Membuka rahasia itu berarti sama saja dengan mencuri. Milik tidak terbatas pada barang fisik saja, tetapi meliputi juga ide, pikiran, atau temuan seseorang. Dengan kata lain, disamping milik fisik terdapat juga milik intelektual. Jadi, dasar untuk kewajiban konfidensialitas dari karyawan adalah intellectual property rights dari perusahaan. Alasan kedua adalah bahwa membuka rahasia perusahaan bertentangan dengan etika pasar bebas.

C. Kewajiban loyalitas Kewajiban loyalitas pun merupakan konsekuensi dari status seseorang sebagai karyawan perusahaan. Dengan mulai bekerja di suatu perusahaan, karyawan harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan, karena sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan tersebut, dan karena itu pula ia harus menghindari segala sesuatu yang bertentangan dengannya. Dengan kata lain, ia harus menghindari apa yang bisa merugikan kepentingan perusahaan. 2. Melaporkan Kesalahan PerusahaanDalam etika, whistle blowing mendapat arti khusus yaitu menarik perhatian dunia luar dengan melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh sebuah organisasi. Dalam rangka bisnis whistle blowing dibagi menjadi whistle blowing internal dan whistle blowing eksternal. Whistle blowing internal dimengerti pelaporan kesalahan di dalam perusahaan sendiri dengan melewati atasan langsung. Sedangkan whistle blowing eksternal adalah pelaporan kesalahan perusahaan kepada instansi di luar perusahaan, entah kepada instansi pemerintah atau kepada masyarakat melalui media komunikasi. Pelaporan kesalahan perusahaan itu dinilai dengan cara yang sangat berbeda. Di satu pihak seorang whistle blower bisa dipuji sebagai pahlawan, karena ia menempatkan nilai-nilai moral yang benar dan luhur di atas kesejahteraan pribadi. Dilain pihak justru disebut sebagai penghianat, karena ia mengekspos kejelekan dari perusahaannya. Ia dianggap melanggar kewajiban loyalitas dengan sangat merugikan kepentingan perusahaan. Dari sudut pandang etika jelas bertentangan dengan kewajiban loyalitas. Kalau memang diperbolehkan whistle blowing dapat dipandang sebagai pengecualian dalam bidang kewajiban loyalitas. Dasarnya adalah kewajiban lain yang lebih mendesak. Jadi, kadang-kadang mungkin ada kewajiban untuk melaporkan suatu kesalahan demi kepentingan orang banyak. Meskipun sulit sekali untuk memastikan kapan situasi seperti itu secara obyektif terealisasi. Pada kenyataannya hati nurani si pelapor harus memutuskan hal itu, setelah mempertimbangkan semua faktor terkait. Pelaporan bisa dibenarkan secara moral, bila memenuhi syarat berikut :1. Kesalahan perussahaan harus besar2. Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar3. Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kerugian bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain.4. Penyelesdaiaan masalah secara internal harus dilakukan dulu, sebelum kesalahan perusahaan dibawa keluar.5. Harus ada kemungkinan real bahwa pelaporan kesalahan akan mencatat sukses.Adanya whistle blowing selalu menunjukan bahwa perusahaan gagal dalam menjalankan kegiatannya sesuai dengan tuntutan etika. Asalkan perusahaan mempunyai kebijakan etika yang konsisten dan konsekuen, semua kesulitan sekitar pelaporan kesalahan tidak perlu terjadi.

Kewajiban Perusahaan terhadap KaryawanBerturut-turut akan dibicarakan tentang kewajiban perusahaan untuk tidak diskriminasi, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, untuk memberi imbalan kerja yang pantas dan untuk tidak memberhentikan karyawan dengan semena-mena. Kewajiban perusahaan biasanya sepadan dengan hak karyawan.

1. Perusahaan tidak boleh mempraktekan diskriminasi Diskriminasi adalah masalah etis yang baru nampak dengan jelas dalam paro kedua dari abad ke 20. Biasanya mengenai warna kulit dan gender (jenis kelamin). Di Indonesia diskriminasi timbul berhubungan dengan status asli / tidak asli, pribumi / non-pribumi, dari para warga negara dan agama.A. Diskriminasi Dalam Konteks Perusahaan Istilah diskriminasi berasal dari bahas Latin discernee yang berarti membedakan, memisahkan, memilah. Dalam konteks perusahaan diskriminasi dimaksudkan membedakan antara pelbagai karyawan karena alasan tidak relevan yang berakar dari prasangka. Membedakan antara karyawan tentu sering terjadi karena alasan yang sah. Dalam menerima karyawan baru, perusahaan sering menentukan syarat seperti mempunyai pengalaman kerja sekian tahun, memiliki ijazah S-1 (malah bisa ditambah dengan IPK minimal 2,75), menguasai bahasa Inggris, baik lisan maupun tertulis dll. Dalam hal imbalan, bisa terjadi bahwa suatu karyawan mendapat bonus akhir tahun karena lebih berprestasi daripada karyawan lainnya. Hal-hal diatas adalah alasan yang relevan. Bila beberapa karyawan diperlakukan dengan cara yang berbeda, karena alasan yang tidak relevan. Biasanya alasan itu berakar dalam suatu pandangan stereotip terhdap ras, agama atau jenis kelamin bersangkutan. Dengan kata lain, latar belakang terjadinya diskriminasi adalah pandangan rasisme, sektarianisme / seksisme.

