kepemimpinan
TRANSCRIPT
Makalah Psikologi Sosial tentang "Kepemimpinan"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kepemimpinan merupakan masalah yang telah tua (Friedler, 1967). Sejak
manusia berkelompok di situ telah timbul masalah kepemimpina. Ini berarti bahwa
kepemimpinan menyangkut kelompok, dan orang yang mengambil pimpinan dalam
kelompok. Namun demikian kepemimpinan tidak hanya terlihat pada manusia, tetapi
pada kalangan hewanpun tampak juga masalah kepemimpinan ini.
Pada dunia hewan pemimpin akan selalu berjalan di depan dan memberikan arah
kepada yang dipimpinnya. Pada anak-anak akan terlihat siapa yang menonjol dalam
perannya untuk mengatur teman-temannya, dan itulah pimpinannya. Pada gang di
kalangan remaja, mereka juga mempunyai pemimpin sendiri dengan ciri-ciri tertentu.
Pada dunia mahasiswa terdapat tokoh-tokoh mahasiswa yang dianggap sebagai pemimpin
dengan ciri-ciri tertentu pula.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini memuat tentang definisi dari kepemimpinan, menjelaskan jenis-jenis
kepemimpinan, fungsi kepemimpinan dalam kelompok, serta teori-teori kepemimpinan
dalam kelompok.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi sosial
2. Menjelaskan kepada pembaca tentang definisi dari kepemimpinan
3. Menjelaskan mengenai jenis-jenis kepemimpinan
4. Menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan dalam kelompok
5. Menjelasakan beberapa teori-teori kepemimpinan dalam kelompok
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Agar pembaca dapat memahami pengertian kepemimpinan
2. Supaya pembaca dapat memahami jenis-jenis kepemimpinan
3. Supaya pembaca memahami fungsi kepemimpinan dalam kelompok
4. Agar pembaca dapat mengetahui teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Suatu hal yang wajar adanya beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimipinan
ini. Hal tersebut antara lain disebabkan karena sudut pandang yang berbeda antara ahli
satu dengan ahli satu dengan ahli yang lain. Kemimpinan (Leadership) adalah
kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain
(yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah
laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangala dibedakan antara
kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial.
Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindaakan yang dilakukan
seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan
yang tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan
dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu
perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi
(informal leadership) adalah bahwa berada di atas landasan-landasan atau peraturan-
peraturan resmi, sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas juga.
Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, oleh
karena kepemimpinan tersebut didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat.
Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan hasil pelaksanaan
kepemimpinan tersebut yang dianggap menguntungkan atau merugikan masyarakat.
Walaupun seorang pemimpin yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-
peraturan resmi.
Ada beberapa defenisi tentang kepemimpinan yang satu sama lain dapat saling
melengkapi.
1. Menurut Boring, Langeveld, dan Weld:
Kepemimpinan adalah hubungan dan individu terhadap bentuk suatu kelompok
dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
2. Menurut George R. Terry:
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela
bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
3. Menurut H. Goidhamer dan E. A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku
orang lain yang dipimpinnya.
4. Menurut Ordeway Tead
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama
menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
5. Menurut John Petivner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan
individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Kepemimpinan ditandai leh ciri-ciri kepribadian dimana di dalam suatu situasi yang
khusus mengambil peranan penting dalam usaha mencapai tujuan kelompok bersama-
sama dengan anggota yang lain. Ciri-ciri ini secara fungsional berhubungan dengan
pencapaian tujuan. Pemeliharaan serta memperkuat kelompok.
Dari beberapa perumusan yang berbeda-beda tersebut ternyata bahwa di dalam
setiap masalah kepemimpinan akan terdapat adanya tiga unsur:
1. Unsur Manusia
Yaitu manusia sebagai pemimpin ataupun sebagai mereka yang dipimpin. Bagaimana
hubungan antara mereka itu didalam situasi kepemimpinan, bagaimana seorang
pemimpin dan syarat-syarat kepemimpinan itu tanp melukan bagaimana seharusnya
memperlakukan manusia itu sebagai manusia.
2. Unsur sarana
Yaitu merupaka segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam
pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut masalah
manusia itu sendiri dan kelompok manusia. Dasar ilmu pengetahuan yang digunakan
seperti psikologi, sosiologi, menegemen dan lain sebagainya.
3. Unsur tujuan
Yaitu merupakan sasaran akhir kearah mana kelompok manusia akan digerakkan untuk
menuju maksud tujuan tertentu. Ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaannya selalu ada
dan terjalin erat satu sama lain. (Wiyono Hadikusumo, 1973).
B. JENIS-JENIS KEPEMIMPINAN
Klasifikasi pemimpin berdasarkan pada cara atau pendekatan yang dilakukan oleh
pemimpin, yaitu:
1. Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin ini menentukan segala-galanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas
instruksi pemimpin. Pemimpin mengatur dan mendikte anggota. Anggota hanya sebagai
pelaksana perintah pemimpin. Anggota tidak pernah diberitahu tentang rencana-rencana
yang akan dilaksanakan oleh kelompok. Kedudukan pemimpin seolah-olah terpisah dari
yang dipimpin. Sebab pemimpin berhubungan dengan anggota hanya pada saat
memberikan instruksi atau perintah. Pemimpin tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin otoriter menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri yang membuat
sebagian besar perencanaan, ia sendirilah yang secara penuh menentukan kegiatan
kelompok, mendikte kegiatan anggota serta pola antar hubungan anggota, membuat
keputusan atas hadiah dan hukuman bagi anggota. Oleh karena itu nasib setiap individu
di dalam kelompok berada di tangan pemimpin.
Ada berbagai cara untuk memperkuat dan melindungi status kepemimpinannya,
antara lain dengan mencegah anggota dari keikutsertaan dalam pencapaian tujuan
kelompok, mengontrol keterlibatan anggota menjadi tergantung, dan tujuan kelompok
menjadi tidak jelas.
2. Kepemimpinan Demokratis
Pemimpinan menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan sebagai orang yang
dipekerjakan. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama dengan pemimpin.
Tanggung jawab dibagi-bagi di antara semua anggota. Apabila ada kesalahan anggota,
diperingatkan dengan cara yang bijaksana.
Pemimpin demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan keikutsertaan yang
maksimum dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan dalam menentukan tujuan
kelompok. Ia berusaha membagi tanggung jawab dengan anggotanya. Ia berusaha,
mendorong dan memperkuat hubungan antara individu seluruh kelompok. Ia juga
berusaha mengurangi ketegangan dan konflik dalam kelompok.
3. Kepemimpinan Liberal
Pemimpin pasif, tidak berpatisipasi dengan kegiatan kelompo. Ia berada di luar
kelompok, pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan anggota-anggotanya. Sir
William Martin Conway mengadakan klasifikasi kepemimpinan berdasarkan atas peranan
sosial yang dibawakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Crowd Compeller
Ialah macam kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat panggilan
kewajiban untuk melaksanakannya.
b. Crowd Representative
Kepemimpinan yang dilakukan bersifat sementara, yaitu selama masa pengangkatannya
untuk menduduki jabatan sebagai ketua kelompok. Dan kelompok itulah yang memilih
dia sebagai pemimpinnya.
c. Crowd Exponent
Pemimpin semacam ini pada saatnya yang tepat dan diperlukan dapat menggerakkan
massa sedemikian hebat dan mengarahkannya pada sasaran tujuan yang dimaksud pula.
Karena pemimpin tersebut dapat menduga apa yang terasa dan yang menjadi keragu-
raguan mereka, kemudian dapat menggerakkannya sesuai dengan harapan yang
sesungguhnya diinginkannya.
4. Perkembangan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telak terbentuk
atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentunya suatu
kelompok sosial seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan
peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa
orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya.
Munculnya seorang pemimpin merupaka hasil dari suatu proses yang dinamis
yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut
muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan
mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena
seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil
membuka jalan bagi kelompok yang bersangkutan untuk mencapai tujuannya dan bahwa
kebutuhan-kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
Sifat-sifat yang diisyaratkan bagi seorang pemimpin, tidaklah sama pada setiap
masyarakat, walaupun tidak jarang ada persamaan-persamaan di sana sini. Di kalangan
masyarakat Indonesia perihal sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin,
antara lain dapat dijumpai dalam apa yang merupakan tradisonal Indonesia, misalnya
dalam “Astra Brata” yang merupakan kumpulan seloka dalam Ramayana, yang memuat
ajaran Sri Rama kepada Bharata, yaitu adiknya dari lain ibu.
Menurut Asta Brata, pada diri seorang raja berkumpul sifat-sifat dari delapan
Dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri. Kedelapan sifat dan
kepribadian itulah yang harus dijalankan oleh seseorang raja (pemimpim) yang baik. Asta
Brata dalam kakawin Ramayana, terdiri dari sepuluh seloka, di mana seloka pertama dan
kedua, pada pokoknya berisikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa Astra Brata merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
b. Asta Brata memberikan kepastian bahwa seorang pemimpin yang menjalankannya, akan
mempunyai kekuasaan dan kewibawaan sehingga akan dapat menggerakan bawahannya.
Keadaan demikian dapat menghindari terjadinya krisis kepemimpinan. Krisis
kepemimpinan akan terjadi oleh karena pemimpin tidak berani untuk mengambil
keputusan untuk bertindak dan oleh karena dia tidak jujur.
C. FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Fungsi kepemimpinan adalah banyak dan bervariasi, tergantung dari problem pokok
yang akan dicapai oleh kelompok itu. Reven dan Rubin menyebutkan empat fungsi
pemimpin yaitu:
1. Membantu menetapkan tujuan kelompok
Pemimpin adalah pembuat policy (policy maker) membantu kelompok dalam
menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai. Kemudian merumuskan rencana kerja guna
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Sebagai pelaksana, pemimpin mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan semua anggota kelompok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2. Memelihara kelompok
Selama perjalanan kegiatan kelompok, tidak dapat dielakkan terjadi ketidakcocokan di
antara anggota yang sering diikuti dengan ketegangan dan permusuhan. Pemimpin
diharapkan dapat meredakan ketegangan, perbedaan pendapat, dan secara umum menjaga
keharmonisan kelompok.
3. Memberi simbol untuk identifikasi
Anggota kelompok suatu ketika memerlukan simbol dimana mereka dapat
mengidentifikasi dirinya seperti misalnya bendera, slogan atau simbol-simbol yang lain,
misalnya untuk gerak jalan dan sebagainya. Pemimpin itu sendiri kadang-kadan juga
sebagai simbol dan kelompoknya. Dengan mengidentifikasi dirinya dengan
pemimpinnya, diharapkan dapat dijaga kesatuan kelompok.
4. Mewakili kelompok terhadap kelompok lain
Pemimpin mewakili kelompok dalam hubungannya dengaan kelompok atau orang
lain, ia diharapkan dapat memecahkan problem dan ketegangan-ketegangan di antara
kelompok dan membantu kerja kelompok dengan kelompok lain terhadap tujuan umum.
Knech, Crutchfield, dan Ballachey menyebutkan fungsi pemimpin lebih kompleks
lagi. Fungsi itu adalah:
1. Pemimpin adalah eksekutif
Peranan pemimpin yang nyata di dalam setiap kelompok adalah sebagai koordinator dan
kegiatan kelompok. Dalam hal ini biasanya pemimpin tidak mengerjakan pekerjaan
kelompok tetapi menugaskan kepada anggota kelompok yang lai, sedangkan pemimpin
yang mengkoordinirnya.
2. Pemimpin sebagai perencana
Pemimpinlah yang menentukan rencana bagi kelompoknya. Perencanaan ini adalah
sebagai usaha mencapai tujuan kelompoknya.
3. Pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan (policy-maker)
Salah satu fungsi yang paling penting dari pemimpin adalah menetapan tujuan kelompok
dan kebijaksanaannya.
4. Pemimpin sebagai orang yang ahli (expert)
Pemimpin kerapkali sebagai sumber informasi dan kecakapan (skill)
5. Pemimpin sebagai wakil kelompok untuk hubungan keluar
Ia biasanya mewakili kelompoknya untuk berhubungan dengan luar. Ia membawa suara
kelompoknya. Ia sebagai juru bicara (spokesmen) dari kelompoknya. Untuk itu ia harus
dapat menafsirkan kebutuhan kelompoknya secara tepat.
6. Pemimpin sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok
Ia harus menjaga hubungan antara anggota di dalam kelompok itu sebaik-bainya.
7. Pemimpin sebagai orang yang memberikan hadiah dan hukuman
Pemimpin yang menentukan tindakan-tindakan yang perlu memperoleh hadiah dan
hukuman.
8. Pemimpin sebagai wasit (pelerai) dan perentara
Dalam mengahadapi konflik-konflik di dalam kelompoknya pemimpin bertindak sebagai
pelerai dan juga perantara, sehingga menghindarkan ketegangan-etegangan yang terjadi
di dalamnya.
