kementerian perhubungan direktorat...

Download KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT …gloopic.net/uploads/doc/skep/KP_506_Tahun_2015_full_PETUNJUK... · Perhubungan Udara yang diberi tugas, ... bandar udara atau tempat-tempat fasilitas

If you can't read please download the document

Upload: vokien

Post on 06-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

    DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    NOMOR : KP 506 TAHUN 2015

    TENTANG

    PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

    Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 92 Tahun

    2015 tentang Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional telah mengatur mengenai metode pengawasan keamanan penerbangan;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

    pada huruf a, perlu adanya Petunjuk Teknis Pengawasan Keamanan Penerbangan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

    2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

    3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

    Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);

    4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 60 tahun 2010

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013;

    5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 31 Tahun 2013

    tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional (PKPN);

  • 2

    6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 30 Tahun 2015 tentang Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-undangan di Bidang Penerbangan;

    7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 59

    Tahun 2015 tentang Kriteria, Tugas, Dan Wewenang Inspketur Penerbangan;

    8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 92 Tahun 2015

    tentang Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional;

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN.

    Pasal 1

    (1) Untuk menjamin keamanan penerbangan, Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara, Perusahaan Angkutan Udara Asing, Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia, Penyedia Jasa Pengamanan Kargo dan Pos, Penyedia Jasa Pendidikan dan Pelatihan Bidang Keamanan Penerbangan, Penyedia Jasa Penunjang Kegiatan Penerbangan, dan Badan usaha lainnya yang mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan penerbangan harus dilakukan pengawasan keamanan penerbangan secara berkelanjutan.

    (2) Pengawasan keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan Petunjuk Teknis pengawasan keamanan penerbangan.

    (3) Petunjuk Teknis Pengawasan Keamanan Penerbangan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termuat dalam lampiran I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, dan X peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.

    Pasal 2

    Objek Pengawasan wajib menyusun Standard Operating Procedure (SOP) pengawasan internal dengan berpedoman kepada Peraturan ini.

  • Pasal 3

    Direktur Keamanan Penerbangan dan Kepala Kantor OtoritasBandar Udara melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaanPeraturan ini.

    Pasal 4

    Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 4 Agustus 2015

    DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    TTD

    SUPRASETYO

    Salinan Surat Peraturan ini disampaikan kepada Yth. :1. Menteri Perhubungan;2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;3. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;5. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;6. Para Kepala Dinas Perhubungan Propinsi;7. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara;8. Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara;9. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero);10. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero);11. Para Direktur Badan Usaha Angkutan Udara;12. Direktur Utama LPPNPI.

    Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS,

    HEMI PAMURAHARJO

    Pembina Tk. I (IV/b)NIP. 19660508 199003 1 001

  • Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan UdaraNomor : KP 506 TAHUN 2015Tanggal : 4 Agustus 2015

    PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN

    KEAMANAN PENERBANGAN

  • 5

    BAB 1

    KETENTUAN UMUM 1.1 Definisi

    Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan :

    1. Pengawasan adalah kegiatan pengawasan berkelanjutan untuk melihat pemenuhan peraturan keamanan penerbangan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa penerbangan atau institusi lain yang terkait keamanan penerbangan.

    2. Audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis dan mendalam

    terhadap prosedur, fasilitas, personel dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk mengetahui tingkat kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.

    3. Inspeksi adalah pemeriksaan sederhana terhadap pemenuhan standar

    suatu produk akhir objek tertentu.

    4. Survei adalah evaluasi kebutuhan keamanan termasuk identifikasi terhadap kerentanan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan melawan hukum, dan rekomendasi terhadap tindakan korektif.

    5. Pengujian (test) adalah uji coba secara tertutup atau terbuka terhadap

    upaya keamanan penerbangan atau tindakan keamanan penerbangan dengan simulasi percobaan untuk tindakan melawan hukum.

    6. Inspektur Keamanan Penerbangan adalah Personel Direktorat Jenderal

    Perhubungan Udara yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan dan Investigasi keamanan penerbangan.

    7. Prosedur adalah aturan yang berisi tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan di bidang keamanan penerbangan

    8. Check list adalah suatu alat observasi yang berbentuk daftar berisikan

    faktor-faktor berikut subjek yang ingin diamati/diselidiki. 9. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan

    batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

    10. Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di

    atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.

  • 6

    11. Program Keamanan Penerbangan Nasional (PKPN) adalah dokumen tertulis yang memuat peraturan, prosedur dan langkah-langkah pengamanan yang diambil untuk melindungi penerbangan dari tindakan melawan hukum.

    12. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan

    perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur.

    13. Tindakan Melawan Hukum (Acts of Unlawful Interference) adalah

    tindakan-tindakan atau percobaan yang membahayakan keselamatan penerbangan dan angkutan udara, berupa: a. menguasai pesawat udara secara melawan hukum; b. Melakukan pengrusakan/penghancuran pesawat udara di darat (in

    service); c. menyandera orang di dalam pesawat udara atau di Bandar udara; d. masuk ke dalam pesawat udara, bandar udara atau tempat-tempat

    aeronautika secara paksa; e. membawa senjata, peralatan berbahaya atau bahan-bahan yang

    dapat digunakan untuk tindakan melawan hukum secara tidak sah; f. menggunakan pesawat udara di darat (in service) untuk tindakan

    yang menyebabkan mati, cederanya seseorang, rusaknya harta benda atau lingkungan sekitar; dan

    g. memberikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan pesawat udara dalam penerbangan maupun di darat, penumpang, awak pesawat udara, personel darat atau masyarakat umum pada bandar udara atau tempat-tempat fasilitas penerbangan lainnya.

    14. Pemeriksaan Keamanan (Security Screening) adalah penerapan suatu

    teknik atau cara lain untuk mengenali atau mendeteksi Barang Dilarang (Prohibited Items) yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.

    15. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara selain

    benda pos, barang kebutuhan pesawat selama penerbangan yang habis pakai, dan bagasi yang tidak ada pemiliknya atau bagasi yang salah penanganan.

    16. Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) adalah daerah-

    daerah tertentu di dalam bandar udara maupun di luar bandar udara yang diidentifikasi sebagai daerah berisiko tinggi untuk digunakan kepentingan Penerbangan, penyelenggara Bandar udara, dan kepentingan lain dimana daerah tersebut dilakukan pengawasan dan untuk masuk dilakukan pemeriksaan keamanan.

    17. Daerah Steril (Sterile Area) adalah daerah tertentu di dalam Daerah

    Keamanan Terbatas yang merupakan daerah pergerakan penumpang sampai dengan naik ke pesawat udara dan di daerah tersebut selalu dalam pengendalian dan pengawasan.

    18. Personel Keamanan Penerbangan adalah personel yang mempunyai

    lisensi yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang Keamanan Penerbangan.

  • 7

    19. Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang yang telah

    memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangnya dalam jangka waktu tertentu.

    20. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar

    udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara, yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk Bandar udara yang belum diusahakan secara komersial.

    21. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan

    usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum.

    22. Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara, badan

    usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran.

    23. Perusahaan Angkutan Udara Asing adalah perusahaan angkutan udara

    niaga yang telah ditunjuk oleh negara mitrawicara berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau multilateral dan disetujui oleh Pemerintah Republik Indonesia.

    24. Objek Pengawasan adalah Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan

    Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara, Perusahaan Angkutan Udara Asing, Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia, Penyedia Jasa Pengamanan Kargo dan Pos, Penyedia Jasa Pendidikan dan Pelatihan Bidang Keamanan Penerbangan, Penyedia Jasa Penunjang Kegiatan Penerbangan dan Badan usaha lainnya yang mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan penerbangan.

    25. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan penerbangan. 26. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 27. Direktur adalah Direktur yang membidangi Keamanan Penerbangan. 28. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara. 29. Kasubdit adalah Kepala Sub Direktorat Kendali Mutu Keamanan

    Penerbangan. 30. Kabid adalah Kepala Bidang yang membawahi keamanan penerbangan di

    Kantor Otoritas Bandar Udara. 31. Kasie adalah kepala seksi di Subdit Kendali Mutu Keamanan

    Penerbangan Direktorat Keamanan Penerbangan atau di Kantor Otoritas Bandar Udara yang membawahi keamanan penerbangan

    32. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

  • 8

    33. Direktorat adalah Direktorat Keamanan Penerbangan. 34. Kantor Otoritas adalah Kantor Otoritas Bandar Udara.

    1.2 Tujuan

    1.2.1 Memberikan pemahaman kepada inspektur keamanan penerbangan mengenai proses dan jenis pengawasan yang dilakukan sesuai ketentuan.

    1.2.2 Memberikan Petunjuk Teknis inspektur keamanan penerbangan dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, tindakan korektif dan tindak lanjut hasil pengawasan keamanan penerbangan.

    1.2.3 Memberikan petunjuk dan tata cara pentahapan kegiatan dalam melaksanakan pengawasan keamanan penerbangan.

    1.2.4 Memberikan standar bentuk pengawasan keamanan penerbangan. 1.2.5 Memberikan panduan dalam penilaian program keamanan objek

    pengawasan.

    1.3 Sasaran

    1.3.1 Standarisasi Kinerja Inspektur Keamanan Penerbangan. 1.3.2 Penerapan program pengawasan keamanan penerbangan secara

    efektif dan efisien. 1.3.3 Penerapan program keamanan objek pengawasan secara menyeluruh

    efektif dan efisien. 1.3.4 Pemenuhan peraturan keamanan penerbangan, standar dan

    rekomendasi praktis ICAO dengan mempertimbangkan keselamatan, keteraturan, serta efesiensi penerbangan.

    1.4 Ruang Lingkup

    Ruang Lingkup Petunjuk Teknis Pengawasan Keamanan Penerbangan meliputi: 1.4.1 pelaksanaan pengawasan keamanan penerbangan yang dilakukan

    oleh Direktorat dan Kantor Otoritas; 1.4.2 tanggung jawab dan wewenang pelaksanaan pengawasan keamanan

    penerbangan; dan 1.4.3 tahapan dalam proses pengawasan keamanan penerbangan.

  • 9

    BAB 2

    PEMBAGIAN TANGGUNG JAWAB

    2.1 Direktur

    2.1.1 Bertanggungjawab pada pelaksanaan pengawasan keamanan penerbangan.

    2.1.2 Berwenang untuk: a. menyusun, melaksanakan, mengembangkan, mempertahankan

    dan mengevaluasi Petunjuk Teknis Pengawasan Keamanan Penerbangan;

    b. menyusun, mengkoordinasikan dan melaksanakan program kerja pengawasan keamanan penerbangan nasional;

    c. menyusun, menetapkan dan melaksanakan program kerja audit berdasarkan penilaian resiko;

    d. melaksanakan kegiatan pengawasan berupa inspeksi dan survei berdasarkan penilaian resiko, kerjasama dengan negara lain, dan/atau atas permintaan khusus dalam hal pembangunan atau pengembangan bandar udara;

    e. memastikan inspektur keamanan penerbangan memahami dan melaksanakan Petunjuk Teknis pengawasan keamanan penerbangan yang telah ditetapkan;

    f. membentuk dan menunjuk tim inspektur pelaksanaan audit; g. membangun proses pengumpulan informasi tentang keamanan

    penerbangan dari sumber di luar sistem pengawasan; h. mengevaluasi terhadap hasil kegiatan pengawasan keamanan

    penerbangan nasional; i. memastikan langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan

    sesuai dengan tingkat ancaman yang telah diidentifikasi; j. menetapkan tindakan korektif dan penegakan hukum

    berdasarkan hasil kegiatan pengawasan keamanan penerbangan; k. melakukan monitoring penyelesaian tindakan korektif yang

    dilakukan oleh objek pengawasan; l. mengelola dan mengevaluasi jadwal kerja, catatan pelatihan dan

    laporan tahunan dari inspektur keamanan penerbangan; m. melakukan investigasi terhadap setiap tindakan atau percobaan

    tindakan melawan hukum; n. melakukan penilaian terhadap laporan hasil pengawasan internal

    objek pengawasan; o. mendokumentasikan laporan kegiatan pengawasan keamanan

    penerbangan; dan p. melaporkan hasil kegiatan pengawasan keamanan penerbangan

    kepada Direktur Jenderal. 2.2 Kepala Kantor

    2.2.1 Bertanggungjawab melaksanakan pengawasan keamanan

    penerbangan di wilayah kerjanya.