B. Argumentasi etika melawan diskriminasi

a) Dari pihak utilitarisme dikemukakan argumen bahwa diskriminasi merugikan perusahaan itu sendiri. Terutama dalm rangka pasar bebas, menjadi sangat mendesak bahwa perusahaan memiliki karyawan berkualitas yang menjamin produktivitas terbesar dan mutu produk terbaik. Sumber daya manusia menjadi kunci dalam kompetisi di pasar bebas. Jika perusahaan memperhatikan faktor-faktor lain selain kualitas karyawan ia bisa ketinggalan dalam kompetisi dengan perusahaan lain. Karena itu perusahaan harus menghindari diskriminasi demi kepentingannya sendiri.

b) Deontologi berpendapat bahwa diskriminasi melecehkan martabatdari orang yang didikriminasi.Berarti tidak menghormati martabat manusia yang merupakan suatu pelanggaran etika yang berat.

c) Teori keadilan berpendapat bahwa praktek diskriminasi bertentangan dengan keadilan, khususnya keadilan distributif / keadilan membagi. Keadilan distributif menuntut bahwa kita memperlakukan semua orang dengan cara yang sama, selama tidak ada alasan khusus untuk memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda. Pikiran itu sudah dikenal sebagai prinsip moral keadilan distributif.

2. Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerjaA. Beberapa Aspek Keselamatan KerjaKeselamatan kerja dapat terwujud bilamana tempat kerja itu aman. Dan tempat kerja itu aman kalau bebas dari risiko terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan si pekerja cedera atau bahkan mati. Kesehatan kerja dapat direalisasikan karena tempat kerja dalam kondisi sehat. Tempat kerja bisa dianggap sehat kalau bebas dari risiko terjadinya gangguan kesehatan / penyakit.Di Indonesia masalah keselamatan dan kesehatan kerja dikenal sebagai K3 dan banyak perusahaan mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Sedangkan di Amerika Serikat didirikan Occupational Safety and Health Administration (OSHA) untuk mengawaasi pelaksanaan UU yang bertujuan untuk to assure as far as possible every working man and woman in the nation safe and healthful working conditions.

B. Pertimbangan EtikaTiga pendasaran segi etika dari masalah perlindungan kaum pekerja.1. The right of survival (hak untuk hidup)2. Manusia selalu diperlakukan sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka.3. Kewajiban etis harus sejalan dengan cost benefit analysis. Masyarakat sendiri dan terutama ekonomi negara akan mengalami kerugian besar jika proses produksi tidak berlangsung dalam kondisi aman dan sehat.

Kebebasan si pekerja adalah faktor yang membenarkan moralitas pekerjaan beresiko. Si pekerja sendiri harus mengambil resiko dengan sukarela. Tetapi supaya si pekerja sungguh-sungguh bebas dalam hal ini, perlu beberapa syarat :1. Harus tersedia pekerjaan alternatif.2. Diberi informasi tentang resiko yang berkaitan dengan pekerjaannya sebelum si pekerja mulai bekerja.3. Perusahaan selalu wajib berupaya, agar risiko bagi pekerja seminimal mungkin.

3. Kewajiban memberi gaji yang adilMotivasi seseorang untuk bekerja tidak lepas dari untuk mengembangkan diri, memberi sumbangsih yang berguna bagi pembangunan masyarakat namun yang sangat penting adalah untuk memperoleh upah atau gaji. Namun dalam gerakan sosial zaman industri upah yang adil sering menjadi pokok perjuangan yang utama.

