kerangka pengelolaan kawasan konservasi perairan laut...

39
Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut Menggunakan Pendekatan Resiliensi Sosial- Ekologi dan Spatial System Dynamics: Studi Kasus KKPD Pulo Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan Oleh: Suryo Kusumo Luky Adrianto Mennofatria Boer Suharsono

Upload: docong

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

Laut Menggunakan Pendekatan Resiliensi Sosial-

Ekologi dan Spatial System Dynamics: Studi Kasus

KKPD Pulo Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar,

Sulawesi Selatan

Oleh:

Suryo Kusumo

Luky Adrianto

Mennofatria Boer

Suharsono

Page 2: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

• P. Pasi Gusung merupakan Kawasan

Konservasi Perairan Daerah sesuai

dengan SK Bupati No. 466/IX/Tahun

2011 menjadi Taman Wisata Perairan.

• Tujuan KKPD ini adalah melindungi,

melestarikan dan memanfaatkan wilayah

pesisir serta ekosistem yang terdapat

didalamnya untuk menjamin keberadaan,

ketersediaan, dan kesinambungan

sumber daya pesisir dan pulau-pulau

kecil dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragamannya.

• Luas kawasan KKPD Pulo Pasing

Gusung adalah 5.018 hektar.

Page 3: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

Ada 10 isu dan permasalahan utama yang berkaitan

dengan pengelolaan KKPD Pulo Pasi Gusung, antara lain:

1. Tekanan populasi penduduk;

2. Penangkapan ikan yang merusak terumbu karang;

3. Pengambilan biota perairan yang berlebihan;

4. Spesies eksotik dan sumberdaya yang dilindungi;

5. Pencemaran;

6. Potensi dan obyek wisata belum termanfaatkan secara optimal;

7. Kerusakan terumbu karang;

8. Abrasi pantai;

9. Penambangan pasir dan

10.Lemahnya kelembagaan.

Sumber: COREMAP-CTI Kabupaten Kepulauan Selayar (2016)

Page 4: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

Sumber: COREMAP-CTI Kabupaten Kepulauan Selayar (2016)

Page 5: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

Penurunan hasil tangkapan ikan karang sejak tahun 2010-2015 di Desa Kahu-

kahu, P. Pasi Gusung

Sumber: Hanaruddin et al. 2016

Page 6: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

• Studi awal dengan pendekatan

Community-Based System

Dynamics (CBSD) untuk

mengkaji jasa ekosistem

terumbu karang di P. Pasi

Gusung (Setianto et al. 2016)

• Sistem dinamik yang

dikembangkan berdasarkan

partisipisasi masyarakat

menggunakan metode FGD

(Focus Group Discussion)

• Identifikasi: sumberdaya

(resources), aktifitas yang

terkait dengan sumberdaya

(activities) dan tekanan

(pressures) baik yang terkait

dengan activities dan resources

Resources

Activities

Pressures

Page 7: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

Aplikasi SESAMME (Socio-Ecological Systems App for Mental Model Elicitation)

dalam CBSD

Tampak muka Interaksi resources-resources Interaksi activities-activities Interaksi presseures-pressures

Interaksi resources-activities Interaksi resources-pressures Interaksi activities-pressures Final map (rich pictures)

Page 8: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

Aktifitas FGD didalam Community-Based System Dynamics (CBSD)

Page 9: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

Berdasarkan hasil Scoping

dan Focus Group Discussion

(FGD) yang dilakukan pada

5 kelompok masyarakat dari

3 desa di P. Pasi Gusung,

yaitu Desa Bontoborusu,

Desa Kahu-kahu dan Desa

Bontolebang, maka diperoleh

permasalahan utama yang

terjadi di masyarakat yaitu

terjadinya penurunan hasil

tangkapan ikan karang

Causal Loop Diagram

Page 10: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pendahuluan

• Tujuan penelitian:

1. Mengembangkan indeks resiliensi terumbu karang menggunakan

pendekatan Social-Ecological System (SES);

2. Mengembangkan model dinamik resiliensi terumbu karang dan

penggunaan lahan pulau secara spasial dan temporal menggunakan

pemodelan Spatial System Dynamics (SSD);

3. Mengusulkan zonasi kawasan konservasi perairan menggunakan

model resiliensi terumbu karang dan penggunaan lahan pulau

secara spasial dan temporal berdasarkan pendekatan SES;

4. Mengusulkan rancangan pengelolaan kawasan konservasi perairan

berdasarkan desain kawasan konservasi perairan berbasis SES di P.

Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar.

• Ruang lingkup penelitian:

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan perairan dan daratan P. Pasi

Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Page 11: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Menurut Carpenter et al. (2001), terdapat 3 pengertian resiliensi, antara lain: 1) jumlah gangguan yang dapat diserap oleh suatu sistem dimana kondisi sistem tidak mengalami

perubahan/tetap;

2) suatu kondisi dimana sistem mampu untuk mengelola dirinya sendiri ketika terjadi gangguan dari

luar; dan

3) suatu kondisi dimana sistem dapat membangun dan meningkatkan kemampuannya untuk belajar

dan beradaptasi.

• Tingkat resiliensi terumbu karang hendaknya merupakan salah satu komponen

yang penting didalam pemilihan kawasan konservasi terumbu karang.

• Terumbu karang yang memiliki tingkat resiliensi lebih tinggi lebih berharga untuk

dikonservasi daripada yang resiliensinya rendah.

• Pemilihan kawasan konservasi terumbu karang sebagian besar masih dilakukan

secara konvensional didasarkan pada kelimpahan dan keanekaragaman

komunitas karang dan komunitas ikan.

• Terumbu karang yang tutupannya baik dan jumlah spesies karang tinggi belum

tentu mencerminkan resiliensi yang tinggi.

• Terumbu karang yang mempunyai nilai resiliensi tinggi dan resiko tinggi

mendapatkan prioritas yang tinggi didalam pengelolaan (Bachtiar 2011).

Pendahuluan

Page 12: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Pemodelan resiliensi sosial-ekologi terumbu karang secara spasial dan temporal diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku (behavior) sumberdaya terumbu karang dan manusia yang mempengaruhi resiliensi terumbu karang.

• Selain itu juga diharapkan memberikan gambaran resiliensi terumbu karang secara spasial berdasarkan indeks resiliensi yang akan dibangun, sehingga diharapkan akan diperoleh lokasi mana yang memiliki resiliensi yang tinggi hingga rendah serta resiko yang tinggi hingga rendah.

• Pendekatan spasial-temporal resiliensi sosial-ekologi terumbu karang diharapkan dapat dijadikan pertimbangan didalam mendesain suatu kawasan konservasi perairan laut didalam kerangka pengelolaan ekosistem terumbu karang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di P. Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Pendahuluan

Page 13: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Lokasi penelitian: perairan laut dan daratan P. Pasi Gusung

• Waktu penelitian: Maret 2017 – Mei 2018, meliputi pengambilan data lapangan, baik data ekologi dan sosial-ekonomi, serta analisis dan pengolahan data, pemodelan dan verifikasi model, simulasi model dan penulisan disertasi

• Data ekologi diambil pada 3 stasiun, yang mewakili zonasi KKPD

• Data sosial-ekonomi dilakukan dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan 60 responden nelayan pada 3 desa di P. Pasi Gusung

Metodologi – Lokasi Penelitian

Page 14: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Metodologi – Tahapan Penelitian

Indeks Resiliensi Terumbu Karang berbasis Social-Ecological System

Model dinamika karang, alga dan herbivori

Data spasial terumbu karang dan lahan

Model dinamik perikanan karang berbasis Social-

Ecological System

Desain kawasan konservasi perairan terumbu karang secara

spasial dan temporal berbasis Social-Ecological System

Skenario pengelolaan kawasan konservasi

perairan

Analisis Kriteria Ganda (Multi-Criteria Analysis)

Rancangan Pengelolaan kawasan konservasi perairan di P. Pasi Gusung

Model dinamika spasial perikanan karang berbasis Social-Ecological System

Model dinamik resiliensi terumbu karang berbasis Social-Ecological System

Tahap ke-1 Tahap ke-2 Tahap ke-3 Tahap ke-4

Tahap ke-5

Tahap ke-6

Page 15: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Tahap-1: Studi resiliensi terumbu karang

Warisan ekologi

(Biodiversity)

Warisan stuktural

(Habitat

complexity and

substrate)

Rekrutmen

(Recruitment)

Produktivitas

(Regimes)

Herbivori

(Herbivory)

Kualitas perairan

(Water quality)Tekanan (Stress)

Pengaruh insani

(Anthropogenic)

Pendapatan

nelayan (Income)

Kekayaan genus

karang (CGR)

