kepatuhan auditor terhadap international … · 2019. 12. 24. · semi finalis atv audit...
TRANSCRIPT
-
i
KEPATUHAN AUDITOR TERHADAP INTERNATIONAL
STANDARDS ON AUDITING (ISA)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Sinta Amelia
NIM: 11140820000034
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/ 2019 M
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Sinta Amelia
2. Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 13 Maret 1997
3. Alamat : Kp. Ciater II, RT 001, RW 08, Lengkong
Wetan, Serpong, Tangerang Selatan,
Banten, 15322
4. No. Telp : 0857-7499-5010
5. Alamat e-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
Tahun 2002 – 2008 : SD Negeri Bandungsari 02
Tahun 2008 – 2011 : SMP PGRI Serpong
Tahun 2011 – 2014 : SMK Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2014 – 2019 : S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGHARGAAN
1. Semi Finalis ATV Audit (Universitas Indonesia), 2017
2. Delegasi KKN Bersama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2017
3. Juara Favorit Lomba Menulis Novel (Penerbit Hanami), 2015
4. Penulis dari 1 Novel dan 3 Antologi Bersama
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Sekretariat UKM Menwa UIN Jakarta, 2015 – 2016
2. Hubungan Masyarakat IYOIN LC Tangerang, 2016
3. Kepala Sekretariat UKM Menwa UIN Jakarta, 2016 – 2017
4. Anggota Divisi Education and Research, FRESH UIN Jakarta, 2018
5. Relawan Divisi Seleksi SabangMerauke, 2019
mailto:[email protected]
-
vii
V. Pengalaman Kerja
1. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang BSD sebagai staf Magang periode
Maret – April 2013
2. Rumah Sakit UIN Jakarta sebagai staf Magang divisi Akuntansi periode
Desember 2017
3. KAP Rama Wendra cabang Tangerang sebagai Junior Auditor periode
Januari – Maret 2018
4. Worqers (perusahaan start up) sebagai Squad Finance, Accounting and
Tax periode September – Oktober 2018
VI. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Nuridin
2. Ibu : Carsem
3. Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
-
viii
AUDITOR COMPLIANCE WITH INTERNATIONAL STANDARDS ON
AUDITING (ISA)
ABSTRACT
This research aims to determine whether auditors in Indonesia have
complied with international audit standards or International Standards on Auditing
(ISA) issued by the International Auditing and Assurance Standards Board
(IAASB). This study also aims to find out the standards with the highest level of
compliance among the standards in the ISA. Data was obtained by creating a
questionnaire at the Public Accounting Firm in the Jakarta, Tangerang, South
Tangerang and Bekasi regions. The number of auditors who were sampled in this
study were 48 auditors from 15 Public Accounting Firms. The sample is a senior
auditor, supervisor, manager and partner. The method of determining the sample
used in this study is purposive sampling, while the data processing method used by
the researcher is a z test with one sample t-test in SPSS version 25.
The results of this study indicate that the auditor has complied with all the
standards that exist in the ISA. This study also shows that the highest standards
complied with by auditors are ISA 200, ISA 501 and ISA 320 standards. The
auditors adhere to standards, but not fully, among other ISA standards are ISA 610,
ISA 260 and ISA 620.
Key words: International Standards on Auditing (ISA), Auditor Compliance,
IAASB, Public Accountants.
-
ix
KEPATUHAN AUDITOR TERHADAP INTERNATIONAL STANDARDS
ON AUDITING (ISA)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah auditor di Indonesia
sudah patuh terhadap standar audit internasional atau International Standards on
Auditing (ISA) yang diterbitkan oleh International Auditing and Assurance
Standards Board (IAASB). Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui standar
dengan tingkat kepatuhan tertinggi di antara standar-standar yang ada pada ISA.
Data diperoleh dengan menyebakan kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di
wilayah Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan dan Bekasi. Jumlah auditor yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 48 auditor dari 15 Kantor Akuntan
Publik. Yang menjadi sampel adalah auditor senior, supervisor, manager dan
partner. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti
adalah uji z dengan one sample t-test di SPSS versi 25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor telah mematuhi seluruh
standar-standar yang ada pada ISA. Penelitian ini juga menunjukkan standar
tertinggi yang dipatuhi auditor adalah standar ISA 200, ISA 501 dan ISA 320.
Adapun standar yang sudah dipatuhi auditor, namun belum secara sepenuhnya, di
antara standar ISA lainnya adalah ISA 610, ISA 260 dan ISA 620.
Kata kunci: International Standards on Auditing (ISA), Kepatuhan Auditor,
IAASB, Akuntan Publik.
-
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
serta kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul: “Kepatuhan Auditor terhadap International Standards on Auditing
(ISA)”. Sholawat serta salam senantiasa kepada Nabi Muhammad SAW, teladan
bagi insan di muka bumi.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mencapai
gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya banyak pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orangtua (Nuridin/Bapak dan Carsem/Ibu), yang memberikan dukungan
baik semangat, moril dan materil untuk penulis, yang tidak pernah lelah untuk
bersabar menanti anaknya untuk lulus. Pak, Bu, terima kasih, love ya!
2. Adik dan kakak sepupu penulis (Ntika dan Aa’ Solihin) yang ikut bersabar,
memberikan bantuan, dukungan dan motivasi yang tiada henti kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak, CA, QIA, BKP selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitria, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA, CPA selaku dosen Pembimbing
Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabra memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
-
xi
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
8. Seluruh jajaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas bantuan,
perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.
9. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.
10. Seluruh bagian dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mendukung penulis
dengan mengizinkan penulis menyebar kuesioner di KAP mereka serta
mendoakan kelancaran pembuatan skripsi ini.
11. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang, Nur Episa
yang telah berjuang bersama-sama dari semester awal hingga saat ini dan juga
roommate, Sarah Maulidiyanti, sebagai teman diskusi dan senanstiasa selalu
memberikan motivasi, doa dan dukungan untuk penulis.
12. Sahabat-sahabat tercinta penulis sejak masa SMK (Margaretta, Ayu, Ulfah,
Hasti, Atma, Ulfah, Uce, Laras) yang siap sedia untuk menemani penulis
menyelesaikan skripsi ini. Love ya gengs!
13. Kawan-kawan Akuntansi 2014, terutama Utami dan Barry, yang sudah
memberikan dukungan dan masukan kepada penulis, selama penyusunan
skripsi ini dan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Thanks a bunch!
14. Sahabat-sahabat belajar Al-Qur’an (Rizka, Kak Yuniar, Kak Althaf dan Bang
Rendy) yang sudah menjadi saudara, dengan izin-Nya, semesta mendukung
atas pertemuan kita semua. Terima kasih untuk semua masukan, nasihat,
dukungan dan diskusi bersama penulis (terutama dalam rangka menghadapi
ujian bernama skripsi ini).
15. Sahabat-sahabat dari keluarga besar UKM Resimen Mahasiswa “Wira
Dharma” UIN Jakarta (Athar, Fikri, Cakra, Puteri Tonisa, Kak Khaidir) yang
masih menerima penulis dengan segala kekurangan juga atas dukungan dan
doa kepada penulis.
16. Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, namun atas izin-
Nya, semesta mendukung, untuk semua bantuan yang tidak terduga yang
datang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih.