A. Menurut keadilan distributiveGaji / upah merupakan kasus jelas yang menuntut pelaksanaankeadilan, khususnya keadilan distributif. Di kebanyakan negara modern, dilema antara liberalisme dan sosialisme ini sekarang tidak dirasakan lagi. Tanpa banyak kesulitan, langsung diakui bahwa dalam menentukan gaji yang adil, baik prestasi maupun kebutuhan harus berperan.Prinsip perrtama adalah bagian yang sama. Supaya adil, gaji semua karyawan memang tidak perlu sama, tetapi perbedaan juga tidak boleh terlalu besar. Jelas pemerataan pendapatan adalah tuntutan etis yang berkaitan dengan prinsip ini. Prinsip-prinsip hak, usaha dan kontribusi kepada masyarakat ikut pula menentukan gaji yang adil. Dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia masalah gaji yang adil disinggung juga. Adil tidaknya gaji menjadi lebih kompleks lagi, jika kita akui bahwa imbalan kerja lebih luas daripada take home pay saja. Fasilitas khusus seperti rumah, kendaraan, bantuan beras dll harus dipandang sebagai imbalan kerja. Lebih penting lagi adalah asuransi kerja, jaminan kesehatan, prospek pensiun dll. Gaji yang relatif rendah bisa mencukupi asalkan dikompensasi oleh jaminan sosial yang baik serta fasilitas-fasilitas lain.B. Enam faktor khusus Berikut adalah usulan dari Thomas Garrett dan Richard Klonoski supaya gaji/upah itu adil/fair :1. Peraturan hukumDi sini yang paling penting adalah ketentuan hukum tentang upah minimum sebagai salah satu perjuangan sosialisme dalam usahanya memperbaiki nasib kaum buruh. Adanya upah minimum berarti bahwa kebutuhan diakui sebagai kriteria untuk menentukan upah.

2. Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu / daerah tertentuDalam semua sektor industri, gaji / upah tidaklah sama. Karena itu rupanya suatu kriteria yang baik adalah : gaji / upah bisa dinilai adil, jika rata-rata diberika dalam sektor industri bersangkutan asalkan keadaan di sektor itu cukup mantap. Namun gaji yang sama belum tentu menjamin daya beli yang sama. Karena perbedaaan daya beli itu di Indonesia upah minimum ditetapkan sebagau upah minimum regional (UMR).

3. Kemampuan perusahaanPerusahaan kuat yang menghasilkan laba besar, harus memberi gaji yang lebih besar pula daripada perusahaan yang mempunyai marjin laba yang kecil saja. Di sini berlaku pandangan sosialistis tentang hak karyawan mengambil bagian dalam laba. Harus dinilai tidak etis, bila perusahaan mendapat untung besar dengan menekan gaji karyawan.

4. Sifat khusus pekerjaan tertentuBeberapa tugas dalam perusahaan hanya bisa dijalani oleh orang yang mendapat pendidikan / pelatihan khusus, kadang-kadang malah pendidikan sangat terspesialisasi. Kelangkaan tenaga mereka boleh diimbangi dengan tingkat gaji yang lebih tinggi.

5. Perbandingan dengan upah / gaji lain dalam perusahaanKalau pekerjaan tidak mempunyai sifat khusus, seperti menuntut pengalaman lebih ama / mengandung resiko tertentu, maka gaji / upah harus sama. Sehingga berlaku prinsip equal pay for equal work.

