kendala pemerintah dalam upaya penertiban …repository.ub.ac.id/3453/1/abrian yusuf satria...

98
KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR UNTUK KEPENTINGAN UMUM DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR (STUDI KASUS DI KABUPATEN MOJOKERTO) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Oleh: ABRIAN YUSUF SATRIA ARGANATA 125010107111193 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2017

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN TANAH

TERLANTAR UNTUK KEPENTINGAN UMUM DITINJAU DARI

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

(STUDI KASUS DI KABUPATEN MOJOKERTO)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh

Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh:

ABRIAN YUSUF SATRIA ARGANATA

125010107111193

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2017

Page 2: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan
Page 3: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan
Page 4: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan
Page 5: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan
Page 6: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

IKHTISAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

A. DATA PRIBADI

Nama lengkap : Abrian Yusuf Satria Arganata

Nama panggilan : Brian Alamat rumah : JL. Dr. Setiabudi No 11 Gresik

Hand Phone : 085853405963 Alamat orang tua : JL. Dr. Setiabudi No 11 Gresik

Susunan keluarga : Anak ke1 dari 3 bersaudara

Tempat/Tanggal lahir : Gresik, 05 Oktober 1992 Bahasa yang dikuasai : Indonesia

Agama/Suku/Warga : Islam / Jawa / Warga Negara Indonesia No K.T.P/Dikeluarkan : 3525160510920002/ 05 Oktober 2019

Status Pernikahan : Belum Menikah

Kesehatan : Baik (sehat, tidak buta warna dan tidak ada cacat fisik)

Golongan Darah : B Tinggi / Berat badan : 163 cm / 63 kg

Alamat E-mail : [email protected]

B. PENDIDIKAN

(2000-2006) SDN. SIDOKUMPUL 1 GRESIK

(2006-2009) SMP. NEGERI 3 GRESIK (2009-2012) SMA. NEGERI 1 GRESIK

(2012-sekarang) UNIVERSITAS BRAWIJAYA,

Fakultas Hukum C. PENGALAMAN KERJA BPN Mojokerto (2016) D. KUALIFIKASI Software dan Operating System : Windows dan Office

E. ORGANISASI FORMAL

1. Organization of Law Student Asia/ALSA (2012-2014)

F. ORGANISASI NON FORMAL

1. Sekolah Extra: Bina Bola Persegres (2006-2011) 2. Purwacaraka Music School (2008-2011) 3. Abunawas Futsal Club (2011-2015)

Page 7: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rachmad syafa’at, S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya;

2. Bapak Dr. Budi Santoso, S.H.,LL.M. Phd., selaku Kepala Bagian Hukum

Perdata;

3. Bapak Dr. Imam Koeswahyono, S.H., Mhum., sebagai pembimbing utama atas

bimbingan, motivasi, dan nasihat. Semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan kepada beliau.

4. Bapak M.Hamidi Masykur, S.H.,M.Kn., sebagai pembimbing pendamping atas

bimbingan dan ketelitian beliau. Semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan kepada beliau.

5. Bapak Dr. Abdul Madjid, S.H., M.Hum., sebagai penasihat sehari-hari yang

terus memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Semoga Allah SWT

selalu memberikan kesehatan kepada beliau.

6. Juga rasa terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua penulis,

bapak Drs. H. Andri Satrio, S.H., Mm dan ibu Dra. Hj. Eny Soesiana, Mm, atas

nasihat, motivasi, dan do’a.

7. Kemudian Adik tercinta Gilang Fajar Satria Ramadhan dan Nadia Shavira

Satria Brilian, atas motivasi, dukungan dan do’a

8. Kepada Feny Dyah Ayu Romadhoni Syamsiyah, S.Ikom., yang telah sabar serta

memberikan semangat, motivasi dan do’a.

9. Kepada Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

yang telah mendidik, membantu, dan memberikan kemudahan penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Teman-taman Fakultas Hukum angkatan tahun 2012, dan teman

seperjuangan penulis yang telah membantu dan mensuport dalam menyelesaikan

tugas akhir ini, dan pihak-pihak lain yang mendukung penulisan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan semua.

Page 8: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

ABSTRAK

Abrian Yusuf Satria Arganata, Hukum Agraria, Fakultas Hukum, Universitas

Brawijaya, Malang. Kendala Pemerintah Dalam Upaya Penertiban Tanah Terlantar

Untuk Kepentingan Umum Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun

2010 Tentang Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Studi Kasus di

Kabupaten Mojokerto). Dr. Imam Koeswahyono, SH., MHum., M. Hamidi Masykur,

SH.,Mkn.

Skripsi ini membahas tentang fenomena adanya tanah terlantar di Kabupaten

Mojokerto. Dalam skripsi ini juga menganalisis apa saja upaya hukum yang telah dan

akan dilaksanakan oleh Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Mojokerto selaku

perwakilan pemerintah yang berwenang dalam urusan pertanahan agar tanah terlantar

tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Hal ini dilatarbelakangi oleh

pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia, baik untuk tempat tinggal maupun

pangan papan ataupun sebagai tempat yang menghasilkan guna bagi kepentingan

umum. Namun dengan adanya fenomena penelantaran tanah, tanah yang seharusnya

dapat dimanfaatkan untuk kebaikan bersama menjadi sia-sia dan tidak dapat diambil

manfaatnya.

Berdasarkan hal tersebut, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah: Apa

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tanah terlantar di Kabupaten Mojokerto?

Serta bagaimana upaya hukum yang telah dan akan dilakukan dalam penyelesaian

tanah terlantar yang dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Mojokerto agar tanah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kepentingan umum.

Penulisan karya tulis ini menggunakan metode yuridis empiris dengan maksud dan

tujuan untuk menemukan fakta, diteruskan dengan menemukan masalah, identifikasi

masalah dan yang terakhir untuk penyelesaian masalah.

Berdasarkan hasil pembahasan diketahui bahwa faktor utama penyebab

terjadinya tanah terlantar di Kabupaten Mojokerto adalah masalah dana atau ekonomi.

Perusahaan atau investor yang terbukti menelantarkan tanahnya kesulitan dana untuk

mengelola tanah tersebut. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh BPN adalah

memberikan sanksi sehingga tanah yang terlantar tersebut akan langsung dikuasai oleh

negara dan selanjutnya akan di redistribusikan kepada masyarakat yang dianggap lebih

mampu dalam memanfaatkan tanah negara bekas tanah terlantar tersebut dengan benar.

Kata Kunci: Tanah Terlantar, Badan Pertanahan Nasional, Kepentingan Umum.

Page 9: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

ABSTRACT

Abrian Yusuf Satria Arganata, Agrarian Law, Faculty of Law, Brawujaya University,

Malang. Governments’ Obstacles on Abandoned Lands Policing Efforts for Public

Benefit Seen on Government Regulation No 11 Year 2010 about Policing and

Utilizing Abandoned Land ( Study Case in Mojokerto). Dr. Imam Koeswahyono, SH.,

MHum., M. Hamidi Masykur, SH.,Mkn.

This thesis discussed about abandoned land phenomenon in Mojokerto, East

Java. This thesis also analize law efforts that have been done and will be done in the

future by National Land Authority as the goverment’s representation in the field of land

matters so the abandoned land can be used for public benefit. This is motivated by the

importance of land for the mankind as the place to grow crops, housing or as the place

that can be benefitting for mass public. But, because of the existence of abandoned

land, the land that can be used for broad benefit became waste and we cannot take the

advantage.

Based on that above event, this scientific paper brings in formulation problem

below: What factors that boost the phenomenon of abandoned land in Mojokerto? And

what efforts that have been done and will be done in the future by National Land

Authority so that thus land can be benefits for public mass. The writing of this paper

use Juridical empiric method with the meand and purpose of finding facts, followed by

finding problems, identification of the problem and the last one is problem solving.

Based on the results of the discussion, revealed that the factors behind

abandoned land phenomenon in Mojokerto is money. Company that proven to

abandoned their land dont have enough funds to manage the land. Thus resulted in

abandoning their property. On the other hand National Land Authority on their efforts

to policing abandoned land that occurs in their territory refer to Government

Regulation No 11 Year 2010 about Policing and Utilizing Abandoned Land. If the

company proved to deliberately abandon their land, National Land Authority will give

them strict sanctions by possessing the abandoned land and those land will be

redistribute to public who considered to be able to utilize the land properly.

Keywords: Abandoned Land, National Land Authority, Public Benefit.

Page 10: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Skripsi dengan judul: Kendala Pemerintah

Dalam Upaya Penertiban Tanah Terlantar Untuk Kepentingan Umum Ditinjau Dari

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban Dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar (Studi Kasus di Kabupaten Mojokerto). Adapun

tujuan dari disusunnya Laporan Tugas Akhir Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah

satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dan kesuksesan dalam menyusun Laporan

Tugas Akhir ini adalah berkat dukungan dari berbagai pihak. Penyusunan Laporan

Tugas Akhir ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari

mereka. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Bapak Dr. Rachmad syafa’at, S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya;

2. Bapak Dr. Budi Santoso, S.H.,LL.M. Phd., selaku Kepala Bagian Hukum

Perdata;

3. Bapak Dr. Imam Koeswahyono, S.H., Mhum., sebagai pembimbing utama atas

bimbingan, motivasi, dan nasihat. Semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan kepada beliau.

Page 11: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

4. Bapak M.Hamidi Masykur, S.H.,M.Kn., sebagai pembimbing pendamping atas

bimbingan dan ketelitian beliau. Semoga Allah SWT selalu memberikan

kesehatan kepada beliau.

5. Bapak Dr. Abdul Madjid, S.H., M.Hum., sebagai penasihat sehari-hari yang

terus memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Semoga Allah SWT

selalu memberikan kesehatan kepada beliau.

6. Juga rasa terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua penulis,

bapak Drs. H. Andri Satrio, S.H., Mm dan ibu Dra. Hj. Eny Soesiana, Mm, atas

nasihat, motivasi, dan do’a.

7. Kemudian Adik tercinta Gilang Fajar Satria Ramadhan dan Nadia Shavira

Satria Brilian, atas motivasi, dukungan dan do’a

8. Kepada Feny Dyah Ayu Romadhoni Syamsiyah, S.Ikom., yang telah sabar serta

memberikan semangat, motivasi dan do’a.

9. Kepada Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

yang telah mendidik, membantu, dan memberikan kemudahan penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Teman-taman Fakultas Hukum angkatan tahun 2012, dan teman

seperjuangan penulis yang telah membantu dan mensuport dalam menyelesaikan

tugas akhir ini, dan pihak-pihak lain yang mendukung penulisan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan semua.

Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam proses

pembuatan skripsi ini melakukan kesalahan baik yang sengaja maupun tidak disengaja.

Penulis yakin skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, sehingga masukan dan

kritik akan selalu penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini.

Malang, Juli 2017

Penulis

Page 12: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ..................................................................................... i

Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................. iii

Daftar Isi ...................................................................................................... v

Daftar Tabel ................................................................................................ viii

Ringkasan ...................................................................................................... ix

Summary ...................................................................................................... x

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Tentang Hak-Hak Atas Tanah ........................................... 11

B. Kajian Umum Tentang Asal Tanah pada Hak-Hak Atas Tanah ............... 15

C. Kajian Umum Tentang Tanah Terlantar ................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................ 23

B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 23

C. Jenis dan Sumber Data ..............................................................................

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 26

E. Populasi dan Sampel ................................................................................. 27

F. TeknikAnalisis Data .................................................................................. 29

G. Defenisi Operasional .................................................................................. 29

BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A.1. Gambaran Umum Kabupaten Mojokerto .......................................... 31

A.2. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Mojokerto .......................................................................................... 34

A.2.1. Profil Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mojokerto ............. 34

B. Realitas Data Tanah Terlantar di Kabupaten Mojokerto ............................ 36

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tanah Terlantar di Kabupaten

Mojokerto .................................................................................................. 43

C.1. Pendapat Warga Masyarakat Yang Menggarap Tanah Bekas Hak

Guna Usaha (HGU) PT.Tjipendawa Kahuripan ............................... 47

Page 13: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

C.2. Pendapat Perwakilan Pemegang Hak Guna Usaha PT.Tjipendawa

Kahuripan .......................................................................................... 51

C.3. Kronologi PT.Tjipendawa Kahuripan Mendapatkan Tanah di Desa Cembor,

Kecamatan Pacet Menurut Kepala Desa Cembor ............................. 53

C.4. Faktor Utama Penyebab Terjadinya Tanah Terlantar Yang

Dilakukan PT.Tjipendawa Kahuripan di Kabupaten Mojokerto ...... 55

D. Upaya Hukum Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto Dalam

Penyelesaian Kasus Tanah Terlantar Di Kabupaten Mojokerto Agar

Dapat Dimanfaatkan Untuk Kepentingan Umum ..................................... 58

D.1. Proses Pendataan Administratif ........................................................ 59

D.2. Proses Analisis Data Tanah Yang Diindikasikan Terlantar .............. 52

D.3. Kesimpulan Hasil Penelitian Tim Identifikasi Tanah Terlantar ........ 63

D.4. Prosedur Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar Yang Dilakukan

Oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto ............................... 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 68

B. Saran ....................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 71

LAMPIRAN

Page 14: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

DAFTAR TABEL

Tabel A.1 Tabel Penelitian Sebelumnya Yang Mengangkat Pokok

Permasalahan Mengenai Tanah Terlantar ............................................ 8

Tabel B.1 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT.Tjipendawa Kahuripan

Kabupaten Mojokerto Tahun2011 ....................................................... 38

Tabel B.2 Inventaris Data Tanah Yang Terindikasi Terlantar Kabupaten

Mojokerto Tahun 2013 ......................................................................... 39

Tabel D1. Data Tekstual Hasil Identifikasi dan Penelitian ................................... 61

Tabel D2. Data Subjek dan Objek Tanah .............................................................. 63

Page 15: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum merupakan kebutuhan mutlak umat manusia, karena hukum merupakan

himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur

tata kehidupan bermasyarakat. Tanpanya tidak akan ada kehidupan yang teratur dan

orang yang melanggar tidak akan diberikan hukuman. Dalam lingkungan kerja, rumah

tangga maupun kehidupan berbangsa dan bernegara kita membutuhkan aturan yang

tegas dan bersifat memaksa yang mengikat masyarakat demi tercapainya keteraturan.

Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan

larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus di

taati oleh masyarakat itu.1 Hukum memiliki banyak bagian, salah satunya adalah

Hukum Agraria dimana Hukum Agraria berarti berhubungan dengan tanah air atau

batas-batas wilayah. Dalam UUPA, agraria memiliki arti yang luas yakni meliputi air,

bumi dalam batas-batas tertentu yang juga meliputi ruang angkasa serta kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya. Sedangkan dalam arti yang sempit hukum tanah atau

hukum tentang tanah yang mengatur mengenai permukan atau kulit bumi saja atau

pertanian.

1 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

1979), hlm. 38.

Page 16: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Tanah dapat dikatakan sebagai suatu modal utama di negara yang 80%

penduduknya masih berpenghasilan dari sektor pertanian, maka wajarlah apabila

pengaturan atas penguasaan dan pemilikan tanah diatur sedemikian rupa, agar sesuai

dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.2

Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan manusia

itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Manusia hidup di atas tanah dan

memperoleh pangan dengan cara mendayagunakan tanah. Sedangkan jumlah tanah

yang dapat dikuasai oleh manusia sangat terbatas oleh karena semakin bertambah

banyak jumlah manusia yang memerlukan tanah untuk kebutuhan perumahan serta

kebutuhan-kebutuhan lainya.

Akan tetapi dalam realitanya, selama kurun waktu dua puluh tahun terakhir ini

kasus-kasus tanah justru semakin meningkat pesat baik dalam kuantitasnya maupun

cakupan wilayahnya.3 Salah satu dari beberapa kasus-kasus tanah yang ada, terdapat

kasus tanah yang berkaitan dengan penelantaran tanah. Kasus tanah terlantar seperti

contoh kasus yang terjadi di kabupaten Mojokerto. Lahan dan bangunan yang

ditetapkan sebagai tanah terlantar antara lain berdasarkan putusan PTTUN Surabaya

dalam tingkat proses banding Nomor 01/B/2014/PT.TUN.SBY Tahun 2014 Panitia C

2 Imam Koeswahyono & Tunggul Anshari Setianegara, Bunga Rampai Politik dan Hukum

Agraria di Indonesia, UM Press, Malang, 2000, hlm. 53 3 Imam Koeswahyono & Tunggul Anshari Setianegara, Bunga Rampai Politik dan Hukum

Agraria di Indonesia, UM Press, Malang, 2000, hlm. 53

Page 17: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Identifikasi dan Penelitian Tanah Terlantar vs PT.Mojokerto Industrial Park Provinsi

Jawa Timur.4

Padahal jelas bahwa peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

manusia akan semakin meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk

kegiatan usaha. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan

manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka jelas akan meningkat pula kebutuhan akan adanya dukungan berupa

jaminan kepastian hukum dalam bidang pertanahan.

Fenomena ini menarik dicermati karena sesungguhnya telah tersedia perangkat

kaidah hukum yang dapat di aplikasikan dalam persoalan konkret, yakni Pasal 6

Undang-undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 bahwa semua hak atas tanah

berfungsi sosial. Sebagai perangkat kaidah operasional diundangkan Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah dan Peraturan

Pemerintah No. 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah

Terlantar. Dalam Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2010 khususnya dalam Pasal 2,

di situ disebutkan, terlantar bermakna :

4 http//putusan.mahkamahagung.go.id, putusan PTTUN Nomor 01/B/2014/PT.TUN.SBY

Tahun 2014 Panitia C Identifikasi dan Penelitian Tanah Terlantar vs PT Mojokerto Industrial Park

Provinsi Jawa Timur. Diakses pada tanggal 17 Juni 2016

Page 18: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

“...dengan sengaja tidak dimanfaatkan atau diusahakan pemegang haknya

sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan haknya atau tidak dipelihara baik

atau tidak dipergunakan sesuai peruntukan hak atas tanahnya.

Demikian pula sanksi telah tegas dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No.

11 tahun 2010 Pasal 9, terhadap tanah terlantar status hukum tanahnya menjadi

langsung dikuasai oleh negara dan kepada subjek pemegang haknya diberikan kembali

atas bagian tanah yang benar-benar diusahakan. Sebelumnya diperlukan adanya

tindakan identifikasi dan kewajiban pemegang hak untuk memberikan keterangan atau

alasan mengapa objeknya ditelantarkan.

Selain sanksi tegas yang terdapat dalam pasal 9 PP No. 11 Tahun 2010 terdapat

juga penegasan tentang akibat hukum dari terlantarnya tanah yang sudah diatur didalam

Undang-undang Pokok Agraria No 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-

pokok Agraria. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain:

1. Pasal 15 yang menyatakan bahwa pemeliharaan tanah adalah kewajiban tiap-

tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai hubungan hukum

dengan tanah;

2. Pasal 27 yang menentukan bahwa hak milik hapus apabila tanahnya jatuh

kepada Negara karena ditelantarkan;

Page 19: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

3. Pasal 34 yang menyatakan bahwa Hak Guna Usaha (HGU) hapus karena

ditelantarkan; Pasal 40 yang menyatakan bahwa Hak Guna Bangunan (HGB)

hapus karena ditelantarkan.

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia atau sekarang berubah menjadi

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2015 tentang Kementerian Agraria yang berfungsi

Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan

Nasional yang ditetapkan pada tanggal 21 Januari 2015 dan berlaku sampai dengan

sekarang selaku instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas masalah pertanahan

khususnya masalah tanah terlantar maka BPN mengeluarkan beberapa peraturan, di

antaranya adalah, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI nomor 2 Tahun

2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin lokasi,

Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan tanah, serta sebagai pendukung

operasional agar Peraturan Kepala BPN tersebut tetap bisa diawasi dan dapat terlaksana

dengan baik maka diundangkan juga Peraturan Pemerintah yang lain yang mendukung

PERKABAN tersebut, diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun

2004 tentang Penatagunaan Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010

tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, serta Peraturan Menteri

Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2015

tentang Izin Lokasi. Dan di dalam pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria dan Tata

Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 tahun 2015 yang menjelaskan

Page 20: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

sebagai berikut; “ Tanah yang sudah di peroleh wajib dimanfaatkan atau digunakan

sesuai dengan peruntukanya” dan sudah sangat jelas sesuai dengan Peraturan Menteri

Agraria tersebut mempunyai tujuan bahwa pemberian izin lokasi manfaat besaranya

harus bisa dirasakan bersama secara umum mencakup semua kalangan masyarakat

karena pada dasarnya tanah dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas penulis mengajukan

rumusan masalah. Maka dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tanah terlantar di Kabupaten

Mojokerto ?

2. Bagaimana upaya hukum yang telah dan akan dilakukan dalam penyelesaian

tanah terlantar yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

agar dapat dimanfaatkan sebagai kepentingan umum ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentu mempunyai tujuan yang jelas, tentang apa yang hendak

dicapai dalam suatu penelitian sedikit banyak akan menunjukan kualitas dari penelitian

tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya tanah

terlantar yang terjadi di Kabupaten Mojokerto.

Page 21: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

2. Untuk Mengetahui dan menganalisa upaya-upaya penertiban dan

pendayagunaan tanah terlantar yang terjadi di Kabupaten Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

secara teoritis dalam pengembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang

hukum pertanahan mengenai aturan yang mengatur Tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar khususunya pemanfaatan tanah terlantar.

b. Sebagai referensi ilmu untuk penelitian yang berkaitan dengan tanah

terlantar apakah dalam implementasi hukumnya sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan

Tanah Terlantar

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Sebagai ilmu yang bermanfaat dan dapat menambah ilmu bagi masyarakat

di seluruh wilayah Indonesia dan khususnya untuk masyarakat di

Kabupaten Mojokerto untuk memperoleh pengetahuan pentingnya

pemanfaatan tanah terlantar untuk kepentingan umum sesuai dengan

peruntukanya.

b. Bagi Pemerintah

Page 22: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

No Tahun

Penelitian

Nama Peneliti dan

Asal Instansi

Judul

Penelitian

Rumusan Masalah Keterangan

1. 2006 Yustinasari

Abimanyu

(0210103169).

Universitas

Brawijaya

Penyelesaian

Tanah Hak

Guna

Bangunan

Yang Terlantar

1.Apa faktor-faktor

yang menyebabkan

terjadinya

penelantaran tanah

Hak Guna

Bangunan (HGB)

yang dilakukan oleh

pemilik tanah di

Kabupaten

Sidoarjo?

2.Bagaimana upaya

yang telah dan akan

dilakukan dalam

penyelesaian yang

dilakukan oleh

Kantor Pertanahan

Kabupaten Sidoarjo

terhadap

penelantaran tanah

Hak Guna

Bangunan (HGB)?

Dalam

penelitian ini

Yustinasari

berfokus

kepada

penyelesaian

Hak Guna

Bangunan

(HGB) yang

ditelantarkan di

Kabupaten

Sidoarjo.

Sedangkan

penelitian

penulis

berfokus

terhadap upaya

pemerintah

dalam

menyelesaikan

masalah

penelantaran

tanah di

Kabupaten

Mojokerto.

2. 2008 Charles .R. Doy

(0210103038)

Universitas

Brawijaya

U Universitas

B

r

a

w

i

j

a

y

a nivers

Efektifitas

Peraturan

Pemerintah No.

36 Tahun 1998

Tentang

Penertiban dan

Pendayagunaan

Tanah

Terlantar

1. Bagaimana

efektifitas Peraturan Pemerintah No. 36

Tahun 1998

Tentang Penertiban

dan Pendayagunaan

Tanah Terlantar

2. Apa saja

hambatan dalam

efektifitas Peraturan

Pemerintah No. 36

Tahun 1998

Tentang Penertiban

dan Pendayagunaan

Tanah Terlantar dan

bagaimana

solusinya?

Dalam penelitian ini, Charles

berfokus pada bagaimana

efektifitas Peraturan

Pemerintah No.36 Tahun 1998

Tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah

Terlantar.

Sedangkan dalam penelitian ini peneliti

terfokus dalam permasalahan

tanah terlantar di Kab. Mojokerto

Dapat digunakan sebagai pertimbangan dan referensi pemerintah dalam

menyusun regulasi hukum untuk upaya-upaya preventif oleh berbagai

pihak dalam melakukan penertiban tanah terlantar.

Tabel A.1 Tabel Penelitian Sebelumnya yang Mengangkat Pokok

Permasalahan Mengenai Tanah Terlantar.

Page 23: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan
Page 24: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

E. Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat

penelitian, dan tujuan penelitian yaitu Upaya Pemanfaatan tanah yang telah

ditelantarkan oleh investor.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bagian ini berisi tentang kajian umum tentang aturan-aturan dan pendapat para ahli

yang mencakup luas tentang tanah terlantar, kajian umum hak-hak atas tanah, ruang

lingkup hak atas tanah, asal hak atas tanah, hak penguasaan atas tanah, pengertian

pemilikan tanah, kajian umum tentang tanah terlantar, faktor penyebab adanya tanah

terlantar, kriteria tanah terlantar, obyek tanah terlantar, penetapan tanah terlantar,

pendayagunaan tanah terlantar

BAB III: METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, jenis pendekatan,

alasan pemilihan lokasi, jenis dan sumber data, teknik memperoleh data, sampel dan

populasi, teknik analisa data serta definisi operasional.

BAB IV: PEMBAHASAN

Page 25: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Berisi tentang deskriptif data dan pembahasan yang berisi jawaban dari rumusan

masalah yang merupakan hasil penelitian yang meliputi upaya yang dilakukan,

kendala serta solusi terkait pendayagunaan tanah terlantar.

BAB V: PENUTUP

Bagian ini merupakan bagian terakhir penelitian ini berisikan tentang kesimpulan

dan saran mengenai upaya penanggulangan yang seharusnya dilakukan.

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai imformasi dan bermanfaat

menambah pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum tentang Hak-hak atas Tanah

Dasar ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) dan Pasal 16

Ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Hal yang disebutkan antara lain:

1. Ruang Lingkup Hak Atas Tanah

Pasal-pasal UUPA yang menyebutkan mengenai hak-hak atas tanah dan

macamnya hak-hak atas tanah adalah pasal 4 ayat 1 dan 2, pasal 16 ayat 1

dan pasal 53. Pasal 4 ayat 1 berbunyinya sebagai berikut:

“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal

2, ditentukan adanya macam-macam hak atas tanah permukaan bumi, yang

disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang,

baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-

badan hukum.”

Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang

dalam mempergunakan tanah yang bersangkutan. Demikian pula wewenang dalam

memanfaatkan bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya untuk kepentingan yang

langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu.

Page 27: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam pasal 4 di atas ditentukan dalam pasal

16 ayat 1, yang bunyinya sebagai berikut:

(1) Hak-hak atas tanah sebagai dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 ialah :

a. Hak Milik,

b. Hak Guna Usaha ,

c. Hak Guna Bangunan,

d. Hak Pakai,

e. Hak Sewa,

f. Hak Membuka Tanah

g. Hak Memungut Hasil Hutan,

h. Hak-Hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas akan ditetapkan

dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang

disebutkan dalam pasal 53.

Hak-hak atas tanah yang sifatnya sementara tersebut diatur dalam pasal 53 yang

berbunyi sebagai berikut:

(1) Hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang dimaksud dalam pasal 16 ayat 1

huruf h, ialah hak gadai, hak guna usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak

sewa tanah pertanian diatur untuk membatasi sifat-sifatnya yang bertentangan

Page 28: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

dengan undang-undang ini dan hak-hak tersebut diusahakan hapusnya dalam

waktu yang singkat.

(2) Ketentuan dalam pasal 52 ayat 2 dan 3 berlaku terhadap peraturan yang

dimaksud dalam ayat 1 pasal ini.

Hak-hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari Negara atas tanah dapat

diberikan kepada perseorangan baik warga Negara Indonesia maupun warga negara

asing, sekelompok orang secara bersama-sama, dan badan hukum privat maupun badan

hukum publik.1

Menurut Soedikno Mertokusumo, wewenang yang dimiliki oleh pemegang hak

atas tanahnya dibagi menjadi 2, yaitu2:

1. Wewenang Umum

Wewenang yang bersifat umum yaitu pemegang hak atas tanah

mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya. Termasuk juga tubuh

bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya untuk kepentingan yang langsung

berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas tertentu menurut

UUPA dan peraturan hukum yang lain yang lebih tinggi. Maksud dari peraturan

1 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm.

87 2 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm.

87

Page 29: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

hukum yang lebih tinggi adalah bisa berupa Peraturan Pemerintah atau

Keputusan Presiden (KEPPRES).

