kesehatan, kesejahteraan sosial, · web viewdi samping itu jumlah pedagang besar farmasi, industri...

103
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, DAN PERANAN WANITA

Upload: others

Post on 20-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL,DAN PERANAN WANITA

Page 2: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar
Page 3: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar
Page 4: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

BAB XVIII

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA

Page 5: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

A. KESEHATAN

Page 6: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

1. Pendahuluan

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988 antara lain menetapkan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyara-kat dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Pembangunan kesehatan dilakukan dengan memberikan pripritas pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga serta pencega-han penyakit, di samping upaya penyembuhan penyakit dan pemu-lihan kesehatan. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan sistem kesehatan nasional yang terpadu yang dapat mendorong partisipasi masyarakat, termasuk swasta.

Dalam Repelita V (1989/90 - 1993/94) Sistem Kesehatan Nasional terus dikembangkan dan dimantapkan, dan dampaknya terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat terus di-pantau, untuk menjadi pedoman bagi penyelenggaraan pembangun-an kesehatan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun yang dilaksanakan oleh swasta. Dengan demikian program-pro-gram pembangunan kesehatan dalam Repelita V pada dasarnya me-rupakan kelanjutan dan peningkatan dari hasil-hasil pembangunan di bidang kesehatan yang dicapai sejak Repelita I sampai

765

Page 7: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

dengan akhir Repelita IV. Beberapa contoh hasil tersebut adalah sebagai berikut.

Angka Kematian Bayi (AKB) dapat diturunkan dengan laju penurunan rata-rata 3,4% setiap tahunnya dalam periode Repelita I dan Repelita II. Laju penurunan tersebut menjadi lebih meningkat dalam Repelita III dan IV, yaitu rata-rata 8,2% se-tiap tahunnya. Dengan laju penurunan yang nyata tersebut maka AKB yang dalam Repelita I masih berkisar pada angka 142 per 1.000 kelahiran hidup telah dapat ditekan menjadi kurang le- bih 58 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita IV.

Angka Harapan Hidup penduduk Indonesia juga terus mening-kat dari rata-rata kurang dari 50 tahun pada Repelita I menjadi rata-rata 63 tahun pada akhir Repelita IV. Peningkatan harapan hidup ini diikuti pula dengan makin baiknya kualitas hidup fisik anak-anak balita.

Penurunan AKB dalam periode yang sama tersebut di atas secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan ma-kin baiknya keadaan gizi rata-rata anak balita. Apabila dalam Repelita II prosentase anak balita yang bergizi-kurang seki-tar 12,3% telah turun menjadi 9,8% dalam Repelita IV. Bahkan yang bergizi-buruk dalam periode yang sama menurun dengan men-colok dari 3,7% menjadi 1;3%.

Sementara itu pola penyakit selama periode Repelita II sampai dengan Repelita IV juga menunjukkan ada kecenderungan berubah. Dari skala urutan 10 jenis penyakit penting di Indo-nesia, penyakit infeksi saluran pernafasan relatif tetap me-rupakan penyakit yang terbanyak diderita penduduk Indonesia. Sedang penyakit diare yang dalam Repelita II masih merupakan penyakit urutan ke 5 terpenting, telah turun menjadi urutan ke 9. Sebaliknya penyakit bukan infeksi seperti penyakit jan-tung dan penyakit pembuluh darah lainnya, dalam periode yang sama menjadi lebih memprihatinkan, karena dari urutan ke 10 dalam Repelita II naik ke urutan ke 8 dalam Repelita IV. Per-ubahan pola penyakit ini menunjukkan adanya kecenderungan ke arah pola penyakit negara maju, yaitu peranan penyakit bukan infeksi makin menonjol sedang penyakit infeksi makin berku-rang.

Program-program pembangunan kesehatan dalam Repelita V terdiri dari: (a) upaya pelayanan kesehatan masyarakat; (b) upaya kesehatan rujukan; (c) pencegahan dan pemberantasan pe-nyakit; (d) penyuluhan kesehatan masyarakat; (e) pendidikan, pelatihan dan pengawasan terhadap obat, makanan dan bahan

766

Page 8: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

berbahaya bagi kesehatan; (f) perbaikan gizi; (g) penyediaan air bersih; dan (h) penyehatan lingkungan pemukiman. Selain itu dilaksanakan kegiatan-kegiatan penunjang lainnya, antara lain: (a) penelitian dan pengembangan kesehatan; (b) penyem-purnaan efisiensi aparatur kesehatan dan pengawasan; (c) pe-nyempurnaan prasarana fisik kesehatan; (d) generasi muda da-lam pembangunan kesehatan; dan (e) peningkatan peranan wanita dalam pembangunan kesehatan.

2. Pelaksanaan Program Pembangunan

a. Program Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Program ini bertujuan terutama untuk meningkatkan dera-jat kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar. Golong-an penduduk yang mendapat perhatian utama dalam program ini adalah golongan yang sangat rawan terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Golongan tersebut adalah ibu, bayi dan anak terutama anak balita. Agar dapat menjang-kau lebih banyak kelompok sasaran tersebut, pelayanan program ini makin diperluas untuk juga dapat mencapai mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil, pemukiman baru, daerah PIR, transmigrasi, dan daerah perbatasan, serta kelompok-ke-lompok masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya.

(1) Peningkatan Institusi Upaya Kesehatan

Peningkatan institusi upaya kesehatan bertujuan untuk mendekatkan, memeratakan, dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat, dengan mengembangkan dan memantapkan jaringan upaya kesehatan sampai ke tingkat keluarga. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain meliputi peningkatan jumlah dan perbaikan Puskesmas, Puskes-mas Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling, pe-ningkatan tenaga, sarana serta dana operasional dan pemeliha-raan, peningkatan efisiensi pengelolaan Puskesmas, dan pening-katan peran serta masyarakat.

Dalam pelaksanaan tahun pertama Repelita V (1989/90) jum-lah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling di-tingkatkan. Peningkatan jumlah ini diharapkan makin dapat men-cakup mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil serta kelompok-kelompok masyarakat yang berpenghasilan sangat rendah. Pada tahun 1989/90 jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling masing-masing bertambah sebanyak 100, 976 dan 300 buah. Secara kumulatif sejak Repelita I sampai

767

Page 9: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

dengan tahun 1989/90 diseluruh wilayah tanah air telah diba- ngun 5.742 buah Puskesmas, 18.389 buah Puskesmas Pembantu dan 3.821 buah Puskesmas Keliling (Tabel XVIII-1A dan XVIII-1B). Dengan demikian di setiap kecamatan rata-rata terdapat antara 1 sampai dengan 2 buah Puskesmas, 5 buah Puskesmas Pembantu dan 1 buah Puskesmas Keliling. Berdasarkan penyebaran menurut wilayah maka resiko antara Puskesmas dan kecamatan dengan ke- padatan penduduk cukup tinggi seperti di wilayah-wilayah Ja-wa, Bali dan Sumatera rata-rata adalah 2:1. sedangkan di wilayah-wilayah lainnya rasio tersebut rata-rata 1:1.

Disebabkan oleh berbagai kendala, sejumlah Puskesmas di propinsi-propinsi tertentu belum mendapat pelayanan dokter, khususnya Puskesmas di daerah-daerah terpencil seperti Irian Jaya, Maluku, dan Timor Timur. Untuk mengatasi masalah terse-but dalam tahun 1989/90 teius diupayakan penyebaran tenaga dokter dan paramedis untuk setiap kecamatan yang masih keku-rangan tenaga kesehatan. Beberapa upaya yang telah dilaksana-kan adalah penyediaan formasi dan penempatan tenaga, serta pemindahan tenaga baik melalui program Inpres maupun Non In-pres. Guna menunjang kelancaran penempatan dan pemindahan pa-ra dokter untuk Puskesmas, selain pembangunan gedung Puskes-mas dalam Repelita V dilanjutkan juga pembangunan rumah dok-ter Puskesmas. Pada tahun 1989/90 diadakan penambahan seba-nyak 203 buah rumah dokter sebagian besar di daerah-daerah terpencil (Tabel XVIII-1A).

Jumlah tenaga dokter secara keseluruhan telah meningkat dari 24.070 orang pada akhir Repelita IV menjadi 25.929 orang pada awal Repelita V. Sedangkan jumlah tenaga paramedis me-ningkat dari 77.935 orang pada akhir Repelita IV menjadi 88.775 orang pada awal Repelita,V (Tabel XVIII-7). Dengan de-mikian pada tahun 1989/90 telah terdapat penambahan jumlah dokter dan paramedis masing-masing 1.859 orang dan 10.840 orang. Dengan bertambahnya jumlah tenaga dokter dan paramedis tersebut telah terjadi perbaikan rasio rata-rata jumlah tena-ga kesehatan di tiap kecamatan. Apabila pada akhir Repelita I rasio rata-rata jumlah dokter dan paramedis di tiap kecamatan masing-masing 2:1 dan 5:1 maka pada akhir Repelita IV menja-di 6:1 dan 22:1, dan paca tahun pertama Repelita V menjadi 7:1 dan 25:1.

Sementara itu peningkatan peran serta masyarakat makin nyata setelah berbagai pelayanan di desa-desa yang sebelum Repelita IV berdiri sendiri-sendiri dipadukan ke dalam Pos-yandu dalam Repelita IV. Apabila dalam Repelita IV jumlah Posyandu baru meliputi kurang lebih 216 ribu buah, maka pada

768

Page 10: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEI. XVIII - 1APERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PUSKESMAS,

1973/74 - 1989/90 11

Jenis Kegiatan Satuan1973/74 (Akhir

Repe l i ta I )

1978/79(Akhir

Re pe l i t a I I )

1983/84(Akhir

Re p e l i t a I I I )

1988/89(Akhir

Repelita IV)

1989/90 (Tahun Pertama Repelita V)

1. Bantuan Obat-obatan rupiah perpenduduk

- 70 250 450 450

2 . Pembangunan Puskesmas unit 2.343 2.010 1.000 289 2) 100

3. Pembangunan Puskesmas Pembantu gedung - 6.636 7.000 3.777 2) 976

4. Pembangunan Rumah Dokter rumah - 338 932 571 203

5. Perbaikan Puskesmas gedung - 5 2.495 1.851 606

6. Perbaikan Puskesmas Pembantu gedung - 208 2.792 2.723 601

7. Pengadaan Puskesmas Keliling unit - 604 1.875 1.042 2) 300

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuali tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbaiki

769

Page 11: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 1B

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PUSKESMAS,1973/74 - 1989/90 1)

Jenis Kegiatan Satuan1973/74(Akhir

1978/79 (Akhir

1983/84 (Akhir

1988/89(Akhir

1989/90(Tahun Pertama

Re pe l i t a I ) Repelita II) Re p e l i t a I I I ) Repelita IV) Repeli taV)

1. Bantuan Obat-obatan rupiah perpenduduk

- 70 250 450 450

2 . Pembangunan Puskesmas unit 2.343 4.353 5.353 5.642 5.742

3. Pembangunan Puskesmas Pembantu gedung - 6.636 13.636 17.413 18.389

4. Pembangunan Rumah Dokter rumah - 338 1.270 1.841 2.044

S. Perbaikan Puskesmas gedung - 5 2.500 4.351 4.957

6. Perbaikan Puskesmas Pembantu gedung - 208 3.000 5.723 6.324

7. Pengadaan Puskesmas Keliling unit - 604 2.479 3.521 3.821

1) Angka kumulatif sejak Repelita I

770

Page 12: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

GRAFIK XVI11 - 1PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS,

1973/74 - 1989/90

771

Page 13: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

tahun 1989/90 secara kumulatif telah terdapat kurang lebih 222,2 ribu buah Posyandu yang tersebar di hampir semua desa. Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan di Posyandu, melalui program peningkatan upaya pelayanan kesehatan, pada tahun 1989/90 telah diberikan pelatihan kepada anggota organisasi dan masyarakat seperti PKK, organisasi wanita keagamaan, Ikat-an Wanita dan lain-lain. Selain itu jumlah kunjungan dan bantuan dari Puskesmas untuk Posyandu terus ditingkatkan.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskes-mas dan Rumah Sakit Dati II, pada tahun 1989/90 dilanjutkan penyediaan bantuan obat-ohatan melalui program bantuan Inpres Sarana Kesehatan. Jumlah bantuan per penduduk masih sama de-ngan tahun 1988/89 yaitu Rp 450,- per jiwa, dengan bantuan minimum sebesar Rp 25 juta untuk satu kabupaten.

(2) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar

(a) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Peningkatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) men-cakup upaya pencegahan, perawatan dan pemulihan kesehatan yang ditujukan pada bayi, anak balita dan ibu. Pelayanan KIA dilaksanakan terutama oleh tenaga bidan dan dukun bayi yang terlatih. Dalam tahun 1989/90 dukun bayi yang dibina berjum- lah lebih dari 9 ribu orang. Dengan demikian secara keseluruh-an jumlah dukun bayi yang telah dibina sejak Repelita I sam- pai dengan tahun 1989/90 lebih dari 109 ribu orang. Di samping itu petugas kesehatan (bidan) dilengkapi peralatan per- salinan agar mainpu memberi pertolongan persalinan khususnya di luar Puskesmas.

Untuk lebih meningkatkan cakupan pelayanan KIA telah di- kembangkan kegiatan kelompok peminat KIA di 5 propinsi yaitudi Jawa Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tengga-ra Barat dan Nusa Tenggara Timur. Agar kegiatan KIA makin me-rata dan lebih efektif dan efisien, pelayanannya di tingkat desa dipadukan dengan kegiatan perbaikan gizi, keluarga beren-

cana dan imunisasi, dalam suatu pelayanan terpadu yang dikenal dengan Posyandu.

(b) Pemeliharaan Kesehatan Usia SekolahUsaha Kesehatan Sekolah (UKS) terutama ditujukan untuk

meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan anak sekolah, khususnya tingkat SD, SLTP dan SLTA termasuk Per-guruan Agama. Usaha kesehatan sekolah meliputi kegiatan:

772

Page 14: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

(1) pemeriksaan berkala untuk menemukan gejala-gejala penya-kit secara dini serta pemberian pengobatan tahap pertama ke-pada anak-anak yang memerlukannya; (2) pemberian imunisasi dan peningkatan pengetahuan tentang pencegahan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi dan lainnya.

Pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan pembinaan oleh Pus-kesmas terhadap 15.320 buah sekolah. Dalam Repelita IV rata-rata setiap tahunnya jumlah sekolah yang dibina mencapai ku-rang lebih 10 ribu buah sekolah. Dengan demikian pada awal Repelita V terlihat adanya peningkatan pembinaan UKS oleh Pus-kesmas.

(c) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan di Pus-kesmas dan Rumah Sakit. Selama Repelita IV setiap tahunnya ditempatkan sebanyak 100 dokter gigi di Puskesmas dan Rumah Sakit. Para dokter gigi dan sebagian besar perawat gigi di Puskesmas dilengkapi dengan peralatan kesehatan gigi yang me-madai agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada ta-hun 1989/90 dilanjutkan penempatan sebanyak 250 dokter gigi dan pengadaan 400 set peralatan kesehatan gigi. Di samping itu dilaksanakan pula pengadaan peralatan standar kedokteran gigi untuk 7 Rumah Sakit, serta penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai untuk 10 Rumah Sakit sebagai penunjang ru- jukan dokter ahli.

(d) Pelayanan Kesehatan Jiwa

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan jiwa dilakukan de-ngan memperluas pelayanan yang diintegrasikan dengan Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas. Integrasi ini dimaksudkan untuk me-ngurangi arus penderita ke Rumah Sakit Jiwa dalam rangka pem-binaan RS Jiwa, RS Umum (RSU) dan Puskesmas. Selama Repe- lita III sampai dengan akhir Repelita IV setiap tahunnya inte-grasi pelayanan tersebut dilaksanakan kurang lebih di 100 Pus-kesmas dan 50 RSU. Khusus pada tahun 1989/90 integrasi kese-hatan jiwa dilaksanakan di 90 Puskesmas dan 119 RSU di 21 pro-pinsi.