6. Perundingan upah / gaji yang fairPerundingan langsung antara perusahaan dan para karyawan merupakan cara yang ampuh untuk mencapai gaji dan upah yang fair. Tentu saja, perundingan seperti itu menuntut keterbukaan cukup besar dari pihak perusahaan. Lebih bagus bila perundingan gaji itu dilakukan untuk suatu sektor industri sehingga dihasilkan kesepakatan kerja bersama.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporation / korporasi sebagaimana sudah dipakai dalam bahasa Indonesia, langsung dimengerti sebagai perusahaan, khususnya perusahaan besar. Tetap sebenarnya artinya lebih luas, yakni badan hukum. Korporasi berasal dari kata Latin (corpus / corpora=badan) dan sebetulnya berarti yang dijadikan suatu badan. Istilah yang beasal dari hukum Kekaisaran Romawi ini, pada zaman pra modern di Eropa dan Amerika Serikat masih secara ekslusif dipakai untuk menunjukan badan hukum yang didirikan demi kepentingan umum. Kini koperasi secara spontan dimengerti sebagai perusahaan.Tetapi bagaimanapun perkembangan istilahnya korporasi tetaplah badan humum. Perbedaan yang paling mencolok terlihat antara badan hukum for profit dan badan hukum not for profit. 1. Tanggung Jawab Legal dan Tanggung Jawab Moral PerusahaanPerusahaan memiliki tanggung jawab legal karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal. Karena berbadan hukum, perusahaan memiliki banyak hak dan kewajiban legal yang dimiliki juga oleh manusia perorangan dewasa seperti menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan, memiliki milik, mengadakan kontrak dll. Perusahaan pun harus mentaati peraturan hukum dan harus memenuhi hukumannya bila terjadi pelanggaran. Singkatnya ia memiliki tanggung jawab legal.Berefleksi sedikit tentang status legal korporasi ini, ia merupakan makhluk yang unik. Tampak dengan jelas dalam definisi termasyur yang diberikan oleh Hakim Agung Amerika Marshall 1819 : suatu korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak kelihatan, tidak berwujud, dan hanya berada di mata hukum. Karena semata-mata merupakan ciptaan hukum, ia hanya memiliki ciri-ciri yang oleh akte pendiriannya diberikan kepadanya.Perusahaan merupakan suatu pelaku moral / tidak memiliki argumen yang pro dan kontra. Di satu pihak harus diakui bahwa hanya individu / manusia perorangan memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan dan akibatnya hanya individu dapat memikul tanggung jawab. Di lain pihak sulit juga untuk menerima pandangan bahwa perusahaan hanyalah semacam benda mati yang dikemudikan oleh manajer. Banyak pertanda yang menunjukan bahwa perusahaan mempunyai kepribadian tersendiri.Di antara para ahli etika bisnis terutama Peter French dengan gigih membela status moral perusahaan, mulai dalam sebuah artikel dari 1979 kemudian dilanjutkan dengan beberapa buku. Ia merumuskan : corporations can be fill-fledged moral persons and have whatever privileges, rights, and duties as are, in the formal course of affairs, accorded to moral persons. Argumennya, pertama, ada keputusan yang diambil oleh korporasi yang hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak beberapa orang yang bekerja untuk korporasi tersebut. Kedua, korporasi melakukan perbuatan seperti itu dengan maksud (intention) yang hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja di korporasi tersebut. Sehingga tidak ada konsekuensi untuk praktek bisnis sebab seandainya perusahaan sendiri terlepas dari orang-orang yang bekerja di dalamnya tidak merupakan pelaku moral dan karena itu tidak bisa memikul tanggung jawab moral, namun pimpinan perusahaan tetap merupakan pelaku moral dan akibatnya memikul tanggung jawab moral atas keputusan yang mereka ambil. 2. Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung JawabJika berbicara tentang tanggung jawab sosial, yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya,entah masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar sebuah pabrik / masyarakat luas.Milton Friedman adalah profesor emeritus dari Universitas Chicago dan pemenang Hadiah Nobel bagian ekonomi tahun 1976. Ia sudah merumuskan pandangannya tentang tanggung jawab sosial perusahaan dalam bukunya Capitalism and Freedom (1962) namun yang termasyur adalah tulisannya yang dimuat di New York Times Magazine 13 September 1970 dengan judul The Social Responsibility of Business is To Increase its Profit. Yang berbicara tentang perusahaan, maksudnya perusahaan publik di mana kepemilikan terpisah dari manajemen. Para manajer terutama bertanggung jawab kepada mereka. The manager is the agent of the individuals who own the corporation.. and his primary responsibility is to them. Jadi, tanggung jawab sosial boleh saja dijalankan oleh para manajer secara pribadi, seperti juga oleh semua orang lain, tetapi sebagai manajer perusahaan mereka mewakili para pemegang saham dan karena itu tanggung jawab mereka adalah mengutamakan kepentingan mereka, yakni memperoleh keuntungan sebanyak mungkin.Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis merusak ekonomi pasar bebas. Begitupun bahwa dalam masyarakat bebas terdapat satu dan hanya satu tanggung jawab sosial untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber dayanya yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungannya, selama hal itu sebatas aturan-aturan main, artinya melibatkan diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan / kecurangan.Pentingnya peranan bisnis dalam dunia sekarng bahwa peranan bisnis bersifat mandiri, tidak perlu direstui oleh / mencari perlindungan di belakang instansi apapun. The business of business is business adalah prinsip yang sekarang diakui umum. Terlihat dari perusahaan publik sekarang telah menciptakan suatu situasi etis yang baru. Korporasi raksasa seperti Ford, Toyota, Philips / Siemens, semua memulai kegiatannya sebagai perusahaan keluarga dimana kepemilikan dan manajemen berada dalam tangan yang sama. 3. Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab SosialBisnis selalu memiliki 2 tanggung jawab yaitu tanggung jawab ekonomis dan tanggung jawab sosial. Tapi untuk perusahaan negara / BUMN 2 tanggung jawab itu tidak dapat dipisahkan. Pertimbangan di belakangnya adalah kepentingan umum. Kalau perusahaan negara defisit terus, tidak perlu ia bangkrut karena selalu ada kas negara untuk membantu.Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawabnya terhadap masyarakat diluar tanggung jawab ekonomis. Berarti memaksudkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung / rugi ekonomis. Hal itu bisa terjadi dengan 2 cara : positif / negatif. Secara positif, perusahaan bisa melakukan kegiatan yang tidak embawa keuntungan ekonomis dan semata-mata dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat / salah satu kelompok didalamnya. Secara negatif, perusahaan bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, yang sebenarnya menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan merugikan masyarakat / sebagian masyarakat. Dengan demikian jelas kewajiban perusahaan jika terjadi konflik antara kepentingan ekonomis dan kepentingan sosial adalah kerja sama antara pemerintah baik pemerintah setempat maupun pemerinh pusat dengan bisnis. 4. Kinerja Sosial PerusahaanJika menyimak sejarah industri, memang ada pengusaha-pengusaha besar yang memperoleh nama harum bukan saja karena kebrhasilan di bidang bisnis tetapi juga sebagai filantrop. Ada beberapa alasan mengapa bisnis menyalurkan sebagian dari labanya kepada karya amal melalui yayasan independen. Pertama, berkaitan dengan kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan itu berstatus publik. Di samping alasan finansial seperti kemudahan pajak alasan lain lagi adalah bahwa pimpinan perusahaan tidak bisa ikut campur dalam urusan suatu yayasan independen dan dengan demikian bantuan mereka lebih tulus bukan demi kepentingan perusahaan saja.Kini upaya meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekan karya amal sering disebut corporate social performance (kinerja sosial perusahaan). Tidak kalah pentingnya memiliki hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan dengan masyarakat umum. Untuk mencapai tujuan itu perlu ketersediaan perusahaan untuk menginvestasikan dana dalam program-program khusus.Di sini tetap berlaku bahwa bisnis bukan karya amal. Perbedaan yang menentukan antara keduanya adalah pencarian keuntungan. Jelas citra baik merupakan aset yang sangat berharga bagi sebuah perusahaan dan tidak boleh dilupakan bahwa citra baik itu dibentuk dalam hubungan dengan sesama stakeholders.

