kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia ......akhirnya dapat menyelesaikan buku...

133
i Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 HALAMAN JUDUL Hukum Maritim 2 SMK / MAK Kelas X Semester 2

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Republik Indonesia

    2015

    HALAMAN JUDUL

    Hukum Maritim 2

    SMK / MAK

    Kelas X Semester 2

  • ii

    DISKLAIMER

    Penulis :

    Editor Materi :

    Editor Bahasa :

    Ilustrasi Sampul :

    Desain & Ilustrasi Buku :

    Hak Cipta @2015, Kementrian Pendidikan & Kebudayaan

    Semua hak cipta dilindungi undang-undang, Dilarang memperbanyak

    (mereproduksi), mendistribusikan, atau memindahkan sebagian atau seluruh isi

    buku teks dalam bentuk apapun atau dengan cara apapun, termasuk fotokopi,

    rekaman, atau melalui metode (media) elektronik atau mekanis lainnya, tanpa izin

    tertulis dari penerbit, kecuali dalam kasus lain, seperti diwujudkan dalam kutipan

    singkat atau tinjauan penulisan ilmiah dan penggunaan non-komersial tertentu

    lainnya diizinkan oleh perundangan hak cipta. Penggunaan untuk komersial harus

    mendapat izin tertulis dari Penerbit.

    Hak publikasi dan penerbitan dari seluruh isi buku teks dipegang oleh Kementerian

    Pendidikan & Kebudayaan.

    Milik Negara

    Tidak Diperdagangkan

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Pembaca yang budiman, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, penulis

    akhirnya dapat menyelesaikan Buku Teks Bahan Ajar Hukum Maritim kelas X Semester 2.

    Buku Teks Bahan Ajar ini disusun untuk memberikan gambaran, pengetahuan dan

    informasi bagi para siswa, guru, nelayan, ataupun pembaca pada umumnya. Buku Teks

    Bahan Ajar ini disusun, untuk memberi bekal dalam mengembangkan kemampuan

    siswa bidang keahlian pelayaran yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan pelayaran

    dan keselamatan pelayaran.

    Keberadaan Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan menjadi jembatan dalam

    menstimulus siswa untuk lebih tertarik lagi mempelajari hukum maritim, memahami fakta

    bahwa Indonesia adalah negara maritim dan dikenal dengan kebahariannya. Buku Teks

    Bahan Ajar ini disusun dengan mengacu pada Ujian profesi kepelautan dan dapat

    digunakan sebagai bahan ajar untuk persiapan menghadapi ujian Negara Kepelautan.

    Akhirul Kalam, selamat membaca semoga buku teks ini bermanfaat. Tidak ada

    motivasi lain dalam penulisan buku teks ini kecuali niat terbesar memberikan

    sumbangan yang terbaik bagi bangsa dengan niat ikhlas hanya untuk Allah SWT semata.

  • iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i

    DISKLAIMER............................................................................................................................. ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................................................ iii

    DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... vi

    I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

    1.1 Deskripsi .................................................................................................................... 1

    1.2 Prasyarat ................................................................................................................... 2

    1.3 Petunjuk Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar ......................................................... 2

    1.4 Tujuan Akhir .............................................................................................................. 3

    1.5 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ................................................................... 3

    1.6 Cek Kemampuan Awal .............................................................................................. 5

    II. PEMBELAJARAN .............................................................................................................. 6

    2.1 Kegiatan Pembelajaran 1 : Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal .................. 6

    2.2 Kegiatan Pembelajaran 2 : PKL (Perjanjian Kerja Laut) ........................................ 34

    2.3 Kegiatan Pembelajaran 3 : Kelaiklautan Kapal ...................................................... 54

    III. PENUTUP ....................................................................................................................... 124

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 125

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1. Kecelakaan transportasi laut ........................................................................................ 62

    Gambar 2. 2. Contoh Alat Keselamatan “Pelampung” SOLAS 1974 .................................................. 62

    Gambar 2. 3Life jacket (alat bantu keselamatan) ............................................................................... 63

    Gambar 2. 4.Beberapa contoh alat bantu keselamatan ..................................................................... 63

    Gambar 2. 5 Penyebab kecelakaan pelayaran, kedaruratan pelayaran dan penanganannya ........... 66

    Gambar 2. 6.Contoh Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak dari kapal .............. 87

    Gambar 2. 7. Contoh sertifikat Dana Jaminan Ganti Rugi pencemaran Laut ..................................... 88

    Gambar 2. 8. Plimsoll mark pada kapal barang kapal pengangkut Log ........................................... 102

    Gambar 2. 9. Prosedur Penertiban Sertifikat Keselamatan Kapal .................................................... 105

    Gambar 2. 10Contoh Sertifikat Keterampilan SCRB (Survival Craft and Rescue Boats) ................. 116

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2. 1Jadwal Penerapan dan pemenuhan ISM Code diberlakukan secara internasional ............ 90

    Tabel 2. 2Jadwal Penerapan ISM Code bagi kapal-kapal berbendera Indonesia .............................. 90

    Tabel 2. 3Jadwal Penerapan ISM Code yang dikonsolidasikan dalam SOLAS Convention .............. 92

    Tabel 2. 4Jadwal permohonan verifikasi periodik kepada BKI ........................................................... 93

  • 1

    I PENDAHULUAN

    1.1 Deskripsi

    Hukum laut tumbuh dan berkembang senantiasa dalam kaitan dan

    hubungannya yang sangat erat dengan pertumbuhan dan perkembangan politik,

    baik yang berhubungan dengan perkembangan sejarah maupun yang berkaitan

    dengan kepentingan yang kini sedang timbul. Menilik perkembangan jumlah negara

    yang merdeka yang naik sangat cepat dan meluas sesudah berakhirnya Perang

    Dunia II maka tidak mengherankan jika perkembangan terus menimbulkan

    gelombang perubahan baru dalam suasana dan selera perikehidupan umat manusia

    dan masyarakat bangsa-bangsa dewasa ini. Hal tersebut tercermin sangat jelas

    sekali dalam perubahan dari perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

    sebagai organisasi internasional bagi negara-negara merdeka. Perubahan yang

    demikian cepat dan luas dalam jumlah negara itu sudah barang tentu

    mempengaruhi tata pengaturan dan tata pengelolaan kehidupan bangsa-bangsa di

    bidang maritim.

    Buku Teks Bahan Ajar ini mengacu pada ujian profesi kepelautan untuk calon

    perwira di kapal niaga, untuk memberi bekal dalam mengembangkan kemampuan

    siswa bidang pelayaran yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan

    pelayaran, dan keselamatan pelayaran.

    Keberadaan Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan menjadi jembatan dalam

    menstimulus siswa untuk lebih tertarik lagi mempelajari hukum maritim. Apalagi jika

    memahami fakta bahwa Indonesia adalah negara maritim yang dikenal dengan

    kebahariannya. Tetapi dalam konteks keilmuan, hal ini merupakan langkah

    maju menuju pembumian kembali nilai dan makna kebaharian atau kemaritiman di

    kalangan generasi penerus.

    Materi Hukum Maritim ini disajikan dalam 2 (dua) semester di kelas X, untuk

    materi pokok dari kegiatan pembelajaran di semester 2 ini disajikan dalam 3 (tiga)

    pokok materi pembelajaran yaitu :

    Kegiatan Pembelajaran I: Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal.

    Kegiatan Pembelajaran II: Perjanjian Kerja Laut (PKL).