  • 10

    2.2.2 Berwenang untuk: a. menyusun, menetapkan dan melaksanakan program kerja

    inspeksi, survei dan pengujian; b. menentukan dan membagi tugas pelaksanaan inspeksi, survei

    dan pengujian; c. memastikan inspektur keamanan penerbangan memahami

    Petunjuk Teknis pelaksanaan pengawasan keamanan penerbangan;

    d. membentuk dan menunjuk tim inspektur pelaksana inspeksi, survei dan pengujian;

    e. mengevaluasi terhadap hasil kegiatan inspeksi, survei dan pengujian serta investigasi;

    f. menetapkan tindakan korektif dan penegakan hukum berdasarkan hasil kegiatan inspeksi, survei dan pengujian serta investigasi;

    g. melakukan monitoring penyelesaian tindakan korektif yang dilakukan oleh objek pengawasan;

    h. melakukan investigasi terhadap setiap tindakan atau percobaan tindakan melawan hukum;

    i. menerima dan melakukan penilaian terhadap laporan hasil pengawasan dan investigasi internal objek pengawasan;

    j. melaporkan hasil penilaian laporan pengawasan internal objek pengawasan setiap bulan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Direktur;

    k. mengambil tindakan terhadap hasil penilaian laporan pengawasan internal objek pengawasan;

    l. mengelola dan mengevaluasi jadwal kerja, catatan pelatihan, laporan bulanan dan tahunan dari inspektur; dan

    m. mendokumentasikan laporan kegiatan inspeksi, survei dan pengujian serta investigasi;

    n. melaporkan hasil kegiatan inspeksi, survei dan pengujian serta investigasi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Direktur.

    2.3 Inspektur Keamanan Penerbangan

    2.3.1 Inspektur Keamanan Penerbangan melaksanakan pengawasan

    kepada objek pengawasan.

    2.3.2 Inspektur keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud butir 2.3.1 memiliki kewenangan: a. mendapatkan akses secara penuh untuk mengambil data dan

    informasi pada objek pengawasan; b. mengambil/mendokumentasikan barang bukti (evidence); c. merekomendasikan kepada Direktur atau Kepala Kantor terkait

    tindakan penegakan hukum terhadap objek pengawasan yang tidak patuh terhadap Undang-Undang, program keamanan penerbangan nasional dan program keamanan penerbangan objek pengawasan yang telah disahkan;

  • 11

    d. memerintahkan objek pengawasan melakukan tindakan korektif secara langsung atas ketidakpatuhan terhadap Undang-Undang, program keamanan penerbangan nasional dan program keamanan penerbangan objek pengawasan yang telah disahkan yang berdampak langsung pada operasional keamanan penerbangan;

    e. melakukan audit dan inspeksi pada badan usaha angkutan udara atau perusahaan angkutan udara asing serta bandar udara terakhir di negara lain yang memiliki penerbangan langsung menuju Indonesia;

    f. dapat membawa alat uji (test pieces) pada saat melaksanakan pengawasan; dan

    g. memberikan klasifikasi tingkat kepatuhan terhadap hasil pengawasan sesuai dengan tingkat pelanggaran.

    2.3.3 Dalam melaksanakan pengawasan, Inspektur Keamanan Penerbangan

    sebagaimana dimaksud butir 2.3.1 harus membentuk tim inspektur.

    2.3.4 Tim inspektur sebagaimana dimaksud butir 2.3.3 terdiri dari: a. ketua tim; dan b. anggota tim.

    2.3.5 Ketua Tim sebagaimana dimaksud butir 2.3.4 huruf a, mempunyai tugas: a. memastikan tahapan dalam pelaksanaan pengawasan

    berPetunjuk Teknis dan dilakukan sesuai dengan Petunjuk Teknis pengawasan;

    b. memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan; c. memastikan kegiatan pengawasan dilakukan sesuai dengan

    rencana dan prosedur; d. memastikan tim dalam melaksanakan pengawasan secara

    independen, professional, tidak terpengaruh dengan konflik kepentingan, aspek operasional dan/atau komersial dan objektif

    e. memastikan dan memonitor semua anggota mempunyai tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas pengawasan yang diberikan;

    f. mencatat dan menyimpan hasil catatan pengawasan; g. mengidentifikasi, mengevaluasi, mendiskusikan dan memverifikasi

    hasil pengawasan dengan objek pegawasan; h. memberikan rekomendasi kepada objek pengawasan terkait hasil

    pengawasan; i. melaporkan hasil pengawasan kepada Direktur atau Kepala

    Kantor; dan j. melakukan monitoring penyelesaian tindakan korektif yang

    dilakukan oleh objek pengawasan.

    2.3.6 Anggota tim sebagaimana dimaksud butir 2.3.4 huruf b, mempunyai tugas: a. melaksanakan persiapan sesuai dengan perencanaan kegiatan

    pengawasan; b. melengkapi semua bagian kegiatan pengawasan sesuai dengan

    rencana dan prosedur; c. menjalankan tugas-tugas pengawasan secara independen,

    professional, tidak terpengaruh dengan konflik kepentingan, aspek operasional dan/atau komersial dan objektif;

  • 12

    d. menyimpan catatan yang jelas mengenai tindakan yang dilakukan

    selama kegiatan pengawasan keamanan atau mengumpulkan bukti yang mendukung temuan; dan

    e. menyiapkan laporan hasil pengawasan.

  • 13

    BAB 3

    PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN 3.1 Pengawasan

    3.1.1 Pengawasan dilaksanakan untuk melakukan kegiatan kendali mutu

    yang berkelanjutan guna menilai pemenuhan penerapan standar keamanan penerbangan, mengantisipasi resiko dan pemenuhan kebutuhan keamanan yang dilakukan oleh objek pengawasan.

    3.1.2 Pengawasan keamanan penerbangan harus mengacu kepada

    Program Keamanan Penerbangan Objek Pengawasan yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal.

    3.1.3 Inspektur Keamanan Penerbangan melaksanakan pengawasan keamanan penerbangan atas perintah Direktur Jenderal dan/atau Kepala Kantor.

    3.1.4 Jenis kegiatan pengawasan keamanan penerbangan, meliputi:

    a. audit; b. inspeksi; c. survei; dan d. pengujian (test).

    3.1.5 Pengujian sebagaimana dimaksud butir 3.1.4 huruf d terdiri dari :

    a. pengujian terbuka (overt); dan b. pengujian tertutup (covert).

    3.2 Perencanaan Pengawasan

    3.2.1 Direktur dan Kepala Kantor menyusun rencana pengawasan tahunan dengan mempertimbangkan penilaian resiko untuk menentukan prioritas dan frekuensi kegiatan pengawasan.

    3.2.2 Penilaian resiko sebagaimana dimaksud butir 3.2.1 merupakan serangkaian proses yang mengevaluasi resiko dari laporan-laporan bahaya (hazard) yang ada

    3.2.3 Penilaian resiko dilakukan dengan metodologi berdasarkan faktor-faktor antara lain: a. penilaian ancaman dan manajemen resiko; b. klasifikasi bandar udara; c. frekuensi dan volume operasional pesawat udara; d. volume kargo; e. operasional catering; f. kecenderungan terjadinya tindakan melawan hukum atau adanya

    penerbangan yang memiliki resiko tinggi; g. hasil-hasil kegiatan pengawasan yang telah dilakukan; h. riwayat tingkat kepatuhan objek pengawasan terhadap program

    keamanan penerbangan nasional; i. temuan-temuan dari kegiatan pengawasan internal;

  • 14

    j. kebutuhan-kebutuhan baru dan berkembang di bidang keamanan penerbangan;

    k. laporan-laporan dari kejadian keamanan penerbangan di tahun-tahun sebelumnya;

    l. informasi terkait adanya perubahan pada desain (layout), operasional dan fasilitas keamanan pada objek pengawasan; dan

    m. permintaan dari objek pengawasan

    3.2.4 Hasil penilaian resiko dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk membangun strategi guna menghilangkan resiko dari bahaya (hazard) atau menentukan mitigasi oleh Direktur dan Kepala Kantor Otoritas.

    3.2.5 Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 3.2.1 dilakukan dengan tahapan seperti bagan dalam lampiran II peraturan ini.

    3.2.6 Panduan pelaksanaan penilaian resiko sebagaimana dimaksud butir

    3.2.3 tercantum dalam lampiran III peraturan ini.

    3.3 Persiapan Pengawasan

    3.3.1 Persiapan pengawasan meliputi:

    a. administrasi; b. dokumen pendukung; dan c. alat kelengkapan pengawasan.

    3.3.2 Persiapan administrasi sebagaimana dimaksud butir 3.3.1 huruf a meliputi : a. pembentukan dan penetapan tim inspektur; b. surat perintah tugas; c. penyusunan jadwal pelaksanaan; dan d. surat pemberitahuan ke objek pengawasan.

    3.3.3 Pembentukan dan penetapan tim inspektur sebagaimana dimaksud

    butir 3.3.2 huruf a, dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut : a. Direktur atau Kepala Kantor menugaskan tim inspektur yang

    terdiri dari ketua dan anggota; b. ketua tim adalah inspektur yang mempunyai level tertinggi dalam

    tim, apabila terdapat level yang sama maka ditunjuk yang lebih berpengalaman dan memiliki jiwa kepemimpinan.

    c. anggota tim adalah inspektur keamanan penerbangan sesuai dengan kewenangannya.

    3.3.4 Anggota tim inspektur sebagaimana dimaksud butir 3.3.3 huruf c, dapat beranggotakan inspektur keamanan penerbangan internal dengan ketentuan sebagai berikut : a. memiliki kompetensi sesuai ketentuan yang berlaku; dan b. harus bersikap independen, professional, tidak terpengaruh

    konflik kepentingan aspek operasional dan/atau komersial, serta objektif.

  • 15

    3.3.5 Surat pemberitahuan ke objek pengawasan sebagaimana dimaksud pada butir 3.3.2 huruf d, memuat antara lain: a. jadwal pelaksanaan; b. pelaksana pengawasan; c. lingkup pengawasan; dan d. permintaan dokumen pendukung, antara lain;

    1) dokumen peraturan terkait; 2) program keamanan terkait; 3) dokumentasi personel dan training record; 4) laporan pengawasan internal; 5) dokumentasi fasilitas keamanan; 6) dokumen penanganan kargo; 7) dokumen perizinan perizinan di bidang keamanan; dan 8) dokumen lainnya.

