kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan hubungannya

12
Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya dengan Masalah Kesehatan Respirasi di Kelurahan Petamburan, tahun 2012 Theresia Sri Rezeki Sembiring, Elisna Syahruddin Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta, 10430, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Masalah kesehatan respirasi merupakan masalah kesehatan yang penting karena prevalensinya cukup tinggi di Indonesia. Menurut WHO, beberapa masalah kesehatan respirasi yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia adalah pneumonia, tuberkulosis, asma dan PPOK. Dalam penelitian ini, masalah kesehatan respirasi dikaitkan dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan respirasi. Penelitian menggunakan desain cross sectional dan dengan pengambilan data di Kelurahan Petamburan sejak 21 Januari 2012 26 Januari 2012 dengan melibatkan 109 keluarga yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner yang telah divalidasi sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi masalah kesehatan respirasi di lingkungan kumuh adalah 5,06%. Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan masalah kesehatan respirasi baik untuk kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien (p=0,451), fasilitas pelayanan kesehatan (p=0,237) maupun sistem administrasi (p=0,219). Satisfaction toward Health Service and Its Association with Respiratory Disease in Petamburan, year 2012 Abstract Respiratory disease is an important health problem due to its high prevalence in Indonesia. According to WHO, several respiratory diseases of which prevalence are high in Indonesia are pneumonia, tuberculosis, asthma, and COPD. The goal of this research is to find out the association between respiratory disease and the satisfaction toward health-service. This research uses the cross sectional design. It was held in Petamburan from May 2011 January 2013 by involving 109 respondents, chosen by consecutive sampling method. The data was collected by interviewing all respondents with a quesioner that has been validated. The result shows the prevalence of respiratory diseases in rural area is 5,06%. There’s no association between satisfaction toward health-service and the existence of respiratory disease in rural area either satisfaction toward the relationship between doctor-patient (p=0,451), toward health-care facilities (p=0,237), or administration system (p=0,219). Keywords: Health Service; Respiratory; Rural Area; Satisfaction. Pendahuluan Pentingnya membahas masalah kesehatan respirasi dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi masalah kesehatan respirasi di Indonesia seperti pneumonia, tuberkulosis, asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Keempat masalah kesehatan respirasi ini menimbulkan masalah mortalitas yang cukup tinggi di Indonesia. Pneumonia di Indonesia Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya dengan

Masalah Kesehatan Respirasi di Kelurahan Petamburan, tahun 2012

Theresia Sri Rezeki Sembiring, Elisna Syahruddin

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan

Salemba Raya 6, Jakarta, 10430, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Masalah kesehatan respirasi merupakan masalah kesehatan yang penting karena prevalensinya cukup tinggi di

Indonesia. Menurut WHO, beberapa masalah kesehatan respirasi yang prevalensinya cukup tinggi di Indonesia

adalah pneumonia, tuberkulosis, asma dan PPOK. Dalam penelitian ini, masalah kesehatan respirasi dikaitkan

dengan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan

terhadap pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan respirasi. Penelitian menggunakan desain cross sectional

dan dengan pengambilan data di Kelurahan Petamburan sejak 21 Januari 2012 – 26 Januari 2012 dengan

melibatkan 109 keluarga yang dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan

metode wawancara menggunakan kuesioner yang telah divalidasi sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan

prevalensi masalah kesehatan respirasi di lingkungan kumuh adalah 5,06%. Kepuasan terhadap pelayanan

kesehatan tidak berhubungan dengan masalah kesehatan respirasi baik untuk kepuasan terhadap hubungan

dokter-pasien (p=0,451), fasilitas pelayanan kesehatan (p=0,237) maupun sistem administrasi (p=0,219).

Satisfaction toward Health Service and Its Association with Respiratory Disease in

Petamburan, year 2012

Abstract

Respiratory disease is an important health problem due to its high prevalence in Indonesia. According to WHO,

several respiratory diseases of which prevalence are high in Indonesia are pneumonia, tuberculosis, asthma, and

COPD. The goal of this research is to find out the association between respiratory disease and the satisfaction

toward health-service. This research uses the cross sectional design. It was held in Petamburan from May 2011 –

January 2013 by involving 109 respondents, chosen by consecutive sampling method. The data was collected by

interviewing all respondents with a quesioner that has been validated. The result shows the prevalence of

respiratory diseases in rural area is 5,06%. There’s no association between satisfaction toward health-service and

the existence of respiratory disease in rural area either satisfaction toward the relationship between doctor-patient

(p=0,451), toward health-care facilities (p=0,237), or administration system (p=0,219).