Kekayaan genus

ikan terumbu

(FGR)

Jumlah individu

ikan terumbu

(CFN)

Kekayaan

kelompok

fungsional karang

(CFG)

Kekayaan

kelompok

fungsional ikan

terumbu (FFG)

Jumlah individu

megabenthos

(predator & non-

predator) (MBN)

Densitas

megabenhos

(predator & non-

predator)(MBD)

Karang masif dan

submasif (CMC

dan CSC)

Substrat yang

tidak dapat dihuni

(USS)

Jumlah kelas

ukuran koloni

(CSC)

Jumlah karang

ukuran kecil

(CSN)

Tutupan karang

keras hidup

(HCC)

Tutupan alga

(ALC)

Tutupan karang

lunak (SOC)

Tutupan fauna

lain (OTF)

Makro alga (MAC)

Kelimpahan

kelompok ikan

herbivori (HFD)

Karang Acropora

(CAC)

Suhu perairan

(WAT)

Pemutihan

karang (COB)

Penyakit karang

(CDS)

Penangkapan

ikan dengan bom

dan sianida (DSF)

Pendapatan

nelayan dengan

alat tang

tradisional (INC)

Penggerak (driver) resiliensi terumbu karang

1. Reduksi peubah indikator dengan analisis korelasi dan

Analisis statistik BEST (Biological-Environmental Step-wise)2. Pembobotan peubah indikator dengan analisis PCA

Indeks Resiliensi Terumbu Karang

(IRTK)Kategori resiliensi terumbu karang:

A. Tinggi; B. Sedang dan C. Rendah

Page 16: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Komponen Peubah indikator Unit (penjelasan) Dampak

indikator Pustaka

A. Warisan ekologi

(Biodiversity)

1) Kekayaan genus karang (CGR: coral genera

richness)

Jumlah genus karang positif (+) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

2) Kekayaan genus ikan terumbu (FGR: fish

genera richness)

Jumlah genus ikan terumbu positif (+) Obura dan Grimsditch

(2009)

3) Jumlah individu ikan terumbu (CFN: coral

fish number)

Jumlah individu ikan terumbu positif (+) Obura dan Grimsditch

(2009)

4) Kekayaan kelompok fungsional karang

(CFG: coral functional group)

Jumlah bentuk pertumbuhan (life

form)

positif (+) Bachtiar (2011)

5) Kekayaan kelompok fungsional ikan terumbu

(FFG: fish functional group)

Jumlah kelompok fungsional ikan

karang

positif (+) Obura dan Grimsditch

(2009)

6) Jumlah individu megabenthos non-predator

karang (PMBN: positive megabenthos number)

Jumlah individu megabenthos non-

predator karang

positif (+) Obura dan Grimsditch

(2009)

7) Jumlah individu megabenthos predator

karang (NMBN: negative megabenthos

number)

Jumlah individu megabenthos

predator karang

negatif (-) Obura dan Grimsditch

(2009)

8) Densitas megabenthos non-predator karang

(PMBD: positive megabenthos density)

Kepadatan (densitas) megabenthos

non-predator karang

positif (+) Obura dan Grimsditch

(2009)

9) Densitas megabenthos predator karang

(NMBD: negative megabenthos density)

Kepadatan (densitas) megabenthos

predator karang

negatif (-) Obura dan Grimsditch

(2009)

B. Warisan

stuktural (Habitat

complexity and

substrate)

10) Karang masif dan sub-masif (CMC dan

CSMC: coral massive and sub-massive covers)

% tutupan CMC + CSMC positif (+) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

11) Substrat yang tidak dapat dihuni (USS:

unsuitable settlement substrate)

% tutupan pasir (S) dan lumpur (SI) negatif (-) Bachtiar (2011)

Indikator resiliensi terumbu karang dengan pendekatan SES (modifikasi dari Bachtiar (2011) dan Obura dan Grimsditch (2009)).

Metodologi – Tahap ke-1

Page 17: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Indikator resiliensi terumbu karang dengan pendekatan SES (modifikasi dari Bachtiar (2011) dan Obura dan Grimsditch (2009)).

