keren c4

229
  PENGARUH MODEL PROBLEM BASE LEARNI NG (PBL) DENGAN BANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI BERFIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN OPTIK GEOMETRIK SEMESTER II KELAS VIII SMP N 3 BATANG TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh Khafidzun Arif 09330149 IKIP PGRI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEMARANG 2013

Upload: anndri-kavifa

Post on 15-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

def

TRANSCRIPT

  • i

    PENGARUH MODEL PROBLEM BASE LEARNING (PBL) DENGAN BANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR

    DITINJAU DARI BERFIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN OPTIK GEOMETRIK SEMESTER II KELAS VIII

    SMP N 3 BATANG TAHUN 2012/2013

    SKRIPSI

    Oleh Khafidzun Arif

    09330149

    IKIP PGRI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

    SEMARANG 2013

  • ii

    ii

    PENGARUH MODEL PROBLEM BASE LEARNING (PBL) DENGAN BANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR

    DITINJAU DARI BERFIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN OPTIK GEOMETRIK SEMESTER II KELAS VIII

    SMP N 3 BATANG TAHUN 2012/2013

    Skripsi

    Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

    Program Sarjana Pendidikan Fisika

    Oleh

    Khafidzun Arif NPM 09330149

    IKIP PGRI SEMARANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

    SEMARANG 2013

  • iii

    iii

    Halaman Persetujuan

    Skripsi berjudul

    PENGARUH MODEL PROBLEM BASE LEARNING (PBL) DENGAN BANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR

    DITINJAU DARI BERFIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN

    OPTIK GEOMETRIK SEMESTER II KELAS VIII SMP N 3 BATANG TAHUN 2012/2013

    yang disusun oleh

    Khafidzun Arif NPM 09330149

    telah disetujui dan siap untuk diujikan.

    Semarang, Juli 2013

    Pembimbing I

    Drs. Harto Nuroso, M.Pd NPP.936701097

    Pembimbing II

    Joko Siswanto, M.Pd NPP. 098401225

  • iv

    iv

    Halaman Pengesahan

    Skripsi berjudul

    PENGARUH MODEL PROBLEM BASE LEARNING (PBL) DENGAN BANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR

    DITINJAU DARI BERFIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN OPTIK GEOMETRIK SEMESTER II KELAS VIII

    SMP N 3 BATANG TAHUN 2012/2013

    yang dipersiapkan dan disusun oleh Khafidzun Arif NPM 09330149

    telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari Rabu, tanggal 31 Juli 2013

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Panitia Ujian Ketua Sekretaris

    Drs.Nizaruddin, M.Si Dra. Ngurah Ayu N.M., M.Pd NIP. 19680325 199403 1 004 NPP. 936901098

    Anggota Penguji 1. Drs. Harto Nuroso, M.Pd (.............................................)

    NPP.936701097

    2. Joko Siswanto, M.Pd (.............................................) NPP. 098401225

    3. Affandi Faisal K. S.Si.,M.Sc (.............................................) NPP. 108301257

  • v

    v

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Khafidzun Arif

    NPM : 09330149

    Progam Studi : Pendidikan Fisika

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan plagiasi atau duplikasi dari karya ilmiah lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan bahwa skripsi ini bukan merupakan karya asli saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan hukum yang berlaku.

    Semarang,

    Yang membuat pernyataan,

    Khafidzun Arif

  • vi

    vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Hiduplah Seperti Lebah

    Lilo legowo, Ikhlas adalah kunci dari keberhasilan yang sempurna

    ALLAH SWT berada pada diri orang-orang yang sabar

    Apa yang kita lakukan akan kembali pada diri kita

    SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:

    . . . Ibu dan Bapak

    Yang selalu memberikan kasih sayang yang tak ternilai, kasih sayang yang tak tergantikan, kasih sayang yang lurus, dan kasih sayang yang selalu menjadikan

    Doa untukku dan keluarga

    . . . Adikku (Khodziyana Fika)

    Yang selalu memberikan kekuatan saat aku mulai tak bisa melangkah

    Menjadikan diri untuk bangkit dari setiap letih yang ada

    . . . Sri Lestari Indriana Putri . . .

    Yang menjadikan hari-hariku penuh butiran tawa dan canda Menyejukkan kalbu, mendamaikan jiwa

    ....Sahabatku kos Slamet 171, Phosaedon FC, teman-teman Kelas D 2009....

    .....Almamater IKIP PGRI Semarang...... ......Nusa, Bangsa dan Agama......

  • vii

    vii

    PENGARUH MODEL PROBLEM BASE LEARNING (PBL) DENGAN BANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR

    DITINJAU DARI BERFIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN OPTIK GEOMETRIK SEMESTER II KELAS VIII

    SMP N 3 BATANG TAHUN 2012/2013

    Khafidzun Arif Prodi Pendidikan Fisika

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PBL dengan bantuan media CD Interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari sikap kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013.

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batang yang berjumlah 148 terdiri dari 6 kelas. Dengan pemilihan secara acak diperoleh dua kelas sebagai kelas sampel. Sebagai kelas eksperimen adalah kelas VIIIA dan sebagai kelas kontrol adalah kelas VIIID. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model PBL dengan bantuan media CD interaktif, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran model konvensional. Sebelum pembelajaran siswa diberi pretest untuk mengukur kemampuan awal dan setelah pembelajaran diberi posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapatkan materi dan pada kelas eksperimen diberi angket untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran model PBL dengan bantuan CD interaktif pada siswa. Analisis data akhir pada penelitian ini dilakukan dengan uji t dan korelasi. Hasil analisis uji t menunjukkan hasil belajar siswa yang menggunakan model PBL dengan bantuan media CD interaktif lebih baik dari siswa yang menggunakan model konvensional. Hal ini didasarkan pada hasil analisis uji t dengan hasil thitung sebesar 3,143 dan ttabel sebesar 1,677. Berdasarkan analisis korelasi menunjukkan bahwa model PBL dengan bantuan media CD interaktif berpengaruh signifikan sebesar 67% terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa model PBL dengan bantuan media CD interaktif berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik.

    Kata kunci : PBL, CD interaktif, Berfikir Kritis, Hasil Belajar.

  • viii

    viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH MODEL PROBLEM BASE LEARNING (PBL) DENGAN BANTUAN MEDIA CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI BERFIKIR

    KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN OPTIK GEOMETRIK SEMESTER II KELAS VIII SMP N 3 BATANG TAHUN 2012/2013.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini, diantaranya:

    1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., selaku Rektor IKIP PGRI Semarang. 2. Drs. Nizaruddin, M.Si., selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang. 3. Dra. Ngurah Ayu Nyoman Murniati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan

    Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP PGRI Semarang. 4. Drs. Harto Nuroso M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan

    ide-ide, arahan, saran dan bimbingan kepada penulis. 5. Joko Siswanto, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan, saran, pengarahan dalam penyusunan skripsi. 6. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan nasehat dalam

    setiap langkah.

    7. Bapak dan Ibu Dosen program studi Pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    8. Isdiana S.Pd., selaku guru bidang studi IPA SMP Negeri 3 Batang. 9. Siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Batang yang telah bersedia membantu

    penulis dalam proses penelitian 10. Teman-teman kos dan Seseorang penyemangat hati yang selalu

    memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

  • ix

    ix

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan pembaca terutama dalam dunia pendidikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi ini.

    Semarang, 2013

    Penulis

  • x

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ v MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

    ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

    DAFTAR ILUSTRASI ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

    BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5 E. Definisi Istilah ...................................................................................... 5

    BAB II. TELAAH PUSTAKA ....................................................................... 7

    A. Landasan Teori .................................................................................... 7 1. Pengertian Belajar .......................................................................... 7 2. Model PBL ..................................................................................... 9 3. Media Pembelajaran ....................................................................... 14 4. CD Interaktif .................................................................................. 16 5. Hasil Belajar Siswa ........................................................................ 17 6. Berfikir Kritis Siswa ...................................................................... 18 7. Uraian Materi Optik Geometrik ..................................................... 22

  • xi

    xi

    B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 31 C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 32

    BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 33 A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 33 B. Subyek Penelitian ................................................................................. 33 C. Teknik Sampling ................................................................................... 34

    D. Variabel Penelitian ................................................................................ 34 E. Desain Penelitian ................................................................................... 35 F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 35 G. Instrumen Penelitian .............................................................................. 36 H. Metode Analisis Data ........................................................................... 41

    BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 50 A. Persiapan Penelitian .............................................................................. 50 B. Hasil Uji Coba Instrumen...................................................................... 50 C. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 54 D. Analisis Hasil Penelitian ....................................................................... 54

    BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................... 62 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 65