-
xii
DAFTAR ISI
COVER DALAM ................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. .iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 8
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 12
1. Teori Regulasi ........................................................................................ 12
2. Teori Kepatuhan ..................................................................................... 14
3. Audit dan Standar Audit ......................................................................... 16
4. Kepatuhan Auditor ................................................................................. 21
5. International Standards on Auditing (ISA) ............................................ 25
B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................... 42
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 46
1. Pengembangan Hipotesis........................................................................ 46
-
xiii
2. Kerangka Penelitian................................................................................ 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 50
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 50
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 51
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ................................................... 51
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ................................................... 51
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian.......................................................... 52
1. Kepatuhan Auditor ................................................................................. 52
2. International Standards on Auditing (ISA)............................................. 53
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 56
1. Analisis Data Deskriptif ......................................................................... 56
2. Uji Kualitas Data .................................................................................... 57
3. Uji Normalitas ........................................................................................ 58
4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 59
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 64
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 64
2. Karakteristik Profil Responden .............................................................. 66
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 71
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 71
2. Hasil Uji Validitas .................................................................................. 72
3. Hasil Uji Reliabilitas .............................................................................. 85
4. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 92
5. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 95
C. PEMBAHASAN ...................................................................................... 106
1. Kepatuhan Auditor terhadap ISA 200 – 299 (Prinsip-prinsi Umum dan
Tanggung Jawab .......................................................................................... 106
2. Kepatuhan Auditor terhadap ISA 300 – 450 (Penilaian Risiko dan
Respon terhadap Risiko yang telah Dinilai) ................................................ 110
3. Kepatuhan Auditor terhadap ISA 500 – 580 (Bukti Audit) ................. 113
4. Kepatuhan Auditor terhadap ISA 600 – 620 (Penggunaan Pekerjaan
Pihak Lain) ................................................................................................... 117
-
xiv
5. Kepatuhan Auditor terhadap ISA 700 – 720 (Kesimpulan Audit dan
Pelaporan) .................................................................................................... 119
6. Kepatuhan Auditor terhadap ISA 800 – 810 (Area-area Khusus) ........ 122
7. Standar ISA yang Paling Tinggi Dipatuhi oleh Auditor ...................... 123
8. Standar ISA yang Belum Sepenuhnya Dipatuhi oleh Auditor ............. 125
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 134
A. Kesimpulan .............................................................................................. 134
B. Implikasi ................................................................................................... 135
C. Keterbatasan ............................................................................................. 136
D. Saran ......................................................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 138
LAMPIRAN ....................................................................................................... 142
-
xv
DAFTAR TABEL
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................... 42
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................................... 54
4.1 Data Distribusi Penyebaran Kuesioner ........................................................... 64
4.2 Data Sampel Penelitian ................................................................................... 65
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 66
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia .......................................... 67
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ......................... 68
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................ 68
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ............................... 69
4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lokasi Kerja ............................ 70
4.9 Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................................... 71
4.10 Hasil Uji Validitas ISA 200 .......................................................................... 73
4.11 Hasil Uji Validitas ISA 210 .......................................................................... 73
4.12 Hasil Uji Validitas ISA 220 .......................................................................... 73
4.13 Hasil Uji Validitas ISA 230 .......................................................................... 74
4.14 Hasil Uji Validitas ISA 240 .......................................................................... 74
4.15 Hasil Uji Validitas ISA 250 .......................................................................... 74
4.16 Hasil Uji Validitas ISA 260 .......................................................................... 75
4.17 Hasil Uji Validitas ISA 265 .......................................................................... 75
4.18 Hasil Uji Validitas ISA 300 .......................................................................... 75
4.19 Hasil Uji Validitas ISA 315 .......................................................................... 76
4.20 Hasil Uji Validitas ISA 320 .......................................................................... 76
4.21 Hasil Uji Validitas ISA 330 .......................................................................... 76
4.22 Hasil Uji Validitas ISA 402 .......................................................................... 77
4.23 Hasil Uji Validitas ISA 450 .......................................................................... 77
4.24 Hasil Uji Validitas ISA 500 .......................................................................... 77
4.25 Hasil Uji Validitas ISA 501 .......................................................................... 78
4.26 Hasil Uji Validitas ISA 505 .......................................................................... 78
4.27 Hasil Uji Validitas ISA 510 .......................................................................... 78
4.28 Hasil Uji Validitas ISA 520 .......................................................................... 79
-
xvi
4.29 Hasil Uji Validitas ISA 530 .......................................................................... 79
4.30 Hasil Uji Validitas ISA 540 .......................................................................... 79
4.31 Hasil Uji Validitas ISA 550 .......................................................................... 80
4.32 Hasil Uji Validitas ISA 560 .......................................................................... 80
4.33 Hasil Uji Validitas ISA 570 .......................................................................... 80
4.34 Hasil Uji Validitas ISA 580 .......................................................................... 81
4.35 Hasil Uji Validitas ISA 600 .......................................................................... 81
4.36 Hasil Uji Validitas ISA 610 .......................................................................... 81
4.37 Hasil Uji Validitas ISA 620 .......................................................................... 82
4.38 Hasil Uji Validitas ISA 700 .......................................................................... 82
4.39 Hasil Uji Validitas ISA 705 .......................................................................... 82
4.40 Hasil Uji Validitas ISA 706 .......................................................................... 83
4.42 Hasil Uji Validitas ISA 710 .......................................................................... 83
4.43 Hasil Uji Validitas ISA 720 .......................................................................... 83
4.43 Hasil Uji Validitas ISA 800 .......................................................................... 84
4.44 Hasil Uji Validitas ISA 805 .......................................................................... 84
4.45 Hasil Uji Validitas ISA 810 .......................................................................... 84
4.46 Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................................... 85
4.47 Hasil Uji Item-Total Statistic Variabel ISA 230 ........................................... 87
4.48 Hasil Uji Item-Total Statistic Variabel ISA 240 ........................................... 88
4.49 Hasil Uji Item-Total Statistic Variabel ISA 501 ........................................... 89
4.50 Hasil Uji Item-Total Statistic Variabel ISA 530 ........................................... 90
4.51 Hasil Uji Item-Total Statistic Variabel ISA 560 ........................................... 91
4.52 Hasil Uji Item-Total Statistic Variabel ISA 580 ........................................... 92
4.53 Hasil Uji Normalitas (Skewness dan Kurtosis) ............................................. 93
4.54 Hasil Uji z Bagian 1 (untuk variabel dengan 1 pertanyaan) ......................... 97
4.55 Hasil Uji z Bagian 2 (untuk variabel dengan 2 pertanyaan) ......................... 99
4.56 Hasil Uji z Bagian 3 (untuk variabel dengan 4 pertanyaan) ....................... 103
4.57 Hasil Peringkat Kepatuhan Auditor terhadap ISA ...................................... 104
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Struktur Pernyataan Standar Internasional Dari IAASB .................................. 21
2.2 Kerangka Penelitian ........................................................................................ 49
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penelitian Skripsi
2. Surat Keterangan dari KAP
3. Kuesioner Penelitian
4. Daftar Jawaban Responden
5. Output Hasil Pengujian Data
-
xix
DAFTAR ISTILAH
AAA : American Accounting Association
FRC : Financial Reporting Council
GAAS : Generally Accepted Auditing Standards
IAASB : International Auditing and Assurance Standards Board
IAPC : International Auditing Practice Comitte
IAPI : Institut Akuntan Publik Indonesia
IFAC : International Federation of Accountants
ISA : International Standards on Auditing
ISAE : International Standards on Assurance Engagements
ISRE : International Standards on Related Services
ISCQ : International Standards on Quality Control
KAP : Kantor Akuntan Publik
OJK : Otoritas Jasa Keuangan
ROSC : Report On The Observance of Standards and Codes
SEC : Securities and Exhange Commission (Amerika Serikat)
SPAP : Standar Profesi Akuntan Publik
TCWG : Those Charge With Governance
TJ : Tanya Jawab (dari IAPI)
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam 10 tahun terakhir, terdapat beberapa kasus kecurangan
pelaporan keuangan yang menimbulkan kerugian yang cukup besar dan
melibatkan auditor dari Kantor Akuntan Publik yang secara global merupakan
termasuk KAP Big Four. Di antaranya yaitu kasus Colonial Bank yang diaudit
oleh PwC (PricewaterhouseCoopers), kasus Quindell yang diaudit oleh KPMG
dan kasus Tech Data Ltd yang diaudit oleh EY (Ernst & Young), seperti yang
dilaporkan oleh Pat Sweet dalam laman accountancydaily.com (yang diakses
pada tanggal 30 Agustus 2018, pukul 09.30 WIB).
PwC diharuskan membayar USD$625 juta (£474 juta) kepada regulator
Amerika Serikat (Federal Deposit Insurance Corporation/ FDIC), yang mana
merupakan rekor untuk Kantor Akuntan Publik. Pembayaran tersebut harus
dilakukan oleh PwC setelah Hakim Federal memutuskan auditor telah gagal
mendeteksi penipuan di Colonial Bank, yang bangkrut pada tahun 2009.
KPMG mendapatkan teguran dan harus menyerahkan denda sebesar
£4.5 juta kepada Financial Reporting Council (FRC), dan mitra audit
perusahaan, William Smith telah ditegur dan didenda juga sebesar 120.000
poundsterling, setelah mengakui kesalahan sehubungan dengan audit atas
laporan keuangan Quindell plc untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013.
Setelah dilakukan penyelidikan oleh Financial Reporting Council (FRC), EY
telah ditegur dan didenda £1.8 juta, setelah mengakui kesalahan dalam
-
2
kaitannya dengan audit laporan keuangan Tech Data Ltd (sebelumnya dikenal
sebagai Computer 2000 Distribution Ltd), untuk tahun keuangan yang berakhir
pada 31 Januari 2012.
Baru-baru ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi menjatuhkan
sanksi administratif kepada Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik
yang mengaudit laporan keuangan SNP Finance (PT Sunprima Nusantara
Pembiayaan), berupa pembatalan pendaftaran kepada KAP Satrio, Bing, Eny
dan Rekan yang terafiliasi dengan Deloitte Indonesia. Mengutip laman
www.cnbcindonesia.com (yang diakses pada 30 Agustus 2018, pukul 10.23
WIB), Akuntan Publik terkait dianggap belum sepenuhnya memenuhi standar
audit dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan SNP Finance.
Menurut keterangan dari Bendahara Negara dikutip dari laman yang sama,
Otoritas Jasa Keuangan juga menginformasikan adanya pelanggaran prosedur
audit oleh KAP. Berdasarkan hasil pemeriksaan OJK, SNP Finance terindikasi
menyajikan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang
sebenarnya.