2. Wewenang Khusus

Wewenang yang bersifat khusus yaitu pemegang hak atas tanah

mempunyai wewenang untuk menggunakan tanahnya sesuai dengan macam hak

atas tanahnya, misalnya wewenang pada tanah Hak Milik adalah dapat untuk

kepentingan pertanian, dan atau mendirikan bangunan. Wewenang pada tanah

Hak Guna Bangunan adalah menggunakan tanah hanya untuk mendirikan

bangunan di atas tanah yang bukan miliknya. Wewenang pada Hak Guna Usaha

adalah menggunakan tanah hanya untuk kepentingan perusahaan di bidang

pertanian, perikanan, peternakan, atau perkebunan.73 Maksudnya adalah

wewenang yang bersifat khusus dalam menggunakan Hak atas tanah sesuai

dengan peruntukanya.

Macam-macam hak atas tanah dimuat dalam Pasal 16 jo Pasal 53 Undang-

Undang Pokok Agraria, yang dikelompokkan menjadi 3 bidang, yaitu :

1. Hak atas tanah yang bersifat tetap.

Yaitu hak-hak atas tanah ini akan ada selama UUPA masih berlaku atau

belum dicabut dengan undang-undang yang baru. Macam-macam hak atas

tanah ini adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak

3 Ibid, hlm.87

Page 30: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Pakai, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak Membuka Tanah dan Hak Memungut

Hasil Hutan.

2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang

Yaitu hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan dengan

undang-undang.

3. Hak atas tanah yang bersifat sementara

Yaitu hak atas tanah yang sifatnya hanya sementara, dalam waktu yang

singkat dan akan dihapuskan karena mengandung sifat-sifat pemerasan,

mengandung sifat feudal dan bertentangan dengan jiwa UUPA. Macam-

macam hak atas tanah ini adalah Hak Gadai/Gadai Tanah, Hak Guna Usaha

Bagi Hasil/Perjanjian Bagi Hasil, Hak Menumpang dan Hak Sewa Tanah

Pertanian.

Hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 jo Pasal 53 UUPA tidak

bersifat limitatif, artinya disamping hak-hak atas tanah yang disebutkan UUPA, kelak

dimungkinkan lahirnya hak atas tanah baru yang diatur secara khusus dengan undang-

undang. Agar dapat mengantisipasi adanya. Pasal 16 jo Pasal 53 UUPA ini maka

diundangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 40 Tahun 1996 tentang

Hak Guna Usaha dan Hak Pakai atas tanah. Peraturan Pemerintah ini dibuat untuk dapat

mengantisipasi lahirnya hak atas tanah baru yang diatur secara khusus dalam undang-

undang.

Page 31: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Dengan demikian, jelas bahwa hak atas tanah diberikan kepada perseorangan

baik Warga Negara Indonesia maupun warga Negara asing, sekelompok orang secara

bersama-sama dan badan hukum privat maupun badan hukum publik untuk dapat

digunakan sesuai dengan kepemilikan hak atas tanah yang sesuai dengan wewenang

yang dimiliki oleh pemegang hak atas tanah terhadap tanahnya. Wewenang yang

dimaksud adalah wewenang untuk menggunakan tanah sesuai dengan hak atas

tanahnya, tujuanya adalah agar tanah yang dikerjakan dapat dikerjakan atau di garap

sesuai dengan SK Hak dan pada akhirnya tanah tersebur menjadi lebih bermanfaat,

karena dikerjakan sesuai dengan peruntukannya.

B. Kajian Umum tentang Asal Tanah dalam Hak atas Tanah

Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:4

a. Hak atas tanah yang bersifat primer

Hak atas tanah yang bersifat primer yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah

Negara. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan Atas Tanah Negara, Hak Pakai Atas Tanah Negara.

b. Hak atas tanah yang bersifat sekunder

Hak atas tanah yang bersifat sekunder yaitu hak atas tanah yang berasal dari

tanah pihak lain. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Guna Bangunan Atas

4 Ibid. Hlm. 89

Page 32: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Tanah, Hak Pengelolaan, Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Milik, Hak Pakai Atas

Nama Hak Milik, Hak Sewa Untuk Bangunan, Hak Gadai (Gadai Tanah), Hak Usaha

Bagi Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.

Pembagian asal tanah hak atas tanah dibuat bertujuan agar dapat memisahkan

hak atas tanah yang dikuasai Negara, dengan hak atas tanah milik hak milik

individu/badan hukum. Sehingga secara tidak langsung asal tanah menentukan

kepemilikan tersebut.

C. Kajian Umum tentang Tanah Terlantar

Tanah terlantar dapat dimengerti sebagai tanah yang sudah diberikan hak oleh

negara berupa Hak Milik, hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak

Pengelolaan, atau dasar penguasaan atas tanah, yang tidak diusahakan, tidak

dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan

pemberian hak atau dasar penguasaannya.5 Penertiban tanah terlantar adalah proses

penataan kembali tanah terlantar agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk

kepentingan masyarakat dan negara.6

Sebagai salah satu faktor produksi, tanah mempunyai kedudukan yang amat

penting dalam kehidupan manusia. Hal demikian dapat dimaklumi bahwa manusia

akan senantiasa memerlukan tanah untuk memenuhi kebutuhannya akan sumber

5 Peraturan Kepala BPN RI No. 4 Tahun 2010, Bab 1, Pasal 1 Ayat 6 6 Peraturan Kepala BPN RI No. 4 Tahun 2010, Bab 1, Pasal 1 Ayat 7

Page 33: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

pangan dalam hal ini pertanian, serta untuk pemukiman dan untuk pemakaman.7 Dalam

kenyataanya tidak semua manusia terpenuhi kebutuhanya akan tanah. Hal demikian

diakibatkan adanya antinomi bahwa di satu sisi lain permintaan akan bertambah karena

peningkatan laju pertambahan penduduk.8 Permasalahan yang muncul dengan adanya

antinomi tersebut adalah masih terdapatnya bidang-bidang yang keadaanya terlantar

atau dalam bahasa asing disebut abandoned land. Jika tidak mendapatkan penanganan

dengan penuh perhatian, hal tersebut nantinya akan menggangu jalanya pembangunan.9

Proses suatu bidang tanah menjadi tanah terlantar tidak begitu saja terjadi,

namun terdapat faktor-faktor yang menyebabkan tanah tersebut menjadi tanah

terlantar. Faktor-faktor penyebabnya antara lain adalah:

A. Faktor-faktor Penyebab Adanya Tanah Terlantar

Tanah terlantar menurut konsepsi hukum adat terjadi karena dua faktor penyebab

yakni:10

1) Karena peperangan atau atau bencana alam hubungan hukum antara subjek

(pemegang hak) dengan objek (tanahnya) menjadi hilang.

2) Karena faktor obyek (tanahnya) keadaan menjadi tandus, karena bencana

alam sehingga ditelantarkan.

7 Opcit. hlm. 109. 8 Opcit. hlm. 109. 9 Imam Koeswahyono & Tunggul Anshari, hlm. 109 10 Opcit. hlm.56.

Page 34: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Kedua faktor di atas sangat rasional, karena tidak ada unsur kesengajaan

pemegang hak atas tanah dalam penelantaran tanah sehingga dapat dimaklumi

keberadaan tanah terlantar menurut konsepsi hukum adat. Sedangkan menurut hukum

positif yang berlaku di Indonesia tidak dapat dimaklumi tentang tanah terlantar

tersebut. Alasanya ketika tanah tersebut ditelantarkan oleh pemilik atau pemegang hak

atas tanah baik itu dengan sengaja atau tidak sengaja, maka tanah terlantar tersebut

status kepemilikanya menjadi langsung dikuasai oleh Negara. Kesimpulanya menurut

hukum positif yang berlaku di Indonesia, faktor penyebab tanah terlantar menurut

konsepsi hukum adat tidak dapat di toleransi, karena apabila sebidang tanah

ditelantarkan dengan cara sengaja atau tidak sengaja atau alasan yang lain seperti

adanya peperangan atau bencana alam yang menyebabkan tanah menjadi terlantar,

karena alasan tersebut tidak diatur di dalam Pasal 2 PP No 11 Tahun 2010.

Apabila tanah tersebut terbukti ditelantarkan maka negara berhak untuk

menguasainya, dan negara akan memberikan status hak kepada pengelolah tanah yang

telah mengelolah tanah tersebut selama tanah tersebut ditelantarkan oleh pemegang hak

yang lama, karena dianggap lebih bisa memanfaatkan tanah.

B. Kriteria Tanah Terlantar

Page 35: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Pandangan yang lebih komprehensif mengenai tanah terlantar adalah telaah dari

Sumardjono yang menentukan tiga kriteria tanah terlantar yaitu :

1) Segi objeknya, yaitu keadaan fisik tanahnya serta penggunaanya.

2) Segi subjek atau pemegang haknya ada atau tidaknya kesengajaan untuk

menelantarkan tanahnya atau ada keterpaksaan menelantarkan tanahnya.

3) Segi jangka waktunya, bila dilihat dari usaha yang seharusnya sudah dilakukan

oleh yang bersangkutan dan beberapa batas waktu untuk menyatakan suatu bidang

tanah terlantar.11

Untuk dapat membedakan tanah yang terlantar dengan tanah yang bukan tanah

terlantar tentu berbeda, sehingga kriteria tanahnya juga berbeda. Apabila dilihat dari

segi objeknya yang meliputi keadaan fisik tanahnya maupun penggunaanya, tanah yang

bukan merupakan tanah terlantar jelas sesuai dengan kriteria keadaan fisik tanahnya

maupun penggunaanya, misalnya hak atas tanah Hak Guna Bangunan, berarti disini

keadaan fisiknya sesuai dengan adanya bangunan yang berdiri. Sedangkan dalam segi

penggunaanya juga sesuai Hak Guna Bangunan tersebut digunakan sebagaimana

mestinya. Kesimpulannya adalah hak milik atas tanah peruntukanya harus digunakan

sesuai dengan haknya masing-masing dan tujuanya juga harus bermanfaat agar tanah

dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tanhanya tidak menjadi tanah terlantar.

11 Imam Koeswahyono & Tunggul Anshari, hlm.57.

Page 36: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

C. Obyek Tanah Terlantar

Yang menjadi obyek tanah terlantar adalah (PP Nomor 11 Tahun 2010, Bab II,

Pasal 2)12

1. Tanah yang telah berstatus hak, yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna

bangunan, hak Pakai dan hak Penelolaan yang tidak diusahakan, tidak

dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan

tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.

2. Tanah yang telah memperoleh dasar penguasaan (izin, keputusan, surat) apabila

tanahnya tidak dimohon hak, tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak

dimanfaatkan sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang ditetapkan.

Berikut ini yang dikecualikan dari obyek penertiban tanah terlantar menurut PP

No. 11 Tahun 2010, bab II, Pasal 3, adalah :

1. Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama perseorangan yang secara tidak

sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan sifat atau tujuan pemberian haknya.

12 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010, Bab II, Pasal 2

Page 37: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

2. Tanah yang dikuasai pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung

dan sudah berstatus maupun belum berstatus barang Milik Negara yang secara tidak

sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan sifat atau tujuan pemberian haknya.

D. Penetapan Tanah Terlantar

Yang menjadi dasar hukum dalam penetapan tanah terlantar adalah (PP

Nomor 11 Tahun 2010, Bab V, Pasal 9)13

1. Kepala menetapkan tanah terlantar terhadap tanah yang diusulkan oleh kepala

kantor wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 6.

2. Dalam hal tanah yang akan ditetapkan sebagai tanah terlantar merupakan tanah

hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf a, penetapan tanah terlantar

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat juga penetapan hapusnya hak atas

tanah, sekaligus memutuskan hubungan hukum serta ditegasakan sebagai tanah

yang dikuasai langsung oleh negara.

3. Dalam hal tanah yang akan ditetapkan sebagai tanah terlantar adalah tanah yang

sudah diberikan dasar penguasaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 6 ayat

1 huruf b, penetapan tanah terlantar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat

juga pemutusan hubungan hukum serta penegasan sebagai tanah yang dikuasai

langsung oleh Negara.

13 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010, Bab V, Pasal 9

Page 38: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Dengan adanya pengertian tanah terlantar maka, tanah yang sudah dinyatakan

sebagai tanah terlantar menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara. Hal ini

berarti bahwa bekas pemegang hak atau pihak yang memperoleh dasar penguasaan atas

tanah yang bersangkutan tidak lagi berhak menggunakan tanah tersebut dan harus

menyerahkan kepada pihak yang ditujukan oleh kepala BPN RI sebagai pemegang hak

selanjutnya.

E. Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar

Setelah tanah ditetapkan sebagai tanah terlantar oleh Kepala BPN RI

selanjutnya tanah yang terlantar tersebut akan didayagunakan untuk kepentingan

masyrakat dan negara melalui reforma agraria dan program strategis negara serta untuk

cadangan negara lainya sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 114 dan pengaturan

peruntukan penguasaan , pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah negara bekas

tanah terlantar dilaksanakan oleh Kepala BPN RI/Menteri Agraria dan Tata Ruang

sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 2.

Kesimpulanya adalah yang dimaksud tanah terlantar adalah tanah yang tidak

diusahakan atau tidak digarap sesuai dengan haknya dan hak penguasaan atas tanah

yang dimaksud adalah Sertipikat Hak Milik (SHM), Sertipikat Hak Guna Usaha

(SHGU), Sertipikat Hak Guna Bangunan (SHGB), Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan

14 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010

Page 39: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Atas Tanah. Untuk mengantisipasi kasus penelantaran tanah pemerintah membuat

Peraturan pemerintah PP No 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan

Tanah Terlantar tujuan peraturan tersebut dibuat untuk dijadikan dasar hukum negara

dalam melakukan tindakan tegas dan memberi sanksi terhadap pelaku yang melakukan

penelantaran tanah agar pelaku penelantaran tanah menjadi jera dan tidak akan lagi

melakukan tindakan penelantaran tanah.