Keywords: Health Service; Respiratory; Rural Area; Satisfaction.

Pendahuluan

Pentingnya membahas masalah kesehatan respirasi dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh

kondisi masalah kesehatan respirasi di Indonesia seperti pneumonia, tuberkulosis, asma dan

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Keempat masalah kesehatan respirasi ini

menimbulkan masalah mortalitas yang cukup tinggi di Indonesia. Pneumonia di Indonesia

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 2: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

memiliki angka kematian sebanyak 151 kematian pada anak berusia di bawah lima tahun

yang kemudian menjadikan pneumonia sebagai penyebab kematian ketiga terbanyak pada

anak berusia di bawah lima tahun. Tidak hanya pneumonia, tuberkulosis juga menjadi

masalah kesehatan respirasi yang terus disoroti di Indonesia akibat jumlah kasusnya yang

cukup tinggi yaitu sekitar 289 kasus per 100.000 penduduk. Tidak hanya jumlah kasusnya

yang tinggi, jumlah kematian akibat tuberkulosis juga tinggi yaitu sebanyak 27 kematian per

100.000 penduduk. Pentingnya masalah kesehatan respirasi juga didukung oleh masalah

kesehatan respirasi seperti asma dan PPOK dengan angka kematian masing-masing adalah 8,2

dan 53 kematian per 100.000 penduduk.1, 2, 3

Keempat jenis masalah kesehatan respirasi ini menunjukkan rendahnya derajat kesehatan di

Indonesia yang dapat disebabkan oleh keterbatasan akses layanan kesehatan. Di Indonesia,

berbagai kebijakan di bidang kesehatan diusahakan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Salah satunya adalah dengan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (mis:

Jamkesmas, JPK Gakin dan Jamsostek). Jaminan kesehatan bertujuan untuk mendistribusikan

pelayanan kesehatan secara merata pada masyarakat dari berbagai golongan termasuk

masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh. Kemudahan akses layanan kesehatan sangat

diperlukan oleh masyarakat lingkungan kumuh karena dua alasan, yaitu (1) kondisi sosial-

ekonomi yang rendah dan (2) faktor lingkungan yang meningkatkan kerentanan terhadap

berbagai masalah kesehatan respirasi. Akses pelayanan kesehatan diharapkan dapat

memenuhi kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sehingga meningkatkan

kesadaran masyarat untuk datang ke dokter. Peningkatan kesadaran untuk datang ke dokter

akan meningkatkan jumlah masalah kesehatan respirasi yang berhasil dideteksi dini sehingga

penanganan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan prevalensi masalah kesehatan respirasi

dapat menurun.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan terhadap pelayanan

kesehatan dan masalah kesehatan respirasi. Tujuan umum dari hal tersebut adalah untuk

mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sementara tujuan khususnya

adalah mengetahui kepuasan terhadap pelayanan kesehatan pada masyarakat di lingkungan

kumuh dan prevalensi masalah kesehatan respirasi di lingkungan kumuh.

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 3: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Desain cross sectional dipakai pada penelitian ini. Pengambilan data dilakukan sejak 21

Januari 2012 – 26 Januari 2012 dengan populasi target adalah masyarakat lingkungan kumuh

Kota Jakarta. Lingkungan kumuh dipilih sebagai populasi target karena faktor risiko sosial-

ekonomi dan lingkungannya terbukti berhubungan dengan masalah kesehatan respirasi.

Pengambilan data dilakukan di Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat dengan melibatkan 109

keluarga yang dipilih dengan teknik consecutive sampling.