(e) Laboratorium Kesehatan

Kegiatan peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pe-layanan laboratorium kesehatan. Untuk melengkapi dan memfung-sikan laboratorium kesehatan, sejak Repelita III secara

773

Page 15: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

bertahap telah dilaksanakan penambahan peralatan dan perbaik-an sarana Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi dan beberapa laboratorium RSU Dati II.

Pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan rehabilitasi dan penambahan daya listrik di 2 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK),, 'yaitu di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Di samping itu untuk meningkatkan kemampuan teknis tenaga laboratorium telah dilaksanakan pelatihan teknis di dalam negeri untuk 97 orang dan di luar negeri untuk 9 orang. Dengan demikian diha-rapkan fungsi dan kemampuan BLK-BLK yang terdapat di 27 pro-pinsi makin memadai.

b. Program Upaya Kesehatan Rujukan

Program ini bertujuan untuk pelayanan kesehatan penyem-buhan di Rumah Sakit,terutama bagi mereka yang menderita sa-kit dan penyembuhannya tidak dapat dituntaskan di Puskesmas. Pelayanan ini disebut sebagai pelayanan kesehatan rujukan, oleh karena pada dasarnya pelayanan di RS diberikan bagi pen-derita yang dirujuk oleh Puskesmas atau Rumah Sakit lain. Pe-layanan kesehatan rujukan di RS dilakukan dalam berbagai ting-katan atau kelas, yaitu RS kelas D, RS kelas C, RS kelas B, dan RS kelas A. Dalam Repelita V pelayanan kesehatan rujukan di RS diarahkan untuk: (1) peningkatan mutu, cakupan dan efi-siensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu; dan (2) peningkatan dan pemantapan manajemen Rumah Sakit (RS).

Dalam rangka meningkatkan kelas-kelas RS dari kelas D ke kelas C pada tahun 1989/90 antara lain telah ditempatkan 22 orang dokter ahli 4 bidang dasar lengkap dengan peralatannya di 22 RS yang tersebar di 10 propinsi. Dengan demikian sejak Repelita IV ,sampai dengan tahun 1989/90 jumlah RS kelas D yang ditingkatkan kelasnya menjadi RS kelas C berjumlah 49 buah RS.di 14 propinsi.

Sampai dengan tahun pertama Repelita V secara keseluruh-an terdapat 1.532 RS, terdiri dari 756 Rumah Sakit Umum (RSU) dan 776 Rumah Sakit Khusus (RSK), masing-masing dengan tempat tidur sebanyak 91.338 buah dan 27.227 buah (Tabel XVIII-3 dan XVIII-4). Pada tahun 1989/90 tidak ada pembangunan baru RSU Pusat dan RSU Prop/Kab/Kodya, kecuali penyelesaian pembangun-an yang telah dimulai pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan rehabilitasi fisik, prasarana dan peralatan dilaksanakan di 19 RSU Pusat maupun RSU Prop/Kab/Kodya.

774

Page 16: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Untuk membantu meningkatkan pelayanan di RS kelas C dan D pada tahun 1989/90 diberikan bantuan berupa obat-obatan kepada 176 RSU Prop/Kab/Kodya di luar Jawa. Di samping ituuntuk meningkatkan peran serta RS Swasta dalam menjalankan fungsi sosialnya telah diberikan bantuan peralatan kepada 6 RS Swasta di Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa Barat. Bantuan tersebut khusus untuk RS Swasta yang lebih banyak melayani masyarakat berpenghasilan rendah.

c. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Program ini bertujuan untuk mencegah berjangkitnya pe-nyakit, menurunkan angka kematian dan sedapat mungkin menghi-langkan kesakitan, dan akibat buruk dari penyakit menular danpenyakit tidak menular. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dilaksanakan secara terpadu melalui Puskesmas dan ru- jukan kesehatan serta upaya lainnya. Prioritas utama dituju-kan pada penyakit-penyakit yang antara lain mempunyai ciri-ciri: (1) angka kesakitan dan atau angka kematian tinggi, (2) dapat menimbulkan wabah, (3) menyerang bayi, anak dan pendu-duk golongan usia produktif, terutama di antara penduduk dae-rah pedesaan dan penduduk berpenghasilan rendah di perkotaan, (4) untuk pemberantasannya tersedia metode dan teknologi yang efektif, (5) termasuk dalam ikatan perjanjian internasional, seperti International Health Regulation (IHR), atau disebut-kan dalam Undang-undang Wabah dan Karantina.

(1) Penyakit Malaria

Pemberantasan penyakit malaria dititikberatkan pada usa-ha untuk menurunkan jumlah penderita dan menanggulangi wabah yang terjadi. Usaha tersebut dilaksanakan terutama di daerah-daerah rawan, khususnya daerah di luar pulau Jawa dan Bali, dengan diprioritaskan daerah transmigrasi dan pemukiman baru. Selain itu perlindungan bagi penduduk yang telah "kebal" ter-hadap penyakit malaria dan atau yang berpindah tempat tinggal dari pulau Jawa dan Bali tetap ditingkatkan.

Kegiatan pemberantasan dan pencegahan meliputi penyem-protan rumah, pengumpulan sediaan darah, dan pengobatan pen-derita di daerah endemis. Pada tahun 1989/90 penyemprotan de-ngan racun serangga dilakukan kurang lebih di 1,2 juta rumah sedangkan pengumpulan dan pemeriksaan darah meliputi lebih dari 5,2 juta sediaan, dan pemberian obat kepada lebih dari5,5 juta tersangka penderita malaria (Tabel XVIII-5).

775

Page 17: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Dengan terus meningkatnya kegiatan pemberantasan penyakit malaria selama Repelita I sampai dengan Repelita IV, maka angka kesakitan (Annual Parasite Index) penyakit malaria semakin menurun. Apabila pada Repelita I angka kesakitan rata-rata di Jawa-Bali tercatat 1,83 per 1.000 penduduk, maka pada Repelita IV menurun menjadi 0,34 per 1.000 penduduk. Sedang untuk luar Jawa-Bali, angka kesakitan malaria yang dalam Repelita I masih tercatat sebesar 9,3%, telah menurun menjadi 6,9% dalam Repelita IV.

(2) Penyakit Diare dan atau Kholera

Upaya pemberantasan penyakit diare dan atau kholera (mun-taber) masih tetap ditujukan untuk sejauh mungkin mencegah kematian penderitanya. Angka kesakitan penyakit diare dan atau kholera dalam Repelita III tercatat 7,4 per 1.000 pendu-duk dan menunjukkan peningkatan dalam Repelita IV menjadi 10,9 per 1.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena adanya pe-ningkatan upaya penemuan dini penderita secara lebih aktif.

Meskipun terjadi peningkatan angka kesakitan penyakit diare dan atau kholera, namun terjadi penurunan angka kemati- an akibat penyakit tersebut. Apabila pada Repelita III angka kematian akibat diare dan atau kholera tercatat 1,65%, maka pada Repelita IV menurun menjadi 1,42%. Penurunan ini disebab-kan karena adanya peningkatan upaya pengobatan penderita se-dini mungkin'dengan didukung oleh keterampilan petugas dan peningkatan jumlah Puskesmas yang melaksanakan Program Pe-ngembangan Pemberantasan Penyakit Diare (P4D) seperti tampak pada Tabel XVIII-5.

Kegiatan penemuan dan pengobatan penderita penyakit dia- re pada tahun 1989/90 dilanjutkan dengan mencakup sebanyak 5,3 juta orang, sedangkan penderita tersangka kholera diper-kirakan kurang lebih 41 ribu orang.

(3) Penyakit Demam Berdarah (Arbovirosis)

Pada tahun 1989/90 telah dilakukan pemberantasan jentik nyamuk dengan menggunakan racun serangga abate (abatisasi masal) pada 1,9 juta rumah, dan penanggulangan fokus (penyem-protan) di 1,6 juta rumah di daerah wabah (Tabel XVIII-5). Pemberantasan jentik nyamuk dengan menggunakan racun serangga abate dibatasi di daerah rawan dan daerah wabah terutama di wilayah pulau Jawa dan Bali. Angka kesakitan penyakit demam berdarah dalam Repelita IV setiap tahun berkisar antara 7,8 –

776

Page 18: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

27,9 per 100.000 penduduk. Pada tahun 1989/90 angka kesakitan tersebut tercatat 6,5 per 100.000 penduduk.

(4) Penyakit Tuberculosa Paru

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Tuberculosa Paru (TB-Paru) dilaksanakan melalui kegiatan pemeriksaan bak-teriologi dan pengobatan, terutama di daerah-daerah yang ang- ka prevalensinya tinggi, seperti daerah Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

Angka kesakitan penyakit Tuberculosa Paru menular pada Repelita III tercatat 2,9 per 1.000 penduduk. Dengan mening-katnya kegiatan pemberantasan penyakit tersebut pada Repe- lita IV, maka angka kesakitan menurun menjadi 2,5 per 1.000 penduduk. Untuk menekan lebih rendah lagi angka kesakitan pe-nyakit TB-Paru, pada tahun 1989/90 dilanjutkan kegiatan peme-riksaan terhadap lebih dari 174 ribu orang tersangka TB-Paru dan diberikan pengobatan jangka pendek kepada 23 ribu pen-derita (Tabel XVIII-5).

(5) Penyakit Kaki Gajah dan Demam Keong

Prevalensi penyakit Kaki Gajah (Filariasis) telah menu-run secara mencolok dari 13,29% dalam Repelita I menjadi 3,23% dalam Repelita IV. Untuk menurunkan lebih lanjut preva-lensi penyakit tersebut, pelaksanaan pencegahan dan pemberan-tasannya pada tahun 1989/90 dilanjutkan dengan melakukan pe-meriksaan terhadap 17 ribu sediaan darah dan pengobatan ter-hadap 34 ribu orang penderita, terutama di daerah rawan se-perti DI Aceh, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

Prevalensi penyakit Demam Keong (Schistosomiasis), yang pemberantasannya telah dimulai sejak Repelita III, masih be-lum menunjukkan adanya penurunan sampai akhir Repelita IV, yaitu sekitar 3,8% setiap tahunnya. Hal tersebut antara lain berkaitan dengan faktor lingkungan sebagai habitat;vektor pe-nyakit Demam Keong yang masih sulit diatasi. Penyakit ini terpusat di daerah-daerah tertentu, seperti di Napu dan danau Lindu di Sulawesi Tengah. Oleh karena itu dalam tahun pertama Repelita V kegiatan pemberantasan lebih diintensifkan di dae-rah-daerah tersebut dengan melakukan pemeriksaan terhadap 84,7 ribu specimen tinja dan pengobatan selektif kepada 1,6 ribu orang. Di samping itu mulai dirintis program terpadu un-tuk mengubah lingkungan sekitar danau Lindu menjadi daerah

777

Page 19: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar
Page 20: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

pertanian, irigasi, dan transmigrasi. Adanya perubahan ling-kungan tersebut diharapkan dapat mengurangi habitat vektor dan menurunkan prevalensi penyakit demam keong.

(6) Imunisasi

Upaya pemberantasan penyakit menular, terutama yang da-pat dicegah dengan memberikan kekebalan melalui peningkatan program imunisasi, dilakukan dengan vaksinasi kepada bayi, anak dan ibu hamil. Berbagai jenis vaksinasi telah ditingkat-kan pelaksanaannya untuk mencegah timbulnya penyakit dipteri, batuk rejan, tetanus dan tetanus neonatorum, polio, campak dan TB-paru.

Seperti terlihat pada Tabel XVIII-S vaksinasi yang di-laksanakan pada Repelita I baru satu jenis, yaitu BCG. Dalam Repelita II jenis vaksinasi meliputi tidak saja BCG tetapi juga TFI/TT, DPT, dan Polio. Sejak Repelita III kegiatan vak-sinasi diperluas lagi sehingga meliputi jenis BCG, TFT/TT, DPT, Polio, DT, dan Campak, dan setiap tahunnya mencakup ku-rang lebih 5,3 juta anak dan ibu hamil. Angka cakupan terse-but pada Repelita IV meningkat menjadi 16 juta orang setiap tahun, dan pada tahun pertama Repelita V lebih meningkat lagi menjadi 22,9 juta orang.

Dengan adanya peningkatan berbagai jenis vaksinasi ter-sebut, cakupan bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap (Uni-versal Child Imunization) pada tahun 1989/90 adalah sebesar 77,1%. Sedangkan cakupan ibu hamil yang mendapat vaksinasi Tf sebesar 45,1%. Dengan makin meluasnya cakupan imunisasi ini akan membawa dampak yang nyata terhadap upaya penurunan angka kematian bayi dan ibu melahirkan.

(7) Penyakit Kusta

Upaya pemberantasan penyakit kusta dilaksanakan melalui pemeriksaan terhadap orang yang mempunyai hubungan dekat atau kontak pribadi dengan penderita kusta dalam waktu lama, peme-riksaan anak Sekolah Dasar, pengobatan, dan evaluasi teratur terhadap hasil pengobatan penderita. Berbagai upaya yang di-laksanakan telah menurunkan angka kesakitan penyakit kusta dari 0,8 per 1.000 penduduk dalam Repelita III menjadi 0,7 per 1.000 penduduk dalam Repelita IV.

Pada tahun 1989/90 telah diperiksa sekitar 3,6 juta anak sekolah dan 166 ribu orang kontak,, khususnya di beberapa dae-rah yang mempunyai angka kesakitan tinggi, seperti Sulawesi,

778

Page 21: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Maluku, dan Irian Jaya. Dari hasil pemeriksaan tersebut telah diobati secara teratur 48 ribu orang penderita. Sedangkan pe-ngobatan terhadap penderita kusta menular dan kegiatan reha-bilitasi medik dilakukan di Rumah-rumah Sakit Kusta.

(8) Penyakit Gila Anjing (Rabies) dan Pes

Upaya pemberantasan penyakit rabies dilaksanakan melalui pengumpulan dan pemeriksaan sediaan dari hewan tersangka ra-bies, dan melalui pengobatan bagi orang yang digigit oleh he-wan tersangka rabies. Pada tahun 1989/90 telah dilakukan peng-obatan terhadap 331 orang tersangka rabies. Di samping itu dilakukan vaksinasi terhadap sekitar 105,5 ribu ekor hewan penular rabies.

Upaya pengamatan terhadap penyakit pes pada tahun 1989/90 dilaksanakan melalui pengumpulan sediaan sebanyak 1.204 se-diaan dan pemberian pengobatan kepada sebanyak 269 orang pen-derita tersangka pes. Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, terutama dalam Repelita IV, maka kegiatan pengum-pulan sediaan dan pengobatan penderita tersangka pes tahun 1989/90 cenderung meningkat. Peningkatan kegiatan ini tidak berarti bahwa ada tanda-tanda meningkatnya kejadian penyakit pes, tetapi dimaksudkan Sebagai upaya peningkatan pengamatan penyakit pes secara dini.

(9) Penyakit Frambusia

Dengan makin digalakkannya pemeriksaan dan pengobatan terhadap penderita frambusia selama Repelita IV, jumlah pen-derita cenderung terus menurun. Namun demikian masih dijumpai prevalensi yang tinggi di Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Irian Jaya dan Timor Timur. Dalam rangka pem-berantasan penyakit frambusia di daerah-daerah tersebut pada tahun 1989/90 telah dilakukan pemeriksaan terhadap sekitar 27,7 ribu penduduk dan pemberian pengobatan kepada sekitar 1,8 ribu penderita.

(10) Karantina dan Kesehatan Pelabuhan

Upaya kesehatan pelabuhan dilakukan terutama melalui pe-ngembangan karantina kesehatan dan diarahkan agar sesuai de-ngan pengembangan pelabuhan dan teknologi di bidang perhubung-an serta memenuhi persyaratan "International Health Regulation (IHR)". Pada tahun 1989/90 dilanjutkan upaya peningkatan sarana kesehatan pelabuhan guna menunjang pencegahan keluar masuknya penyakit ke dalam wilayah Indonesia.