9. Pemimpin sebagai contoh (teladan)
10. Pemimpin sebagai simbol dan kelompok.
11. Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual (perorangan)
From (1941) menyatakan dalam tulisannya tentang adanya kecenderungan untuk
mendelegasikan atau mewakilkan tanggung jawabnya kepada pemimpinnya dalam
beberapa hal.
12. Pemimpin sebagai ideologis
Kadang-kadang pemimpin sebagai orang yang mencetuskan idiologi dari kelompoknya,
ia harus menjaga sumber kepercayaan, nilai-nilai, serta norma daripada anggota
kelompok.
13. Pemimpin sebagai figur ayah
Dalam banyak hal pemimpin berfungsi sebagai ayah dari anggotaanya. Ia melindungi
secara emosional bagi anggotanya, tempat memperoleh rasa aman dan sebagainya.
14. Pemimpin sebagai tempat menumpahkan segala kesalahan (scapegoat)
Hal ini sesuai dengan fungsi bahwasanya pemimpin adalah penanggung jawab dari
kelompoknya, sehingga kesalahan itupun, juga menjadi tanggung jawab pemimpin.
D. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Dalam kepemimpinan terdapat adanya beberapa teori. Bila dilihat dari teori
kepribadian, seseorang pemimpi dilahirkan dengan sifat-sifat kepemimpinannya. Namun
sebaliknya bila pandangan lebih menekankan kepada pengaruh lingkungan, maka
pemimpin itu dibentuk oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan memberikan
pengaruh sedemikian rupa hingga akan terbentuklah pemimpin itu.
Stogdill (1974) memberikan gambaran adanya berbagai-bagai macam pendapat atau
teori mengenai pemimpin dan kepemimpinan ini. Teori-teori tersebut adalah:
1. Greatman Theory
Sementara ahli kena pengaruh pandangan Galton mengenai latr belakang keturunan dari
orang-orang besar (great man), dan mencoba menjelaskan masalah kepemimpinan
dikaitkan dengan keturunan. Kelompo teori ini mempelajari sifat-sifat yang menonjol
dari para pemimpin yang berhasil. Sifat-sifat apa yang dimiliki oleh pemipin tersebut dan
kemudian dikaitkan dengan latar belakang keturunan atau herediternya sebagai faktor
pendukung. Kelompok ahli ini menjurus pada teori traits of leadership.
2. Environmental Theory
Pandangan ini menempatkan faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya pemimpin.
Keadaan lingkungan menstimulasi seseorang melakukan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi pada waktu itu, sehingga keadaan
ini menimbulkan pemimpin tertentu. Pendapat atau teori ini tidak memperhatikan aspek-
aspek predisposisi yang ada pada diri seseorang, sehingga pandangan ini menimbulkan
pendapat bahwa pemimpin itu dibentuk oleh situasi atau keadaan pada waktu itu.
3. Personal-situasion Theory
Westburg berpendapat bahwa dalam kepemimpinan mencakup baik sifat-sifat yang ada
dalam diri individu (the affective, intelektual, and action traits of the individual) maupun
kondisi dimana individu berada, atau lingungannya (the specific conditions under which
the individual operates). Dengan demikian akan jelas bahwa teori atau pangangan ini
melihat pemimpin merupakan hasil interaksi antara individu dengan kondisi atau situasi
dimana individu berada.
4. Interaction-expectation Theory
Teori ini lebih melihat pada interaksi antara pemimpin dengan kelmpok yang dipimpin.
Teori ini lebih menitikberatkan dinamika interaksi antara pemimpin dengan yang
dipimpin, dan melalui interaksi ini dapat dijaring keinginan-keinginan atau harapan-
harapan yang dipimpinnya.
5. Humanistic Theory
Pandangan atau teori ini lebih melihat pada fungsi kepemimpinan untuk mengatur
individu atau kelompok yang dipimpinnya, untuk merealisasikan motivasinya agar dapat
bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh karena itu yang penting dalam teori ini ialah
unsur organisasi yang baik, dan dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kelompok
yang dipimpinnya.
6. Exchange Theory
Dengan interaksi diharapkan adanya saling harga-menghargai antara pemimpin dengan
yang dipimpin, sehingga pemimpin dengan yang dipimpin bersama-sama adanya
kepuasan dalam mencpai harapan-harapannya, tujuan atas dasar kebersamaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau
leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin
tersebut. Adapun jenis-jenis kepemimpinan yaitu: kepemimpinan otoriter, kepemimpinan
demokratis, kepemimpinan liberal, serta perkembangan kepemimpinan.
Dan fungsi dari kepemimpinan dalam kelompok yaitu, membantu menetapkan tujuan
kelompok, memelihara kelompok, memberi simbol untuk identifikasi, dan mewakili
kelompok terhadap kelompok lain. Dan yang terakhir teori-teori kepemimpinan dalam
kelompo antara lain: greatman theory, environmental theory, personal-situation thery,
interaction-expectation theory, humanistic theory, dan exchange theory.
B. Saran
Penulis mengaharapkan semoga dengan penulisan makalah ini dapat memberi
manfaat kepada pembaca terutama kita sebagai calon pendidik dan konselor dapat
memahami mengenai pengertian kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, fungsi-fungsi
kepemimpinan dalam kelmpok, serta teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
Makalah Psikologi Sosial tentang "Kepemimpinan"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kepemimpinan merupakan masalah yang telah tua (Friedler, 1967). Sejak
manusia berkelompok di situ telah timbul masalah kepemimpina. Ini berarti bahwa
kepemimpinan menyangkut kelompok, dan orang yang mengambil pimpinan dalam
kelompok. Namun demikian kepemimpinan tidak hanya terlihat pada manusia, tetapi
pada kalangan hewanpun tampak juga masalah kepemimpinan ini.
Pada dunia hewan pemimpin akan selalu berjalan di depan dan memberikan arah
kepada yang dipimpinnya. Pada anak-anak akan terlihat siapa yang menonjol dalam
perannya untuk mengatur teman-temannya, dan itulah pimpinannya. Pada gang di
kalangan remaja, mereka juga mempunyai pemimpin sendiri dengan ciri-ciri tertentu.
Pada dunia mahasiswa terdapat tokoh-tokoh mahasiswa yang dianggap sebagai pemimpin
dengan ciri-ciri tertentu pula.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini memuat tentang definisi dari kepemimpinan, menjelaskan jenis-jenis
kepemimpinan, fungsi kepemimpinan dalam kelompok, serta teori-teori kepemimpinan
dalam kelompok.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi sosial
2. Menjelaskan kepada pembaca tentang definisi dari kepemimpinan
3. Menjelaskan mengenai jenis-jenis kepemimpinan
4. Menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan dalam kelompok
5. Menjelasakan beberapa teori-teori kepemimpinan dalam kelompok
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Agar pembaca dapat memahami pengertian kepemimpinan
2. Supaya pembaca dapat memahami jenis-jenis kepemimpinan
3. Supaya pembaca memahami fungsi kepemimpinan dalam kelompok
4. Agar pembaca dapat mengetahui teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Suatu hal yang wajar adanya beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimipinan
ini. Hal tersebut antara lain disebabkan karena sudut pandang yang berbeda antara ahli
satu dengan ahli satu dengan ahli yang lain. Kemimpinan (Leadership) adalah
kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain
(yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah
laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangala dibedakan antara
kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial.
Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindaakan yang dilakukan
seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan
yang tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan
dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu
perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi
(informal leadership) adalah bahwa berada di atas landasan-landasan atau peraturan-
peraturan resmi, sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas juga.
Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, oleh
karena kepemimpinan tersebut didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat.
Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan hasil pelaksanaan
kepemimpinan tersebut yang dianggap menguntungkan atau merugikan masyarakat.
Walaupun seorang pemimpin yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-
peraturan resmi.
Ada beberapa defenisi tentang kepemimpinan yang satu sama lain dapat saling
melengkapi.
1. Menurut Boring, Langeveld, dan Weld:
Kepemimpinan adalah hubungan dan individu terhadap bentuk suatu kelompok
dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
2. Menurut George R. Terry:
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela
bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
3. Menurut H. Goidhamer dan E. A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku
orang lain yang dipimpinnya.
4. Menurut Ordeway Tead
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama
menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
5. Menurut John Petivner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan
individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Kepemimpinan ditandai leh ciri-ciri kepribadian dimana di dalam suatu situasi yang
khusus mengambil peranan penting dalam usaha mencapai tujuan kelompok bersama-
sama dengan anggota yang lain. Ciri-ciri ini secara fungsional berhubungan dengan
pencapaian tujuan. Pemeliharaan serta memperkuat kelompok.
Dari beberapa perumusan yang berbeda-beda tersebut ternyata bahwa di dalam
setiap masalah kepemimpinan akan terdapat adanya tiga unsur:
1. Unsur Manusia
Yaitu manusia sebagai pemimpin ataupun sebagai mereka yang dipimpin. Bagaimana
hubungan antara mereka itu didalam situasi kepemimpinan, bagaimana seorang
pemimpin dan syarat-syarat kepemimpinan itu tanp melukan bagaimana seharusnya
memperlakukan manusia itu sebagai manusia.
2. Unsur sarana
Yaitu merupaka segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam
pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut masalah
manusia itu sendiri dan kelompok manusia. Dasar ilmu pengetahuan yang digunakan
seperti psikologi, sosiologi, menegemen dan lain sebagainya.
3. Unsur tujuan
Yaitu merupakan sasaran akhir kearah mana kelompok manusia akan digerakkan untuk
menuju maksud tujuan tertentu. Ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaannya selalu ada
dan terjalin erat satu sama lain. (Wiyono Hadikusumo, 1973).
B. JENIS-JENIS KEPEMIMPINAN
Klasifikasi pemimpin berdasarkan pada cara atau pendekatan yang dilakukan oleh
pemimpin, yaitu:
1. Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin ini menentukan segala-galanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas
instruksi pemimpin. Pemimpin mengatur dan mendikte anggota. Anggota hanya sebagai
pelaksana perintah pemimpin. Anggota tidak pernah diberitahu tentang rencana-rencana
yang akan dilaksanakan oleh kelompok. Kedudukan pemimpin seolah-olah terpisah dari
yang dipimpin. Sebab pemimpin berhubungan dengan anggota hanya pada saat
memberikan instruksi atau perintah. Pemimpin tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin otoriter menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri yang membuat
sebagian besar perencanaan, ia sendirilah yang secara penuh menentukan kegiatan
kelompok, mendikte kegiatan anggota serta pola antar hubungan anggota, membuat
keputusan atas hadiah dan hukuman bagi anggota. Oleh karena itu nasib setiap individu
di dalam kelompok berada di tangan pemimpin.
Ada berbagai cara untuk memperkuat dan melindungi status kepemimpinannya,
antara lain dengan mencegah anggota dari keikutsertaan dalam pencapaian tujuan
kelompok, mengontrol keterlibatan anggota menjadi tergantung, dan tujuan kelompok
menjadi tidak jelas.
2. Kepemimpinan Demokratis
Pemimpinan menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan sebagai orang yang
dipekerjakan. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama dengan pemimpin.
Tanggung jawab dibagi-bagi di antara semua anggota. Apabila ada kesalahan anggota,
diperingatkan dengan cara yang bijaksana.
Pemimpin demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan keikutsertaan yang
maksimum dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan dalam menentukan tujuan
kelompok. Ia berusaha membagi tanggung jawab dengan anggotanya. Ia berusaha,
mendorong dan memperkuat hubungan antara individu seluruh kelompok. Ia juga
berusaha mengurangi ketegangan dan konflik dalam kelompok.
3. Kepemimpinan Liberal
Pemimpin pasif, tidak berpatisipasi dengan kegiatan kelompo. Ia berada di luar
kelompok, pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan anggota-anggotanya. Sir
William Martin Conway mengadakan klasifikasi kepemimpinan berdasarkan atas peranan
sosial yang dibawakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Crowd Compeller
Ialah macam kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat panggilan
kewajiban untuk melaksanakannya.
b. Crowd Representative
Kepemimpinan yang dilakukan bersifat sementara, yaitu selama masa pengangkatannya
untuk menduduki jabatan sebagai ketua kelompok. Dan kelompok itulah yang memilih
dia sebagai pemimpinnya.
c. Crowd Exponent
Pemimpin semacam ini pada saatnya yang tepat dan diperlukan dapat menggerakkan
massa sedemikian hebat dan mengarahkannya pada sasaran tujuan yang dimaksud pula.
Karena pemimpin tersebut dapat menduga apa yang terasa dan yang menjadi keragu-
raguan mereka, kemudian dapat menggerakkannya sesuai dengan harapan yang
sesungguhnya diinginkannya.
4. Perkembangan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telak terbentuk
atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentunya suatu
kelompok sosial seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan
peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa
orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya.
