kepemimpinan
DESCRIPTION
ManajemenTRANSCRIPT
![Page 1: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/1.jpg)
1. KEPEMIMPINAN
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan sering disebut dengan leadership yaitu suatu proses mengarahkan
dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok.
Kepemimpinan juga didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai
orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat
didefinisikan sebagai proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan –
kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Sedangkan pemimpin adalah terjemahan leader/head/manager, yang juga disebut
kepala/ketua/direktur, dan lain sebagainya. Menurut Drs.H.Malayu S.P.Hasibuan,
pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan
bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Manajer adalah seseorang yang mencapai tujuannya melalui kegiatan – kegiatan orang
lain. Jadi, pemimpin itu harus mempunyai bawahan, harus membagi pekerjaannya, dan
harus tetep bertanggung jawab terhadap pekerjaan tersebut. Pemimpin harus
mengutamakan tugas, tanggung jawab, dan membina hubungan yang harmonis, baik
dengan atasan maupun dengan para bawahannya. Jadi, pemimpin harus mengadakan
komunikasi ke atas dan ke bawah, baik komunikasi formal maupun informal.
a. Fungsi & Gaya Kepemimpinan
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi Kepemimpinan (Leadership Function) yaitu aktivitas yang
dipertahankan kelompok dan berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan
oleh pemimpin, atau seseorang lain, agar kelompok dapat berfungsi secara
efektif.
Para peneliti yang mengamati fungsi kepemimpinan sampai pada
kesimpulan bahwa agar beroperasi secara efektif kelompok memerlukan
seseorang melakukan dua fungsi utama:
1. Fungsi pemecahan masalah
Fungsi ini berhubungan dengan tugas seorang pemimpin, dengan
pekerjaannya, yang mencakup memberikan jalan keluar dari suatu
masalah, memberikan pendapat dan informasi.
2. Fungsi sosial
![Page 2: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/2.jpg)
Fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompoknya, yang
mencakup mendorong anggota kelompok untuk mencapai tujuan dan
menjaga suasana kelompok.
Seseorang yang mampu melaksanakan keduanya dengan sukses akan
menjadi pemimpin yang efektif. Akan tetapi dalam prakteknya seorang
pemimpin mempunyai keterampilan atau yang hanya menggunakan 1 saja.
Walaupun demikian tidak berarti kelompok ini bernasib malang.
Selain dua fungsi utama yang disebutkan diatas, terdapat beberapa
fungsi kepemimpinan yang lain, yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya
tujuan organisasi.
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan
mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses
pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus
tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan.
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga
unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai.
Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus
memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku
sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri
tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala
sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa
meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan
maka hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk
dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel
yang elah ditetapkan dalam rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
![Page 3: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/3.jpg)
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak
mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda
untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang
kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan,
komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
Gaya Kepemimpinan
Kedua fungsi kepemimpinan berhubungan dengan tugas dan pemeliharaan
kelompok, yang diekspresikan dalam dua gaya kepemimpinan yang berbeda.
Dua gaya kepemimpinan tersebut adalah:
1. Gaya dengan orientasi tugas (task-oriented)
Sebagai pemimpin mengawasi dan mengarahkan bawahan secara
tertutup untuk menjamin bahwa tugas telah dilaksanakan sesuai yang
diinginkan. Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan
mengarahkan dan mengawasi bawahannya agar bekerja sesuai dengan
yang diharapkan manajer. Manajer yang mempunyai gaya
kepemimpinan ini lebih mengutamakan keberhasilan dari pekerjaan
yang hendak dicapai daripada perkembangan kemampuan bawahannya.
2. Gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented)
Gaya ini lebih menekankan pada motivasi daripada mengawasi mereka.
Mereka mencari hubungan bersahabat, saling percaya, dan saling
menghargai sesama karyawan, dan memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk mengambil keputusan. Manajer yang mempunyai gaya
kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi pekerjanya
untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan pekerjanya dalam
mengambil suatu keputusan yang menyangkut tugas. Dengan demikian
hubungan pimpinan dan bawahan dapat menjadi akrab, saling percaya
dan saling menghargai.
3 gaya kepemimpinan (leadership styles) menurut (Kreitner, 2007) yaitu:
1. Gaya kepemimpinan otoriter (Authoritarian leadership style)
Sifat kepemimpinan otoriter:
![Page 4: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/4.jpg)
Biasanya pemimpin menahan seluruh kewenangan dan tanggung
jawab.