    3.3.6 Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud butir 3.3.1 huruf b

    antara lain: a. dokumen peraturan terkait; b. program keamanan terkait; dan c. hasil pengawasan sebelumnya.

    3.3.7 Alat kelengkapan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 3.3.1

    huruf c antara lain: a. checklist; b. testpiece; c. kamera; d. perangkat komputer; e. printer; f. audio recording; g. alat komunikasi; h. modem jaringan internet; i. jaket (rompi inspektur); dan j. kartu tanda pengenal inspektur/pas.

    3.3.8 Checklist sebagaimana dimaksud butir 3.3.7 huruf a berdasarkan area-area/aspek-aspek pada objek pengawasan.

    3.3.9 Contoh surat pemberitahuan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 3.3.5 tercantum dalam Lampiran IV peraturan ini.

    3.3.10 Format Cheklist kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud butir

    3.3.8 tercantum dalam lampiran V peraturan ini.

    3.4 Pelaksanaan Pengawasan

    3.4.1 Kegiatan pelaksanaan pengawasan, terdiri dari : a. rapat pembukaan; b. pelaksanaan pengawasan; c. pengarahan harian; d. penyusunan draft temuan dan rekomendasi; dan e. rapat penutupan.

  • 16

    3.4.2 Rapat pembukaan sebagaimana dimaksud butir 3.4.1 huruf a, melakukan kegiatan antara lain : a. perkenalan tim inspektur; b. agenda dan ruang lingkup pengawasan; dan c. penjelasan metodologi pelaksanaan pengawasan.

    3.4.3 Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 3.4.1 huruf b

    menggunakan metodologi antara lain: a. wawancara; b. tinjauan dokumen; c. tinjauan lapangan; dan d. pencatatan temuan.

    3.4.4 Pengarahan harian sebagaimana dimaksud butir 3.4.1 huruf c,

    antara lain : a. pembagian tugas tim inspektur dan tim pendamping; b. mengumpulkan informasi temuan; dan c. mengidentifikasi, mengevaluasi, mendiskusikan dan

    memverifikasi hasil pengawasan dengan objek pengawasan.

    3.4.5 Pada saat tinjauan lapangan sebagaimana dimaksud butir 3.4.3 huruf c, ditemukan keadaan/kondisi ketidakpatuhan yang berdampak langsung terhadap keamanan penerbangan, inspektur harus : a. menginformasikan kepada ketua tim untuk diteruskan kepada

    Direktur / Kepala Kantor; b. memberitahukan dan memerintahkan pimpinan objek

    pengawasan untuk mengambil langkah langkah penanggulangan; dan

    c. menghentikan sementara kegiatan atau operasional penerbangan setelah mendapat izin Direktur/Kepala kantor, apabila objek pengawasan tidak mengambil langkah langkah penanggulangan.

    3.4.6 keadaan/kondisi ketidakpatuhan yang berdampak langsung

    terhadap keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud butir 3.4.5, antara lain ketidakpatuhan dalam menjalankan prosedur : a. kegiatan pemeriksaan keamanan penumpang, bagasi kabin, dan

    bagasi tercatat; b. kegiatan perlindungan keamanan penumpang, bagasi kabin, dan

    bagasi tercatat; c. pemeriksaan keamanan kargo dan katering; d. pengendalian jalur masuk ke Daerah Keamanan Terbatas; dan e. perlindungan keamanan pesawat udara yang akan berangkat.

    3.4.7 Penyusunan draft temuan dan rekomendasi sebagaimana dimaksud butir 3.4.1 huruf d, antara lain : a. mengumpulkan dan mendiskusikan hasil pengawasan; b. menyusun draft rekomendasi; c. memastikan bukti (evidence) setiap temuan; dan d. membuat draft laporan akhir.

  • 17

    3.4.8 Rapat penutupan sebagaimana dimaksud butir 3.4.1 huruf e, antara lain : a. memaparkan hasil pengawasan dan temuan yang berdampak

    langsung terhadap keamanan penerbangan (jika ada); b. memberikan tanggapan terhadap hasil pengawasan oleh objek

    pengawasan; c. menyampaikan prosedur tindak lanjut hasil pengawasan; dan d. membuat berita acara pelaksanaan.

    3.4.9 Dalam rapat pembukaan, pengarahan harian dan rapat penutupan

    harus dihadiri oleh pimpinan / pejabat objek pengawasan yang mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan.

    3.4.10 Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud butir 3.4.1, 3.4.2, 3.4.3, 3.4.4, 3.4.7, dan 3.4.8 tidak berlaku untuk kegiatan pengujian tertutup.

    3.4.11 Hasil temuan kegiatan pelaksanaan pengawasan sebagaimana

    dimaksud butir 3.4.1 diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepatuhan.

    3.4.12 Klasifikasi tingkat kepatuhan sebagaimana dimaksud butir 3.4.11 dibedakan untuk kegiatan: a. audit dan inspeksi; b. survei; dan c. pengujian (test).

    3.4.13 Klasifikasi tingkat kepatuhan untuk kegiatan audit dan inspeksi

    sebagaimana dimaksud butir 3.4.12 huruf a yaitu: a. patuh (C) : comply; b. tidak patuh (NC) : not comply; dan c. tidak diberlakukan ketentuan (NA) : not applicable.

    3.4.14 Kategori patuh (C) sebagaimana dimaksud butir 3.4.13 huruf a yaitu

    sudah memenuhi ketentuan peraturan di bidang keamanan penerbangan

    3.4.15 Kategori tidak patuh (NC) sebagaimana dimaksud butir 3.4.13 huruf b yaitu belum memenuhi ketentuan peraturan di bidang keamanan penerbangan.

    3.4.16 Kategori tidak diberlakukan ketentuan (NA) sebagaimana dimaksud

    butir 3.4.13 huruf c yaitu ketentuan atau prosedur tidak dapat diterapkan pada objek pengawasan.

    3.4.17 Klasifikasi tingkat kepatuhan untuk kegiatan survei sebagaimana

    dimaksud butir 3.4.12 huruf b yaitu : a. rawan; dan b. tidak rawan.

    3.4.18 Tingkat kepatuhan dinyatakan rawan sebagaimana dimaksud butir

    3.4.17 huruf a apabila hasil evaluasi kebutuhan keamanan teridentifikasi kerentanan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan melawan hukum.

  • 18

    3.4.19 Tingkat kepatuhan dinyatakan tidak rawan sebagaimana dimaksud

    butir 3.4.17 huruf b apabila hasil evaluasi kebutuhan keamanan tidak terdapat kerentanan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan melawan hukum.

    3.4.20 Klasifikasi tingkat kepatuhan untuk kegiatan pengujian (test) sebagaimana dimaksud butir 3.4.12 huruf c yaitu: a. berhasil (pass); dan b. gagal (fail).

    3.4.21 Tingkat kepatuhan dinyatakan berhasil (pass) sebagaimana

    dimaksud butir 3.4.20 huruf a apabila dalam pelaksanaan pengujian (test) objek pengawasan berhasil mendeteksi/menemukan objek test dan menjalankan prosedur keamanan penerbangan.

    3.4.22 Tingkat kepatuhan dinyatakan gagal (fail) sebagaimana dimaksud butir 3.4.20 huruf b apabila dalam pelaksanaan pengujian (test) objek pengawasan tidak berhasil mendeteksi/menemukan objek test dan tidak menjalankan prosedur keamanan penerbangan.

    3.4.23 Format Berita Acara pelaksanaan pengawasan sebagaimana

    dimaksud butir 3.4.8 huruf d tercantum dalam Lampiran VI peraturan ini.

    3.5 Pelaporan

    3.5.1 Tim Inspektur yang melaksanakan pengawasan harus membuat laporan hasil pengawasan secara tertulis, formal dan bersifat rahasia kepada Direktur atau Kepala Kantor.

    3.5.2 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 3.5.1 dibuat dengan jangka waktu sebagai berikut : a. laporan audit paling lama 14 (empat belas) hari kerja; b. laporan inspeksi paling lama 7 (tujuh) hari kerja; c. laporan survei paling lama 5 (lima) hari kerja; dan d. laporan pengujian (test) paling lama 5 (lima) hari kerja.

    3.5.3 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 3.5.2 dapat diberikan

    perpanjangan waktu oleh atasan langsung dikarenakan kondisi force majeur, antara lain : inspektur sakit, dan bencana alam.

    3.5.4 Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud butir 3.5.1 dibuat dalam bentuk tabel hasil pengawasan.

    3.5.5 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 3.5.2 yang telah disetujui oleh Direktur/Kepala Kantor harus disampaikan kepada objek pengawasan dengan tembusan Direktur Jenderal.

  • 19

    3.5.6 Laporan sebagaimana butir 3.5.5 dimasukkan ke dalam sistem data base.

    3.5.7 Format laporan, tabel hasil pengawasan, dan surat pemberitahuan

    kepada objek pengawasan sebagaimana tercantum dalam lampiran VII peraturan ini.

  • 20

    BAB 4

    PENGUJIAN TERTUTUP

    4.1 Pengujian tertutup (covert) dilaksanakan dengan metode simulasi tindakan

    melawan hukum.

    4.2 Pengujian tertutup (covert) dilakukan untuk: a. menganalisa keamanan yang ada; dan b. mengidentifikasi langkah-langkah keamanan yang rentan di objek

    pengawasan, antara lain: 1) tempat pemeriksaan keamanan (security check point); 2) jalan masuk (access) daerah keamanan terbatas; 3) perlindungan pesawat udara; 4) tempat lapor diri (check-in counter); 5) penanganan bagasi tercatat; 6) daerah steril; 7) fasilitas keamanan penerbangan; 8) penanganan kargo; 9) manajemen tindakan melawan hukum; dan 10) tempat lain yang diperlukan untuk keamanan penerbangan.

    4.3 Pengujian tertutup (covert) sebagaimana butir 4.1 tidak diberitahukan

    kepada objek pengawasan

    4.4 Pengujian tertutup (covert) sebagaimana butir 4.3 dilakukan oleh Inspektur Keamanan Penerbangan minimal setiap 1 (satu) tahun sekali.

    4.5 Persiapan pelaksanaan pengujian tertutup (covert) meliputi: a. Surat Perintah Tugas; b. menyusun skenario; dan c. menyiapkan alat kelengkapan pengujian.

    4.6 Pelaksanaan pengujian tertutup (covert) meliputi:

    a. melakukan pengarahan kepada anggota tim; b. membagikan tugas; c. melaksanakan pengujian; dan d. mencatat hasil pengujian.

    4.7 Hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada butir 4.6 huruf d harus

    diinformasikan kepada objek pengawasan.

    4.8 Hasil pengujian sebagaimana dimaksud butir 4.7 bersifat rahasia, dan hanya boleh diakses oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengujian.

    4.9 Apabila hasil pengujian sebagaimana dimaksud butir 4.6 huruf d

    dinyatakan gagal, dilakukan langkah-langkah, antara lain : a. menginformasikan hasil pengujian tertutup (covert) secara formal; b. mengidentifikasi kekurangan yang muncul saat pelaksanaan pengujian; c. mempersyaratkan objek pengawasan untuk melaksanakan tindakan

    korektif; dan

  • 21

    d. inspektur keamanan penerbangan melaksanakan prosedur tindak lanjut untuk memastikan keefektifan penerapan tindakan korektif dari objek pengawasan.