Munculnya seorang pemimpin merupaka hasil dari suatu proses yang dinamis
yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut
muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan
mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena
seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil
membuka jalan bagi kelompok yang bersangkutan untuk mencapai tujuannya dan bahwa
kebutuhan-kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
Sifat-sifat yang diisyaratkan bagi seorang pemimpin, tidaklah sama pada setiap
masyarakat, walaupun tidak jarang ada persamaan-persamaan di sana sini. Di kalangan
masyarakat Indonesia perihal sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin,
antara lain dapat dijumpai dalam apa yang merupakan tradisonal Indonesia, misalnya
dalam “Astra Brata” yang merupakan kumpulan seloka dalam Ramayana, yang memuat
ajaran Sri Rama kepada Bharata, yaitu adiknya dari lain ibu.
Menurut Asta Brata, pada diri seorang raja berkumpul sifat-sifat dari delapan
Dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri. Kedelapan sifat dan
kepribadian itulah yang harus dijalankan oleh seseorang raja (pemimpim) yang baik. Asta
Brata dalam kakawin Ramayana, terdiri dari sepuluh seloka, di mana seloka pertama dan
kedua, pada pokoknya berisikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa Astra Brata merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
b. Asta Brata memberikan kepastian bahwa seorang pemimpin yang menjalankannya, akan
mempunyai kekuasaan dan kewibawaan sehingga akan dapat menggerakan bawahannya.
Keadaan demikian dapat menghindari terjadinya krisis kepemimpinan. Krisis
kepemimpinan akan terjadi oleh karena pemimpin tidak berani untuk mengambil
keputusan untuk bertindak dan oleh karena dia tidak jujur.
C. FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Fungsi kepemimpinan adalah banyak dan bervariasi, tergantung dari problem pokok
yang akan dicapai oleh kelompok itu. Reven dan Rubin menyebutkan empat fungsi
pemimpin yaitu:
1. Membantu menetapkan tujuan kelompok
Pemimpin adalah pembuat policy (policy maker) membantu kelompok dalam
menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai. Kemudian merumuskan rencana kerja guna
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Sebagai pelaksana, pemimpin mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan semua anggota kelompok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2. Memelihara kelompok
Selama perjalanan kegiatan kelompok, tidak dapat dielakkan terjadi ketidakcocokan di
antara anggota yang sering diikuti dengan ketegangan dan permusuhan. Pemimpin
diharapkan dapat meredakan ketegangan, perbedaan pendapat, dan secara umum menjaga
keharmonisan kelompok.
3. Memberi simbol untuk identifikasi
Anggota kelompok suatu ketika memerlukan simbol dimana mereka dapat
mengidentifikasi dirinya seperti misalnya bendera, slogan atau simbol-simbol yang lain,
misalnya untuk gerak jalan dan sebagainya. Pemimpin itu sendiri kadang-kadan juga
sebagai simbol dan kelompoknya. Dengan mengidentifikasi dirinya dengan
pemimpinnya, diharapkan dapat dijaga kesatuan kelompok.
4. Mewakili kelompok terhadap kelompok lain
Pemimpin mewakili kelompok dalam hubungannya dengaan kelompok atau orang
lain, ia diharapkan dapat memecahkan problem dan ketegangan-ketegangan di antara
kelompok dan membantu kerja kelompok dengan kelompok lain terhadap tujuan umum.
Knech, Crutchfield, dan Ballachey menyebutkan fungsi pemimpin lebih kompleks
lagi. Fungsi itu adalah:
1. Pemimpin adalah eksekutif
Peranan pemimpin yang nyata di dalam setiap kelompok adalah sebagai koordinator dan
kegiatan kelompok. Dalam hal ini biasanya pemimpin tidak mengerjakan pekerjaan
kelompok tetapi menugaskan kepada anggota kelompok yang lai, sedangkan pemimpin
yang mengkoordinirnya.
2. Pemimpin sebagai perencana
Pemimpinlah yang menentukan rencana bagi kelompoknya. Perencanaan ini adalah
sebagai usaha mencapai tujuan kelompoknya.
3. Pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan (policy-maker)
Salah satu fungsi yang paling penting dari pemimpin adalah menetapan tujuan kelompok
dan kebijaksanaannya.
4. Pemimpin sebagai orang yang ahli (expert)
Pemimpin kerapkali sebagai sumber informasi dan kecakapan (skill)
5. Pemimpin sebagai wakil kelompok untuk hubungan keluar
Ia biasanya mewakili kelompoknya untuk berhubungan dengan luar. Ia membawa suara
kelompoknya. Ia sebagai juru bicara (spokesmen) dari kelompoknya. Untuk itu ia harus
dapat menafsirkan kebutuhan kelompoknya secara tepat.
6. Pemimpin sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok
Ia harus menjaga hubungan antara anggota di dalam kelompok itu sebaik-bainya.
7. Pemimpin sebagai orang yang memberikan hadiah dan hukuman
Pemimpin yang menentukan tindakan-tindakan yang perlu memperoleh hadiah dan
hukuman.
8. Pemimpin sebagai wasit (pelerai) dan perentara
Dalam mengahadapi konflik-konflik di dalam kelompoknya pemimpin bertindak sebagai
pelerai dan juga perantara, sehingga menghindarkan ketegangan-etegangan yang terjadi
di dalamnya.
9. Pemimpin sebagai contoh (teladan)
10. Pemimpin sebagai simbol dan kelompok.
11. Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual (perorangan)
From (1941) menyatakan dalam tulisannya tentang adanya kecenderungan untuk
mendelegasikan atau mewakilkan tanggung jawabnya kepada pemimpinnya dalam
beberapa hal.
12. Pemimpin sebagai ideologis
Kadang-kadang pemimpin sebagai orang yang mencetuskan idiologi dari kelompoknya,
ia harus menjaga sumber kepercayaan, nilai-nilai, serta norma daripada anggota
kelompok.
13. Pemimpin sebagai figur ayah
Dalam banyak hal pemimpin berfungsi sebagai ayah dari anggotaanya. Ia melindungi
secara emosional bagi anggotanya, tempat memperoleh rasa aman dan sebagainya.
14. Pemimpin sebagai tempat menumpahkan segala kesalahan (scapegoat)
Hal ini sesuai dengan fungsi bahwasanya pemimpin adalah penanggung jawab dari
kelompoknya, sehingga kesalahan itupun, juga menjadi tanggung jawab pemimpin.
D. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Dalam kepemimpinan terdapat adanya beberapa teori. Bila dilihat dari teori
kepribadian, seseorang pemimpi dilahirkan dengan sifat-sifat kepemimpinannya. Namun
sebaliknya bila pandangan lebih menekankan kepada pengaruh lingkungan, maka
pemimpin itu dibentuk oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan memberikan
pengaruh sedemikian rupa hingga akan terbentuklah pemimpin itu.
Stogdill (1974) memberikan gambaran adanya berbagai-bagai macam pendapat atau
teori mengenai pemimpin dan kepemimpinan ini. Teori-teori tersebut adalah:
1. Greatman Theory
Sementara ahli kena pengaruh pandangan Galton mengenai latr belakang keturunan dari
orang-orang besar (great man), dan mencoba menjelaskan masalah kepemimpinan
dikaitkan dengan keturunan. Kelompo teori ini mempelajari sifat-sifat yang menonjol
dari para pemimpin yang berhasil. Sifat-sifat apa yang dimiliki oleh pemipin tersebut dan
kemudian dikaitkan dengan latar belakang keturunan atau herediternya sebagai faktor
pendukung. Kelompok ahli ini menjurus pada teori traits of leadership.
2. Environmental Theory
Pandangan ini menempatkan faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya pemimpin.
Keadaan lingkungan menstimulasi seseorang melakukan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi pada waktu itu, sehingga keadaan
ini menimbulkan pemimpin tertentu. Pendapat atau teori ini tidak memperhatikan aspek-
aspek predisposisi yang ada pada diri seseorang, sehingga pandangan ini menimbulkan
pendapat bahwa pemimpin itu dibentuk oleh situasi atau keadaan pada waktu itu.
3. Personal-situasion Theory
Westburg berpendapat bahwa dalam kepemimpinan mencakup baik sifat-sifat yang ada
dalam diri individu (the affective, intelektual, and action traits of the individual) maupun
kondisi dimana individu berada, atau lingungannya (the specific conditions under which
the individual operates). Dengan demikian akan jelas bahwa teori atau pangangan ini
melihat pemimpin merupakan hasil interaksi antara individu dengan kondisi atau situasi
dimana individu berada.
4. Interaction-expectation Theory
Teori ini lebih melihat pada interaksi antara pemimpin dengan kelmpok yang dipimpin.
Teori ini lebih menitikberatkan dinamika interaksi antara pemimpin dengan yang
dipimpin, dan melalui interaksi ini dapat dijaring keinginan-keinginan atau harapan-
harapan yang dipimpinnya.
5. Humanistic Theory
Pandangan atau teori ini lebih melihat pada fungsi kepemimpinan untuk mengatur
individu atau kelompok yang dipimpinnya, untuk merealisasikan motivasinya agar dapat
bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh karena itu yang penting dalam teori ini ialah
unsur organisasi yang baik, dan dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kelompok
yang dipimpinnya.
6. Exchange Theory
Dengan interaksi diharapkan adanya saling harga-menghargai antara pemimpin dengan
yang dipimpin, sehingga pemimpin dengan yang dipimpin bersama-sama adanya
kepuasan dalam mencpai harapan-harapannya, tujuan atas dasar kebersamaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau
leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin
tersebut. Adapun jenis-jenis kepemimpinan yaitu: kepemimpinan otoriter, kepemimpinan
demokratis, kepemimpinan liberal, serta perkembangan kepemimpinan.
Dan fungsi dari kepemimpinan dalam kelompok yaitu, membantu menetapkan tujuan
kelompok, memelihara kelompok, memberi simbol untuk identifikasi, dan mewakili
kelompok terhadap kelompok lain. Dan yang terakhir teori-teori kepemimpinan dalam
kelompo antara lain: greatman theory, environmental theory, personal-situation thery,
interaction-expectation theory, humanistic theory, dan exchange theory.
B. Saran
Penulis mengaharapkan semoga dengan penulisan makalah ini dapat memberi
manfaat kepada pembaca terutama kita sebagai calon pendidik dan konselor dapat
memahami mengenai pengertian kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, fungsi-fungsi
kepemimpinan dalam kelmpok, serta teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
Ringkasan Pengantar Psikologi Halaman 1-17 in Paper Kuliah, Pengantar Psikologi, Tugas Mahasiswa - on 8:27:00 PM
Ringkasan Pengantar Psikologi Halaman 1-17
Secara bahasa psikologi berasal dari perkataan psyche yang diartikan jiwa dan perkataan
logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Karena itu psikologi sering diartikan
dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau disingkat dengan ilmu jiwa.
Ilmu jiwa belum tentu psychology, tetapi psychology itu senantiasa ilmu jiwa (Gerungan,
1966:6)
“Psychologi as branch of science, psychology has been defined in various way,
according to the particular method of approach adopted or field of sturdy proposed by
the individual psychologist” (Drever, 1960:227)
Menurut Wundt (Lihat Dvidoff, 1981) Psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran
manusia (the science of human consciousness)
Menurut Woodwort dan marquis (1957) mengajukan pendapat bahwa yang dimaksud
dengan psikologi itu merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu.
Branca (1964) dalam bukunya Psychology: The science of Behavior, yang dimaksud
dengan psikologi itu merupakan ilmu tentang tingkah laku. Pendapat ini juga didukung
oleh Morgan dkk (1984:4), Sertain dkk.
Tingkah laku tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus
atau rangsangan yang mengenai individu atau organism. R = f(S,O), dengan pengertian
R adalah Respon; f = finsi; S= stimulus; dan O= Organisme. Formulasi ini berarti bahwa
respons merupakan fungsi atau bergantung pada stimulus dan organisme (Woodwort dan
Schlosberg, 1971), namun ada pula rumus B = f(E,O) dengan pengertian B = Behavior
atau tingkah laku; f= fungsi; E= environment atau lingkungan; dan O=Organisme, pada
dasarnya tidak beda dengan yang di atas bahwa tingkah laku itu bergantung dari
lingkungan dan organisme itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa dalam tingkah laku
organisme tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan organisme itu sendiri.
Tingkah laku pada manusia dibedakan menjadi dua:
a. Tingkah laku yang refleksif: Tingkah laku yang terjadi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme tersebut. Missal : Kedip mata bila terkena
sinar; menarik jari bila kena api dan lain-lain.
b. Tingkah laku yang non-refleksif: Tingkah laku yang dikendalikan atau diatur
oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah diterima oleh
reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran, lalu
terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat
kesadaran ini disebut dengan proses psikologis. Tingkah laku atau aktivitas inilah
disebut dengan aktivitas psikologis atau tingkah laku psikologis (Branca, 1964).