Bisnis, Lingkungan Hidup, dan Etika Rupanya dalam zaman kita sekarang tanggung jawab sosial bisnis secara khusus menyangkut lingkungan hidup. Berikut tema etika bisnis yang penting. 1. Krisis Lingkungan HidupMasalah sekitar lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya dalam tahun 1960-an. Sekaligus disadari pula bahwa masalah itu secara langsung / tidak langsung disebabkan oleh bisnis modern, khususnya oleh cara berproduksi dalam industri yang berlandaskan ilmu dan teknologi maju. Dalam kesusastraan dan sumber-sumber lain industri mengakibatkan timbulnya kota-kota yang suram dan kotor. Sekarang polusi yang disebabkan oleh bisnis modern mencapai suatu tahap global dan tidak terbatas pada beberapa daerah industri saja. Kita sungguh-sungguh mengalami krisis lingkungan hidup akibat pencemaran dan perusakan lingkungan, kelanjutan hidup sendiri terancam di bumi kita, termasuk hidup manusia.Menurut Karl Marx perubahan kuantitas dapat mengakibatkan perubahan kualitas. Selama alam dimanfaat dalam batas, keutuhan dan keseimbangannya masih bisa bertahan. Tentu saja krisis lingkungan hidup disebabkan juga oleh faktor lain seperti jumlah penduduk bumi yang semakin besar.Cara berproduksi besar-besaran dalam industri modern dulu mengandaikan begitu saja 2 hal yang sekarang diakui sebagai kekeliruan besar. Pertama, bisnis modern mengandaikan bahwa komponen-komponen lingkungan seperti air dan udara merupakan barang umum, sehingga boleh dipakai seenaknya. Kedua, diandaikan pula bahwa sumber daya alam seperti air dan udara itu tidak terbatas.Pada zaman ini, masalah lingkungan hidup sudah mencapai taraf global. Terutama ada 6 problem yang dengan jelas menunjukan dimensi global itu :1. Akumulasi bahan beracunIndustri kimia tidak diperbolehkan lagi membuang limbahnya kedalam sungai / laut. Dekade-dekade terakhir ini sering timbul berita dalam pers internasional tentang negara industri maju yang mengekspor limbahnya berupa bahan beracun berbahaya kepada negara-negara miskin. Risiko besar sekali untuk lingkungan hidup dibawakan oleh penggunaan tenaga nuklir. Di sini akibatnya untuk lingkungan dan kesehatan manusia sangat dahsyat jika terjadi kecelakaan. Kontak langsung dengan limbah nuklir bisa mengakibatkan penyakit kanker, keguguran untuk ibu-ibu hamil, mutasi gen, dll. Reaktor-reaktor yang tidak dipakai lagi, berabad-abad lamanya harus dijaga terus, kalau tidak terisolasi sempurna masih bisa melepaskan penyinaran radioaktif. Sampai sekarang belum ditemukan pemecahan memuaskan untuk semua masalah lingkungan yang raksasa ini.2. Efek rumah kacaMenurut para ahli, suatu gejala yang sangat mengkhawatirkan adalah naiknya suhu permukaan bumi. Hal itu disebabkan oleh greenhouse effect / efek rumah kaca. Setiap tahun dilemparkan 5 milyar ton karbondioksida ke dalam atmosfer. Sebagai akibat pemanasan bumi, es dan salju di kutub utara dan selatan mencair dan permukaan laut akan naik. Jika perkembangan ini berlangsung terus, negara-negara yang terletak di tempat rendah akan hilang dan kota-kota yang dibangun di pinggir laut akan tergenang air laut seperti Jakarta Utara. Kenaikan suhu bumi bisa menyebabkan juga perubahan iklim sedunia dengan akibat kekeringan, banjir, taufan dan bencana alam lainnya.3. Perusakan lapisan ozonBumi dikelilingi lapisan ozon (O3) dalam atmosfer yang mempunyai fungsi sangat penting untuk melindungi kehidupan terhadap sinar ultraviolet dari matahari. Tetapi pengukuran melalui satelit menunjukan semakin menipisnya lapisan ozon itu. Hal itu diakibatkan oleh beberapa sebab yang berbeda. Namun penyebab yang paling berpengaruh adalah pelepasan bahan CFC (klorofluorokarbon) ke dalam udara. CFC adalh bahan kimia yang banyak dipakai dalam kaleng penyemprotan aerosol, lemari