Page 40: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis empirisi. Yuridis-empiris

merupakan penelitian yang ditinjau melalui aspek hukum, dalam hal ini adalah

peraturan-peraturan yang dikorelasikan dengan kenyataan atau praktek yang terjadi

dilapangan. Penelitian yuridis-empiris merupakan suatu penelitian yang dilakukan

dimasayarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta, kemudian

diteruskan dengan menemukan masalah, kemudian menuju pada identifikasi masalah,

dan yang terakhir untuk mencari penyelesaian masalah.1

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang ditetapkan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah di

Kabupaten Mojokerto. Adapun penelitian ini memilih lokasi tersebut dengan alasan

sebagai berikut:

Bahwa di Kabupaten Mojokerto secara faktual pernah terdapat adanya indikasi

terhadap tanah terlantar. Kasus tanah yang diindikasikan sebagai tanah terlantar adalah

kasus yang terdapat di lokasi dalam Kabupaten Mojokerto. Terdapat tanah yang

diindikasikan terlantar yang lokasinya terdapat di 8 objek yang tersebar di dalam 4

1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, 1986, Hlm 10

Page 41: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Kecamatan, yaitu Kecamatan Bangsal, Kecamatan Pungging, Kecamatan

Mojoanyardan Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.2 Sehingga dengan demikian

maka secara substansial pilihan lokasi dalam penelitian ini adalah fisibel dalam takaran

metodologik

C. Jenis dan Sumber Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer serta sekunder.

Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan

wawancara mendalam. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis dan

sumber data, yaitu :3

a. Data Primer

Data primer atau data dasar (primary data atau basic data) adalah

informasi yang berupa pemahaman, persepsi, sikap, tindakan, pengalaman dari

subyek penelitian (Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto dan Investor yang

menelantarkan tanah dalam kasus ini investor yang melakukan penelantarana

tanah adalah PT.Tjipendawa Kahuripan). Selain itu data primer diperoleh

langsung dari wawancara dengan narasumber kepala bagian seksi sengketa dan

peralihan kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto, karena bagian ini memiliki

2 Buku Laporan Hasil Kegiatan Identifikasi Tanah Terlantar di Kabupaten Mojokerto Tahun

2011, hlm 8 3 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984, hlm 12.

Page 42: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

informasi terkait dengan tanah terlantar yang ada di Kabupaten Mojokerto, serta

investor yang telah menelantarkan tanah.

b. Data Sekunder

Data sekunder (Secondary Data) adalah merupakan data tambahan yang

dapat melengkapi data primer yang diperoleh di lapang. Data sekunder

(secondary data) diperoleh melalui sumber yang berasal dari Kantor Pertanahan

Kabupaten Mojokerto sebagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan

penelitian ini, baik informasi data melalui : data statistik kasus penelantaran tanah

yang ditangani oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto, arsip-arsip,

dokumen, maupun website dari instansi tersebut. Data sekunder ini juga

diperoleh dari bahan kepustakaan, baik berupa hasil penelitian sebelumnya

maupun literatur dan jurnal yang masih berkaitan dengan pembahasan dalam

penelitian ini sehingga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

ini.

Apa yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subyek

darimana data diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data

sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Page 43: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dari narasumber yaitu kepala

seksi bagian sengketa dan peralihan Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto dan juga

investor yang menelantarkan tanah yaitu PT.Tjipendawa Kahuripan.

b. Sumber Data Sekunder

1. Dokumen atau berkas-berkas, diperoleh penulis melalui wawancara terhadap

narasumber yang berkaitan dan yang menangani kasus tanah terlantar di Kabupaten

Mojokerto, dalam hal ini berkas yang didapat dari Kantor Badan Pertanahan

Nasional Kabupaten Mojokerto.

2. Peraturan perundang-undangan, diperoleh dari Perpustakaan Pusat Universitas

Brawijaya, dan Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya yang sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh penulis yaitu

tentang tanah terlantar

3. Literatur yang berkaitan dengan penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar

yang diperoleh dari Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya, dan Pusat

Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data diperoleh penulis yakni melalui:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Page 44: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Penelitian melakukan langsung dengan cara wawancara dengan narasumber

yang menggunakan daftar pertanyaan. Metode wawancara ini digunakan

kepada kepala seksi bagian sengketa dan peralihan Kantor Pertanahan

Kabupaten Mojokerto dan juga investor yang menelantarkan tanah yaitu

PT.Tjipendawa Kahuripan, serta perwakilan dari warga masyarakat Desa

Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto

2. Teknik Pengumpulan Data sekunder

Diperoleh melalui studi dokumen berkas-berkas penting (arsip, laporan,

notulensi, risalah, perjanjian dan lain-lain) dari institusi yang diteliti serta

penelusuran peraturan perundang-undangan dari berbagai sumber, penelusuran

situs internet, kliping Koran dan lain-lain yang bersangkutan dengan penelitian

yang diperoleh pada Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya, dan Pusat

Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini meliputi pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

2. Kepala Seksi Sengketa Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto.

3. Kepala Desa Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto

Page 45: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

4. Masyarakat yang terkait yang menggarap tanah bekas HGU PT.Tjipendawa

Kahuripan (terdiri atas 3 orang)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian.4

Sampel dalam penelitian ini adalah Sub. Seksi bagian sengketa dan peralihan Kantor

Pertanahan Kabupaten Mojokerto yang khususnya memiliki tugas bagian

menyelesaikan sengketa dan peralihan tanah, dan perwakilan investor yang

menelantarkan tanah yaitu PT.Tjipendawa Kahuripan di Kabupaten Mojokerto.

3. Responden

Responden adalah orang-orang yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti. Dalam

penelitian ini responden yang dipilih yaitu dari Purposive Sampling. Purposive

Sampling atau Sampling Bertujuan adalah suatu strategi jika seseorang menginginkan

agar dapat memahami sesuatu mengenai kasus-kasus terpilih tertentu tanpa

membutuhkan (atau berhasrat) untuk menggeneralisasi kepada semua kasus seperti

4 Ibid, hlm 96

Page 46: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

itu.5 Peneliti menggunakan purposive sampling untuk meningkatkan kegunaan

informasi yang diperoleh dari sampel yang sedikit.

Peneliti pada mulanya menelusur informan yang mempunyai informasi yang

kaya untuk kajian yang lebih dalam. Dengan perkataan lain, sampel-sampel ini dapat

dipilih karena merekalah yang mempunyai pengetahuan banyak dan informatif

mengenai fenomena yang sedang diinvestigasi oleh peneliti.6

Responden ini terdiri dari :

a. Kasubsi Sengketa dan Konflik Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto

b. Kasubsi Perkara Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

c. Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto

d. Kepala Desa Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto

e. Empat orang warga penggarap Tanah Ex HGU PT Tjipendawa Kahuripan

Desa Cembor, Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.

5 Lawrence Neumann, Metodologi Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,

Indeks, Jakarta, 2013, hlm. 286 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, hlm.

68

Page 47: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

F. Teknik Analisis Data

Peneliti dalam menganalisis data menggunakan Deskriptif analisis, yaitu

dengan menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam

penelitian ini yaitu penggambaran tentang cara melakukan penertiban dan

pendayagunaan tanah terlantar yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto. Dengan metode deskriptif analisis, praktek penertiban dan pendayagunaan

tanah terlantar bisa digambarkan dan dideskriptifkan sehingga bisa diketauhi

bagaimana prakteknya dilapangan.

G. Definisi Operasional

Merupakan batasan pengertian istilah yang dipergunakan dalam penelitian

sesuai tema penelitian yang dapat merujuk pada Peraturan Perundang-undangan,

kamus, maupun pendapat ahli. Adapun batasan pengertian istilah yang berkaitan

dengan tema penelitian penulis, yakni:

1. Tanah terlantar adalah tanah yang tidak dimanfaatkan oleh pemegang hak

atas tanahnya maksudnya tanah tersebut tidak dikerjakan atau tidak digunakan

sesuai dengan peruntukanya

2. Penertiban adalah suatu usaha atau kegiatan untuk mengambil tindakan

tentang tata cara penertiban tanah terlantar agar pemanfaatan tanah terlantar

tersebut dapat terwujud .

Page 48: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

3. Pendayagunaan adalah upaya atau kegiatan pemanfaatan tanah yang

ditelantarkan supaya tanah yang ditelantarkan tersebut dapat memberikan

manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

Page 49: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A.1. Gambaran Umum Kabupaten Mojokerto

Penelitian dilakukan di Kabupaten Mojokerto. Kabupaten Mojokerto

merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

ini berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik disebelah utara,

Kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Pasuruan disebelah selatan, Kabupaten Malang

disebelah selatan dan Kabupaten Jombang da sebelah barat.1

Kabupaten mojokerto memiliki luas wilayah 692,15 km2 dengan jumlah

penduduk 1.102.662 jiwa dan kepadatan penduduk 1.593,10 jiwa setiap km2.

Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa

dan kelurahan.2

Karakteristik fisik dasar kabupaten Mojokerto terdiri dari Kondisi Geografis

berupa kondisi bentang alam Kabupaten Mojokerto , Kondisi Topografi berupa

kondisi lahan yang ada di Kabupaten Mojokerto yang ketinggian lahan rata-rata

dibawah 500m dari permukaan laut dan kependudukan berupa nilai atau angka dari

jumlah penduduk yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan struktur umur.

1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto dan Bappeda Kabupaten Mojokerto dalam

Angka Mojokerto Regency In figure 2016, hal 6

2 Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto dan Bappeda Kabupaten Mojokerto dalam

Angka Mojokerto Regency In figure 2016, hal 7

Page 50: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 1110 20’13” sampai

dengan 1110 40’47” bujur timur dan antar 7018’35” sampai dengan 70 47” lintang

selatan. Secara geografis Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan dengan pantai,

hanya berbatasan dengan wilayah Kabupaten lainnya :3

Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik

Sebelah Timur : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan

Sebelah Selatan : Kabupaten Malang

Sebelah Barat : Kabupaten Jombang

Posisi atau letak Kota Mojokerto berada di tengah-tengah Kabupaten

Mojokerto yang berarti Kabupaten Mojokerto mengitari wilayah Kota Mojokerto.

Kabupaten Mojokerto memiliki karateristik topografi yang tinggi pada bagian

selatan dan utara yang berupa pegunungan yang subur. Bagian tengah merupakan

wilayah dataran, sedangkan bagian utara merupakan daerah perbukitan kapur yang

kurang subur.

Wilayah Kabupaten Mojokerto yang memiliki kemiringan tanah lebih dari

15 derajat yaitu 207,645 Km2, sedangkan sisanya merupakan wilayah dataran

dengan tingkat kemiringan lahan kurang dari 15 derajat.4 Letak ketinggian

kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Mojokerto rata-rata berada dibawah

500 m dari permukaan laut, kecamatan yang memiliki ketinggian tertinggi adalah

3 Ibid, hlm. 7

4 Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto dan Bappeda Kabupaten Mojokerto dalam

Angka Mojokerto Regency In figure 2016, hal 8

Page 51: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Kecamatan pacet, dimana ketinggiannya berada pada lebih 700 m dari permukaan

laut.

Secara administratif wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18

kecamatan, 304 desa. Luas wilayah secara keseluruhan Kabupaten mojokerto

adalah 692,15 km2, dimana bila lita amati wilayah Kecamatan Dawarblandong

merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar.5

Kabupaten Mojokerto memiliki 18 kecamatan dengan rata-rata ketinggian dari

permukaan laut yaitu 152,38 m dan hanya empat kecamatan yang memiliki

ketingian di atas rata-rata ketinggian yang ada di Kabupaten Mojokerto. Kecamatan

Trawas merupakan krcamatan yang memiliki ketinggian 800 m dari permukaan laut

merupakan daratan tertinggi di Kabupaten Mojokerto, sedaangkan Kecamatan

Dlanggu hanya memiliki ketinggian 17 m dari permukaan laut yang merupakan

dataran terendah di kabupaten Mojokerto. Kabupaten Mojokerto memiliki rata-rata

luas wilayah 38,452 km2 dengan rincian bahwa kecamatan Gedek merupakan

Kecamatan dengan luas wilayah paling sedikit dibandingkan dengan 17 kecamatan

lain yaitu 22,98 km2 dari total luas wilayah Kabupaten Mojokerto sedangkan

Kecamatan dengan wilayah terluas yaitu Kecamatan Dawarblandong dengan luas

wilayah 58,93 km2 dari total luas wilayah di Kabupaten Mojokerto.6

5 Ibid, hlm. 9 6 Badan Pusat Statistik Kabupaten dan Bappeda Kabupaten Mojokerto dalam Angka

Mojokerto Regency in figure 2016, hal 9.

Page 52: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

A.2. Gambaran umum Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mojokerto

Penelitian ini dilakukan di kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto. Kantor

Pertanahan Mojokerto merupakan penyelenggara pengelolaan pertanahan yang

mampu mendorong peran serta masyarakat di bidang pertanahan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat Kantor Pertanahan

Kabupaten Mojokerto diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap

meningkatnya pertumbuhan ekonomi baik secara mikro maupun makro menuju

terciptanya masyarakat yang sejahtera.7

A.2.1 Profil Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mojokerto

1) Visi

Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana

instasi pemerintah harus dibawah dan berkarya agar konsisten dan dapat

eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi tidak lain adalah suatu

gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan dan berisikan cita

dan citra yang ingin diwujudkan oleh instasi pemerintah. Dengan mengacu

pada batasan tersebut, serta visi Badan Pertanahan Nasional

“Terselenggaranya Pengelolaan Pertanahan yaang Mampu Mendorong

Peran Serta Masyarakat dan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

7 Lembaran Bagian Depan Renstra Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

Page 53: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Berdasarkan Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan” maka visi Kantor

Pertanahan Kabupaten Mojokerto, adalah sebagai berikut :8

“Menjadi Kantor yang mampu mengantarkan masyarakat

lebih sejahtera dengan Tanahnya”

2) Misi

Misi adalah pedoman yang wajib dipegang teguh oleh setiap aparat

pemerintah dalam mewujudkan Visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu

gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara

pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikanya, Mengacu pada

Badan Pertanahan Nasional, misi Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

adalah sebagai berikut : 9

a. Menguatkan Kepercayaan masyarakat dengan senantiasa meningkatkan

kualitas pelayanan.

b. Mempercepat penyelesaian perkara-perkara yang ada sekaligus

mengemilir timbulnya masalah baru.

c. Melaksanakan penataan kawasan tanpa paksaan (LC)

d. Mengembangkan pelayanan dengan memanfaatkan Teknologi informasi

(LARASITA) agar lebih mudah, murah dan terbebas dari calo

8 Lembaran Bagian Depan Renstra Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

BAB III Visi dan Misi Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto 9 Lembaran Bagian Depan Renstra Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

BAB III Visi dan Misi Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

Page 54: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

e. Memberdayakan masyarakat dengan melaksanakan redisbrusi tanah dan

kegiatan persertifikatan lainya.