Komponen Peubah indikator Unit (penjelasan) Dampak

indikator Pustaka

C. Rekrutmen

(recruitment)

12) Jumlah kelas ukuran koloni (CSC: coral size

classes)

Jumlah kelas dengan interval 10 cm positif (+) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

13) Jumlah karang ukuran kecil (CSN: coral

small-size number)

Jumlah koloni kecil positif (+) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

D. Produktivitas

(Regimes)

14) Tutupan karang keras hidup (HCC: coral

cover)

% tutupan karang keras hidup

positif (+) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

15) Tutupan alga (ALC: algae cover) % tutupan alga

negatif (-) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

16) Tutupan karang lunak (SOC: soft coral) % tutupan karang lunak negatif (-) Obura dan Grimsditch

(2009)

17) Tutupan biota lain (OTB: other biota) % tutupan biota lain negatif (-) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

E. Herbivori

(Herbivory)

18) Makro-alga (MAC: macroalgal cover) % tutupan makro-alga negatif (-) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

19) Kelimpahan kelompok ikan herbivori (HFD:

herbivore fish density)

Kelimpahan ikan karang herbivora positif (+) Obura dan Grimsditch

(2009)

F. Kualitas

perairan (Water

quality)

20) Karang Acropora (CAC: coral Acropora

cover)

% tutupan karang Acropora positif (+) Bachtiar (2011), Obura

dan Grimsditch (2009)

21) Suhu perairan (WAT: water temperature) oC suhu tertinggi negatif (-) Obura dan Grimsditch

(2009)

Metodologi – Tahap ke-1

Page 18: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Indikator resiliensi terumbu karang dengan pendekatan SES (modifikasi dari Bachtiar (2011) dan Obura dan Grimsditch (2009)).

Komponen Peubah indikator Unit (penjelasan) Dampak

indikator Pustaka

G. Tekanan

(stress)

22) Pemutihan karang (COB: coral bleaching) Jumlah koloni karang yang

mengalami pemutihan

negatif (-) Obura dan Grimsditch

(2009)

23) Penyakit karang (CDS: coral disease) Jumlah koloni karang yang terkena

penyakit

negatif (-) Obura dan Grimsditch

(2009)

H. Pengaruh

insani

(anthropogenic)

24) Praktek penangkapan ikan karang yang

merusak, penggunaan bom ikan dan sianida

(DSF: destructive fishing)

Frekuensi praktek penangkapan

ikan karang menggunakan bom

dan sianida

negatif (-) Obura dan Grimsditch

(2009)

I. Pendapatan

nelayan

(Income)

25) Pendapatan nelayan menggunakan alat

tangkap bubu, pancing dan jaring (INC:

fishermen income)

Rerata pendapatan nelayan positif (+)

Metodologi – Tahap ke-1

Page 19: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Pengamatan data ekologi terumbu karang:

• Transek kuadrat 1 m x 1 m

• Transek garis 100 m dengan interval 10 m dan kedalaman 5

– 7 m

• Pengamatan megabenthos dengan ukuran 2 m x 100 m

pada setiap stasiun pengamatan

Metodologi – Tahap ke-1

Page 20: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Analisis data ekologi terumbu karang menggunakan perangkat lunak PhotoQuad v1.3

Metodologi – Tahap ke-1

Page 21: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Pencatatan data ikan terumbu dilakukan dengan metode

Visual Census (VC) menggunakan transek sepanjang 100 m

dan lebar 5 m (English et al., 1994).

• Pencatatan data ikan terumbu hanya difokuskan pada

genus/spesies dari 7 (tujuh) suku ikan terumbu, yaitu

Chaetodontidae (kepe-kepe), Serranidae (kerapu), Lutjanidae

(kakap), Lethrinidae (lencam), Haemulidae (bibir tebal),

Scaridae (kakatua) dan Siganidae (beronang) (Suharti et al.,

2014).

• Pencatatan data meliputi genus/spesies dan jumlah ikan

setiap genus/spesies. Data hasil pengamatan dan analisis

yang dilakukan selama 1 tahun digunakan untuk memperoleh

data:

1) jumlah genus ikan terumbu untuk peubah indikator

kekayaan genus ikan terumbu (FGR: fish genera

richness);

2) jumlah individu ikan terumbu untuk peubah indikator

jumlah individu ikan terumbu (CFN: coral fish number)

dan

3) jumlah kelompok fungsional ikan karang untuk peubah

indikator kekayaan kelompok fungsional ikan terumbu

(FFG: fish functional group).

100 m

Sumber: English et al., 1994

Metodologi – Tahap ke-1

Page 22: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Untuk memperoleh data suhu perairan yang akurat (WAT), maka dipasang data logger yang

mencatat secara otomatis data suhu perairan secara kontinyu.