    Kegiatan Pembelajaran III: Kelaikan Laut Kapal.

    Setelah menguasai Buku Teks Bahan Ajar ini diharapkan para siswa SMK di

    bidang Keahlian Pelayaran memiliki pemahaman, kesadaran, kepedulian, kearifan

    serta komitmen terhadap penegakan dalam menerapkan dan melaksanakan

    hukum maritim sesuai hukum yang berlaku, khususnya yang berkaitan dengan

  • 2

    peraturan hak dan kewajiban awak kapal, Perjanjian Kerja Laut (PKL) dan Kelaikan

    laut kapal dalam rangka menjaga keselamatan pelayaran dan kapal beserta

    seluruh isinya, termasuk manusia dan barang bawaannya, baik selama pelayaran

    maupun ketika berada dan keluar atau masuk pelabuhan.

    1.2 Prasyarat

    Sebelum mempelajari Buku Teks Bahan Ajar, sebaiknya siswa memiliki

    pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepedulian terhadap fakta

    (ruang lingkup) hukum maritim, sejarah, perkembangan hukum maritim, teori,

    ketentuan-ketentuan, prinsip-pinsip serta peraturan-peraturan yang berkaitan

    tentang pelayaran, kepelautan dan perkapalan.

    1.3 Petunjuk Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar

    Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam Buku Teks Bahan Ajar sebaiknya

    Anda :

    1. Mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar ini mulai dari pendahuluan

    (uraian materi), bahan latihan, rangkuman sampai dengan tes formatif

    sebagai kesatuan utuh.

    2. Memperkaya pemahaman dan memperluas wawasan para siswa di

    sarankan agar membaca buku-buku referensi yang menunjang

    pemahaman Anda dalam mempelajari lembar informasi, lembar kerja dan

    lembar evaluasi.

    3. Berkonsentrasi secara penuh dalam memperhatikan uraian-uraian serta

    langkah-langkah kerja agar benar-benar dapat di pahami dan bukan

    menghapalnya.

    4. Menanyakan langsung kepada guru pembimbing apabila terdapat kata atau

    istilah yang tidak Anda pahami atau tidak terdapat pada daftar peristilahan

    (glossary).

    5. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam lembar cek

    kemampuan untuk mengetahui apakah Anda benar-benar membutuhkan

    Buku Teks Bahan Ajar.

    6. Mempelajari isi Buku Teks Bahan Ajar secara sistematis.

    7. Mengerjakan semua soal-soal latihan dan evaluasi secara cermat dan teliti

    dengan tetap mengacu pada kriteria keberhasilan yang ada.

    8. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, kemudian buatlah

    kelompok belajar, buatlah berbagai soal-soal latihan, sebab semakin

    banyak berlatih penguasaan materi atau keterampilan akan semakin

    meningkat.

  • 3

    9. Konsultasikan segera dengan guru atau pembimbing apabila Anda

    menemukan kesulitan-kesulitan dalam mempelajari isi Buku Teks Bahan

    Ajar.

    Peranan Guru dalam Penggunaan Buku Teks Bahan Ajar

    Untuk suksesnya proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi siswa,

    kepada rekan guru diharapkan untuk :

    1. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar.

    2. Membimbing dan mengkoordinir siswa melalui tugas-tugas pelatihan siswa

    dalam tahap belajar.

    3. Membantu siswa dalam memahami konsep dan praktik serta menjawab

    pertanyaan siswa mengenai proses belajar siswa.

    4. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain

    yang diperlukan (referensi) untuk belajar.

    5. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

    6. Merencanakan proses penilaian dan menyiapkan perangkatnya.

    7. Melaksanakan evaluasi (penilaian) terhadap pembelajaran siswa.

    8. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap, keterampilan, dan pengetahuan

    dari suatu kompetensi, yang perlu dibenahi dan merundingkan rencana

    pembelajaran selanjutnya.

    9. Mencatat data pencapaian kemajuan belajar siswa.

    1.4 Tujuan Akhir

    Setelah mempelajari Buku Teks Bahan Ajar ini, Anda sebagai siswa SMK

    bidang Keahlian Pelayaran diharapkan memiliki kemampuan, pemahaman,

    kesadaran, kepedulian, kearifan serta komitmen terhadap penegakan dalam

    menerapkan dan melaksanakan hukum maritim sesuai hukum yang berlaku

    khususnya yang berkaitan dengan peraturan hak dan kewajiban awak kapal,

    penerapan perjanjian kerja laut dan kelaikan laut kapal dalam kegiatan Pelayaran.

    1.5 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

    Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Hukum Maritim Kelas

    XSemester 2 sebagai berikut :

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    1. Menghayati dan mengamalkan

    ajaran agama yang dianutnya.

    1.1 Meyakini anugerah Tuhan pada

    pembelajaran hukum maritim

    sebagai amanat untuk

    kemaslahatan umat manusia

    2. Menghayati dan mengamalkan 2.1 Menghayati pentingnya kerjasama

  • 4

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

    perilaku jujur, disiplin,

    tanggungjawab, peduli (gotong

    royong, kerjasama, toleran, damai),

    santun, responsif dan pro-aktif dan

    menunjukan sikap sebagai bagian

    dari solusi atas berbagai

    permasalahan dalam berinteraksi

    secara efektif dengan lingkungan

    sosial dan alam serta dalam

    menempatkan diri sebagai cerminan

    bangsa dalam pergaulan dunia

    sebagai hasil pembelajaran

    hokum maritim.

    2.2 Menghayati pentingnya kepedulian

    terhadap kebersihan lingkungan

    praktek sebagai hasil dari

    pembelajaran hukum maritim.

    2.3 Menghayati pentingnya bersikap

    jujur, disiplin serta bertanggung

    jawab sebagai hasil dari

    pembelajaran hukum maritim

    3. Memahami, menerapkan dan

    menganalisis pengetahuan faktual,

    konseptual, dan prosedural

    berdasarkan rasa ingin tahunya

    tentang ilmu pengetahuan,

    teknologi, seni, budaya, dan

    humaniora dalam wawasan

    kemanusiaan,kebangsaan,

    kenegaraan, dan peradaban terkait

    penyebab fenomena dan kejadian

    dalam bidang kerja yang spesifik

    untuk memecahkan masalah.

    3.1 Menerapkan pengetahuan

    Peraturan Hak dan Kewajiban Awak

    Kapal

    3.2 Menerapkan pengetahuan

    Perjanjian Kerja Laut

    3.3 Menerapkan pengetahuan

    Kelaiklautan Kapal

    4. Mengolah, menalar, dan menyaji

    dalam ranah konkret dan ranah

    abstrak terkait dengan

    pengembangan dari yang

    dipelajarinya di sekolah secara

    mandiri, dan mampu

    melaksanakan tugas spesifik

    dibawah pengawasan langsung.

    4.1 Menalar Peraturan Hak dan

    Kewajiban Awak Kapal.

    4.2 Menalar Perjanjian Kerja Laut.

    4.3 Menalar Kelaiklautan Kapal.

  • 5

    1.6 Cek Kemampuan Awal

    Pernyataan Jawaban

    Ya Tidak

    1. Apakah Anda mengetahui peraturan tentang kepelautan ?

    2. Apakah Anda mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajiban seorang awak kapal ?

    3. Apakah Anda mengetahui kewajiban dan kewenangan seorang nakhoda?

    4. Apakah Anda mengetahui pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL)?

    5. Apakah Anda mengetahui Isi Perjanjian Kerja Laut (PKL) ?

    6. Apakah Anda mengetahui Jenis-jenis Perjanjian Kerja Laut (PKL) ?

    7. Apakah Anda mengetahui Pengertian Kelaik laut kapal?

    8. Apakah Anda mengetahui Syarat-syarst Kelaik laut kapal ?

    9. Apakah Anda mengetahui Status hukum kapal ? 10. Apakah Anda tahu tentang Manajemen

    Keselamatan kapal ? 11. Apakah Anda tahu tentang Manajemen Keamanan

    Kapal ?