Hubungan Psikologi dengan ilmu lain:
a. Hubungan psikologi dengan biologi
Biologi dan psikologi sama-sama membicarakan manusia sekalipun masing-masing ilmu
itu meninjau dari sudut yang berlainan, namun pada segi-segi tertentu ada titik temunya.
b. Hubungan psikologi dengan sosiologi
Tinjauan penting sisiologi adalah hidup bermasyarakat, sedangkan psikologi adalah
bahwa tingkah laku adalah manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif
tertentuhingga manusia itu bertingkah laku atau berbuat.
c. Hubungan psikologi dengan filsafat
Sekalipun pada akhirnya psikologi memisahkandiri dari filsafat, namun antara psikologi
dan filsafat masih ada hubungan terutama menyangkut sifat hakekat tujuan dari ilmu
pengetahuan.
d. Hubungan psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam: Merupakan suatu kenyataan
karena pengaruh ilmu pengetahuan alam, psikologi mendapatkan kemajuan yang
cukup cepat, sehingga akhirnya psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu yang
berdiri sendiri; meskipun pada akhirnya ternyata metode ilmu pengetahuan alam
kurang mungkin digunakan seluruhnya terhadap spikologi, karena perbedaan
objeknya. Ilmu pengetahuan alam berobjekkan benda-benda mati, sedangkan
psikologi berobjekkan manusia yang hidup, sebagai makhluk yang dinamis,
berkebudayaan, berkembang dan dapat berubah setiap saat.
Dari seggi objeknya psikologi dibedakan menjadi dua golongan:
a. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.
b. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan, yang umumnya disebut
psikologi hewan.
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia di bagi menjadi dua:
a. Psikologi umum: yang mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas
psikis manusia yang tercermin dalam tingkah laku pada umumnya.
b. Psikologi Khusus: yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari
aktivitas-aktivitas psikis manusia. Psikologi khusus ini bermacam-macam, antara
lain:
1. Psikologi perkembanggan
2. Psikologi sosial
3. Psikologi pendidikan
4. Psikologi keperibadian
5. Psikopantologi
6. Psikologi kriminal
7. Psikologi perusah
Ringkasan Pengantar Psikologi Halaman 1-17 in Paper Kuliah, Pengantar Psikologi, Tugas Mahasiswa - on 8:27:00 PM
Ringkasan Pengantar Psikologi Halaman 1-17
Secara bahasa psikologi berasal dari perkataan psyche yang diartikan jiwa dan perkataan
logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Karena itu psikologi sering diartikan
dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau disingkat dengan ilmu jiwa.
Ilmu jiwa belum tentu psychology, tetapi psychology itu senantiasa ilmu jiwa (Gerungan,
1966:6)
“Psychologi as branch of science, psychology has been defined in various way,
according to the particular method of approach adopted or field of sturdy proposed by
the individual psychologist” (Drever, 1960:227)
Menurut Wundt (Lihat Dvidoff, 1981) Psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran
manusia (the science of human consciousness)
Menurut Woodwort dan marquis (1957) mengajukan pendapat bahwa yang dimaksud
dengan psikologi itu merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu.
Branca (1964) dalam bukunya Psychology: The science of Behavior, yang dimaksud
dengan psikologi itu merupakan ilmu tentang tingkah laku. Pendapat ini juga didukung
oleh Morgan dkk (1984:4), Sertain dkk.
Tingkah laku tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus
atau rangsangan yang mengenai individu atau organism. R = f(S,O), dengan pengertian
R adalah Respon; f = finsi; S= stimulus; dan O= Organisme. Formulasi ini berarti bahwa
respons merupakan fungsi atau bergantung pada stimulus dan organisme (Woodwort dan
Schlosberg, 1971), namun ada pula rumus B = f(E,O) dengan pengertian B = Behavior
atau tingkah laku; f= fungsi; E= environment atau lingkungan; dan O=Organisme, pada
dasarnya tidak beda dengan yang di atas bahwa tingkah laku itu bergantung dari
lingkungan dan organisme itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa dalam tingkah laku
organisme tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan organisme itu sendiri.
Tingkah laku pada manusia dibedakan menjadi dua:
a. Tingkah laku yang refleksif: Tingkah laku yang terjadi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme tersebut. Missal : Kedip mata bila terkena
sinar; menarik jari bila kena api dan lain-lain.
b. Tingkah laku yang non-refleksif: Tingkah laku yang dikendalikan atau diatur
oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah diterima oleh
reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran, lalu
terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat
kesadaran ini disebut dengan proses psikologis. Tingkah laku atau aktivitas inilah
disebut dengan aktivitas psikologis atau tingkah laku psikologis (Branca, 1964).
Hubungan Psikologi dengan ilmu lain:
a. Hubungan psikologi dengan biologi
Biologi dan psikologi sama-sama membicarakan manusia sekalipun masing-masing ilmu
itu meninjau dari sudut yang berlainan, namun pada segi-segi tertentu ada titik temunya.
b. Hubungan psikologi dengan sosiologi
Tinjauan penting sisiologi adalah hidup bermasyarakat, sedangkan psikologi adalah
bahwa tingkah laku adalah manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif
tertentuhingga manusia itu bertingkah laku atau berbuat.
c. Hubungan psikologi dengan filsafat
Sekalipun pada akhirnya psikologi memisahkandiri dari filsafat, namun antara psikologi
dan filsafat masih ada hubungan terutama menyangkut sifat hakekat tujuan dari ilmu
pengetahuan.
d. Hubungan psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam: Merupakan suatu kenyataan
karena pengaruh ilmu pengetahuan alam, psikologi mendapatkan kemajuan yang
cukup cepat, sehingga akhirnya psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu yang
berdiri sendiri; meskipun pada akhirnya ternyata metode ilmu pengetahuan alam
kurang mungkin digunakan seluruhnya terhadap spikologi, karena perbedaan
objeknya. Ilmu pengetahuan alam berobjekkan benda-benda mati, sedangkan
psikologi berobjekkan manusia yang hidup, sebagai makhluk yang dinamis,
berkebudayaan, berkembang dan dapat berubah setiap saat.
Dari seggi objeknya psikologi dibedakan menjadi dua golongan:
a. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia.
b. Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan, yang umumnya disebut
psikologi hewan.
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia di bagi menjadi dua:
a. Psikologi umum: yang mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas
psikis manusia yang tercermin dalam tingkah laku pada umumnya.
b. Psikologi Khusus: yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari
aktivitas-aktivitas psikis manusia. Psikologi khusus ini bermacam-macam, antara
lain:
1. Psikologi perkembanggan
2. Psikologi sosial
3. Psikologi pendidikan
4. Psikologi keperibadian
5. Psikopantologi
6. Psikologi kriminal
7. Psikologi perusah
PENGERTIAN PSIKOLOGI, OBYEK PSIKOLOGI DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
PENGERTIAN PSIKOLOGI, OBYEK PSIKOLOGI
DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
MakalahDiajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikologi Semester Dua
di STIT Raden Santri Cabang Gresik
Guru Pembimbing :
Dra. Hj. Sri Astutik
Disusun oleh :
Abdul Jalil
NIM : 2010012231
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH RADEN SANTRI GRESIK
Tahun 2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan resume ini, yang berjudul: “Pengertian Psikologi, Obyek dan Ruang Lingkup”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu agama Islam.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya karya ilmiah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis harapkan.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dosen Dr. Hj. Sri Astutik selaku dosen mata kuliah Pengantar Psikologi yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi mahasiswa yang berilmu.
2. Teman-teman yang membantu penulis dalam penulisan makalah ini.3. Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya makalah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Penulis
1. A. PENGERTIAN PSIKOLOGI
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality ) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan[1].
Psikologi sendiri mempunyai banyak pengertian, diantaranya :
1. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku.
2. Menurut Ernest Hilgert (1957) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
3. Menurut George A, Miller psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan , meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
4. Menurut Clifford T. Morgan psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
5. Menurut Chaplin psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organism dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.
6. Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
7. Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakekat jiwa serta prosesnya[2].
Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya[3].
1. B. OYEK STUDI DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia[4].
1. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya
yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya[5].
Dalam resume ini tidak akan dibicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi hewan, melainkan membicarakan tentang psikologi yang berobyekkan manusia. Yang sampai saat ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Psikologi Umum
Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur)[6].
Macam-macam psikologi umum :
a) Psikologi perkembangan
Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakuo psikologi anak, psikologi puber atau adolesensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi orang tua.
b) Psikologi sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.
c) Psikologi pendidikan
Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
d) Psikologi kepribadian dan tipologi
Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.
e) PsikopatologiPsikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak norman atau abnormal
f) Psikologi Kriminil
Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas.
g) Psikologi perusahaan
Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan
1. Psikologi Khusus
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus.
PENGERTIAN PSIKOLOGI, OBYEK PSIKOLOGI DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
PENGERTIAN PSIKOLOGI, OBYEK PSIKOLOGI
DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
MakalahDiajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikologi Semester Dua
di STIT Raden Santri Cabang Gresik
Guru Pembimbing :
Dra. Hj. Sri Astutik
Disusun oleh :
Abdul Jalil
NIM : 2010012231
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH RADEN SANTRI GRESIK
Tahun 2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan resume ini, yang berjudul: “Pengertian Psikologi, Obyek dan Ruang Lingkup”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu agama Islam.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya karya ilmiah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis harapkan.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dosen Dr. Hj. Sri Astutik selaku dosen mata kuliah Pengantar Psikologi yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi mahasiswa yang berilmu.
2. Teman-teman yang membantu penulis dalam penulisan makalah ini.3. Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya makalah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Penulis
1. A. PENGERTIAN PSIKOLOGI
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut dengan ilmu jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dengan jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani
dan menimbulkan perbuatan badaniah, yaitu perbuatan yang di timbulkan oleh proses belajar. Misalnya : insting, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbutan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang di mungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial dan lingkungan. Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality ) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses, dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup. Jadi jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan dan kecakapan-kecakapan[1].
Psikologi sendiri mempunyai banyak pengertian, diantaranya :
1. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku.
2. Menurut Ernest Hilgert (1957) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
3. Menurut George A, Miller psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan , meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
4. Menurut Clifford T. Morgan psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
5. Menurut Chaplin psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organism dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan.
6. Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
7. Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakekat jiwa serta prosesnya[2].
Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut bermuasal pada adanya perbedaan titik berangkat para ahli dalam mempelajari dan membahas kehidupan jiwa yang kompleks ini. Dan dari pengertian tersebut paling tidak dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya[3].
1. B. OYEK STUDI DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
Objek Psikologi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Objek Material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari atau diselidiki, atau suatu unsure yang ditentukan atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran, objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret (kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Objeknya yaitu manusia[4].
1. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal juga digunakan sebagai pembeda ilmu yang satu dengan ilmu yang lain ( psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain). Objeknya yaitu dari segi tingkah laku manusia, objek tersebut bersifat empiris atau nyata, yang dapat diobservasi untuk memorediksi, menggambarkan sesuatu yang dilihat. Caranya melihat gerak gerik seseorang bagaimana ia melakukan sesuatu dan melihat dari matanya[5].
Dalam resume ini tidak akan dibicarakan psikologi yang membicarakan hewan atau psikologi hewan, melainkan membicarakan tentang psikologi yang berobyekkan manusia. Yang sampai saat ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Psikologi Umum
Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur)[6].
Macam-macam psikologi umum :
a) Psikologi perkembangan
Psikolgi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakuo psikologi anak, psikologi puber atau adolesensi ( psikologi pemuda ), psikologi orang dewasa, psikologi orang tua.
b) Psikologi sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial.
c) Psikologi pendidikan
Psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
d) Psikologi kepribadian dan tipologi
Psikologi yang khusus menguraikan tentang struktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia.
e) PsikopatologiPsikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan psikis yang tidak norman atau abnormal
f) Psikologi Kriminil
Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal kejahatan atau kriminalitas.
g) Psikologi perusahaan
Psikologi yang khusus berhubungan dengan soal-soal perusahaan
1. Psikologi Khusus
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus.
SIKAP SOSIAL
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di dalam situasi yang sebagian besar gejala mi diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan.
Kita telah mengetahui bahwa orang dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran mi tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi inilah yang dinamika SIKAP. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukansifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.
Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa yang dimaksud dengan sikap sosial ?2. Apa yang dimaksud dengansikap sosial dan individual ?3. Bagaimana pembentukan dan perubahan sikap ?4. Apasajakah ciri-ciri dan fungsi sikap ?5. Bagaimana pengukuran sikap secara langsung dan tidak langsung ?
1.3 Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kepustakaan. Pemilihan
metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi masalah sikap sosial dengan mengacu pada literatur-literatur, artikel-artikel dan sumber bacaan lain.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap SosialSikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.
Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek1. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.2. Aspek Afekit berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-ojek tertentu.3. Aspek Konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuatu sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainyaDi samping sikap sosial yang terdapat sikap individual, yaitu sikap yang hanya dimiliki oleh perseorangan, misalnya: Sikap atau kesukaan seseorang terhadap burung-burung tertentu, seperti perkutut, parkit, merpati, dan sebagainya.
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya.
Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objeic psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi (Back, Kurt W., 1977, hal.3)
John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sikap sebagai kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.
Sedangkan Genmgan mendefinisikan bahwa pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan unmk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah
predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama.
