keuntungan
TRANSCRIPT
Silahkan download e-book ini di halaman download pada situs
www.tinyurl.com/syariah
PROFIT ( KEUNTUNGAN )
Oleh:Dodi Okri Handoko
Profit atau keuntungan, akan dapat memuaskan jikalau objeknya sesuai dengan
yang di harapkan.
Seperti hasil produksi sebuah pertanian akan baik tergantung oleh keadaan tanah dan
pengelolaan, begitu juga gaji seorang pegawai akan semaikin naik dan bertambah
jikalau kerja dan didikasinya bagus, dan keuntungan yang memuaskan didapat dari
spekulasi, inovasi dan penyimpanan.
Sedangkan keuntungan yang di peroleh dengan cara menimbun atau menyimpan
barang dan mengambil untung dari cara seperti ini di larang, selain dari pada itu cara
seperti ini bisa mematikan harga di pasaran karna ia mampu menaik turunkan harga
suatu barang karena stok atau persediaan yang banyak sangat mampu untuk
mempengaruhi harga.
Sedangkan ibtikar atau di sebut juga dengan menciptakan produksi lebih baik dan
lebih unggul, yang lebih di kenal dengan sebutan inovasi tiada henti, suatu penciptaan
yang terus menerus sesuai dengan permintaan pasar, karna ia selalu mengalami
perubahan maka dapat kita simpulkan keuntungan yang di peroleh dengan cara
seperti ini adalah sipatnya sementara, di mana harga suatu produksi bisa naik turun
dengan perjalanan waktu dan kebutuhan.
Contoh: Barang-barang elektronik seperti tip recorder, cd player, Tv
Lokomotif dll
Lain dari pada itu ibtikar merupakan salah satu bentuk spekulasi , karna mengambil
keuntungan dari sebuah barang yang tidak tetap, karna ia bisa rugi dan bisa juga
sangat untung, perlu di ketahui terlebih dahulu pengertian mukhotaroh (spekulasi)
memiliki arti yang beragam yang saling menguatkan ada yang berarti “ petualang
yang menantang bahaya ada juga yang bermakana pertaruhan tetapi secara kasarnya
ia memiliki arti untung-untungan,”
Tetapi walaupun demikian hal ini dapat di cegah dengan berbagai paktor produksi
yang bagus dan rapi di antaranya: pengaturan, menejemen dan produksi, dari sini
dapat kita simpulkan sebuah keuntungan di dapatkan dari spekulasi. Dari manapun
juga penyebabnya
Secara prkatek laba bersih atau keuntungan, di peroleh setelah di keluarkan semua
beaya oprasional dan kewajiban seperti gaji pegawai, menejer atau biaya kontrak
sebuah lahan, jikalau pada akad muzaro’ah.
Berarti keuntungan itu secara ekonomi mempunyai depenisi suatu tambahan atau
kelebihan yang di sebabkan oleh spekulasi, bukan dari sebab yang lain.
Sedangkan menurut Antonio syapi’I, keuntungan adalah kenaikan bersih dari asset
bersih sebagai akibat dari memegang asset yang mengalami peningkatan nilai selama
periode yang di pilih oleh pernyataan pendapatan. Masih menurut pak Antonio syapi’I
keuntungan juga bisa di peroleh dari pemindahan saling bergantung insidental yang
sah dan yang tidak saling bergantung, kecuali transfer yang saling tidak bergantung
dengan pemegang saham atau pemegang rekening investasi tak terbatas dan setara
dengannya
Karna sebuah profit di peroleh melalui beberapa factor yang menunjang produksi
bukan oleh salah satu paktor saja, karna adanya keuntungan tidak lepas dari andil
para pekerja, sehingga mereka berhak atas bagian dari keuntungan tersebut begitu
juga para investor berhak atas keuntungan seperti pada akad Mudorobah, dan menurut
Rofik Yunus sarana produksi juga mendapatkan bagian dari keuntungan.
Khususnya pada pelaku akad mudorobah sang mustasmir bertindak sebagai
menejer dan sekaligus sebagai pencipta dan dia berhak atas bagian tertentu dari
keuntungan, sedangkan para pemilik modal, tidak boleh meminjamkan modalnya
dengan sistim bunga tetapi dia dapat memberikan modal sebagai pinjaman dengan
memperoleh keuntungan tertentu dengan uang tersebut, para pukoha’ sepakat atas
kebolehannya
Sebuah pertanyaan bolehkah sarana produksi ikut serta di dalam pembagian laba?
Para pukoha sepakat modal dan kerja mendapatkan bagian tertentu dalam keuntungan
sebagaimana di sepakati pula kalu modal tersebut harus berbentuk mata uang,
sedangkan mengikutkan sarana ke dalam bagian keuntungan tidak di perbolehkan
oleh para Jumhur, tetapi menyewakan sarana tersebut dengan bayaran tertentu hal ini
seperti ini diperbolehkan.