    4.10 Prosedur pelaporan hasil pengujian tertutup (covert) meliputi :

    a. Tim Inspektur yang melaksanakan pengujian tertutup (covert) harus membuat laporan hasil pengujian secara tertulis, formal dan bersifat rahasia kepada Kepala Kantor;

    b. laporan dibuat dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja; c. laporan sebagaimana dimaksud huruf b dapat diberikan perpanjangan

    waktu oleh atasan langsung dikarenakan kondisi force majeur antara lain : inspektur sakit, bencana alam;

    d. laporan tertulis sebagaimana huruf a yang telah disetujui oleh Kepala Kantor harus disampaikan kepada objek pengawasan dengan tembusan Direktur Jenderal dan Direktur; dan

    e. laporan sebagaimana huruf a dimasukkan ke dalam sistem data base. 4.11 Untuk menjaga kerahasiaan testing, kegiatan pengujian tertutup (covert)

    dapat melibatkan orang lain sebagai mystery guest dengan ketentuan : a. dibuatkan surat pernyataan untuk bersedia menjadi mystery guest; b. diberikan pengarahan terkait skenario kegiatan pengujian; dan c. segala dampak yang timbul menjadi tanggung jawab inspektur

    keamanan penerbangan.

    4.12 Alat yang digunakan untuk pengujian tertutup (covert) harus tercatat dalam inventaris Kantor Otoritas.

    4.13 Inspektur yang melakukan pengujian tertutup (covert) dengan menggunakan alat, harus memastikan tidak membahayakan personel yang terlibat dalam kegiatan pengujian tertutup dan penumpang.

    4.14 Check list pengujian tertutup (covert) dan jenis alat yang digunakan sebagaimana tercantum dalam lampiran VIII.

  • 22

    BAB 5

    INVESTIGASI 5.1 Direktur Jenderal melaksanakan investigasi terhadap setiap tindakan atau

    percobaan tindakan melawan hukum akibat dari ketidakpatuhan terhadap ketentuan Program Keamanan Penerbangan Nasional.

    5.2 Persiapan

    5.2.1 Persiapan pelaksanaan investigasi meliputi : a. administrasi b. dokumen pendukung c. alat kelengkapan investigasi

    5.2.2 Persiapan administrasi meliputi : a. pembentukan dan penetapan tim investigasi; b. penerbitan surat perintah tugas; dan c. pelaksanaan investigasi dapat diberitahukan kepada objek

    investigasi.

    5.2.3 Pembentukan dan penetapan tim investigasi sebagaimana butir 5.2.2 huruf a, dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut : a. Direktur atau Kepala Kantor menugaskan Tim Investigasi yang

    terdiri dari ketua dan anggota; b. Ketua Tim adalah Inspektur yang mempunyai Level tertinggi dalam

    Tim, apabila terdapat level yang sama maka ditunjuk yang lebih berpengalaman dan memiliki jiwa kepemimpinan; dan

    c. Anggota Tim adalah inspektur keamanan penerbangan sesuai dengan kewenangannya.

    5.2.4 Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud butir 5.2.1 huruf b meliputi : a. dokumen peraturan terkait; b. program keamanan terkait; c. hasil pengawasan sebelumnya; dan d. dokumen terkait lainnya.

    5.2.5 Alat kelengkapan investigasi sebagaimana dimaksud butir 5.2.1

    huruf c antara lain: a. kamera; b. perangkat komputer; c. printer; d. audio recording; e. alat komunikasi; f. modem jaringan internet; g. jaket (rompi inspektur); dan h. kartu tanda pengenal inspektur/pas bandar udara.

    5.3 Pelaksanaan investigasi

    5.3.1 Kegiatan pelaksanaan investigasi, terdiri dari : a. pertemuan pembukaan dengan objek investigasi;

  • 23

    b. pelaksanaan kegiatan investigasi; c. penyusunan draft temuan dan rekomendasi; dan d. pertemuan penutup dengan objek investigasi.

    5.3.2 Pertemuan pembukaan sebagaimana dimaksud butir 5.3.1 huruf a,

    antara lain : a. perkenalan tim investigasi; b. agenda dan ruang lingkup investigasi; dan c. metodologi investigasi.

    5.3.3 Pelaksanaan kegiatan investigasi sebagaimana dimaksud butir 5.3.1

    huruf b, antara lain: a. wawancara; b. tinjauan dokumen; c. tinjauan lapangan; dan d. pencatatan hasil investigasi.

    5.3.4 Penyusunan draft temuan dan rekomendasi sebagaimana dimaksud

    butir 5.3.1 huruf c, antara lain: a. mengumpulkan dan mendiskusikan hasil investigasi; b. menyusun draft rekomendasi; c. memastikan bukti (evidence) setiap temuan; dan d. membuat draft laporan akhir investigasi.

    5.3.5 Pertemuan penutup sebagaimana dimaksud butir 5.3.1 huruf d, tim

    investigasi menyampaikan hasil investigasi.

    5.4 Pelaporan

    5.4.1 Tim investigasi yang melaksanakan investigasi harus membuat laporan hasil investigasi secara tertulis, formal dan bersifat rahasia kepada Direktur atau Kepala Kantor.

    5.4.2 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 5.4.1 dibuat dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja.

    5.4.3 Laporan tertulis sebagaimana dimaksud butir 5.4.2 dapat diberikan

    perpanjangan waktu oleh atasan langsung dikarenakan kondisi force majeur antara lain : inspektur sakit dan bencana alam.

    5.4.4 Laporan tertulis sebagaimana butir 5.4.2 yang telah disetujui oleh

    Direktur atau Kepala Kantor harus disampaikan kepada objek investigasi dengan tembusan Direktur Jenderal.

    5.4.5 Laporan investigasi sebagaimana dimaksud dalam butir 5.4.1 sebagai

    hasil dari tindakan penegakan hukum dapat disampaikan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

  • 24

    5.4.6 Inspektur Keamanan Penerbangan harus memastikan objek investigasi: a. menindaklanjuti laporan hasil investigasi; dan b. menyampaikan tindak lanjut hasil investigasi kepada Direktur

    atau Kepala Kantor.

    5.4.7 Laporan sebagaimana butir 5.4.4 dimasukkan kedalam sistem data

    base.

  • 25

    BAB 6

    MONITOR TINDAKAN KOREKTIF

    6.1 Inspektur keamanan penerbangan harus memastikan objek pengawasan

    menindaklanjuti hasil pengawasan.

    6.2 Penyelesaian terhadap temuan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud butir 6.1 harus ditindaklanjuti dengan : a. tindakan penyelesaian segera saat ditemukan; dan b. rencana penyelesaian tindakan korektif.

    6.3 Inspektur Keamanan Penerbangan harus memastikan objek pengawasan

    memberikan tanggapan dan rencana penyelesaian tindakan korektif disampaikan kepada Direktur atau Kepala Kantor paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah menerima hasil pengawasan secara tertulis.

    6.4 Inspektur keamanan penerbangan harus memastikan rencana penyelesaian

    tindakan korektif sebagaimana dimaksud pada butir 6.3 memuat langkah langkah sebagai berikut : a. rencana tindakan dan jangka waktu penyelesaian tindakan korektif; dan b. langkah-langkah tindakan mitigasi sebelum tindakan korektif selesai.

    6.5 Inspektur keamanan penerbangan melakukan evaluasi dan dapat

    mengajukan jenis dan jangka waktu tindakan perbaikan dan langkah-langkah penegakan aturan yang dibutuhkan terhadap area ketidakpatuhan terkait dengan tindak lanjut (follow up) penyelesaian tindakan korektif.

    6.6 Apabila objek pengawasan tidak memberikan tanggapan sesuai batasan waktu sebagaimana dimaksud butir 6.3 atau penyelesaian tindakan korektif sesuai target yang telah ditetapkan oleh objek pengawasan, maka Inspektur Keamanan Penerbangan memberikan rekomendasi kepada Direktur atau Kepala Kantor untuk memberikan sanksi administratif sesuai peraturan perundang-undangan.

    6.7 Direktur dan Kepala Kantor melakukan monitoring tindak lanjut (follow up)

    penyelesaian tindakan korektif yang dilakukan oleh objek pengawasan untuk memastikan kesesuaian waktu penyelesaian dan aspek keberhasilan pemenuhan tindakan korektif.

    6.8 Hasil monitoring sebagaimana dimaksud butir 6.7 dibuat ringkasannya. 6.9 Monitoring tindak lanjut (follow up) penyelesaian tindakan korektif dan

    ringkasan hasil monitoring tercantum dalam lampiran IX.

    6.10 Evaluasi Tindakan Korektif

    6.10.1 Hasil monitoring tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada butir 6.7, dinyatakan status open atau close.

  • 26

    6.10.2 Status open sebagaimana dimaksud butir 6.10.1 dinyatakan apabila penyelesaian tindakan korektif yang disertakan dengan bukti-bukti pemenuhan belum memenuhi standar atau peraturan dan akan disampaikan secara tertulis kepada objek pengawasan.

    6.10.3 Apabila bukti pemenuhan sebagaimana dimaksud butir 6.10.2 diragukan, maka akan dilakukan inspeksi guna memastikan pemenuhan.

    6.10.4 Status close sebagaimana dimaksud butir 6.10.1, dinyatakan apabila

    penyelesaian tindakan korektif yang disertakan dengan bukti-bukti pemenuhan telah memenuhi standar atau peraturan dan akan disampaikan secara tertulis kepada objek pengawasan

    6.10.5 Surat penyampaian hasil evaluasi tindakan korektif sebagaimana dimaksud butir 6.10.2 dan 6.10.4 tercantum dalam Lampiran X.

  • 27

    BAB 7

    MANAJEMEN PENCATATAN ATAU PEREKAMAN

    7.1 Direktur dan Kepala Kantor bertanggung jawab terhadap manajemen

    pencatatan atau perekaman.

    7.2 Seluruh data kegiatan pengawasan, investigasi dan monitor tindakan korektif harus didokumentasikan berupa catatan atau rekaman.

    7.3 Bentuk catatan sebagaimana dimaksud butir 7.1 antara lain berupa:

    a. semua lembar kerja, checklist, laporan dan surat; b. salinan surat yang telah ditandatangani dan dikirim ke objek

    pengawasan; c. salinan dari semua dokumen lain yang diterbitkan oleh Direktorat

    Jenderal mengenai kegiatan pengawasan; d. surat elektronik (e-mail) yang berisi informasi yang terkait; e. semua dokumen yang diperoleh dan digunakan sebagai alat bukti selama

    pelaksanaan kegiatan pengawasan; f. catatan/berkas yang dibuat selama pelaksanaan kegiatan; g. salinan asli catatan terpadu yang dibuat selama masa perencanaan,

    persiapan, pelaksanaan, atau penindaklanjutan kegiatan, kecuali catatan-catatan tersebut sudah disimpan dalam buku catatan yang sesuai. Jika catatan-catatan terpadu sudah disimpan dalam satu buku catatan, berkas tersebut harus disertai dengan catatan berkas yang menunjukkan bahwa catatan tersebut memang ada;

    h. catatan tentang semua percakapan yang terkait dengan investigasi atau keputusan pelaksanaan lanjutan.

    7.4 Catatan sebagaimana dimaksud butir 7.2 disimpan dalam bentuk hard copy

    dan soft copy.

    7.5 Bentuk rekaman sebagaimana dimaksud butir 7.2 antara lain berupa:

    a. rekaman suara; b. rekaman video; dan c. rekaman foto.