• Data yang kontinyu tersebut diunduh setiap 2 bulan dan selanjutnya dikoreksi dan dianalisis.

• Data yang digunakan adalah data suhu perairan maksimum yang dicatat oleh data logger.

• Data logger telah ditempatkan pada stasiun 1 (PG1) pada bulan September 2016 dan

stasiun 2 (PG2) pada bulan Desember 2016.

• Loger ketiga akan ditempatkan pada stasiun 3 (PG3) pada bulan Mei 2017.

• Logger ditempatkan pada kedalaman 5 – 7 m dan pengambilan data suhu perairan dilakukan

setiap 1 jam.

• Daya tahan baterai logger dengan pengambilan data setiap 1 jam adalah ± 5 tahun.

Logger 1 Logger 2

Metodologi – Tahap ke-1

Page 23: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Indeks Resiliensi terumbu karang dikembangkan dari Indeks yang telah

disusun oleh Bachtiar (2011) seperti pada persamaan berikut:

𝑅𝐼𝑗 = 2 𝑥𝑖𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑖𝑚𝑖𝑛

𝑥𝑖𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑖𝑚𝑖𝑛 + 𝑥𝑖𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑖𝑗− 1

6

𝑖=1

dimana:

Rij = Indeks Resiliensi pada transek j,

ximax = nilai maksimum untuk peubah xi

ximin = nilai minimum untuk peubah xi

xij = nilai peubah indikator xi dari transek j.

• Untuk memperoleh kisaran (Ri) dari indeks resiliensi terumbu karang, maka

nilai maksimal indeks (RImax) diperoleh dari kondisi terumbu karang ideal

(super), sedangkan nilai minimum indeks adalah 0, yaitu terumbu karang

dengan tutupan persentase rendah, tutupan alga dan fauna lainnya tinggi,

serta tutupan lumpur dan pasir tinggi.

(1)

Metodologi – Tahap ke-1

Page 24: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Tahap ke-2 bertujuan untuk melakukan studi dinamika karang, alga dan herbivori serta hubungannya dengan organisme bentik lainnya.

Tahap-2: Model dinamika karang, alga dan herbivori

Tutupan karang

keras hidup

(HCC)

Tutupan alga

(ALC)

Tutupan karang

lunak (SOC)

Tutupan biota lain

(OTB)

Analisis kompetisi ruang antara HCC, ALC, SOC dan OTF

serta herbivori

Model dinamika karang, alga dan

herbivori

Herbivori

(grazing)

Page 25: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Model dinamika karang, alga dan herbivori (Mumby et al., 2016)

• Percobaan herbivori dan coral recruitment dilakukan 3 kali ulangan pada setiap stasiun

pengamatan, yaitu pada 0 m, 40 m dan 90 m, sehingga diperoleh 9 kali ulangan pada

semua stasiun pengamatan

• Kelompok fungsional ikan terumbu diamati menggunakan video yang direkam selama 30

menit (Mumby et al., 2016)

Model percobaan herbivori Model percobaan coral recruitment

Metodologi – Tahap ke-2

Page 26: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Berdasarkan mekanisme feedback terumbu karang, maka van de

Leemput et al. (2016) mengembangkan model feedback untuk

menggambarkan bagaimana feedback tersebut berinteraksi,

yang dapat mempengaruhi dinamika terumbu karang.

Feedback negatif Feedback positif

Metodologi – Tahap ke-2

Page 27: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Tutupan karang (C) dan makro-alga (M) sebagai proporsi dari penguasaan ruang, sedangkan

kelimpahan herbivor (H) menyatakan proporsi kapasitas daya dukung herbivor.

• Karang dan makro-alga berkompetisi terhadap ruang terbuka (S), dimana jumlah dari karang

(C), makro-alga (M) dan ruang terbuka (S) adalah 1.

• Persamaan (3) menyatakan positif feedback karena dampak negatif langsung makro-alga

terhadap rekrutmen dan pertumbuhan karang.

• Positif feedback antara tutupan makro-alga dengan laju herbivori dinyatakan dalam pers. (4).

• Grazing herbivor terhadap makro-alga akan mengurangi dampak negatif makro-alga terhadap

karang, dimana positif feedback terjadi ketika karang mendukung herbivor dengan

menyediakan habitat dan naungan (pers. 5).

