kerangka konseptual dan kerangka teoritis
DESCRIPTION
praktikum mata kuliah metodologi penelitian tentang pembuatan kerangka konseptual dan kerangka teoritis dalam proposal penelitian bidang kesehatanTRANSCRIPT
JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES BENGKULULEMBAR KERJA PRAKTIKUM METODOLOGI PENELITIAN
MEMBUAT KERANGKA KONSEP DAN KERANGKA TEORITIS PROPOSAL PENELITIAN
Kode : MPG No Dokumen : MP.Gizi 316.00.01.001 Tgl Berlaku : september 2015 Hal : ..... / ....Program Studi [ ] Diploma III Gizi
[ X ] Diploma IV Gizi Tingkat : IIISemester : 5
Nama Pria Setiado Limbong NIM : P05130213027Kelompok : -
Hari, tanggal Praktikum
September 2015 Tanda Tangan Mahasiswa Pembimbing
Catatan Pembimbing .............................. ..............................
A. Tujuan Instruksional Umum
Mampu membuat Kerangka konseptual dan kerangka teoritis sebuah proposal penelitian
ilmiah, khususnya di bidang gizi.
B. Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari teori dasar ini mahasiswa mampu:
1. Memahami cara membuat kerangka konsep dan kerangka teoritis sebuah proposal
penelitian ilmiah
2. Mendeskripsikan konsep dasar pembuatan kerangka konsep dan kerangka teoritis sebuah
proposal penelitian
C. Pengantar
kerangka teori adalah dukungan dasar teoritis sebagai dasar pemikiran dalam rangka
pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Kerangka teoritis adalah bagian dari penelitian,
tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variable
pokok, sub variable, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian.
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep
yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk
menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka ini didapat dari konsep ilmu atau teori yang dipakai sehingga landasan penelitian
yang didapat di bab tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variable yang
diteliti.
Draft-Modul Praktikum Metodologi Penelitian Page 1
D. Penugasan
1. Tinjauan Pustaka
Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), obesitas dibagi
menjadi tiga kategori, yakni:Obesitas I, Obesitas II dan Obesitas III. Adapun berdasarkan
distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yakni: obesitas sentral dan obesitas
umum. Untuk penduduk Barat, seseorang dikatakan obesitas apabila IMT-nya ≥30 kg/m2 atau
lingkar perut ≥ 102 cm pada laki-laki dan ≥ 88 cm pada perempuan, sedangkan untuk
penduduk Asia, IMT-nya >25 kg/m2 atau lingkar perut ≥ 90 cm pada laki-laki dan ≥ 80 cm
pada perempuan (Supriyono, 2008).
Obesitas sentral dapat terjadi karena adanya perubahan gaya hidup seperti tingginya
konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, tingginya konsumsi makanan berlemak,
rendahnya konsumsi sayuran dan buah dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, peningkatan
umur, perbedaan jenis kelamin dan status sosio-ekonomi diduga juga berhubungan dengan
kejadian obesitas sentral. Peningkatan prevalensi obesitas sentral berdampak pada munculnya
berbagai penyakit degeneratif. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan sindrom
metabolik, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe-2, batu empedu, gangguan
fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia (Supriyono, 2008).
Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak
pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan
obesitas umum. Prevalensi obesitas sentral pada penduduk Barat dan Timur tinggi. Prevalensi
obesitas sentral pada laki-laki AS meningkat dari 37 persen (periode 1999-2000) menjadi
42,2 persen (periode 2003-2004), sedangkan prevalensi obesitas sentral pada perempuan AS
meningkat dari 55,3 persen persen menjadi 61,3 persen pada periode yang sama. Pada laki-
laki dan perempuan Eropa, obesitas sentral yang didefinisikan menurut kriteria lingkar perut
definisi local (menggunakan nilai cut-off 90-102 cm untuk laki-laki dan 80-92 cm untuk
perempuan) secara berturut-turut adalah 21 dan 24 persen di Belgia, 8 dan 13 persen di
Perancis, 23 dan 65 persen di Spanyol, dan 18 dan 39 persen di Turki. Prevalensi obesitas
sentral di Yunani 36 persen pada laki-laki dan 43 persen pada perempuan,7 China 16,1 persen
pada laki-laki dan 37,6 persen pada perempuan,8 Omani 49,3 persen. Di Indonesia, prevalensi
obesitas sentral di Kota Padang sebesar 12,1 persen pada laki-laki dan 46,3 persen pada
Draft-Modul Praktikum Metodologi Penelitian Page 2
perempuan, di Denpasar sebesar 15,1 persen. Riskesdas 2007 menemukan prevalensi obesitas
sentral sebesar 18,8 persen (sugyanti, 2009).