B. Sikap Sosial Dan Individual1. Sikap SosialSikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap berkabung seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:a. Subjek orang-orang dalam kelompoknya.b. Objek-objeknya sekelompok, objeknya sosial.c. Dinyatakan berulang-ulang.
2. Sikap IndividualIni hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Objeknya pun bukan merupakan objek sosial. Misalnya: Sikap yang berupa kesenangan atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.
Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas:1. Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, merima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.2. Sikapnegatif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.
Sikap positif/negatif ini tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang berlaku.
Oleh karena itu untuk menentukan apakah sikap ini positif/ negatifperlu dikonsultasikan dengan norma yang berlaku di situ. Di samping itu masing-masing kelompok atau kesatuan sosial memiliki norma sendiri-sendiri yang mungkin saling berbeda atau bahkan bertentangan. Sikap yang dliperlihatkan oleh individu dalam kelompok A dianggap atau dinilai sebagai sikap yang negatif, belum tentu sikap yang sama yang diperlihatkan oleh anggota kelompok B juga dinilai sebagai sikap negatif.
C. Pembentukan Dan Perubahan SikapSikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam
membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang sama dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek.
1. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikapFaktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap1) Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri.2) Faktor ekstern: yaitu faktor manusia.Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
Faktor inipun masih tergantung pula adanya:- Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak/tidak.- Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari baiyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dan: orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki peranan yang penting.
Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Lembaga lembaga sekolah pun memiliki tugas pula dalam membina sikap ini. Bukankah tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan?
Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita harapkan.Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah tujuan pendidikan.
2. Hubungan antara Sikap dan Tingkah lakuAdanya hubungan yang erat antara sikap (attitude) dan tingkah laku (behavior) didukung
oleh pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.Tetapi beberapa penelitian yang mencoba menghubungkan antara sikap dan tingkah laku menunjukkan hasil yang agak berbeda, yaitu menunjukkan hubungan yang kecil saja atau bahkan hubungan yang negatif.
D. Ciri-Ciri Dan Fungsi SikapSikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:1. Sikap itu dipelajari (learnablity)Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif- motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2. Memihki kestabilan (Stability)Sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman.
3. Personal (societal significance)Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
4. Berisi cognisi dan affeksiKomponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.Sedangkan fungsi dari sikap (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikandiri.2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
E. Pengukuran Sikap Secara Langsung Dan Tidak LangsungPara ahli Psikologi Sosial telah berusaha untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Beberapa bentuk pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak diadakannya penelitian sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Kepada subjek diminta untuk merespons objek sikap dalam berbagai cara.
Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:1. Langsung (Direct measures of attitudes)2. Tidak langsung (Indirect measures ofattitudes). (Whittaker, 1970, hal. 594-596).
1. Pengukuran sikap secara langsungPada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.
2. Pengukuran sikap secara tidak langsungTeknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Adakah responden menjawab sejujurnya?
Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian halnya. Sebenamya problem ini sudah dikurangi dengan konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti bahwa problem tersebut sudah teratasi sepenuhnya.
Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur.
Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambar itu.
subjek kemudian di-score yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah dilakukán oleh Proshansky (:1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja dalam berbagai konflik situasi.
Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.
Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung mi menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya
pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.
BAB IIIPENUTUP
Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya..
Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.
SIKAP SOSIAL
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange menggunakan konsep ini dalam suatu eksperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap sikap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di dalam situasi yang sebagian besar gejala mi diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli sosiologi sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan kebudayaan.
Kita telah mengetahui bahwa orang dalam berhubungan dengan orang lain tidak hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran mi tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi inilah yang dinamika SIKAP. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukansifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.
Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa yang dimaksud dengan sikap sosial ?2. Apa yang dimaksud dengansikap sosial dan individual ?3. Bagaimana pembentukan dan perubahan sikap ?4. Apasajakah ciri-ciri dan fungsi sikap ?5. Bagaimana pengukuran sikap secara langsung dan tidak langsung ?
1.3 Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian adalah metode studi kepustakaan. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi masalah sikap sosial dengan mengacu pada literatur-literatur, artikel-artikel dan sumber bacaan lain.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap SosialSikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.
Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek1. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.2. Aspek Afekit berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti
ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-ojek tertentu.3. Aspek Konatif: berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk berbuatu sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainyaDi samping sikap sosial yang terdapat sikap individual, yaitu sikap yang hanya dimiliki oleh perseorangan, misalnya: Sikap atau kesukaan seseorang terhadap burung-burung tertentu, seperti perkutut, parkit, merpati, dan sebagainya.
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya.
Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objeic psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi (Back, Kurt W., 1977, hal.3)
John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sikap sebagai kesiapan merespons secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.
Sedangkan Genmgan mendefinisikan bahwa pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan unmk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Demikianlah, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama.
B. Sikap Sosial Dan Individual1. Sikap SosialSikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap berkabung seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya.Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah:a. Subjek orang-orang dalam kelompoknya.
b. Objek-objeknya sekelompok, objeknya sosial.c. Dinyatakan berulang-ulang.
2. Sikap IndividualIni hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Objeknya pun bukan merupakan objek sosial. Misalnya: Sikap yang berupa kesenangan atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.
Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap dapat pula dibedakan atas:1. Sikap positif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, merima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.2. Sikapnegatif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berada.
Sikap positif/negatif ini tentu saja berhubungan dengan norma. Orang tidak akan tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa mengetahui norma yang berlaku.
Oleh karena itu untuk menentukan apakah sikap ini positif/ negatifperlu dikonsultasikan dengan norma yang berlaku di situ. Di samping itu masing-masing kelompok atau kesatuan sosial memiliki norma sendiri-sendiri yang mungkin saling berbeda atau bahkan bertentangan. Sikap yang dliperlihatkan oleh individu dalam kelompok A dianggap atau dinilai sebagai sikap yang negatif, belum tentu sikap yang sama yang diperlihatkan oleh anggota kelompok B juga dinilai sebagai sikap negatif.
C. Pembentukan Dan Perubahan SikapSikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.
Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang sama dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek.
1. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikapFaktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap1) Faktor intern: yaitu manusia itu sendiri.2) Faktor ekstern: yaitu faktor manusia.Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau dibentuk apabila:a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
Faktor inipun masih tergantung pula adanya:- Sumber penerangan itu memperoleh kepercayaan orang banyak/tidak.- Ragu-ragu atau tidaknya menghadapi fakta dan isi sikap baru itu.
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari baiyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dan: orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki peranan yang penting.
Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidaklah demikian halnya. Lembaga lembaga sekolah pun memiliki tugas pula dalam membina sikap ini. Bukankah tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan?
Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju kepada sikap yang kita harapkan.Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah mengubah sikap anak didik ke arah tujuan pendidikan.
2. Hubungan antara Sikap dan Tingkah lakuAdanya hubungan yang erat antara sikap (attitude) dan tingkah laku (behavior) didukung oleh pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.Tetapi beberapa penelitian yang mencoba menghubungkan antara sikap dan tingkah laku menunjukkan hasil yang agak berbeda, yaitu menunjukkan hubungan yang kecil saja atau bahkan hubungan yang negatif.
D. Ciri-Ciri Dan Fungsi SikapSikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:1. Sikap itu dipelajari (learnablity)Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif- motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.
2. Memihki kestabilan (Stability)Sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman.
3. Personal (societal significance)Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
4. Berisi cognisi dan affeksiKomponen cognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.Sedangkan fungsi dari sikap (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikandiri.2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian
E. Pengukuran Sikap Secara Langsung Dan Tidak LangsungPara ahli Psikologi Sosial telah berusaha untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Beberapa bentuk pengukuran sudah mulai dikembangkan sejak diadakannya penelitian sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Kepada subjek diminta untuk merespons objek sikap dalam berbagai cara.
Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara:1. Langsung (Direct measures of attitudes)2. Tidak langsung (Indirect measures ofattitudes). (Whittaker, 1970, hal. 594-596).1. Pengukuran sikap secara langsungPada umumnya digunakan tes psikolgi yang berupa sejumlah item yang telah disusun secara hati-hati, saksama, selektif sesuai dengan kriteria tertentu. Tes psikologi ini kemudian dikembangkan menjadi skala sikap. Dan skala sikap ini diharapkan mendapat jawaban atas pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu objek psikologi.
2. Pengukuran sikap secara tidak langsungTeknik pengukuran sikap secara langsung yang telah dibicarakan di muka bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan (verbal). Dengan teknik demikian, subjek juga tahu bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan atas ini mungkin akan mempengaruhi jawabannya. Ini salah satu problem yang sering dihadapi dalam penggunaan teknik pengukuran secara langsung. Adakah responden menjawab sejujurnya?
Sebab kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti apa adanya adalah besar sekali. Apabila kita ditanya tentang perasaan atau sikap kita terhadap tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yang positif meskipun tidak demikian
halnya. Sebenamya problem ini sudah dikurangi dengan konstruksi item yang secermat-cermatnya. Namun demikian tidak berarti bahwa problem tersebut sudah teratasi sepenuhnya.
Berdasar atas problem tersebut beberapa ahli berusaha mengembangkan suatu teknik mengukur sikap secara langsung. Di dalam teknik tidak langsung ini, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku atau sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya berguna bila responden kelihatan enggan mengutarakan sikapnya secara jujur.
Dalam suatu teknik tidak langsung, seorang peneliti memberikan gambar-gambar kepada subjek, subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambar itu.
subjek kemudian di-score yang memperlihatkan sikapnya terhadap orang atau situasi di dalam gambar ini. Seperti yang pernah dilakukán oleh Proshansky (:1943), yang menyelidiki tentang sikap terhadap buruh. Di sini pengukuran sikap dilakukan secara tidak langsung, yaitu kepada subjek dliperlihatkan gambar-gambar dan para pekerja dalam berbagai konflik situasi.
Subjek diminta untuk menceritakan tentang gambar-gambar itu dalam suatu karangan atau cerita.
Namun teknik pengukuran sikap tidak langsung mi menimbulkan beberapa masalah penting bagi para ahli psikologi. Sejauh mana sikap individu dapat diungkap, bila ia tidak menyadari akan hal itu, di samping itu apakah bukan suatu pelanggaran mengungkap sesuatu yang bersifat pribadi di luar pengetahuan dan kesadarannya? Apakah ini bukan suatu pelanggaran etik? Apakah kita selalu memerlukan izin atau persetujuan dari responden? Hal- hal inilah yang menimbulkan masalah bagi para peneliti tidak hanya pada teknik tidak langsung tetapi juga pada hampir sernua penelitian psikologi.
BAB IIIPENUTUP
Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Maka sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi: simbol, káta kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan sebagainya..
Meskipun ada beberapa perbedaan pcngertian tentang sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan peneliti sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang wakru dalam situasi yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sehubungan dengan itu pula kami cenderung
untuk mengemukakan pengertian sikap sebagai berikut: Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.
Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ini bukan berarti orang tidak bersikap. Ia bersikap juga hanya bentuknya: diam.
makalah pengantar psikologi umum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat setiap individu mempunyai beragam
karakter dalam melakukan transaksi kehidupan semisal berkomunikasi dan
berinteraksi dengan sesama. Dari zaman pertama hingga sekarang ini peruatan
tingkah laku manusia dalam bertindak tentu mengalami beberapa fase yang naik
turun dan perkembangannya juga pesat. Secerdas-cerdasnya, sepintar-pintarnya
manusia, ketika hidup di dunia ini pasti membutuhkan orang lain. Contohnya
adalah kami sebagai seorang mahasiswa. Agar proses perkuliahan dapat
berjalan dengan baik maka kami membutuhkan seorang dosen yang mengajar
dan memberikan petunjuk. Kami juga membutuhkan karyawan agar proses
administrasi dapat berjalan lancar. Tidak ketinggalan juga seorang tukang
satpam yang tentu saja mempunyai peran besar atau kecil dalam menentukan
kesuksesan kelak.
Memperhatikan kenyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
bisa meraih kesuksesan dan keterampilan maka kita memerlukan
keperluanberinteraksi dengan orang lain. Dari segi inilah pentingnya psikologi
umum atau sosial. Psikologi umum sejatinya memang memberikan dampak yang
positif bagi yang mempelajarinya karena akan mampu mengerti bagaimana cara
bertindak dalam kehidupan masyarakat dan mempelajari apa yang terjadi dalam
masyarakat lingkungannya secara umum. Untuk pribadi individunya sendiri
perilaku yang semakin berkembang ini menjadi bahan kajian.
Dari permasalahan yang tersebut inilah psikologi menjadi salah satu ilmu
yang patut dipelajari dan dicermati secara mendalam. Permasalahan diatas
memberikan kesadaran kami untuk mengulasnya kedalam sebuah makalah
untuk mendapatkan secara gamblang tentang psikologi.