B. Realitas Data Tanah Terlantar di Kabupaten Mojokerto

Salah satu permasalahan pertanahan yang perlu mendapat perhatian adalah

masih terdapatnya bidang-bidang tanah yang keadaanya terlantar. Jika tidak

ditangani dengan cepat dan penuh dengan perhatian, hal ini pada giliranya akan

mengganggu jalanya pembangunan, mengingat persediaan tanah yang semakin

terbatas dan kebutuhan tanah untuk pembangunan yang semakin meningkat. Di

daerah pedesaan keberadaan tanah terlantar akan mengganggu kelestarian

swasembada di bidang pangan. Sedangkan di daerah perkotaan, keberadaan tanah

terlantar akan menyebabkan tumbuhnya daerah-daerah kumuh yang mengurangi

estetika perkotaan dan mengurangi efisiensi penggunaan tanah serta dapat

menyebabkan masalah sosial yang tidak dihendaki.

Keberadaan tanah terlantar baik di daerah pedesaan maupun di daerah

perkotaan akan mengurangi arti dan peran tanah yang berfungsi sosial. maka dari

itu merupakan kewajiban seluruh masyarakat baik perorangan maupun badan

hukum yang mempunyai hubungan hukum terhadap tanah untuk senantiasa

memelihara, menambah kesuburan tanah serta mencegah kerusakanya, yang

bertujuan untuk sebesar-besar kesejahteraan atau bermanfaat bagi seluruh lapisan

masyarakat.

Terkait dengan keberadaan tanah terlantar, berdasarkan data penelitian yang

di dapatkan oleh penulis dari Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto terdapat 4

(empat) lokasi yang masih diindikasikan sebagai tanah terlantar dan 1 (satu) lokasi

Page 55: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

yang tanahnya sudah ditetapkan sebagai tanah terlantar, sesuai dengan data tahun

2011 sampai dengan tahun 2013, dan berikut realitas data tabel tanah terlantar yang

di dapatkan penulis dari Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto :

Page 56: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Tabel B.1 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto Tahun 2011

Sumber : Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto, data diolah, 2011.

No

a. Pemegang hak

b. Alamat

a. No. SK Hak

b. Tanggal

c. Penggunaan sesuai

SK

a. No. Sertipikat

b. Berakhir

Sertipikat

c. Luas (Ha)

Penggunaan Tanah

saat ini

Luas Tanah yang

ditelantarkan (ha)

1.

a. PT.Tjipendawa

Kahuripan

b. Jl. Ir. H. Juanda

No. 5A Jakarta

Selatan

a. Gubernur Kepala

Daerah Tingkat 1

Jawa Timur Cq.

Kepala Direktorat

Agraria Nomor.

593.43/1/SK/320/1988

b. 30-06-1988

c. Peternakan Ayam

a. HGU No. 1

Cembor

b. 08-10-2009

c. 13.584

Ditanami ketela,

Jagung, Kacang

panjang, dan pohon

pisang

13.584

Page 57: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Keterangan : Data ini merupakan data tanah terlantar yang dilakukan oleh PT.Tjipendawa Kahuripan di Kabupaten Mojokerto yang

sudah ditetapkan oleh tim panitia C (SATGAS) Satuan Tugas Identifikasi tanah terlantar pada tahun 2011

Tabel B.2 Inventaris Data Tanah yang Terindikasikan Terlantar Kabupaten Mojokerto Tahun 2013

Nama Subyek

Hak

SK Hak

a. Nomor

b. Tanggal

c. Jenis Hak

Tanggal Berakhir

Hak

a.

Kabupaten/Kot

a

b. Kecamatan

Luas

(M2)

Peruntukan

Tanah

Penggunaa

n Saat Ini

Sertifika

t

a.

Nomor

b.

Tanggal

Luas (M2)

yang

Terindikasika

n Terlantar

Keteranga

n

1

.

PT. Paramita

Bina

a. 24/HGU/35/89

b. 29-06-1992

c. HGU

d. 20-07-2012

a. Kab.

Mojokerto

b. Pacet

523.080

Peternakan

Sapi/Pertanian

Tanah

Kosong

dan Tanah

Pertanian

a. HGU

1

b. 21-

07-1992

523.080

Sudah

Dikuasai

Page 58: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

2

.

PT. Mojokerto

Industrial Park

a.24/HGU/35/89

b. 29-02-1996

c. HGB

d. 08-04-2026

a. Kab.

Mojokerto

b. Mojoanyar

201.206

Kawasan

Industri

Tanah

Pertanian

a. B1 s.d

B5

201.206

Sudah

Dikuasai

3

.

PT. Mojokerto

Industrial Park

a.240/HGB/35/19

96

b. 29-02-1996

c. HGB

d. 08-04-2026

a. Kab.

Mojokerto

b. Mojoanyar

1.040.6

70

Kawasan

Industri

Tanah

Pertanian

a. B4 s.d

B9

b. 09-

04-1996

a. B21

s.d B33

b. 13-

10-2003

1.040.670

Sudah

Dikuasai

Page 59: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

4

.

PT. Mojokerto

Industrial Park

a.

1297/HGB/35/19

96

b. 20-11-1996

c. HGB

d. 09-12-1996

a. Kab.

Mojokerto

b. Mojoanyar

7.741

Kawasan

Industri

Tanah

Pertanian

a. B37

b. 01-

02-2005

a. B10

s.d B12

b. 10-

12-1996

7.741

Sudah

Dikuasai

5

.

PT. Mojokerto

Industrial Park

a.

307/HGB/BPN/1

999

b. 11-10-1999

c. HGB

d. 17-11-2029

a. Kab.

Mojokerto

b. Mojoanyar

173.534

Kawasan

Industri

Tanah

Pertanian

a. B13

s.d B16

B19 s.d

B20

b. 22-

05-2000

173.534

Sudah

Dikuasai

6

.

PT. Bintang

Taruna Cq

a.

02/HGB/351.1/19

94

a. Kab.

Mojokerto

46.480

Industri

Keramik

Tanaman

Tebu

a. B1

b. 02-

08-1994

46.480

Sudah

Dikuasai

Page 60: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

b. 6-6-1994

c. HGB

d. 01-08-2024

b.

Sumberwono

7

.

PT Industry

FoodStuffs

Manufacturing

Company

Limited

(Foodmaco)

a. 550.235.11-08

b. 15-04-1996

c. HGB

d. 22-04-2026

a. Kab.

Mojokerto

b. Pungging

46.845

Industri

Monosodium

Glutamate/MS

G/Penyedap

Rasa

Tanah

Kosong

dan

Tanaman

Mangga

a. HGB

1

b. 23-

04-1996

46.845

Sudah

Dikuasai

Sumber: Inventaris Data Tanah yang diindikasikan terlantar, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mojokerto, diolah, 2013.

Keterangan : Data ini merupakan data inventaris tanah yang terindikasi tanah terlantar di Kabupaten Mojokerto yang sudah diolah oleh

Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013.

Page 61: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan
Page 62: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Dari data tabel tersebut penulis berpendapat ditinjau dari aspek kasuistis dengan

merujuk pada pasal 2 dan pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11

tahun 2010 Tentang Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar dimana

disebutkan sebagai berikut :

Pasal 2:

Obyek penertiban tanah terlantar meliputi tanah yang sudah diberikan hak oleh

Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak

Pengelolahan, atau dasar penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak

dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan keadaanya atau sifat dan tujuan

pemberian hak atau dasar penguasaanya.

Pasal 3 :

Tidak termasuk obyek penertiban tanah terlantar sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 adalah :

a. Tanah hak Milik atau Hak Guna Bangunan atas nama perseorangan yang

secara tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan

tujuan pemberian haknya ; dan

b. Tanah yang dikuasai pemerintah baik secara langsung maupun tidak

langsung dan sudah berstatus maupun belum bersetatus Barang Milik

Page 63: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Negara/Daerah yang tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan

atau sifat dan tujuan pemberian haknya.

Merujuk pada pasal 2 dan 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar tersebut,

penulis berpendapat bahwa sesuai dengan data tabel tanah terlantar dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2013 di Kabupaten Mojokerto dari total 8 (delapan) perusahaan

yang memiliki tanah di 4 (empat) lokasi yang terletak di Kecamatan Pacet, Kecamatan

Mojoanyar, Kecamatan Bangsal, dan Kecamatan Pungging, penulis mengamati bahwa

delapan perusahaan tersebut telah melakukan penelantaran tanah. Karena delapan

perusahaan tersebut bukan atas nama perseorangan atau badan hukum milik Negara

atau Daerah, melainkan atas nama badan hukum perusahaan swasta yang dianggap

penulis menelantarkan tanah.

Hal ini merujuk pada pasal 2 dan pasal 3 PP No 11 Tahun 2010. dan di dalam

pasal 3 PP No 11 tahun 2010 tidak ada penjelasan yang menjelaskan bahwa badan

hukum swasta masuk di dalam objek pengecualian penertiban tanah terlantar.

Kesimpulanya adalah adanya kasus penelantaran tanah seperti yang dilakukan delapan

perusahaan tersebut pasti ada faktor penyebabnya dan faktor-faktor tersebut akan

dijelaskan oleh penulis dengan lebih detail di bagian pembahasan yang membahas

tentang faktor-faktor penyebab terjadinya tanah terlantar di Kabupaten Mojokerto.

Page 64: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tanah Terlantar di Kabupaten

Mojokerto

Ketika penulis melakukan penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto dan mencari tahu tentang faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

tanah terlantar di Kabupaten Mojokerto. Penulis mendapatkan data dengan cara

melakukan wawancara dengan staf dan pejabat kantor Pertanahan yang menjadi sampel

penelitian penulis. Salah satu orang yang di wawancarai oleh penulis adalah Kasubsi

bagian Sengketa dan Konflik Pertanahan Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

yang menjelaskan bahwa, memang ada banyak tanah yang ditelantarkan atau tidak di

kerjakan oleh pemilik tanahnya yang tidak sesuai dengan hak atas tanahnya.10 Hasil

wawancara tersebut ketika penulis membandingkan dengan data otentik dari Kantor

Pertanahan Kabupaten Mojokerto berupa makalah atau data tabel memang sesuai

dengan data tabel inventaris tanah terlantar tahun 2013, tidak dikerjakan maksudnya

adalah tidak digarap atau tidak diusahakan dengan benar dan pengerjaanya tidak sesuai

dengan peruntukan hak atas tanahnya.

Mayoritas tanah dari luas keseluruhan tanah yang dimiliki Kabupaten

Mojokerto adalah berupa tanah pertanian, dan perkebunan termasuk di dalamnya

wilayah dataran tinggi seperti terletak di Kecamatan Pacet yang mayoritas peruntukan

tanahnya hanya untuk perkebunan atau peternakan, kecuali untuk wilayah Kecamatan

10 Hasil wawancara survai dengan Kasubsi Sengketa dan Konflik Pertanahan Kabupaten

Mojokerto bapak R.Widodo Agus Purwanto, pada tanggal 18 agustus 2016, di Kantor Pertanahan

Kabupaten Mojokerto

Page 65: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Mojoanyar, Kecamatan Pungging, dan Kecamatan Bangsal yang memang dikhususkan

sebagai wilayah kawasan industri Kabupaten Mojokerto. Hal tersebut sesuai dengan

data tabel inventaris tanah yang diindikasikan terlantar tahun 2013 yang telah di buat

sebelumnya oleh penulis dibagian realita tanah terlantar di Kabupaten Mojokerto.

Ketika penulis melakukan penelitian lebih lanjut, penulis telah menemukan

kasus tanah terlantar yang terjadi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Melihat

dari data otentik inventaris tanah terlantar, di data tersebut ada banyak investor atau

penanam modal yang melakukan penelantaran tanah. Kasus tersebut ada yang sudah

ditetapkan oleh tim panitia C Satuan Tugas (SATGAS) identifikasi tanah terlantar

sebagai pelaku penelantaran tanah, dan ada juga tanah yang masih diindikasikan

sebagai tanah terlantar. Karena apabila sebidang tanah agar dapat ditetapkan oleh Tim

Panitia C sebagai tanah terlantar yang telah ditelantarkan oleh pemiliknya harus

melalui beberapa proses yang cukup panjang. Proses tersebut diawali dengan cara

melakukan evaluasi terlebih dahulu dan melakukan invetaris data tanah yang

terindikasi terlantar terlebih dahulu yang dilakukan oleh tim panitia C Satuan Tugas

identifikasi tanah terlantar.11

Jadi kesimpulanya, tanah yang ditelantarkan oleh pemegang haknya atau yang

menguasai tanahnya agar dapat ditetapkan sebagai tanah terlantar pasti melewati proses

11 Hasil wawancara survai dengan staf Sub bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto bapak Sigit, pada tanggal 21 Agustus 2016, di Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

Page 66: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

yang sangat panjang di awali dengan proses inventaris tanah yang diindikasikan

terlantar terlebih dahulu sampai dengan diterbitkan Surat Keputusan (SK) penetapan

tanah terlantar oleh tim Satuan Tugas (SATGAS) panitia C tanah terlantar yang

dibentuk dari gabungan Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto dan Kantor

Pertanahan Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut di atur di dalam PP No 11 Tahun 2010

Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, dan proses tersebut akan

dijelaskan lebih lengkap dan lebih detail oleh penulis di bagian berikutnya yang

membahas tentang upaya hukum yang akan dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional

dalam penyelesaian kasus tanah terlantar khususnya di Kabupaten Mojokerto.

Dari data otentik yang didapat oleh penulis berupa data makalah dan data tabel

Inventaris tanah terlantar Tahun 2011 hingga tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kantor

Pertanahan Kabupaten Mojokerto. Merujuk dari data tersebut penulis menemukan satu

kasus yaitu, terdapat ada 1 (satu) Perusahaan yang memiliki sertipikat berupa sertipikat

Hak Guna Usaha (HGU) dan sudah ditetapkan oleh tim panitia C Satuan Tugas

(SATGAS) identifikasi tanah terlantar sebagai pelaku penelantaran tanah. Dari total 8

(delapan) perusahaan yang diindikasikan melakukan penelantaran tanah salah satu

perusahaan yang ditetapkan sebagai pelaku penelantaran tanah adalah PT.Tjipendawa

Page 67: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Kahuripan dengan total luas tanah yang ditelantarkan 13.584 Ha yang terletak di desa

Cembor, Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.12

Hasil pengamatan penulis mulai dari pengamatan data otentik serta wawancara

dengan sampel penelitian memperlihatkan bahwa PT.Tjipendawa Kahuripan saja yang

tidak mengusahakan atau menggarap keseluruhan tanah yang dimiliki atau yang telah

dikuasai sesuai dengan SK hak atas tanahnya. Sedangkan untuk perusahaan yang lain

masih berupaya dengan baik dan masih sering memberikan laporan perihal tentang

penggarapan tanah yang dimiliki ke Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto dengan

memberikan beberapa surat keterangan seperti keberatan dalam menggarap

keseluruhan luas tanah karena terkendala biaya operasional dalam penggarapan

tanahnya.