    7.6 Catatan dan rekaman harus dikumpulkan, diberikan indeks, disimpan ditempat yang aman dan dipelihara untuk memastikan bahwa catatan permanen dapat digunakan dan dibaca jika diperlukan.

  • 7.7 Catatan dan rekaman bersifat tertutup dan hanya dapat diakses olehinspektur yang berwenang.

    7.8 Catatan dan rekaman harus disimpan untuk jangka waktu 5 tahun.

    DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS,

    kfcjil>>

    HEMI PAMURAHARJO

    Pembina Tk. I (IV/b)NIP. 19660508 199003 1 001

    28

    TTD

    SUPRASETYO

  • Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan UdaraNomor : KP 506 Tahun 2015

    Tanggal : 4 Agustus 2015

    BAGAN TAHAPAN KEGIATAN PENGAWASAN KEAMANAN

    TIDAK ADANO

    TEMUAN

    ^ r

    LAPORAN

    TEMUAN

    LAPORAN

    RENCANA

    TINDAKAN

    KOREKTIF

    OLEH OBJEK

    PENGAWASAN

    ITINDAK LANJUT

    (CORRECTIVEACTION) DAN/

    ATAU EVALUASI

    DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    TTD

    SUPRASETYO

    Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS,

    HEMI PAMURAHARJO

    Pembina Tk. I (IV/b)NIP. 19660508 199003 1 001

  • Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

    Nomor : KP 506 TAHUN 2015

    Tanggal: 4 Agustus 2015

    PENILAIAN RESIKO

    PANDUAN PELAKSANAAN KUESIONER:

    pertimbangan dalam mengembangkan kegiatan pengawasan berdasarkan pendekatanresiko (risk based approach).

    INFRASTRUKTUR

    Jumlah runway dan jumlah terminal berhubungan dengan kapasitas bandarauntuk mengetahui tingkat operasional dan pelayanan bisnis

    CCTV dan penerangan adalah salah satu hal penting terkait pencegahan padamanajemen keamanan di bandar udara

    Tipe pagar dan kualitas pagar memberikan informasi tentang kapasitas bandarudara untuk mencegah akses yang tidak sah atau melanggar hukum

    Jumlah pintu akses dan pengelolaannya (secara permanen atau tidak)merupakan indikator dari risiko pengendalian aksesudara

    OPERASI

    informasi terkait dengan proses operasi meliputi jenis operasional penerbangandi bandar udara, jam operasional dan ukuran pesawat.

    Informasi terkait dengan skala operasi termasuk jumlah penerbangan, jumlahpenumpang, jumlah operator pesawat, jumlah operator kargo dan jumlah operatorcatering, berkontribusi untuk menentukan tingkat risiko.faktor penting untuk memastikan langkah-langkah dan prosedur keamanan yangsesuai

    airside atau di luar bandar udara dan persediaan (supply) di dalam pesawat diangkutdari lokasi yang jauh?

    Apakah polisi dan penyedia pelayanan keamanan (bukan personel pemeriksa)berada di bandar udara secara penuh; apakah mereka berada di bandar udara selamajam operasional; apakah mereka menerima panggilan ketika terdapat insiden atauapakah mereka tidak berada di bandar udara sama sekali?

    Apakah patroli dilaksanakan secara teratur untuk mencegah danmengidentifikasi tindakan pelanggaran terhadap perimeter di bandar udara?

    PENGAWASAN

    Informasi yang diperlukan berfungsi untuk meningkatkan kepatuhan.Pelaksanaan kegiatan pengawasan yang terakhir merupakan indikator dari potensirisiko terkait pelaksanaan pengawasan di masa yang akan datang

  • (jumlah dan jenis temuan, tindakan yang diambil untuk memperbaiki kekurangan dantemuan berulang) akan memberikan kontribusi yang memperbesar risiko di bandarudara

    FAKTOR LAIN

    yang tersedia dan kompeten untuk mengikuti kegiatan pengawasan dan adanya danauntuk kegiatan pengawasan.

    faktor ancaman lokal juga perlu dipertimbangkan termasuk faktor sosiallingkungan yang berasal dari ketidakpuasan pemilik lahan dan/atau komunitasbandara dan adanya kemungkinan motif ancaman dari kelompok politik

  • IDENTIFIKASI FAKTOR OPERASIONAL PENGAWASAN

    Nama Bandar Udara

    Operasi

    11 International Audit Internal Terakhir 6-12 monthsKode Bandar Udara CGK Zl Domestic Audit External Terakhir 6-12 monthsNama Operator Angkasa Pura 2 Charter Tindakan Korektif yang belum

    selesai?Yes

    Lokasi Jakarta 1 1General Aviation (GA)

    INFRASTRUKTUR Penggunaan Bandara Civil Inspeksi Internal Terakhir

    Jumlah Runway Jam Operasional 24hrs / day Inspeksi External Terakhir

    Jumlah Terminals

    Tipe Pesawat

    A380 B747 ZlB; Tindakan Korektif yang belumselesai?

    Yes

    CCTV

    1 1Terminal B787 A330 S, Apron A320 PJ B737 Q 0 Pengujian Internal Terakhir1 1Gates/Access Pengujian External Terakhir

    1 1Perimeter Penerbangan per minggu 500+ Tindakan Korektif yang belum

    selesai?Yes

    1 1seluruh tersebut diatas Penumpang pertahun 5M+

    Penerangan

    1 1Terminal Jumlah operator pesawat 10+

    Apakah ada sistem pelaporan

    insiden di bandara?Yes

    PI Apron Pesawat Bermalam (Remain Over Night)? Yes

    ZJ Gates/Access Operasi KargoJumlah agen:

    Lokasi:

    Zl Perimeter 4+

    11 Semua tersebut di atas Combination Laporan Insiden Keamanan

    TerakhirTipe Pagar Operator Katering

    Jumlah operator:

    lokasi:

    Kualitas Pagar 4+ FAKTOR LAIN

    Pintu akses Kendaraan (dg

    penjagaan) Combination

    Pintu akses Kendaraan (automatis) Kehadiran Penegak Hukum (Polisi) 24/7

    Pintu Akses Personil (dg penjagaan) Pelayanan Keamanan yang dikontrak 24/7

    Pintu Akses Personil (automatis) Patroli keamanan Keliling 24/7

    Information Tambahan Information Tambahan

    0

  • 1 Lokasi Capital Large Medium Small

    2 Runway 1 2 3 4+

    3 Terminal 1 2 3+ / 0

    4 CCTV None Combo All

    5 Penerangan None Combo All

    6 Tipe Pagar Natural Wire Other

    7 Kualitas Pagar None Damaged Intact

    8 Pintu Kendaraan (dg penjagaan) 4+ 3 2 1

    9 Pintu Kendaraan (otomatis) 4+ 3 2 1

    10 Pintu Akses Karyawan (dg penjagaan) 4+ 3 2 1

    11 Pintu Akses Karyawan (otomatis) 4+ 3 2 1

    12 Operasi Int Dom Charter GA

    13 Penggunaan Bandara Civil Military

    14 Jam Operasional 24hrs 18hrs 12hrs 6hrs

    15 Tipe Pesawat Large Medium Small

    16 Penerbangan (per minggu) 500+ 100-500 50-100 20-50

  • KUNCI

    Faktor Resiko

    10

    11

    Infrastruktur

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    Operasi

    XXX Bandara

    D

    4.5 4.1 4.3 3.9 3.4 3.6

    ISlsii

    -

    :-....,.:....V I.' . '

    i:

    6.5 6.5 5.3 5.2 6.5 5.0

  • 27

    28

    29

    30

    31

    32

    33

    34

    35

    36

    37

    Rating Pengawasan

    j 11 1

    .

    1

    6.1 4.5 6.1 4.3 7.0 4.3

    5.7 5.0 5.3 4.4 5.7 4.3Rating Keseluruhan

    DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BAGIAN HUKUM DAN HUMAS,

    HE MI PAMURAHARJO

    Pembina Tk. I (IV/b)NIP. 19660508 199003 1 001

    TTD

    SUPRASETYO

  • Nomor

    Klasifikasi

    LampiranPerihal

    Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan UdaraNomor : KP 506 Tahun 2015

    Tanggal : 4 Agustus 2015

    SURAT PEMBERITAHUAN PENGAWASAN

    Lokasi Kantor, (tgl/ bin/thn)Biasa/rahasial(satu) berkas(Audit/Inspeksi/Survei/Test)Keamanan Penerbangan K e p a d a

    Yth. (Pimpinan Objek Pengawasan)

    di

    Lokasi Objek Pengawasan

    1. Dalam rangka pengawasan penyelenggaraan sistem keamanan penerbangansesuai amanah UU No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dengan hormatdisampaikan bahwa Direktorat Keamanan Penerbangan Direktorat JenderalPerhubungan Udara / Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah akanmelaksanakan audit keamanan penerbangan pada (objek pengawasan)pada tanggal (agenda terlampir).

    2. Sehubungan butir 1. (satu) di atas, untuk kelancaran kegiatan tersebutdimohon :

    a. Menunjuk Pejabat yang terkait untuk mendampingi Tim InspekturDirektorat Keamanan Penerbangan/Kantor Otoritas Bandar UdaraWilayah selama kegiatan berlangsung;

    b. Mempersiapkan dokumen yang terkait keamanan penerbangandiantaranya ASP/AOSP, ACP, Program Pendidikan dan PelatihanKeamanan Penerbangan, Program Kendali Mutu keamanan PenerbanganInternal, SOP keamanan penerbangan dan dokumen pendukunglainnya.

    3. Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

    An. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    Direktur Keamanan Penerbangan/Kepala kantor Otoritas Bandar Udara

    Pangkat / Gol. RuangNIP.

    Tembusan :

    1. Xxxxxxxxxxxxxxxxx ;2. Xxxxxxxxxxxxxxxxx ;3

    Salinan sesuai dengan aslinya

    3AGIAN HUKUM DAN HUMAS

    HEMI PAMURAHARJO

    Pembina Tk.I / (IV/b)NIP. 19660508 199003 1 001

    DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

    TTD

    SUPRASETYO

  • Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan UdaraNomor : rp 506 TAHUN 2015Tanggal : 4 Agustus 2015

    AREA-AREA/ASPEK-ASPEK PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN

    BANDAR UDARA (BU)

    a. Regulasi dan Organisasi (Legislation and Organization/LEG)1) Program Keamanan Bandar Udara (Airport Security Programme/ASP)2) Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Bandar Udara (Airport

    Contigency Plan)3) Komite Keamanan Bandara Udara4) Organisasi Keamanan Bandar Udara5) SOP di bidang Keamanan Penerbangan

    b. Pendidikan dan Pelatihan (Training/TRG)1) Program Pendidikan dan Pelatihan (Training Programme)2) Personel Keamanan Penerbangan

    c. Fungsi Kendali Mutu (Quality Control Function/QCf)1) Program Pengawasan Internal2) Prosedur Pelaksanaan Pengawasan Internal3) Pelaporan Pengawasan Internal

    4) Dokumentasi Hasil Pengawasan Internal

    d. Perlindungan Keamanan Bandar Udara (Security Protection For Airport /SPA)1) Daerah Keamanan Terbatas (DKT)2) Daerah Steril