Adalah tugas dan tanggung jawab seorang auditor (akuntan publik)
sebagai pihak yang independen untuk memastikan bahwa laporan keuangan
yang diperiksa dapat diandalkan dan wajar. Kasus kecurangan dan kesalahan
pelaporan di atas yang melibatkan pihak akuntan publik, membuat timbul
keraguan masyarakat luas atas profesi ini. Hal ini tentu menjadi pekerjaan
rumah bersama untuk meningkatkan kualitas audit untuk dapat mendukung
peningkatan nilai perusahaannya, dengan memastikan bahwa laporan
keuangan sudah wajar dan dapat diandalkan (Harahap, Suciati, Puspitasari,
http://www.cnbcindonesia.com/
-
3
Rahmianty, 2017). Peningkatan kualitas audit dapat mengurangi terjadinya
kasus serupa yang menimbulkan kerugian bukan hanya pada perusahaan dan
auditor itu sendiri melainkan juga berdampak merugikan pada investor,
kreditor bahkan masyarakat luas.
Menjawab tantangan untuk meningkatkan kredibilitas atas profesi
Akuntan Publik atas skandal-skandal perusahaan yang terjadi, IAASB
(International Auditing and Assurance Standards Board) adalah salah satu
regulator internasional yang fokus pada audit perusahan publik dan kualitas
standar audit (McWall, 2009). IAASB adalah komite tetap dari International
Federation of Accountants (IFAC) yang memiliki lebih dari 167 anggota badan
professional (Foukslynch dalam Ashe, Sserwanga, Natamba, 2014). IFAC
bekerja untuk melakukan harmonisasi standar internasional mengenai standar
audit dan hal tersebut akan memastikan keseragaman pelaporan yang mengarah
pada pengambilan keputusan yang dapat diandalkan secara internasional
(IOSCO, dalam Ashe, Sserwanga, Natamba, 2004). Sejak tahun 1978, IAASB
yang dulu bernama IAPC (International Auditing Practice Comitte) sudah
mencanangkan satu standar audit bertaraf internasional, dan akhirnya pada
tahun 1991, terlahirlah International Standards on Auditing (ISA).
International Standards on Auditing (ISA) atau Standar Internasional
Audit adalah prinsip-prinsip dasar dan prosedur penting bersama dengan
panduan terkait dalam bentuk penjelasan dan catatan materi lainnya. ISA
seperti yang telah disebutkan, dikeluarkan oleh IAASB untuk diikuti oleh
auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan dan mengeluarkan pendapat atas
laporan keuangan tersebut (Ashe, Sserwanga, Natamba, 2014). Pada tahun
-
4
2004, IAASB membentuk sebuah proyek yang bernama Clarity Project
(IAASB, 2007). Clarity Project merupakan suatu proyek yang dirancang untuk
meningkatkan kejelasan pernyataan atas laporan keuangan. Hal ini juga
bertujuan untuk mendorong penggunaan standar ISA yang lebih masif serta
untuk memfasilitasi penerjemahan ISA ke dalam bahasa masing-masing negara
yang mengadopsi ISA. Clarity Project ini selesai pada tahun 2008.
Indonesia sendiri baru mengadopsi ISA pada tahun 2013. ISA yang
diadopsi pada 2013 ini didasarkan pada Handbook of International Quality
Control, Auditing, Review, Other Assurance and Related Services
Pronouncement tahun 2010. Adopsi ISA ini memberikan sudut pandang dan
cara kerja baru bagi akuntan publik dalam melakukan audit, yaitu penekanan
pada audit berbasis risiko. Penekanan terhadap risiko sangat besar pada setiap
tahap audit (Tuanakotta, 2015: 57). Selain penekanan pada audit berbasis
risiko, terdapat beberapa perbedaan yang bersifat substantif lainnya yang
berdampak pada perubahan cara berpikir seorang akuntan publik yang
melandasi teknik audit tertentu. Perbedaan substantif tersebut (Tuanakotta,
2015: 56) yaitu perubahan standar dari standar berbasis aturan (rules-based
standards) ke standar berbasis prinsip (principles-based standards),
penghapusan (pengurangan) penggunaan pendekatan matematis pada praktik
audit, penekanan pada professional judgement, penerapan kewaspadaan
professional (professional scepticism), kewajiban penilaian dan pelaporan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan serta penyertaan Those
Charged With Governance (TCWG) dalam pengawasan suatu entitas.
-
5
Adapun sebelum mengadopsi ISA, Indonesia mengacu pada standar
audit yang berlaku di Amerika Serikat yaitu Generally Accepted Auditing
Standards (GAAS) yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Standar Umum,
Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan (Arens, Elder dan
Beasley, 2015: 38). Sejak tahun 2013 IAPI memutuskan untuk mengadopsi
ISA secara penuh, tidak ada lagi tiga standar tersebut dalam SPAP karena
dalam ISA memang tidak memuat lagi tiga standar terkait.
Standar menjadi hal penting yang perlu diperhatikan oleh auditor
karena sebagai seorang auditor membutuhkan pemahaman dan kepedulian
pada perubahan standar yang berlaku (Obaidat, 2007), terutama karena ISA
merupakan standar internasional. Auditor harus memperhatikan perubahan
dalam standar audit. Hal ini tidak lain sebagai acuan untuk menghasilkan audit
berkualitas tinggi dan sebagai alat yang digunakan auditor untuk meningkatan
kinerjanya dalam melakukan pekerjaan audit. Hasil penelitian lainnya oleh
Ohiokha dan Akhalumeh dalam Hidayati dan Abdullah (2016) juga
mendukung bahwa standar dan peraturan yang tepat diperlukan untuk
memastikan ketaatan dan kepatuhan auditor yang kemudian bisa berpengaruh
pada kinerja auditor.
Walau demikian, meski sejak tahun 2013 pelaksanaan audit diharuskan
dengan adopsi ISA, sampai saat ini hanya 17% KAP yang menerapkan ISA
dalam pelaksanaan standar auditnya (Sari dan Rustiana, 2016). Disimpulkan
dalam penelitian tersebut bahwa hal ini dikarenakan banyak KAP yang masih
dalam tahap mempersiapkan auditornya dalam pelatihan untuk benar-benar
memahami mengenai ISA. Pemetaan penerapan ISA yang dilakukan di
-
6
Yogyakarta ini masih memerlukan tindakan proaktif baik dari pihak KAP
maupun dari pihak IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia) sebagai regulator
yang menetapkan dan mengeluarkan peraturan standar audit berbasis
internasional di Indonesia. Sangat disayangkan karena menurut Izma dalam
Harahap, dkk (2017) tujuan ISA adalah untuk meningkatkan kualitas audit agar
dapat mencapai konvergensi dengan standar global.
Tingkat kepatuhan pada standar audit yang berlaku berbeda-beda antara
kantor akuntan publik dengan ukuran perusahaan yang berbeda (Bank Dunia,
2011). Bank Dunia melakukan diskusi dan wawancara dengan auditor-auditor
dari perwakilan KAP di Indonesia. Bank Dunia menilai bahwa auditor yang
berasal dari KAP yang terafiliasi dengan jaringan internasional tampaknya
memiliki kemampuan untuk mematuhi standar audit dengan tingkat yang
tinggi. Bank Dunia juga menyebutkan dalam laporannya Report on the
Observance of Standards and Codes/ ROSC Indonesia (2011) bahwa KAP
yang lebih kecil merasa sulit untuk menanggung biaya pelatihan dan kegiatan
terkait untuk memastikan kepatuhan dengan standar audit.
Disinilah terjadi gap antara kebijakan untuk melaksanakan audit
berbasis risiko (yang merupakan ciri khas ISA dan sudah diadopsi dalam SPAP
terbaru) dengan kemampuan auditor untuk melaksanakan praktik sesuai
standar tersebut. Hal ini dikarenakan, tidak mudahnya (membutuhkan proses
yang lama) serta diperlukannya pelatihan dan pendidikan yang intensif untuk
benar-benar memahami standar baru yang diberlakukan. Bank Dunia pun
mengungkapkan masih ada beberapa kesenjangan kepatuhan yang penting
dalam praktik audit (ROSC, 2011).
-
7
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti kemudian
menilai bahwa isu ini menarik untuk diteliti. Selain karena literatur penelitian
mengenai adopsi ISA masih sangat sedikit di Indonesia, penelitian ini akan
menunjukkan tingkat kepatuhan auditor terhadap International Standards on
Auditing (ISA) yang secara tidak langsung bisa menunjukkan kepatuhan
auditor terhadap SPAP terbaru (karena SPAP saat ini sudah mengadopsi ISA
secara penuh) di Indonesia. Tingkat kepatuhan ini akan menunjukkan respon
auditor terhadap ISA yang bisa dinilai dari dimulainya penerapan standar
berbasis adopsi ISA di tahun 2013, hingga tahun 2018.