Kelurahan Petamburan terdiri atas 10 RW dan 103 RT. RW yang terpilih dalam penelitian ini

adalah RW 03 karena kondisi lingkungannya yang sesuai dengan karakteristik lingkungan

kumuh dalam penelitian. Dari RW 03, RT yang terlibat dalam penelitian adalah RT 01, 03,

04, 05, 06, 07, 08, dan 09. Dari masing-masing RT, diambil sekitar 10 – 15 keluarga sebagai

sampel. Sebelum melibatkan sebuah keluarga dalam penelitian, dipastikan terlebih dahulu

responden memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah penduduk tetap Kelurahan Petamburan, dapat membaca, dapat

menulis, dan dapat berbicara. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ketidaksetujuan

untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Data dari masing-masing keluarga diambil dengan kuesioner yang telah divalidasi. Kuesioner

digunakan untuk mengumpulkan (1) data mengenai pengetahuan dan kepemilikan jaminan

kesehatan; (2) data mengenai kepuasan terhadap pelayanan kesehatan; (3) jumlah anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah; dan (4) data mengenai masalah kesehatanrespirasi

selama setahun terakhir dari Januari 2011 – Januari 2012.

Pada kuesioner yang digunakan, pertanyaan mengenai kepuasan terhadap pelayanan

kesehatan dinilai dengan 3 indikator, yaitu: (1) kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien;

(2) kepuasan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan; dan (3) kepuasan terhadap sistem

administrasi di tempat pelayanan kesehatan.

Kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien dinilai dengan 11 pertanyaan dengan skor

minimal 11 dan skor maksimal 44. Kepuasan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dinilai

dengan 10 pertanyaan dengan skor minimal 10 dan skor maksimal 40. Kepuasan terhadap

sistem administrasi di tempat pelayanan kesehatan dinilai dengan 7 pertanyaan dengan skor

minimal 7 dan skor maksimal 28. Masing-masing indikator dihubungkan dengan keberadaan

masalah kesehatan respirasi dalam keluarga dengan uji hipotesis Fischer’s Exact dan chi

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 4: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

square. Uji Fischer’s Exact digunakan untuk indikator kepuasan terhadap hubungan dokter-

pasien dan kepuasan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sementara uji chi square

digunakan untuk indikator kepuasan terhadap sistem administrasi. Uji hipotesis dilakukan

dengan menggunakan SPSS version 11.5 for Windows Operating System.

Hasil Penelitian

Dari data yang diperoleh, prevalensi masalah kesehatan respirasi adalah 5,06% dengan jenis

masalah kesehatan respirasi terdiri atas tuberkulosis, asma, PPOK dan ISPA. Responden

didominasi oleh perempuan (90,8%), kelompok usia 25 – 65 tahun (87,2%), dan pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga (70,6%). Secara lebih lengkap, karakteristik responden dapat dilihat

di tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Variabel Kategori n %

Jenis kelamin Laki-laki 10 9,2

Perempuan 99 90,8

Usia 18 – 25 tahun 8 7,3

25 – 65 tahun 95 87,2

> 65 tahun 6 5,5

Pekerjaan Pelajar 1 0,9

Pegawai swasta 5 4,6

Wiraswasta 19 17,4

Buruh/petani/pekerja

rumah tangga

5 4,6

Ibu rumah tangga 77 70,6

Lain-lain 2 1,8

Bagian pertama dalam kuesioner adalah pertanyaan mengenai pengetahuan dan kepemilikan

jaminan kesehatan. Pengetahuan dalam penelitian ini hanya dibagi menjadi dua kategori yaitu

tahu dan tidak tahu. Pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesmas lebih rendah daripada

pengetahuan mengenai JPK Gakin dan Jamsostek. Dari 109 responden, hanya ada 26,6% di

antaranya yang mengetahui Jamkesmas. Kepemilikan Jamkesmas juga masih terbatas yaitu

hanya dua dari 109 responden yang memiliki Jamkesmas.

Pengetahuan mengenai JPK Gakin lebih baik daripada pengetahuan mengenai Jamkesmas.

Dari 109 responden, 50,5% di antaranya sudah mengetahui JPK Gakin meskipun kepemilikan

JPK Gakin sendiri juga masih rendah. Dari 55 responden yang telah mengetahui JPK Gakin,

hanya 3 responden di antaranya yang memiliki JPK Gakin.