    Apabila Jawaban Anda adalah “ Ya” untuk semua pertanyaan, maka

    sebenarnya Anda tidak memerlukan Buku Teks Bahan Ajar ini, silahkan Anda

    lanjutkan dengan mengerjakan Tes Formatif pada Buku Teks Bahan Ajar ini.

    Apabila salah satu atau lebih jawaban Anda adalah ”tidak” maka Anda perlu

    mempelajari Buku Teks Bahan Ajar ini.

  • 6

    II. PEMBELAJARAN

    2.1 Kegiatan Pembelajaran 1 : Peraturan Hak dan Kewajiban Awak Kapal

    2.1.1. Deskripsi

    Indonesia dengan ciri sebagai negara kepulauan dan negara

    maritim, maka peranan transportasi laut bagi Indonesia adalah sangat

    strategis dalam berbagai aspek mulai dari aspek ekonomi, ideologi, politik,

    budaya maupun dalam aspek pertahanan dan keamanan. Sebagai negara

    kepulauan sudah selayaknya Indonesia memiliki armada laut yang sangat

    kuat bukan hanya armada militer, tetapi juga armada-armada atau kapal-

    kapal niaga yang kuat yang mampu bersaing dengan kapal niaga asing.

    Namun pada kenyataannya kita belum banyak memiliki armada-armada

    kapal yang bisa mendukung keberadaan sebagai negara kepulauan,

    apalagi sebagai negara maritim. Sebagai negara kepulauan terbesar di

    dunia, industri pelayaran merupakan infrastruktur dan tulang punggung

    (backbone) kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun demikian,

    industri pelayaran nasional saat ini dalam kondisi terpuruk yang antara lain

    disebabkan oleh sulitnya memperoleh pendanaan dari lembaga keuangan

    yang berakibat pada kesulitan dalam pengadaan kapal, sehingga berdampak

    pada masih dominannya kapal asing terutama pada kegiatan ekspor impor

    dan berakibat pada hilangnya peluang pendapatan negara dari sektor

    pelayaran. Meskipun daya saing sumberdaya manusia pelayaran, baik

    pelaut maupun sumberdaya manusia di industri pelayaran masih relatif

    rendah.

    Pelayaran (Shipping) sebagai salah satu kegiatan di laut khususnya

    pelayaran niaga nasional baik pelayaran luar negeri maupun pelayaran

    dalam negeri, merupakan sektor yang penting dalam menggerakkan dan

    meningkatkan perekonomian atau perdagangan internasional suatu

    negara serta faktor pemersatu bangsa. Masalah dibidang pelayaran tidak

    berdiri sendiri karena terkait dengan beberapa aspek. Oleh karena itu untuk

    terciptanya kegiatan pelayaran yang handal, diperlukan faktor-faktor

    pendukung yang kondusif, meliputi aspek publik seperti tersedianya armada

    kapal niaga yang cukup, laik laut dan sesuai dengan perkembangan

    perdagangan serta teknologi modern; tersedianya kapal perikanan yang

    sesuai dengan perkembangan teknologi modern; keselamatan pelayaran-

    navigasi; awak kapal; kepelabuhanan; galangan kapal/reparasi kapal,

  • 7

    industri permesinan; pendaftaran kapal. Sedangkan aspek keperdataaan

    seperti perjanjian pengangkutan di laut; asuransi laut; hipotik atas kapal;

    Perjanjian Kerja Laut (PKL).

    Pentingnya keselamatan pelayaran bagi para pihak yang

    bersangkutan dengan pengangkutan di laut terutama bagi para pemakai jasa

    angkutan sudah tidak dapat disangkal lagi. Telah menjadi prinsip umum

    bahwa setiap orang yang mengirim barang atau penumpang kapal

    sebagaimana menghendaki terjaminnya keselamatan jiwa dan barang itu

    sejak saat pemberangkatannya sampai di tempat tujuan. Untuk maksud

    itulah maka kapal sebagai alat angkutan tersebut terjamin “laik laut“ nya (sea

    worthiness), sehingga penyelenggaraan pengangkutan itu dapat terlaksana

    dengan tertib, aman dan sempurna.

    Tentang layak lautnya kapal itu hanyalah merupakan salah satu

    faktor saja bagi terjaminnya keselamatan pelayaran, sebab masih ada faktor-

    faktor lain yang dapat mempengaruhi keselamatan pelayaran, antara lain:

    diisyaratkannya kemampuan dan kebijaksanaan nahkoda sebagai pemimpin

    kapal atau bidang teknis-nautis serta adanya pengetahuan dan keahlian dari

    perwira kapal serta kepandaian yang cukup dari anak buah kapal tersebut

    dalam melakukan tugasnya. Hal ini sehubungan dengan adanya suatu

    pendapat yang mengatakan bahwa

    apabila kapal telah berada dilautan merupakan suatu masalah tersendiri dan

    disinilah kedudukan nahkoda memegang peranan yang sangat penting

    dan menentukan.

    Dengan alasan inilah pemerintah perlu mengadakan usaha-usaha

    yang diperlukan guna mengatur terjaminnya keselamatan pelayaran bagi

    para penumpang dan

    barang yang diselenggarakan dengan menggunakan kapal itu. Disini tampak

    bahwa kapal yang digunakan pelayaran di laut itu hanya dilengkapi dengan

    segala alat-alat perlengkapan yang diperlukan, terutama tentang teknik-

    konstruksi kapal tersebut.

    Meskipun nahkoda telah memenuhi persyaratan dalam memimpin

    kapal baik mengenai kemampuan dan keahliannya, tapi kalau kapal yang

    dipimpinnya itu belum cukup diperlengkapi dan belum cukup diawaki. Sudah

    barang tentu tentang keselamatan itu belum terjamin, maka sebelum kapal

    digunakan perlu terlebih dahulu diadakan penelitian tentang” laik-laut “kapal

    tersebut;

  • 8

    2.1.2. Kegiatan Belajar

    A. Tujuan Pembelajaran

    Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 1, siswa diharapkan mampu

    :

    a. Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan menghargai

    dan mempelajari peraturan hak dan kewajiban awak kapal

    sebagai sarana menyajikan informasi secara lisan dan tulisan.

    b. Bersikap cermat, teliti dan bertanggungjawab sebagai hasil dari

    pembelajaran peraturan hak dan kewajiban awak kapal.

    c. Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran

    peraturan hak dan kewajiban awak kapal.

    d. Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggung

    jawab sebagai hasil dari pembelajaran peraturan hak dan

    kewajiban awak kapal.

    e. Menerapkan peraturan hak dan kewajiban awak kapal.

    f. Melaksanakan peraturan hak dan kewajiban awak kapal.

    g. Menyebutkan peraturan-peraturan yang mengatur hak dan

    kewajiban Awak kapal.

    h. Menyebutkan syarat-syarat untuk bekerja di laut.

    i. Menyebutkan jabatan-jabatan Kepelautan.

    j. Menyebutkan hak-hak Awak Kapal.

    k. Menjelaskan hak atas upah.

    l. Menjelaskan hak atas tempat tinggal dan makan.

    m. Menjelaskan hak atas cuti.

    n. Menjelaskan hak awak kapal waktu sakit atau kecelakaan.

    o. Menjelaskan tugas atau Jabatan-jabatan seorang nakhoda.

    p. Menyebutkan kewajiban dan wewenang dari seorang nakhoda.