Penelitian mengenai kepatuhan auditor terhadap ISA sudah dilakukan
oleh Obaidat (2007), namun penelitian ini memberikan perbedaan pada
wilayah penelitian dan tahun perubahan (amandemen) ISA. Jika penelitian oleh
Obaidat (2007) dilakukan di Yordania, penelitian ini dilaksanakan di Indonesia
dengan respondennya adalah auditor-auditor yang bekerja di KAP di DKI
Jakarta dan sekitarnya. Perbedaan selanjutnya, yaitu tahun perubahan
(amandemen) ISA yang digunakan sebagai acuan oleh Obaidat (2007) adalah
handbook ISA amandemen (pemutakhiran) tahun 2007, sedangkan penelitian
ini menggunakan acuan handbook ISA pemutakhiran tahun 2015, yang
didapatkan dari laman IFAC (http://www.ifac.org).
Skripsi ini sebagai sebuah penelitian kemudian diberi judul,
“Kepatuhan Auditor terhadap International Standards on Auditing/ ISA”.
http://www.ifac.org/
-
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diketahui identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masih sedikitnya Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang menerapkan
standar internasional dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Tantangan tersendiri pada auditor untuk meningkatkan pemahaman dan
melaksanakan audit sesuai dengan standar terbaru.
3. Adanya kebutuhan untuk mengetahui perkembangan apakah auditor sudah
patuh melaksanakan pekerjaannya sebagaimana SPAP di Indonesia yang
sudah mengadopsi ISA.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan luasnya
ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini dibatasi hanya untuk melihat
perkembangan atas kepatuhan auditor terhadap International Standards on
Auditing (ISA). Perkembangan atas kepatuhan auditor terhadap ISA ini secara
tidak langsung akan turut serta melihat apakah auditor sudah turut patuh pada
SPAP dalam melaksanakan pekerjaan auditnya. Namun, penelitian ini hanya
akan difokuskan pada standar-standar beserta poin pentingnya yang ada pada
ISA berdasarkan amandemen pada Handbook of International Quality Control,
Auditing Review, Other Assurance, and Related Services Pronouncements
tahun 2015 yang dikeluarkan oleh IAASB (diakses pada laman
www.ifac.org/publication-resources, pada pukul 14.29 WIB tanggal 14
Okotober 2018). Pembatasan masalah ini bertujuan untuk mendapatkan
-
9
temuan yang lebih fokus dan menghindari adanya penyimpangan hasil karena
permasalahan yang melebar. Penelitian ini menggunakan data primer dengan
kuesioner yang di sebar di Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta, Bekasi,
Tangerang dan Tangerang Selatan yang telah terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) per 31 Desember 2017 dan direktori IAPI per Maret 2018.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peta kepatuhan auditor terhadap International Standards on
Auditing (ISA) di Indonesia?
2. Dalam International Standards on Auditing (ISA), poin standar berapakah
yang paling tinggi dan standar yang belum sepenuhnya dipatuhi oleh auditor
di Indonesia?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Mengetahui peta kepatuhan auditor terhadap International Standards
on Auditing (ISA) di Indonesia
b. Mengetahui poin standar dari International Standards on Auditing
(ISA) yang paling tinggi maupun standar yang belum sepenuhnya
dipatuhi oleh auditor di Indonesia
-
10
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
kontribusi teoritis dan kontribusi praktis. Adapun penjelasan manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
1) Ilmu Pengetahuan
Menambah literatur, pengembangan ilmu akuntansi, serta menjadi
acuan penelitian di bidang akuntansi selanjutnya, terutama untuk
peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
International Standards on Auditing (ISA).
2) Masyarakat
Sebagai sarana informasi mengenai standar audit internasional yang
sudah diterapkan di Indonesia, yang diharapkan dapat melihat peta
kepatuhan auditor.
3) Peneliti
Sebagai sarana memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai International Standards on Auditing (ISA) yang bisa
bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang sebagai salah satu
syarat kelulusan sarjana strata 1.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi praktisi akuntan publik sebagai suatu tinjauan untuk lebih
mendalami standar audit internasional untuk menjadi seorang
akuntan publik yang melakukan praktik lebih profesional.
-
11
2) Bagi perusahaan sebagai suatu pengetahuan mengenai standar audit
yang biasanya dijalankan oleh akuntan publik dalam memberikan
assurance atas laporan keuangan perusahaannya.
-
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Regulasi
Regulasi adalah sejumlah perangkat peraturan perundang-undangan
yang dirancang dan diberlakukan terutama untuk kepentingan operasi atau
kegiatan industri tertentu (Yadiati, 2015:29). Ada dua kelompok
kepentingan yang berkaitan dengan teori regulasi menurut Yadiati
(2015:29), yaitu teori kepentingan publik dan teori kepentingan kelompok.
Teori kepentingan publik (a public interet theories) beranggapan
bahwa regulasi memiliki tujuan utama yaitu untuk melindungi kepentingan
publik. Teori kepentingan kelompok (interest group) menekankan
pengembangan dan mempertahankan regulasi yang mendukung kelompok
tertentu. Dalam teori kelompok ini terbagi menjadi dua, yaitu the political
rulling elite theory of regulation dan the economic theory of regulation. The
political rulling elite theory of regulation memfokuskan pada kekuatan
politik yang berusaha untuk menguasai pusat-pusat pengambilan keputusan
politik yang menguntungkan kepentingannya. The economic theory of
regulation menekanan pada kekuasaan ekonomi, artinya kepada
penguasaan atas sumber-sumber ekonomi sehingga dapat mengendalikan
keputusan-keputusan di bidang ekonomi.
Stigler (1971) menyampaikan regulasi dapat dilihat dengan dua
sudut pandang. Sudut pandang pertama yaitu bahwa peraturan
-
13
dilembagakan untuk perlindungan dan manfaat publik atau sebagian besar
masyarakat pada umumnya. Sudut pandang yang kedua yaitu sudut pandang
yang bersifat proses politis yang menentang penjelasan rasional karena
pengertian “politik” sebagai hal yang tidak terpikirkan dan campuran
kekuatan yang terus menerus dan tidak dapat diprediksi.
Stigler (1971) juga menyampaikan bahwa aktivitas seputar peraturan
menggambarkan keterikatan antara kekuatan politik dari pemangku
kepentingan (eksekutif) sebagai sisi permintaan/demand dan legislatif
sebagai penawaran/supply. Hal ini menyiratkan bahwa peran pemerintah
dibutuhkan untuk mengatur ketentuan-ketentuan terhadap apa yang harus
dilakukan oleh perusahaan. Tujuannya untuk menentukan dan menyajikan
informasi dengan akses informasi yang sama dan seimbang.
Teori regulasi menunjukkan hasil dari tuntutan publik atas koreksi
terhadap kegagalan pasar. Kegagalan pasar yang dimaksud, diantaranya
karena tidak ada persaingan, adanya pihak yang memperoleh informasi
dengan biaya yang berbeda, ketidaksempurnaan gap informasi serta
pemerintah tidak independen dalam mengembangkan regulasi. Ghozali dan
Chariri (2007) dalam Syagata (2014) juga beranggapan bahwa regulasi
terjadi sebagai reaksi terhadap suatu krisis yang tidak dapat diidentifikasi
dan adanya berbagai krisis dalam penentuan standar mendorong munculnya
kebijakan regulasi.
Sebagai respon atas permintaan terhadap permintaan kebijakan atau
standar audit, pihak penentu standar audit menanggapi dengan cara
menyediakan kebijakan terkait. International Standards on Auditing (ISA)
-
14
yang dikeluarkan oleh IAASB, merupakan jawaban atas kebutuhan regulasi
yang bertaraf internasional. Standar internasional ini dibutuhkan sebagai
penyelarasan (harmonisasi), karena selama ini tiap-tiap negara memiliki
standar auditnya masing-masing. Hal ini tidak lain dilakukan untuk
menjawab tantangan globalisasi, peningkatan kualitas profesi auditor atau
akuntan publik, serta menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi auditor.
2. Teori Kepatuhan
Kepatuhan adalah elemen dasar dalam struktur kehidupan sosial
(Milgram, 1963). Kepatuhan dikatakan juga sebagai mekanisme psikologis
yang menghubungkan tindakan individu dengan tujuan politik, yang
merupakan kecenderungan perilaku yang sudah kuat di masyarakat, dengan
etika, simpati dan perilaku moral sebagai dorongan utama atas perilaku
tersebut. Kepatuhan sendiri bisa bersifat mendidik dan mengacu pada
tindakan yang baik dan benar, maupun tindakan yang salah.
Menurut Lunenburg (2012) teori kepatuhan adalah pendekatan
terhadap struktur organisasi yang mengintegrasikan beberapa ide dari model
manajemen klasik dan partisipatif. Etzioni (1975, dalam Lunenburg (2012),
mengembangkan pendekatan inovatif untuk struktur organisasi yang
disebut teori kepatuhan. Dia mengklasifikasikan organisasi berdasarkan
jenis kekuatan yang mereka gunakan untuk mengarahkan perilaku anggota
mereka dan jenis keterlibatan anggotanya. Etzioni mengidentifikasikan tiga
jenis kekuatan organisasi: koersif, utilitarian, dan normatif.