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 5: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Pengetahuan dan kepemilikan Jamsostek adalah yang paling tinggi. Sebanyak 53,2,%

responden telah mengetahui adanya Jamsostek dengan jumlah kepemilikan Jamsostek

adalah 19 responden. Data mengenai pengetahuan dan kepemilikan jaminan kesehatan

disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2. Pengetahuan dan Kepemilikan Jaminan Kesehatan

Variabel Kategori N %

Pengetahuan tentang Jamkesmas Tahu 29 26,6

Tidak tahu 80 73,4

Kepemilikan Jamkesmas Punya 2 1,8

Tidak punya 107 98,2

Pengetahuan tentang JPK Gakin Tahu 55 50,5

Tidak tahu 54 49,5

Kepemilikan JPK Gakin Punya 3 2,8

Tidak punya 106 97,2

Pengetahuan tentang Jamsostek Tahu 58 53,2

Tidak tahu 51 46,8

Kepemilikan Jamsostek Punya 19 17,4

Tidak punya 90 82,6

Pada ketiga jenis jaminan (Jamkesmas/JPK Gakin/Jamsostek), alasan terbanyak penyebab

ketidakpemilikan jaminan adalah alasan tidak mengetahui adanya jaminan kesehatan. Hal

yang penting diperhatikan adalah alasan ketidakpemilikan jaminan kesehatan meskipun

responden telah mengetahui adanya kepemilikan jaminan kesehatan. Untuk Jamkesmas,

alasan terbanyak ketidakpemilikan meskipun responden telah mengetahui adanya Jamkesmas

adalah responden tidak memahami prosedur administrasi untuk mengurus kepemilikan

Jamkesmas (10,3% responden).

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 6: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Gambar 1. Distribusi Alasan Ketidakpemilikan Jamkesmas

Pada JPK Gakin, alasan ketidakpemilikan terbanyak meskipun responden telah mengetahui

adanya JPK Gakin adalah alasan tidak memenuhi kriteria berkaitan dengan prosedur

verifikasi oleh petugas berwenang sebelum sebuah keluarga miskin diizinkan memperoleh

JPK Gakin. Hal ini menjadi alasan 19,8% responden yang menyatakan meskipun keluarganya

miskin, keluarga tersebut tetap tidak dapat memperoleh JPK Gakin karena dianggap belum

memenuhi semua kriteria keluarga miskin yang telah ditentukan.

Gambar 2. Distribusi Alasan Ketidakpemilikan JPK Gakin

74,8%

10,3%

6,5%

5,6% 2,8%

TIDAK TAHU SOAL JAMKESMAS

TIDAK MEMAHAMI PROSEDURJAMKESMAS

TIDAK MEMENUHI KRITERIA

MERASA BELUM PERLU

TIDAK SEMPAT

50,9%

18,9%

19,8%

10,4%

TIDAK TAHU SOAL GAKIN

TIDAK MEMAHAMI PROSEDUR GAKIN

TIDAK MEMENUHI KRITERIA

MERASA BELUM PERLU

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 7: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Gambar 3. Distribusi Alasan Ketidakpemilikan Jamsostek

Pada Jamsostek, alasan terbanyak ketidakpemilikan Jamsostek meskipun responden telah

mengetahui adanya Jamsostek adalah tidak memenuhi kriteria. Tidak memenuhi kriteria

dalam hal ini memiliki definisi berbeda dengan tidak memenuhi kriteria pada kepemilikan

JPK Gakin. Pada bagian ini, tidak memenuhi kriteria didefinisikan sebagai responden yang

tidak memiliki Jamsostek karena responden tidak bekerja pada sektor yang menyediakan

Jamsostek untuk pekerjanya.

Hasil penelitian mengenai kepuasan terhadap pelayanan kesehatan diperoleh hasil berbeda

pada masing-masing indikator. Untuk indikator kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien,

89,9% responden merasa puas. Untuk indikator terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, 81,7%

pasien merasa puas. Kepuasan terhadap sistem administrasi adalah yang paling rendah di

antara ketiga indikator. Hanya 22,9% responden merasa puas terhadap sistem administrasi

yang berlangsung di masing-masing tempat pelayanan kesehatan.

Data terakhir yang dianalisis pada penelitian ini adalah hubungan antara kepuasan terhadap

pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan respirasi seperti dapat dilihat di tabel 3. Ketiga

indikator terbukti tidak memiliki hubungan dengan masalah kesehatan respirasi.