    B. Uraian Materi

    Keahlian atau keterampilan yang dimiliki oleh seorang awak kapal, dari waktu

    ke waktu perlu dibina keseimbangannya antara jumlah kesediaan dengan jumlah

    kebutuhan pelaut. Bahwa untuk menjamin keselamatan pelayaran sebagai

    penunjang kelancaran lalu lintas kapal di laut, diperlukan adanya awak kapal yang

    berkeahlian, berkemampuan dan terampil, dengan demikian setiap kapal yang

    akan berlayar harus diawaki dengan awak kapal yang cukup dan cakap untuk

    melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya dengan

    mempertimbangkan besaran kapal, tata susunan kapal dan daerah pelayaran.

  • 9

    Mengingat tugas sebagai awak kapal memiliki ciri khusus yang antara lain

    meninggalkan keluarga dalam waktu yang relatif lama, saat terjadi kerusakan kapal

    harus menangani sendiri tanpa batas waktu dan jam kerja, dan bekerja pada

    segala cuaca, maka diperlukan adanya pengaturan perlindungan kerja tersendiri.

    Atas dasar hal-hal tersebut maka disusunlah peraturan pemerintah yang mengatur

    segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, pelatihan, perijasahan,

    kewenangan serta hak dan kewajiban pelaut.

    a. Peraturan Pemerintah yang berkait dengan Hak dan Kewajiban Awak

    kapal adalah :

    1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang kepelautan.

    2. UU RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    3. UU RI No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan

    Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

    4. UU RI Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran.

    5. UU RI No. 1 tahun 2008 tentang pengesahan ILO Convention No.185

    Concering Revising The Seafarers‟ Identity Documents Convention,

    1958 (Konvensi ILO No. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen

    Identitas Pelaut, 1958).

    6. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) Buku Kedua.

    b. Jabatan-Jabatan Kepelautan

    Pengertian Jabatan-jabatan Kepelautan

    1. Awak kapal adalah orang yang bekerja atau di pekerjakan di atas kapal

    oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal

    sesuai dengan jabatan yang tercantum dalam buku sijil (UU RI No.

    17/2008 tentang pelayaran).

    2. Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal

    oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal

    sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (PP. RI No.

    7 /2000 tentang kepelautan).

    3. Awak kapal adalah orang yang bekerja atau yang dipekerjakan di atas

    kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas

    kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil (PP

    RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).

    4. Anak kapal adalah mereka yang tercantum dalam daftar anak

    kapal(KUHD).

  • 10

    5. Anak buah kapal adalah awak kapal selain nakhoda ataupun pemimpin

    kapal (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).

    6. Anak Buah Kapal adalah Awak Kapal selain nakhoda (UU

    RI.No.17/2008 tentang pelayaran).

    7. Anak Buah Kapal adalah semua orang yang ada di kapal selain

    nakhoda (KUHD).

    8. Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian atau

    keterampilan sebagai awak kapal ( PP 7/ 2000 tentang kepelautan ).

    9. Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan

    umum di atas kapal serta menjadi wewenang dan tanggung jawab

    tertentu sesuai peraturan perundang - undangan yang berlaku (UU RI

    No. 17/2008).

    10. Nakhoda adalah orang yang memimpin kapal (KUHD pasal34 ).

    11. Nakhoda adalah salah seorang dari awak kapal yang menjadi

    pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan

    tanggug jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan (UU RI No. 17/2008).

    12. Nakhoda kapal adalah seorang dari awak kapal yang menjadi

    pimpinan umum di atas kapal serta mempunyai wewenang dan

    tanggung jawab tertentu sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang

    Perkapalan).

    13. Pemimpin kapal adalah seorang dari awak kapal yang menjadi

    pimpinan umum di atas kapal untuk jenis dan ukuran tertentu serta

    mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu, berbeda dengan

    yang di miliki Nakhoda (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang

    Perkapalan).

    14. Perwira adalah mereka yang dalam daftar anak kapal di berikan

    pangkat sebagai perwira ( KUHD ).

    15. Rating adalah awak kapal selain nakhoda, para mualim, masinis dan

    operator radio.

    16. Perwira-perwira kapal : mualim, masinis dan operator radio, ahli

    mesin.

    17. Pelayar adalah semua orang yang ada di atas kapal (PP RI.

    No. 51 tahun 2002 tentang Perkapalan).

  • 11

    18. Dinas awak kapal adalah pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh

    anak kapal yang diterima untuk bekerja di kapal, kecuali pekerjaan

    nakhoda.

    19. Penumpang adalah mereka yang termasuk sebagai pelayar tetapi

    bukan merupakan awak kapal di atas kapal dan mereka membayar

    untuk perjalanan tersebut.

    20. Penumpang adalah pelayar yang ada di atas kapal selain awak kapal

    dan anak berumur kurang dari 1 (satu) tahun (PP RI. No. 51 tahun

    2002 tentang Perkapalan).

    21. Operator kapal adalah orang atau badan hukum yang

    mengoperasikan kapal (PP RI. No. 51 tahun 2002 tentang

    Perkapalan).

    Adapun syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi untuk dapat

    bekerja sebagai anak buah kapal sesuai dengan Pasal 17 Peraturan

    Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan, antara lain:

    1. memiliki sertifikat keahlian pelaut dan / atau sertifikat keterampilan pelaut.

    2. berumur sekurang-kurangnya 18 tahun.

    3. memiliki buku pelaut (passport untuk yang bekerja di luar negeri).

    4. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang

    khusus dilakukan untuk itu.

    5. Disijl.

    6. Sudah menandatangani PKL (Perjanjian Kerja Laut).

    c. Hak dan Kewajiban Awak Kapal

    Hak- hak Awak Kapal

    Pada dasarnya hak-hak awak kapal, baik itu nahkoda, kelasi adalah

    sama, walaupun ada perbedaan sedikit namun tidak begitu berarti. Hak

    disebutkan dalam pasal 18 ayat 3 Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2000

    tentang Kepelautan antara lain menjelaskan Hak-hak dan kewajiban dari

    masing-masing pihak sekurang-kurangnya adalah (a) Hak pelaut

    Menerima gaji, upah, lembur, uang pengganti hari-hari libur, uang delegasi,

    biaya pengangkutan dan upah saat diakhirinya pengerjaan, pertanggungan

    untuk barang-barang milik pribadi yang dibawa serta, kecelakaan pribadi serta

    perlengkapan untuk musim dingin untuk yang bekerja di wilayah yang suhunya

    15 derajat celcius atau kurang yang berupa pakaian dan peralatan musim

    dingin;

  • 12

    UU No.17 tahun 2008 (Pasal 151) tentang pelayaran, mengenai

    kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang menjelaskan :

    1. Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi :

    a. gaji;

    b. jam kerja dan jam istirahat;

    c. jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke

    tempat asal;

    d. kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami

    kecelakaan;

    e. kesempatan mengembangkan karier;

    f. pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman;

    dan

    g. pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi

    kecelakaan kerja.