779

Page 22: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

d. Program Perbaikan Gizi

Dalam Repelita IV telah terjadi kecenderungan penurunan berbagai penyakit kekurangan gizi, seperti Kurang Kalori Pro-tein (KKP), Kurang Vitamin A (KVA), Kurang Zat Besi (Anemia Gizi) dan Gangguan Akibat Kurang Zat Iodium (GAKI) yang me-nyebabkan penyakit Gondok Endemik dan Kretin.

Untuk mempercepat penanggulangan masalah kekurangan gi-zi, khususnya KKP telah ditingkatkan dan diperluas pelaksana-an kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Pada tahun 1989/90 kegiatan UPGK telah dilaksanakan di kurang lebih 58,2 ribu desa binaan dan 2.427 desa binaan baru, yang meliputi kurang lebih 222,2 ribu Posyandu. Sesuai dengan kebijaksanaan dalam Repelita V, sebagian kegiatan UPGK, seperti penimbangan anak balita, penyuluhan gizi, suplementasi Vitamin A dan ta-blet zat besi, serta pemberian oralit, dipadukan dengan pela-yanan kesehatan lainnya di Posyandu.

Selain melalui Posyandu, UPGK dilaksanakan juga melalui kelompok-kelompok pengajian, "kelompencapir", karang taruna dan sebagainya, khususnya berupa penyuluhan gizi. Untuk me-nunjang kegiatan penganekaragaman pangan kegiatan UPGK didu-kung oleh sektor pertanian melalui penggalakkan pemanfaatan tanaman pekarangan, sektor pendidikan dan sektor agama. Pe-laksanaannya didukung oleh pemerintah daerah dan swadaya ma-syarakat.

Dengan terus meningkatnya kegiatan-kegiatan UPGK di Pos-yandu yang didukung oleh perbaikan keadaan sosial ekonomi ke-luarga pada umumnya, maka pada akhir Repelita IV keadaan gizi anak balita makin baik. Hal ini dapat diukur dengan makin me-nurunnya prevalensi anak balita yang kurang kalori protein (KKP). Prevalensi anak balita yang bergizi-kurang (KKP ri-ngan) mulai menurun dari 12,3% pada akhir Repelita II menjadi sekitar 9 8% pada akhir Repelita IV. Sedang untuk yang bergi-zi-buruk tKKP berat) pada periode yang sama menurun dari 3,7% menjadi 1,3%.

Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kekurangan vitamin A pada anak balita terutama dilaksanakan melalui pe-nyuluhan gizi dan pemberian vitamin A. Pada tahun 1989/90 jumlah anak balita yang telah memperoleh vitamin A dosis tinggi berjumlah sekitar 6,7 juta anak balita. Pemberian vi-tamin A selain melindungi anak dari kebutaan juga mempunyai peranan dalam mempercepat penurunan angka kematian bayi dan balita. Kegiatan pemberian vitamin A dosis tinggi tersebut

780

Page 23: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

ditunjang oleh penyuluhan gizi khususnya tentang pemanfaatan tanaman pekarangan. Di samping itu terus dilanjutkan fortifi-kasi vitamin A dalam bumbu penyedap makanan di Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.

Berkat program pencegahan dan penanggulangan penyakit kekurangan vitamin A di Indonesia yang mulai dilaksanakan da-lam Repelita III, maka hasil penelitian pada tahun 1989/90 menunjukkan data bahwa kasus-kasus kebutaan akibat kekurangan vitamin A sudah sangat menurun. Bahkan diduga akan tidak me-rupakan masalah lagi pada akhir Repelita V. Selanjutnya pro-gram vitamin A akan lebih ditujukan untuk meningkatkan daya tahan dan pertumbuhan anak balita daripada untuk mencegah ke-butaan.

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi dilaksa-nakan dengan melanjutkan pemberian suplementasi tablet zat besi kepada ibu hamil, anak sekolah dan pekerja berpenghasil-an rendah melalui Puskesmas dan Posyandu. Pada tahun 1989/90 wanita hamil yang mendapat tablet zat besi berjumlah kurang lebih 2,5 juta orang.

Penanggulangan gondok endemik dilakukan melalui program jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek ditang-gulangi dengan pemberian suntikan preparat minyak beriodium. Pada tahun 1989/90 lebih dari 690 ribu penduduk di daerah gondok endemik yang tersebar di 23 propinsi telah memperoleh suntikan minyak beriodium. Mulai Repelita III penanggulangan jangka panjang dilaksanakan dengan iodisasi garam. Namun sam-pai tahun 1989/90 dampak upaya ini belum nampak meyakinkan. Oleh karena itu selain melanjutkan upaya iodisasi garam mulai tahun 1989/90 dikembangkan pula preparat ibdium oral dan io-disasi air minum di beberapa desa percontohan.

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang dimulai dalam Repelita III merupakan upaya pemantauan untuk memper-oleh informasi dini mengenai keadaan pangan dan perkembangan atau perubahan pola konsumsi pangan penduduk di tingkat pede-saan. Sampai dengan tahun 1989/90 kegiatan SKPG dibatasi di beberapa kecamatan di 12 propinsi. Perhatian kegiatan lebih diutamakan untuk daerah yang diduga akan mengalami masalah rawan pangan dalam masa-masa tertentu. Oleh karena keadaan pangan dan lingkungan sosial ekonomi penduduk umumnya makinbertambah baik maka pendekatan SKPG mulai tahun 1989/90 dise-suaikan dengan perkembangan dan keadaan setempat.

781

Page 24: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi masyara-kat, terus ditingkatkan pelatihan tenaga gizi, baik melalui pendidikan tambahan di perguruan-perguruan tinggi di dalam atau di luar negeri maupun melalui pelatihan di lapangan bagi petugas-petugas gizi di Puskesmas. Di samping itu dilakukan pelatihan bagi tenaga gizi di rumah-rumah sakit dan lembaga-lembaga lainnya.

e. Program Penyediaan Air Bersih

Tujuan program ini adalah membantu tersedianya air bersih atau yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh masyara- kat, baik yang tinggal di perkotaan maupun yang di pedesaan, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air bersih bagi para anggotanya.

Program penyediaan air bersih dilaksanakan melalui pro-gram-program sektoral dan bantuan Inpres sarana air bersih. Kegiatannya ditekankan terutama pada penyuluhan dan motivasi untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam peng-adaan air bersih sesuai dengan keadaan lingkungan dan tingkat sosial ekonomi penduduk setempat. Dalam hal ini kegiatan pe-nyuluhan yang dilakukan juga menekankan pentingnya air bersih dan sanitasi lingkungan bagi kesehatan dan kesejahteraan ma-syarakat.

Sejak Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV kegiat-an-kegiatan penyuluhan tersebut didukung dengan penyediaan bantuan sarana air bersih dan jamban keluarga sederhana. Sa-rana-sarana tersebut beru a sarana air pompa dalam (SPTDL), sarana air pompa dangkal (SPTDK), sumurr, gali, penampungan ma-ta air (PMA), penampungan air hujan (PAH), dan hidran/kran umum. Bantuan,penyediaan sarana air bersih tersebut lebih di-utamakan bagi masyarakat di pedesaan dan perkotaan yang ber-penghasilan rendah dan rawan penyakit menular sebagai akibat kurang baiknya mutu air yang tersedia.

Dalam tahun pertama Repelita V telah dibuat sumur gali dan sumur pompa sebanyak kurang lebih 4.850 buah, penampungan air hujan (PAH) sebanyak 543 buah, perlindungan mata air (PMA) 60 buah, dan hidran/kran umum sebanyak 1.075 buah (Tabel XVIII-2). Dengan terus ditingkatkannya penyediaan air bersih diharapkan kesadaran dan pengertian masyarakat akan pentingnya air bersih dan sanitasi lingkungan semakin meningkat. Ha1 tersebut penting artinya bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui air.

782

Page 25: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

f. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Program ini bertujuan untuk mewujudkan lingkungan pemu-kiman yang sehat dalam rangka mencapai derajat kesehatan ma-syarakat dan keluarga yang memadai (optimal). Kegiatan pokok program penyehatan lingkungan pemukiman dilaksanakan antara lain melalui pembinaan penyehatan lingkungan pemukiman, peng-awasan kualitas lingkungan, dan pengembangan sarana penun-jang.

Pengawasan mutu lingkungan selama Repelita IV dilaksana-kan melalui kegiatan-kegiatan: (a) pemeriksaan terhadap seki-tar 22.758 lokasi tempat umum, tempat pembuatan, penyimpanan dan penjualan penyajian makanan dan minuman (TP2M) serta tem-pat penyimpanan, penggunaan dan'peredaran pestisida, (b) peng-awasan terhadap lebih dari 108 kejadian keracunan makanan, (c) peningkatan sanitasi dari 279 lokasi perumahan dan ling-kungan, (d) pengendalian sekitar 45 kejadian pencemaran pes-tisida, dan (e) pengawasan terhadap 11.191 lokasi pembuangan sampah, sanitasi industri dan sanitasi tempat pengelolaan pestisida.

Pada tahun 1989/90 kegiatan penyehatan lingkungan pemu-kiman dilaksanakan di 243 lokasi proyek pemugaran lingkungan desa terpadu (P2LDT), 14 lokasi perumahan dan lingkungan dae-rah kumuh, dan 14 lokasi daerah-daerah tujuan wisata. Peng-awasan kualitas lingkungan dilaksanakan melalui pengendalian dampak negatif sampah di 29 lokasi, pengawasan dan pengenda lian pestisida terbatas di 32 lokasi, pengawasan tempat pe-nyimpanan dan penjualan penyajian makanan dan minuman (TP2M) di 9 lokasi.

Sementara itu pengembangan sarana penunjang tidak dite-kankan pada pembangunan fisik tetapi lebih ditekankan pada penyuluhan kesehatan. Selama Repelita IV telah dibangun seba-nyak 68.587 buah jamban dan 53.774 buah sarana pembuangan air limbah. Pada tahun 1989/90 jamban keluarga yang dibangun ber-jumlah 4.760 buah dan sarana pembuangan air limbah sebanyak 1.735 buah (Tabel XVIII-2).

g. Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Program ini bertujuan untuk mengubah perilaku perorang-an, keluarga dan masyarakat agar semuanya berperan aktif da-lam rangka membina dan melestarikan perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta dalam.upaya mewujudkan derajat kese-hatan yang optimal. Kegiatan pokok penyuluhan kesehatan

782

Page 26: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 2

JUMLAH SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SARANA PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN,1973/74 - 1989/90 1

Jenis Program Satuan 1973/74 (Akhir Repelita I)

1978/79 (AkhirRepelita II)

1983/84 (Akhir

Repelita III)

1988/89 )(Akhir

Repelita IV)

1989/90 (Tahun Pertama Repelita V)

A. Sarana Penyediaan Air Bersih1. Penampungan Mata Air dengan

Perpipaan (PP) buah 108 692 625 150 41

2. Penampungan Air Hujan (PAH) bak 24 1.680 19.000 14.942 543

3. Perlindungan Mata Air buah 10 311 6.400 1.357 60

4. Sumur Artetis (SA) sumur 3 351 200 67 -

5. Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPTI)K) sumur ) - 34.681 213.000 162.931 3.015 ) 2.882 -

6. Sumur Pompa Tangan Dalam (SPTDL) sumur ) 3.061 25.000 26.834 1.023

7. Sumur Gali sumur - - 18.500 46.953 808

8. Hidran Umum buah - - - - 1.075

B. Sarana Kesehatan Perumahan danLingkungan1. Pembangunan Jamban Keluarga

buah 2.456 1.050.000 746.530 68.587 4.7602. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) buah 30.765 53.774 1.735

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuali tahun1989/90 angka tahunan.2) Angka diperbaiki

Page 27: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

784

Page 28: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

masyarakat meliputi penyebarluasan informasi kesehatan, pe-ngembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan, dan pengembangan penyelenggara penyuluhan.

Pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan penyebaran infor-masi kesehatan melalui radio sebanyak 14.720 kali, melalui televisi sebanyak 435 kali, melalui media cetak sebanyak le-bih dari 2 juta lembar dan melalui film seri dokumenter 1 ju-dul. Penyuluhan kesehatan masyarakat juga dilaksanakan mela-lui Puskesmas dan RS dengan pendekatan kelompok, terutama ke-lompok potensial, yaitu wanita, pemuda,- dan kelompok keagama-an, serta peningkatan peran serta dan swadaya masyarakat. Da-lam rangka pengembangan penyelenggara penyuluhan pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan peningkatan keterampilan petugas di bidang penyuluhan sebanyak 4.256 orang tenaga kesehatan di 27 propinsi.

h. Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan sebagainya

Dalam rangka mencukupi kebutuhan obat dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diupayakan pe-ningkatan produksi obat esensial dan penerapan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Mulai tahun pertama Repelita V di-galakkan pula pengadaan dan penggunaan obat generik.

Upaya peningkatan distribusi obat secara teratur dan berkesinambungan telah dilaksanakan melalui pengadaan dan pendayagunaan sarana penyimpanan obat dan perbekalan kesehat-an. Pada tahun 1989/90 terdapat penambahan gudang farmasi se-banyak 8 buah, sehingga secara keseluruhan sampai dengan ta-hun 1989/90 telah ada 196 buah gudang farmasi di tingkat ka-bupaten atau kotamadya. Di samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 ma-sing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar Farmasi, 285 Indus-tri Farmasi, dan 2.458 Apotek (Tabel XVIII-6).

Dalam rangka pengamanan obat dan makanan secara lebih intensif, pada tahun 1989/90 telah dilakukan pemeriksaan atas lebih dari 4,5 ribu unit sarana produksi dan distribusi obat dan makanan, serta pengujian lebih dari 14 ribu sampel obat, makanan dan perbekalan farmasi lainnya. Sementara itu juga telah dilakukan registrasi obat yang beredar di masyarakat. Secara kumulatif selama Repelita I sampai dengan tahun 1989/90 telah terdaftar sebanyak 14.696 macam obat dan sebanyak 19.835 macam makanan dan minuman. Jumlah obat dan makanan

785

Page 29: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

yang terdaftar tersebut masing-masing meningkat sebanyak 840 dan 707 macam dibanding tahun terakhir Repelita IV.

Agar kegiatan pengawasan atas produksi dan distribusi obat, makanan dan perbekalan farmasi lainnya dapat dilaksana-kan dengan baik dan ditingkatkan, maka dilaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang pengawasan bagi para petugas pelak-sananya. Sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dididik dan dilatih sebanyak 208 orang Polisi Khusus dan Penyidik Pe-gawai Negeri Sipil di 27 propinsi.

i. Program Pendidikan, Pelatihan dan Pendayagunaan Te-naga Kesehatan

Program ini terutama ditujukan untuk meningkatkan upaya penyediaan tenaga kesehatan yang bermutu, terampil dan mampu mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan, pertumbuhan dan pembaharuan dalam pembangunan kesehatan, dalam jumlah yang cukup.

Selama Repelita IV sampai dengan tahun 1989/90 telah se-lesai dibangun dan direhabilitasi sebanyak 38 gedung sekolah kesehatan dan Balai Latihan Kesehatan Masyarakat (BLKM) di 17 propinsi. Dengan demikian diharapkan fasilitas pendidikan te-naga kesehatan di daerah-daerah dalam Repelita V akan makin memadai.

Di samping-itu pada tahun 1989/90 terdapat penambahan tenaga kesehatan sebanyak 18.116 orang, yang terdiri dari 1.859 dokter, 10.840 perawat kesehatan (termasuk bidan), 5.145 paramedis non perawat dan pekarya kesehatan, serta 272 tenaga akademis bidang kesehatan (Tabel XVIII-7). Tambahan tenaga tersebut ditempatkan di berbagai daerah yang memerlu-kan, terutama di daerah-daerah terpencil di luar Jawa.