Tetapi pak Ropik Yunus mempunyai pendapat lain yang lebih akurat di mana
sarana produksi boleh di ikut sertakan dalam bagian keuntungan karna beliau melihat
sarana tersebut boleh di jadikan sebagai alat comerciel seperti menyewakan dengan
bayaran tertentu.
Maka sarana tersebut boleh juga di masukan sebagai pembagian dari keuntungan
hal ini lebih tepat kenapa? Karna mengikut sertakan sarana atas bagian sebuah profit
atau keuntungan sebagai jalan tengah karna tidak pantas dan tidak masuk akal, di
mana salah seorang mendapatkan keuntungan yang maksimal sedangkan yang lain
rugi karna spekulasi tetapi kedua belah pihak harus seimbang dalam kerugian dan
keuntungan dan antara sedih dan bahagia karena sebuah serikat merupakan kerja tim.
Seperti halnya tanah sebagai lahan untuk bercocok tanam pasti mendapatkan bagian
tertentu dari sebuah keuntungan hal ini di perkuat oleh sebuah kisah yang di
riwayatkan oleh Ruwaypah bin Tsabit berkata ( Adalah ketika zaman Rosulullah saw
sebagian dari kami megambil bagian yang lebih dari saudaranya dan yang lain
mendapat bagian khonimah separoh dari bagian mereka, karena mereka menyediakan
sarana perang ….
Hal ini menunjukan ada bagian untuk menutupi sarana yang telah di kenakan untuk
berperang, berarti boleh mengikut sertakan sarana atau alat produksi di dalam
pembagian laba atau profit Ulama yang mebolehkan di antaranya Hanabila, Si’ah
Azaidiyah, dan al Hanafiyah.
Berbicara berkisar sebesar mana peran spekulasi dalam sebuah pendapatan dan
produksi, tetapi sebelum membahas masalah ini pak Ropik lebih cendrung untuk
menjadikan spekulasi sebagai kajian khusus dan independen, berangakat dari kritikan
beliau terhadap pak Muhammad Bakar Asodri di dalam bukunya yang berjudul
( Iktisoduna) yang mempunyai asumsi bahwasanya spekulasi tidak berpengaruh
sedikit pun di dalam ekonomi Islam.
Masih menurut Pak Ropik Yunus bahwasanya kita tidak mengatakan spekulasi
itu merupakan paktor satu-satunya yang dapat mempengaruhi sebuah produksi tetapi
ia merupakan akibat susulan belaka karena spekulasi sangat erat hubungannya dengan
modal dan kerja, sehingga menyebabkan nilai suatu barang bertambah,
Di sebabkan oleh hal itu spekulasi hanya sebuah akibat susulan sebuah
pendapatan bukan akibat satu-satunya.
Ada beberapa hujjjah yang di jadikan oleh pak Rofik Yunus untuk memperkuat
hujjah-hujjah nya
1. Seseorang pemilik modal pada sebuah akad mudorobah berhak atas sebuah
keuntungan dan menangung spekulasi dari modalnya karna modal dan
jaminannya adalah merupakan tangung jawabnya.
Berkata Ibnu Kholdun “ Pemindahan sebuah barang yang berjarak jauh dan
sangat memungkin kan terjadinya bahaya yang akan di alami di tengah
perjalanan, membuat harga barang tersebut menjadi tinggi dan melambung ,
karna barang yang di datangkan tersebut termasuk barang langka karna di
datang kan dari jarak yang jauh dengan menempuh spekulasi yang panjang.
Jikalau barang tersebut langka otomatis harganya pun mahal.
2. Adalah paman nabi Abbas apabila ia ingin memberikan modal pada sebuah
akad mudorobah lalu ia mensyaratkan pada akad tersebut agar barang tidak di
angkut melalui laut dan lembah-lembah, maka barulah ia memberikan modal
kepada Rosulullah Saw, Rosulullah sepakat akan hal itu di riwayatkan oleh al
Baihaqi
Dari riwayat di atas tadi bahwasanya Abbas ingin meminimalisir spekulasi di
dalam usaha mudorobah di bidang perdagangan sehingga barang yang di
perdagangkan pun murah dan dapat di jangkau oleh pasar karna pengambilan
keuntungannya sedikit, ini menunjukan bahwasanya spekulasi adalah masru’
dan benar-benar ada serta di akui oleh Rosulullah saw
RUGI
Berbicara masalah kerugian berbeda dengan masalah keuntungan, dimana
sebuang keuntungan di bagi sesuai dengan kesepakatan baik berdasarkan modal
maupun atas dasar yang lain, karena keuntungan merupakan hasil dari sebuah
perhatian terhadap pekerjaan yang di kelola oleh orang-orang yang berserikat atas
sebuah tambahan atas modal awal.