Mayoritas seluruh perusahaan mempunyai alasan yang sama, masalah intinya

adalah kekurangan dana atau modal untuk mengusahakan tanah yang dimiliki, kecuali

PT.Tjipendawa Kahuripan yang hanya satu kali saja melaporkan keberatan untuk

menggarap tanah dengan SK HGU pada tahun 2005 saja, namun setelah tahun 2005

sampai ditetapkan sebagai tanah terlantar PT.Tjipendawa Kahuripan sama sekali tidak

12 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT.Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011 Bab IV,Bagian Surat Penetapan Tanah Terlantar

Page 68: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

pernah melaporkan seluruh kegiatannya lagi dalam penggarapan tanah sesuai dengan

peruntukan tanahnya ke Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto.13

C.1 Pendapat Warga Masyarakat Yang Menggarap Tanah Bekas Hak Guna

Usaha (HGU) PT.Tjipendawa Kahuripan

Menurut pendapat warga masyarakat yang telah mendapat redistribusi tanah

bekas Hak Guna Usaha (HGU) PT.Tjipendawa Kahuripan yang telah di wawancarai

oleh penulis yaitu Bapak Suyanto, Bapak Madris, dan Bapak Darmaji yang sekarang

menggarap tanah bekas HGU PT.Tjipendawa Kahuripan. Narasumber menjelaskan

bahwa tanah yang dikuasai oleh PT.Tjipendawa Kahuripan dengan SK Hak Guna

Usaha yang total luas tanah keseluruhannya adalah 135.840m2 ternyata sebagian

luasnya yang 74.330m2 merupakan milik warga masyarakat Desa Cembor Kecamatan

Pacet Kabupaten Mojokerto yang telah menerima redistribusi hak atas tanah dari

pemerintah pada tahun 1964 sesuai SK Kinag Jatim No. 1/Agr/I/99/HM/-abs pada

tanggal 17 september 1964, namun pada tahun 2003 ada salah satu seorang warga

bernama Bapak Kasdu yang menjadi pelopor dan perwakilan/kuasa hukum warga

masyarakat Desa cembopr untuk menggugat PT.Tjipendawa Kahuripan, karena

PT.Tjipendawa Kahuripan dianggap telah menguasai sebagian tanah warga masyarakat

Desa Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto, dan warga baru menyadari hal

tersebut ketika warga telah menyadari pada akhirnya warga menggugat PT.Tjipendawa

13 Hasil wawancara survai dengan Kasubsi Sengketa dan Konflik Pertanahan Kabupaten

Mojokerto bapak R.Widodo Agus Purwanto, pada tanggal 18 agustus 2016, di Kantor Pertanahan

Kabupaten Mojokerto

Page 69: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Kahuripan di Pengadilan Negeri Kabupaten Mojokerto karena merasa sangat dirugikan

dengan nomor gugatan No. 26/PDT.G/2003/PN.Mkt .

Gugatan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Cembor dengan tujuan agar

masyarakat segera mendapatkan kembali hak atas tanah yang telah di redistribusikan

pemerintah untuk masyarakat Desa Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto

dengan total jumlah luas tanah 74.330 pada tahun 1964 dan warga masyarakat yang

menerima redistribusi tersebut sebanyak 26 orang. Setelah gugatan dikabulkan oleh

pengadilan, karena tergugat telah dipanggil secara patut tidak pernah hadir selama

persidangan maka pengadilan memutuskan untuk mengabulkan gugatan yang telah

diajukan oleh penggugat dengan putusan Verstek, karena tergugat tidak pernah hadir

selama persidangan.

Setelah putusan tersebut dibacakan oleh hakim di Pengadilan Negeri Kabupaten

Mojokerto masyarakat selanjutnya menunggu proses pembatalan SK HGU

PT.Tjipendawa kahuripan. Pada awalnya masyarakat bersemangat karena masyarakat

merasa SK pembantalan akan segera di terbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto, karena masyarakat bermodal percaya diri dengan adanya putusan dari

pengadilan yang memenangkan pihak penggugat. Namun semangat masyarakat

tersebut akhirnya menjadi hilang karena sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 Kantor

Pertanahan Kabupaten Mojokerto tidak pernah menerbitkan SK pembatalan HGU

PT.Tjipendawa Kahuripan. Sampai pada akhirnya masyarakat merasa putus asa dan

merasa percuma telah melakukan upaya hukum untuk mendapatkan tanahnya lagi yang

Page 70: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

di dapat dari program redistribusi pemerintah pada tahun 1964. Dari hal tersebut

akhirnya masyarakat mempunyai keyakinan bahwa yang mempunyai kekuasaan

ataumemiliki banyak uang pasti akan memenangkan suatu perkara meskipun sudah ada

putusan pengadilan yang tetap bahwa seharusnya penggugat yang menang.14

Namun setelah menunggu begitu lama pada tahun 2011 pembatalan SK HGU

PT.Tjipendawa baru di terbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto, dan

PT.Tjipendawa juga ditetapkan sebagai pelaku penelantaran tanah oleh Kantor

Pertnahan Kabupaten Mojokerto. Setelah ada penetapan tersebut masyarakat baru

mendapatkan kembali hak atas tanahnya lagi dan hal tersebut tentunya masyarakat

merasa lega karena dari penerbitan SK tersebut setidaknya telah membayar rasa tidak

percaya masyarakat kepada pemerintah yang selama ini di anggap tidak pernah peduli

terhadap kepentingan masyarakat.

Kesimpulanya adalah upaya hukum yang dilakukan oleh masyarakat

sebenarnya tidak ada yang sia-sia karena dalam suatu proses upaya hukum pasti akan

ada halangan, dan yang menjadikan proses tersebut menjadi sulit terlaksana adalah

dikarenakan banyaknya kendala, baik kendala internal atau eksternal. Terlihat dari

kasus ini kendala yang membuat proses hukum sulit terlaksana adalah dari sistem

14 Hasil wawancara survai dengan warga masyarakat Bapak Darmaji, Bapak Suyanto, Bapak

Madris di Balai Desa Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 6 desember 2016

Page 71: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

birokrasi pemerintahan, seperti contoh kasusnya adalah kasus tanah terlantar yang telah

dilakukan oleh PT.Tjipendawa Kahuripan di Kabupaten Mojokerto.

Seharusanya sejak adanya penetapan pengadilan pada tahun 2003, kantor

pertanahan harus tegas dan bergerak cepat untuk segera menerbitkan SK tanah terlantar

yang dilakukan oleh PT TJIPENDAWA KAHURIPAN, namun yang terjadi di lapang

adalah SK penetapan tanah terlantar diterbitkan pada tahun 2011. Padahal seharusnya

SHGU PT TJIPENDAWA KAHURIPAN tersebut sudah berakhir pada tahun 2009 dan

berdasarkan pasal 34 UUPA dan pasal 17 ayat (1) PP No 40 tahun 1996 HGU menjadi

hapus karena berakhir jangka waktunya, jadi tidak perlu di tetapkan sebagai tanah

terlantar.

Menurut pendapat penulis pemerintah dalam hal ini kantor pertanahan yang

mempunyai wewenang melakukan penertiban tanah terlantar mungkin untuk menutup

kekosongan hukum pasal 34 UUPA dan pasal 17 ayat (1) PP No 40 tahun 1996 agar

tidak terjadi perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah kantor

pertanahan mengacu pada PP No 11 tahun 2010 Bab VII pasal 18 yang mengatur

ketentuan peralihan aturan PP No 36 tahun 1998 tentang penertiban dan

pendayagunaan tanah terlantar. Diketahui bahwa dalam PP No 11 Tahun 2010 pasal

18 menjelasakan bahwa ketika ada kasus tanah terlantar yang sebelumnya masih

merujuk pada PP No 36 tahun 1998 maka ketika PP No 11 Tahun 2010 berlaku secara

otomatis kasus yang masih dalam proses penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar

harus mengikuti peraturan pemerintah yang baru dan PP No 36 tahun 1998 sudah tidak

Page 72: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

berlaku lagi sehingga dampak buruknya prosesnya lama dan harus dimulai lagi dari

awal sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku dan sehingga itu yang

menyebabkan pemerintah terkendala dalam melakukan penertiban tanah terlantar yang

telah dilakukan oleh PT.Tjipendawa Kahuripan.

Maka dari itu penulis berpendapat setiap ada pergantian pemerintahan pasti

sedikit banyak akan merubah aturan-aturan hukum yang ada di Negara Republik

Indonesia, sehingga terkadang banyak pertauran yang saling tumpang tindih yang

membuat aparat penegak hukumnya menjadi bimbang untuk segera melaksanakan

tugasnya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku atau Peraturan Pemerintah yang

berlaku. Tetapi seharusnya masyarakat tidak perlu menunggu lama dalam pembatalan

SK HGU PT.Tjipendawa Kahuripan karena apabila merujuk pada pasal 34 UU No 5

tahun 1960 menjelaskan bahwa SK HGU hapus apabila tanah yang dikuasai dengan

SK HGU tersebut dicabut untuk kepentingan umum, dan ditelantarkan oleh pemegang

SK HGU tersebut.

C.2 Pendapat Perwakilan Pemegang Hak Guna Usaha PT.Tjipendawa

Kahuripan.

Dari hasil wawancara dengan perwakilan PT.Tjipendawa Kahuripan yaitu

dengan inisial nama S, karena beliau tidak mau namanya ditulis lengkap oleh penulis

di dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, karena untuk menghindari hal yang

tidak diinginkan oleh narasumber/sampel penelitian penulis. Menurut keterangan dari

S pada tanggal 31 januari 2005 sebenarnya pihak perusahaan telah mengajukan

permohonan keberatan dalam mengerjakan Hak Guna Usaha (HGU) kepada Kepala

Page 73: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto dengan nomer surat N0.001/TJIP-TN/I/2005

dengan menyertakan alasan bahwa masih terkendala dana atau biaya operasional untuk

mengembangkan perusahaan di lokasi tanah yang dimiliki oleh perusahaan yang

berada di Desa Cembor Kecamatan Pacet.

Surat tersebut juga sudah di jawab oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto dengan menjawab tentang perihal pembatalan SK HGU PT.Tjipendawa

Kahuripan dan jawabanya adalah tetap akan membatalkan SK HGU PT.Tjipendawa

Kahuripan tetapi di dalam isi surat tersebut tidak di jelaskan dengan pasti kapan akan

diterbitkan SK pembatalan HGU PT.Tjipendawa tersebut dengan nomer surat

No.500.351.1-295 pada tanggal 15 Pebruari 2005.

Setelah Kepala Kantor Pertanahan telah menjawab keberatan dari perusahaan

dan Kantor Pertanahan tetap akan melakukan pembatalan SK HGU maka pada waktu

itu perusahaan sudah pasrah dan tidak melakukan upaya hukum lagi karena sudah

terbukti bersalah melakukan penelantaran tanah dan tanah yang dikuasai oleh

perusahaan juga terjadi sengketa dengan tanah masyarakat Desa Cembor yang di dapat

dari program redistribusi tanah oleh Pemerintah pada tahun 1964.

Namun setelah menerima surat tersebut pada tahun 2005 sampai dengan tahun

2010 SK pembatalan HGU PT.Tjipendawa juga belum diterbitkan sehingga pihak

perusahaan juga akhirnya tidak mau tau lagi dan sebenarnya pada tahun 2010 sudah

ada surat teguran yang masuk untuk PT.Tjipendwa Kahuripan agar segera menggarap

Page 74: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

tanahnya namun dari pihak PT.Tjipendawa kahuripan sendiri sudah melepaskan dan

sengaja menghiraukan teguran tersebut karena dari pihak perusahaan sendiri tidak mau

rumit dengan satu urusan itu saja, karena banyak urusan yang lain lebih penting.

Akhirnya pada tahun 2011 SK pembatalan Hak Guna Usaha dan SK penetapan tanah

terlantar PT.Tjipendawa Kahuripan baru diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Mojokerto dan pada akhirnya tanah tersebut di redistribusikan lagi kepada

masyarakat yang menggarap tanahnya.15

Kesimpulan dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dengan

perwakilan investor adalah bahwa seharusnya Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto tidak perlu menunggu terlalu lama dalam pembatalan SK HGU PT

Tjipendawa Kahuripan tersebut karena apabila merujuk pada pasal 34 UU No 5 tahun

1960 menyatakan bahwa Hak Guna Usaha hapus karena tanah yang dikuasai dengan

Hak Guna Usaha ditelantarkan, dan dapat dicabut untuk kepentingan umum, dan

sebagai pendukung operasionalnya pada waktu tahun 2005 sudah diundangkan PP No

36 tahun 1998 tetapi tetap saja tidak terlaksana dalam hal pembatalan SK HGU dan

penetapan tanah terlantarnya dan baru telaksana pada tahun 2011, dari hal tersebut

penulis berpendapat bahwa mungkin ada sistem birokrasi yang bermasalah sehingga

15 Hasil wawancara survai dengan narasumber sampel penelitian dengan inisial S di restoran

KFC pada tanggal 6 Desember 2016

Page 75: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

proses pembatalan SK HGU dan penetapan tanah terlantar baru terlaksana pada tahun

2011

C.3 Kronologi PT.Tjipendawa Kahuripan Mendapatkan Tanah di Desa

Cembor, Kecamatan Pacet Menurut Kepala Desa Cembor.

Menurut keterangan kepala Desa Cembor, Bapak Purwoadi, pada tahun 1964

ada SK Redistribusi tanah untuk 26 orang, kemudian muncul PT. Unggas Anugerah

Pelita yang menyewa tanah tersebut selama 15 tahun dengan biaya sewa Rp. 2000 per

orang. Tetapi PT. Unggas Anugerah Pelita tidak pernah membayar uang sebesar RP.

2000 tersebut, 4 tahun kemudian perusahaan Tersebut mengalami kebangkrutan. Dan

pada tahun 1975 sudah menjadi SHM untuk 10 orang, pemiliknya antara lain salah satu

Direktur PT. Unggas Anugerah Pelita dan ada beberapa pejabat (Bapak Bupati, Bapak

Camat, staf Kantor Pertanahan 4 Orang dan orang dari dinas Peternakan kabupaten

Mojokerto). Kemudian 10 sertipikat SHM tersebut di gadaikan di Bank Bumi Daya

Kota Surabaya.