Pemimpin menugaskan seseorang melaksanakan tugas tertentu.
Komunikasi lebih banyak mengalir dari atas kebawah.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:
Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin
Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;
Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahannya dilakukan secara ketat;
Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran
pertimbangan atau pendapat;
Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan
sempurna dari bawahan tanpa syarat, dan cenderung adanya paksaan,
ancaman, dan hukuman.
Kekuatan utama dalam gaya kepemimpinan ini memberikan tekanan untuk
menghasilkan kinerja yang teratur. Tetapi juga memiliki kelemahan utama
yang dapat memandulkan inisiatif pribadi.
2. Gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya karyawan lebih
menyukai gaya kepemimpinan demokratis, karena karyawan merasa
dilibatkan dalam pegambilan keputusan.
Sifat kepemimpinan demokratis
Pemimpin memberikan sebagian wewenang dan tetep
mempertahankan tanggung jawab utama
Pekerjaan dibagi berdasarkan partisipasi seseorang dalam
pengambilan keputusan
3. Gaya kepemimpinan laissez-fair (Laissez faire leadership style)
Dengan demikian pemimin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini
cenderung memberikan kebebasan yang sangat besar kepada bawahannya
untuk melakukan suatu pekerjaan. Sifat kepemimpinan ini adalah:
Pemimpin menyerahkan tanggung jawab dan wewenang kepada
kelompok.
![Page 5: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/5.jpg)
Para anggota kelompok diminta untuk mengerjakan sesuai dengan
kehendak mereka dan sesuai dengan kemampuan mereka.
Komunikasi lebih banyak diantara para rekan kerja
b. Pendekatan Sifat-sifat Kepemimpinan
Penelitian Awal tentang Sifat-sifat Kepemimpinan
Penelitian tentang kepemimpinan ini bertujuan untuk (1) membandingkan sifat-
sifat orang yang menjadi pemimpin dengan sifat orang yang menjadi pengikut
dan (2) mengidentifikasikan ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para
pemimpin efektif.berbagai studi pembandingan sifat-sifat pemimpin menemukan
bahwa pemimpin cenderung mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi,
lebih ramah, dan lebih percaya diri daripada yang lain dan mempunyai
kebutuhan akan kekuasaan yang lebih besar.
Penemuan-penemuan Lanjutan
Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat-sifat tertentu
yang tampaknya penting untuk kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability)
atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan
pengawasan pekerjaan orang lain.
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung
jawab dan keinginan sukses.
3. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
4. Ketegasan (decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cepat dan tepat.
5. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan
untuk menghadapi masalah.
6. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidka tergantung, mengembangkan
sserangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru dan inovasi.
Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan empat ciri/sifat utama yang mempunya
pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi : (1) kecerdasan, (2)
kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, (3) motivasi diri dan dorongan
berprestasi, dan (4) sikap-sikap hubungan manusiawi.
![Page 6: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/6.jpg)
2. KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI DALAM ORGANISASI
a. Pentingnya Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah proses dimana orang yang bekerja dalam organisasi
saling mentransmisikan informasi dan menginterpretasikan artinya. Yang penting
komunikasi dalam organisasi diperolehnya komunikasi yang efisien dan efektif.
Komunikasi yang efektif terjadi bila artian yang dimaksudkan oleh pengirim
berita dan artian yang ditangkap oleh penerima berita itu sama dan satu.
Sedangkan komunikasi yang efisien terjadi bila biayanya minimum berdasar
sumber daya yang dimanfaatkan.
Komunikasi yang efektif sangat penting bagi manajer, karena sebagai
proses dimana fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi kepemimpinan, fungsi pengendalian dapat dicapai.
Komunikasi biasanya sering terganggu hal ini dikarenakan masalah sematik/arti
kata, tak adanya umpan balik, saluran komunikasi, gangguan fisik, perbedaan
budaya dan status. Komunikasi yang efektif bagi manajer penting karena dua hal
yaitu :
1. Komunikasi adalah proses yang dengannya fungsi-fungsi manajemen :
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan
organisasi dapat berjalan dengan baik.
2. Komunikasi adalah kegiatan dimana manajer mencurahkan sebagian
besar dari waktunya.