Sedangkan kerugian, perusahaan akan membagi sesuai modal masing-masing
yang tidak di tangung oleh para karyawan tetapi mereka rugi tenaga dan waktu saja
yang telah mereka berikan terhadap perusahaan tersebut.
HASIL PRODUKSI
Hasil produksi secara praktek berbeda dengan meraup sebuah keuntungan, sebagai
contoh perusahaan yang bergerak di bidang bercocok tanam, maka yang menjadi
permaslahan didalamnya adalah hasil produksi bukan keuntungan. Karena baiknya
hasil produksi serta memuaskan maka di situlah letak keuntungannya.
BENTUK YANG KETIGA DARI DISTRIBUSI
( DISTRIBUSI ULANG)
Kita telah menyingung distribusi harta benda atas azas kemaslahatan dan juga
telah di singgung tentang distribusi pasar, selanjutnya pada tema yang ketiga ini kita
akan membahas distribusi berdasarkan atas nilai-nilai agama dan social masyarakat
yang berdasarkan atas kebutuhan dan kasih sayang yang lebih dikenal dengan sebutan
(Problem Solving)
Dilihat dari kacamata islam, distribusi ulang adalah sebuah hasil yang di kelola
oleh badan keuangan dan masyarakat yang telah menjadi sebuah ketetapan negara
atau hasil yang di perolah oleh sumbangan-sumbangan sukarela, ungkapan lain
menyebutkan distribusi yang di peroleh atas dasar kewajiban seperti ( zakat, nafkah
keluarga, warisan, kifarat) atau yang sipatnya sunnah atau sukarela seperti ( wasiat,
hadiah, sadakoh nafilah) Distribusi seperti ini di kelolah langsung oleh negara dengan
mewajibkan masyarakat untuk meninfakkan sebagian harta mereka kelembaga zakat
atau lembaga kemaslahatan umum. Dana yang terkumpul tersebut di gunakan untuk
membayar gaji pegawai-pegawai negara , membangun sarana umum dan lain sebagai
nya.
Distribusi ulang itu bukan berdasarkan atas kadar kebutuhan saja tetapi lebih dari
itu adalah atas dasar hubungan dan kasih sayang, seperti hadiah dan sejenisnya, tetapi
di dalam praktek nya kita harus bisa memilah mana yang lebih banyak maslahatnya di
antara orang-orang yang membutuhkan tersebut.
Pembahasan berkisar distribusi ulang sering dan acapkali di jadikan topik-topik
pembahasan oleh para fukoha’ massa kini dalam tema yang beragam seperti: Keadilan
social masyarakat, Solidaritas masyarakat, Jaminan social, bantuan fakir miskin dan
lain lain.
Distribusi ulang terbagi menjadi dua:
a. Ddistribusi ulang yang memaksa( wajib)
Pembahasan ini mencakup nafkah keluarga, zakat fitri, pemberian modal atau
bantuan, pinjaman wajib umum, harta rampasan, pajak, gaji, denda, nazr dan
mawaris.
Kita akan kaji permasalahan ini secara rinci:
1. Nafkah keluarga
Ada tiga sebab kewajiban menafkahi keluarga yaitu kepemilikan ( budak,
ternak , tanam-tanaman, ) lalu nasb dan yang terakhir adalah hubungan
pernikahan .
Defenisi nafkah secara syar’a yaitu segala sesuatu yang di berikan yang dapat
menguatkan seseorang untuk beramal baik itu berupa gizi, pakaian, obat-
obatan tempat tinggal yang layak secara garis besar adalah segala kebutuhan
yang sipatnya asasi yang tidak berlebih lebihan.
Tetapi bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan sikon
Tanggung jawab menafkahi keluarga adalah tanggung jawab untuk
melindungi dan menjamin kehidupannya seperti seorang ayah yang miskin
yang bertangung jawab atas kehidupannya adalah anaknya yang berkecukupan
begitu juga sebaliknya, dan dari keluarga yang berkecukupan kepada keluarga
yang sulit, tetapi kesulitan tersebut bukan syarat wajib memberikan nafkah
seperti terhadap istri.
Dalil nash qur’an dan Asunnah banyak sekali menyingung maslah ini.
Seperti firman Allah surat albaqoroh 233 dan hadist rosulullah yang berbunyi
Mulailah dari siapa yang menjadi tangunganmu yaitu ibumu, ayahmu,
saudarimu, saudaramu, kemudian setelahnya kemudian stelahnya.