B. Rumusan masalah
Setelah mengetahui permasalahan tersebut diatas maka kami
mengemukakan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam
pembahasan di BAB II yakni sebagai berikut :
1. Apakah pengertian psikologi dan pembagiannya?
2. Apakah pengertian dan pembahasan perilaku dalam ilmu psikologi?
3. Bagaimanakah hubungan manusia dengan lingkungannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian psikologi
Menurut Sarwono Sarlito dalam buku “ Pengantar Psikologi Umum”
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungan dengan lingkungannya. Menurut asalnya katanya, psikologi berasal
dari bahasa Yunani Kuno: (Psychē yang berarti jiwa) dan (-logia yang artinya
ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang
mempelajari tentang jiwa.
Secara lebih lengkap maka perlu diketengahkan pengertian psikologi
menurut beberapa ahli yang menjadi acuan dalam pembahasan sebagai berikut :
1. Menurut Wundt (Iih. Devidoff, 1981) Psikologi itu Merupakan Ilmu tentang
kesadaran manusia ( the science of human consciousness).
2. Menurut Kulpe yang dimaksud psikologi adalah ilmu mengenai fakta-fakta dari
pengalaman yang bergantung pada pengalaman pribadi.
3. Menurut William James psikologi merupakan ilmu tentang mental life, mencakup
baik fenomenanya maupun kondisinya.
4. Menurut Woodworth dan Marquis (1957) mengajukan pendapat bahwa
Psikologi Merupakan Ilmu tentang Aktivitas-aktivitas individu
5. Menurut Branca (1964) Psikologi adalah Ilmu tentang Prilaku (dalam
bukunya yang berjudul Psychology: The science of Behaviour).
6. Senada dengan Branca, Morgan, dkk.(1984:4) mengatakan bahwa
Psychology is the science of human and animal behavior. Namun
penerapan dari ilmu itu adalah pada manusia.
7. Sartain, dkk. (1976:19) menyatakan bahwa Psikologi itu merupakan the
science of human behavior. Tetapi para ahli psikologi ini juga
mempelajari prilaku hewan dan dari hasil penelitian tersebut mungkin
dapat berguna untuk mengerti tenteng keadaan manusia.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879,
yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan
tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan
bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan
mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
1. Obyek psikologi
Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka obyek
psikologi biasanya dibedakan menjadi dua macam: a. Obyek material, yakni
obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Adapun obyek material dari
psikologi ialah manusia.
b. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam
penyelidikan psikologi itu. maka obyek formal dari psikologi adalah berbeda beda
menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing.
Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan yang menjadi obyek
formalnya adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Decrates obyek psikologi
itu adalah gejala-gejala kesadaran yakni apa-apa yang langsung kita hayati
dalam kesadaran kita: tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan
sebagainya.. Pada aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada permulaan
abad ke 20 ini yang menjadi obyeknya adalah tingkah laku manusia yang
tampak. Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyeknya
adalah gejala-gejala ketidak sadaran manusia. Pada umumnya psikologi itu
dapat dibagi menjadi dua golongan besar:
a. Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh
Plato dan Aristoteles.
b. Psikologi empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku
manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan atau eksperimen dan
mengumpulkan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-
gejala kejiwaan manusia.
Psikologi empiris dapat dibagi atas:
a. Psikologi umum, yang menyelidiki/mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia
pada umumnya.
b. Psikologi khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut
aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya.
Maka terdapatlah bermacam-macam psikologi seperti antara lain:
- Psikologi Perkembangan
- Psikologi Pemuda
- Psikologi Kedokteran
- Psikologi Kriminal
- Psikologi Teknik
- Psikologi Pendidikan
- Psikologi Sosial
- Psikologi Ketidak sadaran
- Behaviorisme
- Psikologi Gestalt
2. Perkembangan psikologi
a. Psikologi di masa filosof
Sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah
berkembang filsafat mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”.
Rene Descartes (1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi
jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan. Pada awal abad XIX psikologi
mengalami kemajuan yang cukup pesat, Gustaf Tehodore Fechner (1801-1650)
dan Ernest Heinrich Weber (1795-1878) menemukan suatu hukum penginderaan
melalaui eksperimen yang dipublikasikan pada tahun 1860 dalam buku Element
of Pschology. Puncaknya adalah ketika Wilhem Wund (1832-1920) pada tahun
1979 mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig Jerman dan peristiwa
ini menandai psikologi sebagai ilmu mandiri.Tahun 1883 berdiri laboratorium
serupa di Uiversitas John Hopkins.
Tahun 1890 terbit buku The Priciples of Psychology karangan William James
(1842-1910) yang setahun kemudian menjadi profesro psikologi dan sejak itu
hampir semua universitas di Amerika memiliki fakultas yang mandiri. Di
Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang dipelopori oleh
Slamet Iman Santoso dengan mendirikan lembaga pendidikan psikologi pertama
yang mandiri dan pada tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-
fakultas lain di Universitas Indonesia dan kemudian dikembangkan di UNPAD
dan UGM.
Belakangan ini kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan
bermunculannya tokoh-tokoh baru, misalnya BF Skinner (pendekatan
behavioristik), Maslow (teori aktualisasi diri) Roger Wolcott (teori belahan otak),
Albert Bandura (social learning teory), Daniel Goleman (kecerdasan emosi),
Howard Gadner (multiple intelligences) dan sebagainya.
b. Psikologi sebagai ilmu ilmiah
Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi memiliki 5 tujuan utama, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana orang dan spesies lain berperilaku.
2. Untuk memahami penyebab dari perilaku.
3. Untuk memprediksi bagaimana orang dan manusia akan perperilaku pada
kondisi tertentu.
4. Untuk mempengaruhi perilaku melalui pengontrolan pada penyebab.
5. Untuk mengaplikasikan pengetahuan psikologi agar meningkatkan kebahagiaan
manusia.
3. Kaitan psikologi dengan ilmu lain.
Psikologi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain
misalnya filsafat, sosologi, fisiologi, antrpologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut
terhadap psikologi dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan metode yang
digunakan.
4. Metode-metode dalam psikologi
Beberapa metodologi dalam psikologi, di antaranya sebagai berikut :
1. Metodologi Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan
berbagai eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya
suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang
akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan
penelitiannya, dan sebagainya.
2. Observasi Ilmiah
Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak
dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan.
Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain,
misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah
laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang
sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
3. Sejarah Kehidupan
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting
untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita
ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia
bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik
sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
4. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa.
Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-
pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang
mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.
5. Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah
di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang
diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya
secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-
hal yang diselidiki.
6. Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga
dengan psikotes Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostiktertentu yang
hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat
itu dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf
kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur
kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.
B. Pengertian perilaku
Psikologi juga merupakan ilmu tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas
individu ( Branca, 1964; Morgan, dkk,1984 dan Marquis, 1957). Perilaku tersebut
dalam pengertian luas, yaitu perilaku yang tampak dan tidak tampak. Ada
perbedaan dalam pandangan mengenai perilaku yakni pertama adalah perilaku
adalah respons dari sebuah stimulus dan pandangan lainnya adalah perilaku
adalah individu mempunyai kemampuan untuk menentukan perilaku yang
diambilnya. Yang pertama adalah aliran behavioris dan yang kedua aliran
kognitif.
Skinner (1976) membedakan perilaku menjadi 2 yaitu perilaku yang alami
(innate Behavior) dan perilaku operan ( Operant behavior). Perilaku alami adalah
perilaku yang dibawa sejak organism dilahirkan yaitu berupa refleks dan insting-
insting. Perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Pembentukan perilaku.
Diatas telah dijelaskan adalah perilaku manusia sebagian adalah karena
dibentuk. Berkaitan hal itu maka persoalannya adalah bagaimana cara
membentuk suatu perilaku .
- Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan.
Perilaku terbentuk oleh kebiasaan yang dilakukan atau oleh lingkungan yang
akan secara naluri akan mempengaruhi karakter dan perilaku seseorang. Inilah
yang terkadang menjadikan orang satu dengan yanglain dan berlainan daerah
mempunyai perilaku yang berbeda-beda.
- Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight).
Contoh mudahnya adalah kalau kuliah jangan sampai terlambat karena hal itu
akan mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor harus pakai helm,
karena helm sebagai alat untuk keamanan diri. Cara ini memberikan pengajaran
perilaku dengan pengertian.
- Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh.
Contoh atau panutan adalah cara yang selanjutnya. Banyak individu yang
mempunyai kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh orang yang
disukainya, digemari atau panutannya. Dalam hal ini islam memberikan contoh
yakni perbuatan manusia hendaknya menjadikan nabi Muhammad Saw sebagai
panutan dalam berbuat.
Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu
berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Teori insting
Insting merupakan perilaku yang alamim perilaku bawaan dan insting akan
mengalami perubahan karena pengalaman.
b. Teori dorongan
Bila seseorang mempunyai keinginan atau kebutuhan maka hal ini yang akan
membuat orang tersebut akan melakukan sebuah perilaku untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut. Hal inilah yang melandasi teori dorongan ini.
c. Teori insentif
Hadiah, imbalan ataupun pujian juga mempengaruhi seseorang untuk
melakukan suatu tindakan atau perilaku. Ini yang dimaksudkan oleh teori insentif
ini. timbal balik setelah melakukan sebuah perilaku.
d. Teori atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang apakah
karena keadaan internal atau eksternal.
e. Teori kognitif
Ini penggambaran dari suatu keadaan seseorang harus memilih perilaku mana
yang mesti dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilij alternatif perilaku
yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang tersebut.
C. Manusia dengan lingkungannya
Saat membicarakan masalah perilaku tampak jelas bagaimana peran lingkungan
terhadap perilaku manusia.
1. Manusia sebagai makhluk berkembang.
Manusia adalah makhluk hidup dapat ditinjau dari berbagai macam segi
sesuai dengan sudut tinjauan dalam mempelajari manusia itu. Oleh karena itu
tinjauan mengenai manusia dapat bermacam-macam, misal manusia sebagai
makhluk budaya, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk
yang dapat dididik, manusia sebagai makhluk yang berkembang dan
sebagainya. Intinya adalah
a. Manusia itu dapat mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari
perkembangan pada diri manusia itu.
b. Dalam perkembangan manusia itu factor pembawaan dan factor lingkungan
secacra bersama-sama mempunyai peranan, walaupun tidak mengingkari
adanya teori-teori yang lain.
2. Manusia sebagai makhluk individual dan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, adanya hubungan manusia dengan
sekitarnya, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi pada masyarakat.
Manusia sebagai makhluk berketuhanan atau religi adanya hubungan manusia
dengan Sang pencipta, kekuatan yang ada di luar dirinya. Jelasnya manusia
tidak bisa hidup sendiri dan butuh lingkungan sekitar.
3. Beberapa macam hubungan manusia dengan lingkungan.
Bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan sosial tidak hanya
berjalan searah dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh
terhadap individu namun juga individu dapat membentuk hubungan timbal balik.
Seperti hal-hal berikut ini :
a. Individu menolak lingkungan.
Yaitu bila individu tidak sesuai dengan keadaan lingkungannya. Dalam keadaan
tersebut individu dapat memberikan pengaruh atau bentuk sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh individu tadi. Namun hal ini tidaklah mudah. Sebagai
contoh bagaimana seorang Nabi Muhammad Saw yang berada dalam
lingkungan kaum jahiliah dan perlu pengorbanan dan kesabaran dalam
merubahnya menjadi lingkungan yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Individu menerima lingkungan
Yaitu keadaan yang cocok dengan individu tersebut sehingga menjadikan dia
lebih nyaman dalam berkomunikasi dengan sosial lingkungannya.
c. Individu bersikap netral atau status kuo.
Yaitu apabila individu tidak cocok dengan keadaan lingkungan, tetapi individu
tidak melakukan langkah-langkah bagaimana sebaiknya. Individu bersikap diam
saja. Dipandang dari segi kemasyarakatan sikap yang demikian ini sebenarnya
tidak diharapkanm karena bagaimanapun individu dapat mengambil langkah-
langkah bagaimana sebaiknya sekalipun mungkin hal tersebut tidak dapat
memenuhi harapannya.
makalah pengantar psikologi umum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat setiap individu mempunyai beragam
karakter dalam melakukan transaksi kehidupan semisal berkomunikasi dan
berinteraksi dengan sesama. Dari zaman pertama hingga sekarang ini peruatan
tingkah laku manusia dalam bertindak tentu mengalami beberapa fase yang naik
turun dan perkembangannya juga pesat. Secerdas-cerdasnya, sepintar-pintarnya
manusia, ketika hidup di dunia ini pasti membutuhkan orang lain. Contohnya
adalah kami sebagai seorang mahasiswa. Agar proses perkuliahan dapat
berjalan dengan baik maka kami membutuhkan seorang dosen yang mengajar
dan memberikan petunjuk. Kami juga membutuhkan karyawan agar proses
administrasi dapat berjalan lancar. Tidak ketinggalan juga seorang tukang
satpam yang tentu saja mempunyai peran besar atau kecil dalam menentukan
kesuksesan kelak.