Ada pedoman untuk mendapatkan komunikasi secara efektif antara lain
yaitu bahwa seseorang harus mendengarkan secara aktif, usahakan memberikan
umpan balik, lansung pada masalah, mengambarkan situasi,dan meringkas.
Proses komunikasi memungkinkan para manajer menjalankan tanggung jawabnya
dan informasi harus dikomunikasikan jepada para manajer sebagai dasar
pembuatan keputusan dalam pembuatan fungsi manajer baik secara lisan maupun
tulisan.
b. Proses Komunikasi
Model komusikasi antar pribadi
Model proses komunikasi yang paling sederhana adalah sebagai berikut:
Pengirim Berita Penerima
![Page 7: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/7.jpg)
Model ini menunjukkan tiga unsur esesnsi komunikasi. Bila salah satu unsur
hilang, komunikasi tidak dapt berlangsung.
Model proses komunikasi yang lebih terperinci, dengan unsur-unsur
penting dalam komunikasi antasa dan diantara para anggota organisasi adalah
sebagai berikut:
1) Sumber (source)
Sumber mengendalikan macam berita yang dikirim, susunan yang digunakan,
dan sering saluran melalui mana berita dikirimkan. Dalam organisai sumber
merupakan oran gyang mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk
mengomunikasikan sesuatu gagasan, pemikiran, informasi dan sebagainya,
kepada pihak lain.
2) Pengubahan berita ke dalam sandi/kode (encoding)
Langkah kedua yaitu mengubah berita ke dalam berbagai simbol verbal yang
mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata pencakapan atau tulisan,
angka, gerakan ataupun kegiatan. Simbol ini harus diseleksi atas dasar
pemahaman yang akan diperoleh dari pendengar atau pembaca. Kesamaan
pengertian ini penting agar tidak menimbulkan salah komunikasi.
3) Pengiriman berita (transmitting the message)
![Page 8: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/8.jpg)
Langkah ketiga mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau
“saluran distribusi”. Komunikasi lisan mungkin disampaikan melalui
berbagai saluran – telefon, mesin pendikte, orang atau videotape. Sedangkan
komunikasi tertulis dapat disampaikan melalui saluran – saluran seperti
memo, surat, laporan, surat kabar, dan lain-lain.
4) Penerimaan berita
Langkah keempat adalah penerimaan berita oleh pihak penerima. Pengiriman
berita belum lengkap atau tidak terjadi bila dalah satu pihak belum menerima
berita. Banyak komunikasi penting gagal karena seseorang tidak menerima
berita.
5) Pengartian atau penterjemahan kembali (decoding)
Langkah kelima ini menyangkut pengartian simbol-simbol oleh penerima.
Selalu ada kemungkinan bahwa berita dari sumber, ketika diartikan oleh
penerima akan menghasilkan pengetian yang jauh berbeda dari yang
dimaksud oleh pengirim. Jadi, penerima mempunyai tanggung jawab besar
untuk efektivitas komunikasi, dalam hal komunikasi dua arah.
6) Umpan balik (feedback)
Setelah menerima berita dan diterjemahkan, penerima mungkin
menyampaikan berita balasan yang ditujukan kepada pengirim mula-mula
atau orang lain. Jadi, komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan
tak pernah berakhir. Seseorang berkomunikasi, penerima menanggapinya
melalui komunikasi selanjutnya dengan pengirim atau orang lain dan
seterusnya. Tanggapan ini disebut dengan umpan balik.
c. Hambatan Terhadap Komunikasi Efektif dalam Organisasi
Komunikasi adalah vital, namun sering tidak efektif dengan adanya kekuatan
dari luar yang menghambatnya. Berikut adalah hambatan terhadap komunikasi
yang dikelompokkan sebagai:
1) Hambatan-hambatan Organisasional
Ada tuga hambatan organisasional, yaitu tingkat hirarki, wewenang
manajerial dan spesialisasi.
a. Tingkatan hirarki. Bila suatu organisasi berkembang strukturnya, akan
menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui
![Page 9: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/9.jpg)
tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu lebih lama untuk
mencapai tempat tujuan dan cenderung berkurang ketepatannya. Berita
yang mengalir keatas ataupun ke bawah tingkatan organisasi akan melalui
beberapa “filter”. Setiap tingkatan dalam ranatai komunikasi dapat
menambah, mengurangi, merubah atau sama sekali berbeda dengan berita
aslinya.