Sementara itu untuk mewujudkan tujuan program pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, telah dilatih pula sebanyak 26.306 orang tenaga kesehatan yang meliputi 13.071 orang un-tuk pelatihan teknis fungsional kesehatan, 421 orang untuk pelatihan administrasi dan manajemen, 10.694 orang untuk pe-latihan prajabatan.

j. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan dan Pengawasan

Program ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan ke-mampuan manajemen aparatur kesehatan agar dicapai secara

786

Page 30: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 3 PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI RUMAH SAKIT

(RS),1973/74 - 1989/91 1)

1973/74 1978/79 1983/84Jenis Usaha Satuan (Akhir (Akhir (Akhi r

Repelita I) Repelita II) Repelita III)

1988/89 2)(Akhir

Repelita IV)

1989/90 (Tahun Pertama Repeli ta V)

1. Pembangunan Rumah Sakit Umum gedung 5 _ 34 14 -2 . Pembangunan Rumah Sakit Khusus gedung _ _ 9 4 _

3. Penempatan ibkter- 4 keahlian pokok orang - 53 265 151 22

4. Rehabi l i tas i fis ik , prasarana rumahdan peralatan sakit 91 71 1.080 585 19

S. Bantuan kepada RS Swasta (obat-obatan, peralatan, ambulans)

rumahsakit - - 426 269 6

6. Bantuan obat-obatan:

- RSU Propinsi Rp/hari/TT - _250 350 )

- RSU Kabupaten dg. dokter ahli Rp/hari/TT - - 200 300 ) 176,RS 3)

- RSU Kabupaten mendapat rujukan Rp/hari/TT _ _ 100 200 )

7.

dokter ah l i

RSU Prop/Kab/Kodya diberi Subsidi rumahBantuan Biaya Operasional (SBBO) sakit - - 30 334 334

8. Pemanfaatan Tempat Tidur RS 4) Persen 54,1 57,4 53,3 54,4 52,3

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuali th. 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbaiki3) Mulai th. 1989/90 menggunakan satuan Rumah Sakit. 4) Angka tahun terakhir setiap Repelita

787

Page 31: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 4PERKEMBANGAN JIMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT),

1968 - 1989/90 1)

1) Angka kumulatif sejak sebelum Repelita I2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

788

Page 32: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 5

PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR, 1973/74 - 1989/90

(ribuan)

Jenis Usaha Satuan1973/74

(Akhir Repe l l t a I )

1978/79(Akhlr

Repelita II)

1983/84 (Akhir

Repelita III)

1988/89 2)_(Akhi r

Repel i ta IV )

1989/90 (Tahun Pertama Repelita V)

1. Pemberantasan Penyakit Malaria

- Pengumpulan dan PemeriksaanSediaan darah sediaan 32.527 40.839 47.534 32.069 5.278

- Pengobatan Penderita orang 32.64) 39.039 44.017 32.327 5.518 - Penyemprotan rumah rumah 8.629 20.339 16.759 7.809 1.193

2. Pemberentasan Penyakit Kholera/ Gastroenteritis Acuta

- Mencari dan mengobati penderlta- Suspect Kholera

orang 127 140 1.201 168 41- Diare orang - 3.761 13.195 5.392- Pongembangan Program Pemberantasan

Penyakit Diare Kecamatan (P4D) kecamatan - - 0 ,5 4,3 4,5

3. Pemberantasan Arbovirosis - Apllkasl Abate

rumah - 859 6.981 2.713 1.9554. Pemberentaean Penyekit TB Paru

- Pemeriksaa Bakteriologiorang 731 1.234 766 174

- Pengobatan orang 28 86 138 83 23

S. Pemberentasan Filariasis - Survai Darah

sediaan 76 114 561 487 17 - Pengobatan Masal orang - 189 901 306 34

6. Imunisasi - aksinasi BCG anak 38.303 22.012 12.386 15.412 4.414 - Vaksinasi TFT/7T Ibu hamil

/anak - 1.050 5.097 19.135 4.044 - Vaksinasi DPT anak - 892 6.022 14.065 3.891

- Revaksinasi Polio anak - 4 985 11.283 3.991 - Vaksinasit DT anak - - 1.824 11.676 3.063

- Campak anak - - 404 8.920 3.541

7. Pengantan Penyakitt Menulaer - S urvai Epidemilogl

KLB 15,0 20,9 11,0 1,8 - Survai Khusus rumah saklt 0,5 2 ,1 1 .0 0,2

1) Angka kumulatif l ima tahunan, kecali tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbaiki

789

Page 33: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Unit Kefarmasian 1968 1973/74 (Akhir

1978/79(Akhir

1983/84 (Akhir

1988/89 2)

(Akhir1989/90

(Tahun Pertama (Repeli ta I) Repelita II) Repelita III) Repe l i ta IV) Repel i ta V)

1. Pedagang Besar Farmasi 274 721 880 912 942 1.079

2. Industri Farmasi 143 157 267 286 300 285

3. A p o t e k 760 1.147 1.413 1.717 2.332 2.458

1) Angka kumulatif sejak sebelum Repelita I 2) Angka diperbaiki

790

TABEL XVIII – 6PERKEMBANGAN INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI OBAT-OBATAN,

1968 – 1989/90 1)

Page 34: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 7

PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN, 1968 - 1989/90 1)

1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 1989/90Jenis Tenaga 1968 (Akhir (Akhir (Akhir (Akhir (Tahun Pertama

Repel i ta I) Repelita II) Repelita III) Repel i ta IV) Repel i ta V)

1. Dokter 5.000 6.221 10.456 17.647 24.070 1.859

2. Perawat ) 3.767 7.736 ))Perawat Kesehatan 2) ) 31.061 44.651 77.935 10.840

3. Bidan ) 3.863 8.323 )

4. Paramedis Non Perawat danPekarya Kesehatan 2.085 24.248 35.577 47.836 67.762 5.145

5. Tenaga akademis bidangkesehatan 1.182 2.269 3.215 5.184 8.752 272

1) Angka kumulatif sejak sebelum Repelita I, kecuali th. 1989/90 angka tahunan.2) Akhir tahun 1976/77 Perawat dan Bidan ditingkatkan menjadi tenaga Perawat Kesehatan.

791

Page 35: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

optimal hasil guna dan daya guna pembangunan kesehatan, de-ngan didukung peraturan perundang-undangan yang diperlukan. Pokok-pokok kegiatan dalam program ini adalah pendayagunaan fungsi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, pendayagunaan organisasi ketatalaksanaan dan administrasi keuangan, penda-yagunaan fungsi pengawasan dan pengendalian, serta pendaya-gunaan pembinaan dan pengembangan hukum di bidang kesehatan.

Untuk meningkatkan kemampuan perencanaan dan penilaian pembangunan di bidang kesehatan, selama Repelita IV telah di-latih tenaga-tenaga perencana. Upaya lain yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan program ini ialah penyusunan rencana tahunan termasuk rencana anggaran pembangunan bidang kesehat-an dan penyelesaian modul pelatihan perencanaan kesehatan di Daerah Tingkat II. Di samping itu dalam kurun waktu yang sama telah dilakukan pemeriksaan atas lebih dari 80 proyek pemba-ngunan dan sekitar 150 satuan kerja per tahun. Dari hasil pe-meriksaan tersebut tampak bahwa jumlah kasus peny impangan yang ditemukan cenderung menurun. Pada tahun 1989/90 telah dilakukan pemeriksaan terhadap 20 satuan kerja dan 61 proyek pembangunan.

B. KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Pendahuluan

Sesuai dengan amanat GBHN Tahun 1988, kebijaksanaan po-kok dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial adalah mem-bantu dan membina kelompok masyarakat yang kurang beruntung kehidupannya agar mereka dapat hidup secara mandiri dan pro-duktif sehingga dapat berperan serta dalam kegiatan pembangun-an.

Penanganan masalah kesejahteraan sosial menyangkut upaya mengembangkan kesadaran sosial, kesetiakawanan sosial, tanggung jawab sosial dan disiplin sosial. Hal ini antara lain dilaksanakan dengan mendorong peran serta masyarakat luas baik perorangan maupun lembaga dalam membantu dan membina kelompok tersebut di atas.

Dalam Repelita V pembangunan kesejahteraan sosial dilak-sanakan melalui:

a. Program Pembinaan dan Pengembangan Kesejahteraan So-sial;

b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial;

792

Page 36: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

c. Program Pembinaan Generasi Muda;

d. Program Peningkatan Peranan Wanita; e. Program Pendidikan dan Latihan Tenaga-tenaga Kese-

jahteraan Sosial;

f. Program Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial;

g. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah; dan

h. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah.

Dalam pelaksanaannya, masing-masing program tersebut di-tuangkan ke dalam berbagai proyek yang tersebar di seluruh tanah air.

Bertolak dari keadaan dan masalah kesejahteraan sosial yang dihadapi baik pada waktu sekarang maupun di masa-masa yang akan datang, langkah-langkah kebijaksanaan yang sudah dan akan ditempuh selama Repelita V antara lain adalah:

a. Memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu bimbingan dan pelayanan sambil terus mendorong dan mengembang-kan usaha kesejahteraan sosial yang berbasiskan ma-syarakat.

b. Menyeimbangkan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang bersifat pelayanan dan rehabilitasi dengan usaha-usaha yang bersifat pencegahan.

c. Memantapkan kerja sama dan keterpaduan antara sek-tor-sektor yang terkait mulai dari tahap perencana-an, pelaksanaan, sampai dengan tahap pengendalian-nya. Ini terutama berlaku untuk kegiatan-kegiatan: (1) Pembinaan swadaya masyarakat di bidang perumahan dan lingkungan; (2 Pembinaan masyarakat terasing; (3) Peningkatan peranan keluarga dan masyarakat da-lam hal pengentasan anak nakal, korban penyalahguna-an narkotika dan para tuna sosial; (4) Pembinaan Ka-rang Taruna dan peningkatan peranan wanita; (5) Ban-tuan kepada fakir miskin; (6) Penyantunan terhadap lanjut usia, anak terlantar, dan para penyandang ca-cat.; dan (7) Penanggulangan korban bencana alam.

d. Meningkatkan partisipasi masyarakat, termasuk orga-nisasi-organisasi atau lembaga sosial yang ada, da- lam mengatasi masalah-masalah sosial.

793

Page 37: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

e. Meneruskan usaha-usaha penelitian untuk menemukan cara-cara yang paling tepat untuk menangani masa- lah-masalah sosial.

f. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga-tena- ga sosial.

g. Meningkatkan dan menyempurnakan prasarana fisik yang diperlukan, terutama untuk daerah-daerah di luar Jawa.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembantgunan

a. Program Pembinaan dan Pengembangan Kesejahteraan So-sial

Program ini bertujuan membina dan mengembangkan swadaya sosial masyarakat dalam upaya mencegah timbulnya masalah-ma-salah kerawanan sosial dalam masyarakat yang lebih luas. Lingkup kegiatan program ini mencakup penyuluhan dan bimbing-an sosial, penumbuhan swadaya masyarakat untuk perbaikan pe-rumahan dan lingkungan, pembinaan masyarakat terasing, pem-binaan nilai-nilai kepahlawanan dan pembinaan organisasi-or-ganisasi sosial (Orsos). Dalam pelaksanaannya program ini mengikutsertakan pekerja-pekerja sosial, orsos, generasi muda dan kaum wanita.

Program ini dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan seba-gai berikut:

(1) Penyuluhan, Bimbingan Sosial dan Pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat

Penyuluhan dan bimbingan sosial dilakukan oleh Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat. Kegiatan yang telah dilakukan selama ini sedikit banyak telah berhasil mengubah keadaan dan memperbaiki kondi-si masyarakat terutama lapisan paling bawah di pedesaan.

Dalam tahun 1989/90 jumlah PSM yang telah dibina dan di-tatar adalah sebanyak kurang lebih 10 ribu orang. Dengan de-mikian, sampai dengan tahun pertama Repelita V, secara kumu-latif jumlah PSM yang telah berhasil dibina dan ditatar ber-jumlah kurang lebih 157,4 ribu orang (Tabel XVIII-8).

Dalam pada itu melalui program ini juga dilaksanakan pe-latihan bagi para pemuda potensial, umumnya lulusan SLTA, yang ditugaskan sebagai PSM Satuan Tugas Sosial (PSM SATGA

794

Page 38: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 8

PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1973/74 - 1989/90

(orang)

Daerah Tingkat I/Propinsi

1973/74 (Akhir Repelita I)

1978/79 (Akhir Repelita I I)

1983/84(Akhir

Repelita III)

1988/89(Akhir

Repeli ta IV) (Tahun Pertama Repelita V)

1. DKI Jakarta 90 120 3.282 810 3602. Jawa Barat 330 390 3.870 5.310 4203. Jawa Tengah 360 420 3.769 7.270 5104. Daerah Istimewa Yogyakarta 180 360 2.285 1.080 360S. Jawa Timur 390 450 3.727 7.760 6006. Daerah Istimewa Aceh 60 90 2.758 4.360 4507. Sumatera Utara 60 60 2.711 6.340 6008. Sumatera Barat 60 90 3.302 3.870 5409. Riau 60 60 1.998 1.622 30010. Jambi 60 90 2.058 2.040 36011. Sumatera Selatan 60 60 2.856 2.830 30012. Bengkulu 60 120 2.193 1.1n0 18013. Lampung 180 240 2.556 2.320 13014. Kalimantan Barat 60 60 1.790 3.733 30015. Kalimantan Tengah 30 30 1.472 1.260 27016. Kalimantan Selatan 60 60 2.264 1.680 21017. Kalimanten Timur 60 60 2.044 1.800 30018. Sulawesi Utara 90 150 2.314 1.170 30019. Sulawesi Tengah 90 150 2.474 1.470 27020. Sulawesi Selatan 180 240 4.046 2.070 60021. Sulawesi Tenggara 90 150 1.626 1.530 21022. Maluku 120 210 1.944 1.500 36023. Bali 90 120 2.024 1.280 30024. Nusa Tenggara Barat 120 180 3.456 880 3902S. Nusa Tenggara Timur 90 150 3.108 2.400 450.

26. Irian Jaya - - 1.906 2.430 75027. Timor Timur - 780 1.710 180

Jumlah 3.030 4.110 68.613 71.665 10.000

1) Angka kumulatif lima tahunan kecuali tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Petugas Sosial Lapangen (PSL)

3) Pembimbing Sosial Masyarakat (PS4)

795

1989/90

Page 39: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

SOS) di daerahnya. Mereka ditempatkan di daerah-daerah ter-pencil untuk membantu mempercepat gerak pembangunan di pede-saan. Oleh karena pengadapn PSM SATGASOS berdasarkan permin-taan daerah, maka pelatihannya dilaksanakan di daerah yang membutuhkannya. Dengan demikian secara kumulatif sampai de-ngan tahun pertama Repelita V, jumlah terraga PSM SATGASOS yang telah dibina adalah lebih dari 1,9 ribu orang. Mereka disebarkan di 11 propinsi, yaitu DI Aceh, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Ka-limantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Irian Jaya, dan Timor'Timur. Dalam tahun pertama Repelita, V (1989/90), sesuai dengan permintaan Pemerintah Daerah, di Daerah Ting-kat I Irian Jaya telah berhasil dilatih sebanyak 100 orang PSM SATGASOS.

(2) Pembinaan Swadaya Masyarakat dalam bidang Perumahan dan Lingkungan

Dalam Repelita. IV dan selanjutnya pembinaan swadaya ma-syarakat di bidang perumahan dan lingkungan dikoordinasikan oleh Kantor Menteri Negara Perumahan Rakyat. Di samping De-partemen Sosial, Departemen-departemen lain yang terlibat langsung adalah Departemen Dalam Negeri, Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan.

Dengan cara penanganan bersama, maka dalam tahun 1989/90 telah berhasil diperbaiki rumah dan lingkungannya lebih dari 38 ribu rumah di kurang lebih 3,2 ribu desa (Tabel XVIII-9). Selama Repelita I sampai dengan Repelita III jumlah rumah yang terpugar kurang lebih 28,3 ribu rumah di kurang lebih 1,9 ribu desa. Sedang jumlah rumah yang terpugar dalam Repe-lita IV rata-rata setiap tahun, baru mencapai kurang lebih 25,8 ribu rumah di kurang lebih 1,8 ribu desa. Dengan demi-kian, jumlah rumah yang dipugar pada permulaan Repelita V meningkat dengan 47% apabila dibandingkan dengan jumlah yang dipugar rata-rata setiap tahun dalam Repelita IV. Demikian pula jumlah desanya meningkat dengan kurang lebih 76%.