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Langkah-langkah model PBL........................................................ 13 Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berfikir Kritis .......................................... 19 Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen ................................................................. 35 Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Validitas Tes ....................................................... 38 Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Daya Pembeda Item Soal ................................... 40 Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Item Soal .......................................... 41 Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Butir Soal................................................ 51 Tabel 4.2 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal ...................................... 52 Tabel 4.3 Hasil Analisis Taraf Kesukaran..................................................... 53 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Awal ................................................... 55 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest ......................................................... 57 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Posttest ........................................................ 58 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Korelasi............................................................ 61

  • xiii

    xiii

    DAFTAR ILUSTRASI

    Gambar 2.1 Alur Proses PBL ....................................................................... 12 Gambar 2.2 Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar .................................... 23 Gambar 2.3 Jalannya Sinar (a) dan Lukisan Pembentukan Bayangan pada

    Cermin Datar (b) ..................................................................... 24 Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung ........................ 24 Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung .................. ... 25 Gambar 2.6 Pembiasab Cahaya ................................................................ .... 26 Gambar 2.7 Arah Sinar Pembentukan Pemantulan Sempura ................... .... 27 Gambar 2.8 Arah Sinar Sejajar Sumbu Utama Lensa Cembung ................. 28 Gambar 2.9 Arah Sinar Melalui Titik Fokus Lensa Cembung ..................... 28 Gambar 2.10 Arah Sinar Melalui Titik Pusat Optik Lensa Cembung ........... 29 Gambar 2.11 Arah Sinar Sejajar Sumbu Utama Lensa Cekung ..................... 29 Gambar 2.12 Arah Sinar Menuju Titik Fokus Lensa Cekung ..................... ... 29 Gambar 2.13 Arah sinar Melalui Titik Pusat Optik Lensa Cekung ........... .... 29 Gambar 2.14 Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung .................... .... 30 Gambar 2.15 Pembentukan Bayangan pada Lensa Cekung ........................... 30 Gambar 2.16 Bagian Ruang pada Lensa Cembung ......................................... 30 Gambar 2.17 Bagian Ruang pada Lensa Cekung ........................................... 30

  • xiv

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen

    Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol Lampiran 3 Daftar Nama Siswa Uji Coba Lampiran 4 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas Eksperimen dan kelas

    kontrol

    Lampiran 5 Daftar Distribusi Normalitas Sampel Kelas Eksperimen Lampiran 6 Daftar Distribusi Normalitas Sampel Kelas Kontrol Lampiran 7 Perhitungan Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen dan Kelas

    Kontrol

    Lampiran 8 Uji Homogenitas Sampel Lampiran 9 Uji Kesamaan Rata-rata Sampel Lampiran 10 Silabus Lampiran 11 RPP Kelas Eksperimen

    Lampiran 12 RPP Kelas Kontrol

    Lampiran 13 Media CD interaktif Lampiran 14 Angket Siswa Model PBL dengan Bantuan Media CD Interaktif Lampiran 15 Kisi kisi Tes Uji Coba Lampiran 16 Soal Uji Coba Lampiran 17 Pedoman Penilaian Lampiran 18 Lembar Jawab Siswa Lampiran 19 Nilai Uji Coba Siswa Lampiran 20 Analisis Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya

    Pembeda Soal Uji Coba (exel) Lampiran 21 Analisis Validitas Uji Coba Lampiran 22 Analisis Reliabilitas Uji Coba Lampiran 23 Analisis Daya Pembeda Uji Coba Lampiran 24 Analisis Taraf Kesukaran Uji Coba Lampiran 25 Soal Tes Penelitian Lampiran 26 Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

  • xv

    xv

    Lampiran 27 Daftar Distribusi Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 28 Daftar Distribusi Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol Lampiran 29 Perhitungan Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan

    Kelas Kontrol

    Lampiran 30 Uji Homogenitas Data Pretest Lampiran 31 Uji Kesamaan Rata-rata Pretest Lampiran 32 Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Lampiran 33 Daftar Distribusi Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 34 Daftar Distribusi Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol Lampiran 35 Perhitungan Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan

    Kelas Kontrol

    Lampiran 36 Uji Homogenitas Data Posttest Lampiran 37 Uji Kesamaan Rata-rata Posttest Lampiran 38 Daftar Nilai Sikap Siswa Kelas Eksperimen

    Lampiran 39 Uji Korelasi Model PBL dengan Bantuan Media CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Sikap Kritis Siswa

    Lampiran 40 Daftar Tabel Distribusi F Lampiran 41 Dafar Tabel L Lampiran 42 Daftar Tabel t Lampiran 43 Daftar Tabel r Product Moment Lampiran 44 Daftar Tabel F Lampiran 45 Dokumentasi Penelitian Lampiran 46 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 47 Lembar Bimbingan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pengembangan dan pembentukan

    karakter setiap individu yang menjalaninya. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan karakter individu untuk menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, sehat, mandiri, kreatif, cakap, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

    Peningkatan mutu pendidikan diharapkan melalui suatu proses pembelajaran yang interaktif atau timbal balik antara pendidik dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik lainnya. Kualitas dari suatu pembelajaran itu dapat ditingkatkan, berbagai cara ditempuh oleh pendidik untuk dapat mencapai kualitas pendidikan yang baik. Salah satu cara adalah dengan memvariasikan cara mengajar dalam kelas, sehingga peserta didik tidak jenuh dengan pembelajaran yang disajikan oleh pendidik itu sendiri.

    Pendidikan merupakan sebuah sistem yang saling keterikatan satu sama lainnya yang terdiri dari berbagai komponen. Salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah sistem pendidikan. Proses pembelajaran juga merupakan sebuah sarana yang digunakan untuk berbagai proses penanaman pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada peserta didik.

    Proses belajar yang terjadi pada individu merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena dari proses belajar individu mengenal dirinya sendiri, mengenal lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dari proses belajar, individu juga mampu merubah kemampuannya menjadi individu yang baik dalam waktu tertentu. Dengan

  • 2

    proses belajar, individu dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan dan mencapai tujuan dalam hidupnya.

    Pelajaran fisika yang ada dalam kurikulum sebagai bekal pengetahuan, pemahaman, kemampuan, dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang ada bagi seorang peserta didik. Pelajaran fisika hakikatnya belajar konsep dan saling keterkaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya. Konsep fisika bersifat abstrak. Hal inilah salah satu yang menjadi alasan fisika dikatakan sulit oleh beberapa peserta didik. Karena kemampuan memvisualisasikan dan mamahami sebuah konsep fisika masing-masing individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

    Proses pembelajaran fisika menuntut aktivitas siswa yang lebih selama mengikuti proses pembelajaran. Aktifitas tersebut dalam upaya memahami dan menemukan konsep-konsep fisika yang ada. Sehingga seharusnya pembelajaran fisika dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga para siswa dapat memiliki pengalaman bagaimana menemukan suatu konsep dan memahami sebuah konsep. Bila hal ini dilakukan akan mengembangan keterampilan sikap ilmiah siswa yaitu jujur, obyektif, terbuka, dapat bekerjasama, dan kritis.

    Dalam materi optik geometrik, banyak materi yang harus dipelajari dengan sangat teliti dan membutuhkan pemikiran yang tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya peningkatan aktifitas dan hasil belajar melalui pembelajaran yang melibatkan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu upaya untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran PBL yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

    Model pembelajaran PBL, siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan masalah. Bila pembelajaran dimulai dengan suatu masalah, apalagi masalah tersebut bersifat konstruktif, maka dapat mendorong rasa ingin tahu siswa. Pada

  • 3

    kondisi tersebut diperlukan guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa tentang konsep apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana melakukannya. Hal demikian juga akan mendorong siswa untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa, terutama berfikir kritis siswa. Sikap kritis siswa diharapkan akan semakin berkembang dengan model pembelajaran tersebut.

    Dalam menerapkan model pembelajaran PBL, dibantu dengan media pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam memperoleh informasi, menemukan sebuah konsep dan memahami konsep. Media yang ada sangatlah penting dalam mendukung aktifitas belajar siswa. Media tersebut yaitu CD Interaktif. Dengan CD Interaktif diharapkan aktifitas siswa semakin tinggi, proses pembelajaran akan semakin berjalan dengan baik, dan membantu siswa dalam upaya pemecahan masalah, penemuan konsep dan meningkatkan serta mengembangkan sikap kritis siswa.

    Media CD interkatif juga sebagai salah satu usaha yang dilakukan guru untuk memperbaiki, memperbaharui, dan membantu peserta didik dalam memvisualisasikan konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak. Dengan media CD Interaktif tercipta pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman yang baik pada siswa. Karena dalam CD Interaktif adanya timbal balik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa. Dengan demikian pembelajaran akan semakin aktif, dan pembelajaran semakin bermakna.