𝑆 = 1 − 𝐶 −𝑀 (2) 𝑑𝐶

𝑑𝑡= 𝑖𝐶 + 𝑏𝐶𝐶 𝑆(1 − 𝛼𝑀) − 𝑑𝐶𝐶 (3)

𝑑𝑀

𝑑𝑡= 𝑖𝑀 + 𝑏𝑀𝑀 𝑆 −

𝑔𝐻𝑀

𝑔𝜂𝑀 + 1 (4)

𝑑𝐻

𝑑𝑡= 𝑟𝐻 1 −

𝐻

1 − 𝜎 + 𝜎𝐶− 𝑓𝐻 (5)

Metodologi – Tahap ke-2

Page 28: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Tahap-3 bertujuan untuk memperoleh data spasial, baik data spasial penggunaan lahan pulau maupun data spasial komuntas bentik terumbu karang.

Tahap-3: Studi spasial terumbu karang dan lahan P. Pasi Gusung

UAV – Photogrammetry – Ground check control

Terumbu karang

dan lamunLahan pulau

Analisis spasial

terumbu karang

dengan GIS

Data spasial terumbu

karang (karang keras

hidup, alga, karang

lunak, fauna lainnya,

karang mati, rubble,

pasir dan lumpur)

Analisis spasial

lahan pulau

dengan GIS

Data spasial

penggunaan lahan

(pemukiman, jalan,

fasilitas umum,

darmaga/pelabuhan,

mangrove,

perkebunan, wisata,

hutan dan lahan

kosong)

Data spasial terumbu karang dan lahan pulau

Page 29: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Data Spasial Terumbu Karang

• Metode pemetaan substrat dasar

perairan menggunakan metode

photogrammetry telah diuji coba

dan dievaluasi pada bulan Maret

2016 di area perlindungan laut

gosong Pramuka, Kep. Seribu.

• Diperoleh orthomisaic foto

dengan resolusi tinggi sepanjang

transek 50 m (inset gambar) dan

diperbesar sepanjang 5 m

Page 30: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Tahap ke-4 bertujuan untuk memperoleh model dinamik penurunan hasil tangkapan ikan karang dan ambang batas resiliensi sosial-ekonomi (social-economic resilience threshold) nelayan didalam pemanfaatan ikan karang di P. Pasi Gusung.

Tahap-4: Studi pemodelan Community-Based System Dynamics (CBSD)

Scooping: inventarisasi sumberdaya alam dan isu/permasalahan pemanfaatan

Focus Group Discussion (FGD) tentang Causal Loops Diagram (CLD) penurunan perikanan karang

Stock and flow model penurunan perikanan karang

Analisis sensitivitas dan validasi model

Model System Dynamics (SD) penurunan perikanan karang

Page 31: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Berdasarkan studi awal yang sudah

dilakukan, maka pendapatan nelayan

merupakan salah satu faktor utama yang

mempengaruhi bagaimana cara nelayan

memperoleh hasil tangkapan ikan.

• Ketika pendapatan berada di atas

ambang batas tertentu, maka nelayan

akan tetap menggunakan cara tradisional

didalam menangkap ikan, bila berada di

bawah ambang batas maka mereka akan

mencari alternatif pekerjaan lainnya.

Tetapi apabila pendapatan tidak

membaik maka akan menggunakan

sianida didalam menangkap ikan.

• Penggunaan sianida biasanya dilakukan

pada musim barat

• Blythe (2014) menyatakan bahwa laju

penurunan hasil tangkapan ikan

merupakan faktor utama yang

menyebabkan perubahan ambang batas

sosial masyarakat nelayan di

Mozambique, Afrika.

Resiliensi Sosial-Ekonomi

Metodologi – Tahap ke-4

Page 32: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Household Income Conceptual Model

Sumber: hasil FGD dan wawancara dengan nelayan

Metodologi – Tahap ke-4

Page 33: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Moonson Effect on Coral Reef and Cyanide Fishing

Sumber: hasil FGD dan wawancara dengan nelayan

Causal Loop Diagram

Metodologi – Tahap ke-4

Page 34: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Tahap ke-5 bertujuan untuk memperoleh desain kawasan konservasi perairan berdasarkan resiliensi terumbu karang secara spasial dan temporal.

