kerangka karangan

25
Makalah Bahasa Indonesia “KERANGKA KARANGAN” Disusun oleh : Eleonora Elizabeth Devita M. / 090317616 The, Ivana Oktaviani / 090317618 Fabiola Astika Arfiadi / 090317620 Yovena Melinda Agustiawan / 09031721 Sherly Pricilia / 090417647 Geovany Devi / 090417649

Upload: julian-cholse

Post on 01-Jul-2015

1.228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerangka karangan

Makalah Bahasa Indonesia

“KERANGKA KARANGAN”

Disusun oleh :

Eleonora Elizabeth Devita M. / 090317616

The, Ivana Oktaviani / 090317618

Fabiola Astika Arfiadi / 090317620

Yovena Melinda Agustiawan / 09031721

Sherly Pricilia / 090417647

Geovany Devi / 090417649

Universitas Atma Jaya Yogyakarta

2009 / 2010

Page 2: Kerangka karangan

KERANGKA KARANGAN

A. Pengantar

Pada umumnya, dalam penulisan sebuah karangan, diperlukan sebuah

perencanaan untuk mengetahui bagian mana yang sudah baik dan bagian mana yang

masih perlu disempurnakan kembali. Jarang sekali ada penulis yang langsung dapat

menuangkan isi pikirannya sekaligus secara teratur, terperinci, dan sempurna di atas

kertas. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa dalam membuat sebuah karangan, jarang

ada orang-orang yang merumuskan kerangka karangan terlebih dulu, terutama kaum

awam yang bukan dari kalangan penulis. Banyak orang menganggap bahwa kerangka

karangan adalah suatu hal yang tidak wajib dan tidak memberikan banyak manfaat dalam

penulisan karangan. Padahal, kerangka karangan memberikan perencanaan bagaimana

karangan hendak dibuat. Maka dari itu, penulis pertama-tama harus membuat sebuah

bagan atau sebuah rencana kerja, yang setiap kali dapat mengalami perbaikan dan

penyempurnaan, sehingga mencapai bentuk yang lebih sempurna. Selain itu, hubungan

antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dapat terlihat dengan jelas. Metode

yang dimaksud adalah kerangka karangan atau outline.

Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-

ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Kerangka

karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat

dilakukan perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu hasil yang semakin sempurna.

Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disusun secara sistematis, logis, jelas,

terstruktur, dan teratur.

Jadi secara singkat, dapat dikatakan kerangka karangan adalah rencana penulisan

yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan

rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

B. Manfaat Kerangka Karangan

Metode kerangka karangan membantu setiap penulis untuk meminimalkan

kesalahan yang mungkin dapat terjadi. Manfaat kerangka karangan antara lain:

a. Untuk menyusun karangan secara teratur

Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan, sehingga dapat

dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal balik antara gagasan sudah tepat

1

Page 3: Kerangka karangan

atau belum, dan apakah gagasan itu sudah disajikan dengan baik dan harmonis dalam

perimbangannya.

b. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda

Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum

mencapai klimaks, terdapat sejumlah bagian yang berbeda kepentingannya terhadap

klimaks utama. Setiiap bagian juga memiliki klimaks tersendiri, hal ini bertujuan

pembaca dapat terpikat secara terus-menerus.

c. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih

Penyelesaian suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu dilakukan. Karena hal

tersebut hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan, misalnya bila

penulis tidak sadar akan pendapatnya yang pertama dan pendapatnya yang lain. Hal

ini dapat menyebabkan dua pendapat yang saling bertentangan satu sama lain

terhadap topik yang sama.

d. Memudahkan penulis untuk mencari materi baru

Dengan menggunakan perincian dalam kerangka karangan penulis dengan mudah

akan mencari data atau fakta untuk dapat memperjelas atau membuktikan

pendapatnya.

e. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik,

judul, kalimat tesis, dan tujuan karangan

Dengan menyusun kerangka karangan, diharapkan tidak ada pembahasan yang keluar

dari topik semula.

f. Memperlihatkan kekurangan dan kelebihan materi pembahasan

Kerangka karangan dapat menunjukkan bagian mana yang sesuai atau tidak sesuai

dengan topik, sehingga bisa dilihat bagian yang kurang atau berlebihan dalam suatu

karangan.

Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta

nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari

sebuah karangan. Dengan demikian, tesis atau pengungkapan maksud = kerangka

karangan = karangan = ringkasan.

C. Penyusunan Kerangka Karangan

Suatu kerangka karangan yang baik tidak hanya sekali dibuat. Penulis selalu

berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama sehingga diperoleh bentuk yang baik.

2

Page 4: Kerangka karangan

Berikut langkah-langkah yang perlu diikuti, terutama bagi mereka yang baru mulai

menulis:

a. Merumuskan tema yang jelas

Tema dirumuskan berdasarkan topik dan tujuan yang hendak dicapai dari penulisan

karangan. Tema juga harus dirumuskan dalam bentuk tesis atau pengungkapan

maksud, sehingga tujuan penulisan karangan tersebut jelas.

b. Menginventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap perincian dari tesis atau

pengungkapan maksud

Inventarisasi topik merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud

rumusan tema. Dalam hal ini, penulis dapat mencatat sebanyak-banyaknya topik

yang terlintas dalam pikirannya.

c. Mengevaluasi seluruh topik

Evaluasi topik dapat dilakukan dalam beberapa tahap:

1. Harus diperhatikan apakah topik-topik tersebut sudah memiliki pertalian atau

relevansi dengan tesis atau pengungkapan maksud. Jika tidak ada pertalian sama

sekali, sebaiknya topik tersebut dihilangkan dari daftar.

2. Topik-topik yang masih dipertahankan harus dievaluasi lebih lanjut. Topik-topik

yang masih dipertahankan harus dievaluasi lagi, apakah ada lebih dari satu topik

yang membahas hal yang sama, walaupun dirumuskan dengan cara yang berbeda.

Apabila terjadi hal seperti itu, harus diadakan perumusan baru yang mencakup

topik semua topik tersebut.

3. Harus dievaluasi lagi apakah semua topik sifatnya sederajat atau tidak. Jika ada,

hendaknya topik-topik bawahan itu dimasukkan ke dalam topik yang lebih tinggi

kedudukannya, tetapi bila topik bawahan itu hanya ada satu, sebaiknya dilengkapi

dengan topik-topik bawahan yang lain.

4. Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat,

tetapi lebih rendah dari topik-topik yang lain. Jika demikian, usahakanlah untuk

mencari satu topik yang lebih tinggi guna membawahi topik-topik tersebut.

d. Untuk mendapatkan kerangka karangan yang sangat terperinci, maka kita harus

mengevaluasi dan menganalisis kesetaraan topik berulang-ulang agar kita dapat

menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.

e. Menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua

perincian dari tesis atau pengungkapan maksud. Dengan adanya pola susunan

tersebut, semua perincian akan tersusun kembali, sehingga akan diperoleh sebuah

karangan yang baik.

3

Page 5: Kerangka karangan

D. Pola Susunan Kerangka Karangan

Pola karangan dibuat agar kerangka karangan dapat tersusun secara teratur. Pola

karangan terdiri dari beberapa tipe susunan dan cara. Pola susunan yang paling utama

adalah pola alamiah dan pola logis. Pola ilmiah adalah pola yang didasarkan atas urutan-

urutan kejadian, tempat, atau ruang. Pola logis lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran

manusia tentang persoalan yang tengah dikerjakan itu dan cara menghadapinya.

a. Pola Alamiah

Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan yang sesuai dengan

keadaan nyata di alam. Oleh sebab itu, susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi

tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis), urutan

berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada.

1. Urutan waktu (kronologis)

Urutan waktu adalah urutan yang pada runtutan peristiwa atau tahap-tahap

kejadian. Caranya adalah dengan mengurutkan kejadian berdasarkan urutan

kejadiannya. Peristiwa yang satu mendahului yang lain atau suatu peristiwa

mengikuti peristiwa yang lain. Terkadang suatu peristiwa tidak akan terlihat

menarik jika tidak dilihat sebagai suatu rangkaian dengan peristiwa-peristiwa

lainnya, sehingga urutan waktu harus diperhatikan.

Urutan kronologis sering digunakan dalam roman, novel, cerpen, dan

dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan

suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan flashback sejak awal hinga

titik yang menegangkan. Uraian selanjutnya mencakup perkembangan sesudah

apa yang dikemukakan dalam bagian pertama yaitu titik yang menegangkan.

Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga

merupakan satu-satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah. Sering,

terutama dalam menjelaskan suatu proses, urutan ini merupakan cara yang

esensial.

2. Urutan ruang (spasial)

Urutan ruang menjadi landasan yang paling penting jika topik memiliki

hubungan yang erat dengan aspek keruangan. Urutan ini sering digunakan

terutama dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif. Jalan pikiran penulis akan

mudah diikuti secara teratur oleh pembaca jika aspek keruangan digambarkan

secara berurutan. Uraian tentang kepadatan penduduk digambarkan dengan

urutan geografis, dari timur ke barat atau dari utara ke selatan.

4

Page 6: Kerangka karangan

3. Topik yang ada

Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan ke dalam pola alamiah

adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu barang, hal, atau peristiwa sudah

dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menjelaskan hal tersebut secara

lengkap, bagian-bagian itu harus dijelaskan secara berturut-turut dalam karangan

itu, tanpa mempersoalkan mana yang lebih penting dari bagian lainnya, dan tanpa

memberi tanggapan atas bagian-bagian itu. Penulis diperbolehkan menguraikan

bagian-bagian itu tanpa implikasi bahwa yang diuraikan lebih dahulu adalah

bagian yang lebih penting daripada yang diuraikan sesudahnya.

b. Pola Logis

1. Urutan Klimaks dan Anti Klimaks

Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang memiliki pendirian

bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi

kedudukannya. Jika posisi yang paling penting kedudukannya itu berada di

belakang, urutan ini disebut klimaks. Dalam urutan klimaks, pengarang

mengurutkan bagian-bagian dari topik itu ke dalam suatu urutan yang semakin

dalam kepentingannya, dimulai dari yang paling rendah kepentingannya.

Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks.

Dalam urutan ini, penulis mulai dari bagian-bagian yang paling penting dari

sebuah rangkaian, dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling

rendah kepentingannya. Urutan ini hanya efektif jika digunakan dalam penyajian

hal-hal konkret, misalnya hierarki jabatan, sedangkan untuk mengemukakan hal-

hal yang abstrak, urutan klimaks akan mengalami kesulitan karena tidak menarik

perhatian. Pembaca tidak akan tertarik dan menaruh perhatian lagi karena hal-hal

yang penting sudah dikemukakan di depan. Kekecewaan terhadap urutan anti

klimaks disebabkan oleh kegagalan menempatkan bagian yang paling penting

secara tepat.

2. Urutan Kausal

Urutan kausal mencakup dua pola, yaitu urutan sebab-akibat dan urutan

akibat-sebab. Pada pola sebab-akibat, suatu permasalahan dianggap sebagai

sebab, kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-

akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif jika digunakan dalam

penulisan sejarah atau persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia pada

umumnya. Sebaliknya dalam pola akibat-sebab, permasalahan dilihat sebagai

suatu akibat yang dilanjutkan dengan perincian-perincian untuk menelusuri

5

Page 7: Kerangka karangan

sebab-sebabnya. Cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam

sebuah karangan.

3. Urutan Pemecahan Masalah

Urutan pemecahan masalah dimulai dengan suatu masalah tertentu,

kemudian bergerak menuju pemecahan masalah tersebut atau kesimpulan umum.

Sekurang-kurangnya uraian yang menggunakan landasan pemecahan masalah

terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan

tadi, analisis mengenai sebab-sebab atau akibat-akibat dari persoalan, dan

alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut.

Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis harus benar-benar

menemukan semua sebab, baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap

hal baru bisa dikatakan masalah apabila akibat-akibatnya sudah mencapai titik

kritis. Jadi untuk memecahkan masalah, hal yang dilakukan tidak sekadar

menemukan sebab-sebab, melainkan juga menemukan semua akibat, baik secara

langsung mapupun tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi,

sehingga masalah bisa terselesaikan secara tuntas.