(3) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing

Penanganan kelompok masyarakat ini lebih ditekankan pada upaya pembinaan nilai-nilai sosial budaya yang positif seba-gai modal utama dalam pembinaan kesejahteraan sosial masyara-kat terasing. Pembinaan tersebut disertai dengan penyediaan perumahan dan fasilitas-fasilitas sosial-ekonomi lainnya.

796

Page 40: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 9

PELAKSANAAN PEMBINAAN SWADAYA MASYARAKAT BIDANG PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

MENURUT DAEAH TINGKAT I, 1973/74 - 1989/90 1)

(kepala keluarga/rumah)

Daerah Tingkat I/Propinsi

1973/74(Akhir

Repel i ta I )

1978/79(Akhir

(Repeli ta I I )

1983/84(Akhir

(Repelita I II)

1988/892)

(Akhir 1989/90 (Tahun Pertama Repelita V)

(Repelita IV)

1. DKI Jakarta - 31 1.196 - -2. Jawa Barat 5 369 1.658 11.982 6.1053. Jawa Tengah S9 410 1.601 20.433 6.1204. Daerah Istimewa Yogyakarta - 199 1.346 3.016 1355. Jawa Timur 59 396 1.611 14.649 6.1206. Daereh Istimewa Aceh - 93 735 6.026 1.3957. Sumatera Utara 8 65 850 6.640 2.0258. Sumatera Barat - 94 879 5.602 1.6509. R i a u 28 60 650 6.358 570

10. Jambi 6 60 661 2.220 78011. Sumatera Selatan - 63 729 2.890 1.33512. Bengkulu - 93 872 3.856 79513. Lampung 40 148 962 2.893 1.95014. Kalimantan Barat - 69 564 6.578 79515. Kalimantan Tengah - 30 576 2.379 45016. Kalimantan Selatan 27 65 613 3.001 1.39517. Kalimantan Timur - 60 609 2.205 42018. Sulawesi Utara 4 251 757 2.923 1.39519. Sulawesi Tengah - 122 622 2.338 76520. Sulawesi Selatan 8 210 970 4.952 1.41021. Sulawesi Tenggara 3 127 614 2.132 46522. Maluku - 129 559 1.350 43523. Bali 3 160 753 2.389 13524. Nusa Tenggara Barat 36 90 1.482 3.339 63025. Nusa Tenggara Timur 1 153 1.122 6.107 45026. Irian Jaya - 110 1.288 1.622 22527. Timor Timur - - 120 1.305 150

Jumlah : a) KK/Rtanah 288 3.657 24.399 129.185 38.100b) Desa 19 244 1.627 9.029 3.178

797

Page 41: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuall tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbaiki

Page 42: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Usaha pembinaan dan pemukiman ini dilaksanakan secara terpadu dengan sektor-sektor terkait, seperti transmigrasi, pertanian, kehutanan, pendidikan dan kesehatan. Dalam waktu lima tahun Repelita IV jumlah masyarakat terasing yang dibina dan dimukimkan meliputi sebanyak lebih dari 7,3 ribu KK. Jum-lah ini menurun kur.ang lebih 44% bila dibandingkan dengan jumlah yang dibina dalam waktu lima tahun Repelita III. Hal ini disebabkan karena mulai Repelita IV sebagian dari jumlah yang dibina dalam Repelita III telah dialihtugaskan pembina-annya kepada Pemerintah Daerah. Dalam tahun pertama Repelita V telah dilakukan pembinaan baru yang meliputi sebanyak 1.027 KK. Dengan demikian secara kumulatif sejak Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dibina sebanyak lebih dari 37 ribu KK dari masyarakat terasing (Tabel XVIII-10).

(4) Pembinaan Nilai-nilai Kepahlawanan dan Keperintisan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan upaya pelesta-rian dan penyebarluasan nilai-nilai.kepahlawanan dan keperin-tisan, serta perbaikan kehidupan keluarga pahlawan dan perin-tis kemerdekaan yang tidak mampu. Dalam hubungan itu dilaku-kan kegiatan pemugaran dan pembangunan Taman-taman Makam Pah-lawan dan Makam-makam Pahlawan Nasional. Pada tahun 1989/90 telah selesai dipugar dan dibangun sebanyak 12 Taman Makam Pahlawan dan 2 Makam Pahlawan Nasional, masing-masing di Ter-nate (Sultan Mahmud Badarudin II) dan -di Banda Aceh (Teuku Nyak. Arif). Dengan demikian dalam Repelita I sampai dengan permulaan Repelita V telah dapat diperbaiki dan disempurnakan tidak kurang dari 160 Taman Makam Pahlawan dan 18 Makam Pah-lawan Nasional serta Perintis Kemerdekaan yang tersebar di ibu kota-ibu kota propinsi dan kabupaten.

Dalam hal penyebarluasan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan, pada tahun pertama Repelita V telah diterbitkan berbagai buku seri kepahlawanan sebanyak 5 ribu eksemplar. Secara kumulatif dalam Repelita I sampai dengan permulaan Re-pelita V telah.diterbitkan sebanyak 36 ribu eksemplar.

(5) Pembinaan Organisasi Sosial Masyarakat

Salah satu masalah dalam meningkatkan peran serta aktif organisasi dan lembaga sosial masyarakat adalah kekurangman-dirian organisasi dan lembaga tersebut. Untuk membantu mem-percepat kemampuan untuk mandiri, dalam tahun pertama Repeli-ta V telah dicobakan sistem "Bapak Angkat". Dengan sistem ini diharapkan lembaga atau organisasi sosial yang kuat membantu

798

Page 43: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 10

PEMBINAAN KESEJAHITERAAN MASYARAKAT TERASINGMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1973/74 - 1989/90 1)(Kepala keluarga)

Daerah Tingkat I/Propinsi

1973/74(Akhir

Repelita I)

1978/79 (Akhir Repelita II)

1983/84 (Akhir

Repelita III)

1988/89 2)

(AkhirRepelita IV)

1989/90 (Tahun pertama

Repelita V)

1. Jawa Barat - 155 145 100 -2. Daerah Istimewa Aceh - - 700 75 103. Sumatera Utara - - 425 45 -4. Sumatera Barat 150 225 655 200 755. R i a u 400 225 835 465 756. J a m b i 700 1.650 620 75 707. Sumatera,Selatan 2.400 950 540 55 478. Bengkulu - - 235 175 -9. Kalimantan Barat 400 900 585 465 100

10. Kalimantan Tengah - 225 685 190 -11. Kalimantan Selatan 220 825 685 92 4012. Kalimantan Timur 600 225 605 345 7513. Sulawesi Utara - - 460 50 -14. Sulawesi Tengah 415 1.798 990 536 6015. Sulawesi Selatan 600 S25 870 310 -

1b. Sulawesi Tenggara - 225 475 300 4517. Maluku 150 550 920 250 5018. Nusa Tenggara Barat - - 51S 325 -19. Nusa Tenggara Timur 1.000 150 795 500 -20 . Irian Jaya - - 1.255 2.765 350

Jumlah 7.035 8.628 12.995 7.318 2) 1.027

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuali tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbaiki. Mulai Repelita IV sebagian pembinaan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah.

799

Page 44: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

yang lemah. Selain itu, melalui forum komunikasi warga mampu, juga telah diusahakan agar warga masyarakat mampu yang berji-wa sosial bersedia melibatkan diri secara aktif dalam pembi-naan, pengembangan dan pengelolaan lembaga dan organisasi so-sial yang lemah. Pada tahun 1989/90 kurang lebih 400 Orsos telah mendapat bantuan dari Pemerintah.

b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Program ini bertujuan memulihkan, memelihara, melayani dan meningkatkan kesejahteraan para penyandang masalah sosial yang tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. Sasaran kegiatan program ini adalah perorangan dan keluarga yang terlantar, lanjut usia yang tidak mampu, menderita keca-catan, ketunaan ataupun kemiskinan, anak nakal korban narko-tika, dan para korban bencana alam.

Pokok-pokok kegiatan dari program ini adalah sebagai berikut:

(1) Penyantunan Lanjut Usia, Pengentasan Anak Terlantar dan Yatim Piatu

Penyantunan bagi para lanjut usia dilakukan baik melalui sistem dalam panti maupun sistem luar panti dengan tetap ber-pegang kepada kebijaksanaan.selama ini, yaitu pelayanan dalam panti hanya dilakukan terhadap lanjut usia terlantar sebagai upaya terakhir.

Sampai dengan tahitn pertama Repelita V secara keseluruh-an telah dilaksanakan perbaikan dan pembangunan Sasana Tresna Werdha (lanjut usia), baik milik Pemerintah maupun swasta se-banyak 142 panti yang tersebar di seluruh Indonesia. Khusus berkenaan dengan sistem dalam panti dapat dikemukakan bahwa pada tahun 1989/90 jumlah lanjut usia yang dapat ditampung adalah sekitar 8,8 ribu orang.

Penyantunan terhadap lanjut usia dengan sistem luar pan-ti dilaksanakan dengan cara menitipkan para lanjut usia kepa-da keluarga-keluarga yang mau dan mampu menyantuninya. Dalam tahun 1989/90 jumlah lanjut usia yang telah berhasil disantun berjumlah 18,2 ribu orang. Dengan demikian selama Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V secara kumulatif telah dapat disantun sebanyak lebih dari 452,8 ribu orang lanjut usia (Tabel XVIII-11).

800

Page 45: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 11

PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIAMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1968 - 1989/90 1)

(orang)

Daerah Tingkat I/ 19681973/74

(Akhir1978/79

(Akhir 1983/84

(Akhir 1988/89 2)

(Tahun1989/90 pertama

(AkhirRepelita IV)Propinsi (Repelita I) Repe l i ta I I ) Repelita III) Rep el ita V)

1. DKI Jakarta 80 350 1.200 18.100 12.016 1.9452. Jawa Barat 40 300 1.000 18.600 12.389 2.0103. Jawa Tengah 40 300 1.100 18.900 12.174 2.0704. DI Yogyakarta 30 210 800 8.800 5.745 6505. Jawa Timur 40 270 1.200 20.100 13.025 2.1206. Daerah Istimewa Aceh 40 180 500 7.950 6.245 4457. Sumatera Utara 30 280 900 8.700 9.829 1.2538. Sumatera Barat 40 280 800 9.300 6.748 5569. Rieu 30 120 600 6.600 4.9fr5" 265

10. J a m b 1 20 100 500 6.600 4.220 370

11. Sumatera Selatan 30 220 600 8.400 8.262 79212. Bengkulu 30 210 500 7.200 3.855 31513. (miwng 20 80 300 6.800 6.025 52014. Kalimantan Barat 30 120 500 7.200 5.369 37315. Kalimantan Tengah - 80 200 7.200 4.700 27016. Kalimntan Selatan 30 210 700 7.800 4.925 46517. Kalimantan Timur 30 180 S00 8.200 3.815 535

18. Sulawesi Utara 30 210 800 9.000 6.631 57719. Sulawesi Tengah - 80 600 7.100 3.685 265

20. Sulawesi Selatan 30 240 860 11.100 7.314 39021. Sulawesi Tenggara - 80 500 6.000 3.125 305

22. Maluku 30 180 500 7.500 4.705 295

23. Bali 30 180 500 7.200 5.445 40524. Nusa Tenggara Barat 20 180 300 7.500 5.093 477

25. Nusa Tenggara Timur 30 240 500 6.600 5.100 47026. Ir ian Jaya 20 120 240 3.900 4.845 22527. Timor Timur - - - - 320 102

Jumlah 750 5.000 16.700 242.350 170.5602) 18.265

Page 46: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuali tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbaiki

801

Page 47: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Pengentasan anak terlantar merupakan usaha pembinaan ke-sejahteraan anak yang juga dilakukan melalui sistem pelayanan dalam dan luar panti, baik oleh Pemerintah maupun oleh masya-rakat atau organisasi sosial keagamaan. Guna menunjang dan memantapkan usaha tersebut sampai dengan akhir Repelita IV telah berhasil diperbaiki dan dibangun serta disempurnakan fasilitas fisik panti dan sasana penyantunan anak milik Pemerintah sebanyak 67 buah panti dan sasana. Mulai tahun 1989/90 selain.kepada panti dan sasana milik Pemerintah, bantuan per-baikan juga diberikan kepada panti-panti milik swasta. Pada tahun tersebut kepada sebanyak 30 panti dan sasana penyantunan anak, terdiri dari 12 milik Pemerintah dan 18 milik swasta, telah diberikan bantuan.

Adapun penyantunan anak di luar panti dilaksanakan melalui asuhan keluarga masing-masing atau dengan gerakan orang tua asuh dalam bentuk bimbingan mental, sosial dan bantuan paket berupa pakaian dan kebutuhan perlengkapan sekolah.

Dalam tahun 1989/90 jumlah anak terlantar yang telah dibantu dan disantun melalui sistem dalam dan luar panti berjumlah 64,8 ribu anak. Dengan demikian secara keseluruhan sampai dengan tahun pertama Repelita V secara kumulatif telah dapat dibantu dan disantun sebanyak lebih dari 607,8 ribu orang anak terlantar (Tabel XVIII-12).

(2) Penyantunan dan Pengentasan Para Cacat

Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengentaskan penyandang cacat agar mampu mengatasi kecacatannya sehingga tidak merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Sasaran kegiatan ini adalah para cacat tubuh, tuna netra, cacat mental, tuna rungu dan bekas penyandang penyakit kusta.

Penanganan para cacat sebagian besar dilakukan melalui sistem dalam panti sebagai perangkat rehabilitasi sosial. Di samping itu dilakukan pula pengentasan melalui sistem luar panti sehingga ~angkauan kegiatan ini lebih luas. Kegiatan penyantunan meliputi bimbingan motivasi, rehabilitasi fisik, bimbingan mental sosial, pelatihan keterampilan kerja dan penyaluran ke lapangan kerja. Kegiatan ini antara lain dilakukan melalui Unit Rehabilitasi Sosial Keliling (URSK), Loka Bina Karya (LBK), dan Kelompok Usaha Pengentasan Cacat (KUP) serta praktek belajar kerja pada perusahaan-perusahaan.

802

Page 48: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Daerah Tingkat I/ 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 2) 1989/90Propinsi 1968 (Akhir (Akhir (Akhir (Tah un Pertama

pertama(AkhirRepeli ta I) Repel i ta I I ) Repelita I I I) Repel i ta IV) Repel ita V)

1. DKI Jakarta 200 900 1.805 12.770 12.390 3.9102. Jawa Barat 120 800 4.600 14.100 19.180 8.5913. Jawa Tengah 120 850 5.600 16.500 18.480 6.4454. Daerah Istimewa Yogyakarta 90 500 2.800 7.100 7.620 2.4015. Jawa Timur 120 900 4.600 14.000 21.375 10.7186. Daerah Istimewa Aceh 80 350 1.300 5.100 7.956 1.5577. Sumatera Utara 90 600 3.600 8.700 12.707 3.5358. Sumatera Barat 120 600 3.100 9.000 9.247 2.2359. Riau 90 450 1.400 7.710 6.437 1.504

10. Jambi 60 450 1.700 8.040 6.384 90211. Sumatera Selatan 80 500 2.200 8.840 8.760 1.00712. Bengkulu 90 500 1.200 7.000 6.340 51313. Lampung 50 450 2.700 6.200 8.894 85514. Kalimantan Barat 80 400 1.100 4.380 5.857 1.22615. Kalimantan Tengah 20 200 400 3.700 6.000 56916. Kalimantan Selatan 90 500 1.500 7.120 7.552 1.87017. Kalimantan Timur 70 400 2.200 6.400 6.210 1.38118. Sulawesi Utara 70 500 2.100 9.120 7.677 1.34519. Sulawesi Tengah 20 300 3.000 8.700 6.480 75220. Sulawesi Selatan 90 650 2.600 11.000 13.320 3.24721. Sulawesi Tenggara 20 300 1.800 6.420 5.752 82622. Maluku 90 350 1.200 5.100 7.351 74623. B a 1 i 90 450 3.300 9.400 8.548 2.37024. Nusa Tenggara Barat 60 350 3.400 10.500 9.430 2.97325. Nusa Tenggara Timur 90 450 2.800 9.900 8.070 1.29826. Irian Jaya - - 240 4.420 8.370 1.30927. Timor Timur - - - - 613 717

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuali tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbaiki

803

TABEL XVIII – 12PELAKSANAAN PENYANTUNAN ANAK TERLANTAR

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1968 – 1989/90 1)

(orang)

Page 49: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Dalam rangka kegiatan penyantunan dan rehabilitasi sosia-l telah dilakukan pula perbaikan dan penyempurnaan panti- panti rehabilitasi sosial dalam bentuk penyediaan peralatan latihan keterampilan, perbaikan prasarana fisik dan pelatihan para instruktur.