-
15
1) Kekuatan koersif, menggunakan paksaan dan rasa takut untuk
mengendalikan partisipan yang berada di level rendah.
2) Kekuatan utilitarian, menggunakan remunerasi atau penghargaan
ekstrinsik untuk mengendalikan partisipan di level rendah.
3) Kekuatan normatif, mengendalikan melalui alokasi imbalan instrinsik,
seperti pekerjaan yang menarik, identifikasi dengan tujuan, dan
memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Menurut Etienne (2011), walaupun temuan-temuan empriris telah
terakumulasi, namun teori kepatuhan maupun ketidakpatuhan berkembang
secara kompleks, karena adanya berbagai kerangka kerja dan model yang
dikembangkan. Sebagai salah satu jawaban yang ditawarkan oleh Etienne
(2011), untuk menghadapi masalah terkait di atas yaitu bagaimana pengaruh
regulasi publik mengatur motivasi (tujuannya) dan alternatifnya. Hal ini
dimaksudkan bahwa regulasi (di antara sumber-sumber pengaruh mengenai
kepatuhan lainnya) dapat mempengaruhi proses pembentukan preferensi
(prioritas). Pendekatan ini bertujuan sebagai pembingkaian tujuan untuk
mengukur tingkat kepatuhan. Pendekatan ini penting untuk pemangku
kepentingan dan terutama regulator di ranah publik dan ranah privat. Sudah
saatnya bagi regulator untuk mengadopsi pandangan yang lebih luas
mengenai apa yang memotivasi regulator dan untuk membangun strategi
yang kuat serta saling melengkapi tujuan atas tujuan yang berbeda dan efek
gabungan yang terjadi atas preferensi regulator.
Dalam teori kepatuhan, adapula teori kepatuhan terhadap peraturan
(theory of regulatory compliance). Teori kepatuhan terhadap peraturan
-
16
(TRC) berkaitan dengan pentingnya mematuhi aturan atau peraturan (Fiene,
2016). Teori ini memiliki implikasi untuk semua pengembangan regulasi,
peraturan dan pengembangan standar dalam bidang jasa dan ekonomi. Teori
ini telah berkembang dalam 40 tahun terakhir. Teori ini memiliki
signifikansi khusus karena berfungsi sebagai kebutuhan untuk pengawasan
yang kurang lebih bersifat politis. Poin penting dalam teori ini, diungkapkan
oleh Fiene (2016) yaitu penekanan terhadap pemilihan aturan yang tepat
daripada memiliki banyak aturan yang bersifat prediktif.
3. Audit dan Standar Audit
American Accounting Association (AAA) Committee on Basic
Auditing Concepts mendefinisikan audit sebagai berikut:
Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating
evidence regarding assertions about economic actions and events to
ascertain the degree of correspondence between the assertions and
established criteria and communicating the results to interested users.
(Audit adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-
bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.)
Business & Management Quarterly Review memandang audit dari
sisi bisnis, mereka mengungkapkan (Hidayati dan Abdullah, 2016):
Auditing is the process by which a business is investigated and evaluated to
see if the business has operating by the approved accepted standards of
regulatory procedures set forth for the business and if the business’s
finances are all correctly reported and thereby utilized.
-
17
(Audit adalah proses dimana bisnis diselidiki dan dievaluasi untuk melihat
apakah bisnis tersebut telah beroperasi sesuai dengan standar prosedur
peraturan yang berlaku yang ditetapkan untuk bisnis dan jika keuangan
bisnis dilaporkan dengan benar dan dengan demikian digunakan.)
Arens dkk (2015: 2) mendefinisikan audit sebagai berikut:
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a
competent, independent person.
(Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan
kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen.)
Dari tiga definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa audit adalah
serangkaian proses untuk mengevaluasi dan memeriksa laporan keuangan
untuk memastikan kesesuaiannya dengan standar yang berlaku untuk
kemudian dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Tuanakotta dalam bukunya yang berjudul Audit Kontemporer,
menjelaskan makna audit (auditing) dengan cara membandingkannya
dengan akuntansi (accounting), dan dengan menunjukkan manfaatnya.
Tuanakotta (2015: 4), membandingkan akuntansi dan audit dengan
pekerjaan pembangunan gedung dan pengawasan pembangunan gedung.
Pembangunan gedung adalah proses mengubah input (bahan-bahan
bangunan), dengan bantuan manusia dan mesin, ke dalam output (bangunan
itu sendiri). Proses tersebut disebutkan menunjukkan kesamaan dengan
-
18
penyusunan laporan keuangan yang meliputi tiga unsur, yaitu input,
process, dan output, dengan sifatnya yang bersifat konstruktif, atau
membangun sesuatu.
Peran auditor seperti insinyur pengawas yang mengawasi proses
pembangunan gedung (selama tahap pembangunan atau sesudahnya), audit
memberikan jaminan yang memadai (reasonable assurance). Secara
sederhana jaminan yang memadai ini berbicara mengenai kesesuaian antara
laporan keuangan dengan standar-standar akuntansi yang digunakan (spek
yang digunakan) yang diterapkan secara konsisten. Kesimpulannya yaitu
akuntansi bersifat konstruktif sedangkan audit bersifat analitis. Proses
akuntansi dimulai dari terjadinya transaksi (input) sampai menghasilkan
laporan keuangan (output), sedangkan proses audit dimulai dari laporan
keuangan, kemudian ke bukti-bukti yang mendasarinya.
Dari kesimpulan di atas juga menunjukkan bahwa audit tidak bisa
terlepas dari standar audit yang berlaku. Arens (2014) dalam Harahap dkk.
(2017) menyatakan bahwa standar audit merupakan pedoman bagi auditor
dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar audit
diperlukan sebagai pedoman sekaligus sebagai alat ukur untuk menilai
kualitas audit. Standar audit dibuat berdasarkan konsep dasar yang
diperlukan sebagai dasar pembuatan standar yang berguna untuk praktik
penugasan audit untuk memberikan arahan dan pengukuran kualitas
(Harahap, dkk., 2017)
International Auditing and Assurance Board/ IAASB adalah dewan
penetapan standar independen di dalam International Federation of
-
19
Accountant (IFAC) yang bekerja untuk meningkatkan kualitas dan
keseragaman praktik audit di seluruh dunia serta untuk memperkuat
kepercayaan publik terhadap profesi audit dan penjaminan global. IAASB
berkomitmen untuk mengembangkan seperangkat standar internasional
yang secara umum diterima di seluruh dunia. Anggota IAASB bertindak
untuk kepentingan bersama masyarakat luas dan profesi akuntansi di
seluruh dunia.
Pernyataan IAASB mengatur audit, ulasan (review) jaminan lainnya
dan keterlibatan layanan terkait yang dilakukan sesuai dengan standar
internasional. IAASB tidak mengesampingkan Undang-Undang atau
peraturan setempat yang mengatur audit atas laporan keuangan historis atau
perjanjian jaminan tentang informasi lain di suatu negara tertentu yang
harus dipatuhi sesuai dengan standar nasional negara tersebut. (IAASB
Preface, 2015:2).
Adapun standar-standar internasional yang dikeluarkan oleh
IAASB, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. International Standards on Auditing (ISA), harus diterapkan dalam
audit informasi keuangan historis.
b. International Standards on Review Engagement (ISRE), harus
diterapkan dalam perikatan jaminan yang berhubungan dengan hal-hal
selain informasi keuangan historis.
c. International Standards on Assurance Engagements (ISAE), harus
diterapkan dalam perikatan penjaminan yang menangani hal-hal selain
informasi keuangan historis.
-
20
d. International Standards on Related Services (ISRS), harus diterapkan
pada perikatan kompilasi, perikatan untuk menerapkan prosedur yang
disepakati untuk informasi dan perikatan layanan terkait lainnya seperti
yang ditentukan oleh IAASB.
e. ISA, ISRE, ISAE, dan ISRS secara kolektif disebut sebagai Standar
Manajemen IAASB.
f. International Standards Quality Control (ISQC) harus diterapkan untuk
semua layanan yang berada di bawah standar keterlibatan IASB.
Berikut adalah gambar struktur pernyataan standar internasional dari
IAASB (IAASB, 2015: handbook 1).
-
21
Gambar 2.1
Struktur Pernyataan Standar Internasional Dari IAASB
4. Kepatuhan Auditor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan berasal dari
kata patuh yang berarti taat pada perintah atau aturan, berdisiplin (diakses
dari https://kbbi.kemdikbud.go.id, pada tanggal 3 Januari 2019, pukul 23.33
WIB). Dalam konteks tata kelola perusahaan, kepatuhan berarti mengikuti
suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang
biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam
suatu bidang tertentu (Hidayati dan Abdullah, 2016).