    Proses pembelajaran fisika di SMP Negeri 3 Batang. Masih terdapat berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran fisika. Dimana proses aktifitas pembelajaran fisika masih rendah, yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini salah satunya diakibatkan karena dalam proses pembelajaran guru kurang memvariasi model pembelajaran fisika di kelas. Dimana aktifitas belajar siswa dan interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa masih sangat sedikit. Untuk membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, berkaitan erat dengan efektifitas pembelajaran yang disusun

  • 4

    oleh guru. Pentingnya mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, selanjutnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh model Problem Base Learning (PBL) dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pemilihan masalah di atas disusunlah rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

    1. Apakah ada pengaruh model PBL dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013 ?

    2. Berapa besar pengaruh model PBL dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013 ?

    C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui pengaruh model PBL dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013

    2. Untuk mengetahui besar pengaruh model PBL dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013.

  • 5

    D. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai

    berikut: 1. Bagi Siswa

    a. Meningkatnya prestasi siswa dan mengembangkan sikap kritis siswa dalam memecahkan suatu permasalahan baik berupa soal-soal maupun pemasalahan pada umumnya

    b. Dapat mempermudah dalam mempelajari fisika dan membuat pelajaran fisika jadi menyenangkan

    c. Siswa dapat memahami tentang materi optik geometrik d. Mempermudah siswa belajar dirumah.

    2. Bagi Guru

    a. Mendapatkan model pembelajaran dan media yang tepat dalam menyampaikan materi optik geometri

    b. Meningkatkan kinerja guru. 3. Bagi Sekolah

    a. Meningkatkan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran fisika

    b. Merupakan masukan bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan model pembelajaran dan media

    c. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.

    E. Definisi Istilah Agar tidak terjadi pebedaan penafsiran istilah dalam judul skripsi

    ini, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan oleh penulis. Adapun istilah-istilah yang perlu mendapat penjelasan adalah:

    1. Pengaruh

    Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk kepercayaan, watak, atau perbuatan seseorang (Fajri dan Senja, 2008: 638).

  • 6

    2. Model PBL Model PBL merupakan model pembelajaran yang erat

    kaitanya dengan penggunaan intelegensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontektual (Rusman, 2011: 230).

    3. Media CD Interaktif Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yang

    mengkombinasikan beberapa media pembelajaran (audio, video, teks, atau grafik) yang bersifat interaktif untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Bahan ajar interaktif dapat berupa CD interaktif (Prastowo, 2011: 330)

    4. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada

    individu sebagai hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan individu (Djamarah, 2011: 175).

    5. Berfikir Kritis Menurut Enis (1989, dikutip oleh Fiesher, 2009: 4) berfikir

    kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan .

  • 7

    BAB II TELAAH PUSTAKA

    A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar

    Belajar merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh peserta didik. Menurut Djamarah (2011: 13) menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Seseorang yang melakukan aktifitas belajar dan diakhir dari aktifitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu telah dikatakan belajar. Tetapi perlu diingat, bahwa perubahan yang terjadi akibat dari proses belajar merupakan perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu terjadi secara sadar, hal ini menyadari terjadinya sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan pada dirinya.

    Perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu merupakan sebuah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Tingkah laku tersebut merupakan hasil dari pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa perubahan tingkah laku yang dimaksudkan dalam hal ini memiliki beberapa sifat, yakni; (1) perubahan secara sadar, (2) perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan yang bersifat positif, (4) perubahan yang tidak bersifat sementara, (5) perubahan yang terarah, dan (6) perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010: 2-5).

    Definisi belajar yang disampaikan oleh Gagne, Slavin, Morgan, dan Slameto menegaskan adanya perubahan tingkah laku yang baru

  • 8

    secara menyeluruh dari hasil proses yang terjadi. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik. Peserta didik dalam proses pembelajaran mengalami berbagai peristiwa sebagai salah satu proses dalam kehidupannya sehari-hari. Proses tersebut merupakan salah satu pengalaman dan kebiasaan yang dijalaninya, hal tersebut mengakibatkan adanya interaksi dengan peserta didik dan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran berlangsung.

    Banyak beberapa jenis yang mempengaruhi faktor-faktor belajar, tetapi dapat di golongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Slameto, 2010: 54). Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor intern dan ekstern tersebut adalah: a. Faktor-faktor internal:

    1) Faktor kesehatan Sehat merupakan arti penting yang berarti sehat dalam

    keadaan baik dari segenap badan beserta bagian-bagianya terbebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu apabila kondisi kesehatannya kurang baik.

    2) Faktor psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar meliputi:

    Meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

    3) Faktor Kelelahan Kelelahan rohani dan kelelahan jasmani. Kelelahan jasmani

    terlihat dengan kondisi badan yang lemah lunglai pada tubuh seseorang. Kelelahan ini terjadi karena berturunya subtansi sisa pembakaran pada tubuh, yang menimbulkan darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.

  • 9

    b. Faktor eksternal 1) Faktor keluarga sangat berpengaruh proses belajar, dilihat dari segi

    cara orang tua mendidik, hubungan keluarga, keadaan ekonomi 2) Tempat belajar yang kurang memenuhi syarat 3) Iklim atau cuaca yang panas atau menyengat 4) Suasana lingkungan bising akan mengganggu konsentrasi belajar 5) Variasi dan derajat keselitan materi yang dipelajari.

    Seluruh faktor di atas mempengaruhi terjadinya proses belajar, bila salah satu faktor tersebut tidak berfungsi dengan baik tentulah kegiatan proses belajar akan terganggu sehingga pencapaian tujuan pengajaran akan kurang berhasil. Dalam segala aspek, peserta didik diharapkan mampu untuk mengatasi berbagai aspek yang ada dalam dirinya.

    2. Model PBL PBL merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran

    berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata. Siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sehari-hari yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Pengetahuan dan pengalaman yang baru ini menjadikan dasar dalam memunculkan suatu konsep yang nantinya akan dipelajari peserta didik.

    Hal tersebut diperjelas oleh Boud dan Feletti (1997, dikutip oleh Rusman, 2011: 230) menyatakan bahwa PBL adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson (1994, dikutip oleh Rusman, 2011: 230) mengemukakan bahwa kurikulum PBL membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Dengan demikian, PBL menjadikan pola pikir untuk dapat meningkat keterampilan belajar yang dilakukan peserta didik. Berfikir kritis merupakan pola pikir yang berkembang dalam belajar. Secara umum,

  • 10

    PBL dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis untuk memperoleh pengetahuan dan konsep essensial. Pemecahan masalah yang dilakukan peserta didik dilakukan secara konstruktiv, sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan benar.

    Dari pengertian di atas pembelajaran PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:

    a. Dalam proses PBL dalam prosesnya berbasis masalah dunia nyata Permasalah yang ditampilkan merupakan permasalahan yang

    relevan dengan apa yang siswa hadapi dala kehidupan sehari-hari. Masalah ini merupakan bentuk stimulus atau motivator untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ada dijadikan acuan dalam proses proses pembelajaran dan yang akan menentukan arahan suatu konsep yang akan dipelajari peserta didik.

    b. Proses PBL berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman Proses pembelajaran terjadi mengakibatkan siswa dituntut

    untuk aktif selama proses berlangsung. Proses ini menstimulus peserta didik untuk melakukan penelitian, mengintegrasikan teori, dan mengaplikasikan pengetahuan dan pengalamannya dalam memberikan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi peserta didik.

    c. Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk mengingat kembali pelajaran yang telah mereka pelajari

    Permasalahan yang ada dapat berhubungan dengan permasalahan ataupun pengetahuan yang dimiliki siswa. Hal ini dapat memberikan pengaruh pada siswa untuk mengulang kembali materi yang sudah didapatkan. Dengan begitu siswa dapat selalu mengingat kembali materi yang sudah didapat.

  • 11

    d. Konteks dalam PBL secara spesifik. Dalam proses PBL, konteks yang dipelajari siswa hanya

    spesifik atau ada batasan dalam proses pembelajaran. Hanya informasi, fakta, prinsip, prosedur maupun konsep yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. PBL dilaksanakan dalam proses pembelajaran untuk menstimulus

    siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat menggunakan keterampilan berfikir tingkat tinggi, memicu perkembangan keterampilan belajar, dan memiliki kemampuan memecahkan masalah, serta dapat berkomunikasi dengan baik dan benar. Dengan begitu, PBL suatu model pemelajaran yang baik digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.

    Berbagai macam model yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas untuk menghasilkan proses yang kratif, inovatif, dan efektif. Hal ini digunakan untuk menghasilkan suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Berbagai macam model yang ada, PBL muncul dengan suatu konsep pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Model PBL ini berkaitan dengan intelegensi dari dalam individu yang berada dalam kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual. Pemecahan masalah tersebut mampu diselesaikan individu dengan baik dikarenakan individu sudah terbiasa memecahkan masalah di dalam kelas melalui pembelajaran pendidikan.