Dalam tahun 1989/90 telah dapat diselesaikan penyempur-naan dan perbaikan 18 buah panti/sasana, 11 buah LBK dan pengadaan URSK bagi propinsi-propinsi Sumatera Barat, Lam-pung, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Dalam tahun yang sama telah pula disantun dan `dientaskan melalui sistem dalam dan luar panti sebanyak kurang lebih 13,7 ribu orang penyan-dang cacat. Dengan demikian secara kumulatif sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dapat disantun dan dientaskan sebanyak tidak kurang dari 295,6 ribu orang penyandang cacat (Tabel XVIII-13).

Sementara itu dalam rangka kegiatan ini juga dilaksana- kan bantuan pengasramaan bagi murid-murid Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang tidak mampu. Dalam Repelita IV dan tahun pertama Repelita V bantuan diberikan kepada sekitar 4,5 ribu murid pada ,121 SDLB yang tersebar di seluruh tanah air.

(3) Penyantunan dan Pengentasan Gelandangan Pengemis, Tuna Susila dan Bekas Narapidana

Upaya ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengentaskan para gelandangan pengemis, tuna susila dan bekas narapidana agar mereka dapat hidup layak seperti anggota-anggota masya-rakat lainnya. Usahja yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pembinaan mental dan sikap, bimbingan sosial dan- motivasi, dan pembinaan keterampilan berusaha.

Selama Repelita II sampai dengan Repelita III telah ber-hasil dibina lebih kurang 23 ribu orang gelandangan dan pe-ngemis, 3.600 orang tuna susila dan 1.300 orang bekas nara-pidana. Dalam'Repelita IV telah berhasil dibina rata-rata tiap tahunnya sebanyak 4.270 orang gelandangan dan pengemis, 1.100 orang tuna• susila, dan 1.000 orang bekas narapidana. Dalam tahun 1989/90 telah berhasil direhabilitasi dan diresosiali-sasi sebanyak lebih kurang 1.500 gelandangan dan pengemis, 1.000 orang tuna susila dan 150 orang bekas narapidana.

Guna menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan tersebut dalam tahun 1989/90 telah diperbaiki dan disempurnakan 3 buah Lingkungan Pondok Sosial (LIPOSOS), masing-masing di Bekasi, Cimahi dan Semarang, dan 4 buah Sasana Rehabilitasi Wanita.

804

Page 50: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Daerah Tingkat I/ 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89 2) 1989/90Propinsi 1968 (Akhir (Akhir (Akhir (Akhir (Tahun pertama

Repelita

I) Repeli taI I) Repelita III) Repel i ta IV) Repel i ta V)

1. DKI Jakarta 1.210 3.100 3.310 7.900 12.130 5252. Jawa Barat 735 1.990 2.150 6.800 9.879 1.6213. Jawa Tengah 1.300 3.400 3.650 11.750 14.708 2.074

4. DI Yogyakarta 525 1.540 1.650 2.200 2.409 3125. Jaws Tlmur 830 2.100 2.550 6.800 7.319 1.4356. Daerah Istimewa Aceh 210 450 600 2.800 1.980 2407. Sumatera Utara 620 1.800 2.000 5.600 5.534 1.3808. Sumatera Barat 120 350 340 5.300 3.702 4909. Riau 120 325 400 1.850 1.654 13410. Jambi 120 225 300 1.750 1.422 17711. Sumatera Selatan 520 1.400 1.500 7.850 5.886 78112. Bengkulu 210 580 600 1.500 1.374 18013. Lampung 220 650 850 2.000 2.069 43514. Kalimantan Barat 120 350 400 1.400 1.293 11415. Kalimantan Tengah 80 180 200 1.350 1.434 28516. Kalimantan Selatan 520 1.400 1.450 4.100 3.774 44417. Kallmantan Timur 80 200 200 1.850 1.050 15418. Sulawesi Utara 420 1.200 1.250 2.700 3.769 73619. Sulawesi Tengah 220 700 800 5.500 4.305 30520. Sulawesi Selatan 420 1.100 1.250 10.600 6.913 40221. Sulawesi Tenggara 120 300 400 1.200 1.309 18422. Maluku 120 300 450 2.900 3.154 23923. B a 1 i 430 1.100 1.200 2.950 3.169 31024. Nusa Tenggara Barat 420 1.300 1.400 3.400 3.700 1672S. Nusa Tenggara Timur 310 960 1.000 2.950 3.140 21026. Irian Jaya - - 800 1.846 20027. Timor Timur - - - - 315 190

Jumlah 10.000 27.000 29.900 105.800 109.237 2) 13.724

1) Angka kumulatif lima tahun, kecuali tahun 1989/90 angka tahunan. 2) Angka diperbalki

805

TABEL XVIII – 13PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN PARA CACAT

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1968 – 1989/90 1)

(orang)

Page 51: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

(4) Pengentasan Anak Nakal dan Korban Narkotika

Kegiatan rehabilitasi sosial bagi anak nakal dan korban narkotika terutama dilaksanakan melalui panti-panti rehabilita-si sosial anak nakal dan korban narkotika. Panti-panti tersebut terdapat di beberapa kota besar dan merupakan bagian dari suatu sistem rujukan dari rumah-rumah sakit tertentu dan kepolisian setempat. Di dalam panti-panti rehabilitasi tersebut para pen-derita dibina dan diarahkan agar mereka dapat kembali ke masya-rakat serta mampu mengembangkan bakat dan pribadinya secara wa-jar. Untuk itu para penderita antara lain diberikan pembinaan mental, sikap, dan tanggung jawab sosial. Di samping itu kepada mereka juga diberikan pelatihan keterampilan kerja sebagai be-kal kemampuan usaha setelah keluar dari panti rehabilitasi so-sial tersebut.

Dalam tahun 1988/89 dan 1989/90 telah dilakukan perbaikan, perluasan dan penyempurnaan beberapa panti rehabilitasi sosial anak nakal dan korban narkotika, antara lain di Bambu Apus (Jakarta), Cileungsi (Cibinong Bogor), Semarang, Surabaya, Me- dan, dan Palembang.

(5) Bantuan Pengentasan Fakir Miskin

Penanganan fakir miskin diarahkan pada keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempu-nyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Adapun sasar-an yang dituju adalah mereka yang bermukim di daerah-daerah pe-desaan miskin dan terpencil.

Kegiatan pengefitasan fakir miskin bertujuan untuk membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka. Caranya antara lain adalah dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan, motivasi untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian, bantuan paket usaha produktif sesuai dengan potensi yang dapat dikembangkan di daerah tempat kelompok yang bersangkutan bermukim, dan pela-tihan-pelatihan keterampilan.

Bantuan paket usaha produktif disalurkan kepada Kelompok-kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang masing-masing terdiri dari 10 kepala keluarga. Melalui pendekatan KUBE setiap anggota ke-lompok diharapkan akan dapat menyisihkan sebagian dari penda-patannya sebagai tabungan kelompok untuk membantu keluarga-ke-luarga lainnya yang kurang mampu yang belum berkesempatan mem-peroleh bantuan. Kegiatan ini baru dimulai sejak tahun pertama Repelita IV. Pada tahun pertama Repelita V jumlah fakir miskin

806

Page 52: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

yang berhasil disantun melalui kegiatan ini meliputi kurang le-bih 11,3 ribu KK yang tersebar di 427 desa di 24 propinsi. Jum-lah ini meningkat dengan hampir 3 kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah rata-rata tahunan yang disantun dalam Repelita IV. Dalam kurun waktu itu jumlah yang disantun hanya mencapai kurang lebih 4 ribu KK setiap tahunnya (Tabel XVIII-14).

(6) Bantuan Rehabilitasi Korban Bencana Alam

Bencana alam yang sering terjadi dan menimbulkan banyak korban manusia serta material di wilayah Indonesia adalah ben-cana-bencana yang diakibatkan oleh gunung api meletus, gempa bumi, tanah longsor, angin topan dan banjir. Perhatian khusus selalu diberikan kepada penanggulangan akibat kelima bencana tersebut oleh karena dampaknya sering menimbulkan korban manu- sia dan kerugian material yang besar.

Dalam tahun pertama Repelita V telah terjadi beberapa kali bencana alam berupa gempa bumi, gunung meletus, banjir dan ta-nah longsor. Daerah-daerah yang terkena antara lain adalah di Jawa Barat (Kab. Sukabumi, tanah longsor), Jawa Tengah (Kab. Cilacap banjir bandang),. Jawa Timur (Kab. Probolinggo, banjir bandangj, NTB (Kab. Lombok Barat, banjir bandang), NTT (Kab. Ende, gempa bumi), Maluku (Kab. Maluku Utara, $unung meletus), dan Irian Jaya (Kab. Jayawijaya, tanah longsor). Berkenaan de-ngan bencana-bencana tersebut kepada para korban diberikan ban-tuan berupa bahan makanan, obat-obatan, dan bahan-bahan bangun-an untuk merehabilitasi rumah mereka yang rusak. Bantuan terse-but diberikan dengan peran aktif masyarakat. Di samping itu, untuk sekolah-sekolah dan bangunan-bangunan umum yang rusak (termasuk sarana air bersih) Pemerintah juga memberikan bantuan untuk merehabilitasinya.

Khusus yang menyangkut perbaikan rumah para korban, dalam kurun waktu Repelita I sampai dengan Repelita IV, secara kumu-latif telah diberikan bantuan rehabilitasi rumah kepada lebih dari 53 ribu KK korban bencana alam atau rata-rata sebanyak 2.650 KK setahun. Sedang dalam tahun pertama Repelita V (1989/90), bantuan rehabilitasi rumah diberikan kepada lebih dari 2.530 KK (Tabel XVIII-15).

Kegiatan-kegiatan lain dalam r,~ngka penanggulangan bencana alam yang juga dilaksanakan dalam tahun 1989/90 adalah pemberi-an pelatihan kepada SATGASOS, pelatihan kepada instruktur SAT-GASOS PBA, pemetaan rawan bencana, dan pengadaan peralatan ke-selamatan bencana alam yang ditempatkan di semua propinsi.

807

Page 53: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII - 14

PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN FAKIR MISKINMBNURUT DAFRAH TINGKAT I,

1988/89 - 1989/90 11(desa dan kepala keluarga)

Daerah Tingkat I/Propinsi

1988/89 (Akhir

(Repelita IV)

1989/90(Tahun pertama

Repelita V)

Desa KK Desa KK

1. DKI Jakarta 13 800 - -2 . Jawa Barat 47 3.440 55 1.9303. Jawa Tengah 39 3.440 41 1.4004. Daerah Istimewa Yogyakarta 17 960 13 360S. Jawa Timur 31 2.740 49 1.7106. Daerah Istimewa Aceh 15 775 29 5607. Sumatera Utara 19 920 33 7208. Sumatera Barat - - - -9. Riau - - 8 160

10. Jambi - - 8 16011 . Sumatera Selatan 5 310 19 43012. Bengkulu - - 7 14013. Lampung 11 550 13 30014. Kalimantan Barat 24 750 23 43015 . Kalimantan Tengah - - 8 16016. Kalimantan Selatan - - 10 20017. Kalimantan Timur - - 9 18018. Sulawesi Utara - - - -19. Sulawesi Tengah 2 100 12 28020. Sulawesi Selatan 9 585 4 12021. Sulawesi Tenggara 11 910 4 12022. Maluku - 10 20023. B a 1 i 9 770 4 12024. Nusa Tenggara Barat 23 1.130 24 61025. Nusa Tenggara Timur 15 910 22 550.

26. Irian Jaya 7 15027. Timor Timur 6 450 15 360

Jumlah 296 19.540 427 11.350

1) Program baru dimulai dalam Repelita IV 2) Angka lima tahun3) Angka satu tahun (1989/90)

808

Page 54: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII – 15BANTUAN RUMAH DAN REHABILITASI RUMAH

KEPADA KORBAN BANCANA ALAM MENURUT DAERAH TINGKAT I,

1973/74 – 1989/90 1)

(unit rumah)

1) Angka kumulatif lima tahunan, kecuali tahun 1989/90 angka tahunan

809

Page 55: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

c. Program Pembinaan Generasi Muda

Pembinaan generasi muda dalam pembangunan bidang kesejah-teraan sosial terutama dilaksanakan melalui pembinaan Karang Taruna yang merupakan organisasi sosial kepemudaan di tingkat desa/kelurahan. Dalam rangka meningkatkan mutu Karang Taruna pada tahun pertama Repelita V telah dilakukan berbagai upaya dalam pembinaan secara terpadu dengan melibatkan sektor-sektor koperasi, pendidikan, kesehatan, pertanian dan perindustrian. Dengan peningkatan mutu tersebut diharapkan Karang Taruna mampu berperan sebagai organisasi sosial kepemudaan yang antara lain handal dalam mencegah kenakalan remaja dan penyalahgunaan nar-kotika. Selain itu kegiatan karang taruna juga diharapkan dapat mengembangkan potensi pemuda dalam menciptakan lapangan kerja dan kemampuan berwiraswasta.

Sampai dengan tahun 1989/90 secara kumulatif telah tumbuh dan berkembang sekitar 66 ribu Karang Taruna yang tersebar praktis di seluruh desa di wilayah'tanah air (Tabel XVIII-16). Di samp ing pembinaan yang terus menerus, dalam tahun 1989/90 telah dilakukan usaha-usaha pemantapan organisasi, antara lain dengan pemberian stimulan dalam bentuk sarana usaha untuk 2.125 Karang Taruna yang tersebar pada 274 Kabupaten/Kotamadya.

Selain itu telah diselenggarakan pula studi Karya Bakti Karang Taruna antar propinsi dengan peserta sebanyak kurang le-bih 50 Karang Taruna, Pekan Bakti Karang Taruna dan penataran pembina fungsional Karang Taruna.

d. Program Peningkatan Peranan Wanita

Program ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan pe-ranan wanita di bidang kesejahteraan sosial. Kegiatannya dila-kukan melalui bimbingan dan pelatihan bagi kelompok wanita dan keluarga yang rawan sosial ekonomi, guna memperbaiki kondisi kesejahteraan sosialnya. Kepada mereka diberikan penyuluhan, pelatihan keterampilan, disertai dengan paket informasi berupa buku-buku keterampilan usaha industri rumah tangga dan keteram-pilan praktis lainnya.

Dalam tahun pertama Repelita V (1989/90) telah mulai dija-jagi usaha-usaha yang dapat mencegah dan menanggulangi masalah kenakalan remaja dan masalah tuna susila di daerah-daerah ter-tentu, di samping pemberian bantuan dalam bentuk sarana usaha produktif. Kurang lebih sebanyak 760 orang wanita swadaya dan 475 orang pemimpin wanita telah memperoleh bantuan ini pada ta-hun 1989 90.