-
22
Sebuah standar dibuat untuk dipatuhi dan diberlakukan sebagai
sebuah pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Demikian halnya
dengan standar audit yang dibuat dengan tujuan agar pelaksanaan audit
dapat berjalan dengan baik oleh auditor maupun akuntan publik yang
melaksanakan pekerjaan auditor. Dalam penugasan audit, auditor
independen bertanggung jawab untuk memenuhi standar audit yang telah
dibuat oleh badan pembuat standar. Seperti Standar Profesi Akuntan Publik
yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) di Indonesia
dan standar internasional yang diterbitkan oleh International Auditing and
Assurance Standards Board (IAASB) yaitu International Standards on
Auditing (ISA). Kepatuhan auditor diukur dari seberapa besar mereka dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(Hidayati dan Abdullah, 2016).
Indonesia mengadopsi International Standards on Auditing ISA)
dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Hal ini ditindak lanjuti
dengan diberlakukannya standar terkait untuk audit atas laporan keuangan
emiten yang dimulai pada atau sesudah tanggal 1 Januari 2013, dan 1
Januari 2014 untuk entitas selain emiten. Tanpa komitmen dalam mematuhi
standar, maka setiap individu dalam satu Kantor Akuntan Publik akan
memiliki tingkah laku dan perlakuan terhadap penugasan yang berbeda-
beda yang dinilai baik menurut anggapannya dalam berinteraksi (Hidayati
dan Abdullah, 2016). Penerapan standar ini memang tidak serta merta dapat
dilaksanakan oleh KAP untuk auditor-auditornya. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian oleh Sari dan Rustiana (2016), pada tahun 2016 hanya 17%
-
23
KAP yang benar-benar menerapkan ISA dalam pelaksanaan standar
auditnya. Hal tersebut terjadi, karena masih adanya proses untuk memahami
poin-poin dari standar ISA serta pelatihan-pelatihan untuk auditor-
auditornya.
Bank Dunia dalam laporannya “Report on the Observance of
Standards and Codes/ ROSC Indonesia” (2011), mengungkapakan
beberapa kesenjangan kepatuhan yang penting dalam praktik audit.
Beberapa celah kepatuhan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Audit (audit planning). Bank Dunia menyebutkan bahwa
banyak auditor di Indonesia tampaknya tidak menghargai pentingnya
perencanaan audit yang tepat dan sering melakukan audit tanpa
mengembangkan rencana audit yang tepat.
b. Dokumentasi (documentation). Bank Dunia menilai bahwa di antara
sebagai auditor yang berpraktik, kurangnya pemahaman mengenai apa
yang didokumentasikan dan cara mendokumentasikannya. Sebagian
besar dalam audit perusahaan kecil dan menengah, praktik dokumentasi
gagal memberikan bukti audit untuk mendukung opini audit.
c. Kecurangan (fraud). Bank Dunia menilai bahwa auditor di Indonesia
yang berpraktik tampaknya tidak melakukan upaya terbaik dalam
menerapkan prosedur untuk mendeteksi kecurangan dengan baik saat
melakukan kegiatan audit.
d. Kelangsungan Usaha (going concern). Dalam beberapa perikatan/
penugasan audit, Bank Dunia menilai bahwa di Indonesia, kurangnya
prosedur untuk mendapatkan audit yang memadai tentang kelayakan
-
24
penggunaan manajemen atas asumsi kelangsungan usaha dalam
persiapan dan penyajian laporan keuangan.
e. Pihak Berelasi (Related Parties). Dalam beberapa audit, Bank Dunia
menilai bahwa auditor di Indonesia tampaknya tidak serius menerapkan
prosedur yang ketat untuk mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi
risiko salah saji material yang timbul dari kegagalan entitas yang
diatudit untuk secara tepat menjelaskan atau mengungkapkan
hubungan, transaksi, atau saldo pihak terkait.
f. Masalah lain (Other Issues). Bank Dunia menyebutkan dalam
laporannya bahwa auditor di Indonesia kadang-kadang tidak
menerapkan prosedur yang diperlukan dan sepenuhnya bergantung
pada penilaian manajemen. Auditor juga pada umumnya ditemukan
menerima laporan penilaian, laporan aktuaria, dan pendapat/ laporan
ahli lainnya tanpa mengevaluasi apakah ahli memiliki kompetensi,
kemampuan dan obyektivitas yang diperlukan untuk tujuan auditor.
Kepatuhan auditor terhadap ketentuan pedoman atau standar audit
menjadi penting, karena apabila diterapkan dalam penugasannya, sikap
kepatuhan tersebut akan meningkatkan kualitas audit (Harahap, dkk., 2017).
Kualitas audit yang tinggi inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap profesi auditor juga karena sifat profesionalnya yang
ditunjukkan dengan kepatuhannya terhadap standar audit yang berlaku.
(Hidayati dan Abdullah, 2016).
-
25
5. International Standards on Auditing (ISA)
International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit
terbaru yang diadopsi oleh di Indonesia yang diwujudkan melalui revisi
terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan mengutip dari
laman www.feb.ugm.ac.id (yang diakses pada tanggal 04 September 2018,
pukul 14.06 WIB), akuntan publik wajib melakukan audit atas laporan
keuangan emiten berdasarkan standar yang baru ini per 1 Januari 2013.
International Standards on Auditing (ISA) diterbitkan oleh IAASB
(International Auditing and Assurance Standards Board) yang merupakan
lembaga independen yang menetapkan standar (independent standard-
setting body) untuk kepentingan umum dengan menetapkan standar
internasional bermutu tinggi, dalam bidang audit, assurance serta standar
lain yang terkait. IAASB juga memfasilitasi konvergensi standar
internasional dan standar nasional di bidang audit dan assurance secara
global (Tuanakotta, 2015:39). IAASB berada di bawah naungan IFAC
(International Federation of Accountants) sebagai komite tetap yang
meningkatkan mutu dan konsistensi praktik audit di seluruh dunia serta
memiliki tanggung jawab untuk memperkuat kepercayaan publik terhadap
profesi audit dan assurance secara global.
ISA diterbitkan dalam konteks audit atas laporan keuangan oleh
auditor independen. ISA perlu diadaptasi atau diadopsi sesuai dengan
kebutuhan untuk diterapkan pada audit atas laporan keuangan historis. ISA
berisi standar-standar yang diperlukan dalam pekerjaan auditor yang tidak
lain untuk memenuhi tujuan dari audit laporan keuangan. Adapun tujuan
http://www.feb.ugm.ac.id/
-
26
yang dimaksud yaitu perumusan opini atau pendapat auditor mengenai
laporan keuangan yang disusun, dalam semua hal yang material, telah sesuai
(tidak sesuai) dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (IAASB
preface, 2015:3).
Adapun dalam melaksanakan audit, tujuan keseluruhan auditor
adalah untuk mendapatkan jaminan yang dapat diterima (reasonable
assurance) mengenai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari salah saji material, baik karena penipuan atau kesalahan, dan untuk
melaporkan laporan keuangan sesuai dengan temuan auditor. ISA
mensyaratkan bahwa auditor memodifikasi pendapatnya yang sesuai atau
menarik diri dari perikatan, jika tujuan keseluruhan ini belum atau tidak
dapat dicapai.
Terdapat perbedaan antara ISA dan standar audit sebelumnya, yang
merupakan perubahan yang substantif dan mendasar yang dapat
mencerminkan cara berpikir yang berbeda yang melandasi teknik audit
tertentu. Perubahan dan substantif yang dimaksud, menurut Tuanakotta
(2015:56), yaitu:
a. Penekanan pada audit berbasis risiko
Terdapat penekanan yang besar pada aspek risiko dalam setiap
tahap auditnya. SPAP yang sebelumnya tidak mengabaikan aspek risiko
ini, namun setelah audit berbasis ISA yang merupakan sinonim dari
audit berbasis risiko, lebih menekankan dan memperhatikan setiap
risiko yang bisa timbul dari proses audit yang dilakukan. Tuanakotta
-
27
(2015: 237) melihat audit berbasis risiko dari dua sisi yaitu entitas dan
auditor.
Sisi yang pertama, menggambarkan perspektif dan tujuan entitas.
Sisi ini memperlihatkan risiko bawaan (inherent risk) yang tanpa
mempertimbangkan mitigasi oleh pengendalian internal, berisi semua
faktor risiko bisnis serta kecurangan yang bisa menyebabkan laporan
keuangan disalahsajikan secara material. Sisi ini juga mencerminkan
prosedur pengendalian yang pervasif dan spesifik yang dibuat oleh
manajemen, tidak lain untuk memitigasi risiko laporan keuangan yang
disalah sajikan. Sisi ini menunjukkan risiko pengendalian (control risk).
Adapula management’s residual risk yang merupakan risiko yang
tersisa setelah manajemen mengupayakan segala pengendalian.
Sisi yang kedua, menunjukkan perspektif auditor. Auditor
berupaya melaksanakan penilaian risiko, hal ini untuk menentukan
apakah laporan keuangan entitas bebas dari salah saji yang material.
b. Perubahan dari standar berbasis aturan ke standar berbasis prinsip
Standar berbasis aturan (rules-based standards), menetapkan
langkah demi langkah dengan banyak petunjuk teknis yang diharapkan
dapat membantu auditor mencapai tujuan. Standar berbasis aturan ini
dinilai sangat rumit dan mengekang kearifan professional.