Setelah digadaikan di Bank Bumi Daya Surabaya selama beberapa tahun tidak

ada yang tahu ada permasalahan apa akhirnya pada tahun 1984 tanah tersebut di lelang,

dan pada tahun 1988 muncul perusahaan dengan nama PT. Tjipendawa Kahuripan

dengan sertipikat HGU yang terbit pada tahun 1989. Tetapi mulai dari tahun 1989

setelah mendapat sertipikat HGU tersebut, PT.Tjipendawa Kahuripan tidak pernah

Page 76: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

mengerjakan tanahnya sampai ditetapkan sebagai tanah terlantar oleh tim identifikasi

tanah terlantar kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto pada tahun 2011.16

Dari hasil wawancara Penulis dengan Kepala Desa Cembor tersebut penulis

berpendapat bahwa sesuai norma atau aturan hukum yang berlaku di Indonesia PT.

Tjipendawa Kahuripan dalam mendapatkan sebidang tanah di Desa Cembor

Kecamatan Pacet tidak melanggar aturan-aturan hukum yang berlaku di negara

Republik Indonesia, karena PT. Tjipendawa Kahuripan mendapatkan sebidang tanah

tersebut dari hasil memenangkan lelang yang di selenggarakan oleh bank Bumi Daya

Surabaya dan yang menjadi masalah adalah PT.Tjipendawa Kahuripan telah

menelantarkan tanahnya yang di dapat dari lelang yang diselenggarakan oleh bank

Bumi Daya Surabaya pada tahun 1988. Kesimpulanya adalah secara aturan norma

PT.Tjipendawa Kahuripan sah dalam memenangkan lelang karena tanah yang di

dapatkan dari lelang Bank Bumi Daya Surabaya termasuk dalam obyek Hak

Tanggungan yang diatur di dalam pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 4 tahun 1996 di dalam pasal tersebut mengatur bahwa “hak atas tanah yang

dapat dibebani Hak tanggungan adalah : Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna

Bangunan”.

16 Hasil wawancara Survai dengan Bapak Purwoadi Kepala Desa Cembor Kecamatan Pacet

Kabupaten Mojokerto Pada tanggal 22 Agustus di Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

Page 77: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Menurut pendapat penulis meskipun sebenarnya PT.Tjipendawa Kahuriupan

memenangkan lelang dan obyek yang dimenangkan bukan termasuk obyek Hak

tanggungan yang diatur di dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 tahun 1996

juga tetap di anggap sah, karena PT.Tjipendawa Kahuripan memenangkan lelang pada

tahun 1988 dan UU No 4 tahun 1996 baru berlaku pada tahun 1996 sejak undang-

undang tersebut diundangkan, namun apabila merujuk pada pasal 34 UU No 5 tahun

1960 yang menjelaskan bahwa Hak Guna Usaha dianggap hapus karena ditelantarkan,

dan yang menjadikan PT.Tjipendawa Kahuripan bermasalah adalah PT.Tjipendawa

Kahuripan telah melakukan penelantaran tanah yang diatur di dalam pasal 2 PP No 11

tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, karena

PT.Tjipendawa Kahuripan telah melakukan penelantaran tanah yang dimenangkan dari

lelang Bank Bumi Daya Surabaya pada tahun 1988 dengan cara disengaja.

C.4 Faktor Utama Penyebab Terjadinya Tanah Terlantar Yang Dilakukan

PT.Tjipendawa Kahuripan di Kabupaten Mojokerto

a. Tanah Tidak Dimanfaatkan Sesuai SK Hak Guna Usaha (HGU)

Faktor utama yang menjadi permasalahan terjadinya penelantaran tanah yang

dilakukan oleh PT.Tjipendawa kahuripan adalah diawali dengan perusahaan tersebut

telah mendapatkan SK Hak Gubernur Tingkat I Jawa Timur Cq. Kepala Direktorat

Agraria No. 593.43/SK/320/1998, 30-06-1988 berupa sertipikat HGU 1 (Hak Guna

Usaha) dengan tanggal dan nomor sertipikat 09-10-1989, 1/Desa Cembor, Kecamatan

Page 78: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Pacet, Kabupaten Mojokerto. Memang dalam keterangan sertipikat tersebut

perusahaan tersebut memang mendapatkan peruntukan Hak Guna Usaha (HGU) yang

akan dijadikan sebagai wilayah peternakan ayam untuk PT. Tjipendawa Kahuripan

tetapi tanahnya masih berupa tanah pertanian yang masih dikuasai oleh masyarakat dan

tidak ada bukti yang memang memperlihatkan bahwa lokasi tersebut pernah dijadikan

tempat peternakan ayam.

b. Tanah Yang Belum/ Tidak Diusahakan

Luas tanah yang belum/ tidak diusahakan untuk peternakan ayam seluas 13.584 Ha atas

nama PT. Tjipendawa Kahuripan (pemegang hak) yang terletak di desa cembor

kecamatan Pacet,Kabupaten Mojokerto, melainkan hanya di tanami jagung, ketela

pohon, kacang panjang, dan pisang.17

c. Kelalaian dari Pihak Perusahaan

Kelalaian dari pihak perusahaan ini telah diyakini oleh penulis sebagai faktor utama

adanya kasus penelantaran tanah di Kabupaten Mojokerto setelah penulis melakukan

wawancara dengan Bapak Purwoadi yang merupakan Kepala Desa di desa Cembor,

Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto, perusahaan telah lalai karena sejak diterbitkan

SK Hak Guna Usaha (HGU) diterbitkan pada tahun 1989 PT.Tjipendawa Kahuripan

tidak pernah sama sekali ke lokasi sehingga tidak pernah terlihat sama sekali bekas

17 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011, Bab IV di bagian analisis data

Page 79: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

aktifitas peternakan ayam dilokasi tersebut sampai tanahnya ditetapkan sebagai tanah

terlantar oleh panitia c tim identifikasi tanah terlantar.18

Pernyataan dari Bapak Purwoadi memang benar karena memang ada penjelasan

di BAB IV Analisis Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT.Tjipendawa Kahuripan, di

dalam BAB IV tersebut menjelaskan bahwa sejak diterbitkan Surat Keputusan (SK)

Hak Guna Usaha, PT.Tjipendawa Kahuripan tidak pernah menngarap tanahnya sama

sekali untuk di jadikan peternakan ayam melainkan hanya di tanami jagung, ketela,

kacang tanah, dan pohon pisang.19 Menurut pemahaman penulis apabila dilihat dari

segi non norma, penulis berpendapat bahwa PT. Tjipendawa Kahuripan selaku pemilik

tanah HGU di Desa Cembor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto melupakan

tanggungjawabnya sebagai pemegang Hak Guna Usaha (HGU) yang seharusnya

mengusahakan tanahnya, tetapi pada kenyataanya tanah tersebut tidak dikerjakan

karena pemiliknya juga tidak pernah peduli dengan cara seperti datang atau melihat

tanahnya mulai dari diterbitkan sertipikat Hak Guna Usaha (HGU) sampai dengan

tanahnya ditetapkan sebagai tanah terlantar. Kasus penelantaran tanah yang dilakukan

oleh PT Tjipendawa Kahuripan, dilihat dari kronologinya terjadi karena faktor

kelalaian atau kesalahan dari manusia yang bekerja di dalam kantor dan yang bekerja

18 Hasil wawancara survai dengan Bapak Purwoadi Kepala Desa, Desa Cembor Kecamatan

Pacet Kabupaten Mojokerto, Pada tanggal 22 Agustus 2016 di Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

19 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011, Bab IV di bagian analisis data

Page 80: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

di luar atau di bagian lapang PT Tjipendawa Kahuripan sendiri mulai dari direktur

sampai ke bagian pegawai atau staf tidak ada satu orangpun perwakilan dari perusahaan

tersebut yang memperhatikan kondisi tanah serta memanfaatkan tanah HGU yang

dimiliki sesuai dengan peruntukan haknya.

d. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar.

Kurangnya kesadaran masyarakat juga menjadi faktor besar dan yang paling

utama terhadap kasus penelantaran tanah di Kabupaten mojokerto, karena masyarakat

tidak mau tahu siapa pemilik tanah yang telah menelantarkan tanah dan juga tidak mau

melaporkan kepada aparat penegaknya walaupun masyarakat sudah mengetauhi ada

tanah yang ditelantarkan terlalu lama. Tetapi terkadang masyrakat juga ada yang

merasa takut dengan sendirinya dengan ancaman kekerasan dari pemilik tanah karena

masyarakat merasa pemilik tanah memiliki banyak uang untuk menghentikan

pergerakan masa dengan cara apapun untuk melindungi tanahnya, padahal hal tesebut

belum tentu akan terjadi.

Terbukti dari 8 (delapan) bidang tanah yang telah dikuasai oleh perusahaan dan

telah diindikasikan terlantar oleh kantor pertanahan Kabupaten Mojokerto informasi

tanah terlantar tersebut tidak di dapatkan dari masyarakat melainkan dari evaluasi

kantor Pertanahan kabupaten Mojokerto sendiri, karena kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto mengetauhi kapan jangka waktu hak atas tanah berupa HGB, HGU ,atau

Hak Pakai masa berlakunya akan berakhir atau tidak. Ketika di lihat akan berakhir dan

setelah di cek secara administrasi hak atas tanahnya tidak digunakan sebagaimana

Page 81: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

mestinya barulah ada upaya penertiban dari kantor pertanahan setempat dengan cara

membentuk tim identifikasi tanah terlantar dan segera melakukan identifikasi tanah

terlantar tersebut.20

D. Upaya Hukum Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto Dalam Penyelesaian

Kasus Tanah Terlantar Di Kabupaten Mojokerto Agar Dapat Dimanfaatkan

Untuk Kepentingan Umum

Dalam bidang pertanahan, Republik Indonesia memiliki sebuah lembaga atau

instasi pemerintah yang mempunyai fungsi dan wewenang dalam mencatat, dan

mengatur serta melakukan penerapan peraturan pertanahan yang diatur dalam

peraturan pemerintah, serta undang-undang yang mengatur tentang peraturan dan

masalah-masalah yang terjadi terkait dengan pertanahan instasi pemerintah tersebut

adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN) .

Sesuai dengan kasus tanah terlantar yang telah diteliti oleh penulis, BPN

memiliki fungsi sebagai alat penegak hukum dalam mennyelesaikan kasus

penelantaran tanah, ada beberapa upaya hukum yang akan dan telah dilakukan oleh

kantor Pertanahan dalam penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar yang sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI

20 Hasil wawancara survai dengan Bapak Andri Satrio Kepala Urusan Umum dan

Kepegawaian Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto pada tanggal 18 agustus 2016 di Kantor

Pertanahan Kabupaten Mojokerto

Page 82: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar seperti kasus yang

terjadi di Kabupaten Mojokerto.

D.1 Proses Pendataan Administratif

Adapun upaya yang dilakukan oleh kantor pertanahan Kabupaten Mojokerto

adalah dengan diawali pendataan secara administratif terlebih dahulu Sebelum

dilaksanakan identifikasi dan penelitian tentang tanah yang terindikasi terlantar, lebih

dahulu dilaksanakan kegiatan inventarisasi tanah hak atau dasar penguasaan atas tanah

yang terindikasi terlantar yang sesuai dengan hasil evaluasi tim panitia C identifikasi

tanah terlantar, yaitu dengan cara melakukan pengumpulan dan penyiapan data

mengenai tanah yang terindikasi terlantar yang meliputi data tekstual dan data

spasial.46 Data tekstual diambil dari data administrasi yang ada di Kantor Pertanahan

Kabupaten Mojokerto. Pendataan secara administratif tujuanya adalah agar bisa

mengurutkan kronologi bagaimana awal terjadinya kasus penelantaran tanah yang

dilakukan oleh pelaku, dan berikut cara pendataan administrasinya :21

a. SK pemberian Hak tanggal 30-06-1998 Nomor : 593.43/I/SK/320/1998.

b. Buku tanah HGU NO. 1 / Desa Cembor

Kegiatan setelah inventarisasi, kemudian ditindak lanjuti dengan identifikasi

dan penelitian aspek administrasi dan penelitian lapangan, yaitu terhadap :

21 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011, BAB IV bagian tata cara pendataan administratif data tekstual dan data spasial untuk

mendata kronologi adanya kasus tanah terlantar dan mendata jumlah luas tanah yang ditelantarkan

Page 83: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

a. Nama dan alamat Pemegang Hak

b. Letak, luas, status hak atau dasar penguasaan atas tanah dan keadaan fisik

tanah yang dikuasai pemegang Hak, dan

c. Keadaan yang mengakibatkan tanah terlantar

Kegiatan identifikasi dan penelitian tersebut meliputi :

a. Melakukan verifikasi data fisik dan data yuridis

b. Mengecek buku tanah, dan atau warkah dan dokumen untuk mengetauhi

keberadaan pembebanan, termasuk data, rencana dan tahapan penggunaan dan

pemanfaatan tanah pada saat pengajuan hak ;

c. Meminta keterangan dari pemegang hak dan pihak lain yang terkait.

1. Proses Identifikasi Lapang

Setelah aspek administrasi selesai, maka dilaksanakan penelitian dari aspek lapang

yang meliputi :22

a. Penelitian ke lokasi tanah yang terindikasikan terlantar

b. Memeriksa letak batas tanah, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan

menggunakan GPS

c. Melaksanakan pemetaan letak penggunaan tanah.

Setelah diawali dengan proses pendataan aspek administrasi dan penelitian

lapang yang sudah dilakukan oleh tim identifikasi tanah terlantar proses selanjutnya

adalah melakukan pengolahan data hasil identifikasi dan penelitian, dari hasil

pengolahan data penelitian tersebut akan menunjukan hasil yang membuktikan ada

22 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011

Page 84: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

tindakan penelantaran tanah yang dilakukan oleh pemegang haknya. Adapun bukti

tersebut dijabarkan lagi menjadi 2 (dua) bentuk data yaitu :23

1. Data Tekstual

Merupakan hasil dari identifikasi dan penelitian serta kegiatan pemantauan,

pendataan dan evaluasi terhadap tanah-tanah yang dikuasai dengan Hak Milik, Hak

Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, Hak Pengelolaan yang tidak

dimanfaatkan sesuai dengan SK atau tujuan pemanfaatan tanah yang telah dimohon di

Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto.