    2. Kesejahteraan kerja dinyatakan dalam perjanjian kerja antara Awak

    Kapal dengan pemilik atau operator kapal sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan Pasal 152 UU No. 17 tahun 2008 menerangkan

    bahwa :

    a. Setiap kapal yang mengangkut penumpang wajib menyediakan

    fasilitas kesehatan bagi penumpang.

    b. Fasilitas kesehatan meliputi ruang pengobatan atau perawatan,

    peralatan medis dan obat-obatan serta tenaga medis.

    1. Hak atas Upah

    Besarnya upah yang diperoleh anak buah kapal didasarkan atas perjanjian

    kerja laut, sepanjang isinya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor

    13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tidak bertentangan dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang kepelautan, dan tidak bertentangan

    dengan peraturan gaji pelaut Berdasarkan Pasal 21 ayat (1), (2), PP No.7 tahun

    2000, Upah tersebut didasarkan atas:

    a. 8 Jam Setiap hari.

    b. 44 jam perminggu.

    c. Istirahat sedikitnya 10 jam dalam jangka waktu 24 jam.

    d. Libur sehari setiap minggu.

    e. Ditambah hari-hari libur resmi.

    Ketentuan di atas tidak berlaku bagi pelaut muda, artinya mereka

    berumur antara 16 tahun sampai 18 tahun tidak boleh bekerja melebihi 8 jam

  • 13

    sehari dan 40 jam seminggu serta tidak boleh dipekerjakan pada waktu istirahat,

    kecuali dalam pelaksanaan tugas darurat demi keselamatan berlayar. Dalam

    perjanjian kerja laut upah yang dimaksud tidak termasuk tunjangan atas upah

    lembur atau premi sebagaimana diatur dalam pasal : 402, 409, dan 415 Kitab

    Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD ).

    Biasanya jumlah upah yang diterima anak buah kapal paling sedikit adalah

    yang sesuai dengan yang tertuang dalam perjanjian laut, kecuali upah yang

    dipotong untuk hal-hal yang sudah disetujui oleh anak buah kapal tersebut atau

    pemotongan yang didasarkan pada hukum yang berlaku. Pengaturan mengenai

    pemotongan tersebut sehingga gaji bisa berkurang menurut pasal 1602r Kitab

    Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut :

    a. Ganti rugi yang harus dibayar.

    b. Denda-denda yang harus dibayar kepada perusahaan yang harus diberi

    tanda terima oleh perusahaan (Pasal 1601s KUHPerdata).

    c. Iuran untuk dana (Pasal 1601s Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

    d. Sewa rumah atau lain-lain yang dipergunakan oleh anak buah kapal di

    luar kepentingan dinas.

    e. Uang Muka (Persekot) atas upah yang telah diterimanya.

    f. Harga pembelian barang-barang yang dipergunakan oleh anak buah

    kapal di luar kepentingan dinasnya.

    g. Kelebihan pembayaran upah-upah yang lalu.

    h. Biaya pengobatan yang harus dibayar oleh anak buah kapal

    (Pasal 416 Kitab Undang-undang Hukum Dagang).

    i. Istri atau anggota keluarga lainnya sampai dengan keempat dengan

    jumlah maksimum 2/3 dari upah (pasal 444-445 Kitab Undang-Undang

    hukum dagang ).

    Selain, pemotongan-pemotongan tersebut di atas, maka besarnya upah

    anak buah kapal juga dapat berkurang disebabkan :

    a. Denda oleh nahkoda sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    b. Pengurangan upah karena sakit yang sampai membuat anak buah

    kapal tidak dapat bekerja.

    c. Perjalanan pelayaran terputus.

    d. Ikatan kerja terputus karena alasan-alasan yang sah.

  • 14

    Selain itu juga harus diperhatikan bahwa upah anak buah kapal

    dapat bertambah besarnya (bertambah) karena:

    a. Pengganti libur yang seharusnya dinikmati anak buah kapal, akan

    tetapi tidak diambilnya (Pasal 409 dan 415 KUH Dagang ) atau atas

    permintaan pengusaha angkutan perairan paling sedikit 20 hari

    kalender untuk setiap jangka waktu 1 tahun bekerja akan

    mendapatkan imbalan upah sejumlah cuti yang tidak

    dinikmati (Pasal 24 PP No.7tentang kepelautan).

    b. Pembayaran waktu tambahan pelayaran, jika perjanjian kerja laut

    untuk suatu pelayaran karena suatu kerusakan, sehingga terpaksa

    berhenti di pelabuhan darurat (Pasal 423 KUH Dagang).

    c. Pembayaran kerja lembur, yaitu jam kerja melebihi jam kerja wajib.

    Khusus untuk upah lembur hari minggu dihitung dua kali lipat pada hari

    biasa. Menurut Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tentang

    Kepelautan, Perhitungan upah lembur sebagai berikut:

    :

    d. Pembayaran istimewa, karena mengangkut muatan

    berbahaya,menunda menyelamatkan kapal lain atau mengangkut

    muatan di daerah yang sedang perang. Kecuali tugas negara (Pasal

    452f Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ).

    e. Mengemban tugas yang lebih tinggi yang tidak bersifat insidentil,

    seperti Mualim II (Pasal 443 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

    f. Kenaikan upah minimum yang ditetapkan oleh negara.

    g. Keterlambatan pembayaran upah dari waktu biasa (Pasal1801/ dan

    1602n Kitab Undang-undang Hukum Perdata, jika itu sebagai akibat

    dari kelalaian perusahaan pelayaran (Pasal 1602q Kitab Undang-

    undang Hukum Perdata dan Pasal 452c Kitab Undang-undang Hukum

    Dagang).

    h. Tidak diberikan makanan sebagaimana ditetapkan yang menjadi hak

    anak buah kapal (Pasal 436 dan 437 Kitab Undang-undang Hukum

    Dagang).

    2. Hak atas tempat tinggal dan makan

    Peraturan mengenai hak tempat tinggal dan makan bagi anak buah kapal

    diatur pada pasal 436-438 Kitab Undang-Undang-Undang Hukum Dagang dan

    Pasal 13 Schepelingen Ongevalin (S.O) 1935. Berdasarkan ketentuan pasal

  • 15

    tersebut. Anak buah kapal berhak atas tempat tinggal yang baik dan layak

    serta berhak atas makan yang pantas yaitu cukup untuk dan dihidangkan

    dengan baik dan menu yang cukup bervariasi setiap hari. Ketentuan ini

    dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang Kepelautan

    pasal 25 yaitu :

    a. Pengusaha atau perusahaan angkutan di perairan wajib menyediakan

    makanan, alat-alat pelayanan dalam jumlah yang cukup dan layak untuk

    setiap pelayaran bagi setiap awak kapal di atas kapal .

    b. Makanan harus memenuhi jumlah, serta nilai gizi dengan jumlah minimum

    3.600 kalori perhari yang diperlukan anak buah kapal agar sehat dalam

    melaksanakan tugas-tugasnya di kapal.

    c. Air tawar harus tetap tersedia di kapal dengan cukup dan memenuhi

    kesehatan. Apabila ketentuan diatas dilanggar, maka dapat dikatakan

    sebagai pelanggaran hukum, dimana anak buah kapal dapat melakukan

    pemaksaan terhadap pelayaran untuk membayar ganti rugi terhadap

    kerugian yang diderita.