6,5%

55,4%

37,0%

1,1%

PENSIUN

TIDAK TAHU SOAL JAMSOSTEK

TIDAK MEMENUHI KRITERIA

BELUM SEMPAT

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 8: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Pembahasan

Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan: pada penelitian ini, diperoleh 89,9% responden

merasa puas dengan hubungan dokter-pasien, 81,7% responden merasa puas dengan fasilitas

pelayanan kesehatan, dan 22,9% pasien merasa puas terhadap sistem administrasi di tempat

pelayanan kesehatan.

Hubungan dokter-pasien merupakan aspek penting pada pelayanan kesehatan. Pada penelitian

lain, hubungan dokter-pasien menempati posisi kedua dari enam indikator yang dianggap

penting dalam pelayanan kesehatan.4

Kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien yang cukup

tinggi pada penelitian ini paralel dengan penelitian lain yang membandingkan kepuasan

antara pasien JPK Gakin dan pasien non-JPK Gakin. Meskipun di antara keduanya terdapat

perbedaan bermakna dalam hal tingkat kepuasan, baik pasien JPK Gakin maupun pasien non-

JPK Gakin sama-sama merasa puas terhadap hubungan dokter-pasien.5

Fasilitas pelayanan kesehatan juga termasuk salah satu komponen yang dianggap penting

dalam pelayanan kesehatan. Pada penelitian lain, fasilitas pelayanan kesehatan menempati

posisi keempat dari enam indikator yang dianggap penting dalam pelayanan kesehatan.4 Pada

penelitian yang membandingkan pasien JPK Gakin dan pasien non-JPK Gakin, diperoleh

kedua kelompok pasien sama-sama merasa puas dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang

tersedia. Hasil tersebut paralel dengan penelitian ini dimana pasien dengan jaminan maupun

pasien nonjaminan merasa puas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.5

Kepuasan terhadap sistem administrasi pada penelitian ini dinilai dengan hal yang berbeda

dengan penelitian lain. Pada penelitian ini, sistem administrasi dinilai dengan kejelasan

informasi mengenai (1) kemudahan mendaftar; (2) kejelasan informasi mengenai cakupan

biaya administrasi; (3) kejelasan informasi mengenai jenis jaminan kesehatan yang dapat

dipakai, cara menggunakan, dan besar keringanan yang diperoleh dengan jaminan sementara

pada penelitian lain sistem administrasi lebih fokus melihat keterjangkauan biaya (mis: biaya

berobat dan biaya rawat inap).4 Perbedaan indikator yang digunakan untuk menilai kepuasan

terhadap sistem administrasi mungkin dapat menjadi penyebab perbedaan hasil yang

diperoleh dimana pada penelitian ini, diperoleh hanya 22,9% responden merasa puas

sementara pada penelitian lain, sebagian besar pasien merasa puas.

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 9: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Kepemilikan Jaminan Kesehatan: Kepemilikan Jamkesmas adalah yang paling sedikit dari

ketiga jenis jaminan yang diteliti. Hasil ini didukung oleh laporan mengenai pemanfaatan dan

pertanggungjawaban dana Jamkesmas yang mencatat Provinsi DKI Jakarta dengan dana

pemakaian Jamkesmas paling rendah.6 Hal ini mengindikasikan kepemilikan Jamkesmas yang

rendah di Jakarta. Rendahnya kepemilikan Jamkesmas mungkin dapat disebabkan oleh

tersedianya JPK Gakin bagi penduduk tidak mampu di Jakarta sehingga pemerintah pusat

lebih fokus untuk mendistribusikan Jamkesmas ke penduduk tidak mampu di provinsi lain.