Setelah kegiatan identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasikan terlantar

dilakukan pengelolahan data tekstual dengan hasil seperti sebagai berikut :24

Tabel D1. Data Tekstual Hasil Identifikasi dan Penelitian

N

o

a. Pemegang

Hak

b. Alamat

a. No. Sk Hak

b. Tanggal

c. Penggunaan sesuai

SK

a. No

sertipika

t

b. Luas

(Ha)

Penggunaa

n Tanah

Saat ini

Luas

Terindikas

i Terlantar

(Ha)

23 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011

24 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT.Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011

Page 85: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

1.

a.

PT.Tjipendaw

a Kahuripan

b. Jl. Ir. H.

Juanda No. 5A

Jakarta

Selatan

a. Gubernur Kepala

Daerah Tingkat 1

Jawa Timur Cq.

Kepala Direktorat

Agraria Nomor.

593.43/1/SK/320/198

8

b. 30-06-1988

c. Peternakan Ayam

a. HGU

No. 1

Cembor

b. 08-

10-2009

c.

13.584

Ditanami

ketela,

Jagung,

Kacang

panjang,

dan pohon

pisang

13.584

Sumber : Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan

Kabupaten Mojokerto, data diolah, 2011.

2. Data Spasial

Dari hasil penelitian dan identifikasi di lapang kemudian dituangkan dalam data spasial

berupa peta-peta sebagai berikut :

a. Peta Penggunaan Tanah, terlampir;

b. Peta Penguasaan Tanah (Tanah dikuasai pemegang hak,dikuasai pihak lain, dan

dikuasai masyarakat), terlampir;

c. Peta Kesesuaian penggunaan tanah dengan peruntukan tanah yang tertulis dalam

SK hak/ dasar penguasaan tanah (sesuai dan tidak sesuai ) terlampir ;

d. Peta kesesuain penggunaan tanah dengan tata ruang wilayah Kabupaten/Kota

(sesuai dan tidak sesuai) terlampir.

Page 86: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

D.2. Proses Analisis Data Tanah Yang Diindikasikan Terlantar

Dari hasi pengelolahan data maka proses selanjutnya adalah dengan melakukan

analisis data, di dalam analisis data ini akan mengeluarkan hasil analisis data sebagai

berikut :25

a. Tanah Dimanfaatkan Sesuai SK Hak

Apakah keseluruhan luas tanah yang dimiliki pemegang hak telah digunakan

sesuai dengan SK haknya apa belum dikerjakan sama sekali

b. Tanah Tidak Dimanfaatkan Sesuai SK Hak

Dari hasil identifikasi akan menunjukan hasil analisa berapa luas tanah yang

tidak dimanfaatkan sesuai dengan SK Hak apakah seluruhnya tidak dimanfaatkan

apakah hanya sebagian saja yang dikerjakan atau dimanfaatkan.

c. Tanah Yang Belum/Tidak Diusahakan

Dari hasil identifikasi juga akan menunjukan hasil analisa berapa Luas tanah

yang belum atau tidak diusahakan dan menujukan bagaimana keadaan tanah yang

belum diusahakan dengan melampirkan bukti foto yang ada di lapangan.

d. Tanah Yang Ditelantarkan

25 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011 Proses Analisis Data Tanah Yang Diindikasikan Terlantar

Page 87: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Hasil analisis terakhir adalah permasalahan-permasalahan yang menyebabkan

terjadinya tanah terlantar apakah ada unsur kesengajaan atau tidak

D.3. Kesimpulan Hasil Penelitian Tim Identifikasi Tanah Terlantar

Dari hasil analisis tersebut tim identifikasi tanah terltantar akan membuat

kesimpulan dari pengelolahan data hasil identifikasi dan penelitian serta dari hasil

analisa data yang dilakukan terhadap tanah-tanah yang ditelantarkan, dan setelah

disimpulkan maka tim identifikasi tanah terlantar akan membuat data lampiran yang di

dalamnya memuat isi lampiran sebagai berikut :26

Tabel D2. Data Subjek dan Objek Tanah

No. Subjek Objek

1. Nama Pemegang Hak Jenis Hak

2. Nama Penanggung Jawab Nomor SK Hak

3. Alamat Pemegang Hak Tanggal SK Hak

4. Nomor Sertipikat

5. Tanggal Sertipikat

6. Tanggal Berakhir Hak

7 Letak Tanah

26 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011

Page 88: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

8. Nomor dan Tanggal Peta

9. Luas Tanah

10. Peruntukan Sesuai dengan

SK

Sumber: Data diolah oleh Penulis, 2016

Dan yang terakhir adalah keterangan keadaan Tanah pada saat dilakukan penelitian

identifikasi tanah terlantar berupa gambaran dilapangan apakah kondisi tanah dibirakan

begitu saja dan apakah ada masyarakat setempat yang menguasai tanah yang

ditelantarkan tersebut.

2. Pengisian Berita Acara Hasil Sidang Panitia C Tim Identifikasi Tanah Terlantar

Dalam pengisian berita acara terdapat ada bebrapa pejabat yang berwenang dalam

menandatangani berita acara identifikasi tanah terlantar dan pejabat tersebut adalah

yang menjadi Panitia sidang tim identifikasi tanah terlantar dan Pejabat yang

berwenang tersebut antara lain adalah :

1. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Jawa Timur

2. Kepala Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur

3. Kepala Sub Bagian Penyuluhan dan Bantuan Hukum Sekertaris Daerah

Kabupaten Mojokerto

Page 89: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

4. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Mojokerto

5. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

D.4. Prosedur Penertiban dan pendayagunaan Tanah Terlantar yang dilakukan

oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban

dan Pendayagunaan Tanah Terlantar jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah

Terlantar. Pantia C selaku Panitia yang berwenang dalam mengidentifikasi pelaku

penelantaran Tanah selanjutnya akan segera mengusulkan kepada Kepala Kantor

Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur agar pemegang hak diberi

peringatan terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah terlantar.

Hal selanjutnya upaya yang akan dilakukan setelah tim Panitia C menyatakan

bahwa tanah yang telah diidentifikasi memang terindikasi tanah terlantar maka tim

Panitia C akan mengajukan surat usulan peringatan untuk pelaku yang diidentifikasi

menelantarkan tanah kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur, maka

selanjutnya Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur segera membuat surat

peringatan I yang ditujukan kepada pelaku yang telah diindikasikan melakukan

penelantaran tanah.

Page 90: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Isi yang ada di dalam surat tersebut berisi tentang teguran dan memberi jangka

waktu 1 (satu) bulan kepada pelaku atau pemegang hak untuk segera mengusahakan,

menggunakan dan memanfaatkan tanahnya sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan

pemberian haknya atau dasar penguasaan tanahnya. Dan didalam surat peringatan I

tersebut pemegang hak wajib menyampaikan laporan berkala setiap 2 (dua) mingguan

kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur dengan Tembusan Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto.27

Setelah surat peringatan tersebut telah diberikan kepada pelaku dalam kasus ini

yang menjadi pelaku adalah PT. Tjipendawa Kahuripan yang diindikasikan melakukan

penelantaran tanah dan sesuai dengan surat laporan pemantauan dari petugas

pemantauan dan evaluasi tanah yang ditelantarkan yang menyatakan pelaku tidak

mengusahakan tanahnya sesuai dengan isi surat peringatan I maka Kepala Kantor

Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur akan memberikan surat peringatan II kepada pelaku

penelantaran tanah sesuai dengan pasal 8 ayat (2) PP No 11 Tahun 2010 tentang

Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.

Isi dari surat peringatan II tersebut juga sama seperti dengan isi surat peringatan

I namun didalam surat peringatan II ini isinya juga lebih menuntut pemegang hak agar

27 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011 Upaya dengan Surat Peringatan I

Page 91: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

segera memanfaatkan atau mengusahakan haknya.28 karena apabila surat peringatan II

tersebut juga tidak segera dilaksanakan maka Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi

Jawa Timur akan memberikan surat peringatan III sebagai surat peringatan yang

terakhir sesuai dengan Pasal 8 ayat (3) PP No 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar didalam surat peringatan III tersebut isi

suratnya juga lebih tegas dan pelaku akan diberi sanksi nahwa tanahnya ditetapkan

sebagai tanah terlantar yang sekaligus memuat hapusnya hak, putusnya hubungan

hukum, dan penegasan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara.

Substansi isi surat peringatan III menyatakan pada isi akhir surat peringatan III

akan dilakukan monitoring dan evaluasi perkembangan kemajuan pengusahaan,

penggunaan dan pemanfaatan tanahnya, setelah dilakukan monitoring dan evaluasi

oleh petugas Pemantauan dan Evaluasi tanah yang ditelantarkan dan apabila didalam

laporan tersebut menyatakan bahwa tanahnya selama ditelantarkan oleh pemegang

haknya ternyata tanah tersebut digarap atau dikuasai oleh masyarakat sekitar dan

dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar maka tanah tersebut status haknya

akan diberikan atau dikembalikan kepada yang menggarap tanah atau masyarakat yang

menggarapnya karena masyarakat sekitar dianggap bisa memanfaatkan tanah yang

ditelantarkan tersebut dan dapat mengusahakan tanah tersebut menjadi lebih

28 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011 Upaya dengan Surat Peringatan II

Page 92: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

bermanfaat untuk kepentingan masyarakat sekitar khususnya masyarakat Kabupaten

Mojokerto yang berada di Desa Cembor Kecamatan Pacet.29

29 Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan Kabupaten Mojokerto

Tahun 2011 Upaya dengan Surat Peringatan III sebagai Upaya Terakhir beserta Penetapan sanksinya

Page 93: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian tentang Kendala Pemerintah Dalam Upaya Penertiban Tanah

Terlantar Untuk Kepentingan Umum Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Studi kasus

di Kabupaten Mojokerto) disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada kenyataanya, saat ini banyak bidang-bidang tanah yang telah dikuasai

atau telah diperoleh dasar penguasaanya (perorangan, badan hukum, dan

instansi) tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan

keadaan atau sifat dan tujuan haknya. Sebagai alasan umum diantaranya

adalah faktor ekonomi, yakni keterbatasan modal untuk melaksanakan

pembangunan sesuai dengan jadwal yang di rencanakan, keadaan

perekonomian Indonesia yang masih berada dalam belenggu krisis multi

dimensi dan instabilitas politik, serta resersi global pada awal atau

pertengahan tahun 1999 yang hingga saat ini dampaknya masih dirasakan

akibat melemahnya kondisi perekonomian global, terutama di negara-negara

maju, adanya krisis berkepanjangan yang mempengaruhi cash flow pendanaan

baik dari lembaga keuangan yang memberikan kredit di bidang properti

maupun pinjaman modal untuk industri, sehingga dalam kenyataanya

Page 94: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

memang faktor ekonomilah yang mendominasi yang menjadi sebagaian

alasan para subjek dalam menelantarkan tanahnya.

2. Upaya yang telah dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

dalam menghadapi masalah penelantaran tanah yang ada di Kabupaten

Mojokerto adalah, dengan cara Melakukan pengindikasian terhadap tanah-

tanah yang di nilai terlantar yang berpedoman pada kriteria dalam pengelolaan

data identifikasi, yang di dalam penerapan praktek lapang merujuk pada

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan

Pendayagunaan Tanah Terlantar

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Kepada masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Mojokerto di

Desa Cembor Kecamatan Pacet, agar lebih mengerti pentingnya pemanfaatan

tanah, dan diharapkan masyarakat segera lapor ke Kantor Pertanahan Kabupaten

Mojokerto apabila ada investor yang terindikasi akan melakukan penelantaran

tanah.

2. Bagi Pemerintah

Kepada pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Mojokerto,

untuk dapat bekerja sama dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Mojokerto

dengan baik dan benar dalam upayah menyelesaikan kasus tanah terlantar di

Page 95: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Kabupaten Mojokerto, agar bisa mengoptimalkan fungsi tanah supaya lebih

bermanfaat untuk kepentingan umum atau kepentingan bersama.

3. Bagi Investor

Kepada investor khususnya di Kabupaten Mojokerto, agar lebih

mengerti pentingnya pemanfaatan tanah, dan apabila SK Hak atas tanah sudah di

dapat maka sebaiknya segera mengusahakan atau mengerjakan tanahnya sesuai

dengan peruntukanya, agar tanah bisa berfungsi dengan baik dan manfaatnya bisa

dirasakan oleh semua masyarakat.

Page 96: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2004

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Edisi Revisi, jilid 1, 1999

BPN, Buku Laporan Hasil Kegiatan Identifikasi Tanah Terlantar di Kabupaten

Mojokerto Tahun 2011, BPN, Mojokerto, 2011.

BPN, Data Usulan Penetapan Tanah Terlantar PT. Tjipendawa Kahuripan

Kabupaten Mojokerto Tahun 2011, BPN, Mojokerto, 2011.

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta, 1979

Imam Koeswahyono & Tunggul Anshari, Bunga Rampai, Politik Hukum Agraria

di Indonesia, UM Press, Malang, 2000

Lawrence Neuman, W, Metodologi Penelitian Sosial Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Indeks, Jakarta, 2013

Rony Hanijito Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1990

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1984

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1996

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.

2011

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta,

2005

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094.

Page 97: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

PERATURAN PEMERINTAH

Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan

Tanah Terlantar, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 11,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094.

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Bangunan, Hak

Guna Usaha dan Hak Pakai Atas Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1996 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5059.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 16, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4086.

PERATURAN MENTERI AGRARIA

Peraturan Kepala BPN RI No. 4 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penertiban Tanah

Terlantar, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 4,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 878.

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Izin Lokasi, Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 2021.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI nomor 2 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin lokasi,

Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan tanah, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 1082.

PERATURAN PRESIDEN

Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2015 Tentang Kementerian Agraria yang

berfungsi Tata Ruang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1064.

Page 98: KENDALA PEMERINTAH DALAM UPAYA PENERTIBAN …repository.ub.ac.id/3453/1/Abrian Yusuf Satria Arganata.pdfkendala pemerintah dalam upaya penertiban tanah terlantar untuk kepentingan

Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Badan Pertanahan Nasional,

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6890.

JURNAL

Fauzi Iswari, Kewenangan Pemerintah dalam Penertiban dan Pendayagunaan

Tanah Terlantar dalam Perspektif Hukum Indonesia dan Hukum Islam,

Jurnal Dinamika Hukum, Volume. 10, No 3, 2010, hlm 64.

INTERNET

Mahkamah Agung, Panitia C Identifikasi dan Penelitian Tanah Terlantar vs

PT.Mojokerto Industrial Park Provinsi Jawa Timur (online).

http//putusan.mahkamahagung.go.id,putusan PTTUN Nomor

01/B/2014/PT.TUN.SBY (17 Juni 2016), 2016.