Memperhatikan kenyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
bisa meraih kesuksesan dan keterampilan maka kita memerlukan
keperluanberinteraksi dengan orang lain. Dari segi inilah pentingnya psikologi
umum atau sosial. Psikologi umum sejatinya memang memberikan dampak yang
positif bagi yang mempelajarinya karena akan mampu mengerti bagaimana cara
bertindak dalam kehidupan masyarakat dan mempelajari apa yang terjadi dalam
masyarakat lingkungannya secara umum. Untuk pribadi individunya sendiri
perilaku yang semakin berkembang ini menjadi bahan kajian.
Dari permasalahan yang tersebut inilah psikologi menjadi salah satu ilmu
yang patut dipelajari dan dicermati secara mendalam. Permasalahan diatas
memberikan kesadaran kami untuk mengulasnya kedalam sebuah makalah
untuk mendapatkan secara gamblang tentang psikologi.
B. Rumusan masalah
Setelah mengetahui permasalahan tersebut diatas maka kami
mengemukakan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam
pembahasan di BAB II yakni sebagai berikut :
1. Apakah pengertian psikologi dan pembagiannya?
2. Apakah pengertian dan pembahasan perilaku dalam ilmu psikologi?
3. Bagaimanakah hubungan manusia dengan lingkungannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian psikologi
Menurut Sarwono Sarlito dalam buku “ Pengantar Psikologi Umum”
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungan dengan lingkungannya. Menurut asalnya katanya, psikologi berasal
dari bahasa Yunani Kuno: (Psychē yang berarti jiwa) dan (-logia yang artinya
ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang
mempelajari tentang jiwa.
Secara lebih lengkap maka perlu diketengahkan pengertian psikologi
menurut beberapa ahli yang menjadi acuan dalam pembahasan sebagai berikut :
1. Menurut Wundt (Iih. Devidoff, 1981) Psikologi itu Merupakan Ilmu tentang
kesadaran manusia ( the science of human consciousness).
2. Menurut Kulpe yang dimaksud psikologi adalah ilmu mengenai fakta-fakta dari
pengalaman yang bergantung pada pengalaman pribadi.
3. Menurut William James psikologi merupakan ilmu tentang mental life, mencakup
baik fenomenanya maupun kondisinya.
4. Menurut Woodworth dan Marquis (1957) mengajukan pendapat bahwa
Psikologi Merupakan Ilmu tentang Aktivitas-aktivitas individu
5. Menurut Branca (1964) Psikologi adalah Ilmu tentang Prilaku (dalam
bukunya yang berjudul Psychology: The science of Behaviour).
6. Senada dengan Branca, Morgan, dkk.(1984:4) mengatakan bahwa
Psychology is the science of human and animal behavior. Namun
penerapan dari ilmu itu adalah pada manusia.
7. Sartain, dkk. (1976:19) menyatakan bahwa Psikologi itu merupakan the
science of human behavior. Tetapi para ahli psikologi ini juga
mempelajari prilaku hewan dan dari hasil penelitian tersebut mungkin
dapat berguna untuk mengerti tenteng keadaan manusia.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan
panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879,
yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan
tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Dapat dikatakan
bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan
mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
1. Obyek psikologi
Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik, maka obyek
psikologi biasanya dibedakan menjadi dua macam: a. Obyek material, yakni
obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Adapun obyek material dari
psikologi ialah manusia.
b. Obyek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam
penyelidikan psikologi itu. maka obyek formal dari psikologi adalah berbeda beda
menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing.
Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan yang menjadi obyek
formalnya adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Decrates obyek psikologi
itu adalah gejala-gejala kesadaran yakni apa-apa yang langsung kita hayati
dalam kesadaran kita: tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat, kemauan dan
sebagainya.. Pada aliran Behaviorisme yang timbul di Amerika pada permulaan
abad ke 20 ini yang menjadi obyeknya adalah tingkah laku manusia yang
tampak. Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyeknya
adalah gejala-gejala ketidak sadaran manusia. Pada umumnya psikologi itu
dapat dibagi menjadi dua golongan besar:
a. Psikologi metafisika, yang menyelidiki hakekat jiwa seperti yang dilakukan oleh
Plato dan Aristoteles.
b. Psikologi empiri, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku
manusia dengan menggunakan pengamatan, percobaan atau eksperimen dan
mengumpulkan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-
gejala kejiwaan manusia.
Psikologi empiris dapat dibagi atas:
a. Psikologi umum, yang menyelidiki/mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia
pada umumnya.
b. Psikologi khusus, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut
aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya.
Maka terdapatlah bermacam-macam psikologi seperti antara lain:
- Psikologi Perkembangan
- Psikologi Pemuda
- Psikologi Kedokteran
- Psikologi Kriminal
- Psikologi Teknik
- Psikologi Pendidikan
- Psikologi Sosial
- Psikologi Ketidak sadaran
- Behaviorisme
- Psikologi Gestalt
2. Perkembangan psikologi
a. Psikologi di masa filosof
Sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah
berkembang filsafat mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”.
Rene Descartes (1596-1650) mengemukakan bahwa manusia memiliki dimensi
jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan. Pada awal abad XIX psikologi
mengalami kemajuan yang cukup pesat, Gustaf Tehodore Fechner (1801-1650)
dan Ernest Heinrich Weber (1795-1878) menemukan suatu hukum penginderaan
melalaui eksperimen yang dipublikasikan pada tahun 1860 dalam buku Element
of Pschology. Puncaknya adalah ketika Wilhem Wund (1832-1920) pada tahun
1979 mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig Jerman dan peristiwa
ini menandai psikologi sebagai ilmu mandiri.Tahun 1883 berdiri laboratorium
serupa di Uiversitas John Hopkins.
Tahun 1890 terbit buku The Priciples of Psychology karangan William James
(1842-1910) yang setahun kemudian menjadi profesro psikologi dan sejak itu
hampir semua universitas di Amerika memiliki fakultas yang mandiri. Di
Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang dipelopori oleh
Slamet Iman Santoso dengan mendirikan lembaga pendidikan psikologi pertama
yang mandiri dan pada tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-
fakultas lain di Universitas Indonesia dan kemudian dikembangkan di UNPAD
dan UGM.
Belakangan ini kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan
bermunculannya tokoh-tokoh baru, misalnya BF Skinner (pendekatan
behavioristik), Maslow (teori aktualisasi diri) Roger Wolcott (teori belahan otak),
Albert Bandura (social learning teory), Daniel Goleman (kecerdasan emosi),
Howard Gadner (multiple intelligences) dan sebagainya.
b. Psikologi sebagai ilmu ilmiah
Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi memiliki 5 tujuan utama, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana orang dan spesies lain berperilaku.
2. Untuk memahami penyebab dari perilaku.
3. Untuk memprediksi bagaimana orang dan manusia akan perperilaku pada
kondisi tertentu.
4. Untuk mempengaruhi perilaku melalui pengontrolan pada penyebab.
5. Untuk mengaplikasikan pengetahuan psikologi agar meningkatkan kebahagiaan
manusia.
3. Kaitan psikologi dengan ilmu lain.
Psikologi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain
misalnya filsafat, sosologi, fisiologi, antrpologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut
terhadap psikologi dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan metode yang
digunakan.
4. Metode-metode dalam psikologi
Beberapa metodologi dalam psikologi, di antaranya sebagai berikut :
1. Metodologi Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan
berbagai eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya
suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang
akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan
penelitiannya, dan sebagainya.
2. Observasi Ilmiah
Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak
dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan.
Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain,
misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah
laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang
sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
3. Sejarah Kehidupan
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting
untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita
ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia
bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik
sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
4. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa.
Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-
pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang
mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.
5. Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah
di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang
diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya
secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-
hal yang diselidiki.
6. Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologi disebut juga
dengan psikotes Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostiktertentu yang
hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat
itu dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf
kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur
kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.
B. Pengertian perilaku
Psikologi juga merupakan ilmu tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas
individu ( Branca, 1964; Morgan, dkk,1984 dan Marquis, 1957). Perilaku tersebut
dalam pengertian luas, yaitu perilaku yang tampak dan tidak tampak. Ada
perbedaan dalam pandangan mengenai perilaku yakni pertama adalah perilaku
adalah respons dari sebuah stimulus dan pandangan lainnya adalah perilaku
adalah individu mempunyai kemampuan untuk menentukan perilaku yang
diambilnya. Yang pertama adalah aliran behavioris dan yang kedua aliran
kognitif.
Skinner (1976) membedakan perilaku menjadi 2 yaitu perilaku yang alami
(innate Behavior) dan perilaku operan ( Operant behavior). Perilaku alami adalah
perilaku yang dibawa sejak organism dilahirkan yaitu berupa refleks dan insting-
insting. Perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Pembentukan perilaku.
Diatas telah dijelaskan adalah perilaku manusia sebagian adalah karena
dibentuk. Berkaitan hal itu maka persoalannya adalah bagaimana cara
membentuk suatu perilaku .
- Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan.
Perilaku terbentuk oleh kebiasaan yang dilakukan atau oleh lingkungan yang
akan secara naluri akan mempengaruhi karakter dan perilaku seseorang. Inilah
yang terkadang menjadikan orang satu dengan yanglain dan berlainan daerah
mempunyai perilaku yang berbeda-beda.
- Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight).
Contoh mudahnya adalah kalau kuliah jangan sampai terlambat karena hal itu
akan mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor harus pakai helm,
karena helm sebagai alat untuk keamanan diri. Cara ini memberikan pengajaran
perilaku dengan pengertian.
- Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh.
Contoh atau panutan adalah cara yang selanjutnya. Banyak individu yang
mempunyai kecenderungan untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh orang yang
disukainya, digemari atau panutannya. Dalam hal ini islam memberikan contoh
yakni perbuatan manusia hendaknya menjadikan nabi Muhammad Saw sebagai
panutan dalam berbuat.
Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu
berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Teori insting
Insting merupakan perilaku yang alamim perilaku bawaan dan insting akan
mengalami perubahan karena pengalaman.
b. Teori dorongan
Bila seseorang mempunyai keinginan atau kebutuhan maka hal ini yang akan
membuat orang tersebut akan melakukan sebuah perilaku untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut. Hal inilah yang melandasi teori dorongan ini.
c. Teori insentif
Hadiah, imbalan ataupun pujian juga mempengaruhi seseorang untuk
melakukan suatu tindakan atau perilaku. Ini yang dimaksudkan oleh teori insentif
ini. timbal balik setelah melakukan sebuah perilaku.
d. Teori atribusi
Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku seseorang apakah
karena keadaan internal atau eksternal.
e. Teori kognitif
Ini penggambaran dari suatu keadaan seseorang harus memilih perilaku mana
yang mesti dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilij alternatif perilaku
yang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang tersebut.
C. Manusia dengan lingkungannya
Saat membicarakan masalah perilaku tampak jelas bagaimana peran lingkungan
terhadap perilaku manusia.
1. Manusia sebagai makhluk berkembang.
Manusia adalah makhluk hidup dapat ditinjau dari berbagai macam segi
sesuai dengan sudut tinjauan dalam mempelajari manusia itu. Oleh karena itu
tinjauan mengenai manusia dapat bermacam-macam, misal manusia sebagai
makhluk budaya, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk
yang dapat dididik, manusia sebagai makhluk yang berkembang dan
sebagainya. Intinya adalah
a. Manusia itu dapat mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari
perkembangan pada diri manusia itu.
b. Dalam perkembangan manusia itu factor pembawaan dan factor lingkungan
secacra bersama-sama mempunyai peranan, walaupun tidak mengingkari
adanya teori-teori yang lain.
2. Manusia sebagai makhluk individual dan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, adanya hubungan manusia dengan
sekitarnya, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi pada masyarakat.
Manusia sebagai makhluk berketuhanan atau religi adanya hubungan manusia
dengan Sang pencipta, kekuatan yang ada di luar dirinya. Jelasnya manusia
tidak bisa hidup sendiri dan butuh lingkungan sekitar.
3. Beberapa macam hubungan manusia dengan lingkungan.
Bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan sosial tidak hanya
berjalan searah dalam arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh
terhadap individu namun juga individu dapat membentuk hubungan timbal balik.
Seperti hal-hal berikut ini :
a. Individu menolak lingkungan.
Yaitu bila individu tidak sesuai dengan keadaan lingkungannya. Dalam keadaan
tersebut individu dapat memberikan pengaruh atau bentuk sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh individu tadi. Namun hal ini tidaklah mudah. Sebagai
contoh bagaimana seorang Nabi Muhammad Saw yang berada dalam
lingkungan kaum jahiliah dan perlu pengorbanan dan kesabaran dalam
merubahnya menjadi lingkungan yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Individu menerima lingkungan
Yaitu keadaan yang cocok dengan individu tersebut sehingga menjadikan dia
lebih nyaman dalam berkomunikasi dengan sosial lingkungannya.
c. Individu bersikap netral atau status kuo.