Kepemilikan JPK Gakin juga masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kesulitan

verifikasi syarat keluarga miskin. Untuk bisa memperoleh JPK Gakin, sebuah keluarga miskin

harus memenuhi sejumlah persyaratan. Pada praktiknya, syarat-syarat tersebut sulit

diverifikasi sehingga mungkin berdampak pada terbatasnya distribusi JPK Gakin pada

keluarga-keluarga miskin termasuk di Kelurahan Petamburan.7

Kepemilikan Jamsostek adalah yang paling tinggi di Kelurahan Petamburan. Hasil ini paralel

dengan data dari PT Jamsostek mengenai peningkatan jumlah penerima Jamsostek dari tahun

2008 – 2011. Hal ini didukung oleh kemudahan proses administrasi karena kepemilikan

Jamsostek umumnya diurus oleh perusahaan tempat bekerja bukan secara pribadi.8

Prevalensi masalah kesehatan respirasi: pada penelitian ini, diperoleh masalah kesehatan

respirasi adalah 5,06% dengan jenis masalah kesehatan respirasi terdiri atas tuberkulosis

(2,17%), asma (1,81%), PPOK (0,9%), dan ISPA (0,18%). Prevalensi tuberkulosis yang

diproleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada data WHO tahun 2012 yaitu sekitar 0,289%.

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik daerah yang diteliti. Data WHO

mencakup seluruh daerah di Indonesia sementara data pada penelitian ini hanya mencakup

Kelurahan Petamburan yang merupakan lingkungan kumuh.

Pada sebuah penelitian case control di Cina, diperoleh lingkungan kumuh merupakan faktor

risiko terjadinya tuberkulosis karena sebagian besar masyarakat lingkungan kumuh

merupakan masyarakat golongan sosial-ekonomi bawah dengan keterbatasan pendapatan dan

aset rumah tangga. Keterbatasan aset rumah tangga terbukti berhubungan dengan tuberkulosis

karena keterbatasan aset rumah tangga menggambarkan keterbatasan pendapatan yang

berdampak pada kemampuan suatu keluarga untuk pergi berobat ketika sakit.9

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 10: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Prevalensi asma pada penelitian ini juga lebih tinggi daripada data WHO tahun 2012.10

Tingginya jumlah kejadian asma di Kelurahan Petamburan disebabkan oleh terbatasnya

kemampuan masyarakat mengakses layanan kesehatan karena keterbatasan kemampuan

finansial yang berdampak pada kemampuan memperoleh obat asma. Selain itu, tingginya

jumlah kasus asma dapat disebabkan rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat

lingkungan kumuh. Rendahnya tingkat pendidikan berhubungan dengan perilaku hidup tidak

sehat seperti merokok, kurangnya konsumsi sayur dan buah serta obesitas yang berhubungan

dengan asma.11

Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan hubungannya dengan masalah kesehatan

respirasi: kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien tidak berhubungan dengan masalah

kesehatan respirasi pada penelitian ini. Pada penelitian lain, diperoleh hubungan dokter-pasien

mempengaruhi masalah kesehatan respirasi karena ketika seorang pasien merasa puas dengan

hubungan dokter-pasien yang terjalin, pasien tersebut cenderung datang kembali ke dokter

tersebut untuk kembali memeriksakan kesehatannya sehingga akan meningkatkan case

detection rate (CDR) dan berpengaruh jumlah masalah kesehatan.14

Hasil berbeda pada

penelitian ini mungkin dapat disebabkan oleh keterbatasan jumlah dokter di Kelurahan

Petamburan. Keterbatasan jumlah dokter menyebabkan masyarakat tidak begitu

mempertimbangkan kepuasan terhadap hubungan dokter-pasien. Saat sakit, penduduk akan

tetap datang ke dokter dan memeriksakan diri tanpa mempertimbangkan kepuasan yang

didapatkan sehingga kepuasan terhadap pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan

masalah kesehatan respirasi.

Kepuasan terhadap fasilitas kesehatan juga tidak berhubungan dengan masalah kesehatan

respirasi pada penelitian ini. Hasil ini mungkin berbeda dengan hasil penelitian lain karena

karakteristik responden di Kelurahan Petamburan yang sebagian besar penduduknya adalah

golongan ekonomi menengah ke bawah. Penelitian lain menunjukkan fasilitas pelayanan

kesehatan memang mempengaruhi kepuasan sehingga akan berdampak pada keinginan pasien

untuk kembali memeriksakan kesehatannya, CDR, hingga akhirnya juga akan mempengaruhi

jumlah masalah kesehatan respirasi. Pada penelitian ini, ditemukan keduanya tidak

berhubungan. Hal ini dapat terjadi karena aspek fasilitas pelayanan kesehatan hanya

menduduki posisi keempat dari enam indikator yang ada sehingga tidak berpengaruh secara

signifikan pada kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dan masalah kesehatan respirasi.4