810

Page 56: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

TABEL XVIII – 16PENUMBUHAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA

MENURUT DAERAH TINGKAT I,1973/74 – 1989/90 1)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki

811

Page 57: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Melalui program ini sejak tahun pertama Repelita III sam-pai dengan tahun pertama Repelita V telah berhasil dilatih le-bih dari 49 ribu wanita bina swadaya dan lebih dari 8,8 ribu orang pemimpin wanita.

e. Program Pendidikan dan Latihan Kesejahteraan Sosial

Kegiatan program ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan tenaga kesejahteraan sosial, baik yang berasal dari instansi-instansi Pemerintah maupun dari masyarakat agar dapat melaksanakan tugasnya secara lebih profesional.

Adapun tenaga pekerja sosial yang dimaksud adalah tenaga pelaksana pelayanan di panti-panti, Satuan Tugas Sosial (SATGA-SOS) Tenaga Sosial Kecamatan, dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM5 yang merupakan tenaga sukarelawan dari masyarakat di bi-dang pekerjaan sosial.

Sebagai upaya untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan tenaga-tenaga tersebut di atas, telah dilakukan berbagai usaha, antara lain penyelenggaraan pelatihan dasar tenaga kesejahtera-an sosial, pelatihan tenaga penyuluhan dan bimbingan sosial, pelatihan keahlian pekerja sosial dan pelatihan PSM Satgasos.

Selain kegiatan-kegiatan pelatihan tersebut di atas, mela-lui program ini dipersiapkan pula tenaga-tenaga profesi pekerja sosial dari masyarakat melalui Sekolah Tinggi Kesejahteraan So-sial- (STKS) yang nantinya akan melaksanakan tugas pengabdian baik di panti sosial milik swasta ataupun Pemerintah, di sam-ping tugas pengabdian lainnya.

Hasil-hasil yang dicapai pada tahun pertama Repelita V me-liputj pelatihan Tenaga Penyuluhan dan Bimbingan Sosial 60 orang, Latihan PSM SATGASOS 100 orang, SATGASOS Bencana Alam 560 orang, Latihan Petugas Sosial Kecamatan 120 orang, Latihan Dasar Tenaga Kesejahteraan Sosial 80 orang, dan PSM 10 ribu orang.

Selain pelatihan tersebut di atas, program ini juga meng-upayakan peningkatan kualitas kepemimpinan dan manajemen mela-lui SESPA, SEPADYA, SEPALA dan SEPADA.

f. Program Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan So-sial

Program penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

812

Page 58: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

usaha-usaha peningkatan kesejahteraan sosial agar usaha-usaha peningkatan mutu pengelolaan kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial dapat dilaksanakan secara lebih baik.

Lingkup penelitian yang selama ini dilakukan antara lain ialah:

(1) Pengkajian melalui studi eksperimentasi terhadap kon-sep pola-pola penanganan kesejahteraan sosial baik yang telah dilaksanakan selama ini maupun untuk waktu-waktu yang akan datang; dan

(2) Penelitian permasalahan kesejahteraan sosial untuk menyusun perumusan konsep-konsep penanganan kesejah-teraan sosial yang lebih baik.

Dalam tahun pertama Repelita V (1989/90) dilaksanakan 3 jenis penelitian masalah kesejahteraan sosial dan 1 kegiatan penelitian percontohan. Adapun ketiga jenis penelitian masalah kesejahteraan sosial tersebut masing-masing adalah "Peranan Ke-luarga Dalam Pencegahan Masalah Penyalahgunaan Obat dan Narko-tika", "Efektifitas Pelaksanaan Penyantunan Melalui Sistem Non Panti Terhadap Kemandirian Para Cacat" dan "Penelitian Masalah Sosial Anak Jalanan". Sedang penelitian percontohan menyangkut pembinaan dan pengembangan lingkungan pemukiman di Timika Kabu-paten Fak Fak Irian Jaya.

Dengan demikian sampai dengan tahun pertama Repelita V se-cara kumulatif telah dilakukan 8 kegiatan Penelitian Percontoh-an/experimentasi dan 66 penelitian masalah kesejahteraan sosial yang terdiri dari 34 judul penelitian untuk bidang rehabili-tasi dan bantuan sosial serta 32 judul penelitian untuk bidang bina kesejahteraan sosial.

g. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan

Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan dan memantap-kan kegiatan pengendalian pelaksanaan pembangunan, sehingga program pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Arah kegiatannya ditujukan pada upaya perbaikan, peningkatan, pengaturan dan penertiban agar semua program dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan menghasilkan tingkat hasil guna dan daya guna yang semakin tinggi.

Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi perencanaan tahunan, pembinaan dan pengendalian operasional serta pengawasan, baik pengawasan melekat oleh setiap atasan

813

Page 59: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

langsung maupun pengawasan fungsional intern Departemen terha-dap pelaksanaan proyek-proyek pembangunan.

h. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah

Di bidang penyempurnaan prasarana fisik sejak Repelita I sampai awal Repelita V telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan un-tuk menunjang usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan prasa-rana fisik pemerintah, baik di Pusat maupun Daerah-daerah. Ha-silnya antara lain berupa pembangunan, perluasan dan rehabili-tasi gedung-gedung kantor di Daerah Tingkat I* dan II, dan per-lengkapan kantor.

C. PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA

1. Pendahuluan

Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menegaskan bahwa Wanita, baik sebagai warga negara maupun sebagai sumber insani bagi pembangunan, mempunyai hak, kewajiban dan kesem-patan yang sama dengan pria di segala bidang kehidupan bangsa dan dalam segenap kegiatan pembangunan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas kedudukan wanita dalam masyarakat dan peranannya dalam pembangunan akan terus ditingkatkan dan diarahkan. Dengan demikian peranan wanita akan dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa dan negara sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya. Sejalan dengan. itu akan lebih dikembangkan iklim sosial budaya yang lebih memungkinkan wanita untuk ma-kin berperan dalam pembangunan.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk meningkatkan ke-dudukan dan peranan wanita dalam pembangunan dalam Repelita V, pada hakekatnya merupakan kelanjutan, peningkatan, perluasan serta pengembangan kebijaksanaan dan langkah-langkah pada Re-pelita-repelita sebelumnya. Kebijaksanaan dan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perhatian pertama-tama akan ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan wanita yang tergolong dalam kelompok ma-syarakat yang berpenghasilan rendah, baik di kota maupun di desa, wanita kelompok umur 15 sampai dengan 29 tahun, agar dapat disiapkan untuk mengambil peranan lebih aktif dalam berbagai bidang pembangunan serta wanita kepala keluarga.

814

Page 60: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

b. Untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat, se-jahtera dan bahagia, wanita akan berperan lebih aktif tidak saja sebagai sasaran tetapi juga sebagai pelaku kegiatan dan penikmat hasil pembangunan.

c. Pola keterpaduan lintas sektoral seperti Program Pening-katan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2W-KSS) akan terus dikembangkan.

d. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan wanita, perhatian utama akan ditujukan untuk:

(1) Membebaskan wanita dari "tiga buta" yaitu: buta ak-sara latin, buta bahasa Indonesia, dan buta pendi-dikan dasar;

(2) Mendorong wanita, terutama dari kelompok berpengha-silan rendah, untuk mendapat kesempatan lebih besar dalam menuntut pendidikan pasca pendidikan dasar;

(3) Mendorong terciptanya dukungan masyarakat yang ma-kin luas terhadap persamaan kesempatan bagi sektor formal dan informal, dan memperoleh jabatan atau kedudukan lain dalam masyarakat;

(4) Mendorong makin ikut berperannya wanita dalam mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi bagi pembangunan;

(5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan wanita dalam membina pertumbuhan dan perkembangan anak se-cara menyeluruh.

e. Peranan lembaga swadaya masyarakat, terutama gerakan PKK dan organisasi wanita, akan terus dibina dan ditingkat- kan agar peran tersebut makin nyata dan makin merata di semua bidang pembangunan dan di semua daerah.

f. Dalam rangka peningkatan peranan dan tanggung jawab wa-nita dalam pembangunan akan ditingkatkan kemampuan dan kesempatan bagi wanita untuk memegang peranan yang lebih besar sebagai pengambil keputusan, penentu kebijaksana- an, perencana pembangunan serta penikmat hasil pemba-ngunan.

815

Page 61: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Peranan wanita dalam pembangunan secara khusus mendapat perhatian besar mulai Repelita III. Dibandingkan dengan ke-adaan dalam Repelita III atau sebelumnya maka berbagai indi-kator tentang wanita dalam Repelita IV telah menunjukkan ber-bagai kemajuan. Beberapa c-ntoh kemajuan tersebut adalah se-bagai berikut.

Jumlah wanita buta huruf dalam kelompok umur 10-44 tahuntelah menurun dari 26,1% dalam Repelita III menjadi 14,2% pada akhir Repelita IV. Angka partisipasi wanita pada tingkat pen-didikan formal meningkat dari 40,8% (SLTP), 22,6% (SLTA), 3,2% ( P T ) p a d a R e p e l i t a I I I m e n j a d i 4 7 , 4 % ( S L T P ) , 3 0 , 2 %(SLTA), 4,71 (PT) pada akhir Repelita IV. Di bidang angkatan . kerja, jumlah wanita yang memasuki lapangan kerja meningkatdari 32,4% dalam Repelita III menjadi 37,6% pada akhir Repe-lita IV. Selain itu, komposisi jenis lapangan kerja wanitajuga mengalami perubahan. Dalam kurun waktu Repelita II sampai dengan Repelita IV lapangan kerja wanita di bidang Perta-nian menurun dari 63,3% dalam Repelita I menjadi 53,7% dalam Repelita IV; di bidang Industri naik dari 9,0% menjadi 12,2%;dan cti bidang ,jaa naik dari 27,7% menjadi 34 10. Perubahan tersebut menunjukan bahwa lapangan kerja wanita juga cende-rung berubah dari Pertanian ke arah Industri sesuai dengan perubahan struktur ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional.Di bidang kesehatan beberapa indikator juga menunjukkan ada-nya perbaikan. Angka kematian ibu yang melahirkan telah menu-run dari 800/100.000 kelahiran dalam Repelita III menjadi450/100.000 kelahiran pada akhir Repelita IV. Kemudian Angka Harapan Hidup wanita meningkat dari rata-rata 48 tahun dalam Repelita I menjadi 64,7 tahun pada akhir Repelita IV.

Di samping berbagai kemajuan yang telah dapat dicapai oleh kaum wanita,,masih terdapat pula beberapa masalah yangmemerlukan upaya penanggulangan lebih lanjut pada Repelita V. Upaya-upaya tersebut dikelompokkan dalam berbagai kegiatankhusus peningkatan peranan wanita dan kegiatan yang diinte-grasikan dalam berbagai sektor pembangunan.

g. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya pe-ningkatan peranan wanita, perlu dimantapkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program-program dan mekanisme koordinasinya di pusat dan di daerah.

816

Page 62: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

a. Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Salah satu gerakan peranan wanita yang menonjol sejak Repelita III adalah gerakan PKK yang bertujuan mewujudkan ke-luarga sehat dan sejahtera. Gerakan ini dilaksanakan melalui 10 program pokok yang meliputi: pemasyarakatan P4, gotong ro-yong, pangan, sandang, perumahan,dan tata laksana rumah tang-ga pendidikan dan keterampilan, kesehatan, pengembangan ke-dupan berkoperasi, kelestarian lingkungan hidup, dan peren-canaan sehat.

Sampai dengan Repelita IV telah terbentuk satuan-satuan enggerak PKK di 27 propinsi yang mencakup 296 kabupaten dan otamadya, 28 kota administratif, 3.526 kecamatan dan 66.174 desa. Kader PKK mencapai jumlah kurang lebih 1,14 juta kader biasa dan 1,27 juta kader khusus untuk berbagai keterampilan. Selain itu dalam Repelita IV kegiatan lain yang menonjol dalam gerakan PKK adalah pemanfaatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang merupakan ujung tombak dari pelayanan kese- hatan bagi bayi dan anak. Dengan pemanfaatan Posyandu yang tersebar hampir di semua desa di Indonesia telah dirasakan manfaatnya dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan anak.

Peranan gerakan PKK tersebut telah diakui oleh badan ke-sehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak dunia (UNICEF) dalam bentuk penghargaan berupa "Sazakawa Prize" dan Naurice Pate Award" pada tahun 1988. Pada tahun 1989/90 ge-rakan PKK telah dilanjutkan dan ditingkatkan di semua desa di Indonesia (66.989 desa).

b. Kegiatan Terpadu P2W-KSS (Peningkatan Peranan Wani- ta Keluarga Sehat Sejahtera)

Kegiatan terpadu P2W-KSS bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,, kesadaran, dan sikap mental wanita dalam mewujudkan dan mengembangkan kehidupan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia. Di dalam pelaksanaannya tercakup kegiatan-kegiatan antara lain pemasyarakatan P-4, pemberantasan tiga buta, penyuluhan pertanian, penyelenggaraan taman gizi, pemeliharaan kesehatan lingkungan melalui penyuluhan tentang pengadaan dan pemanfaatan serta pe-meliharaan jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah dan fasilitas air bersih, penyuluhan keluarga bahagia sejahtera, penyuluhan dasar koperasi, kerajinan dan industri rumah tang-ga, pengembangan kesadaran hukum, penyuluhan dan pelatihan 10

817

Page 63: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

program pokok PKK, penerangan wanita dalam pembangunan, siaran wanita pedesaan serta usaha untuk meningkatkan pendapatan ke-luarga.

Sejak Repelita III sampai dengan tahun pertama Repelita V (1989/90) kegiatan P2W-KSS telah berhasil dilaksanakan di 3.008 kecamatan yang meliputi 5.908 desa. Khusus pada tahun 1989/90 dilaksanakan di 296 kecamatan yang mencakup 592 desa.

c. Kegiatan Bina Keluarga dan Balita

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan penge-tahuan ibu dan anggota yang lain dalam mengusahakan tumbuh kembang anak Balita secara menyeluruh. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 1981 dan saat ini telah dikembangkan di 18 pro-pinsi dan dilaksanakan di 1.500 desa.

d. Kegiatan pelatihan

Dalam rangka menunjang kegiatan-kegiatan dan memantapkan kegiatan peranan wanita yang diintegrasikan dalam sektor-sek-tor pembangunan telah dilakukan kegiatan-kegiatan pelatihan, lokakarya dan seminar.

Pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan kegiatan penyuluh-an dan pelatihan mengenai kesejahteraan Ibu yang diikuti oleh 80 orang wanita dari organisasi wanita, tim Penggerak PKK dan calon Ibu pasangan usia muda serta Ibu-ibu hamil usia muda. Di samping itu bekerja sama dengan POGI (Persatuan Obstetri dan Ginekologi) telah pula dilaksanakan Lokakarya untuk me-masyarakatkan perawatan antenatal sebagai salah satu upaya menurunkan kematian Ibu yang diikuti oleh 60 orang peserta yang terdiri dari wakil-waki instansi Pemerintah, Swasta dan Organisasi Masyarakat serta profesi. Selanjutnya juga dilak-sanakan penataran bagi 400 bidan di 6 lokasi DKI Jakarta mengenai penggunaan ASI (Air Susu Ibu). Telah pula dilaksana-kan Konperensi Nasional tentang ASI yang membahas pelaksanaan pelayanan konsultasi tumbuh kembang terpadu dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para Ibu yang mengunjungi Posyandu di 16 propinsi.

Di bidang pembangunan desa, pada tahun 1989/90 telah pula dilaksanakan pelatihan pengelolaan program dan penyuluhan bagi Tim Penggerak PKK tingkat Kecamatan sebanyak 119 angkatan de-ngan jumlah peserta sebanyak 3.570 orang di 27 Propinsi.

818

Page 64: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

e. Kerja sama Internasional

Sejak Repelita III program peningkatan peranan wanita mulai membina kerja sama internasional dan regional antara lain dalam bentuk pembinaan dan peningkatan kerja sama wanita antar.negara.