    3. Hak Cuti

    Ketentuan yang mengatur hak cuti anak buah kapal terdapat dalam Pasal-

    pasal 409 dan 415 KUHDagang, yang prinsipnya sama dengan cuti yang

    diberikan kepada tenaga kerja di perusahaan pada umumnya.

    Pasal 409 KUH Dagang menyebutkan:

    “ Bilamana nahkoda atau perwira kapal telah bekerja selama setahun

    berturut –turut atau terus menerus, maka berhak atas cuti selama 14 hari atau

    bila di kehendaki pengusaha pelayaran bisa dilakukan dua kali, masing

    masing delapan hari. Ini dilakukan mengingat kepentingan operasional kapal

    atau permintaan nahkoda”

    Hak cuti ini gugur bila diajukan sebelum satu tahun masa kerjanya

    berakhir. Hak ini berlaku untuk perjanjian kerja laut yang didasarkan atas

    pelayaran. Pasal 415 KUH Dagang yang menyebutkan :

    “Bilamana anak buah kapal telah bekerja selama setahun terus menerus

    sedangkan perjanjian kerja lautnya bukan perjanjian kerja laut pelayaran, maka

    berhak atas cuti selama 7 hari kerja atau dua kali lima hari kerja dengan upah

    penuh “

  • 16

    4. Hak waktu sakit atau kecelakaan

    Pengertian sakit dalam perjanjian kerja laut dilihat dari sebabsebabnya

    antara lain meliputi :

    a. Sakit Biasa

    Seorang anak buah kapal apabila sewaktu bertugas menderita sakit maka berhak

    atas:

    Pengobatan sampai sembuh, akan tetapi paling lama 52 minggu

    bilamana diturunkan dalam kapal, demikian juga bila dia tetap berada

    dikapal berhak mendapatkan pengobatan sampai sembuh (Pasal 416

    KUH Dagang).

    Pengangkutan cuma-cuma ke rumah sakit atau ke kapal lain dimana ia

    akan dirawat dan ke tempat ditandatanganinya perjanjian kerja laut (Pasal

    416 KUH Dagang).

    Selama anak buah kapal sakit atau kecelakaan ia berhak atas upah

    sebesar 80 % dengan syarat tidak lebih dari 28 minggu (Pasal 416a KUH

    Dagang) dan jaminan diperoleh disamping biaya perawatan sampai sembuh.

    Pasal tersebut mensyaratkan bahwa anak buah kapal mengadakan perjanjian

    kerja laut untuk waktu paling sedikit satu tahun atau bekerja terus menerus

    selama paling sedikit satu setengah tahun. Demikian juga sebaliknya, Pasal 416b

    Kitab Undang-undang hukum dagang menentukan bahwa jika anak buah kapal

    mengadakan perjanjian kerja laut kurang dari satu tahun, maka ia hanya

    mendapat perawatan sampai sembuh, dan upah yang diterima diperhitungkan

    dengan interval waktu tidak kurang dari 4 (empat) minggu tapi tidak lebih dari 26

    (dua puluh enam) minggu.

    Jaminan-jaminan dalam hal perawatan dapat ditolak oleh perusahaan

    pelayaran, apabila:

    Anak buah kapal menolak menghindari pengobatan dokter atau lalai

    mengobatkan diri ke dokter.

    Anak buah kapal tidak menggunakan kesempatan pengobatan menurut

    ketentuan Pasal 416f Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, tunjangan

    atau upah dapat tidak dibayarkan oleh perusahaan pelayaran atau

    dikurangi jumlahnya bila sakitnya atau kecelakaan yang terjadi karena

    adanya faktor kesengajaan atau akibat kerja yang kasar atau tidak hati-

    hati dari anak buah kapal.

  • 17

    b. Sakit karena kecelakaan

    Berdasarkan Pasal 1602 KUHPerdata, anak buah kapal yang mengalami

    sakit karena kecelakaan maka berhak atas:

    Tuntutan ganti rugi bila terbukti kecelakaan tersebut disebabkan oleh

    kelalaian pihak perusahaan pelayaran

    Jika kecelakaan menimpa anak buah kapal dan mengakibatkan

    meninggal, maka ganti ruginya diberikan kepada ahli warisnya

    Penggantian akibat kecelakaan ditambah dengan hak-hak atas

    perawatan.

    Berdasarkan pasal 30 PP. RI. No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan menyebutkan :

    2.1.1 Jika awak kapal setelah dirawat akibat kecelakaan kerja menderita cacat

    tetap yang mempengaruhi kemampuan kerja besarnya santunan ditentukan :

    a. Cacat tetap yang mengakibatkan kemampuan kerja hilang 100%

    besarnya santunan minimal Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

    rupiah);

    b. Cacat tetap yang mengakibatkan kemampuan kerja berkurang besarnya

    santunan ditetapkan persentase dari jumlah sebagaimana ditetapkan

    dalam huruf a sebagai berikut :

    Kehilangan satu lengan : 40%;

    Kehilangan dua lengan : 100%;

    Kehilangan satu telapak tangan : 30%;

    Kehilangan kedua telapak tangan : 80%;

    Kehilangaan satu kaki dari paha : 40%;

    Kehilangan dua kaki dari paha : 100%;

    Kehilangan satu telapak kaki : 30%;

    Kehilangan dua telapak kaki : 80%;

    Kehilangan satu mata : 30%

    Kehilangan dua mata : 100%;

    Kehilangan pendengaran satu telinga : 15%;

    Kehilangan pendengaran dua telinga : 40%;

    2.1.2 Jika awak kapal kehilangan beberapa anggota badan sekaligus besarnya

    santunan ditentukan dengan menjumlahkan persentase dengan ketentuan

    tidak melebihi jumlah sebagaimana ditetapkan dalam ayat (1) huruf a.

    Berdasarkan Pasal 31 (PP. No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan.)

    1. Jika awak kapal meninggal dunia di atas kapal, pengusaha angkutan di perairan

    wajib menanggung biaya pemulangan dan penguburan jenazahnya ke tempat

  • 18

    yang dikehendaki oleh keluarga yang bersangkutan sepanjang keadaan

    memungkinkan.

    2. Jika awak kapal meninggal dunia, pengusaha angkutan di perairan wajib

    membayar santunan :

    a. Untuk meninggal karena sakit besarnya santunan minimal Rp.100.000.000,00

    (seratus juta rupiah);

    b. Untuk meninggal dunia akibat kecelakaan kerja besarnya santunan minimal

    Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

    3. Santunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan kepada ahli warisnya

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Berdasarkan Pasal 440 Kitab Undang Undang Hukum Dagang

    a. Perusahaan pelayaran berkewajiban menanggung biaya penguburan atau

    pembuangan jenazah ke laut Jika awak kapal meninggal dunia, di atas kapal.