    3) Daerah terbatas4) Daerah Publik

    e. Pengendalian Jalan Masuk Bandar Udara (Access Control System/ACS)1) Penerbitan Pas Bandar Udara2) Pengendalian Jalan Masuk Orang3) Pengendalian Jalan Masuk Kendaraan

    f. Security Check Point (Security Check Point/SCP)1) Security Check Point 12) Security CheckPoint 23) Security Check Point Khusus4) BHS/HBS

    g. Fasilitas Keamanan Penerbangan (Facility ofAviation Secur/ty/FAS)1) Prosedur Pengoperasian2) Prosedur Pemeliharaan3) Kinerja Peralatan

    h. Penanggulangan Tindakan Melawan Hukum (Airport Contingency Plan/ACP)

  • 2

    2. ANGKUTAN UDARA (AU)

    a. Regulasi dan Organisasi (Legislation and Organization/LEG) 1) Program Keamanan Angkutan Udara (Aircraft Operator Security Programme/AOSP) 2) Program Penanggulangan Keadaan Darurat Angkutan Udara (Aircraft Contigency

    Plan)

    3) Organisasi Keamanan BUAU 4) SOP di bidang Keamanan Penerbangan 5) Dokumen lain yang terkait

    b. Pendidikan dan Pelatihan (Training/TRG) 1) Program Pendidikan dan Pelatihan (Training Programme) 2) Personel Keamanan Penerbangan

    c. Fungsi Kendali Mutu (Quality Control Function/QCF) 1) Program Pengawasan Internal 2) Prosedur Pelaksanaan Pengawasan Internal 3) Pelaporan Pengawasan Internal 4) Dokumentasi Hasil Pengawasan Internal

    d. Perlindungan Keamanan Pesawat Udara (Security Protection For Aircraft/SPA) 1) Perlindungan pada saat kondisi normal 2) Perlindungan pada saat RON 3) Perlindungan pada saat kondisi ancaman meningkat 4) Perlindungan pesawat udara yang tidak dioperasikan

    e. Pengendalian Keamanan Kargo Dan Pos (Cargo Pos Security/CPS) 1) Prosedur pemeriksaan keamanan kargo dan pos 2) Prosedur penanganan, pemuatan (loading) dan penurunan (unloading) kargo dan pos 3) Prosedur penanganan dan pengendalian keamanan kargo dan pos transit 4) Penanganan kargo dan pos dalam kategori barang berbahaya

    f. Keamanan Penumpang Dan Bagasi (Passenger Baggage Security/PBS) 1) Penanganan dan pengendalian keamanan penumpang dan bagasi kabin 2) Pemeriksaan keamanan dan Penanganan bagasi tercatat 3) Penanganan barang tertentu

    g. Pengendalian Dan Pengawasan Terkait Penunjang Penerbangan (Aviation Support Control/ASC)

    1) Catering 2) Maintenance 3) Cleaning 4) Ground handling

    h. Penanggulangan Tindakan Melawan Hukum (Airline Contingency Plan/ACP)

  • 3

    3. REGULATED AGENT / KNOWN SHIPPER (RA/KS)

    a. Regulasi dan Organisasi (Legislation and Organization/LEG) 1) Program Keamanan Pengangkutan Kargo dan Pos (PKPKP) 2) Program Penanggulangan Keadaan Darurat Angkutan Udara (Aircraft Contigency

    Plan)

    3) Organisasi Keamanan RA 4) SOP di bidang Keamanan Penerbangan 5) Dokumen lain yang terkait

    b. Pendidikan dan Pelatihan (Training/TRG) 1) Program Pendidikan dan Pelatihan (Training Programme) 2) Personel Keamanan Penerbangan

    c. Fungsi Kendali Mutu (Quality Control Function/QCF) 1) Pengawasan Internal 2) Prosedur Pelaksanaan Pengawasan Internal 3) Pelaporan Pengawasan Internal 4) Dokumentasi Hasil Pengawasan Internal

    d. Pemeriksaan Keamanan Dan Pengangkutan Kargo Dan Pos (Cargo Pos Security Check/CPS)

    1) Prosedur Penerimaan Kargo dan Pos 2) Prosedur Pemeriksaan Keamanan Kargo dan Pos 3) Prosedur Penimbangan 4) Prosedur Penanganan dan Penyimpanan Sementara 5) Prosedur Pemuatan Kargo dan Pos 6) Prosedur Pemberian Sertifikat Keamanan Barang (Consignment Security certificate) 7) Pemeriksaan Kendaraan Sebelum Berangkat Ke Bandar Udara 8) Prosedur Pengawalan dan Pengamanan Kendaraan

    e. Fasilitas Keamanan Penerbangan (Facility of Aviation Security/FAS) 1) Jenis-jenis peralatan 2) Pengoperasian faskampen 3) pemeliharaan dan kalibrasi faskampen

    f. Penanggulangan Tindakan Melawan Hukum (Air Cargo Contingency Plan/ACP) 1) Prosedur Penanganan Kondisi Darurat di Gudang 2) Prosedur Penanganan Kondisi Dalam Pengangkutan 3) Prosedur Penanganan Kondisi Darurat di Bandar Udara 4) Prosedur Penanganan Insiden Terkait Dengan DG

  • 4

    CHECK LIST PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN

    1. BANDAR UDARA (BU) a. Regulasi Dan Organisasi (Legislation and Organization/LEG)

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 327, 328

    2. PM No. 31 Tahun 2013 : Bab 3 butir 3.3 dan Bab 4 buti 4.1.2, 4.2.1 dan 4.2.2

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN

    1. Apakah memiliki PKBU/Airport Security Programme (ASP)?

    a. Apakah dalam bentuk cetak ?

    b. Apakah dalam bentuk soft copy ?

    2. Apakah ASP tersebut dilengkapi dengan ACP dan SOP turunannya ?

    3. Apakah ASP telah disahkan ?

    4. Apakah ASP selalu terbarukan (up to date)/amandemen ?

    5. Apakah memiliki dokumen prosedur dan penerbitan izin masuk

    Dareah Keamanan Terbatas (DKT) yang merupakan bagian dari ASP ?

    6. Apakah kebutuhan fasilitas dan perencanaan sesuai dengan ASP ?

    7. Apakah ASP telah didistribusikan sesuai daftar distribusi ?

    B. KOMITE KEAMANAN BANDAR UDARA

    1. Apakah sudah dibentuk Komite Keamanan Bandar Udara ?

    2. Apakah Komite Keamanan Bandar Udara sudah ditetapkan dan

    disahkan oleh Kantor Otoritas Bandar Udara ?

    3. Apakah SK Komite Keamanan Bandar Udara tercantum masa tugas 5 tahun ?

    3. Apakah ASP telah disosialisasikan kepada anggota Komite Keamanan Bandar Udara ?

    4. Apakah Komite Keamanan Bandar Udara telah melakukan

    pertemuan komite ?

    5. Apakah pertemuan Komite Keamanan Bandar Udara sudah sesuai

    jadwal dan periodesasi yang ditetapkan dalam ASP ?

  • 5

    6. Apakah Komite Keamanan Bandar Udara telah menyampaikan

    laporan permasalahan keamanan penerbangan yang tidak

    terselesaikan kepada Komite Nasional Keamanan Penerbangan?

    C. ORGANISASI KEAMANAN BANDAR UDARA

    1. Apakah telah menunjuk pejabat/personel keamanan Bandar udara

    yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

    ketentuan khusus dari ASP ?

    2. Apakah menyediakan pembiayaan keamanan Bandar Udara ?

    3. Apakah dilaksanakan simulasi ASP ?

    4. Apakah memberikan fasilitasi pelaksanaan survey bagi Badan Usaha

    Angkutan Udara dalam melaksanakan rute barunya ?

    5. Apakah kerjasama atau perjanjian dengan badan

    hukum/instansi/negara lain terkait program keamanan dan telah

    dijadikan lampiran yang tidak terpisahkan dalam ASP ?

    D. STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

    1. Apakah SOP turunan tersebut telah sesuai dalam daftar yang

    tertuang dalam ASP ?

    2. Apakah isi SOP turunan tersebut telah sesuai dengan muatan isi

    materi di dalam ASP ?

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 6

    b. Pendidikan dan Pelatihan (Training/TRG)

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM 1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal, 334 Ayat (2), 381, 384, 388,389,390,391. 2. PM 31 Tahun 2013 : Bab 8 3. SKEP/160/VIII/2008 4. KP 481 Tahun 2012

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN PROGRAM KEAMANAN BANDAR UDARA

    1. Apakah memuat kebijakan program diklat keamanan

    penerbangan ?

    2. Apakah menjelaskan jenis diklat wajib terkait sertifikasi

    personel (lisensi) ?

    3. Apakah menjelaskan jenis diklat tambahan untuk

    meningkatkan kompetensi ?

    4. Apakah menjelaskan diklat penyegaran ?

    5. Apakah menjelaskan diklat kepedulian keamanan

    penerbangan (avsec awareness)?

    6. Apakah menjelaskan kriteria personel keamanan

    penerbangan dan personel fasilitas keamanan penerbangan?

    7. Apakah memuat penjelasan pengembangan dan pelaksanaan

    program diklat ?

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Daftar personel keamanan penerbangan dan personel

    fasilitas keamanan penerbangan, yang berisi :

    - nama - identitas diri (tempat dan tanggal lahir) - pendidikan formal - masa kerja - jabatan dan unit kerja - diklat kompetensi - nomor lisensi - masa belaku lisesnsi

    2. Apakah rekaman bukti diklat kompetensi dan lisensi

    disimpan di Bandar udara ?

    3. Apakah daftar personel selalu terbarukan (up to date) ?

    4. Apakah pengusulan dan pelaksanaan diklat dicatat ?

  • 7

    5. Apakah hasil pelaksanaan diklat didokumentasikan ?

    C. PROSEDUR

    1. Apakah pengembangan dan diklat sesuai SOP ?

    Misal : persyaratan usulan diklat sesuai persyaratan

    2. Apakah personel keamanan penerbangan atau personel

    fasilitas keamanan penerbangan menjalankan tugas sesuai

    kompetensi dan lisensi ?

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 8

    c. Fungsi Kendali Mutu (Quality Control Function/QCF)

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 325, Pasal 327 (1), Pasal 332

    2. PM 31 Tahun 2013 : Bab 10 butir 10.5, 10.6, 10.10

    3. PM 92 Tahun 2015

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN PROGRAM KEAMANAN BANDAR UDARA

    1. Apakah memuat program pengawasan internal

    (internal quality control) termasuk investigasi yang

    mengacu Program Keamanan Bandar Udara?

    2. Apakah menjelaskan unit kerja mandiri (independent)

    yang bertanggungjawab dalam melaksanakan

    pengawasan keamanan penerbangan dan terpisah dari

    unit yang bertanggungjawab melaksanakan

    operasional keamanan penerbangan ?

    3. Apakah menjelaskan personel, struktur dan uraian

    tugas pengawas internal ?

    4. Apakah memuat prosedur pengawasan internal ?

    meliputi :

    - Jadwal pengawasan,

    - Pelaksanaan pengawasan

    - Laporan hasil pengawasan

    - monitoring dan evaluasi tindak lanjut hasil pengawasan

    - dokumentasi hasil pengawasan

    5. Apakah pengawasan internal dilengkapi fasilitas

    pendukung pengawasan ?

    6. Apakah menjelasakan penyediaan pembiayaan dalam

    rangka pemenuhan prosedur, SDM, fasilitas dan

    kebutuhan lainnya?