Di tingkat re ional Indonesia ikut aktif dalam ASEAN Women's Programme (AWP) dan ASEAN Confederation of Women's Organization (ACWO). Dalam kaitannya dengan kerja sama ter-sebut, pada tahun 1989/90 Indonesia bertindak sebagai ko-ordinator Asean Network of Clearing House on Information of Women in Development yang dilaksanakan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Di tingkat internasional Indonesia aktif dalam Komisi PBB perihal Kedudukan Wanita (UN Cpmmission on the Status of Women) di Wina untuk selama 3 tahun (1990 - 1992); sebagai salah satu pejabat Senior Women's Adviser dari Executive Board UNEP; sebagai salah seorang Wakil Ketua International Council of Women (ICW) serta sebagai pimpinan dari Board of Trustees INSTRAW (International Institute for Training and Research on the Advancement of Women) dan anggota CEDAW (United Nation Committee on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women).

f. Kegiatan di Berbagai Sektor Pembangunan

(1) Sektor Pertanian

Kegiatan wanita di sektor pertanian terutama ditujukan untuk meningkatkan peran wanita tani nelayan, khususnya di pedesaan dalam rangka peningkatan produksi, nilai tambah da-lam proses pascapanen dan pemasarannya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa bimbingan dan penyuluhan usaha tani, pemanfaatan lahan untuk menunjang perbwikan gizi dan menambah pendapatan keluarga.

Sejak Repelita III sampai dengan tahun pertama Repelita V (1989/90) telah dibina sebanyak 5.121 kelompok wanita tani-nelayan yang tersebar di 19 kabupaten di 15 propinsi. Pembi-naan dilaksanakan oleh para penyuluh pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Khususnya pada tahun 1989/90 telah dibina 650 kelompok tani wanita dengan 30 orang fasilitator untuk Denyuluhan teknologi tepat guna di DKI Jakarta, Lampung dan Tawa Tengah.

819

Page 65: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

Untuk lebih menyempurnakan kegiatan-kegiatan tersebut telah dilakukan pula pengkajian pola pembinaan wanita tani di desa-desa Ampel, Simo, Cepogo dan Karanggede di Kabupaten Bo-yolali.

(2) Sektor Industri

Kegiatan peranan wanita di sektor industri ditujukan un-tuk meningkatkan peran wanita dalam kegiatan usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari pela-tihan motivator, penyuluhan manajemen usaha, motivasi berusa-ha, pemasaran, bantuan peralatan dan bahan, peningkatan kete-rampilan dan pengembangan desain.

Sejak Repelita III sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dilaksanakan pembinaan di 368 desa yang meliputi 9.200 pengrajin dan 18.400 tenaga kerja, serta pelatihan 488 orang motivator di 27 propinsi. Khususnya pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan di 20 desa binaan yang mencakup 500 pengrajin dan tenaga kerja wanita sebanyak 1.000 orang. Kegiatan ini telah menghasilkan Kelompok-kelompok Usaha Bersama (KUB) wa-nita yang mempunyai keterampilan berproduksi dan kemampuan berusaha secara ekonomis, sehingga secara langsung dapat ber-peran serta dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

(3) Sektor Perdagangan

Di sektor perdagangan kegiatan ditujukan untuk mening-katkan mutu usaha dagang yang diusahakan oleh wanita terutama pedagang kecil dan golongan ekonomi lemah di daerah pedesaan dan perkotaan. Untuk itu telah dilaksanakan penataran, penyu-luhan dan konsultasi guna menambah ilmu pengetahuan, mening-katkan keterampilan di bidang perdagangan, dan memberikan in-formasi pasar.

Sejak Repelita III sampai dengan tahun pertama Repelita V (1989/90) telah berhasil diberikan penyuluhan kepada wanita pedagang sebanyak 9.913 orang dan kegiatan temu wicara di 47 kabupaten yang diikuti oleh 1.380 wanita pedagang. Khusus pada tahun pertama Repelita V (1989/90).tel,ah ditatar dan diberi-kan penyuluhan kepada 1.200 orang wanita pedagang. Sedangkan kegiatan temu wicara diikuti oleh 1.080 orang wanita pedagang yang berasal dari 42 kabupaten di 10 propinsi.

820

Page 66: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar
Page 67: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

(4) Sektor Koperasi

Di sektor koperasi, wanita juga telah ikut mengambil pe-ranan yang cukup besar. Kegiatannya ditujukan untuk mening-katkan pengertian dan pengetahuan wanita pedesaan mengenai manfaat dan pentingnya koperasi sebagai wadah kegiatan ekono-mi. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa pelatihan kerja perkoperasian untuk meningkatkan mutu dan jumlah kader wanita serta pengembangan koperasi-koperasi wanita.

Sejak Repelita III hingga awal Repelita V hasil yang te-lah dicapai dalam penyuluhan dan pelatihan kerja perkoperasian meliputi 13.766 orang peserta, pelatihan motivator sebanyak 689 orang, dan pelatihan perkoperasian bagi tenaga kerja wani-ta di perusahaan sebanyak 435 orang di 27 propinsi. Pada tahun 1989/90 jumlah wanita yang telah mengikuti pendidikan dan pe-latihan kerja sebanyak 4.956 orang peserta, pelatihan motiva-tor 689 orang, dan pelatihan bagi tenaga kerja yang bekerja di perusahaan sebanyak 435 orang. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan makin banyak wanita yang menjadi ang-gota koperasi.

(5) Sektor Tenaga Kerja

Dalam Sektor Tenaga Kerja, peningkatan peranan wanita ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja wanita serta memperluas kesempatan kerja dan berusaha.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas tenaga kerja wa-nita telah dilakukan kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja, penyuluhan P4, penyuluhan peraturan-peraturan ketenagakerjaan, pemberantasan tiga buta serta penyuluhan tentang pentingnya penyelenggaraan Tempat Penitipan Anak. Sejak Repelita III sampai dengan tahun 1989/90 kegiatan ini telah dilaksanakan di 166 perusahaan yang melibatkan sebanyak 15.450 orang. Khusus pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan di 33 perusahaan yang mencakup 1.650 orang. Se-lanjutnya telah dilaksanakan pengkajian di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali mengenai kemungkinan disusunnya peraturan perundang-undangan yang mengatur perlindungan tenaga kerja wanita di sektor formal dan informal.

Dalam rangka perluasan kesempatan kerja dan berusaha te-lah dilaksanakan upaya pembentukan kelompok usaha ekonomi yang produktif dan mandiri. Kegiatan yang baru dimulai tahun 1989/90 tersebut telah menyelenggarakan penataran bagi 30

821

Page 68: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

orang Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) dari daerah DKI Ja-karta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan.

(6) Sektor Transmigrasi

Di sektor transmigrasi, wanita di daerah transmigran di-harapkan dapat ikut aktif melnbangun daerah pemukimannya yang baru. Kegiatan ini dimulai dalam Repelita IV dan meliputi upaya peningkatan pengetahuan umum dalam bentuk keterampilan jahit menjahit, keterampilan usaha tani, pengolahan/peman-faatan hasil pertanian dan industri rumah tangga.

Dalam Repelita IV telah dilaUih sebanyak 645 orang wani-ta transmigran atau rata-rata 130 orang setiap tahunnya. Pada tahun pertama Repelita V jumlah wanita transmigran yang dila-tih tercatat 300 orang di 10 propinsi. Sebagai tindak lanjut pelatihan, telah dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB). Mela-lui KUB diadakan kegiatan temu wicara dengan para Pengusaha terkemuka di propinsi DI Aceh, Jambi dan Lampung. Dengan temu wicara tersebut diharapkan dapat diperoleh modal untuk. kope-rasi yang juga" dikembangkan di daerah transmigrasi. Kegiatan pembinaan wanita dilaksanakan di daerah transmigran propinsi Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Su-lawesi Tengah. Sebagai hasil pembinaan terhadap wanita trans-migran ternyata bahwa mereka antara lain telah ikut mencipta-kan suasana "krasan" dan "mapan" bagi keluarga yang hidup di daerah transmigrasi tersebut.

(7) Sektor Kesehatan

Di sektor kesehatan, kegiatan peranan wanita terutama ditujukan untuk mendukung upaya penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain penyebarluasan informasi kesehatan, gizi, bimbingan dan pelatihan cara hidup sehat dan pembentukan keluarga kecil se-hat dan sejahtera, serta meningkatkan pengetahuan dan kesa-daran terhadap upaya kesehatan dan keselamatan terutama ibu hamil dan bersalin. Pada Repelita III dan IV kegiatan-kegiat-an tersebut telah dilakukan di 27 propinsi, 288 kabupaten/ko-tamadya, di 571 desa binaan.

Pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan pelatihan bidang kesejahteraan ibu dan anak sebanyak 540 orang dari semua dae-rah. Kegiatan pelatihan ini terutama dilaksanakan untuk me-ningkatkan fungsi Posyandu dengan memberikan perhatian lebih

822

Page 69: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

besar kepada kelompok ibu dari golongan masyarakat berpengha-silan rendah, khususnya ibu yang berusia subur, ibu hamil, menyusui dan yang mempunyai balita serta calon ibu. Selanjut-nya dilaksanakan peningkatan pengetahuan kesehatan wanita be-kerja di perusahaan di 18 propinsi, pelatihan kesehatan kerja bagi wanita nelayan, petani dan pengrajin di 15 propinsi, 212 kabupaten, 414 kecamatan dan 414 desa sebanyak 10 orang utus-an per desa.

(8) Sektor Agama

Kegiatan di sektor agama ditujukan untuk meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita dalam pembangunan melalui jalur agama, dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan ke- luarga sehat dan sejahtera.

Pada Repelita III dan IV kegiatan dititikberatkan kepada usaha memasyarakatkan Undang-undang Perkawinan dengan kegiat-an penataran dan penyuluhan terhadap 16.024 orang yang terga-bung dalam berbagai kelompok organisasi wanita. Pada tahun pertama Repelita V telah dilaksanakan penataran dan penyuluh-an tentang Keluarga Bahagia Sejahtera bagi 4.200 wanita san-tri, yang dilengkapi dengan bahan-bahan penataran serta 270 paket sarana ibadah. Selanjutnya telah dilakukan penelitian tentang Peningkatan Peranan Wanita dalam Sosialisasi Nilai-nilai Agama kepada Anak.

Dalam rangka menunjang kegiatan kesehatan ibu dan anak mulai Repelita IV telah dilakukan penataran dan penyuluhan tentang imunisasi, gizi, pemeliharaan anak, posyandu dan lain-lain bagi lebih dari 21.000 orang anggota LSM Keagamaan antara lain Fatayat NU, Persatuan Wanita Kristen Indonesia dan Wanita Katolik Republik Indonesia. Khusus pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan penataran dan penyuluhan bagi 2.424 orang anggota LSM Keagamaan.

Melalui penyuluhan Undang-undang Perkawinan dan penyu-luhan mengenai Keluarga Bahagia Sejahtera ini, pengetahuan dan kesadaran para wanita di daerah pedesaan dan perkotaan telah dapat ditingkatkan dalam memperkuat kehidupan kelembagaan perkawinan serta menangkal cara-cara .yang sering menimbulkan akibat yang merugikan, seperti perkawinan usia muda yang akhirnya akan dapat menghambat terwujudnya keluarga yang ba-hagia dan sejahtera.

823

Page 70: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

(9) Sektor Pendidikan dan Kebudayaan

Di Sektor Pendidikan dan Kebudayaan, kegiatan ditujukan antara lain untuk membebaskan wanita dari tiga buta yaitu buta aksara latin, bahasa Indonesia dan pendidikan dasar. Selain itu kegiatan ini juga untuk membantu wanita dalam upaya me-ningkatkan pendapatan keluarga dan terciptanya Keluarga Sehat Sejahtera. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain berupa latihan pengembangan kegiatan, belajar wanita, berbagai pena-taran dan kursus keterampilan praktis serta latihan kepemim-pinan wanita.

Sejak Repelita III dan IV telah dilakukan latihan dan pengembangan kegiatan belajar wanita terhadap 20.800 orang, pembentukan kelompok belajar (Kejar) Paket A dan Kejar Usaha untuk wanita sejumlah 8.219 kelompok belajar, serta latihan kepemimpinan yang diikuti oleh 6.280 orang peserta. Untuk mendukung tercapainya Keluarga Sehat dan Sejahtera dan menun-jang pelaksanaan pendidikan keterampilan praktis bermatapen-caharian telah diterbitkan dan diedarkan sebanyak 333.160 ek-semplar buku menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera,

Khususnya dalam tahun 1989/90 telah dicetak sebanyak 80.000 eksemplar buku "Kerjakan Sendiri" untuk latihan kete-rampilan praktis bermatapencaharian. Di samping itu dilaksa-nakan pula pelatihan kepemimpinan wanita di tingkat kabupaten dan kotamadya yang diikuti oleh 1.850 orang peserta dari 8 propinsi. Kegiatan pelatihan ini dilengkapi pula dengan modul tentang manajemen kepemimpinan wanita dalam pembangunan seba-nyak 2.115 set.

Dengan terus digalakkannya kegiatan pemberantasan tiga buta melalui Kejar Paket A sejak Repelita III jumlah buta hu-ruf wanita kelompok umur 10 - 44 tahun telah jauh berkurang dibandingkan dengan- keadaan sebelumnya.

(10) Kesejahteraan Sosial

Kegiatan di sektor sosial ditujukan untuk membantu me-ningkatkan kesejahteraan sosial kelompok wanita dan keluarga yang rawan sosial ekonominya. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan penyuluhan, pelatihan keterampilan, dan pemberian buku-buku keterampilan usaha industri rumah tangga dan keterampilan praktis lainnya.

Sejak Repelita III saropai dengan tahun pertama Repelita V (1989/90) telah berhasil dibina 50.235 orang wanita swadaya

824

Page 71: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar

dan 9.300 orang pemimpin wanita tingkat kecamatan. Khusus da-lam tahun pertama Repelita V (1989/90) telah dilaksanakan bimbingan dan pelatihan kepemimpinan wanita tingkat Kabupaten dan Kecamatan sebanyak 475 orang di 10 Kabupaten di 6 propin-si, bimbingan dan pelatihan usaha swadaya wanita desa kepada 760 orang wanita yang tergabung dalam 152 kelompok. Kepada masing-masing kelompok telah diberikan bantuan masing-masing satu unit paket sarana usaha ekonomis produktif dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga yang tergolong berpenghasil-an rendah terutama di daerah pedesaan.

(11) Sektor Hukum

Di bidang hukum, peningkatan peranan wanita ditekankan pada penyuluhan hukum, terutama tentang masalah-masalah per-kawinan, hak dan kedudukan wanita. Kegiatan penyuluhan hukum tentang wanita merupakan bagian integral dari kegiatan nasio-nal penyuluhan hukum. Kegiatan ini mulai mendapat perhatian lebih khusus dalam tahun 1989/90 dalam bentuk pembentukan ke-luarga sadar hukum wanita di 7 propinsi sebagai hasil kerja-sama Departemen Kehakiman dengan KOWANI. Sementara itu dilak-sanakan pula usaha penyempurnaan dan pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan yang sifatnya masih dan sering merugikan hak-hak, kedudukan dan kesempatan bagi wanita dalam pembangunan.

(12) Sektor Penerangan

Kegiatan di sektor Penerangan diarahkan untuk mencipta-kan kondisi dan iklim sosial budaya masyarakat yang mendukung pelaksanaan berbagai program peningkatan peranan wanita. Ke-giatan ini terutama dilakukan dengan menyelenggarakan siaran wanita dan pembangunan melalui siaran radio dan televisi, serta peningkatan keterampilan juru penerang wanita.

Sejak Repelita III sampai dengan tahun 1989/90 telah di-pancarkan 9.692 paket siaran radio dan ditayangkan 114 paket siaran televisi mengenai kegiatan peningkatan peranan wanita di berbagai bidang pembangunan. Khususnya pada tahun 1989/90 telah diproduksi dan disiarkan 150 paket siaran radio untuk siaran "Majalah Udara" ruang wanita dan majalah wanita tani serta 9 paket siaran televisi. Telah dilaksanakan pula pe-ningkatan keterampilan bagi 150 orang juru penerang wanita melalui kegiatan Peranan Wanita Pedesaan.

825

Page 72: KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, · Web viewDi samping itu jumlah Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, dan Apotek pada tahun 1989/90 masing-masing mencapai 1.079 Pedagang Besar