Adanya lemak dalam rongga perut dapat diketahui dari hasil bagi antara lingkar pinggang
dengan lingkar pinggul. Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa timbunan lemak dalam
rongga perut yang diukur dengan rasio lingkar pinggang lingkar pinggul merupakan faktor
prediksi yang kuat terhadap terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (Bjontrop dalam
Suparjo, 2010). Rasio lingkar pinggang pinggul mempunyai kelebihan antara lain:
prosedurnya sederhana, alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dan dapat mengetahui
banyaknya timbunan lemak dalam rongga perut. Orang yang lingkar pinggangnya besar, rata-
rata lingkar pinggulnya juga besar karena adanya timbunan lemak dalam rongga perut (Azwar
dalam Suparjo, 2010). Pada wanita maupun pria dengan lingkar pinggang yang besar
memiliki rata-rata kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida tinggi dan kadar HDL yang
rendah (Wildman et al dalam Suparjo., 2010). Hasil penelitian Waspadji dalam Suparjo
(2010) didapatkan dari 40 sampel hiperlipidemia 62,5% mempunyai distribusi penyimpanan
lemak tipe android dan 37,5% bertipe ginekoid sedangkan pada sampel non hiperlipidemia
diketahui bahwa 42,5% bertipe android dan 57,5% bertipe ginekoid.
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit degenerative yang dapat disebabkan oleh
manifestasi aterosklerosis di pembuluh koroner dan berbagai macam faktor risiko lainnya.
Ada faktor risiko yang dapat diubah/diperbaiki yaitu hipertensi, dislipidemia, merokok,
diabetes melitus, obesitas, stres, inaktifitas fisik, dan ada pula faktor risiko yang tidak dapat
diubah seperti : usia, genetik/riwayat keluarga dan ras/etnik. Risiko PJK pada orang yang
mempunyai riwayat keluarga PJK atau meninggal mendadak sebelum usia 50 tahun
dibandingkan dengan orang yang tidak punya riwayat keluarga yaitu sebesar 2,5 kali.
Hipertensi mempunyai hubungan erat dengan terjadinya PJK, karena adanya hipertensi
meningkatkan risiko terjadinya PJK sebesar 6 kali dibandingkan orang yang tidak hipertensi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus mempunyai risiko 2-3
kali untuk menjadi PJK dibanding bukan penderita diabetes. Propinsi Sulawesi Utara
merupakan daerah yang mempunyai prevalensi tertinggi diabetes melitus di Indonesia.
Draft-Modul Praktikum Metodologi Penelitian Page 3
Proses PJK di dahului oleh proses arterosklerosis, berawal dari penumpukan kolesterol
terutama Low Density Lipoprotein (LDL) di dinding arteri (Kusmana dalam Suparjo, 2010).
Hal tersebut mengakibatkan pembuluh darah berkurang yang menyebabkan kinerja jantung
terganggu dan menimbulkan nyeri dada (Maulana dalam Suparjo, 2010). Perubahan yang
terjadi pada usia lanjut (usila) adalah proses menua, secara struktur anatomi maupun
fungsional terjadi kemunduran, yaitu terjadi proses degenerasi. Pada sistem kardiovaskuler,
proses menua menyebabkan basal heart rate menurun, respons terhadap stress menurun,
karena terjadi hipertrofi pada katup terjadi sklerosis dan kalsifikasi yang menyebabkan
disfungsi katup, dan sistem konduksi fibrosis, complains pembuluh darah perifer menurun,
sehingga afterload meningkat, dan terjadi proses aterosklerotik (Makmun dalam Suparjo,
2010). Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme,
termasuk meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak
bawah kulit pada kaki dan tangan serta yang lebih berhubungan dengan penyakit jantung
adalah lemak yang terdapat di dalam rongga perut. Perubahan metabolisme memberikan
gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi
lemak tubuh. Menurut Young & Gelskey dalam Suparjo (2010), lemak dalam rongga perut
merupakan salah satu pemicu terjadinya penyakit kardiovaskular.
Draft-Modul Praktikum Metodologi Penelitian Page 4
2. Kerangka Teoritis
3. Kerangka konsep
Draft-Modul Praktikum Metodologi Penelitian Page 5
Variable Independen
Obesitas Sentral/Abdominal
Variable Dependen
Penyakit Jantung Koroner
Factor resiko yang tidak dapat diubah
1. Umur 2. Jenis Kelamin3. Genetik/Keturunan
Factor resiko yang dapat diubah
1. Hipertensi 2. Obesitas Sentral/Abdominal3. Diabetes4. Aktifitas fisik5. Merokok 6. Konsumsi alcohol7. Diet tinggi lemak
Atherosclerosis
Penyakit Jantung Koroner