    7. Apakah memuat sistem pelaporan internal dan kepada regulator ?

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Daftar dokumen program pengawasan

    2. Dokumen pelaksanaan pengawasan

  • 9

    3. Dokumen evaluasi dan tindak lanjut pengawasan

    4. Dokumentasi hasil-hasil pengawasan

    C. FASILITAS DAN PERSONEL

    1. Daftar fasilitas pengawasan internal

    2. Daftar personel pengawasan internal

    D. PROSEDUR

    1. Apakah pelaksanaan pengawasan internal sesuai SOP ?

    2. Apakah personel pengawasan internal sesuai

    kompetensi ?

    3. Jika ada SOP, apakah muatan isi SOP sesuai dengan

    Program Keamanan Bandar Udara ?

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 10

    d. Perlindungan Keamanan Bandar Udara (Security Protection For Airport /SPA)

    1) Daerah Keamanan Terbatas (DKT)

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 325, 334, 335 2. PM 31 Tahun 2013 : Bab 5 butir 5.1, 5.2, 5.6, 5.7 3. PM 33 tahun 2015 : Pasal 2, 3, 4, 5, 6, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 4. SKEP/2765/XII/2010: Pasal 13, 14, 15, 17, 18 5. SKEP/160/VIII/2008:

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN AIRPORT SECURITY PROGRAMME (ASP)

    1. Apakah menetapkan secara rinci daerah-DKT yang digunakan

    untuk kegiatan operasional di bandar udara?

    2. Apakah DKT sudah dibuat dalam bentuk peta dan diberikan

    perbedaan yang nyata?

    3. Apakah menguraikan pengawasan dan penjagaan pada

    daerah-daerah yang berbatasan langsung dan/atau jalan yang

    menuju DKT?

    4. Apakah menguraikan daerah-daerah tertentu di luar DLKr

    bandar udara untuk menunjang keselamatan penerbangan

    termasuk objek vital yang ditetapkan sebagai DKT?

    5. Apakah menjelaskan perlindungan fisik DKT dan

    persyaratannya ?

    6. Apakah menjelaskan sistem pengendalian (perijinan) masuk

    ke DKT ?

    7. Apakah menjelaskan pengawasan (penyisiran, patroli

    dan/atau monitoring CCTV) di dalam DKT ?

    8. Apakah menjelaskan langkah-langkah keamanan tambahan

    (mitigasi plan) DKT apabila perimeter di ujung runway kurang

    tinggi ?

    9. Apakah menjelaskan tentang tanda-tanda peringatan (sign

    board) meliputi peringatan, larangan, pemberitahuan

    dan/atau sanksi ?

    10. Apakah menjelaskan penempatan tanda peringatan (sign

    board)?

  • 11

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Dokumen log book

    C. FASILITAS DAN PERSONEL

    1. Apakah terdapat daftar fasilitas pengawasan DKT?

    2. Apakah terdapat daftar personel pengawasan DKT dan

    lisensinya?

    3. Apakah fasilitas pengawasan DKT dalam kondisi baik ?

    4. Apakah batas fisik (pagar/tembok) sudah sesuai persyaratan?

    a. Bandar udara domestik;

    - Dapat berupa tembok dan/atau pagar; - Ketinggian cukup dan tidak mudah

    dipanjat/disusupi orang;

    - Tersedia jalan inspeksi; dan - Dilengkapi pintu darurat.

    b. Bandar udara Internasional;

    - Tinggi minimal 2,44 m dan dilengkapi kawat berduri di atasnya;

    - Tidak ada celah dari bawah sampai atas untuk disusupi orang termasuk pemberian teralis pada

    drainase atau saluran pembuangan air;

    - Terpenuhinya jarak pandang sampai dengan 3 m; - Dilengkapi lampu penerangan pada jarak

    tertentu;

    - Dilengkapi kamera pemantau/CCTV; - Dilengkapi fasilitas keamanan lainnya apabila

    diperlukan (PIDS);

    - Tersedia jalan inspeksi untuk patroli; - Tersedia perawatan perimeter; dan - Dilengkapi pintu darurat.

    5. Apakah tersedia tanda peringatan (sign board) dan memenuhi

    persyaratan ?

    6. Apakah pintu-pintu masuk DKT selalu terkunci pada saat tidak

    digunakan ?

    D. PROSEDUR

    1. Apakah pengawasan DKT dilengkapi SOP?

    2. Apakah SOP sesuai dengan dokumen ASP?

    3. Apakah pelaksanaan penyisiran DKT sudah sesuai prosedur?

    4. Apakah pelaksanaan patroli DKT sudah sesuai prosedur?

    5. Apakah pelaksanaan monitoring CCTV sudah sesuai prosedur?

    6. Apakah personel yang bertugas di DKT sesuai kompetensi dan

    lisensi ?

  • 12

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 13

    2) Daerah Steril

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 325, 334, 335 2. PM 31 Tahun 2013 : Bab 5 3. PM 33 tahun 2015 : Pasal 2, 7,13, 14 4. SKEP/2765/XII/2010: Pasal 13, 14, 15, 17, 18 5. SKEP/160/VIII/2008

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN PROGRAM KEAMANAN BANDAR UDARA

    1. Apakah menetapkan secara rinci daerah steril yang digunakan untuk kegiatan operasional di bandar udara?

    2. Apakah daerah steril sudah dibuat dalam bentuk peta dan

    diberikan perbedaan yang nyata?

    3. Apakah menguraikan pengawasan dan penjagaan pada

    daerah-daerah yang berbatasan langsung dan/atau jalan yang

    menuju daerah steril?

    4. Apakah menjelaskan perlindungan fisik daerah steril dan

    persyaratannya ?

    5. Apakah menjelaskan sistem pengendalian (perijinan) masuk

    ke daerah steril?

    7. Apakah menjelaskan pengawasan (penyisiran, patroli

    dan/atau monitoring CCTV) di dalam daerah steril ?

    8. Apakah menjelaskan pemeriksaan tambahan pada daerah

    steril apabila ancaman meningkat?

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Dokumen loog book

    C. FASILITAS DAN PERSONEL

    1. Apakah terdapat daftar fasilitas pengawasan daerah steril?

    2. Apakah terdapat daftar personel pengawasan daerah steril?

    3. Apakah fasilitas pengawasan daerah steril dalam kondisi baik?

    4. Apakah perlindungan daerah steril sudah sesuai persyaratan?

    a. Dilindungi dengan pembatas yang nyata ;dan

    b. tidak dapat disusupi barang yang dilarang

  • 14

    5. Apakah pintu-pintu selalu terkunci pada saat tidak

    digunakan?

    D. PROSEDUR

    1. Apakah pengawasan daerah steril dilengkapi SOP?

    2. Apakah SOP sesuai dengan dokumen ASP?

    3. Apakah pelaksanaan penyisiran daerah steril sudah sesuai

    prosedur?

    4. Apakah pelaksanaan patroli daerah steril sudah sesuai

    prosedur?

    5. Apakah pelaksanaan monitoring CCTV daerah steril sudah

    sesuai prosedur?

    6. Apakah personel yang bertugas di daerah steril sesuai

    kompetensi dan lisensi ?

    7. Apakah daerah steril ruangan dan non ruangan :

    a. Selalu diawasi dengan ketat;

    b. Dilakukan penyisiran keamanan pada selang waktu tertentu atau pada saat akan digunakan

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 15

    3) Daerah Terbatas

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 325, 334, 335

    2. PM 31 Tahun 2013 : Bab 5 Butir 5.1, 5.4

    3. PM 33 tahun 2015 : Bab 2 Pasal 2, 8, 14, 15, 16, 17

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN PROGRAM KEAMANAN BANDAR UDARA

    1. Apakah menetapkan secara rinci daerah terbatas

    yang digunakan untuk menunjang kegiatan di bandar

    udara?

    2. Apakah daerah terbatas sudah dibuat dalam bentuk

    peta dan diberikan perbedaan yang nyata?

    3. Apakah menguraikan perlindungan, pengendalian dan

    pengawasan pada daerah terbatas?

    4. Apakah menjelaskan perlindungan daerah terbatas

    dan persyaratannya ?

    5. Apakah menguraikan persyaratan tertentu untuk

    masuk ke daerah terbatas?

    a. Mempertimbangkan tingkat resiko, b. Kelancaran dan kenyamanan kegiatan

    penerbangan.

    6. Apakah menjelaskan pengawasan di daerah terbatas?

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Dokumen Log book

    C. FASILITAS DAN PERSONEL

    1. Apakah terdapat daftar fasilitas pengawasan daerah

    terbatas?

    2. Apakah terdapat daftar personel pengawasan daerah

    terbatas?

    3. Apakah fasilitas pengawasan daerah terbatas dalam

    kondisi baik ?

    4. Apakah ada batas pelindung daerah terbatas?

    D PROSEDUR

  • 16

    1. Apakah pengawasan daerah terbatas dilengkapi SOP?

    2. Apakah SOP sesuai dengan dokumen ASP?

    3. Apakah pelaksanaan pengendalian dan pengawasan

    daerah terbatas sudah sesuai prosedur?

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 17

    4) Daerah Publik

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 325, 334, 335

    2. PM 31 Tahun 2013 : Bab 5 butir 5.1 dan 5.5

    3. PM 33 tahun 2015 : Bab 2 Pasal 2 dan 9

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN PROGRAM KEAMANAN BANDAR UDARA

    1. Apakah menetapkan secara rinci daerah publik yang digunakan untuk

    menunjang kegiatan di bandar udara?

    2. Apakah daerah publik sudah dibuat dalam bentuk peta dan diberikan perbedaan yang nyata?

    3. Apakah menguraikan pengendalian dan pengawasan pada daerah publik?

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Dokumen Log book

    C. FASILITAS DAN PERSONEL

    1. Apakah terdapat daftar fasilitas pengawasan daerah publik?

    2. Apakah terdapat daftar personel pengawasan daerah publik?

    3. Apakah fasilitas pengawasan daerah publik dalam kondisi baik ?

    D PROSEDUR

    1. Apakah pengawasan daerah publik dilengkapi SOP?

    2. Apakah SOP sesuai dengan dokumen ASP?

    3. Apakah pelaksanaan pengendalian dan pengawasan daerah publik

    sudah sesuai prosedur?

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

  • 18

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 19

    e. Pengendalian Jalan Masuk Bandar Udara (Access Control System / ACS)

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 323, 325, 334, 335 2. PM 31 Tahun 2013 : Bab 5 Paragraf 5.6, 5.7, 5.8 3. PM 32 Tahun 2015: pasal 27 4. PM 33 Tahun 2015 : Bab 2 dan 3

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN

    1. Apakah menetapkan dan membuat daftar jalan

    masuk/access control point ke DKT termasuk

    persyaratan kelengkapannya?

    a. Pemetaan pintu masuk dan pintu keluar; b. Peruntukan pintu darurat; c. Penomoran kunci; dan d. Pengendali pemegang kunci.

    2. Apakah menjelaskan penanggung jawab pengendalian

    jalan masuk DKT di bandar udara?

    3. Apakah tersedia SOP pengendalian jalan masuk orang?

    4. Apakah tersedia SOP pengendalian jalan masuk

    kendaraan?

    5. Apakah tersedia SOP penerbitan pas bandar udara ?

    6. Apakah SOP pengendalian jalan masuk sudah sesuai

    dengan ASP?

    7. Apakah SOP penerbitan pas bandar udara sudah sesuai

    dengan ASP?