    Pendidikan harus mampu berkompetensi menyiapkan peserta didik untuk beberapa tahun ke depan. Peserta didik yang diharapkan mampu bersaing dan memiliki inteligensi yang tinggi, sehingga dapat berkiprah di abad ke-21. Pendidikan juga mampu mengembangkan dan menciptakan seorang individu yang berfikir kritis dan kreatis yang memiliki kreativitas yang tinggi pula.

  • 12

    Alur proses Model PBL menurut Rusman (2011 : 233) dapat dilihat dari flowchart berikut ini.

    Gambar 2.1 Alur proses PBL

    Proses model PBL merupakan proses pembelajaran yang banyak melibatkan siswa. Siswa dituntut untuk menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu (Rusman, 2011: 243). Fenomena yang ada menjadikan suatu dasar pembelajaran siswa untuk berproses berfikir tingkat tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan siswa melalui fenomena tersebut harus mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam fenomena tersebut.dengan demikian, proses pembelajaran bermakna akan timbul dengan sendirinya.

    Menentukan masalah

    Analisis Masalah dan Isu Belajar

    Pertemuan dan laporan

    Pengajuan Solusi dan Refleksi

    Kesimpulan, Integrasi, dan Evaluasi

    Belajar Pengarahan Diri

    Belajar Pengarahan Diri

    Belajar Pengarahan Diri

    Belajar Pengarahan Diri

  • 13

    Menurut Ibrahim dan Nur (2000, dikutip oleh Rusman, 2011: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah model PBL adalah sebagai berikut.

    Tabel 2.1 Langkah-langkah model PBL

    Fase Indikator Tingkah Laku Guru

    1 Orientasi siswa pada masalah

    Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktifitas pemecahan masalah

    2 Mengorganisasi siswa

    untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

    3 Membimbing pengalaman

    individul/kelompok

    Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang

    sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

    4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

    Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

    dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya

    5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

    pemecahan masalah

    Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

    Pembelajaran PBL merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diharapkan dapat memperdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menyelesaikan setiap permasalahan dalam

  • 14

    hidupnya dikemudian hari. Hal ini terjadi karena PBL merupaan model pembelajaran yang bersifat student centered yang menjadikan siswa sebagai aktor utamanya. Siswa berperan sebagai stakeholder dalam menemukan masalah, merumuskan masalah, mengumpulkan fakta (apa-apa yang diketahui, apa yang ingin diketahui, apa yang akan dilakukan), membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai alternatif dalam solusi penyelesaian masalah (Rusman, 2011: 247).

    Dalam proses pembelajaran, PBL bertujuan untuk penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBM juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, klaboratif dan belajar tim, dan keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif (Rusman, 2011: 238). PBL menuntut aktivitas peserta didik dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan diawal pebelajaran.

    3. Media Pembelajaran Menurut Suparman (1997, dikutip oleh Arsyat, 2012: 4) media

    merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dengan demikian media merupakan suatu alat yang diguakan sebagai penyalur informasi. Keberadaan media sangat penting dalam proses komunikasi. Menurut Miarso (1984, dikutip oleh Arsyat, 2012: 5) dalam proses komunikasi melibatkan paling kurang tiga komponen utama, yakni pengirim atau sumber pesan, perantara, dan penerima.

    Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Arsyat, 2012: 7). Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dan peserta didik tidak terlepas dari interaksi informasi dan pengetahuan yang ada didalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran juga dilaksanakan dengan tujuan

  • 15

    untuk membantu siswa selama proses pembelajran berlangsung agar melaksanakan proses belajar dengan mudah, baik, dan benar.

    Sedangkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman, 2012: 28). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

    Media pembelajaran tidak hanya digunakan sebagai alat bantu mengajar, melainkan juga digunakan sebagai sumber belajar peserta didik. Dengan media pembelajaran siswa dapat menemukan pembelajaran yang bermakna dan konkrit pada siswa. Materi-materi yang ada pada fisika banyak yang abstrak, dengan adanya media ini didapatkan akan menjadi konkrit dengan adanya gambar yang ada didalamnya. Dengan media pembelajaran juga dapat sebagai sarana komunikasi dan interaksi pembelajaran. Hal ini terjadi karena media terletak di tengah antara pendidik dan peserta didik, atau dapat dikatakan sebagai perantara. Media yang dibuat dapat berupa bentuk modul, buku, film, OHP, dan sebagainya. Dalam perkembangannya media pengajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro-prosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif. Di dalam media memuat pesan yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dengan demikian, proses pembelajaran akan bermakna, saling komunikatif dan memberikan timbal balik antara peserta didik dan pendidik.

  • 16

    4. Media CD Interaktif Media pembelajaran merupakan suatu komponen pembelajaran

    yang meliputi bahan dan peralatan. Media pembelajaran dapat mengarahkan perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa jenis media dalam proses pembelajaran, salah satu contonya adalah media CD interaktif.

    Media CD interaktif merupakan salah satu contoh bahan ajar atau media yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran. Interaktif mengandung arti bersifat saling melakukan aksi antar hubungan atau saling beraksi (Fajri dan Senja, 2008: 382). Dengan demikian bahan ajar dengan media interaktif merupakan bahan ajar yang bersifat aktif. Dengan bahan ajar interaktif seperti ini peserta didik dapat terlibat interaksi dua arah dengan bahan ajar yang sedang dipelajari.

    Bahan ajar interaktif dapat berupa CD interaktif. Bahan ajar CD interaktif ini tidak terlepas dari perangkat komputer. Karena proses pembuatan sampai penggunaannya menggunakan komputer. Bahan ajar tersebut tersedia untuk peserta didik dalam bentuk CD-ROM yang dihubungkan dengan Personal Computer (PC). Jadi media CD interaktif merupakan alat bantu bahan ajar yang digunakan pendidik yang mengkombinasikan berbagai media pembelajaran yang bersifat interaktif dan disajikan dalam bentuk CD.

    Pada dasarnya ada beberapa komponen yang harus ada dalam CD interaktif. Komponen-komponen tersebut meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, dan penilaian (Prastowo, 2011: 334). Komponen tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut. Pertama, judul diturunkan dari materi pokok yang akan disajikan. Kedua, petunjuk belajar dituliskan dengan jelas dan benar, dengan demikian peserta didik dapat menggunakan CD interaktif tersebut dengan baik dan benar sesuai kebutuhannya. Ketiga, materi pokok yang disajikan dibuat dengan jelas dan menarik, sehingga dengan demikian peserta didik dapat termotivasi untuk mempelajari

  • 17

    materi tersebut. Keempat, informasi pendukung dibuat dengan sangat menarik dan jelas, dan padat dalam bentuk tulisan atau gambar. Kelima, latihan yang ada disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Dan keenam, penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya peserta didik dari tugas yang diberikan pada akhir pembelajaran, yang dapat dilihat peserta didik melalui komputer.

    5. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada

    individu sebagai hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan individu (Djamarah, 2011: 175). Sedangkan menurut Slameto (2010, 3) hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna begi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Dari difinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan sesuatu perubahan yang terjadi pada siswa. Perubahan ini merupakan sesuatu yang baru pada tingkah laku seseorang setelah melakukan proses pembelajaran. Setiap keberhasilan belajar sesorang dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Keberhasilan tersebut dapat menjadikan tolak ukur siswa dalam menjalankan proses kegiatan pembelajaran selanjutnya.

    Bloom dalam (Sudjana, 2010: 50) berpendapat bahwa tipe hasil belajar dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : a. Tipe hasil belajar afektif

    Tingkatan dalam bidang afektif sebagai tipe hasil belajar, yakni : 1) Receiving atau advending 2) Responding atau jawaban 3) Penilaian 4) Organisasi 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

  • 18

    b. Tipe hasil belajar kognitif 1) Tipe hasil belajar pemahaman 2) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan 3) Tipe hasil belajar penerapan 4) Tipe hasil belajar analisis 5) Tipe hasil belajar sintesis 6) Tipe hasil belajar evaluasi

    c. Tipe hasil belajar psikomotor Tipe hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk

    keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu atau seseorang. Ada 6 tingkatan keterampilan yaitu : 1) Gerakan reflek (keterampilan). 2) Keterampilan pada gerakan sadar. 3) Kemampuan perseptual termasuk yang didalamnya membedakan

    visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. 4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

    dan ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai

    pada keterampilan yang kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive, komunikasi

    seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

    6. Berfikir Kritis Fisika merupakan bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

    Alam. Dalam pendidikan fisika, diharapkan siswa dapat mempelajari diri dan alam sekitarnya serta dapat mengembangkan dan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, tujuan pembelajaran IPA antara lain adalah meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan rasa ingin tahu terhadap alam dan teknologi, mengembangkan sikap positif dan kesadaran untuk memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan, dan

  • 19

    melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah untuk memecahkan suatu masalah dan membuat keputusan (Depdiknas, 2006).

    Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA, kita dapat melihat bahwa pembelajaran IPA terutama fisika menuntut siswa untuk berfikir secara ilmiah, terutama berfikir kritis. Menurut Fisher dan Scriven (1997, dikutip oleh Fisher, 2009: 10) Berfikir kritis adalah interprestasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Sedangkan menurut Ennis (dikutip oleh Komalasari, 2011) berfikir kritis ialah kemampuan memberikan alasan dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan dikerjakan. Berfikir kritis menjadikan peserta didik berfikir untuk mengembangkan potensi diri pada beragai disiplin ilmu

    Dalam pengembangan keterampilan berfikir kritis, Ennis dalam Trianto (2007: 156, dikutip oleh Amri dan Khoiru, 2010: 64 ) mengemukakan bahwa terdapat enam unsur dasar dalam berfikir kritis, yaitu fokus (focus), alasan (reason), kesimpulan (inference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan tinjauan ulang (overview). Dari pendapat ini didapatkan bahwa unsur-unsur tersebut sesuai dengan langkah-langkah dalam pelaksanaan PBL. Dengan begitu PBL dan berfikir kritis merupakan kesatuan yang saling berhubungan, dengan adanya PBL akan memunculkan sikap berfikir kritis pada peserta didik.

    Menurut Ennis (dikutip oleh Komalasari, 2011) aspek keterampilan berfikir kritis memiliki lima keterampilan dan 12 indikator. Indikator berfikir kritis dapat di lihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

    Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berfikir Kritis Keterampilan Indikator Sub Indikator 1.Memberikan penjelasan sederhana

    Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pernyataan

    Mengidentifikasi atau memformulasikan

  • 20

    kriteria jawaban yang mungkin

    Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi

    Menganalisis argumen Mengidentifikasi kesimpulan

    Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan

    Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan

    Mencari persamaan dan perbedaan

    Mengidentifikasi dan menangani ketidak relevanan

    Mencari struktur dari sebuah pendapat/argumen

    Meringkas

    Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

    Menjawab pertanyaan, Mengapa ?

    Menyebutkan contoh Memberikan penjelasan

    sederhana

    2. Membangun keterampilan dasar

    Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

    Keahlian Mengurangi konflik

    interest Kesepakatan antar

    sumber Reputasi Menggunakan prosedur

    yang ada Mengetahui resiko Kemampuan

    memberikan alasan Kebiasaan berhati-hati

  • 21

    Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi

    Mengurangi praduga Mempersingkat waktu

    antara observasi dengan laporan

    Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri

    Memcatat hal-hal yang sangat diperlukan

    Kemungkinan dalam penguatan

    Kondisi akses yang baik Kompeten dalam

    menggunakan teknologi

    3. Menyimpulkan

    Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

    Kelas logika Mengkondisikan logika Menginterpretasikan

    pertanyaan Menginduksi dan

    mempertimbangkan hasil induksi

    Mengeneralisasi Berhipotesis

    Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

    Latar belakang fakta Konsekuensi

    Mengaplikasikan konsep (prinsip, hukum, dan asas) Mempertimbangkan

    alternatif Menyeimbangkan,

    menimbang, dan memutuskan.

    4. Membuat penjelasan lebih lanjut

    Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi

    Bentuk: sinonim, klarifikasi, rentang ekspresi yang sama, operasional, contoh, dan non contoh

    Strategi definisi Konten (isi)

    Mengidentifikasi asumsi Alasan yang tidak dinyatakan

  • 22

    Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argumen

    5. Strategi dan taktik

    Menentukan suatu tindakan

    Mendefinisikan masalah Memilih kriteria yang

    mungkin sebagai solusi permasalahan

    Merumuskan alternatif untuk solusi

    Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan

    Merivew Memonitoring

    implementasi

    Berinteraksi dengan orang lain

    Memberi label Strategi logis Strategi retorik Mempresentasikan suatu

    posisi, baik lisan atau tertulis

    7. Uraian Materi Optik Geometrik Optik adalah bagian dari ilmu fisika yang mempelajari sifat-sifat

    cahaya dan pemanfaatannya bagi keuntungan manusia (Widodo, 2009). Sedangkan optik geometrik mempelajari cahaya yang berkaitan dengan pemantulan, pembiasan, dan pembentukan bayangan oleh cermin dan lensa (Giancolli, 2001: 243).

    a. Sifat-sifat Cahaya Cahaya yang merambat berjalan menempuh gerak lurus pada

    berbagai keadaan (Giancolli, 2001: 243). Cahaya tersebut memiliki sifat-sifat tertentu, yakni merambat lurus, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan membentuk bayangan oleh cermin dan lensa (Giancolli. 2001: 243). Sifat-sifat cahaya inilah yang nantinya akan menjadi topik pembahasan materi optik geometrik.

  • b. Pemantulan CayahaKetika cahaya menimpa permukaan benda

    cahaya dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda atau, jika benda tersebut transparan, sebagian diteruskan. (Giancolli, 2001: 243). Pada pemantulan cahaya terdapat dua jenis pemantulan, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.

    Pemantul

    pada permukaan yang kasar (tidak rata), berkas cahaya tersebut akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak tertentu.Pemantulan ini disebut pemantulan baur (sejajar datang datar atau permukaan air yang tenang, maka pemantulannya teratur. Pemantulan ini disebut pemantulan teratur.

    Hukum pemantulan : Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan tdatar. Dan sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r). Secara sistematis dituliskan bahwa: i = r

    c. Pembentukan Bayangan pada Cermin DatarSifat

    penting dari bayangan cermin datar, yaitu: (1) bayangan cermin sama besar dengan benda yang berada di depan cermin, (2) bayangan cermin itu tegak, artinya posisi tegaknya sama dengan posisi tegaknya benda, (3) jarak bayangan ke cermindengan jarak benda ke cermin, (4) bayangan cermin tertukar sisinya, bagian kanan benda menjadi bagian kiri bayangan, (5)

    Pemantulan Cayaha Ketika cahaya menimpa permukaan benda cahaya, sebagaian

    cahaya dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda atau, jika benda tersebut transparan, sebagian diteruskan. (Giancolli, 2001: 243). Pada pemantulan cahaya terdapat dua jenis pemantulan, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.

    Pemantulan Baur Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar (tidak rata), berkas cahaya tersebut akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak tertentu.Pemantulan ini disebut pemantulan baur (difus). Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang, maka pemantulannya teratur. Pemantulan ini disebut pemantulan teratur.

    Hukum pemantulan : Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar. Dan sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r). Secara sistematis dituliskan bahwa: i = r

    Gambar 2.2 Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar

    Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar Sifat-sifat Bayangan pada Cermin Datar ada 5 sifat yang

    penting dari bayangan cermin datar, yaitu: (1) bayangan cermin sama besar dengan benda yang berada di depan cermin, (2) bayangan cermin itu tegak, artinya posisi tegaknya sama dengan posisi tegaknya benda, (3) jarak bayangan ke cermindengan jarak benda ke cermin, (4) bayangan cermin tertukar sisinya, bagian kanan benda menjadi bagian kiri bayangan, (5)

    23

    cahaya, sebagaian cahaya dipantulkan. Sisanya diserap oleh benda atau, jika benda tersebut transparan, sebagian diteruskan. (Giancolli, 2001: 243). Pada pemantulan cahaya terdapat dua jenis pemantulan, yaitu

    an Baur Jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang kasar (tidak rata), berkas cahaya tersebut akan dipantulkan ke berbagai arah yang tidak tertentu.Pemantulan

    ). Jika suatu berkas cahaya pada permukaan yang rata seperti permukaan cermin

    datar atau permukaan air yang tenang, maka pemantulannya teratur.

    Hukum pemantulan : Sinar datang, sinar pantul, dan garis erletak pada satu bidang

    datar. Dan sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r). Secara

    Gambar 2.2 Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar

    atar ada 5 sifat yang penting dari bayangan cermin datar, yaitu: (1) bayangan cermin sama besar dengan benda yang berada di depan cermin, (2) bayangan cermin itu tegak, artinya posisi tegaknya sama dengan posisi tegaknya benda, (3) jarak bayangan ke cermin sama jauhnya dengan jarak benda ke cermin, (4) bayangan cermin tertukar sisinya, bagian kanan benda menjadi bagian kiri bayangan, (5)

  • bayangan cermin merupakan bayangan semu (maya), artinya tidak dapat ditangkap dengan layar (Giancolli, 2001: 246). Agar sbayangan terlihat pada cermin datar, maka panjang cermin datar tersebut harus memiliki kriteria besar panjang cermin. Besar panjang cermin tersebut sebesar setengah dari tinggi badan/benda (Widodo, 2009: 271).

    d. Pembentukan Bayangan pada Cermin CekungCermin dikatakan cekung jika permukaan pemantulnya ada

    pada permukaan dalam bola, sehingga pusat cermin melengkung menjauhi orang yang melihat (seperti gua) (Gianc248). Cermin cekung akan mengumpulkan sinar pantulnya, dengan begitu cermin cekung dapat dikatakan sebagai cermin

    Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung

    Persamaan umum cermin :

    Keterangan: s

    Dan perbesaran benda dirumuskan:

    bayangan cermin merupakan bayangan semu (maya), artinya tidak dapat ditangkap dengan layar (Giancolli, 2001: 246). Agar sbayangan terlihat pada cermin datar, maka panjang cermin datar tersebut harus memiliki kriteria besar panjang cermin. Besar panjang cermin tersebut sebesar setengah dari tinggi badan/benda (Widodo, 2009: 271).