b. Wewenang manajerial. Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak
mungkin manajer dapat mencapai tujuan dengan efektif. Tapi di lain pihak,
pada kenyataannya bahwa seseorang yang mengendalikan orang lain juga
menimbulkan hambatan terhadap komunikasi. Banyak atasan yang merasa
bahwa mereka tidak dapat menerima sepenuhnya kondisi yang membuat
mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan menghindari situasi
dimana menerka harus mengungkapkan informasi yang membuat mereka
dalam kedudukan yang tidka seimbang. Sebagai hasilnya, akan ada
kesenjangan “leveling” antara atasan dengan bawahan.
c. Spesialisai. Meskipun spesialisai merupakan prinsip dasar organisasi,
namun juga menciptakan masalah-masalah komunikasi, dimana hal ini
cenderung memisahkan orang-orang bahkan bila mereka bekerja saling
berdekatan. Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah pekerjaan dapat
membuat orang-orang merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang
berbeda. Akibatnya dapat menghalangi perasaan memasyarakatkan,
membuat sulit memahami dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan.
2) Hambatan-hambatan antar Pribadi
Manajer masih akan menghadapi kemungkinan bahwa berita-berita yang
mereka kirim akan berubah atau menyimpang, bahkan jika hambatan
komunikasi organisasional tidak ada. Banyak kesalahan komunikasi
disebabkan oleh madalah ketidak sempurnaan manusia dna bahasa. Manajer
perlu memperhatikan hambatan-hambatan antar pribadi seperti:
a. Persepsi selektif. Persepsi selektif adalah pengharapan yang mengarahkan
seseorang untuk melihat atau mendengar kejadian, orang, objek atau
situasi adalah sesuatu yang dia ingin lihat atau dengar.
b. Status atau kedudukan komunikator. Hambatan utama komunikasi lainnya
adalah kescenderunagan untuk menilai, mempertimbangkan dan
![Page 10: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/10.jpg)
membentuk pendapat atas dasar karakteristik pengirim (sumber), terutama
kredibilitas-nya.
c. Keadaan membela diri. Keadaan membela diri menyebabkan ekspresi
wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan tertentu, dan sebaliknya
menginkatkan tingkat pembelaan di pihak lain. Jadi, akan timbul rekasi
rantai defensif. Keadaan ini akan mengakibtkan pendengar lebih
berkonsentrasi pada apa yang akan dikatakan, bukan pada apa yang akan
di dengar.
d. Pendengaran lemah. Manajer perlu mendengar secara efektif agar mampu
mengatasi hambatan ini.
e. Ketidak tepatan penggunaan bahasa. Salah satu kesalahan terbesar yang
dibuat dalam komunikasi addalah anggapan bahwa pengertian terletak
pada “kata-kata” yang digunakan.
d. Negosiasi untuk Mengatasi Konflik
Pengertian Negosiasi
Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat tanpa kita sadari dan
terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita dan merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan
kepentingan. Negosiasi adalah sebuah proses dimana dua atau lebih orang atau
kelompok bersama-sama memberikan perhatian pada minat untuk mendapatkan
sebuah kesepakatan yang akan saling menguntungkan (menguntungkan kedua
belah pihak).
Negosiasi merupakan cara yang lebih baik dalam mencari solusi dibanding
dengan sebuah pengadilan ataupun kekerasan. Untuk mendapatkan solusi terbaik,
negosiasi dilakukan dengan menjalin hubungan yang baik dan dengan
professional. Semua orang memerlukan kemampuan negosiasi yang baik, karena
negosiasi hampir setiap saat terjadi tanpa kita sadari.
Negosiasi yang tidak efektif dalam organisasi akan berdampak :
1) Tidak dapat mempertahankan kontrol emosi dalam diri dan lingkungan.
2) Tidak tercapainya tujuan dikarenakan masing-masing pihak belum dapat
mempunyai persepsi yang sama.
3) Timbulnya suatu konflik yang menyebabkan hubungan menjadi kurang baik
![Page 11: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/11.jpg)
4) Timbulnya stress pada orang yang terlibat pada negosiasi.
5) High Cost dalam sisi waktu, pikiran, tenaga dan biaya.