    8. Apakah menguraikan sistem penggunaan jalan masuk?

    a. Penggunaan pintu masuk; b. Izin masuk

    9. Apakah menjelaskan penggunaan pintu masuk?

    a. Semua pintu masuk harus dikunci pada saat tidak/belum digunakan;

    b. Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan yang digunakan pada pintu masuk;

    10. Apakah menjelaskan persyaratan izin masuk DKT?

    Tanda izin masuk;

    - pas bandar udara, - kartu pengenal inspektur Ditjen Hubud,

  • 20

    - ID Card Crew, - Airway Bill (untuk mengambil barang

    kargo)

    11. Apakah menjelaskan uraian izin masuk terhadap

    kesesuaian:

    a. Identitas, b. Wilayah kerja, c. Masa berlaku,

    12. Apakah menjelaskan pihak yang berwenang

    menerbitkan izin masuk pas bandar udara ?

    13. Apakah menjelaskan sifat izin masuk pas bandar

    udara?

    a. Tetap/permanent b. Sementara (Visitor)/insidentil

    14. Apakah menjelaskan jangka waktu pas bandar udara?

    a. Tahunan, b. Bulanan, c. Mingguan.

    15. Apakah menjelaskan area wilayah kerja pas bandar udara?

    16. Apakah menjelaskan penggunaan pas bandar udara?

    17. Apakah menjelaskan penetapan kuota (jumlah maksimum) pas bandar udara?

    18. Apakah menjelaskan penerbitan pas bandar udara

    dalam bentuk SOP khusus?

    19. Apakah menjelaskan tata cara pengawasan pas bandar

    udara?

    20. Apakah menjelaskan sanksi terhadap pelanggaran

    penggunaan pas bandar udara?

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Dokumen Log book

    2. Daftar blokir pas bandar udara

    3. Penerapan sanksi pelanggaran izin masuk

    C. FASILITAS DAN PERSONEL

    1. Daftar pintu masuk dan kelengkapannya;

    2. Daftar fasilitas pengawasan pintu masuk

    3. Daftar personel pengawasan pintu masuk dan

    lisensinya.

    4. Database penerbitan izin masuk pas bandara

  • 21

    5. Daftar peralatan penerbitan pas bandar udara

    6. Daftar personel penerbitan pas bandar udara

    D. PROSEDUR

    1. Apakah dilakukan pemeriksaan terhadap orang dan

    barang bawaannya yang masuk menuju DKT?

    2. Apakah dilakukan pemeriksaan terhadap kendaraan

    dan isinya yang masuk menuju DKT?

    3. Apakah pelaksanaan penerbitan pas bandar udara

    sudah sesuai dengan SOP?

    4. Apakah penerbitan pas bandar udara sudah sesuai SOP?

    5. Apakah pelaksanaan security background check dalam penerbitas pas bandara sudah sesuai SOP?

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Nama pendamping dari objek pengawasan Paraf

    1.

    2.

    1.

    2.

    Narasumber Jabatan Jam Paraf

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

    1.

    2.

    3.

  • 22

    f. Security Check Point (Security Check Point/SCP)

    1) Security Check Point 1 (SCP 1)

    BANDAR UDARA : Tanggal :

    LOKASI BANDAR UDARA :

    DASAR HUKUM

    1. UU No. 1 Tahun 2009 : Pasal 334, 335 2. KM 25 Tahun 2005: Butir 6.1.4.5 3. PM 31 Tahun 2013 : Bab 5 butir 5.2, 5.6, 5.7 dan bab 6 butir 6.3, 6.4, 6.5, 6.6, 6.7, 6.8 4. PM 90 Tahun 2013: Butir 9.10 5. PM 33 Tahun 2015: Pasal 20, 21 6. SKEP 2765/XII/2010 7. KP 260 Tahun 2012: Pasal 5 dan6 8. SKEP /160/VIII/2008: pasal 3

    CHECK LIST

    NO. AKTIVITAS DAN TUJUAN STATUS KETERANGAN

    A. DOKUMEN AIRPORT SECURITY PROGRAMME (ASP)

    1. Apakah menjelaskan persyaratan izin masuk ke daerah keamanan

    terbatas berupa:

    1. Tiket penumpang pesawat udara; 2. Boarding pas; 3. Pas bandar udara; 4. ID Card Crew; 5. Tanda pengenal inspektur penerbangan Direktorat

    Jenderal.

    2. Apakah menjelaskan pemeriksaan izin masuk ke DKT?

    3. Apakah menjelaskan pemeriksaan orang dan barang bawaannya?

    4. Apakah menjelaskan informasi pengangkutan barang berbahaya

    bagi penumpang?

    5. Apakah menjelaskan kewenangan dan persyaratan petugas

    keamanan penerbangan sesuai tugas tanggung jawabnya?

    a. Pengatur lalu-lintas penumpang dan barang;

    b. Operator X-Ray;

    c. Pemeriksa penumpang menggunakan HHMD/manual (ketika melewati WTMD);

    d. Pemeriksa barang/bagasi tercatat secara manual;

    e. Supervisor/komandan jaga/komandan regu

    6. Apakah menjelaskan pemeriksaan khusus?

    a. Kondisi fisik orang;

    b. Permintaan khusus;

    c. Diplomat;

    d. Benda atau dokumen khusus dan/atau rahasia yang

  • 23

    dinyatakan oleh instansi pemerintah;

    7. Apakah menjelaskan pengecualian pemeriksaan keamanan ?

    8. Apakah menjelaskan pemeriksaan random 10%?

    9. Apakah menjelaskan penanganan dan pemeriksaan penumpang

    yang membawa senjata api ?

    10. Apakah menjelaskan penanganan keamanan terhadap penumpang

    dalam kategori tahanan dan pelanggar imigrasi ?

    11. Apakah menjelaskan pemeriksaan penumpang transit dan

    transfer?

    12. Apakah menjelaskan penanganan bagasi tercatat yang tidak

    diambil oleh pemiliknya ?

    13. Apakah menjelaskan pemeriksaan pekerja, penerbang, personel

    kabin dan barang bawaannya ?

    14. Apakah menjelaskan penanganan barang tak bertuan ?

    15. Apakah menjelaskan prosedur penggantian petugas operator x-

    ray?

    B. PENYIMPANAN CATATAN

    1. Dokumen log book

    2. Dokumen perawatan, kalibrasi, sertifikasi dan daily test fasilitas

    pemeriksaan keamanan keamanan penerbangan

    C. FASILITAS DAN PERSONEL

    1. Daftar fasilitas pemeriksaan keamanan penerbangan

    2. Daftar personel pemeriksa keamanan penerbangan dan lisensinya

    3. Apakah tersedia tanda peringatan (sign board) dan memenuhi

    persyaratan ?

    4. Apakah penempatan peralatan keamanan penerbangan sudah

    sesuai persyaratan:

    a. WTMD ditempatkan di sebelah X-Ray bagasi tercatat; b. Jarak antara WTMD dan X-Ray minimal 50 cm; c. Untuk dua jalur pemeriksaan, jarak antar WTMD minimal

    60 cm;

    d. Exit belt termasuk roller pada x-ray memiliki panjang minimal 250 cm;

    e. Plexiglass dipasang sepanjang exit belt setinggi tunnel x-ray;

    f. Terdapat meja pemeriksaan manual setelah mesin x-ray; g. Terdapat sekat yang tidak dapat diletakan barang antara

    x-ray dan WTMD.

    5. Apakah jumlah personel di setiap jalur pemeriksaan sesuai

    ketentuan?

  • 24

    6. Apakah personel yang bertugas sesuai tanggung jawabnya memiliki

    kompetensi dan lisensi?

    D. PROSEDUR

    1. Apakah tersedia SOP pemeriksaan SCP 1?

    2. Apakah SOP pemeriksaan sudah sesuai dengan ASP?

    3. Apakah pelaksanaan pemeriksaan SCP 1 sudah sesuai dengan SOP?

    a. Pengatur lalu-lintas penumpang dan barang;

    1) Memeriksa izin masuk ke DKT 2) Mengatur dan mengarahkan serta memastikan untuk

    dilakukan pemeriksaan;

    - Bagasi dan barang bawaan - Mantel, jaket, topi, ikat pinggang, ponsel, jam tangan,

    kunci dan barang bawaan yang mengandung unsur

    logam;

    - laptop dan barang elektronik lainnya dengan ukuran yang sama untuk dikeluarkan dari tas;

    - Semua cairan aerosol dan gel; - Orang perorangan.

    3) Mengatur antrian orang perorangan yang akan dilakukan pemeriksaan keamanan.

    b. Operator mesin X-ray:

    1) Mengidentifikasi tampilan monitor untuk bagasi/barang bawaan;

    2) Memastikan bagasi/barang bawaan dikategorikan aman (tidak termasuk prohibited item);

    3) Menginformasikan dan memerintahkan kepada petugas pemeriksan barang bagasi/barang bawaan yang

    dikategorikan mencurigakan untuk dilakukan pemeriksaan;

    4) Menghentikan konveyor belt x-ray, apabila mencurigai adanya barang berbahaya (rangkaian bom) dan

    menginformasikan ke pengawas/supervisor untuk

    dikoordinasikan guna penanganan lebih lanjut;

    c. Pemeriksa orang dan penumpang menggunakan HHMD manual:

    1) Orang yang menimbulkan alarm pada WTMD diminta untuk kembali dan mengeluarkan semua barang bawaan

    yang mengandung unsur logam untuk dimasukan ke

    pemeriksaan x-ray;

    2) Apabila orang tersebut masih menimbulkan alarm pada WTMD maka dilakukan pemeriksaan manual;

    3) Melaksanakan pemeriksaan khusus orang perorangan terhadap:

    - berperilaku mencurigakan;

    - kejanggalan pada postur tubuh;

    - penggunaan kursi roda;

  • 25

    - menggunakan kereta bayi;

    - menggunakan alat bantu medis;

    4) melaksanakan pemeriksaan secara random 10%.

    d. Pemeriksa barang/bagasi secara manual:

    1) Memastikan kepemilikan bagasi atau barang bawaan;

    2) Memerintahkan pemilik untuk membuka bagasi dengan memperhatikan reaksi dari pemilik;

    3) Melakukan pemeriksaan bagasi dengan seijin dari pemilik;

    4) Melakukan pemeriksaan bagasi secara keseluruhan dari luar ke dalam untuk menemukan benda yang dicurigai;

    5) Mengembalikan dan merapikan barang yang diperiksa;

    6) Apabila benda yang dikategorikan mencurigakan telah ditemukan dan teratasi, maka bagasi tersebut diperiksa

    ulang dengan x-ray;

    7) Apabila tampilan bagasi/barang bawaan di monitor berwarna hitam maka benda tersebut diperiksa ulang

    dengan x-ray;

    8) Pemeriksaan bagasi atau barang bawaan berupa elektronik yang tidak diperiksa dengan x-ray dilakukan:

    - pemilik menghidupkan perangkat elektronik tersebut;

    - pemilik mengoperasikan perangkat elektronik tersebut; dan

    - personel keamanan mengawasi dan melihat hasil pemeriksaan dari perangkat tersebut.

    9) Memastikan pemeriksaan aman dan tidak meninggalkan bagasi yang dicurigai sampai proses pemeriksaan selesai;

    10) Memasang label security check;

    e. Supervisor/komandan jaga/komandan regu:

    1) Mengatur dan mengawasi personel keamanan bandar udara melakukan sesuai tugas dan fungsinya;

    2) Menindak lanjuti laporan;

    CATATAN TEMUAN / OBSERVASI :

    Nama Inspektur Keamanan Penerbangan Paraf

    1.