Yaitu apabila individu tidak cocok dengan keadaan lingkungan, tetapi individu
tidak melakukan langkah-langkah bagaimana sebaiknya. Individu bersikap diam
saja. Dipandang dari segi kemasyarakatan sikap yang demikian ini sebenarnya
tidak diharapkanm karena bagaimanapun individu dapat mengambil langkah-
langkah bagaimana sebaiknya sekalipun mungkin hal tersebut tidak dapat
memenuhi harapannya.
Hubungan psikologi sosial dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
Serge moscovici seorang psikolog sosial perancis menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu system sosial yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Dalam mengambil fokus ini psikologi sosial beririsan dengan filsafat, sejarah, seni dan musik. Selain itu psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Dalam hal ini psikologi sosial misalnya mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah dan serangan jantung. Karena perspektif ini, maka dibahas tentang persepsi, kognisi dan respon fisiologis.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi sosial adalah memfokuskan pada individu daripada kelompok atau unit.sementara ahli ilmu sosial yang lain mempergunakan analisis kemasyarakatan yakni mempergunakan faktor-faktor secara luas untuk menjelaskan perilaku sosial. Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok. Kelompok itu dapat kecil (keluarga), atau moderat (perkumpulan mahasiswa, klub sepakbola), atau luas (suatu masyarakat).
Sementara bidang studi lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu adalah psikologi kerpibadian. Pendekatan psikologi kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi sosial adalah mengidentifikasikan respon (cara bereaksi) dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.
Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindak kekerasan. Pendekatan kemasyarakatan cenderung menunjukkan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi yang cepat, dan industrialisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukkan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan; kejahatan lebih banyak timbul di daerah kumuh ketimbang di lingkungan elit; kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun di saat kondisi ekonomi membaik.
Sementara pendekatan individual dalam bidang psikologi yang lain (psikologi kepribadian, perkembangan dan klinis) cenderung menjelaskan kriminalitas berdasarkan karakteristik dan pengalaman criminal individu yang unik. Pendekatan ini akan mempelajari perbedaan individual yang menyebabkan sebagian orang melakukan tindak criminal, yang tidak dilakukan oleh orang lain dengan latar belakang yang sama, untuk itu, biasanya mereka memusatkan pada latar belakang individu, misalnya bagaimana
perkembangan orang itu? Disiplin apakah yang diterapkan orang tuanya? Mungkin orang tua yang kasar cenderung menumbuhkan anak belajar berperilaku kasar?. Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan latar belakang keluarga anak yang nakal dengan yang tidak nakal. Jadi analisis semacam ini memusatkan pada bagaimana dalam situasi yang sama orang dapat melakukan perilaku yang berbeda karena pengalaman masa lalu yang unik.
Sebaliknya psikologi sosial lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi sosial yang terjadi. Psikologi sosial mempelajari perasaan subyektif yang biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi perilaku. Situasi interpersonal apa yang menimbulkan perasaan marah, dan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku agresi? Sebagai contoh, salah satu prinsip dasar psikologi sosial adalah bahwa situasi frustasi akan membuat orang marah, yang memperbesar kemungkinan timbulnya mereka melakukan perilaku agresi. Akibat situasi yang menimbulkan frustasi ini merupakan penjelasan alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan. Hubungan itu tidak hanya menjelaskan mengapa perilaku agresif terjadi dalam situasi tertentu, tetapi juga menjelaskan mengapa faktor ekonomi dan kemasyarakatan menimbulkan kejahatan. Misalnya, orang miskin berduyun-duyun dating ke kota akan mengalami frustasi; mereka ternyata sulit mencari pekerjaan, mereka tidka dapat membeli apa yang mereka inginkan, tidak dapat hidup layak seperti yang mereka bayangkan. Dan frustasi ini merupakan sebab utama munculnya sebagian besar perilaku criminal. Psikologi sosial biasanya juga menyangkut perasaan-perasaan subyektif yang ditimbulkan situasi interpersonal, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu. Dalam contoh ini situasi frustasi menimbulkan kemarahan, yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku agresif.
Kesimpulan : pada dasarnya psikologi sosial sangat berhubungan dengan ilmu sosial lain nya, dimana psikologi sosial merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial lainnya!
Hubungan psikologi sosial dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
Serge moscovici seorang psikolog sosial perancis menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu system sosial yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Dalam mengambil fokus ini psikologi sosial beririsan dengan filsafat, sejarah, seni dan musik. Selain itu psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Dalam hal ini psikologi sosial misalnya mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah dan serangan jantung. Karena perspektif ini, maka dibahas tentang persepsi, kognisi dan respon fisiologis.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi sosial adalah memfokuskan pada individu daripada kelompok atau unit.sementara ahli ilmu sosial yang lain mempergunakan analisis kemasyarakatan yakni mempergunakan faktor-faktor secara luas untuk menjelaskan perilaku sosial. Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok. Kelompok itu dapat kecil (keluarga), atau moderat (perkumpulan mahasiswa, klub sepakbola), atau luas (suatu masyarakat).
Sementara bidang studi lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu adalah psikologi kerpibadian. Pendekatan psikologi kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi sosial adalah mengidentifikasikan respon (cara bereaksi) dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.
Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindak kekerasan. Pendekatan kemasyarakatan cenderung menunjukkan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi yang cepat, dan industrialisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukkan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan; kejahatan lebih banyak timbul di daerah kumuh ketimbang di lingkungan elit; kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun di saat kondisi ekonomi membaik.
Sementara pendekatan individual dalam bidang psikologi yang lain (psikologi kepribadian, perkembangan dan klinis) cenderung menjelaskan kriminalitas berdasarkan karakteristik dan pengalaman criminal individu yang unik. Pendekatan ini akan mempelajari perbedaan individual yang menyebabkan sebagian orang melakukan tindak criminal, yang tidak dilakukan oleh orang lain dengan latar belakang yang sama, untuk itu, biasanya mereka memusatkan pada latar belakang individu, misalnya bagaimana perkembangan orang itu? Disiplin apakah yang diterapkan orang tuanya? Mungkin orang tua yang kasar cenderung menumbuhkan anak belajar berperilaku kasar?. Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan latar belakang keluarga anak yang nakal dengan yang tidak nakal. Jadi analisis semacam ini memusatkan pada bagaimana dalam situasi yang sama orang dapat melakukan perilaku yang berbeda karena pengalaman masa lalu yang unik.
Sebaliknya psikologi sosial lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi sosial yang terjadi. Psikologi sosial mempelajari perasaan subyektif yang biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi perilaku. Situasi interpersonal apa yang menimbulkan perasaan marah, dan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku agresi? Sebagai contoh, salah satu prinsip dasar psikologi sosial adalah bahwa situasi frustasi akan membuat orang marah, yang memperbesar kemungkinan timbulnya mereka melakukan perilaku agresi. Akibat situasi yang menimbulkan frustasi ini merupakan penjelasan alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan. Hubungan itu tidak hanya menjelaskan mengapa perilaku agresif terjadi dalam situasi tertentu, tetapi juga menjelaskan mengapa faktor ekonomi dan kemasyarakatan menimbulkan kejahatan. Misalnya, orang miskin
berduyun-duyun dating ke kota akan mengalami frustasi; mereka ternyata sulit mencari pekerjaan, mereka tidka dapat membeli apa yang mereka inginkan, tidak dapat hidup layak seperti yang mereka bayangkan. Dan frustasi ini merupakan sebab utama munculnya sebagian besar perilaku criminal. Psikologi sosial biasanya juga menyangkut perasaan-perasaan subyektif yang ditimbulkan situasi interpersonal, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu. Dalam contoh ini situasi frustasi menimbulkan kemarahan, yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku agresif.
Kesimpulan : pada dasarnya psikologi sosial sangat berhubungan dengan ilmu sosial lain nya, dimana psikologi sosial merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial lainnya!
Hubungan psikologi sosial dengan ilmu-ilmu sosial lainnya
Serge moscovici seorang psikolog sosial perancis menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan diantara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya. Sebab psikologi sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu system sosial yang lebih luas dan karena itu menarik kedalamnya sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan ekonomi. Psikologi sosial mengakui aktifitas manusia yang rentangnya luas dan pengaruh budaya serta perilaku manusia dimasa lampau. Dalam mengambil fokus ini psikologi sosial beririsan dengan filsafat, sejarah, seni dan musik. Selain itu psikologi sosial memiliki perspektif luas dengan berusaha memahami relevansi dari proses internal dari aktivitas manusia terhadap perilaku sosial. Dalam hal ini psikologi sosial misalnya mungkin mempertanyakan bagaimana keadaan orang setelah menyaksikan suatu kejadian menakutkan akan mempengaruhi arousal secara fisiologis, seperti tekanan darah dan serangan jantung. Karena perspektif ini, maka dibahas tentang persepsi, kognisi dan respon fisiologis.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa cirikhas dari psikologi sosial adalah memfokuskan pada individu daripada kelompok atau unit.sementara ahli ilmu sosial yang lain mempergunakan analisis kemasyarakatan yakni mempergunakan faktor-faktor secara luas untuk menjelaskan perilaku sosial. Misalnya sosiologi lebih tertarik pada struktur dan fungsi kelompok. Kelompok itu dapat kecil (keluarga), atau moderat (perkumpulan mahasiswa, klub sepakbola), atau luas (suatu masyarakat).
Sementara bidang studi lain dari psikologi yang tertarik pada keunikan dari perilaku individu adalah psikologi kerpibadian. Pendekatan psikologi kepribadian adalah membandingkan masing-masing orang. Sementara pendekatan psikologi sosial adalah mengidentifikasikan respon (cara bereaksi) dari sebagian besar atau kebanyakan orang dalam suatu situasi dan meneliti bagaimana situasi itu mempengaruhi respon tersebut.
Marilah kita bandingkan ketiga pendekatan tersebut dengan menggunakan contoh yang spesifik untuk menganalisis terjadinya tindak kekerasan. Pendekatan kemasyarakatan cenderung menunjukkan adanya kaitan antara tingkat kejahatan yang tinggi dengan kemiskinan, urbanisasi yang cepat, dan industrialisasi dalam suatu masyarakat. Untuk membuktikan kesimpulan ini, mereka menunjukkan beberapa fakta tertentu : orang yang miskin lebih sering melakukan kejahatan; kejahatan lebih banyak timbul di daerah kumuh
ketimbang di lingkungan elit; kriminalitas meningkat pada masa resesi ekonomi dan menurun di saat kondisi ekonomi membaik.
Sementara pendekatan individual dalam bidang psikologi yang lain (psikologi kepribadian, perkembangan dan klinis) cenderung menjelaskan kriminalitas berdasarkan karakteristik dan pengalaman criminal individu yang unik. Pendekatan ini akan mempelajari perbedaan individual yang menyebabkan sebagian orang melakukan tindak criminal, yang tidak dilakukan oleh orang lain dengan latar belakang yang sama, untuk itu, biasanya mereka memusatkan pada latar belakang individu, misalnya bagaimana perkembangan orang itu? Disiplin apakah yang diterapkan orang tuanya? Mungkin orang tua yang kasar cenderung menumbuhkan anak belajar berperilaku kasar?. Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan latar belakang keluarga anak yang nakal dengan yang tidak nakal. Jadi analisis semacam ini memusatkan pada bagaimana dalam situasi yang sama orang dapat melakukan perilaku yang berbeda karena pengalaman masa lalu yang unik.
Sebaliknya psikologi sosial lebih berpusat pada usaha memahami bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi sosial yang terjadi. Psikologi sosial mempelajari perasaan subyektif yang biasanya muncul dalam situasi sosial tertentu, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi perilaku. Situasi interpersonal apa yang menimbulkan perasaan marah, dan meningkatkan atau menurunkan kemungkinan munculnya perilaku agresi? Sebagai contoh, salah satu prinsip dasar psikologi sosial adalah bahwa situasi frustasi akan membuat orang marah, yang memperbesar kemungkinan timbulnya mereka melakukan perilaku agresi. Akibat situasi yang menimbulkan frustasi ini merupakan penjelasan alternative mengenai sebab timbulnya kejahatan. Hubungan itu tidak hanya menjelaskan mengapa perilaku agresif terjadi dalam situasi tertentu, tetapi juga menjelaskan mengapa faktor ekonomi dan kemasyarakatan menimbulkan kejahatan. Misalnya, orang miskin berduyun-duyun dating ke kota akan mengalami frustasi; mereka ternyata sulit mencari pekerjaan, mereka tidka dapat membeli apa yang mereka inginkan, tidak dapat hidup layak seperti yang mereka bayangkan. Dan frustasi ini merupakan sebab utama munculnya sebagian besar perilaku criminal. Psikologi sosial biasanya juga menyangkut perasaan-perasaan subyektif yang ditimbulkan situasi interpersonal, yang kemudian mempengaruhi perilaku individu. Dalam contoh ini situasi frustasi menimbulkan kemarahan, yang kemudian menyebabkan timbulnya perilaku agresif.
Kesimpulan : pada dasarnya psikologi sosial sangat berhubungan dengan ilmu sosial lain nya, dimana psikologi sosial merupakan bagian dari semua cabang ilmu sosial lainnya!