es, dan alat AC (penyejuk) dan juga dalam karet busa. Menipisnya lapisan ozon dapat menyebabkan penyakit kanker kulit, penyakit mata katarak, penurunan sistem kekebalan tubuh, kerusakan bentuk-bentuk hidup dalam laut dan tanaman di darat.4. Hujan asamAsam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan dan mencemari daerah yang luas. Hujan asm merusak hutan dan pohon-pohon lain, mencemari air danau, merusak gedung-gedung dll. Bagi manusia, hujan asam mengakibatkan gangguan saluran pernapasan dan paru-paru.5. Deforestasi dan pengangguranPenebangan hutan (deforestation) besar-besaran mempunyai dampak penting atas lingkungan hidup. Salah satu fungsi hutan adalah menyerap karbondioksida yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (industri, kendaraan bermotor), suatu penyebab penting terjadinya efek rumah kaca. Kalau tidak secara sistematis hutan yang ditebang tidak diganti dengan pohon-pohon baru bisa timbul erosi pada skala besar. Bukan saja karena penebangan , tetapi juga karena kebakaran hutan sekian tahun berturut-turut waktu musim kemarau. Erosi tanah dapat mengakibatkan juga meluasnya penggurunan (desertification). Di banyak kota besar, diseluruh dunia termasuk Indonesia, tingkatan air tanah menurun terus karena dipompa oleh industri, hotel-hotel, dan rumah tangga. Dengan demikian kualitas tanah menurun juga dan air laut semakin menyusup ke dalam.6. Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati (biodiversity) adalah jenis-jenis kehidupan (species) yang ada di bumi. Kekayaan alam sebagian besar ditentukan oleh banyaknya spesieas. Keanekaragaman hayati itu sangat penting untuk segala aspek kehidupan manusia seperti makanan, obat-obatan, tanaman hias dll. Salah satu akibat besar dari kerusakan lingkungan adalah kepunahan semakin banyak spesies hidup. Menurut para ahli, kira-kira 7% dari jumlah spesies di daerah non tropis kini telah punah dan di daerah tropis 1%. Tetapi dengan penebangan hutan tropis akhir-akhir ini, angka-angka itu bisa berubah menjadi lebih buruk lagi. 2. Lingkungan Hidup dan Ekonomi1. Lingkungan hidup sebagai the commonsSebelumnya bisnis modern mengandaikan begitu saja status lingkungan hidup sebagai ranah umum. Kekeliruan itu dapat dimengerti dengan lebih baik jika membandingkan lingkungan hidup dengan the commons. Hal itu sering dilakukan sejak professor Garrett Hardin dari Universitas Harvard menulis artikelnya yang termasyur berjudul The tragedy of the commons. The commons adalah ladang umum yang dulu dapat ditemukan dalam banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama-sama oleh semua penduduknya. The tragedy of commons dapat dipandang sebagai kebalikannya dari the invisible hand menurut Adam Smith. Smith berpendapat bahwa kemakmuran umum dengan sendirinya akan terwujud, jika semua orang mengejar kepentingan diri di pasar bebas. Tetapi jika semua orang mengejar kepentingan diri masing-masing dalam konteks lingkungan hidup, tidak akan dihasilkan kemakmuran umum, melainkan kehancuran bersama.2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitasSumber daya alam pun ditandai kelangkaan. Akibatnya, faktor lingkungan hidup pun termasuk urusan ekonomi, karena ekonomi adalah usaha untuk memanfaatkan barang yang langka dengan cara paling efisien, sehingga bisa dinikmati semua peminat. Kini environmental economics diterima sebagai suatu cabang penting dari ilmu ekonomi.Karena sumber daya alam pun barang langka dan harus diberi suatu harga ekonomis, komponen-komponen lingkungan hidup itu tidak lagi merupakan eksternalities. Maksudnya adalah faktor-faktor yang sebenarnya bersifat ekonomis, tapi tetap tinggal di luar perhitungan ekonomis. Eksternalitas seperti itu mengakibatkan pasar menjadi tidak sempurna.

3. Pembangunan berkelanjutanEkonomi selalu menekankan perlunya pertumbuhan. Ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang tumbuh. Predikat baik dinilai hanya pantas diberikan kepada ekonomi dimana Produk Domestik Broto (PDB) tahun ini lebih besar dari tahun sebelumnya. Bagi kebanyakan ahli ekonomi, perlunya pertumbuhan adalah suatu dogma yang tak terguncangkan. Yang untuk pertama kali mempersoalkan pertumbuhan ekonomi terus menerus adalah kelompok cendekiawan yang dikenal dengan nama the Club of Rome. Pada tahun 1972 mereka menerbitkan buku Limits to Growth yang dengan menggunakan model-model komputer membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi terus menerus tidak mungkin dicocokan dengan keadaan terbatas dari sumber daya alam. Laporan dari klub Romas itu banyak berjasa dalam memicu diskusi tentang perlunya membatasi pertumbuhan ekonomi. Semakin disadari bahwa penghabisan sumber daya alam barangkali masih dapat diimbagi dengan teknologi baru. Karena itu penghabisan sumber daya alam tidak merupakan masalah hidup / mati. Masalah yang mendesak adalah kerusakan lingkungan hidup yang sangat memprihatinkan. Ekonomi harus memikirkan kemungkinan zero growth, pertumbuhan nol / bukan pertumbuhan sama sekali. 3. Hubungan Manusia dengan AlamMasalah lingkungan hidup menimbulkan suatu cabang filsafat baru yang berkembang dengan cepat, yaitu filsafat lingkungan hidup. Salah satu ciri dari sikap manusia modern adalah usahanya untuk menguasai dan menaklukan alam. Alam dipandang bagaikan binatang buas yang perlu dijinakan oleh manusia. Tujuan itu dapat tercapai dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Filsuf Inggris, Francis Bacon (1561-1626), salah seorang pemikir pertama yang merefleksikan implikasi-implikasi dari ilmu pengetahuan baru, sudah menekankan : knowladge is power. Dalam bukunya Novum Organum (1620) menegaskan bahwa ilmu pengetahuan baru akan membawakan perbaikan kondisi manusia dan perluasan kekuasaannya atas alam. Filsuf Prancis, Rene Descartes (1596-1650), dalam buku kecilnya, Ulasan tentang metode (1637) mengungkapkan juga bahwa dengan mengikuti metode dari ilmu pengetahuan baru kita dapat menjadi penguasa dan pemilik alam (maitres et posseseurs de la nature). Kemudian ilmu pengetahuan modern untuk selanjutnya selalu meneruskan proyek awal itu, yakni mau menguasai dan memanfaatkan alam.Deep ecology harus dibedakan dari shallow ecology, ekologi dangkal. Ekologi dangkal itu tidak pernah sampai pada akar masalah-masalah lingkungan hidup dan hanya mengakui nilai instrumental dari alam. Berikut adalah 8 prinsip sebagai pandangan yang rata-rata dianut oleh pendukung ekologi dalam :1. Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi maupun bukan manusiawi di bumi memiliki nilai intrinsik.2. Kekayaan dan keanekaan bentuk-bentuk hidup menyumbangkan kepada terwujudnya nilai-nilai ini dan merupakan nilai-nilai sendiri.3. Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaan ini, kecuali untuk memenuhi kebutuhan vitalnya.4. Keadaan baik dari kehidupan dfan kebudayaan manusia dapat dicocokan dengan dikuranginya secara substansial jumlah penduduk.5. Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusiawi kini terlalu besar dan situasi memburuk dengan pesat.6. Kebijakan umum harus berubah yang harus menyangkut struktur-struktur dasar di bidang ekonomi, teknologis dan ideologis.7. Perubahan ideologis adalah terutama menghargai kualitas kehidupan.8. Berkewajiban secara langsung dan tidak langsung untuk berusaha mengadakan perubahan yang diperlukan.

4. Mencari Dasar Etika untuk Tanggung Jawab terhadap Lingkungan ` HidupIsi tanggung jawab manusia dalam konteks ekonomi dan bisnis adalah melestarikan lingkungan hidup / memanfaatkan sumber daya alam demikian rupa sehingga kualitas lingkungan tidak dikurangi, tetapi bermutu seperti sebelumnya. Kegiatan ekonomisnya harus memungkinkan pembangunan berkelanjutan. Berikut dasar etika untuk tanggung jawab itu :1. Hak dan deontologiDalam sebuah artikel terkenal untuk pertama kali terbit pada 1974, William T. Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap manusia berhak atas lingkungan berkualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik. Ia menyebutnya the right to a livable environment. Itu dikarenakan karena manusia mempunyai hak moral untuk segala sesuatu yang perlu untuk hidup sebagai manusia yang sebaiknya dijadikan juga hak legal supaya lebih efektif.Tetapi hak atas lingkungan yang berkualitas bisa saja mengalahkan hak seseorang untuk memakai miliknya dengan bebas sehingga dalam prakteknya tinggal banyak kesulitan. Maka sumber bagi kewajiban kita di sini adalah tanggung jawab terhadap generasi-generasi sesudah kita dan keanekaan hayati, bukan hak.2. UtilitarismeTeori ini bisa menunjukan jalan keluar bagi beberapa kesulitan yang dalam hal ini ditimbulkan oleh pandangan hak. Menurut teori ini suatu perbuatan dipandang baik kalau membawa kesenangan paling besar untuk jumlah orang paling besar / dengan kata lain kalau memaksimalkan manfaat. Jelas, pelestarian lingkungan hidup membawa keadaan paling menguntungkan untuk seluruh umat manusia, termasuk juga generasi-generasi yang akan datang. Sehingga lingkungan hidup tidak boleh lagi diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis.3. KeadilanKeadilan di sini harus dipahami sebgai keadilan distributif, artinya keadilan yang mewajibkan untuk membagi dengan adil. Lingkungan hidup pun menyangkut soal kelangkaan dan karena itu harud dibagi dengan adil. Hal itu dapat dijelaskan dengan 3 cara untuk mengaitkan keadilan dengan masalah lingkungan hidup :1. PersamaanLingkungan hidup harus dilestarikan karena hanya dengan cara memakai sumber daya alam itulah memajukan persamaan (equality) sedangkan cara memanfaatkan alam yang merusak lingkungan mengakibatkan ketidaksamaan karena membawa penderitaan tambahan khusunya untuk orang kurang mampu.2. Prinsip penghematan adilJohn Rawls merumuskan the just savings principle yang artinya kita harus menghemat dalam memakai sumber daya alam, sehingga masih tersisa bagi generasi-generasi yang akan datang. Karena itu dalam posisi asali, semua generasi akan emnerima prinsip penghematan adil sebagai cara yang adil untuk membagi.3. Keadilan sosialPelaksanaan keadilan sosial justru tidak tergantung kepada kemauan orang yang tertentu, melainkan pada struktur-struktur yang terdapat dalam masyarakat di bidang politik, sosial, ekonomi, kultural dll. Kini sudah tampak beberapa gejala yang menunjukan bagaimana lingkungan hidup memang mulai disadari sebagai masalah keadilan sosial yang berdimensi global. Meskipun para individu masing-masing tidak berdaya, itu tidak berarti bahwa manusia perorangan sebaiknya diam saja. Tetap aktual seperti semboyan yang dilontarkan Rene Dubos : think globally but act locally. Sehingga jika dipraktekan bersama-sama berdasarkan kesadaran umum pada skala besar, pasti dapat dicapai kemajuan besar dalam memperbaiki dan melestarikan lingkungan hidup.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL,KEWAJIBAN KARYAWAN DAN PERUSAHAANBISNIS , LINGKUNGAN HIDUP , DAN ETIKA

Tugas makalah untuk memenuhi tugas matakuliah Etika Binsis

Disusun Oleh : Muhamad Risqi WFakhri NugrahaOcto RahardiaN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K., Pengantar Etika Bisnis, Jakarta, Kanisius, 2000