2. Zakat
Secara umum Zakat adalah hak fakir miskin yang terdapat pada harta orang-
orang kaya sebagai mana hadist mu’az ketika di utus rosulullha Saw ke
Yaman ( Ajarkanlah kepada mereka bahwasanya Allah mewajibkan zakat
yang di ambil dari orang-orang kaya lalu di bayarkan kepada orang-orang
fakir…..) (mutafak alaihi)
Yang mengingkari kewajiban zakat maka ia akan mendapatkan murka Allah
dan rosul nya dan kedudukannya sama dengan orang murtad, sedangkan yang
enggan maka dia dipaksa.
3. Zakat fitri
Kewajiban yang di bayarkan ketika iedul fitri menjelang fajr menyingsing
sebelum sholat, gunanya adalah untuk membersihkan orang-orang berpuasa
dari perbuatan keji dan dosa lain dari pada itu zakat fitri untuk memberi
konsumsi kepada orang-orang fakir.
pokok di negara tersebut.
Hukumnya: wajib bagi setiap muslim besar kecil tua dan muda lelaki dan
perempuan yang mempunyai kelebihan rizki ketika hari iedul fitri itu.
4. Pemberian modal (Tauzipul mal)
Orang pertama kali yang berbicara tentang tauzipul mali adalah Imam
Aljuwaini
Pemberian modal mempunyai arti sebuah modal yang di berikan oleh
orang-orang kaya yang mempunyai kelebihan harta untuk mencukupi
kebutuhan fakir miskin dan utnuk kepentingan para tentara.
Berkata Ibnu Hazm: “ Jikalau anggaran negara mulai menipis dan income
semakin sempit maka orang-orang kaya di setiap negri mempunyai
kewajiban untuk mengurusi orang-orang fakir, atau apabila perlu para
penguasa memaksa mereka untk melakukan hal itu jikalau mereka
membangkang.
5. Pinjaman wajib umum
Pinjaman didalam islam merupakan akad atas dasar kasih sayang dan
kelembutan hati bukan berdasarkan bunga,.Pinjaman wajib umum adalah
sebuah pinjaman yang di berikan negara dari persedian negara berdasarkan
kewajiban.
6. Gaji (Ato’)
Menurut pak Ropik Yunus sampai saat ini belum ada yang dapat
mendefenisikan Al Ato’ secara rinci, sebagian ada yang mengatakan gaji,
upah atau pemberian dari negara.
7. Anzr
firman allah di dlam surat al hajj 29
“ hendak lah mereka menyempurnakan nazr-nazr mereka.”
b. Distribusi ulang yang bersipat sukarela ( sunnah)
Di antara nya : Sadakoh sunnah, sadakoh jariyah ( wakap), wasiat, pemberian,
hadiah, pinjman lunak, modal dan lain-lain.
MEMBAGI DENGAN CARA MENGUNDI
Hal ini di lakukan apabila terjadi kesamaan hak dari berbagai aspek maka jalan
tengahnya adalah dengan cara mengundi
Qur’ah atau undian tersebut masru’ sebagai mana sabda Rosulullahi Saw “ Apabila
manusia mengetahui kebaikan di balik azan dan sof pertama maka mereka tidak akan
meraihnya kecuali dengan cara mengundi maka akan mereka lakukan juga .
MANFAAT DISTRIBUSI ULANG
Distribusi ulang tidak kalah penting dengan sebuah produksi dan konsumsi
Sesuai dengan hadist Rosulullah Saw” satu dirham lebih ungul dari seribu dirham,
berkata para sahabat kenapa demikian wahai Rosulullah Saw Lalu Rosulullah berkata
: Seseorang yang memiliki harta yang banyak kemudian ia ambil sebagian kecil dari
hartanya seribu dirham lalu ia menginfakkannya dan seseorang yang tidak memiliki
harta sama sekali kecuali hanya dua dirham saja lalu ia ambil satu dirham kemudian
menginfakkannya, maka ia telah menginfakkan separoh hartanya)
Di nukil oleh Alizzi bin Abdussalam dari sebuah perkataan Syapi’I ,” bahwasanya
harta yang banyak itu tidak mempunyai ukuran standar khusus karena nilai sebuah
harta itu bermacam-macam sesuai dengan tingkatan kesukaran manusia terkadang
sekeping uang dinar itu sudah di angap besar bagi orang fakir dan bagi orang kaya
ratusan bahkan ribuan belumlah di anggap besar.
Kajian ini di tutup dengan sebuah tema yang berdasarkan kalam Ilahi
منكم االغنياء بين لة دو اليكون كي
Landasan ini sangat di perhatikan semassa Rosulullha Saw berlanjut massa-massa
khulafaurosidin dan zaman kholifah Umar bin Abdul Aziz, landasan ini berperan
untuk membatasai perbedaan kekayaan yang begitu menyolok di antara manusia,
yang dapat menyebabkan kecemburuan social dan tarap hidup yang berlebih-lebihan .
WALLAHU A’LAM BISOWAB