4. Urutan Umum-Khusus

Urutan ini terdiri dari dua corak, yaitu umum ke khusus dan khusus ke

umum. Urutan dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan kelompok-

kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri

kelompok-kelompok khusus yang lebih kecil. Contohnya, pertama-tama penulis

menguraikan bangsa Indonesia secara keseluruhan, kemudian berlanjut ke hal-hal

yang lebih khusus, seperti suku-suku bangsa di Indonesia. Dari uraian yang

bersifat khusus tadi bisa dirinci lagi ke hal-hal yang lebih mendetail, misalnya

uraian dari setiap suku di Indonesia. Urutan khusus–umum adalah kebalikan dari

urutan umum–khusus. Penulis mengawali dengan hal-hal yang bersifat khusus,

kemudian beranjak ke hal-hal yang bersifat lebih umum yang mencakup hal-hal

khusus tadi. Urutan ini lazim digunakan karena sesuai dengan corak berpikir

manusia pada umumnya.

Urutan umum–khusus mengandung implikasi bahwa hal-hal yang bersifat

umu sudah diketahui penulis, sehingga tugas selanjutnya adalah mengidentifikasi

hal-hal khusus yang mengikuti pola umum tadi. Sebaliknya, urutan khusus-umum

mengandung implikasi bahwa hal-hal yang bersifat umum maupun khusus belum

diketahui sama sekali. Hanya untuk menemukan kaidah-kaidah umum perlu

diselidiki terlebih dahulu hal-hal yang bersifat khusus secara saksama. Urutan

umum–khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab–akibat, klimaks,

pemecahan masalah, dan dapat pula mengambil bentuk klasifikasi atau ilustrasi.

6

Page 8: Kerangka karangan

Dalam ilustrasi mula-mula dikemukakan suatu pernyataan umum, kemudian

diajukan penjelasan-penjelasan yang dapat menunjang, dan bila perlu disajikan

ilustrasi-ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, perbandingan, atau pertentangan.

5. Urutan Familiaritas

Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah

dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal

atau belum dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai

menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya, atau yang tidak dikenal pembaca.

Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya diterapkan dengan

menggunakan analogi. Seorang penulis diminta untuk membuat suatu uraian

mengenai video-phone. Banyak orang yang belum mengetahui alat macam apa

video-phone itu, dan bagaimana kerjanya. Namun ada sejumlah barang yang

dikenal yang termasuk dalam familiar ini. Demikian pula bila televisi bekerja

hanya searah, maka video-phone bekerja dua arah timbal balik.

6. Urutan Akseptabilitas

Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Urutan

akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh

pembaca, apakan pendapat disetujui atau tidak oleh pembaca. Oleh sebab itu

sebelum menguraikan gagasan-gagasan yang mungkin ditolak oleh para

pembaca, penulis harus mengemukakan gagasan-gagasan yang kiranya dapat

diterima oleh pembaca, sekaligus gagasan-gagasan itu menjadi landasan pula bagi

gagasan yang mungkin akan ditolak itu.

Satu hal yang perlu ditegaskan di sini sebelum melangkah ke persoalan

yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola

kerangka karangan yang sama dengan seluruh karangan. Contohnya bila pada

topik-topik utama telah digunakan urutan waktu (kronologis), maka pengarang

harus menjaga agar topik-topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat

disajikan dalam topik utamanya.

E. Macam-macam Kerangka Karangan

Macam-macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter, yaitu

berdasarkan sifat perinciannya dan berdasarkan perumusan teksnya.

a. Berdasarkan Perincian

7

Page 9: Kerangka karangan

Berdasarkan perincian dapat dibedakan kerangka karangan sementara (non-formal)

dan kerangka karangan formal.

1. Kerangka Karangan Sementara

Kerangka karangan sementara merupakan suatu alat bantu, sebuah

penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk

penelitian kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap

perlu. Kerangka karangan ini bersifat sementara, sehingga tidak perlu disusun

secara terperinci. Namun, perhatian sepenuhnya harus dicurahkan pada

penyusunan kalimat-kalimat, alinea-alinea, atau bagian-bagian tanpa

mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan

bagian-bagiannya.

Kerangka karangan non-formal (sementara) biasanya hanya terdiri dari

tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk

menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak

kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

2. Kerangka Karangan Formal

Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari

pertimbangan bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau

suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera

menggarapnya. Namun karena pada saat menulis kerangka karangan itu muncul

banyak gagasan yang jelas mengenai tesis tadi, penulis ingin mencatat semua

gagasan yang timbul pada saat itu dalam suatu kerangka yang sangat terperinci.