    Gambar 2.3 Jalannya Sinar (a) dan Lukisan Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar (b)

    Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung Cermin dikatakan cekung jika permukaan pemantulnya ada

    pada permukaan dalam bola, sehingga pusat cermin melengkung menjauhi orang yang melihat (seperti gua) (Gianc248). Cermin cekung akan mengumpulkan sinar pantulnya, dengan begitu cermin cekung dapat dikatakan sebagai cermin

    Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung

    Persamaan umum cermin :

    Keterangan: s0 = jarak benda, si = jarak bayangan, f = jarak fokus

    Dan perbesaran benda dirumuskan:

    (Giancolli, 2001: 252)

    24

    bayangan cermin merupakan bayangan semu (maya), artinya tidak dapat ditangkap dengan layar (Giancolli, 2001: 246). Agar seluruh bayangan terlihat pada cermin datar, maka panjang cermin datar tersebut harus memiliki kriteria besar panjang cermin. Besar panjang cermin tersebut sebesar setengah dari tinggi badan/benda

    Lukisan Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar (b)

    Cermin dikatakan cekung jika permukaan pemantulnya ada pada permukaan dalam bola, sehingga pusat cermin melengkung menjauhi orang yang melihat (seperti gua) (Giancolli, 2001: 248). Cermin cekung akan mengumpulkan sinar pantulnya, dengan begitu cermin cekung dapat dikatakan sebagai cermin konvergen.

    Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung

    = jarak bayangan, f = jarak

  • Sinarsejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik fokus F, Sinar datang melalui titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama. Dan sinar datang melalui titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan kembali melalui titik M. Untuk melukis bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung dapat digunakan 2 di antara 3 sifat sinar-sinar istimewa.

    e. Pembentukan Bayangan pada Cermin CembungBila berkas sinar sejajar sumbu utama dijatuhkan pada

    cermin cembung maka berkas sinar akan dipantulkan menyebar (divergencermin cembung

    Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan pada

    Cermin cembung juga memiliki 3 sinar istimewa, yaitu: Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan seolahberasal dari titik fokus F, Sinar datang menuju titikdipantulkan sejajar sumbu utama.Dan Sinar datang menuju ke titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan kembali seolahberasal dari titik M. Sifat bayangan yang dibentuk selalu: maya, tegak, dan diperkecil

    f. Pembiasan CahayaPembiasan adala

    karena cahaya melalui medium2009: 305). Willebrord Snell (1591menggunakan teori

    Sinar-sinar Istimewa pada Cermin Cekung sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik fokus F,

    datang melalui titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama. Dan sinar datang melalui titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan kembali melalui titik M. Untuk melukis bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung dapat digunakan 2 di antara 3 sifat

    sinar istimewa.

    Pembentukan Bayangan pada Cermin CembungBila berkas sinar sejajar sumbu utama dijatuhkan pada

    cermin cembung maka berkas sinar akan dipantulkan menyebar divergen) seolah-olah berasal dari titik fokus. Oleh karena itu,

    cermin cembung disebut cermin divergen.

    Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung

    Cermin cembung juga memiliki 3 sinar istimewa, yaitu: Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan seolahberasal dari titik fokus F, Sinar datang menuju titikdipantulkan sejajar sumbu utama.Dan Sinar datang menuju ke titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan kembali seolahberasal dari titik M. Sifat bayangan yang dibentuk selalu: maya, tegak, dan diperkecil

    Pembiasan Cahaya Pembiasan adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya

    karena cahaya melalui medium-medium yang berbeda (Widodo, 2009: 305). Hukum pembiasan didapatkan dengan percobaan oleh Willebrord Snell (1591-1626) dan diturunkan dengan menggunakan teori korpuskuler cahaya oleh Rene Descartes (1596

    25

    : Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan melalui titik fokus F,

    datang melalui titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama. Dan sinar datang melalui titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan kembali melalui titik M. Untuk melukis bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung dapat digunakan 2 di antara 3 sifat

    Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung Bila berkas sinar sejajar sumbu utama dijatuhkan pada

    cermin cembung maka berkas sinar akan dipantulkan menyebar olah berasal dari titik fokus. Oleh karena itu,

    Cermin Cembung

    Cermin cembung juga memiliki 3 sinar istimewa, yaitu: Sinar datang sejajar sumbu utama cermin akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus F, Sinar datang menuju titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama.Dan Sinar datang menuju ke titik pusat kelengkungan M akan dipantulkan kembali seolah-olah berasal dari titik M. Sifat bayangan yang dibentuk selalu: maya,

    h peristiwa pembelokan arah rambat cahaya medium yang berbeda (Widodo,

    Hukum pembiasan didapatkan dengan percobaan oleh 1626) dan diturunkan dengan

    cahaya oleh Rene Descartes (1596

  • - 1650). Hukum Snelilius dengan bentuk matematis adalah sebagai berikut:

    Dengan demikian hukum pembiasan cahaya adalah sinar datang, sinr bias, garis normal terletak dalam satu bidang datar. Sedangkan s

    1) Sinar datang melalui medium kurang rapat dibiaskan mendekati garis normal

    2) Sinar datang melalui medium lebih rapat dibiaskan menjauhi garis normal

    3) Sinar datang tegak lurus dengan bidang datar akan diteruskan.

    Indeks bias ada 2 macam, yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa dengan cepat rambat cahaya di dalam medium.

    C = cepat rambat cahaya Cn = cepat rambat cahaya di dalam medium (m/s)n = indeks bias medium. Sedangkan Indeks bias relatif adalah perbandingan antara

    indeks bias medium satu dengan medium yang lain. Indeks bias relatif medium air terhad

    1650). Hukum Snelilius dengan bentuk matematis adalah sebagai berikut:

    n1 sinq1 = n2 sinq2 Dengan demikian hukum pembiasan cahaya adalah sinar

    datang, sinr bias, garis normal terletak dalam satu bidang datar. Sedangkan sifat pembiasan cahaya ada tiga, yaitu:

    Sinar datang melalui medium kurang rapat dibiaskan mendekati garis normal Sinar datang melalui medium lebih rapat dibiaskan menjauhi garis normal

    Sinar datang tegak lurus dengan bidang datar akan diteruskan.

    Gambar 2.6 Pembiasan Cahaya

    Indeks bias ada 2 macam, yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa dengan cepat rambat cahaya di dalam medium.

    C = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 m/s)Cn = cepat rambat cahaya di dalam medium (m/s)n = indeks bias medium. Sedangkan Indeks bias relatif adalah perbandingan antara

    indeks bias medium satu dengan medium yang lain. Indeks bias relatif medium air terhadap medium kaca ditulis :

    26

    1650). Hukum Snelilius dengan bentuk matematis adalah sebagai

    Dengan demikian hukum pembiasan cahaya adalah sinar datang, sinr bias, garis normal terletak dalam satu bidang datar.

    Sinar datang melalui medium kurang rapat dibiaskan

    Sinar datang melalui medium lebih rapat dibiaskan menjauhi

    Sinar datang tegak lurus dengan bidang datar akan

    Indeks bias ada 2 macam, yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah perbandingan cepat rambat cahaya di ruang hampa dengan cepat rambat cahaya di

    di ruang hampa (3 x 108 m/s) Cn = cepat rambat cahaya di dalam medium (m/s)

    Sedangkan Indeks bias relatif adalah perbandingan antara indeks bias medium satu dengan medium yang lain. Contoh:

    ap medium kaca ditulis :

  • 27

    na = indeks bias medium air nk = indeks bias medium kaca

    g. Pemantulan Sempurna Pemantulan sempurna merupakan pemantulan cahaya yang

    memiliki syarat-syarat tertentu. Pemantulan sempurna hanya terjadi jika:

    1) Sinar berasal dari medium rapat ke medium kurang rapat 2) Sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis atau sudut

    batasnya. Sudut kritis adalah sudut datang dengan sudut bias = 900. Proses pembentukan pemantulan sempurna seperti gambar berikut.