    5. Hak menggugat dan menuntut

    Selain hak-hak yang telah diterangkan di atas, anak buah kapal juga

    mempunyai hak-hak yang bersifat azasi dan kebebasan serta hak-hak untuk

    menuntut jika diperlakukan tidak adil.

    a. Awak kapal berhak atas perlakuan yang patut. Hal ini tercermin dari

    beberapa alasan mendesak untuk awak kapal yang dapat membatalkan

    perjanjian kerja laut. Jika diperlakukan itu merupakan penghinaan atau

    merusak nama baik awak kapal maka awak kapal yang bersangkutan

    mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi atas penghinaan tersebut.

    b. Awak kapal berhak meminta izin mempelajari Perjanjian Kerja Laut dan

    melihat sijil anak buah kapal.

    c. Anak Buah kapal berhak mengadukan nakhoda kepada syahbandar atau

    konsul (di luar negeri) jika ternyata mereka diberi perintah oleh nakhoda yang

    bertentangan dengan hukum.

    d. Anak buah Kapal berhak mengetahui tujuan kapalnya.

    e. Bilamana 1/3 atau lebih anak buah kapal meminta untuk diadakan

    penyelidikan terhadap makanan tersebut harus diselidiki apakah pantas dan

    memenuhi syarat gizi atau sesuai dengan perjanjian.

    f. Jika makanan tidak diberikan, maka awak kapal berhak menuntut ganti rugi

    sesuai dengan nilai makanan yang tidak diberikan.

    g. Anak buah kapal berhak naik banding ke pengadilan Negeri atas hukuman

    yang dijatuhkan oleh nakhoda jika hukuman tersebut dianggap tidak

    sepatutnya.

  • 19

    6. Hak Pengangkutan

    a. Setelah berakhirnya PKL atau kapalnya musnah atau dimutasikan ke kapal

    (Lain) berhak atas angkutan cuma-cuma ke tempat dimana perjanjian kerja

    laut ditandatangani atau ke tempat tinggal awak kapal atau ke tempat lain

    yang dicantumkan dalam perjanjian.

    b. Pelaut Indonesia yang terlantar di luar negeri, berhak untuk mendapat

    pengangkutan pulang ke Indonesia, atas permintaan konsul Indonesia atau

    pejabat setempat. Berdasarkan PP No. 7 tahun 2000 tentang kepelautan

    pasal 26 menerangkan bahwa :

    1. Awak kapal yang habis masa kontrak kerjanya harus dikembalikan ke

    tempat domisilinya atau ke pelabuhan ditempat perjanjian kerja laut

    ditandatangani.

    2. Jika awak kapal memutuskan hubungan kerja atas kehendak sendiri,

    pengusaha angkutan dibebaskan dari kewajiban pembiayaan untuk

    pemulangan yang bersangkutan.

    3. Apabila masa kontrak dari awak kapal habis masa berlakunya pada saat

    kapal dalam pelayaran, awak kapal yang bersangkutan diwajibkan

    meneruskan pelayaran sampai di pelabuhan pertama yang disinggahi

    dengan mendapat imbalan upah dan kesejahteraan sejumlah hari

    kelebihan dari masa kontrak.

    4. Biaya-biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (3), merupakan

    tanggungan pengusaha angkutan diperairan yang meliputi biaya-biaya

    pemulangan, penginapan dan makanan sejak diturunkan dari kapal

    sampai tiba ditempat domisilinya.

    d. Kewajiban Awak Kapal

    1. Bekerja sekuat tenaga, wajib mengerjakan segala sesuatu yang

    diperintahkan oleh nakhoda.

    2. Tidak boleh membawa atau memiliki minuman keras, membawa barang

    terlarang, senjata di kapal tanpa izin nakhoda ( Pasal 391 Kitab Undang-

    Undang Hukum Dagang).

    3. Keluar dari kapal selalu dengan ijin nahkoda dan pulang kembali tidak

    terlambat (Pasal 385 Kitab Undang-undang Hukum Dagang).

    4. Wajib membantu memberikan pertolongan dalam penyelamatan kapal

    dan muatan dengan menerima upah tambahan (Pasal 452/c Kitab

    Undang-undang Hukum Dagang).

  • 20

    5. Menyediakan diri untuk nakhoda selama 3 hari setelah habis

    kontraknya untuk kepentingan membuat kisah kapal (Pasal 452/b Kitab

    Undang-undang Hukum Dagang).

    6. Taat kepada atasan, teristemewa menjalankan perintah-perintah

    nahkoda (Pasal 384 Kitab Undang-undang Hukum Dagang).

    7. Kewajiban pelaut : Pasal 18ayat3 PP RI. No.7 tahun2000 adalah

    Melaksanakan tugas sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan sesuai

    dengan perjanjian, menanggung biaya yang timbul karena kelebihan

    barang bawaan di atas batas ketentuan yang ditetapkan perusahaan,

    mentaati perintah perusahaan dan bekerja sesuai dengan jangka waktu

    perjanjian.

    Pekerjaan Awak kapal di jelaskan di dalam :

    a. Perjanjian kerja laut.

    b. Sijil awak kapal.

    c. Peraturan dinas di kapal yang di buat oleh Nakhoda.

    Hak Perusahaan adalah mempekerjakan pelaut sesuai perjanjian Kewajiban

    Perusahaan adalah memenuhi semua hak pelaut sesuai perjanjian.

    e. Kewajiban-kewajiban Nakhoda

    Nakhoda disamping hak-hak dan kewenangan jabatan mempunyai

    kewajiban-kewajiban terhadap kapal, anak buah kapal, pengusaha kapal,

    pemilik muatan, pemerintah atau terhadap keselamatan pelayaran.

    1. Kewajiban sebelum berlayar nakhoda harus meyakinkan bahwa

    kapal berada dalam keadaan laik laut.

    2. Kewajiban umum Nakhoda wajib mentaati peraturan-peraturan

    pengusaha selama tidak menyimpang dari Perjanjian Kerja Lautnya

    dan undang-undang atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lazim.

    3. Kewajiban selama pelayaran. Nakhoda harus selalu berada di atas

    kapal selama pelayaran.

    4. Kewajiban untuk memberikan pertolongan bagi orang-orang

    yang dalam bahaya di laut.

    5. Kewajiban mengikuti haluan.

    6. Kewajiban menyimpan dan merawat surat-surat kapal.

    7. Kewajiban menyelenggarakan Buku Harian kapal.

    8. Kewajiban untuk memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang

    berhak atas kapal.

    9. Kewajiban mentaati perintah penguasa.

  • 21

    10. Kewajiban melaksanakan register hukum.

    11. Berusaha melakukan perbaikan-perbaikan guna meneruskan

    pelayaran dengan cara bagaimanpun. Bilamana tidak bias

    mendapatkan biaya dari pengusaha atau tidak mendapatkan

    hubungan dengan pengusaha, misalnya menggadaikan kapalnya

    atau menjual sebagian muatan atau kapalnya untuk perbaikan guna

    meneruskan pelayaran.

    12. Berusaha menyelamatkan kapalnya dari penghancuran atau

    penangkapan dari pihak lawan, jika negaranya dalam keadaan

    berperang, kemudian memasuki pelabuhan aman dan melaporkan

    keadaannya kepada pengusaha dan menunggu perintah

    selanjutnya.

    13. Bertindak sebagai penuntut atau penggugat, apabila kapalnya disita

    atau ditahan oleh suatu negar dan melaporkannya kepada

    pengusaha.

    14. Mengatur pekerjaan anak buah kapal sebaik-baiknya asal tidak

    bertentangan dengan undang-undang dan peraturan umum

    pengusaha.

    15. Menindak anak buah kapal atau penumpang yang melakukan

    pelanggaran demi terlaksananya tertib hukum dan disiplin.

    16. Mengusahakan permakanan semua pelayar di atas kapal secara

    optimal.

    17. Mengatur tempat tinggal anak buah kapal sesuai dengan

    persyaratan kesehatan dan peraturan yang berlaku.