Proses perencanaan sebuah kerangka karangan formal mengikuti prosedur yang

sama seperti kernagka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan

tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi)

yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Suatu tesis yang

diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka

formal.

Supaya tingkatan-tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu

sama lain, maka dipergunakan pula simbol-simbol dan tipografi yang konsisten

bagi tingkatan yang sederajat. Tanda-tanda itu harus ditempatkan sedemikian

rupa sehingga mudah dilihat.

b. Berdasarkan Perumusan Teksnya

Berdasarkan perumusan teksnya kerangka karangan dapat dibedakan atas kerangka

karangan kalimat dan kerangka karangan topik.

1. Kerangka Kalimat

8

Page 10: Kerangka karangan

Kerangka kalimat menggunakan kalimat berita yang lengkap untuk

merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan

unit-unit utama dan unit-unit bawahannya. Perumusan tesis dapat menggunakan

kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap unit hanya boleh

mempergunakan kalimat tunggal.

Manfaat penggunaan kerangka kalimat antara lain:

(a) Kerangka kalimat memaksa penulis untuk merumusakan dengan tepat topik

yang akan digunakan, dan perincian-perincian tentang topik itu.

(b) Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru digarap

bertahun-tahun kemudian.

(c) Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun,

seperti bagi pengarangnya sendiri.

2. Kerangka Topik

Kerangka topik dimuali dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat

lengkap. Sesudah itu, semua pokok baik pokok-pokok utama atau pokok-pokok

bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak

menggunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan

menggunakan kata atau frasa. Oleh karena itu, kerangka topik tidak begitu jelas

dan cermat seperti kerangka kalimat.

F. Penerapan Penyusunan

Untuk menerapkan langkah-langkah penyusunan kerangka karangan dengan

memperhatikan semua persyaratan yang telah disebutkan di atas, akan dikemukakan

sebuah contoh.

Seorang penulis hendak membuat sebuah karangan mengenai lingkungan hidup.

Penulis itu menetapkan sebuah topik: “Lingkungan Hidup”, sedangkan tujuannya adalah

“Perusakan lingkungan hidup akan membawa malapetaka, sebab itu harus dipikirkan

pengamanannya dan segera diadakan pemulihan”. Dalam karangan ini, penulis hanya

membatasi diri pada “lingkungan hidup di negara berkembang”. Oleh karena itu, penulis

merumuskan tesisnya sebagai berikut:

Karena rusaknya lingkungan hidup dapat membawa malapetaka bagi umat

manusia, maka kebijaksanaan negara berkembang harus diarahkan kepada

pengembangan lingkungan hidup untuk dapat mengurangi kemiskinan dan

sekaligus dapat mengurangi faktor penyebab kerusakan lingkungan hidup itu

sendiri.

9

Page 11: Kerangka karangan

Dengan memperhatikan langkah-langkah yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan susunan kerangka final yang berupa kerangka sementara berbentuk kalimat

dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

TESIS : Karena kerusakan lingkungan hidup dapat membawa malapetaka bagi umat

manusia, kebijaksanaan pembangunan terutama pada negara berkembang

harus diarahkan kepada pengembangan lingkungan hidup untuk dapat

mengurangi kemiskinan dan sekaligus dapat mengurangi faktor penyebab

kerusakan lingkungan hidup itu sendiri.

I. Masalah lingkungan hidup sudah timbul sebelum abad XX.

a. Mesopotamia hancur enam ribu tahun yang lalu.

b. Inggris menghadapi kesulitan karena Revolusi Industri.

II. Negara-negara maju telah lama menghadapi pencemaran lingkungan.

III. Negara berkembang juga mulai menyadari masalah lingkungan hidup.

IV. Perlu diambil kebijaksanaan segera oleh negara berkembang untuk memperbaiki

lingkungan hidup.

Dengan menggunakan kerangka final ini, penulis mencoba menggarap secara

lebih mendetail. Supaya jumlah pembahasan antarbagian dapat seimbang, perlu

direncanakan pula panjang karya ilmiah tersebut. Kerangka sementara di atas dapat

dikembangkan secara lebih lanjut untuk memperoleh sebuah kerangka formal yang

dirumuskan dengan kata atau frasa. Berikut ini kerangka formal dari uraian di atas:

TESIS : Karena kerusakan lingkungan hidup dapat membawa malapetaka bagi umat

manusia, kebijaksanaan pembangunan terutama pada negara berkembang

harus diarahkan kepada pengembangan lingkungan hidup dan sekaligus

dapat mengurangi faktor penyebab kerusakan lingkungan itu sendiri.

PENDAHULUAN

1. Pengertian lingkungan hidup

2. Pembatasan pokok

3. Metode/kerangka ilmiah

4. Susunan karangan

I. Kerusakan lingkungan dalam sejarah

A. Mesopotamia enam ribu tahun lalu

10

Page 12: Kerangka karangan

1. mengenal irigasi

2. kerusakan tanah akibat irigasi

3. kejatuhan Mesopotamia

B. Inggris sesudah Revolusi Industri

1. pemusatan tenaga buruh

2. pencemaran udara

3. pencemaran air

4. pencemaran tanah

II. Pencemaran lingkungan di negara maju

A. Pencemaran yang bersifat lokal

B. Pencemaran yang melibatkan sejumlah negara

1. melalui sungai

2. melalui udara

a. kendaraan bermotor

b. asap pabrik

c. pesawat supersonik

3. melalui laut

a. sisa pabrik

b. angkatan laut

c. kapal-kapal tanker

III. Kesadaran pemulihan lingkungan hidup pada negara berkembang

A. Sebab kerusakan lingkungan hidup pada negara berkembang

1. kemiskinan

a. penebangan hutan

(1) kayu api

(2) tempat tinggal

(3) perabot rumah tangga

(4) pembangunan

b. pengurasan sumber daya alam

(1) penggalian kapur di gunung

(2) penggalian batu karang di laut

(3) penambangan

2. kurang disiplin membuang kotoran

B. Pemikiran dasar untuk pemulihan lingkungan

1. kecurigaan terhadap usul negara maju

11

Page 13: Kerangka karangan

a. menaikkan harga alat produksi

b. menaikkan biaya pembangunan negara berkembang

2. cara-cara yang tepat

a. pembangunan yang menjamin lingkungan hidup

b. penilaian kembali pengalaman negara maju

IV. Dasar-dasar kebijaksanaan

A. Perbaikan lingkungan secara alamiah

1. pemulihan oleh alam sendiri

2. pencegahan kerusakan oleh manusia

B. Menganekaragamkan lingkungan hidup

1. kestabilan melalui keanekaragaman lingkungan hidup

a. saling mengadakan kompensasi

b. manfaat keanekaragaman lingkungan hidup

(1) meningkatkan daya dukung

(2) meningkatkan daya tahan

2. menganekaragamkan kegiatan ekonomi

a. pertanian

(1) corak pertanian

(2) peternakan

(3) reboisasi

b. industri

c. pertambangan

d. jasa

C. Penggunaan teknologi yang tepat guna

1. menyerap tenaga kerja

2. memenuhi kebutuhan pokok

a. pangan

b. sandang

c. pemukiman

d. kesehatan

e. pendidikan

SIMPULAN

G. Syarat-syarat Kerangka yang Baik

12

Page 14: Kerangka karangan

Terlepas dari besar-kecilnya kerangka karangan yang dibuat, setiap kerangka

karangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas

Tesis atau pengungkapan maksud harus dirumuskan dengan jelas dalam struktur

kalimat yang baik karena bagian ini merupakan tema yang harus digarap. Selain itu,

tesis juga menampilkan topik mana yang dijadikan landasan uraian dan tujuan yang

hendak dicapai dari penulisan karangan. Tesis berfungsi mengarahkan kerangka

karangan.

b. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung suatu gagasan

Dalam setiap unit, tidak boleh ada lebih dari satu gagasan pokok, sehingga tidak

boleh ada unit yang dirumuskan dalam dua kalimat, kalimat majemuk setara, kalimat

majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Jika ada dua atau tiga pokok

dimasukkan ke dalam satu simbol yang sama, hubungan strukturnya tidak akan jelas.

Apabila kedua gagasan itu memiliki keadaan yang setara, keduanya harus

ditempatkan dalam urutan simbol yang sama derajatnya.

c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis

Topik-topik yang berada di bawah judul-judul atasan tidak boleh bersifat sederajat

dengan judul-judul di atasnya. Selain itu, topik-topik bawahan tidak boleh

ditempatkan di bawah judul yang tidak memiliki keterkaitan dengannya. Setiap topik

bawahan harus mempunyai keterkaitan secara langsung dengan judulnya. Oleh

karena itu, karangan yang disusun secara logis dan teratur mempersoalkan tiga hal,

yaitu:

1. apakah setiap unit yang lebih tinggi telah diperinci secara maksimal;

2. apakah setiap perincian memiliki hubungan langsung dengan unit atasan

langsungnya;

3. apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur.

Hubungan logis dari unit-unit yang tercakup dalam kerangka karangan bisa dilihat

dari penempatannya. Semakin besar kepentingan logisnya, pokok itu ditempatkan

lebih ke kiri.

d. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten

Penggunaan simbol-simbol atau penomoran yang konsisten mancakup dua hal, yaitu

pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, dan

tipografi, yaitu penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari setiap

unit kerangka karangan.

Pemakaian angka dan huruf untuk menandai tingkatan dan urutan unit-unit kerangka

karangan biasanya mengikuti konvensi berikut:

13

Page 15: Kerangka karangan

1. Angka Romawi (I, II, III, IV, dan seterusnya) digunakan untuk menandai tingkat

pertama.

2. Huruf kapital (A, B, C, D, dan seterusnya) digunakan untuk menandai tingkat

kedua.

3. Angka Arab (1, 2, 3, 4, dan seterusnya) digunakan untuk menandai tingkat ketiga.

4. Huruf kecil (a, b, c, d, dan seterusnya) digunakan untuk menandai tingkat

keempat.

Konvensi yang menyangkut tipografi adalah semakin penting atau tinggi sebuah unit,

semakin ke kiri tempatnya, semakin berkurang kepentingan unitnya, semakin ke

kanan tempatnya.

Setiap pokok harus disusun dalam garis vertikal yang berlainan, sehingga makna dan

kedudukan dari unit-unit tersebut bisa terlihat dengan jelas. Satu hal yang tidak boleh

dilakukan adalah mengubah nilai simbol-simbol itu di tengah kerangka karangan.

Pokok yang memiliki kepentingan atau tingkat yang sama harus mengunakan simbol

yang sama.

H. Simpulan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan

gagasan. Sebelum membuat karangan, kita perlu menyusun kerangka karangan agar

tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar di tengah jalan. Kerangka

karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih

fokus dan terukur. Kerangka belum tentu sama dengan daftar isi atau uraian per bab.

Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan

tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Setiap membuat suatu topik, kita

memerlukan kerangka karangan agar kita dapat membuat karangan secara teratur, logis

dan sistematis. Membuat kerangka karangan harus melalui tahap atau langkah-langkah

agar rencana pembuatannya bisa teratur sehingga memudahkan penulis untuk membuat

kerangka karangan tersebut. Kerangka karangan merupakan suatu rencana yang memuat

garis-garis besar dan suatu karangan yang akan dikerjakan. Agar dalam pembuatan tidak

terjadi penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih, kita perlu mengevaluasi

setiap topik yang akan kita kerjakan.

Dapat dirumuskan bahwa kerangka karangan yang baik adalah bahwa topik

merupakan hal yang khas, memiliki tujuan, dan dari topik dan tujuan itu tersusun tema

yang jelas. Dalam setiap poin mengandung suatu gagasan yang dapat dirinci. Pokok dari

14

Page 16: Kerangka karangan

kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga ide dapat tergambar dengan

jelas.

Perlu ditegaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai kemahiran dalam

membuat karangan apabila tidak bisa merumusakan kerangka karangan. Keahlian

merumuskan kerangka karanganpun tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat.

Keterampilan menulis atau membuat karangan memerlukan banyak latihan dan harus

melalui perkembangan dari tahap yang satu ke tahap yang lain. Keterampilan ini juga

diperoleh melalui kegagalan-kegagalan dan akhirnya melalui kegagalan itu, seseorang

bisa belajar dari pengalamannya, dan pada akhirnya dapat membuat merumuskan

kerangka karangan secara benar sehingga menghasilkan karangan yang berkualitas.

I. Referensi

Keraf, Gorys. 2009. Kompisis. Ende: Nusa Indah

Rahardi, Kunjana. 2008. Kerangka Karangan. File powerpoint

15

Page 17: Kerangka karangan

16