Atas dasar tersebut, terjadi perubahan dari standar berbasis aturan
ke standar berbasis prinsip. Perubahan ini, diharapkan dapat membuat
auditor bisa mengembangkan kearifan professionalnya tanpa harus
terikat dengan aturan-aturan yang berlaku.
-
28
Tuanakotta (2015:57) menyatakan perubahan ini sangat
signifikan dan dasar dalam standar berbasis prinsip itu, ialah:
1) Mengetahui tujuan (audit) yang ingin dicapai;
2) Mengenai lapangan dengan baik (klien, industri klien dan
lingkungan klien);
3) Mengetahui apa yang wajib dilakukan, agar audit sesuai standar dan
auditnya bermutu,
4) Senantiasa waspada, menggunakan kearifan professional
(professional judgement), untuk mencapai tujuan.
c. Berpaling dari model matematis
ISA tidak mengabaikan model matematis. Namun, jika model
matematis menimbulkan keraguan yang besar, ISA memberikan
keleluasaan menerapkan kearifan professional. Pendekatan matematis
dinilai menjadikan auditor sebagai robot dan hal ini ditakutkan akan
membuat auditor berhenti berpikir. Sehingga, penggunaan model
matematis tidak lagi menjadi sebanyak sebelum ISA diadopsi. Hal ini
memberikan ruang pada penerapan professional judgement yang lebih
luas.
d. Menggunakan Kearifan Profesional
Penekanan pada penerapan professional judgement (kearifan
profesional), merupakan contoh mendasar yang ditekankan pada ISA
(Tuanakotta, 2015:58). Menurut ISA, jika keputusan audit yang penting
dibuat oleh asisten/ auditor yang belum berpengalaman, maka auditnya
tidak sesuai dengan standar. ISA melihat bahwa diharuskan adanya
-
29
keterlibatan auditor yang berpengalaman dan mumpuni. Auditor
tersebut sudah harus memiliki jam terbang dan pakar dalam audit bidang
tertentu, telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang tepat dengan
penugasannya serta memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti
kewaspadaan profesional.
e. Penerapan Kewaspadaan Profesional (Professional Skepticism)
Kewaspadaan profesional (Professional Skepticism) adalah
tanggapan wajar dari auditor yang berhadapan dengan risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan, baik yang tidak disengaja
(error) maupun yang berniat jahat (fraud) (Tuanakotta, 2015:59). ISA
menekankan penerapan kewaspadaan profesional auditor, sejak
sebelum dimulainya penerimaan penugasan audit. Auditor wajib untuk
menerapkan kewaspadaan profesionalnya setiap saat ketika
melaksanakan auditnya.
f. Penilaian dan pengendalian internal
Pengendalian internal merupakan perubahan mendasar dalam
standar audit dan bagian yang tidak terpisahkan dari audit berbasis risiko
(Tuanakotta, 2015:59). ISA mewajibkan sistem pengendalian internal
suatu kewajiban yang harus dipenuhi entitas. ISA juga mewajibkan
auditor menilai, menggunakan hasil penilainnya, dan
mengkomunikasikan kelemahan lingkungan dan sistem pengendalian
internal.
g. Those Charged with Governance (Pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola)
-
30
Komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dan TCWG
merupakan unsur penting dalam audit (Tuanakotta, 2015:541). Hal ini
memungkinkan auditor untuk memngkomunikasikan hal-hal yang wajib
dikomunikasikan dan hal-hal lain. Hal tersebut juga memungkinan
TCWG memberi kepada auditor informasi yang (tanpa komunikasi ini)
tidak akan tersedia. Informasi tersebut bermanfaat bagi auditor dalam
merencanakan audit dan mengevaluasi hasilnya.
Penjabaran dari International Standards on Auditing (ISA) yang
tertuang dalam IAASB Handbook ISA tahun 2015, adalah sebagai berikut:
a. 200-299: Prinsip-prinsip Umum dan Tanggung jawab
1) ISA 200: Tujuan keseluruhan auditor dan pelaksanaan suatu audit
berdasarkan standar standar internasional dalam audit
ISA ini mengandung tujuan, persyaratan dan aplikasi serta penjelasan
lainnya yang dirancang untuk mendukung auditor dalam memperoleh
jaminan yang wajar. ISA mengharuskan auditor melakukan penilaian
profesional dan mempertahankan skeptisisme professional di
sepanjang perencanaan dan pelaksanaan audit.
2) ISA 210: Persetujuan atas syarat-syarat perikatan audit
ISA 210 berhubungan dengan tanggung jawab auditor dalam
menyetujui ketentuan perikatan audit dengan manajemen dan, jika
diperlukan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3) ISA 220: Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan
-
31
ISA 220 ini berhubungan dengan tanggung jawab spesifik auditor
terkait prosedur pengendalian mutu untuk audit atas laporan
keuangan.
4) ISA 230: Dokumentasi audit
ISA 230 ini membahas tanggung jawab auditor untuk menyiapkan
dokumentasi audit untuk audit atas laporan keuangan.
5) ISA 240: Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam
suatu audit atas laporan keuangan
ISA 240 ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor yang terkait
dengan kecurangan dalam audit atas laporan keuangan.
6) ISA 250: Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam
audit laporan keuangan
ISA 250 ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
mempertimbangkan undang-undang dan peraturan dalam audit atas
laporan keuangan.
7) ISA 260: Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola
ISA 260 ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
berkomunikasi dengan TCWG dalam audit atas laporan keuangan.
8) ISA 265: Pengkomunikasian defisiensi dalam pengendalian internal
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
manajemen
ISA 265 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
berkomunikasi secara tepat dengan TCWG dan manajemen atas
-
32
defisiensi dalam pengendalian internal yang auditor identifikasi dalam
audit atas laporan keuangan. Auditor diharuskan untuk memperoleh
pemahaman tentang pengendalian internal yang relevan dengan audit
ketika mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material.
b. 300-450: Penilaian Risiko dan Respons Terhadap Risiko yang Telah
Dinilai
9) ISA 300: Perencanaan suatu audit atas laporan keuangan
ISA 300 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merencanakan audit atas laporan keuangan.
10) ISA 315: Pengindentifikasian dan penilaian risiko salah saji material
melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya
ISA 315 berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan, melalui pemahaman entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal entitas.
11) ISA 320: Materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
ISA 320 ini membahas tanggung jawab auditor untuk menerapkan
konsep materialitas dalam perencanaan dan melakukan audit atas
laporan keuangan.
12) ISA 330: Respon auditor terhadap risiko yang telah dinilai
ISA 330 ini membahas tanggung jawab auditor untuk merancang dan
menerapkan respon terhadap risiko salah saji material yang
diidentifikasi dan dinilai oleh auditor sesuai dengan ISA 315 dalam
audit atas laporan keuangan.
-
33
13) ISA 402: Pertimbangan audit terkait dengan entitas jasa
ISA 402 ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat ketika entitas
pengguna beroperasi satu atau lebih organisasi jasa.
14) ISA 450: Pengevaluasian atas salah saji yang diidentifikasi selama
audit
ISA 450 ini membahas tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi
pengaruh salah saji yang teridentifikasi pada audit dan jika ada, salah
saji yang tidak dikoreksi pada laporan keuangan.
c. 500-580: Bukti Audit
15) ISA 500: Bukti audit
ISA 500 menjelaskan apa yang merupakan bukti audit dalam audit
atas laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor
untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk
mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik
kesimpulan yang masuk akal untuk mendasari opini auditor.
16) ISA 501: Bukti audit – pertimbangan spesifik atas unsur pilihan
ISA 501 berkaitan dengan pertimbangan khusus oleh auditor dalam
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sesuai dengan ISA 330,
ISA 500 dan ISA terkait lainnya dengan memperhatikan aspek-aspek
tertentu dari inventarisasi, litigasi dan klaim yang melibatkan entitas,
dan segmen informasi dalam audit keuangan pernyataan.
17) ISA 505: Konfirmasi eksternal
-
34
ISA 505 ini berkaitan dengan penggunaan prosedur konfirmasi
eksternal auditor untuk mendapatkan bukti audit dengan persyaratan
ISA 330 dan ISA 500.
18) ISA 510: Perikatan audit tahun pertama – saldo awal
ISA 510 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan
saldo awal dalam perikatan audit awal.
19) ISA 520: Prosedur analitis
ISA 520 berkaitan dengan penggunaan prosedur analitik oleh auditor
sebagai prosedur substantif (prosedur analitis substantif). Ini juga
berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk melakukan prosedur
analitik dekat akhir audit yang membantu auditor ketika membentuk
suatu kesimpulan keseluruhan pada laporan keuangan.
20) ISA 530: Sampling audit
ISA 530 berlaku ketika auditor telah memutuskan untuk
menggunakan sampling audit dalam melakukan prosedur audit. Ini
berkaitan dengan penggunaan auditor dari pengambilan sampel
statistik dan non-statistik ketika merancang dan memilih sampel audit,
melakukan tes kontrol dan tes rincian, dan mengevaluasi hasil sampel.