Pendekatan Negosiasi
Integrative Bargaining Strategy
Pada saat pihak negotiator yakin bahwa win-win solution dapat tercapai,
tujuannya adalah menghasilkan satu atau lebih solusi yang baik dan dapat
diterima oleh kedua belah pihak. Pendekatan ini hanya dapat dilakukan jika kedua
belah pihak sepakat untuk lebih mempertahankan hubungan yang baik.
Pendekatan ini juga membutuhkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
dengan baik dan kreatif, sehingga dapat menghasilkan sebuah tujuan yang dapat
disetujui oleh kedua belah pihak.
Tahap – tahap dalam Negosiasi
1) Preparation and Planing
Adalah kunci sukses dari sebuah negosiai, dimana pada bagian ini kita
mengatur tujuan dan batasan-batasan. Pada tahap ini kita juga harus
mengetahui tipe orang yang akan bernegosiasi dengan kita.
2) Definition of ground rules
Menetapkan prinsip sebuah negosiasi, dengan demikian dapat membantu
dalam merencanakan sebuah strategi yang sukses.
3) Clarification and justification
Untuk memulai negosiasi, harus jelas mengenai suatu kepentingan dan
harapan.
4) Bargaining and problem solving
Dalam tingkatan ini kedua belah pihak akan saling tawar-menawar / akan aktif
dalam menemukan sebuah solusi.
5) Closure and implementation
Adalah kesimpulan akhir dari sebuah negosiasi dimana kedua pihak telah
memiliki sebuah perjanjian / persetujuan yang dibuat didalam suatu surat
perjanjian dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Strategi Negosiasi yang efektif
1) Scripting / membuat suatu naskah
![Page 12: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/12.jpg)
Salah satu cara yang terbaik pada waktu kita berada pada tahap persiapan
untuk melakukan negosiasi. Dimana pada tahap persiapan kita harus
mengetahui tujuan-tujuan negosiasi, batasan-batasan negosiasi.
2) Framing / membuat suatu kerangka
Sebuah kerangka adalah bagian utama dari sebuah pandangan yang dapat
memberikan sebuah interaksi pada suatu negosiasi. Dengan fokus kepada
suatu prioritas yang diinginkan melalui data dan dasar pemikiran.
3) Managing
Setiap negosiasi dalah suatu kesepakatan untuk mengatur diri sendiri, harapan,
waktu, cara yang mana melalui pendekatan situasi. Mengatur emosi dengan
mendengar dan menjelaskan (kemampuan berkomunikasi) dapat membantu
untuk fokus terhadap permasalahan, tidak dengan bagaimana merespon emosi
itu sendiri.
Gaya-gaya negosiasi
Dalam gaya negosiasi dapat dijelaskan dalam dua dimensi, yaitu :
1) Arah: berbicara tentang cara kita menangani informasi.
2) Kekuatan: berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan
kita yang semula.
Pihak ketiga dalam Negosiasi
1) Mediator: pihak ketiga yang netral, hanya menjembatani kedua belah pihak
(tidak memiliki kepentingan dalam negosiasi).
2) Arbitrator: pihak ketiga yang netral, dimana pihak ini memiliki kewenangan
yang legal untuk meyatukan dua atau lebih pendapat (masukan atau saran) dari
masalah yang diputuskan arbitrator secara obyektif.
3) Conciliator: pihak ketiga yang dipercaya untuk membuat pendekatan terhadap
keputusan yang akan disetujui dan memberikan keterangan pendekatan apa
saja yang sudah dibuat.
4) Consultant: pihak ketiga yang netral dimana memberi masukan (saran) dalam
melakukan negosiasi.
5) Global Negosiasi: mengurusi negosiasi domestic dengan organisasi atau
perusahaan asing (luar negeri).
![Page 13: KEPEMIMPINAN](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022083013/5695d1d61a28ab9b02981c58/html5/thumbnails/13.jpg)
Hubungan antara Negosiasi dengan Manajemen Diri dan Komunikasi
Kemampuan bernegosiasi memerlukan manajemen diri dan komunikasi
yang baik agar dapat mengetahui motif, pilihan, alternatif, kepribadian, pengaruh
terhadap pengambilan keputusan dan interaksi terhadap orang-orang yang ada di
sekitarnya, sehingga dalam bernegosiasi dapat memiliki gaya komunikasi yang
baik.