Tahap-5: Studi desain kawasan konservasi spasial secara spasial dan temporal

Indeks Resiliensi

Terumbu Karang

(IRTK)

Model phase-shift

karang dan alga

Data spasial terumbu karang dan lahan pulau

Model System Dynamics (SD) penurunan perikanan karang

Data spasial resiliensi terumbu karang

Struktur pemodelan Spatial System Dynamics (SSD) resiliensi terumbu karang

Model resiliensi spasial terumbu karang secara spasial dan temporal

Kategori zonasi kawasan konservasi perairan

Kategori resiliensi terumbu karang:A. Tinggi; B. Sedang dan C. Rendah

Desain kawasan konservasi perairan berdasarkan resiliensi terumbu karang secara

spasial dan temporal

Page 35: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• System Dynamics (SD) merupakan

kombinasi matematika dan simulasi

komputer untuk memahami sistem

didalam dunia nyata.

• Pendekatan SD memudahkan kita

didalam menggambarkan struktur suatu

sistem, memberikan pemahaman

terhadap apa yang menggerakan sistem

dan mengkaji dinamika di masa depan

berdasarkan asumsi-asumsi.

• Struktur model dapat digambarkan

sebagai suatu diagram hubungan sebab

akibat (causal loop diagram).

PopulationBirths Deaths

S

S S

O

Birth Rate Death Rate

S SR B

Causal loop diagram

Metodologi – Tahap ke-4

stock and flow model

{ INITIALIZATION EQUATIONS } : s Population = 100 : c Birth_rate = 0.25 : f Births = Population*Birth_rate : c Death_rate = 0.05 : f Deaths = Population*Death_rate

{ RUNTIME EQUATIONS } : s Population(t) = Population(t - dt) + (Births - Deaths) * dt : f Births = Population*Birth_rate : f Deaths = Population*Death_rate

{ TIME SPECS } STARTTIME=0 STOPTIME=12 DT=0.25 INTEGRATION=EULER RUNMODE=NORMAL PAUSEINTERVAL=0 { The model has 5 (5) variables (array expansion in parens). In root model and 0 additional modules with 0 sectors. Stocks: 1 (1) Flows: 2 (2) Converters: 2 (2) Constants: 2 (2) Equations: 2 (2) Graphicals: 0 (0) }

Page 36: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

• Pemodelan SD telah berkembang dalam dua dekade ini menjadi pemodelan spasial.

• Pemodelan spasial SD dapat menggunakan data yang terpisah-pisah dan hubungannya

untuk dapat memahami proses dan bentuk spasial.

• Mengembangkan SD menjadi bentuk pemodelan spasial maka pelaku pemodelan dapat

melakukan simulasi stuktur suatu sistem di sepanjang ruang dan dapat mengkaji

bagaimana interaksi spasial dapat mempengaruhi sistem itu sendiri (BenDor & Kaza, 2012).

• Tipologi dalam Spatial System Dynamics (Neuwirth et al., 2015), antara lain:

1) Tipe proses evolusi lokal 2) Tipe proses difusi 3) Tipe proses perubahan struktural

Metodologi – Tahap ke-4

Page 37: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Tahap ke-6 bertujuan untuk menyusun rancangan pengelolaan kawasan konservasi perairan P.

Pasi Gusung.

Tahap-6: Pemilihan skenario pengelolaan kawasan konservasi perairan laut daerah berdasarkan desain kawasan konservasi berbasis resiliensi sosial- ekologi di P. Pasi Gusung

Desain kawasan konservasi perairan laut daerah berdasarkan resiliensi sosial-ekologi

secara spasial dan temporal

Skenario pengelolaan:1. Skenario-1, tidak ada upaya perlindungan

kawasan konservasi kawasan perairan, tidak

ada upaya penegakan hukum dan tidak ada

upaya peningkatan ekonomi masyarakat

berupa tersedianya mata pencaharian alternatif;

2. Skenario-2, upaya konservasi kawasan tetapi

tidak diikuti dengan penegakan hukum dan tidak

tersedianya mata pencaharian alternatif;

3. Skenario-3, upaya konservasi kawasan perairan

yang disertai dengan penegakan hukum tetapi

tidak tersedianya mata pencaharian alternatif;

4. Skenario-4, upaya konservasi kawasan perairan

yang disertai dengan penegakan hukum dan

tersedianya mata pencaharian alternatif.

Analisis trade-off

skenario pengelolaan

Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut Daerah Pulo Pasi Gusung

Page 38: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

B

Page 39: Kerangka Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Laut ...simnas2017.konservasi-perairan.org/uploads/presentasi/topik2/Kusumo... · dengan melakukan wawancara dan kuesioner dengan

Terima Kasih