    Gambar 2.7 Arah Sinar Pembentukan Pementulan Sempurna

    Sumber cahaya memancarkan cahaya ke segala arah misalnya sinar A, B, C, dan D. Sinar Atidak mengalami pembiasan dan pemantulan tetapi diteruskan. Sinar B dengan sudut datang i, sebagian dipantulkan (B) dan sebagian dibiaskan (B)dengan sudut bias r. Sedangkan sinar C dengan sudut datang ik juga mengalami pemantulan (C) dan pembiasan (C) dengan sudut bias 900. Akan tetapi, sinar D dengan sudut datang i yang lebih besar dari ik ternyata mengalami pemantulan seluruhnya atau dengan kata lain mengalami pemantulan sempurna.

    Contoh peristiwa pemantulan sempurna adalah 1) fatamorgana. 2) Berlian yang tampak berkilauan.

  • 28

    3) Pemantulan pada serat optik yang dipakai dalam kedokteran sebagai alat lacak (probes) untuk memeriksa berbagai organ dalam tubuh tanpa pembedahan.

    4) Penggunaan serat optik dengan menggunakan sinar laser sebagai pengganti arus listrik dan gelombang radio sebagai pembawa sinyal. Hal tersebut karena gelombang cahaya memiliki frekuensi lebih tinggi sehingga jumlah informasi persatuan waktu yang disalurkan lebih banyak daripada melalui kabel biasa atau gelombang radio.

    h. Pembiasan cahaya pada Lensa Lensa merupakan benda bening yang dibatasi oleh dua

    permukaan atau lebih dengan paling tidak salahsatu permukaannya merupakan bidang lengkung. Lensa tipis merupaka lensa yang ketebalannya diabaikan. Ada dua jenis lensa , yakni lensa cembung (konveks) dan lensa cekung (konkaf). Lensa cembung memiliki bagian tengah yang lebih tebal daripada bagian tepinya. Lensa ini bersifat mengumpulkan sinar sehingga disebut juga lensa konvergen. Sedangkan lensa cekung memiliki bagian tengah yang lebih tipis daripada bagian tepinya. Karena lensa ini bersifat memencarkan sinar, maka dinamakan lensa divergen.

    Pada lensa cembung memiliki tiga sinar istimewa, yakni: 1) Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui

    titik fokus.

    Gambar 2.8 Arah Sinar Sejajar Sumbu Utama Lensa Cembung 2) Sinar datang melalui titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu

    utama.

    Gambar 2.9 Arah Sinar Malaui Titik Fokus Lensa Cembung

  • 29

    3) Sinar datang melalui titik pusat optik lensa diteruskan tanpa pembiasan.

    Gambar 2.10 Arah Sinar Melalui Titik Pusat Optik Lensa Cembung

    Sedangakan pada lensa cekung juga memiliki tiga sinar istimewa, yakni:

    1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.

    Gambar 2.11 Arah Sinar Sejajar Sumbu Utama Lensa Cekung

    2) Sinar datang menuju titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.

    Gambar 2.12 Arah Sinar Menuju Titik Fokus Lensa Cekung 3) Sinar datang melalui titik pusat optik lensa diteruskan tanpa

    pembiasan.

    Gambar 2.13 Arah Sinar Melalui Titik Pusat Optik Lensa Cekung

  • 30

    Untuk melukis bayangan dari lensa, minimal menggunakan dua buah sinar istimewa baik dari lensa cembung maupun lensa cekung. Contoh pembentukan bayangan pada lensa cembung

    Gambar 2.14 Pembentukan Bayangan Lensa Cembung Sifat bayangan yang terbentuk adalah: nyata, terbalik,

    diperbesar. Sedangkan contoh pembentukan bayangan pada lensa cekung adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.15 Pembentukan Bayangan Pada Lensa Cekung

    Bayangan yang terbentuk bersifat maya, tegak, dan diperkecil.

    Didalam lensa cembung maupun cekung memiliki bagian-bagian ruang. bagian ruang inilah yang menjadikan dimana letak benda berada dan bayangannya. Bagian ruang pada lensa cembung seperti pada gambar berikut:

    Gambar 2.16 Bagian Ruang pada Lensa Cembung Sedangan bagian ruang pada lensa cekung adalah sebagai

    ganbar berikut:

    Gambar 2.17 Bagian Ruang pada Lensa Cekung

  • 31

    Keterangan gambar: R III, R II, R I merupakan ruang benda R 1, R 2, R 3 merupakan ruang bayangan benda. Lensa cembung dan lensa cekung memiliki hubungan antara

    titik fokus dengan jarak bayangna maupun jarak benda dan juga tinggi benda dan tinggi bayangan. Hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

    Dengan,

    f = jarak ttik fokus s0 = jarak benda si = jarak bayangan benda Dengan perbesaran bayangan sebesar:

    atau,

    Dengan, M = perbesaran bayangan h0 = tinggi benda, hi = tinggi benda

    Sedangkan kekuatan sebuah lensa dapat kita ketahui dengan persamaan:

    Dengan,

    P = Kekuatan lensa (Diptri) f = titik fokus lensa

    Perlu diingat juga lensa cembung memiliki jarak titik fokus (f) bernilai negatif, dan lensa cembung memiliki jarak titik fokus bernilai positif.

    B. Kerangka Berfikir Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat

    menentukan keberhasilan peserta didik. Sebelum mengajar guru harus mempersiapkan materi yang akan diberikan dan juga memilih metode dan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar dapat berhasil dengan baik.

  • 32

    Proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL dengan bantuan media CD interaktif merupakan suatu proses pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam proses tersebut. Siswa yang akan mengalami proses pembelajaran dari pemecahan suatu masalah sampai siswa mengetahui dan mempelajari pengetahuan konsep yang didapatnya. Dengan begitu siswa juga menggunakan pemikiran tingkat tinggi dalam proses pembelajaran. Pemikiran tingkat tinggi ini salah satunya berfikir krittis. Dalam PBL sangat diharapkan berfikir kritis siswa dapat terbentuk dan berkembang dengan sendirinya.

    Dalam proses PBL dengan bantuan media CD interaktif juga memberikan suatu permasalahan yang erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian setelah selesai mengalami proses pembelajaran, hasil belajar siswa akan lebih baik dari hasil belajar sebelum menggunakan model PBL maupun dengan model konvensional. Dan siswa juga dapat mengaplikasikan pengetahuan atau konsep yang sudah didapatkannya dengan baik dan benar sesuai konsep yang sudah didapat.

    C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan telaah pustaka, maka dapat disusun

    hipotesis, yaitu: ada pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013 yang selanjutnya disebut hipotesis kerja (Ha). Untuk uji statistik dimunculkan hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : tidak ada pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik semester II Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun 2012/2013.

  • 33

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 3 Batang tahun pelajaran 2012/2013.

    2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 5 Juni 2013.

    B. Subjek Penelitian 1. Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117). Jadi populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang menjadi sumber pengambilan sampel. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Batang tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 148 siswa yang terbagi menjadi 6 kelas yakni kelas VIIIA, kelas VIIIB, kelas VIIIC, kelas VIIID, kelas VIIIE, dan kelas VIIIF.

    2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

    oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118). Jadi sampel dapat diartikan sebagai subyek yang dilibatkan langsung dalam penelitian yang dapat mewakili keseluruhan populasi. Penentuan sampel dari populasi yaitu dua kelas dari keenam kelas VIII semester II di SMP Negeri 3 Batang tahun pelajaran 2012/2013. Dalam penelitian ini sampelnya adalah kelas VIIIA berjumlah 26 siswa dan kelas VIIID berjumlah 24 siswa.

  • 34

    C. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,

    2010:118). Dalam penelitian ini akan dipilih dua kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak dengan teknik cluster random sampling dengan pertimbangan setiap kelas dalam populasi dianggap sebagai kelas yang homogen. Dari keseluruhan kelas VIII semester II SMP Negeri 3 Batang dipilih 2 kelas secara acak satu kelas ditetapkan sebagai kelompok eksperiment yang mendapatkan pembelajaran dengan model PBL dengan bantuan Media CD interaktif dan satu kelas sebagai kelompok kontrol yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Dari pengambilan sampel ini didapatkan kelas VIIIA sebagai kelas eksperiment dan kelas VIIID sebagai kelas kontrol.

    D. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2010: 60). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

    1. Variabel bebas (X) Variable bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

    menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2010: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini berupa model PBL dengan bantuan Media CD interaktif.

    2. Variabel terikat (Y) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

    menjadi akibat, karena adanya variabel independen atau bebas (Sugiyono, 2010: 61). Variabel terikat dalam penelitian ini berupa hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik.

  • 35

    E. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

    Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki pengaruh model PBL dengan bantuan media CD interaktif terhadap hasil belajar ditinjau dari berfikir kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sugiyono, 2010: 107). Dalam penelitian ini menggunakan Pretest-Postest Control Group Desaign. Pretest-Postest Control Group Desaign digunakan pada dua kelompok yang dipilih secara acak random, pretest dilakukan untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (Sugiyono, 2010: 113). Sedangkan posttest dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang sudah ditentukan.

    Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen

    Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

    Eksperimen T-1 X : pengajaran dengan model PBL dengan bantuan media CD interaktif

    T-2

    Kontrol T-1 Y : pengajaran menggunakan pembelajaran konvensional

    T-2

    F. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada yaitu: 1. Metode Dokumentasi

    Metode ini digunakan untuk mendapatkan data awal siswa yang menjadi sampel penelitian. Data awal yang digunakan adalah nilai ulangan mata pelajaran fisika materi sebelum optik geometrik.

  • 36

    2. Metode Angket Siswa Menurut Sugiyono (2010: 199) angket merupakan teknik

    pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Metode angket dilakukan untuk memperoleh tentang proses PBL dengan bantuan CD interaktif siswa dalam pembelajaran pada saat dilakukan penelitian eksperimen, caranya di akhir pembelajaran siswa mengisi angket yang diberikan oleh guru.

    3. Metode Tes tertulis Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti (Arikunto, 2010: 266). Dengan demikian tes dapat digunakan seseorang untuk mengukur pencapaian kemampuan dasar dan hasil belajar siswa yang ditinjau dari berfikir kritis siswa. Tes ini juga digunakan sebagai cara untuk memperoleh data kuantitatif yang selanjutnya diolah untuk menguji hipotesis. Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis. Pretest dan posttest yang digunakan sama. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini telah diteliti validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan.

    G. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat

    yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Segala sesuatu yang dibutuhkan atau alat yang dibituhkan dalam melaksanakan penelitian merupakan variabel penelitian.

    Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes dan media CD interaktif. Instrumen tes pada penelitian ini adalah tes hasil belajar yang ditinjau dari berfikir kritis siswa untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VIII pada pokok bahasan Optik Geometrik.

  • 37

    1. Media CD Interaktif Media CD interaktif merupakan media yang digunakan dalam

    membantu proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan komputer. Media CD interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai pokok bahasan optik geometrik.

    2. Instrument Tes Tes yang digunakan berupa tes tertulis utuk mengetahui hasil

    belajar yang ditinjau dari sikap kritis siswa pada pokok bahasan optik geometrik. Langkah-langkah penyusunan instrument tes adalah sebagai berikut:

    a. Menentukan materi pokok

    b. Menentukan bentuk tes yang digunakan c. Menentukan alokasi waktu mengerjakan soal d. Menentukan jumlah butir soal e. Membuat kisi-kisi soal uji coba f. Membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran. g. Melakukan uji coba instrument di kelas VIIIC h. Manganalisis hasil uji coba yaitu validitas, reliabilitas, daya

    pembeda, dan taraf kesukaran tiap butir soal i. Memilih butir soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, dan

    mempunyai daya pembeda yang signifikan. Instrumen tes dianalisis untuk mengetahui kriteria valid,

    reliabel, indek kesukaran, dan mempunyai daya pembeda yang signifikan.

    a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

    kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang

  • 38

    sesuai untuk mengukur kompetensi, yaitu untuk mengetahui

    kevaliditas tiap soal. Untuk menguji validitas tes bentuk uraian digunakan rumus

    korelasi Product Moment (Arikunto, 2009: 72)

    ( )( ) ( )( )

    =2222 YYNXXN

    YXXYNrXY

    Keterangan:

    rxy : koefisien korelasi skor item dan skor total

    N : banyaknya subyek

    x : jumlah skor item y : jumlah skor total xy : jumlah perkalian skor item dengan skor total x2 : jumlah kuadrat skor item y2 : jumlah kua drat skor total

    Menurut Arikunto (2009: 75) kriteria validitas tes adalah sebagai berikut.

    Tabel 3.2 Kriteria tingkat validitas tes.

    Kooefisien korelasi (r) Keterangan 0 0,20 Sangat rendah

    0,21 0,40 Rendah

    0,41 0,60 Cukup

    0,6 0,80 Tinggi

    0,8 1,0 Sangat tinggi

    Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel (r11 > rt) maka instrumen tes tersebut valid dan dapat digunakan sebagai tes evaluasi dalam proses pembelajaran.

  • 39

    b. Reliabilitas Menurut Arikunto (2009 : 86) seperangkat tes dikatakan

    reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Artinya apabila tes tersebut dapat dikenakan pada sejumlah subyek yang sama pada lain waktu, maka hasilnya akan tetap sama atau relative sama.

    Untuk menguji apakah instrument tes reliabel atau tidak dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus alpha. Menurut (Arikunto, 2009: 109) untuk mencari reliabilitas digunakan rumus alpha, sebagai berikut.

    =

    2

    2

    11 11 tb

    kk

    r

    Keterangan:

    r11 : reliabilitas instrumen, k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal,

    2 b : jumlah varians skor tiaptiap item,

    2t

    : varians total.

    Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel (r11 > rt) maka instrumen tes tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai tes evaluasi dalam proses pembelajaran.

    c. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

    membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009: 210). Semakin tinggi nilai daya beda soal, semakin mampu soal tersebut membedakan peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang bodoh.

    Menurut Arifin (2013: 277) Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk uraian adalah dengan

  • 40

    menghitung perbedaan dua buah rata-rata yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan adalah :

    Keterangan :

    MH = rata-rata dari kelompok atas ML = rata-rata dari kelompok bawah

    = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

    ni = 27% x N (HG dan LG sama besar) N = jumlah sampel

    Klasifikasi daya pembeda :

    Kemudian harga hitungt yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga

    tabelt dengan )1()1( = ii nndk dan = 5 %. Jika hitungt > tabelt maka soal tersebut signifikan.

    d. Taraf kesukaran Menurut Arikunto (2009: 207) soal yang baik adalah soal yang

    tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Jika suatu item atau tes memiliki kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan bahwa tes tersebut baik. Taraf kesukaran ini digunakan untuk mengetahui butir soal termasuk sukar, sedang atau mudah. Menurut Arifin (2013: 273) cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus untuk tiap-tiap soal. instrumen perlu diuji tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

    100 %

    +

    =

    )1(

    )(2

    22

    1

    ii nn

    XX

    MLMHt

    2ix 22x

  • 41

    Keterangan:

    TK : Tingkat Kesukaran

    Kriteria taraf kesukaran sebuah soal dapat dilihat dalam tabel 3.4 dibawah ini.

    Tabel 3.4 Kriteria tingkat kesukaran item soal.

    Interval IK Kriteria

    0% < TK 27% 27% < TK 72%

    72% < TK < 100%

    Mudah sedang sukar

    Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa : Ada tiga kriteria tingkat kesukaran soal.

    1) Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah

    2) Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan 72% termasuk sedang

    3) Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% keatas, termasuk sulit.

    Batas lulus ideal skor tiap item mencapai 6, skala nol sampai sepuluh (Arifin, 2013: 273). Dengan demikian, siswa lulus memperoleh skor mencapai 60% tiap nomor soal.

    H. Metode Analisis Data

    1. Teknik Analisa Data Awal Analisis data tahap awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

    kelompok sampel mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi. Adapun data yang dianalisis tahap awal ini adalah data nilai fisika pada nilai ulangan fisika siswa materi sebelumnya. a. Uji Normalitas

    Menurut Sudjana (2005: 466) uji kenormalan yang digunakan adalah menggunakan rumus uji lillifors sebagai berikut :

  • 42

    1) Hipotesis Ho = Sampel dari populasi berdistribusi normal. Ha = Sampel tidak dari populasi berdistribusi normal.

    2) Prosedur a) nXXX .,.....,, 21 dijadikan bilangan baku nZZZ ......,,, 21

    dengan rumus : S

    XXZ ii

    =

    keterangan:

    iZ = bilangan baku

    iX = data hasil pengamatan

    X = rata-rata sample

    S = simpangan baku sample

    =

    ( )1

    n

    XX i

    b) Data dari sampel tersebut diurutkan dari skor terendah ke skor tertinggi

    c) Dengan data distribusi normal baku dihitung peluang ( ) ( )ii ZZPZF =

    d) Menghitung proporsi in ZZZZ ......,,, 21 Jika proporsi ini dinyatakan oleh S ( )iZ maka :

    ( )N

    ZyangZZZBanyaknyaZS ini

    =

    .........,,, 21

    e) Menghitung selisih ( ) ( )ii ZSZF dan menentukan harga mutlaknya

    f) Ambil harga terbesar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut, harga terbesar ini dinamakan Lo

    g) Bandingkan Lo dengan tabelL , pada taraf signifikan 0,05.

  • 43

    3) Kesimpulan 1) Jika Lo < tabelL , maka Ho diterima

    2) Jika Lo > tabelL , maka Ho ditolak Catatan: tabelL diperoleh dari tabel lilliefors

    b. Uji Homogenitas Uji homogenitas sampel ini bertujuan untuk mengetahui apakah

    sampel yang diteliti mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji h