kerajaan buleleng - web viewkerajaan di bali . pada umumnya sejarah bali kuno, sampai sekarang...

29
KERAJAAN DI BALI Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana. keadaan yang demikian ini disebabkan antara lain, karena banyak lontar-lontar dan prasasti yang sampai sekarang masih disimpan dan dihormati. Penyelidikan lontar-lontar dan prasasti di bali sering kali mengalami kesulitan karena adat. krtinya’penduduk atau desa yang menyimpan tidak mengijinkan prasasti untuk dibaca, orang lain, karena mereka percaya bahwa pembacaan itu akan mengakibatkan malapetaka atau kematian. Sering kali terjadi, prasasti boleh atau dapat dibaca setelah diadakan banten atau saji-sajian. Namun, hal ini bukan suatu garansi bahwa sajiesajian tadi membebaskan segala hambatan. Beberapa di antara lontar-lontar itu ada yang berupa kidung- kidung, bab, dan lain-lain. Kidung-kidung ini dikarang karang oleh orang Bali pada masa sesudah jaman Majapahit atau pada waktu berkembangnya kerajaan Gelgel dan Klungkung. Di samping itu ada beberapa lontar seperti Kidung Harsawijoyo, Kidung Ranggalawe, kidung Sunda Usana Jawa dan Bali. Kebanyakan dari kitab-kitab tersebut isinya tentang keadaan raga-raja Majapahit mulai tahun 1293. Pulau Bali sendiri tahun 1343M telah ditaklukkan oleh N ajapahit. Sejarah Bali kuno, antara a bad IX samapi abad. XIV, di dalam kidung -kidung dan. usana-usana tersebut di atas tak pernah disinggung, kecuali beberapa raja seperti UGRASENA dan JAYAPENGUS. Penelithan sejarah Bali oleh para ahli guru mi”)aru dimulai tahun 1885 yang di pelopori oleh DR. hh. Vkh DER TUUK dan DR. JL,BRANDES mereka umumnya sarjana berke bangsaan Belanda..Usaha mereka ini kemudian dilanjutkan oleh para ahli seperti : DR. PV. VAN STEIN CALLLiiFBLS, DR. WF STUTTERHEIN’, DR.R. GURIS. Kemudian setelah Indonesia merdeka penelitian sejarah Bali dilakukan oleh para ahli bangsa Indo nesia seperti: Rtut Ginarsa,’,irs. MAI Sukarta K, Atmadjo. Meskipun penelitian telah dimulai tahun 1885, tidak berarti penelitian cuaah sempu.rna atau selesai bahkan sebaliknya. Berita yang tertua dari bangsa asing yang menyambut pulau Bali berasal dari berita Cina. Yakni dari dinasti Tang (618-908 M) antara lain menyebutkan bahwa Holing ter ‘letak di kepulauan di lautan sebelaah selatan. Di timurnya terletak PO-LI dan disebelah baratnya T0-PO-TEN G, di sebelah utara Chen-la (Kamboja) . P. PELLLIOT mengidentifikasikan P0-li dengan Bali. Selanjutnya menyebutkan.pula tentang negeri Dwa-pa tan letaknya di selatan hamboja, jauhnya dua bulan berlayar. Negeri itu Kerajaan Buleleng 1

Upload: nguyendang

Post on 30-Jan-2018

282 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

KERAJAAN DI BALI

Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana. keadaan yang demikian ini disebabkan antara lain, karena banyak lontar-lontar dan prasasti yang sampai sekarang masih disimpan dan dihormati. Penyelidikan lontar-lontar dan prasasti di bali sering kali mengalami kesulitan karena adat. krtinya’penduduk atau desa yang menyimpan tidak mengijinkan prasasti untuk dibaca, orang lain, karena mereka percaya bahwa pembacaan itu akan mengakibatkan malapetaka atau kematian. Sering kali terjadi, prasasti boleh atau dapat dibaca setelah diadakan banten atau saji-sajian. Namun, hal ini bukan suatu garansi bahwa sajiesajian tadi membebaskan segala hambatan.Beberapa di antara lontar-lontar itu ada yang berupa kidung-kidung, bab, dan lain-lain. Kidung-kidung ini dikarang karang oleh orang Bali pada masa sesudah jaman Majapahit atau pada waktu berkembangnya kerajaan Gelgel dan Klungkung. Di samping itu ada beberapa lontar seperti Kidung Harsawijoyo, Kidung Ranggalawe, kidung Sunda Usana Jawa dan Bali. Kebanyakan dari kitab-kitab tersebut isinya tentang keadaan raga-raja Majapahit mulai tahun 1293. Pulau Bali sendiri tahun 1343M telah ditaklukkan oleh N ajapahit.Sejarah Bali kuno, antara a bad IX samapi abad. XIV, di dalam kidung -kidung dan. usana-usana tersebut di atas tak pernah disinggung, kecuali beberapa raja seperti UGRASENA dan JAYAPENGUS.Penelithan sejarah Bali oleh para ahli guru mi”)aru dimulai tahun 1885 yang di pelopori oleh DR. hh. Vkh DER TUUK dan DR. JL,BRANDES mereka umumnya sarjana berke bangsaan Belanda..Usaha mereka ini kemudian dilanjutkan oleh para ahli seperti : DR. PV. VAN STEIN CALLLiiFBLS, DR. WF STUTTERHEIN’, DR.R. GURIS. Kemudian setelah Indonesia merdeka pe-nelitian sejarah Bali dilakukan oleh para ahli bangsa Indo nesia seperti: Rtut Ginarsa,’,irs. MAI Sukarta K, Atmadjo. Meskipun penelitian telah dimulai tahun 1885, tidak berarti penelitian cuaah sempu.rna atau selesai bahkan sebaliknya.Berita yang tertua dari bangsa asing yang menyambut pulau Bali berasal dari berita Cina. Yakni dari dinasti Tang (618-908 M) antara lain menyebutkan bahwa Holing ter ‘letak di kepulauan di lautan sebelaah selatan. Di timurnya terletak PO-LI dan disebelah baratnya T0-PO-TEN G, di sebelah utara Chen-la (Kamboja) . P. PELLLIOT mengidentifikasikan P0-li dengan Bali.Selanjutnya menyebutkan.pula tentang negeri Dwa-pa tan letaknya di selatan hamboja, jauhnya dua bulan berlayar. Negeri itu letaknya di sebelah timur ho-ling dan se belah utaranya laut Dwa-pa-tan sama dengan Bali.

Sesudah itu tidak diperoleh lagi berita apapun mengenai Bali, dari minaDemikian pula berita asing lainny, boleh dikatakan tidak ada sama sekali mungkin karena letak geografis Bali yang jauh dari jalan perdagangan pada masa, itu.

Berita tertua dari Bali sendiri, berupa prasasti yang tidak berangka tahun. Bahasanya Sangskerta, jumlahnya beberapa buah, keadaannya banyak yang rusak. Akibatnya tulisannya tak dapat dibaca. Di samping itu, ditemukan juga beberapa buah cap kecil dari tanah lihat, besarnya kira-kira 2,5 cm, yang disimpan dalam stupa kecil. Cap ini ditulisi dengan mantra-mantra agama Budha, dalam bahasa Sangskerta.

Kerajaan Buleleng 1

Page 2: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Selanjutuya pembicaraan akan difokuskan pada perkembangan sejarah politik Bali kuno, dengan menggunakan bahan utama prasasti. Untuk memudahkan akan diketengahkan beberapa prasasti yang terpenting yang disusun secara kronologis.882 M. Prasasti ini mlerupakan prasasti yang tertua yang menggunakan

bahasa Bali kuno. Selain itu juga masih ada prasasti lain yang ditulis dalam bahasa Sangskerta. Prasasti tahun 882 11 itu tid ak memuat nama raja, sehingga tak dapat ditentukan aslinya.

882-914 M. Dalam periode ini terdapat prasasti yang ditulis dalam bahasa Bali Kuno. Dari pa6anya dapat diketahui adanya pusat pemerintahan (istana raja) yang bernama SINGArvANDAwA. Sayang dalam prasasti tersebut tidak disebut namaa rajanya.

917 M. Di desa Sanur dekat Denpasar pernah ditemukan sebuah prasasti yang berbentuk sebuah tugu. Prasasti ini tidak berangka tahun, tetapi menggunakan angka tahun dalam bentuk Candrasang kala. Bunyinya: khecara-Wahni-Murti yang mempunyai nilai angka 339 saka atau 917 M. Isinya antara lain tenting adanya suatu expedisi dari raja KESARIWARNA DEWA mempunyai istana di Singhadwala, Prasasti Sanurr ini juga menunjukkan bukti tenting suatu dinasti di pulau Bali yakni, bernama: WARNA DEWA. Suatu keanehan dari prasasti ini ialah sifatnya bilingual atau me-nggunakan dun bahasa. Bagian pertama : buhasa Bali kuno, dengan hurup NagariBagian ke dua : bahasa sangskerta dengan hurup Bali kunoApa tujuan menggunakan kombinasi yang aneh ini ? belum dapat diketahui dengan pasti.

915-942 M. Dalam periode ini ditemukan 9 buah prasasti dari raja yang disebut dengan gelarnya : Sri Ugrasena. Melihat dari namanya nampaknya raja Ugrasena tidak termasuk anggota dinasti Warnadewa. Nungkin merupakan salah seorang raja yang berdiri sendiri.

955 M. Didapatkan nama seorang raja TABANENDRAWARNA962 M. Di Bali memerintah raja Sri Candrabhayasimharmadewa. Prasasti

yang berangka tahun 962 M itu meriwayatkan tentang pembangunan sebuah. Tempat pemandian di desa hanukaya (Nanukaraya). Sekarang pemandian ini disebut TIRTHA EMPUL.

975 M. Yang memerintah waktu itu ialah raja Sri Janasadhuwarmmadewa.984 M. Bertahta seorang ratu dengan gelar Sri Maharaja Sri

Wijayamahadewi. Dinasti Warmadowa terkenal di Bali, karena merupakan dinasti yang pertama dikenal. Sesungguhnya raja-raja yang disebut di atas hanya dikenal karena namanya saja. Segi-segi lain dari I-ehidupan mereka tidak dapat diketahui. Sampai pada tahun 984 r., prasastiprasasti di .ali umumnya ditulis dalam bahasa Bali kuno, Keadaan ini kemudian berubah pada tahun-tahun berikutnya.

989-1010 M. Di Bali memerintah Sri Dharrnodayanawarmodewa (Udayana) beserta permaisurinya SriGunapriyadharrnapatni. rerrnaisuri ini berasal dari Jawa puteri dari Makutawangsawardhana, keturunan raja Sindok dari Jawa Timur. Pemerintahan kedua suami istri ini termasuk yang paling terkenal di Bali, karena merupakan suatu periode’yang penting baik secara politis maupun kebudayaan. Balam prasasti yang dikeluarkan selama 989-1010 Pi. nama permaisuri Sri Gunapriyadharmmapatni selalu disebut lebih dahulu. begitu pules sejak tahun 989 Pi. bahasa Jawa Kuno sudah

Kerajaan Buleleng 2

Page 3: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

dipakai dalam prasasti-prasasti di Bali. Kedua hal tadi memberi petunjuk bahwa pulau Bali waktu itu telah berada mendapat pengaruh) di bawwh kekuasaan politik Jawa. Mungkin akibat pengaruh politik raja Dharmawangsa. Kedua suami is tri.itu ter-kenal pula karena kemudian mempunyai’;putera Airlangga yang kelak akan menjadi salah seorang bestir di pulau Jawa. rermaisuri Gunapriyadhar.mapatni mungkin sekali meninggal pada tahun 1010 M Di makamkan dalam arca perwujudan sebagai Durgamahis-asuramardini. hrtinya Durga yang sedang membunuh m usuhnya dalam bentuk seekor kerbau. Viengapa justru digambarkan sebagai dewi Durga yang menakutkan itu?. Hal ini tidak jelas, tetapi barangkali ada hubungannya.-dengan anggapan di Bali bahwa puteri Gunapriyadharmapatni itu lama dengan Calon A.rang. Yaitu seorang janda yang terkenal menakutkan dalam dongeng rakyat : Bali. Sejak,tahun 1011 Udayana memerintah sendiri sedang wafatnya tidak diketahui dengan jelas kepan. Makamnya disebutkan di Banu Wka, yang sampai sekarang belum dapat diketahui dimana letaknya.

Kerajaan Buleleng

I Gusti Anglurah Panji SaktiGusti Ngurah Karangasem, raja Buleleng ke-12, dan 400 pengikutnya memilih tewas daripada menyerah saat perang di Benteng Jagaraga (1849).

I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil bernama I Gusti Gde Pasekan adalah putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama Si Luh Pasek Gobleg berasal dari Desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki kekuatan supra natural dari lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa khawatir kalau I Gusti Ngurah Panji kelak akan menyisihkan putra mahkota. Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang masih berusia 12 tahun disingkirkan ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, Desa Panji.

I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa (Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat

Kerajaan Buleleng 3

Page 4: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

pada tahun 1704, Kerajaan Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.

Dikuasai Mengwi dan Karangasem

Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang berkuasa sampai 1821. Kekuasaan Karangasem melemah, terjadi beberapa kali pergantian raja. Tahun 1825 I Gusti Made Karangsem memerintah dengan Patihnya I Gusti Ketut Jelantik sampai ditaklukkan Belanda tahun 1849.

Perlawanan terhadap Belanda

Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.

Daftar raja BulelengGusti Ngurah Ketut Jelantik, raja Buleleng ke-14, dalam pakaian berburunya.

Lukisan AA Panji Tisna, raja Buleleng ke-16.

Berikut daftar raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Buleleng:

Wangsa Panji Sakti (1660-?)

NamaJangk

a hidup

Awal memerint

ah

Akhir memerint

ahKeterangan Keluar

gaGamb

ar

Kerajaan Buleleng 4

Page 5: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Gusti Anglurah Panji Sakti 1660 1697/99

Gusti Panji Gede Danudarastra 1697/99 1732

Anak dari Gusti Anglurah

Panji Sakti

Gusti Alit Panji 1732 1757/65Anak dari Gusti Panji

Gede Danudarastra

Gusti Ngurah Panji 1757/65 1757/65 Anak dari

Gusti Alit Panji

Gusti Ngurah Jelantik 1757/65 1780

Anak dari Gusti Ngurah

Panji

Gusti Made Singaraja 1793 ?

Keponakan dari Gusti

Made Jelantik

Wangsa Karangasem (?-1849)

NamaJangk

a hidup

Awal memerint

ah

Akhir memerint

ahKeterangan Keluar

gaGamb

ar

Anak Agung Rai ? 1806Anak dari

Gusti Gede Ngurah

Karangasem

Gusti Gede Karang 1806 1818

Saudara dari Anak Agung

Rai

Gusti Gede Ngurah Pahang 1818 1822

Anak dari Gusti Gede

Karang

Gusti Made Oka Sori 1822 1825

Anak dari Gusti Gede

Karang

Gusti Ngurah Made

Karangasem 1825 1849

Keponakan dari Gusti

Gede Karang

Kerajaan Buleleng 5

Page 6: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Wangsa Panji Sakti (1849-1950)

NamaJangk

a hidup

Awal memerint

ah

Akhir memerint

ahKeterangan Keluar

gaGamb

ar

Gusti Made Rahi 1849 1853Keturunan dari Gusti Ngurah

Panji

Gusti Ketut Jelantik 1854 1872

Keturunan dari Gusti Ngurah

Jelantik

Anak Agung Putu Jelantik 1929 1944

Keturunan dari Gusti Ngurah

Jelantik

Anak Agung Nyoman Panji

Tisna 1944 1947

Anak dari Anak Agung Putu Jelantik

Anak Agung Ngurah Ketut

Jelantik 1947 1950

Saudara dari Anak Agung

Nyoman Panji Tisna

Bali: Sejarah Kerajaan Buleleng

(Gusti Ngurah Jelantik Raja Buleleng yang diasingkan oleh Belanda Ke Padang Sumatera Barat 1872)

Semoga tidak ada halangan Pranamyam sira dewam, bhuktimukti itarttaya, prawaksyatwa wijneyah, brahmanam ksatriyadih, patayeswarah. Kerajaan Buleleng 6

Page 7: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Diceritakan setelah Pulau Bali berhasil ditaklukkan kerajaan Majapahit pada tahun 1343 maka Mahapatih Gajah Mada mengangkat Adipati berasal dari Jawa yang diberi gelar Dalem Ketut Kresna Kapakisan sebagai Raja Bali. Istana beliau berada di Samprangan, wilayah Gianyar sekarang, sebagai pusat pemerintahannya. Pada mulanya pemerintahan Dalem Samprangan mendapat reaksi dari masyarakat asli, Bali Aga, membuat Pulau Bali kurang aman.

Untuk menjaga kestabilan dan keamanan pemerintahan, pada tahun 1352 Patih Gajah Mada mengangkat Sri Nararya Kapakisan berasal dari Jawa Timur sebagai Perdana Menteri sekaligus sebagai Penasehat Dalem.I GUSTI NGURAH JELANTIK VIPANGLIMA PERANG KERAJAAN GELGEL

Alkisah setelah beberapa keturunan berlalu, disebutlah seorang dari keturunan Sri Nararya Kapakisan / I Gusti Nyuh Aya, yang bergelar I Gusti Ngurah Jelantik VI, menjabat sebagai Panglima Perang yang dihandalkan oleh raja yang bergelar Dalem Sagening yang istana dan pemerintahannya telah berpindah dari Samprangan ke Gelgel. I Gusti Ngurah Jelantik beristana di puri Jelantik - Swecalinggarsapura, tidak jauh dari istana raja di Gelgel.

Di puri Jelantik, banyak para abdi laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai tempat. Di antara para abdi ada seorang perempuan pelayan (pariwara) yang sehari-harinya bertugas sebagai penjaga pintu, bernama Ni Pasek Gobleg. Pada suatu hari, I Gusti Ngurah Jelantik pulang dari bepergian. Pada saat beliau melangkahkan kaki masuk halaman puri, waktu itu sang pariwara Ni Pasek Gobleg baru saja selesai membuang air kecil (angunyuh).

I Gusti Ngurah Jelantik terkejut ketika beliau menginjak air yang dirasa hangat di telapak kakinya. Beliau meyakini air itu tidak lain adalah air kencing Ni Pasek Gobleg, pelayan dari desa Panji wilayah Den Bukit itu. Timbul gairah birahi I Gusti Ngurah Jelantik kepada Ni Pasek Gobleg dan serta merta menjamahnya.

Hubungan cinta kasih yang melibatkan I Gusti Ngurah Jelantik dengan pelayannya tidak diketahui oleh isterinya, I Gusti Ayu Brang-Singa. Dari larutnya hubungan itu, tidak berselang lama Ni Pasek Gobleg mengandung Kerajaan Buleleng 7

Page 8: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

dan sampai pada waktunya, lahir seorang bayi laki-laki yang sempurna yang diberi nama I Gusti Gde Pasekan.

Nama itu diambil dari pihak sang ibu yang berasal dari trah Pasek. Beberapa waktu kemudian, sang pramiswari, I Gusti Ayu Brang-Singa, setelah kehamilannya cukup waktunya, juga melahirkan seorang bayi laki-laki, yang diberi nama I Gusti Gde Ngurah.Prasasti Kerajaan Buleleng

I Gusti Gde Pasekan lebih tua dari I Gusti Gde Ngurah.Disebutkan, bahwa dari ubun-ubun I Gusti Gde Pasekan muncul berkas sinar, tambahan lagi lidahnya berbulu. Melihat keistimewaan I Gusti Gde Pasekan, muncul perasaan waswas I Gusti Ayu Brang-Singa, bilamana di kemudian hari nanti, I Gusti Gde Pasekan akan lebih disayang oleh I Gusti Ngurah Jelantik. Lagi pula akan bisa mengalahkan kedudukan I Gusti Gde Ngurah, putranya sendiri yang lebih berhak atas segala warisan. Ujar Ni Gusti Ayu Brang-singa:

„Kakanda Gusti Ngurah, dari manakah asal-usul anak bayi ini, kakanda?"Dijawab oleh I Gusti Ngurah Jelantik: „Baiklah adinda, bayi itu asalnya dari kakanda sendiri, dilahirkan dari seorang pariwara bernama Ni Pasek Gobleg, berhubungan hanya sekali".Menyahut Ni Gusti Brang-Singa dengan air muka sedih: „Kalau begitu baiklah. Tetapi bila bayi ini tetap berada disini, maka masalah ini membuat adinda akan menentang. Bilamana anak ini memiliki hak di Purl Jelantik".

Demikian kata-kata sang isteri kepada Ki Gusti Ngurah Jelantik yang langsung menjawab:

„ Jangan merasa gundah, adinda. Anak itu bersama ibunya akan meninggalkan tempat ini dan pergi ke Ler Gunung".

Mendapat jawaban demikian wajah Ni Gusti Ayu Brang-Singa kembali tampak berseri. Sampailah diceritakan, seseorang bernama I Wayahan Pasek dari desa Panji, dalam perjalanan telah sampai ke puri Jelantik, menjenguk Ni Pasek Gobleg, ibu I Gusti Gde Pasekan. Ki Wayahan Pasek adalah saudara mindon Ni Pasek Gobleg. Di dalam puri, I Gusti Ngurah Jelantik sudah siap menanti. Demikian sabda I Gusti Ngurah Jelantik:

„Wahai engkau Wayahan Pasek. Bawalah olehmu I Gde Pasekan ke Ler Gunung. Perintahku kepadamu, agar engkau memandang dia sebagai gusti-mu di sana. Lagi pula di dalam tata laksana upakara terhadapnya jangan dicemari (carub), karena dia adalah sejatinya berasal dari aku". Sembah atur I Wayahan Pasek: „Baiklah, hamba junjung tinggi wacanan Gusti. Semuanya sudah jelas bagi hamba." 1)1) Sabda Ki Gusti Ngurah: ,,E, kita Wayahan Pasěk, anakta Ki Gĕde Pasĕkan ajakĕn mara marêng Ler-Gunung. Manirâweh i kita,kitânggen gusti ring kana. Sadene sira angupakāra; aywa koruban acamah, apan agawe n manira jāti”.Matur ki Wayahan Pasěk:,,Inggih, kawulânuhun wacana n I gusti. Sampun anangçayêng twas”.

Kerajaan Buleleng 8

Page 9: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

I Gusti Gde Pasekan sudah berumur 12 tahun. Sebelum perjalanan dimulai, beliau dibekali sebuah pusaka oleh sang ayah, I Gusti Ngurah Jelantik, berbentuk sebilah keris. Disamping itu diberikan juga pusaka leluhur berupa tombak-tulup bernama Ki Pangkajatattwa atau Ki Tunjungtutur. Setelah semuanya siap, perjalanan ke Ler Gunung dimulai. Disamping ibunya, Ni Pasek Gobleg dan pamannya, I Wayan Pasek, I Gusti Gde Pasekan diiringi oleh 40 orang pengawal, dipimpin oleh Ki Dumpyung dan Ki Dosot.

Di saat mulai melangkah, I Gusti Gde Pasekan merasa sedih meninggalkan tempat kelahirannya, teringat kembali akan pesan-pesan ayahnya. Teman-teman sepermainannya akan segera ditinggalkan menuju tempat jauh di Ler Gunung. Perasaanya penuh tanya dan keraguan. Terdengar suara seperti berasal dari keris pusaka:

"Ih, aywa semang" yang artinya “ Ih, jangan ragu”.

I Gusti Gde Pasekan tersentak heran, namun akhirnya senang karena keris pusaka yang diberikan ayahandanya mampu berbicara.Perjalanan pun dimulai. Pertama mengarah Barat selama sehari. Esoknya perjalanan berbelok mengarah ke Utara. Jalan yang dilintasi mulai menanjak dan berkelok-kelok. Rasa lelah mulai dirasakan oleh anggota rombongan, tetapi karena hawa mulai dirasakan makin sejuk.

Dalam bimbingan ibunya, Ni Pasek Gobleg dan pamannya, I Wayan Pasek, dengan cepat beliau belajar mengenal lingkungan desanya. Disamping itu ada dua pengasuh, Ki Dumpyung dan Ki Dosot. Sebagai seorang pemuda berusia 12 tahun, yang selalu ingin tahu tentang segala hal, I Gusti Gde Pasekan sering berpetualang. Naik bukit dan menjelajanh ke hutan melewati tegalan sampai ke pantai merupakan kegiatan rutin. Keris pemberian ayahnya, I Gusti Ngurah Jelantik, selalu terselip di pinggangnya.

Pada suatu sore yang panas, I Gusti Gde Pasekan merasa badannya gerah dan ingin mandi di sungai di tempat beliau sering mencari ikan. Tetapi di sungai dilihatnya ada buaya yang membuat orang-orang takut untuk mandi dan para perempuan takut mengambil air. Dengan segala pertimbangan yang cukup masak, I Gusti Gde Pasekan turun kesungai seorang diri. Dengan kelincahan dan kaki katangannya yang cekatan, buaya yang menakutkan itu bisa di bunuhnya. Setelah buaya dibunuhnya barulah beliau mandi dengan tenangnya dan menikmati sejuknya air sungai.

Penduduk desa Panji menjadi gempar, karena keberanian dan kewisesan I Gusti Gde Pasekan yang masih muda belia itu. I Gusti Gde Pasekan semakin dekat di hati masyarakat desa Panji, bahkan meluas keluar desa Panji.Di wilayah Den Bukit ada seorang yang sangat berkuasa bernama Ki Pungakan Gendis. Beliau sangat ditakuti oleh rakyak karena perangainya yang semena-mena, hanya mencari kesenangan berjudi dengan mengadu ayam setiap hari. Beliau bebergian dengan menaiki kudanya yang besar dan gagah. Di kanan kirinya berjalan beberapa orang pengawal. Suatu hari, I Gusti Panji sedang dalam perjalanan pulang.

Karena merasa lapar beliau berhenti untuk mencari umbi ketela di tegal. Kerajaan Buleleng 9

Page 10: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Keris pusaka leluhur yang selalu dibawanya itu lalu dihunusnya dan ditancapkan di tanah mencongkel umbi ketela. Sedang mencongkel- congkel tanah, tiba-tiba I Gusti Panji mendengar suara seperti keluar dari dalam keris

" ..... tan gaweyaŋ puyut kinarya anŋulati ewi..." yang artinya: "....jangan buyut dipakai untuk mencari umbi ketela...".Selanjutnya terdengar:..."aywa ki buyut semaŋ- semaŋ ri ki puyut... apan anapasupati-astra ring agraniŋ puyut....ana pinakasatrunta maŋaran ki puŋakan Gendis yogya pinatryan denta .." artinya: "Jangan ragu akan kesaktian buyut.....karena di ujumg buyut memiliki kesaktian.....disana ada musuh bernama Ki Pungakan Gendis yang harus dibinasakan....".

Mendengar sabdantara sedemikian, I Gusti Panji berhenti mencongkel umbi dan keris pusaka segera dimasukkan kesarungnya. I Gusti Panji mulai menyadari, bilamana suatu waktu dkemudian hari timbul keraguan di pikiran beliau, agar selalu ingat akan "Ki Semang", demikian nama kris pusaka tersebut. Mengalahkan Ki Pungakan Gendis. Diceritakan Ki Pungakan Gendis sedang dalam perjalanan pulang sehabis berjudi dan bersenang-senang. Beliau menunggang kuda diiringi oleh para pengawal.

Kebetulan I Gusti Panji juga dalam perjalanan. Ki Pungakan Gendis tiba-tiba terkejut berhadapan dengan seorang pemuda gagah yang berdiri didepannya. Seketika Ki Pungakan Gendis menghardik kudanya. Kudanya menjadi garang dan dengan kaki depannya sang kuda menggores dada I Gusti Panji hingga terjatuh, namun tidak terluka.

I Gusti Panji segera bangkit dan naik ke pohon lece. Ki Pungakan Gendis menyerang dengan kudanya, namun I Gusti Panji meloncat ke atas kuda dan keris pusaka menembus dada Ki Pungakan Gendis. Ki Pungakan gendis tidak segera menemui ajalnya karena memiliki ilmu kekebalan. Dengan tetap duduk di atas kudanya beliau meneruskan perjalanan pulang. Sampai dirumahnya barulah diketahui oleh para pengwalnya bahwa majikannya telah wafat karena tidak kuasa melawan kesaktian keris I Gusti Panji.

Keadaan penduduk desa Panji dan desa Gendis, sampai pada desa-desa sekitarnya tidak lagi merasa takut karena Ki Pungakan Gendis yang kelakuannya semena-mena terhadap penduduk telah tiada lagi. Sebaliknya, penduduk merasa mendapat perlindungan dan bimbingan dari I Gusti Panji yang dianggap pantas memimpin mereka.Menolong Perahu Terdampar.

Setelah beberapa lama, ada suatu kejadian, sebuah perahu bermuatan penuh barang dagangan terdampar di pantai Penimbangan. Perahu itu milik orang asing bernama Dempu Awang, seorang saudagar Cina. Dengan nada sedih sang saudagar minta tolong kepada Bendesa Gendis agar kapalnya bisa diselamatkan namun Bendesa Gendis tak sanggup menolong.

Kemudian datanglah I Gusti Ngurah Panji dan dengan cara yang penuh perhitungan beliau bisa melepaskan perahu dari jepitan batu karang, sehingga perahu itu kembali bebas. Sang saudagar Dempu Awang memberkan banyak hadiah kepada I Gusti Ngurah Panji berupa barang-barang mewah seperti piring - cangkir, cawan dan permadani, kain beludru yang mahal sampai bahan bangunan rumah. Selain itu juga uang kepeng Kerajaan Buleleng 10

Page 11: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

atau jinah bolong alat pembayaran yang berlaku jaman itu.

Setelah mengucap syukur dan terima kasih kepada I Gusti Ngurah Panji, Dempu Awang pergi melajutkan pelayarannya.Dengan demikian, I Gusti Ngurah Panji mendapat harta yang cukup berlimpah yang diperlukan sebagai modal kelancaran geraknya dalam menjalankan tugas memimpin rakyat, disamping benda yang sudah dimiliki berupa keris pusaka Ki Semang dan tulup Ki Tunjungtutur yang mempunyai kekuatan magis sebagai kelengkapan dalam menjaga kewibawaan seorang pemimpin.I Gusti Ngurah Panji sudah makin dewasa dalam umur dan juga dalam pengalaman. Setelah berumur melewati 20 tahun, beliau mengambil putri yang berparas ayu yang bernama I Dewayu Juruh. Gadis pilihannya itu tidak lain adalah putri Ki Pungakan Gendis almarhun yang dikalahkan dan gugur dalam perang tanding dahulu. Kemudian adik laki-laki I Dewayu Juruh tetap diberikan kekuasaan di Gendis dibawah asuhan Bendesa Gendis. Lama-kelamaan I Gusti Panji makin dikenal dan disegani di wilayah Den Bukit.Membangun Puri dan Pamerajan di desa Panji.Setelah itu, I Gusti Ngurah Panji memindahkan pura yang berada di desa Gendis, yang disungsung oleh krama desa Gendis dan sekitarnya, ke pusat desa Panji. Seluruh masyarakat penyungsung pura tersebut menyatakan persetujuannya dan pura itu dijadikan Pura Desa Panji.Tidak berselang lama kemudian, I Gusti Ngurah Panji membangun puri terletak di sebelah timur jalan, bersebrangan dengan Pura Desa yang baru selesai.Puri tersebut memang tidak dibangun secara mewah, namun sudah dilengkapi dengan merajan. Hal ini sesuai dengan petunjuk ayahnya I Gusti Ngurah Jelantik dahulu semasih di Gelgel sebagaimana ditegaskan kepada I Wayan Pasek agar dibuatkan Puri lengkap dengan Merajan. Semua merasa berbahagia, karena sekarang bisa terlaksana, yaitu I Gusti Ngurah Panji dinobatkan sebagai pemimpin dengan Puri serta Merajan. Namun sang ibu, Luh Pasek Gobleg tidak mau tinggal di dalam puri karena merasa dirinya kurang pantas dan tetap di rumahnya semula di sebelah utara. Semenjak itu penduduk bergembira dan sepakat untuk memberi beliau gelar "Ngurah", maka nama beliau menjadi I Gusti Ngurah Panji.

Membentuk Laskar Perang "Taruna Goak "Demikianlah I Gusti Ngurah Panji menjalankan kepemimpinannya dengan bijaksana dengan cara memberikan pengertian, pengayoman dan kemakmuran kepada rakyat di Den Bukit. Beliau sebagai seorang pemimpin perang, komandan pasukan, sang penakluk. Dengan pusaka keris Ki Semang dan Ki Tunjungtutur, seluruh rakyat Den Bukit tidak ada seorangpun berani menentang.

Dengan demikian beliau menjadi raja Den Bukit atau dengan nama Ler Gunung.Setelah usahanya berhasil menyatukan wilayah Den Bukit beliau membentuk laskar yang dsebut Teruna Gowak dibawah pimpinan Panglima Perang Ki Tamblang Sampun dan I Gusti Made Bahatan sebagai wakil Panglima Perang. Untuk menguatkan latihan perang, I Gusti Ngurah Panji mengangkat orang-orang bayaran, seperti orang Bugis dan orang Ambon sebagai pelatih perang.

Kemudian juga memasok senjata api yang diselundupkan orang-orang pelarian.Untuk menunjang kerajaan dari segi pembeayaan, perdagangan digiatkan.Beliau tidak segan-segan memperkerjakan orang asing seperti beberapa orang bangsa Cina, sebagai syahbandar dan Ambon, Makasar, juga beberapa orangBelanda sebagai untuk meningkatkan perdagangan.Patih I Kerajaan Buleleng 11

Page 12: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Gusti Agung Maruti mempengaruhi Dalem agar mengambil keris pusaka I Gusti Ngurah Jelantik.

Perlu diceritakan disini, bahwa sewaktu I Gusti Panji sedang memantapkan kedudukan di Den Bukit, terjadi kemelut dalam pemerintahan di istana Gelgel.Ini terjadi setelah Dalem Sagening wafat (tahun + 1650) yang kemudian digantikan oleh Dalem Pemayun yang masih muda. Pada waktu adanya peralihan jabatan itu muncul intrik dan fitnah antara kelompok para pejabatt Tinggi kerajaan untuk saling merebut kekuasaan.I Gusti Ngurah Jelantik (ayah I Gusti Panji) di puri Jelantik, wafat karena umur lanjut. Beliau digantikan oleh putranya yang bernama I Gusti Gde Ngurah.yang tidak lain adalah adik (tiri) I Gusti Ngurah Panji. Setelah dinobatkan, I Gusti Gde Ngurah bergelar I Gusti Ngurah Jelantik, sama dengan gelar ayahnya. Karena masih muda beliau dibina oleh I Gusti Gde Pring, pamannya. Pada waktu itu yang menjadi Patih Dalem Gelgel adalah I Gusti Agung Maruti yang sangat ambisius, ingin mengambil kekuasaan kerajaan Gelgel.

Dalam pada itu I Gusti Agung Maruti bermaksud mengambil / memiliki keris sakti pusaka I Gusti Ngurah Jelantik yang bernama Ki Mertyu Jiwa /Pencok Sahang yang dulu dipakai mengalahkan Ki Dalem Dukut di Nusa. I Gusti Ngurah Jelantik menolak untuk menyerahkan keris pusaka warisan leluhurnya yang merupakan anugrah Ida Batara di Pura Besakih. I Gusti Agung Maruti berkali- kali mengerahkan pasukan bersenjata mau membunuh I Gusti Ngurah Jelantik atas nama Dalem, tetapi tidak berhasil.I Gusti Ngurah Jelantik Mengungsi keluar dari wilayah Gelgel.

Untuk menghindari kejadian yang makin meruncing I Gusti Ngurah Jelantik beserta pamannya I Gusti Gde Pring minta pertimbangan I Gusti Ngurah Panji di Den Bukit dengan bersurat-suratan. Dari pertimbangannya timbul keputusan agar I Gusti Ngurah Jelantik menyelamatkan diri, bersama seluruh keluarganya dengan cara mengungsi ke daerah Barat bersama para pendukung yang setia.Sampailah mereka di tepi sungai Ayung waktu hari mulai gelap. Mereka berjalan beriringan dan berpegangan tangan melalui jembatan “titi gantung” diatas sungai Ayung. Setelah sampai di seberang sungai baru disadari bahwa putra kedua I Gusti Ngurah Jelantik lepas dari rombongan dan menghilang. Para pengiring diperintahkan untuk kembali ke seberang sungai dan mencari putranya yang berumur sekitar 4 tahun itu (Untung Surapati), namun sia-sia belaka tanpa hasil. Dengan rasa sedih perjalanan diteruskan sampai di desa Marga, Mengwi. Setelah I Gusti Ngurah Jelantik melepas tugas sebagai panglima perang kerajaan, malahan pergi mengungsi keluar Gelgel menyebabkan kemelut di Istana Gelgel kian menjadi-jadi. Sehingga banyak petinggi kerajaan ikut mengungsi ke luar wilayah Gelgel, ada yang ke wilayah Timur ada yang ke Barat.

Tetapi masih banyak kerabat dan rakyat yang setia dan tetap berada di wilayah desa Gelgel mendukung I Gusti Agung Maruti. Banyak keluarga warga masyarakat terpecah belah, bahkan para warga Arya juga terpecah karenanya sehingga terjadi konflik di sana-sini. Banyak diantara pecahan berbagai warga mengungsi ke Den Bukit minta perlindungan I Gusti Ngurah Panji.I Gusti Agung Maruti Mengambil Alih Pemerintahan Gelgel.Patih I Gusti Agung Maruti mendapat simpati dan dukungan yang cukup luas di kalangan pejabat istana juga dari para Manca dan Punggawa. Puri Gelgel dikepung, Kerajaan Buleleng 12

Page 13: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

namun Dalem Di Made dengan bantuan Anglurah Singaharsa dapat meloloskan diri diiringi 300 orang rakyat yang setia. Di luar istana terjadi pertempuran sengit di Tukad Bubuh di selatan desa Gelgel. Perjalanan Dalem berhasil sampai di Guliang. Setelah beberapa lama berselang Dalem Di Made wafat di Guliang, meninggalkan 2 putra yaitu:

1. Dewa Agung Mayun tinggal di Guliang membawa keris Ki Tanda Langlang, dan

2. Dewa Agung Jambe tinggal di desa Sidemen diasuh oleh Anglurah Singharsa membawa keris samojaya.

I Gusti Agung Maruti mengangkat dirinya sebagai Dalem Gelgel dengan gelar Dalem Maruti Di Made (tahun 1655). Untuk memperkuat kedudukannya Dalem Maruti Di Made minta bantuan persenjataan bedil dan meriam kepada Belanda di Batavia. Namun pihak Belanda bingung adanya pergantian penguasa di Gelgel - Bali juga dengan nama Dalem.

Pertemuan di Puri Singharsa - Sidemen (Tahun 1685).Pemerintahan kerajaan Bali selama kekuasaan I Gusti Agung Maruti dijalankan dengan cara semena-mena. Lama-lama kondisi seperti itu menyebabkan banyak punggawa ataupun Manca di seluruh bagian wilayah Bali ingin melepaskan diri dari pemerintahan yang berpusat di Gelgel dan membentuk kerajaan sendiri-sendiri.

Setelah beberapa kali mengadakan musyawarah di Sidemen, Anglurah Singharsa atas nama Dewa Agung Jambe mengirim Surat Undangan ke pada I Gusti Anglurah Panji di Denbukit dan Anglurah Nambangan di Badung. Juga ke semua Punggawa sampai Manca yang masih setia untuk hadir di Puri Sidemen membicarakan keadaan Bali yang dalam bahaya perpecahan.I Gusti Anglurah Panji yang memang sudah paham isi surat segera memerintahkan Panglima Perang Ki Tamblang Sampun ke Sidemen untuk mewakili beliau.Pertemuan di Puri Sidemen di pimpin oleh Dewa Agung Jambe, Anglurah Singharsa dan Pedanda Wayan Buruan.Mereka semua sepakat dengan tekad bulat untuk menghancurkan kekuasaan I Gusti Agung Maruti. Dewa Agung Jambe memberikan surat kepada Ki Tamblang Sampun supaya disampaikan kepada I Gusti Anglurah Panji di Den Bukit yang isinya meminta bantuan menggempur I Gusti Agung Maruti yang menguasai Istana Gelgel.

Pasukan "Teruna Gowak" Menyerang Gelgel. Gabungan pasukan koalisi Bali terdiri dari laskar "Taruna Gowak" dari Den Bukit dipimpin oleh Ki Tamblang Sampun dan I Gusti Made Batan bermarkas di desa Panasan, lengkap dengan sarwa senjata keris, tombak, bedil sebagian dengan berkuda. Juga tidak ketinggalan bunyi-bunyian perang, kendang bende, cengceng. Pada waktu yang sudah ditentukan mereka mulai menyerang Istana Gelgel dari arah Barat Laut.

Pasukan dari Badung dibawah pimpinan I Gusti Jambe Pule melalui arah pantai menyerang dari arah Selatan Istana lengkap dengan garangnya. Sedangkan laskar Singaharsa menyerang dari arah Timur Laut dengan terlebih dahulu menundukkan desa-desa sekitar Gelgel. I Gusti Agung Maruti segera memerintahkan pasukan untuk bertahan.

Kerajaan Buleleng 13

Page 14: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Sulit untuk menceritakan dahsyatnya pertempuran, saling serang, saling serbu sehingga banyak jatuh korban nyawa.Pasukan Gelgel dibawah pimpinan I Gusti Agung Maruti sedang sengitnya menggempur pasukan Badung di sebelah selatan Gelgel mengamuk sehingga pasukan Badung banyak jatuh korban sehingga I Gusti Jambe Pule terpaksa mundur.

Pasukan Gelgel dengan orang-orang Jumpai sangat kuat terus mengepung sehingga I Gusti Jambe Pule dari Badung akhirnya tewas. Setelah itu pasukan Gelgel muncul dibawah pimpinan Ki Padangkerta yang mengejar laskar Taruna Gowak dari Den Bukit yang lari tunggang langgang. Seorang pimpinan regu Teruna Gowak terbunuh sehingga pasukan Den Bukit terus mundur kembali ke desa Panasan. (Rakyat desa itu merasa panas dengan adanya laskar Den Bukit, maka desa dinamakan Panasan) Dengan mundurnya pasukan Badung dan Den Bukit maka Dalem Maruti Di Made tetap menguasai Istana Gelgel.Rakyat menganggap I Gusti Agung Maruti sudah menang dan rakyat berbondong-bondong kembali ke Istana Gelgel mendukung kedudukan I Gusti Agung Maruti.Mendengar berita bahwa I Gusti Agung Maruti masih tetap bercokol di Istana Gelgel membuat I Gusti Anglurah Panji sangat kecewa dan marah. Segera memerintahkan menyusun kembali pasukannya dan segera melakukan penyerangan kembali langsung dibawah Panglima Perang I Gusti Tamblang dan I Gusti Made Batan dengan tambahan persenjataan bedil.

Penyerangan kembali dilancarkan sesuai perintah I Gusti Anglurah Panji dengan turunnya I Gusti Tamblang Sampun ke medan pertempuran. I Gusti Tamblang langsung berhadapan dengan Panglima Perang Gelgel, Ki Dukut Kerta. Perang tanding orang per orang berkecamuk dengan dahsyat antar jago silat, saling tebas saling tusuk. Keduanya sama berani dan tangguh. Selang berapa lama akhirnya Ki Tamblang mengeluarkan ajiannya dan dapat menipu Ki Dukut Kerta dengan gerakan yang tidak bisa ditangkap oleh penglihatan.Tiba-tiba Ki Dukut Kerta roboh oleh senjata di tangan Panglima Perang "Teruna Goawak" Ki Tamblang Sampun.Seketika itu pasukan Gelgel lari tunggang langgang tak tentu arah menyelamatkan diri karena merasa ngeri dan ketakutan Setelah itu pasukan Anglurah Singharsa membuat ranjau di sekitar Istana Gelgel. Sedangkan laskar Dewa Agung Jambe menggempur pasukan pengawal I Gusti Agung Maruti yang masih berada di dalam Istana Gelgel dan tidak mau menyerah.

Pasukan Den Bukit juga ikut menggempur Istana Gelgel. Kembali terjadi pertempuran sengit kacau balau tidak jelas kawan dan lawan, sehingga banyak rakyat yang jadi korban terbunuh didalam istana. Orang berlarian cerai berai keluar istana, bahkan keluar kota Gelgel. Dalam keadaan hiruk pikuk, I Gusti Agung Maruti dapat lolos keluar istana dan melarikan diri ke arah Barat ditemani Kyai Kidul dan Ki Pasek karena sudah berjanji sehidup semati. Namun terus dikejar oleh pasukan Dewa Agung Jambe dan pasukan Anglurah Singharsa sampai di Jimbaran. Di Jimbaran disambut oleh pasukan bersenjata yang dipimpin oleh Ida Wayan Petung Gading. Akhirnya melarikan diri ke desa Kuramas.

Mengangkat Pedanda Kemenuh sebagai Purohita.Pada waktu pemerintahan Gelgel dikuasai I Gusti Agung Maruti dengan gelar Dalem Maruti Di Made, sebagaimana telah diceritakan, banyak petinggi kerajaan mengungsi ke luar Kerajaan Buleleng 14

Page 15: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

wilayah Gelgel, ada yang ke wilayah Timur ada yang ke Barat, bahkan ada yang ke Den Bukit.Demikian juga dialami oleh seorang Pendeta Brahmana Kemenuh yang bergelar Pedanda Wiraghasandi ingin kembali ke Jawa karena merasa sudah tidak diperlukan lagi berada di Gelgel yang pemerintahannya tidak seperti dulu lagi.

Beliau dengan keluarga dan pengiring yang setia sudah beberapa lama berada di desa Kayuputih wilayah Den Bukit. Beliau diterima baik oleh Bendesa Ki Pasek Gobleg. Pedanda Wiraghasandi selain ahli dalam Weda juga pandai membuat senjata seperti keris bertuah, sehingga dikenal dengan "keris pakaryan Kayuputih".Pada suatu hari Ida Pedanda bersiap untuk berangkat meneruskan perjalanannya kembali ke Jawa, karena sudak cukup lama berada di desa Kayuputih. Namun dicegah oleh Bendesa Ki Pasek Gobleg agar beliau jangan pergi dan mohon dengan sangat kesediaannya untuk terus menetap di Kayuputih. Ida Pedanda mengatakan, beliau merasa ragu untuk mengikuti permintaan Ki Bendesa karena belum mendapat ijin I Gusti Ngurah Panji. Seketika Ki Pasek Gobleg tersentak, bahwa benar apa yang dikatakan Ida Pedanda.

Maka segera Ki Pasek Gobleg minta diri dan segera menghadap I Gusti Ngurah Panji di Puri Panji.Setelah Ki Pasek Gobleg memaparkan peristiwa yang menimpa Ida Pedanda Wiraghasandi, segera I Gusti Ngurah Panji menyongsong ke Kayuputih. Singkat cerita, terjadilah pembicaraan yang akrab dan saling menghormati. I Gusti Ngurah Panji mengangkat Ida Pendanda Wiraghasandi sebagai Bagawanta atau Purohita dan dikenal dengan nama Pedanda Sakti Ngurah.

Beliau dipindahkan ke Asram Banjar Ambengan dengan menguasai wilayah sebelah Barat Kalibukbuk dengan penduduk 3000 orang.Dengan didampingi seorang Bagawanta, I Gusti Ngurah Panji setiap waktu bisa mendapat petunjuk mengenai tata cara dan melengkapi persyaratan dalam membentuk kerajaan yang kuat dan mandiri. Atas petunjuk yang diberikan oleh Sang Bagawanta dibangun Prangkat Tatabuhan sebagai salah satu kelengkapan sebuah Kaprabonan atau Kerajaan. Perangkat tatabuhan diberi nama Juruh Satukad, paling depan dan belakang adalah Terompong, karena suaranya sangat menyayat hati dan manis seperti madu mengalir memenuhi sungai.

Sepasang padahi disebut Bentar Kedaton karena suaranya seperti guruh membelah langit. Sebuah bende dinamai Ki Gagak Ora, suaranya seperti ribuan burung, sebuah petuk kajar dikenal dengan nama KI Tundung Musuh, dengan suara mengerikan membuat musuh lari terbririt-birit. Kemudian ada beri yang namanya Glagah Katunwan dengan suara seperti padi kebakaran yang sangat menakutkan. Kemudian ada sepasang gubar, suaranya seperti guntur bertalu-talu karenanya diberi nama Gelap Kesanga. Demikianlah Tatabuhan yang telah dimiliki oleh I Gusti Ngurah Panji yang telah menyatakan diri sebagai raja Buleleng (Den Bukit)

I Gusti Ngurah Jelantik kembali ke Gelgel.Keberadaan kota Gelgel berangsur pulih setelah I Gusti Agung Maruti dapat dikalahkan. Namun kondisi Puri Gelgel dengan pemerintahannya haruslah ditata kembali. Dewa Agung Jambe memohon agar Dewa Agung Mayun, kakaknya, mau duduk sebagai kepala pemerintahan sebagai penerus Sesuhunan Bali.Namun Dewa Agung Kerajaan Buleleng 15

Page 16: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Mayun tidak mau karena kemenangan bukan karena perjuangan beliau. Untuk menata kembali pemerintahan, Dewa Agung Jambe memanggil semua keluarga / kerabat keturunan para Arya yang dulu pernah setia untuk kembali bergabung sebagaimana yang dulu pernah dilakukan oleh para leluhur mereka.

Semuanya diingat kembali, terutama I Gusti Ngurah Jelantik yang sudah mengungsi di desa Selantik wilayah Mengwi. Setelah beliau wafat, diganti oleh putranya, I Gusti Ngurah Gde sudah bergelar I Gusti Ngurah Jelantik sebagaimana gelar ayahandanya. Dewa Agung teringat akan semua jasa I Gusti Ngurah Jelantik waktu pemerintahan dipegang leluhurnya dahulu.Dewa Agung Jambe mengetahui bahwa I Gusti Ngurah Jelantik faham perihal tattwa dan juga sudah “mabisheka”.

Namun beliau berada di desa Selantik tidak lagi di Gelgel. Maka ditugaskan seorang utusan untuk membawa surat ke desa Selantik. Sampailah utusan di Selantik dan masuk ke istana Jelantik yang sedang penuh sesak oleh para tamu dan pelayan istana.I Gusti Ngurah menyapa:

,, Eh, kita anu, tan wruh manira! Wong saking ĕndi sira datĕng mara ngke? Warah manira!”(Ee, engkau siapa, aku belum kenal! Orang dari mana kamu datang kepadaku? Jelaskan kepadaku).Utusan menjawab: ,,Sējnĕ, ki gusti, kawula ingutus denira pĕduka bhattara ring Gelgel, sang apura ring Semarapura, kenendyan angaturakĕn puang cewalapatra”

(Mohon maaf ki gusti, hamba diutus beliau paduka batara di Gelgel, yang beristana di Semarapura, bertugas menghaturkan sebuah surat”).Surat itu pun diambil oleh I Gusti Ngurah. Isi suratnya:,,

Eh, kita Ngurah Jelantik, mulih po kita maring Gelgel! Ulihana weçmana mwah ana ring Jelantik. Aywa kita alah-aca, anut wyadhi ning bapanta nguni, apan citra ning dewa, mangke manira eling i kita, tan dadi laling citta, apang tan mageng pangayanta lawan manira, sangkaning kuna-kuna”.

(E, Ngurah Jelantik, pulanglah kembali ke Gelgel. Dan kembali tinggal di istana yang ada di Jelantik. Jangan kita salah pengertian, sesuaikan kembali sebagai ayahmu dulu, karena selalu ingat akan leluhur, sekarang aku ingat padamu, tidak boleh kita saling melupakan, karena besar tugas kita bersama-sama, sejak jaman dahulu).

Kerajaan Klungkung

Kerajaan Buleleng 16

Page 17: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Kerajaan Klungkung adalah suatu kerajaan di Bali bagian selatan yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-14.

Pada zaman kerajaan, Klungkung menjadi pusat pemerintahan raja-raja Bali. Raja Klungkung adalah pewaris langsung dan keturunan lurus dari Dinasti Kresna Kepakisan. Oleh karenanya sejarah Klungkung berhubungan erat dengan raja-rajayang memerintah di Samprangan dan Gelgel. Selama pemerintahan Dinasti Kepakisan di Bali, terjadi dua kali perpindahan pusat kerajaan (tahun 1350-1908) Pertama dari Samprangan ke Gelgel – Swecapura berlangsung secaradamai (abad ke-14) dengan raja yang berkuasa: Dalem Ketut Nglesir,Dalem Waturenggong, Dalem Bekung, Dalem Segening, dan Dalem DiMade.

Kedua: pusat kerajaan pindah dari Gelgel – Swecapura ke pusat Kerajaan Klungkung – Semarapura abad 17 – 20 dengan Raja DewaAgung Jambe, Dewa Agung Made, Dewa Agung Di Madya, Sri AgungSakti, Sri Agung Putra Kusamba, dan Dewa Agung Istri Kania.

Kerajaan Klungkung Bali telah berhasil mencapai punjak kejayaan dan keemasannya dalam bidang pemerintahan, adat dan seni budaya pada abad ke 14– 17 di bawah kekuasaan Dalem Waturenggong dengan pusat kerajaan di Keraton Gelgel – Swecapura memiliki wilayah kekuasaan sampai Lombok dan Blambangan.

Menurut sumber lain Kerajaan Klungkung berdiri bersamaan dengan dibangunnya kraton Smarapura tahun 1686 dan diakhiri dengan Puputan Klungkung tahun 1908 sebagai Kerajaan terakhir di Bali yang melakukan perlawanan dengan cara puputan dalam mempertahankan eksistensinya sebagai kerajaan yang merdeka terhadap meluasnya praktek politik kolonial Belanda di Nusantara[2].

Sistem sosialSebagai sebuah kerajaan secara struktur tampak unsur-unsur yang saling mengait di dalamnya. Hubungan antara kepemimpinan raja, Dewa Agung sebagai penjelmaan Wisnu (gusti) dengan rakyat (kaula) atau bagawanta dengan raja dan rakyatnya sisya. Stratifikasi sosial yang dipengaruhi oleh Hinduisme dengan pembagian yang mirip dengan kasta-kasta di India. Tradisi-tradisi kerajaan seperti: tawan karang, mesatia, penobatan raja, hubungan dengan kerajaan-kerajaan lainnya, kerja sama antara kerajaan-kerajaan Bali dalam menghadapi musuh dari luar, hubungan kerajaan Klungkung dengan pemerintah Hindia Belanda . Tradisi -tradisi Majapahit seperti pusaka-pusaka keraton seperti keris dan tombak, asal usul keturunan raja bersal dari Majapahit.

Masyarakat kerajaan di Klungkung memperlihatkan ciri masyarakat yang bertingkat-tingkat sesuai dengan golongan yang ada. Dalam situasi sosio-kultural seperti inilah kelompok elite yang memimpin tumbuh dan dibesarkan serta berpengaruh di masyarakat. Pengaruh yang sangat kuat tampak jelas dalam peran yang dimainkan oleh elite politik dan religius senantiasa bisa dikembalikan pada golongan brahmana. Raja-raja yang memerintah sampai raja terakhir yaitu Dewa Agung Jambe dengan para kerabatnya yang memegang kekuasaan disatu pihak dan Bagawanta dipihak

Kerajaan Buleleng 17

Page 18: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

lain memiliki posisi sentral dalam pemerintahan di Klungkung, Posisi sentral kelompok pemimpin ini diperkuat lagi dengan adanya bentuk-bentuk kepercayaan yang bersifat magis.

Kepercayaan terhadap kekuatan magis dan kitos tentang tokoh pemimpin terutama sangat menonjol sekitar pribadi raja, Dewa Agung, yang dianggap sebagai penjelmaan Wisnu. Benda-benda pusaka seperti keris, tombak dan meriam I Seliksik memegang peranan penting dalam menamhbah kewibawaan raja yang memerintah[3].

Kemunduran KerajaanBelanda mulai mengurangi kedaulatan kerajaan Klungkung dan ingin memasukkan ke dalam wilayah Hindia Belanda, seperti pada tanggal 24 Mei 1843 diadakan perjanjian penghapusan tradisi tawan karang kerajaan Klungkung. Perjanjian ini telah menimbulkan rasa tidak senang dikalangan pejabat kerajaan. Ditambah dengan sebab-sebab lainnya seperti perampasan dua buah kapal yang kandas di Bandar Batulahak (Kusamba) .Keterlibatan laskar Klungkung dalam perang antara Buleleng dengan Militer Belanda di Jagaraga Tahun 1848 - 1849 mempertajam permusuhan antara pihak Belanda dengan pihak kerajaan Klungkung. Permusuhan dan rasa tidak puas Dewa Agung Istri Balemas memuncak, dan akhirnya meletus menjadi perang terbuka yaitu perang Kusamba Tahun 1849. Pada perang itulah Jendral Michiels tewas sebagai pimpinan ekspedisi militer Belanda.

Yang menarik dari peristiwa perang Kusamba menurut sumber penulis Belanda ialah munculnya tokoh wanita yaitu Dewa Agung Istri Balemas sebagai seorang sebagai seorang wanita yang sangat benci dan menentang intervensi Belanda dan ia dianggap pemimpin golongan yang senantiasa menggagalkan perjanjian perdamaian dengan pihak Belanda.

Diawal Abad ke - 20 disodorkan lagi perjanjian tentang Tapal Batas antara Kerajaan Gianyar dengan Kerajaan Klungkung, tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1902. Setelah penandatanganan perjanjian Tapal Batas timbul perselisihan antara kerajaan Klungkung dengan Gubernemen mengenai Daerah Abeansemal, Vasal Kerajaan Klungkung yang berada di daerah kerajaan Gianyar. Dukungan raja Klungkung terhadap meletusnya perang Puputan di kerajaan Badung Tahun 1906.

Perjanjian tahun 17 Oktober 1906 tentang kedaulatan Gubernemen atas kerajaan Klungkung telah menurunkan status kenegaraan dan politik kerajaan Klungkung sebagai sesuhunan raja-raja Bali. Hal ini memperkuat sikap menentang Dewa Agung dan kalangan pembesar kerajaan yang memuncak pada perlawanan Puputan Klungkung tahun 1908 yang menyebabkan kehancuran kerajaan dengan terbunuhnya raja Dewa Agung beserta banyak pengikutnya.

Istana Raja Klungkung / Krteghosa

Kerajaan Buleleng 18

Page 19: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN KLUNGKUNGKlungkung sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali dengan luas wilayah315 km, dimana sepertiga wilayah ada di daratan Pulau Bali dan dua pertiga beradadi wilayah Kepulauan Nusa Penida memiliki peran penting dalam sejarah. Pada  jaman kerajaan, K lungkung menjadi pusat pemerintahan raja-ra ja Ba l i . Ra jaKlungkung adalah pewar is langsung dan keturunan lurus dar i Dinast i KresnaKepakisan. Oleh karenanya, sejarah Klungkung berhubungan erat dengan raja-rajayang memer intah d i Samprangan dan Gelgel . Se lama pemerintahan Dinast i Kepakisan di Bali, terjadi dua kali perpindahan pusat kerajaan (tahun 1350-1908):Pertama dari Samprangan ke Gelgel – Swecapura berlangsung secaradamai (abad ke-14) dengan raja yang berkuasa: Dalem Ketut Nglesir,Dalem Waturenggong, Dalem Bekung, Dalem Segening, dan Dalem DiMade.

K e d u a : p u s a t k e r a j a a n p i n d a h d a r i G e l g e l – S w e c a p u r a k e p u s a t Kerajaan Klungkung – Semarapura abad 17 – 20 dengan Raja DewaAgung Jambe, Dewa Agung Made, Dewa Agung Di Madya, Sri AgungSakti, Sri Agung Putra Kusamba, dan Dewa Agung Istri Kania.K e r a j a a n K l u n g k u n g B a l i t e l a h b e r h a s i l m e n c a p a i p u n j a k k e j a y a a n d a n keemasannya dalam bidang pemerintahan, adat dan seni budaya pada abad ke 14– 17 di bawah kekuasaan Dalem Waturenggong dengan pusat kerajaan di KeratonGelgel – Swecapura memiliki wilayah kekuasaan sampai Lombok dan Blambangan. Terjadinya perang Puputan Klungkung ketika pusat kerajaan Klungkung sudahberada di keraton Semarapura

KRONOLOGIS KEJADIAN/PERISTIWAK e i n g i n a n p e m e r i n t a h k o l o n i a l H i n d i a - B e l a n d a u n t u k m e n g u a s a i B a l i d i lakukan dengan dua cara ya i tu dengan cara kompromi atau ker jasama dan d e n g a n c a r a a n g k a t s e n j a t a . P e p e r a n g a n y a n g t e r d a h s y a t y a n g d i l a k u k a n pemerintah Hindia-Belanda untuk menguasai Bali terjadi di empat wilayah yaituPerang Puputan Jagaraga (Buleleng – Bali IUtara), Perang Kusamba, Perang PuputanBadung, dan Perang Puputan K lungkung. Untuk menaklukkan Bal i , K lungkung

SEJARAH KLUNGKUNG

Lintas Sejarahdikutif dari Swecapura Gelgel Samai Smarajaya ( Semarapura) Klungklung

Kerajaan Buleleng 19

Page 20: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

1. Dalem Ktut Ngulesir Raja Gelgel IPusat pemerintahan di Bali setelah pindah dari keraton Samprangan dipusatkan di Gelgel. Kraton tersebut diberi nama Sueca Pura. Afapun sebagai raja peretama di Kraton Sueca Pura amasih merupakan penerus dari dinasti Kepakisan yang turun temurun dari Majapahit. Beliau adalah I Dewa Ktut yang kemudian bergelar Dalem Ktut Ngulesir, karena dianggap sebagai pelanjut dinasti Kepakisan, maka raja ini juga bergelar Dalem Ktut Kresna Kepakisan yang memerintah selama kurang lebih 20 tahun ( 1380 - 1400) Menurut sumber-sumber tradisional, raja ini dikenal sebagai raja yang sangat tampan, karena diketahui memiliki tanda khusus (cawiri) berupa tahi lalat pada paha kanannya. Hal ini juga dianggap sebagai simbol kecakapan beliau di dalam memimpin rakyatnya. Bukti-bukti atau peninggalan Raja Dalem Ktut Ngulesir sebagai raja I di Gelgel sangat sulit ditemukan. Baik yang disebutkan oleh babad maupun sumber lainnya.

2. Dalemn Watu Enggong Raja Gelgel IISetelah Dalem Ktut Ngulesir mangkat, maka pemerintah Gelgel digantikan oleh putra tertua beliau yang bergelar Dalem Watu Enggong atau sering disebut Dalem Waturenggong. Pemerintah Dalem Waturenggong merupakan puncak kebesaran atau jaman kemasan Kerajaan Bali. Karena pada jaman Dalem Waturenggong, wilayah kerajaan Bali sudah meluas sampai ke Sasak (lombok), Sumbawa, Balmbangan dan Puger. Dalem Waturenggong adalah raja yang sangat ditajuti oleh raja Pasuruan dan Raja Mataram.Pemerintah Dalem Waturenggong pada abad XVI (sekitar tahun 1550 M ) merupakan awal lepasnya ikatan dan pengaruh Majapahit terhadap kerajaan Bali seiring runtuhnya kerajaan Majapahit oleh Kerjaan Islam.Pada masa Dalem waturenggong inilah, pernah terjadi sengketa antara Gelgel dengan kerajaan Blambangan yang dikuasai oleh Dalem Juru yang dipicu karena penolakan lamaran dari Dalem Waturenggong terhadap Ni Gusti Ayu Bas Putrid Dalem Juru. Pertempuran sngitpun terjadi, laskar bali yang dipimpin oleh Patih Ularan berhasil membunuh Dalem Juru raja Blambangan. Mengenai kepastian tahun pemerintahan dan peninggalan raja Dalem Waturenggong di Gelgel maupun Klungkung sangat sulit ditemukan dari sumber babad beberapa naskah baru (yang masih harus diuji kebenarannya, koleksi AA Made Regeg Puri Anyar Klungkung, meyebutkan masa pemerintahan Dalem waturenggong disebut dalam angka tahun 1400 - 1500. Sedangkan naskah yang ditulis oleh I Dewa Gde Catra, Sidemen - Karangasem menyebutkan tahun 1460 -1552 M). Memang kedua sumber tersebut tidak berbeda jauh, tetapi masih perlu diteliti kesalahannya.

3. Dalem Bekung Raja Gelgel IIIRaden Pangharsa yang kemudian bergelar Dalem Bekung adalah putra tertua Dalem Waturenggong yang akhirnya menjadi raja Gelgel yang ke 3, karena usianya masih sangat muda, maka pemerintahan sehari-hari di Gelgel diwakilkan kepada kelima pamannya yaitu Gedong Atha, I Dewa Nusa, I Dewa Pangedangan, I Dewa Anggungan, dan I Dewa Bangli.Masa Pemerintahan Dalem Bekung adalah awal kesuraman kerajaan Gelgel. Karena pada masa pemerintahannya ini pula terjadi banyak masalah dan kesulitan. Kerajaan -kerajaan Gelgel di luar Bali yang pernah dikuasai Dalem Waturenggong satu per satu melepaskan diri. Pemberontakan juga terjadi di dalam kerajaan yang dilakukan oleh Gusti batan Jeruk atas ajakan dari I Dewa Anggungan yang tiada lain adalah pamannya sendiri, pemberontakan Batan Jeruk nyaris meruntuhkan Gelgel, sebelum Arya Kubon Tubuh yang

Kerajaan Buleleng 20

Page 21: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

masih setia kepada Dalem mampu memadamkan pemberontakan Batan Jeruk.

4. Dalem Segening Raja Gelgel IVSetelah meredanya pemberontakan Batan Jeruk menyusul terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh Krian Pande sebagai pembalasan atas kegagalan Batan Jeruk. Dan pemeberontakan inipun dapat dipadamkan dengan terbunuhnya Kareian Pande, karena situasi mulai kacau, maka oleh pembesar Kerajaan Gelgel diangkatlah I Dewa Segening sebagai raja menggantikan kakaknya Dalem Bekung. I Dewa Segening kemudian bergelar Dalem Segening. Dengan sukarela dan ihklas Dalem Bekung menyerahkan tahta kepada adiknya karena merasa dirinya tidak mampu mengemban amanat dari leluhurnya.Satu perubahan yang paling menonjol dari pemerintahan Dalem ZSegening adalah kembalinya kerajaan-kerajaan Sasak (Lombok), Sumbawa yang mengakui kekuasaan Gelgel. Dan satu hal yang penting adalah Dalem Segening mulai menyebarkan golongan ksatria Dalem hampir ke seluruh BAli. Dan gelar ksatria itupun sudah dibagi-bagi mulai status yang poaling tertinggi seperti Ksatria Dalem, ksatria predewa, kesatria prangakan dan ksatria prasanghyang..Sama seperti halnya pemerintahan Gelgel terdahulu, hampir tidak ada peninggalan yang dapat diinformasikan baik berupa dokumentasi maupun benda lainnya oleh penyunting sebagai bukti kebesaran Gelgel.

5. Dalem Di Made Raja Gelgel VSetelah masa pemerintahan Dalem Segening berakhir, akhirnya Gelgel diperintah oleh Dalem Di MAde sekaligus sebagai raja terakhir masa kerajaan Gelgel. Saat-saat damai yang pernah dirintis oleh Dalem Segening tidak dapat dipertahankan oleh Dalem Di Made. Hal ini disebabkan karena Dalem Di MAde terlalu memberikan kepercayaan yang berlebihan kepada pengabihnya I Gusti Agung Maruti. Sehingga pembesar-pembesar lainnya memilih untuk meninggalkan puri.Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh I Gusti Agung MAruti untuk menggulingkan pemerintahan Dalem Di Made. Usaha ini ternyata berhasil, Dalem Di Made beserta putra-putranya menyelamatkan diri ke desa Guliang diiring oleh sekitar 300 orang yang masih setia. Disinilah Dalem Di Made mendirikan keraton baru.Hampir selama 35 tahun Gelgel mengalami kevakuman karena Dalem Di Made telah mengungsi ke Guliang (Gianyar). Sementara Maruti menguasai Gelgel. Hal ini justru membuat Bali terpecah-pecah yang mengakibatkan beberapa kerajaan bagian seperti Den Bukit, Mengwi, Gianyar, Badung, Tabanan, Payangan dan Bangli ikut menyatakan diri merdeka keadaan ini diperparah dengan wafatnya Dalem Di Made di keraton Guliang.Dengan wafatnya Dalem Di Made, membuat para pembesar kerajaan menjadi tergugah untuk mengembalikan kerajaan kepada dinasti Kepakisan. Hal ini dipelopori oleh tiga orang pejabat keraton Panji Sakti, Ki Bagus Sidemen, dan Jambe Pile, mereka akhirnya menyusun strategi unuk menyerang Maruti yang berkuasa di Gelgel. Penyerangan dilakukan dari tiga arah secara serentak yang membuat Maruti dan pengikutnya tidak sanggup mempertahankan Gelgel. Maruti berhasil melarikan diri ke Jimbaran kemudian memilih memukim di Alas Rangkan.

Sejarah berdirinya Keraton Smarajaya Klungkung

Kerajaan Buleleng 21

Page 22: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

Kemenangan terhadap I Gusti Agung Maruti telah membuat kharisma dan wibawa dinasti Kepakisan kembali pulih, maka untuk mengisi pemerintahan diangkatlah Sri Agung Jambe putra bungsu Dalem Di Made sebagai raja. Tetapi atas saran Ki Gusti Sidemen, pusat kerajaan tidak lagi di Gelgel, dan dipindahkan ke desa Klungkung dengan nama keraton smarajaya. Alasan perpindahan keraton ini diperkirakan karena keraton Sueca Pura Gelgel secara fisik sudah rusak akibat seringnya terjadi pemberontakan pada tahun 1651 Masehi, serta dianggap sudah tyidak memiliki wibawa lagi sebagai pusat pemerintahan. Kini semua pusaka-pusaka kebesaran dinasti Kepakisan yang dibawa dari Majapahit sudah dipegang oleh Sri Agung Jambe

1. Dewa Agung Jambe (sri Agung Jambe) raja Klungkung ISatu hal yang menarik setelah kerajaan Gelgel dipindahkan ke Klungkung adalah, bahwa Sri Agung Jambe yang diangkat sebagai raja Klungkung I Tahun 1686 M lagi memakai gelar Dalem. Hal ini mengisyaratkan bahwa ada keinginan untuk nmelepaskan didi dari ikatan Majapahit, maka gelar yang mulia dipakai adalah Dewa Agung. Dengan demikian Sri Agung Jambe adalah raja I di Bali yang memakai gelar Dewa Agung dengan gelar Dewa Agung Jambe, yang berlaku terus untuk raja pengganti beliau, meskipun akhirnya setelah penghapusan gelar jawa peninggalan Gajah Mada ini telah berhasil, namun ada penurunan akan jumlah wilayah yang pernah dikuasai oleh leluhurnya pada jaman Gelgel. Tetapi setidaknya usaha untuk membuktikan diri sebagai raja yang otonom benar-benar sangat berhasil, selanjutnya dengan tidak ditemukannya angka tahun lamanya pemerintahan Dewa Agung Jambe sebagai raja Klungkung I, maka beliau digantikan oleh putra beliau bernama Dewa Agung Made.

2. Dewa Agung Made Raja Klungkung IIDewa Made Agung adalah putra dari Dewa Agung Jambe yang dinobatkan sebagai raja II di Keraton Smarajaya Klungkung, tetapi informasi mengenai pemerintahan Dewa Agung Made ini hampir tidak pernah ditulis. Yang jelas berdasarkan bukti-bukti adanya penerus kepenguasaan, mencerminkan bahwa raja ini dapat memegang tampuk pemerintahan dengan baik.

3. Dewa Agung Dimadya Raja Klungkung IIISetelah berakhirnya pemerintahan Dewa Agung Made, maka beliau digantikan oleh putranya bernama Dewa Agung Dimadya sebagai raja III kerajaan Klungkung. Sama seperti ayahnya, informasi menganai pemerintahan ini juga sedikit sekali informasinya.

4. Dewa Agung Sakti Raja Klungkung IVSumber-sumber sejarah yang menyebutkan tentang pemerintahan Dewa Agung Sakti sebagai Raja Klungkung IV juga sulit ditemukan. Yang jelas beliau adalah putra dari Dewa Agung Dimadya. Mungkin pada masa pemerintahan raja-raja Klungkung yang sedikit informasinya ini, menandakan bahwa peranan beliau tidak terlalu menonjol. Dan mungkin juga disebabkan karena pada masa ini keadaan sangat stabil.

5. Dewa Agung Putra I ( Dewa Agung Putra Kusamba) Raja Klungkung VDewa Agung Sakti sebagai raja Klungkung ke -4, akhirnya digantikan oleh putranya yaitu Dewa Agung Putra I ( Dewa Agung Putra Kusamba )

Kerajaan Buleleng 22

Page 23: Kerajaan Buleleng - Web viewKERAJAAN DI BALI . Pada umumnya sejarah Bali kuno, sampai sekarang kurang dikenal, meskipun sejarah Bali kuno sebenarnya telah di teliti oleh beberapa sarjana

6. Dewa Agung Putra IIDewa Agung Putra Balemas sebagai raja Klungkung ke-6 adalah putra dari Dewa Agung Putra Kusamba. Raja inilah yang mengawali benih konflik dengan pemerintah Belanda, dengan penandatanganan surat kontrak tahun 1841 Masehi

7. Dewa Agung Istri Kanya Raja Klungkung VIIDewa Agung istri Kanya adalah adik dari Dewa Agung Putra Balemas, yang akhirnya mengobarkan peristiwa perang Kusamba menentang intervensi Belanda (Mei sampai Juli 1849). Yang menonjol dari peristiwa ini adalah keberanian Dewa Agung Istri Kanya sebagai seorang raja perempuan yang disegani, dan yang menyebabkan gugurnya Jendral Michiels sebagai salah satu petinggi kompeni Belanda

8. Dewa Agung Ktut Agung Raja Klungkung VIIIRaja Klungkung ke-8 ini merupakan putra bungsu Dewa Agung Sakti. Sebelum menjadi raja, beliau sangat berperan membantu Dewa Agung Istri kanya saat perang Kusamba sebagai Mangkubumi. Dengan keberaniannya pernah memimpin laskar Klungkung membantu Buleleng dalam perang Jagaraga di Den Bukit.

9. Dewa Agung Putra III (Betara Dalem Ring Rum ) Raja Klungkung IXRiwayat Raja Klungkung ke -9 ini tidak banyak ditulis dalam berbagai sumber sejarah. Tetapi yang jelas beliau adalah satu-stunya raja Klungkung yang kembali memakai gelar Dalem.

10. Dewa Agung Jambe raja Klungkung XDewa Agung Jambe adalah raja Klungkung terakhir (putra dari betara Dalem Ring (Rum) yang gugur beserta seluruh keluarga puri, para bangsawan, dan laskar Klungkung saat terjadi perang Puputan melawan Kolonialisme Belanda pada tanggal 28 Apri 1908

Kerajaan Buleleng 23