21) ISA 540: Audit atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi
nilai wajar, dan pengungkapan yang bersangkutan
ISA 540 berkaitan dengan tanggung jawab auditor yang sesuai dengan
estimasi akuntansi, termasuk estimasi nilai wajar akuntansi, dan
pengungkapan terkait dalam audit atas laporan keuangan.
22) ISA 550: Pihak berelasi
-
35
ISA 550 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan
hubungan dan transaksi pihak terkait dalam audit atas laporan
keuangan.
23) ISA 560: Peristiwa kemudian
ISA 560 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait peristiwa
kemudian dalam audit atas laporan keuangan.
24) ISA 570: Kelangsungan usaha
ISA 570 berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam mengaudit
laporan keuangan terkait penggunaan manajemen atas asumsi
kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan keuangan.
25) ISA 580: Representasi tertulis
ISA 580 membahas tanggung jawab auditor untuk memperoleh
representasi tertulis dari manajemen dan apabila diperlukan, TCWG
dalam audit atas laporan keuangan.
d. 600-620: Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
26) ISA 600: Pertimbangan khusus audit atas laporan keuangan grup
(termasuk pekerjaan auditor komponen)
ISA 600 berlaku untuk audit grup. ISA ini berkaitan dengan
pertimbangan khusus yang berlaku untuk audit kelompok, khususnya
yang melibatkan audit komponen.
27) ISA 610: Penggunaan pekerjaan auditor internal
ISA 610 berhubungan dengan tanggung jawab auditor eksternal jika
menggunakan pekerjaan kontrol internal. Ini termasuk menggunakan
pekerjaan fungsi audit internal dalam memperoleh bukti audit dan
-
36
menggunakan auditor internal untuk memberikan bantuan langsung di
bawah arahan, pengawasan dan peninjauan auditor eksternal.
28) ISA 620: Penggunaan pekerjaan seorang pakar auditor
ISA 620 berkaitan dengan tanggung jawab auditor yang berkaitan
dengan pekerjaan individu atau organisasi dalam bidang keahlian
selain akuntansi atau audit, ketika pekerjaan itu digunakan untuk
membantu auditor dalam memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat.
e. 700-720: Kesimpulan Audit dan Pelaporan
29) ISA 700: Perumusan suatu opini dan pelaporan atas laporan
keuangan
ISA 700 membahas tanggung jawab auditor untuk membentuk opini
atas laporan keuangan. Standar ini juga berkaitan dengan bentuk dan
isi laporan auditor yang dikeluarkan sebagai hasil dari audit laporan
keuangan.
30) ISA 705: Modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor
independen
ISA 705 membahas tanggung jawab auditor untuk mengeluarkan
laporan yang sesuai dalam keadaan ketika, dalam membentuk opini
sesuai dengan ISA 700, auditor menyimpulkan bahwa modifikasi
terhadap pendapat auditor atas laporan keuangan diperlukan.
31) ISA 706: Paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam
laporan auditor independen
-
37
ISA 706 membahas komunikasi tambahan dalam laporan auditor
ketika auditor menganggap perlu untuk menarik perhatian pengguna
terhadap suatu masalah atau hal-hal yang disajikan atau diungkapkan
dalam laporan keuangan yang sangat penting sehingga bagi
pemahaman pengguna atas laporan keuangan; atau untuk menarik
perhatian pengguna untuk masalah atau hal lain selain yang disajikan
atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang relevan dengan
pemahaman pengguna tentang audit, tanggung jawab auditor atau
laporan auditor.
32) ISA 710: Informasi komparatif angka korespondensi dan laporam
keuangan komparatif
ISA 710 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan
informasi komparatif dalam audit atas laporan keuangan. Ketika
laporan keuangan periode sebelumnya telah diaudit oleh auditor
pendahulu atau tidak diaudit, persyaratan dan panduan dalam ISA 510
tentang saldo awal juga berlaku
33) ISA 720: Tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam
dokumen yang berisi laporan keuangan yang telah diaudit
ISA 720 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan
informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan keuangan yang
diaudit dan laporan auditor di dalamnya. Dengan tidak adanya
persyaratan yang terpisah dalam keadaan tertentu dari perikatan,
pendapat auditor tidak mencakup informasi lain dan auditor tidak
-
38
memiliki tanggung jawab khusus untuk menentukan apakah informasi
lain dinyatakan dengan benar.
f. 800-810: Area-Area Khusus
34) ISA 800: Pertimbangan khusus audit atas laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus
ISA 800 membahas pertimbangan khusus dalam penerapan ISA
tersebut untuk mengaudit laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan kerangka tujuan khusus.
35) ISA 805: Pertimbangan khusus audit atas laporan keuangan tunggal
dan unsur, akun atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan
ISA 805 berkaitan dengan pertimbangan khusus dalam penerapan ISA
tersebut untuk mengaudit laporan keuangan tunggal atau elemen, akun
atau item tertentu dari laporan keuangan.
36) ISA 810: Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan.
ISA 810 berkaitan dengan tanggung jawab auditor terkait dengan
keterlibatan untuk melaporkan ringkasan laporan keuangan yang
berasal dari laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan ISA oleh
auditor yang sama.
Sebagai perbandingan, adapun susunan SPAP terbaru yang didapatkan
dari laman IAPI (yang diakses pada tanggal 17 Januari 2019, pukul 09.58
WIB), yaitu:
1) SA 200: Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan
Audit Berdasarkan Standar Audit
2) SA 210: Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
-
39
3) SA 220: Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
4) SA 230: Dokumentasi Audit
5) SA 240: Tanggung Jawab Auditor terkait dengan Kecurangan dalam
Suatu Audit atas Laporan Keuangan
6) SA 250: Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam
Audit atas Laporan Keuangan
7) SA 260: Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata
Kelola
8) SA 265: Pengkomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal
Kepada Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan
Manajemen
9) SA 300: Perencanaan Audit atas Laporan Keuangan
10) SA 315: Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian
Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
11) SA 320: Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
12) SA 330: Respon Auditor terhadap Risiko yang Telah Diambil
13) SA 402: Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang
Menggunakan Suatu Organisasi Jasa
14) SA 450: Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi
Selama Audit
15) SA 500: Bukti Audit
16) SA 501: Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
17) SA 505: Konfirmasi Eksternal
18) SA 510: Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal
-
40
19) SA 520: Prosedur Analitis
20) SA 530: Sampling Audit
21) SA 540: Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi
Nilai Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
22) SA 550: Pihak Berelasi
23) SA 560: Peristiwa Kemudian
24) SA 570: Kelangsungan Usaha
25) SA 580: Representasi Tertulis
26) SA 600: Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan Grup
(Termasuk Pekerjaan Auditor Komponen)
27) SA 610: Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
28) SA 620: Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
29) SA 700: Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
30) SA 705: Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
31) SA 706: Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam
Laporan Auditor Independen
32) SA 710: Informasi Komparatif Angka Koresponding dan Laporan
Keuangan Komparatif
33) SA 720: Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen
yang Berisi Laporan Keuangan Auditan
34) SA 800: Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang
Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus
35) SA 805: Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan Tunggal
dan Suatu Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
-
41
36) SA 810: Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
Indonesia sendiri baru mengadopsi ISA pada tahun 2013. ISA yang
diadopsi pada 2013 ini didasarkan pada Handbook of International Quality
Control, Auditing, Review, Other Assurance and Related Services
Pronouncement tahun 2010. Dapat dicermati bahwa susunan SPAP saat ini
sebagaimana yang termuat dalam laman IAPI sama dengan susunan yang ada
pada standar audit dalam Handbook ISA yang diterbitkan dan dimutakhirkan
oleh IAASB pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwasanya penelitian
ini bisa menjadi cerminan mengenai kepatuhan pada SPAP terbaru yang
berbasis risiko setelah mengadopsi ISA dalam standarnya.
-
42
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil dari penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Harahap,
Suciati,
Puspitasari dan
Rachmianty
(2017)
Pengaruh Pelaksanaan
Standar Audit Berbasis
International Standards
On Auditing (ISA)
terhadap Kualitas Audit
Variabel ISA Variabel Kualitas Audit Pelaksanaan Standar Audit
berbasis Internasional
berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Audit di KAP Komisariat
Wilayah Bandung yang terdaftar
di OJK dan KAP Big Four.
2. Sari & Rustiana
(2016)
Pemetaan Penerapan
Standar Audit Berbasis
ISA Pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Daerah
Istimewa Yogyakarta
Variabel ISA Daerah penelitian,
Jenis penelitian (kualitatif)
Penerapan standar audit berbasis
ISA pada KAP di Yogyakarta
dalam kondisi 17% KAP sudah
dalam tahap penerapan, 33% KAP
dalam tahap edukasi, dan 50%
KAP masih dalam tahap
mengetahui.
(Bersambung pada halaman selanjutnya)
-
43
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Abdullah