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 11: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

Kepuasan terhadap sistem administrasi tidak berhubungan dengan masalah kesehatan

respirasi pada penelitian ini. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan indikator yang

digunakan untuk menilai kepuasan terhadap sistem administrasi. Pada penelitian-penelitian

lain, kepuasan terhadap sistem administrasi dinilai dengan keterjangkauan biaya (mis: biaya

obat dan biaya rawat jalan) sementara dalam penelitian ini, sistem administrasi dinilai dengan

(1) kemudahan mendaftar; (2) kejelasan informasi mengenai cakupan biaya administrasi; (3)

kejelasan informasi mengenai jenis jaminan kesehatan yang dapat dipakai, cara

menggunakan, dan besar keringanan yang diperoleh dengan jaminan.

Kesimpulan

1. Tidak terdapat hubungan antara kepuasan terhadap pelayanan kesehatan dengan masalah

kesehatan respirasi

2. Masyarakat lingkungan kumuh merasa puas terhadap hubungan dokter-pasien dan

fasilitas pelayanan kesehatan tetapi tidak puas terhadap sistem administrasi di tempat

pelayanan kesehatan

3. Distribusi kepemilikan Jamkesmas, JPK Gakin, dan Jamsostek di lingkungan kumuh

masih terbatas dan belum merata

4. Prevalensi masalah kesehatan respirasi 5,06%

Kepustakaan

1. World Health Organization. World Health Statistics 2012. Geneva: WHO; 2012.

2. World Health Organization. Indonesian: Health Profile. Geneva: WHO; 2012.

3. Department of Measurement and Health Information of WHO. Age-standardized death

rates per 100.000 by cause. Geneva: WHO; 2011.

4. Lestari WP, Sunarto, Kuntari T. Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. JKKI. 2008; 1: 1 – 8

5. Soedibyo S, Sinaga AL. Tingkat Kepuasan Peserta Gakin di Unit Rawat Jalan

Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto

Mangunkusumo. J. Adm. Kebijak. Kesehat. 2006; 4: 132 – 7.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penerima Dana Penyelenggaraan

Jamkesmas Dasar dan Jampersal tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia; 2012.

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013

Page 12: Kepuasan terhadap Pelayanan Kesehatan dan Hubungannya

7. Kurniawati IT. Gambaran Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Pemegang Kartu JPK

Gakin di Wilayah Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan tahun 2008

[Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.

8. Jamsostek. Kepesertaan (Tenaga Kerja) PT Jamsostek (Persero) Periode: 2008 – 2012

[serial on the internet]. 2012 [cited 2013 January 10th]; [about one screen]. Available

from: http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=5&id=144.

9. Jackson S, Sleigh AC, Wang GJ, Liu XL. Poverty and the Economic Effects of TB in

Rural China. Int J Tuberc Lung Dis. 2006; 10: 1104 – 10.

10. WHO. Country Profiles of Environmental Burden of Disease: Indonesia. Geneva: WHO;

2009.

11. Ungar WJ, Paterson JM, Gomes T, Bikangaga P, Gold M, To T et al. Relationship of

Asthma Management, Socioeconomic Status, and Medication Insurance Characteristics

to Exacerbation Frequency in Children with Asthma. Annals of Alergy, Asthma and

Immunology. 2011; 106; 17 – 23.

12. Bacon SL, Bouchard A, Loucks EB, Lavoie KL. Individual-Level is Associated with

Worse Asthma Morbidity in Patients with Asthma. Respiratory Research. 2009; 10; 125

– 33.

13. Ali MM, Sidi IPS, Zahir H (ed). Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. 1st ed. Jakarta:

Konsil Kedokteran Indonesia; 2006.

14. Hardi J. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Umum dan Pasien Jamkesmas terhadap Mutu

Pelayanan Rawat Inap di RSUD Pasaman Barat tahun 2010 [Thesis]. Padang: Universitas

Andalas.

Kepuasan terhadap..., Theresia Sri Rezeki Sembiring, FK UI, 2013