    18. Menyerahkan semua dokumen-dokumen kapal (surat-surat kapal,

    sertifikat-sertifikat) kepada pengusaha dengan mendapat tanda

    terima, setelah berakhir suatu pelayaran.

    f. Kewenangan lain dari Nahkoda

    1. Dalam keadaan darurat berhak memakai bahan makanan milik pelayar.

    2. Ditempat tidak ada perwakilan dapat mengadakan perlengkapan kapal.

    3. Dalam keadaan mendesak diluar wilayah Indonesia berwenang menjual

    kapal.

    4. Mempekerjakan atau menurunkan penumpang gelap.

    5. Apabila dalam musyawarah dengan perwira diminta sumbangan pikiran

    nahkoda bebas untuk menerima atau mengabaikan saran tersebut.

  • 22

    6. Ditempat yang tidak ada perwakilan perusahaan nahkoda berhak

    menandatangani konosemen.

    7. Menjatuhkan hukuman disipliner terhadap ABK berupa peringatan sampai

    pemotongan upah maximum 10 hari kerja.

    8. Sebagai wakil dari pengusaha kapal.

    Pasal 143 UU RI No. 17 tahun 2008 tentang kepelautan menjelaskan bahwa :ayat

    (1)Nakhoda berwenang memberikan tindakan disiplin atas pelanggaran yang

    dilakukan setiap Anak Buah Kapal yang :

    a. Meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda;

    b. Tidak kembali ke kapal pada waktunya;

    c. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;

    d. Menolak perintah penugasan;

    e. berperilaku tidak tertib; dan/atau

    f. berperilaku tidak layak.

    Nakhoda

    Ketentuan Pasal 341 dan Pasal 377 KUHD menyebutkan bahwa nahkoda

    adalah pemimpin kapal, yaitu seorang tenaga kerja yang telah menandatangani

    perjanjian kerja laut dengan perusahaan pelayaran sebagai nakhoda yang

    memenuhi syarat dan tercantum dalam sijil anak buah kapal sebagai nakhoda

    ditandatangani dengan mutasi dari perusahaan dan pencantuman namanya dalam

    surat laut. Nakhoda dalam menjalankan tugasnya sehari-hari diatas kapal

    mempunyai jabatan penting .

    “ Tugas Nakhoda Secara Umum “ yaitu :

    1. Pemimpin kapal.

    2. Pemegang kewibawan umum di atas kapal.

    3. Pegawai kepolisian atau abdi hukum/jaksa.

    4. Pegawai pencatatan sipil.

    5. Notaris.

    6. Nakhoda sebagai wakil perusahaan.

    7. Nakhoda sebagai wakil muatan.

    1. Nahkoda sebagai Pemimpin kapal

    Tugasnya selaku pemimpin kapal, mengandung arti nahkoda merupakan

    pemimpin tertinggi dalam mengelola, melayarkan dan mengarahkan kapal

    tersebut. Mampu membawa kapal dengan selamat kepelabuhan tujuan, Mampu

  • 23

    mengurus kapal, penumpang dan muatan,Mampu memelihara kapal agar tetap

    layak Laut, mampu mengelola tertib administrasi kapal.

    Demikian pula, setiap anak buah kapal akan turun ke darat bila kapal

    sedang berlabuh, maka ia harus meminta ijin terlebih dahulu kepada nakhoda,

    dan jika ijin tersebut ditolaknya, maka nakhoda harus menulis dalam buku

    harian kapal dengan alasan yang cukup sebagaimana ditentukan pada pasal

    385 KUHD. Selain itu nakhoda harus melayarkan kapalnya dari suatu tempat ke

    tempat lain dengan aman, tepat waktu, praktis dan selamat.

    2. Nahkoda sebagai pemegang kewibawaan umum di atas kapal

    a. Kewibawaan terhadap semua pelayar, artinya semua orang yang berada

    di kapal, wajib menuruti perintah-perintah nahkoda guna kepentingan

    keselamatan atau ketertiban umum. berwibawa terhadap semua orang di

    atas kapal demi keselamatan kapal.

    b. Kewibawaan disiplin terhadap anak buah kapal, artinya Berwibawa

    menegakan disiplin di atas kapal, para awak kapal berada dibawah

    perintah nahkoda.

    3. Nahkoda sebagai kepolisian atau abdi hukum/jaksa

    Di tengah laut nahkoda wajib menyelidiki atau mengusut kejahatan yang

    terjadi di dalam kapalnya :

    a. Mengumpulkan bahan-bahan untuk proses verbal (mengumpulkan bahan-

    bahan mengenai peristiwa yang terjadi).

    b. Menyita barang-barang bukti (menyita barang-barang yang dipakai dalam

    peristiwa itu).

    c. Mendengar para tertuduh dan saksi serta mencatat dalam berita acara

    keterangannya.

    d. Mengamankan tertuduh, mengambil tindakan terhadap tertuduh, menurut

    kebutuhan. Misalnya mengasingkan (menutup) di dalam kamar tertutup.

    e. Menyerahkan berkas, barang bukti dan tertuduh kepada polisi setibanya

    kapal kepada Pengadilan negeri di pelabuhan pertama yang disinggahi.

    Nahkoda wajib pula mencatat peristiwanya dan tindakan-tindakan yang

    telah diambilnya di dalam daftar hukuman. (Djoko Triyono, 2005:34).

    4. Nahkoda sebagai pegawai catatan sipil

    Apabila selama dalam pelayaran ada seseorang anak lahir atau seseorang

    meninggal dikapal, nahkoda harus membuatkan akta-akta pencatatan sipil yang

    bersangkutan di dalam buku harian kapal.

  • 24

    a. Pada kelahiran

    Apabila ada seorang anak lahir, nahkoda harus membuat akta

    kelahiran didalam buku harian kapal, dalam waktu 24 jam, dengan dihadiri

    oleh si ayah dan dua orang saksi.

    b. Pada Kematian

    Apabila ada seorang meninggal dunia dikapal, nahkoda harus

    membuat akta kematian juga dalam waktu 24 jam dengan dihadiri pula

    oleh dua orang saksi. Sebab-sebab kematian tidak boleh disebutkan,

    karena sebab-sebab kematian hanya dapat diberikan oleh orang yang

    berwenang/ahli dengan otopsi. Nakhoda menyerahkan berita acara kepada

    catatan sipil di pelabuhan berikutnya atau kalau di luar negeri melalui

    perwakilan RI, baru dibuatkan akte kelahiran atau kematian.

    5. Nakhoda menjabat sebagai wakil pengusaha kapal dalam hal :

    a. Penandatangan Perjanjian Kerja Laut.

    b. Pengaturan tugas anak buah kapal.

    c. penandatangan konosemen.

    d. pemungutan uang tambang atau upah-upah lain.

    e. memperlengkapi kapalnya untuk berlayar.

    f. sebagai tergugat dan penggugat untuk pengusaha dalam proses pengadilan.

    6. Nakhoda sebagai wakil pemilik muatan

    Dalam beberapa kasus nakhoda dapat menjabat sebagai wakil pemilik muatan

    (pengirim atau penerima), hal ini terjadi jika :

    a. Jika kapal ditahan atau disita, nakhoda mengambil tindakan untuk

    menanggulanginya atas nama pemilik barang (KUHD pasal 369).

    b. Jika memerlukan biaya untuk muatan, nakhoda boleh menjual sebagian

    muatan (KUHD pasal 371).

    c. Pengganti Nakhoda : jika nakhoda berhalangan atau nakhoda tidak

    mampu memimpin kapal karena sesuatu hal, misalkan sakit dll, maka

    nakhoda di ganti oleh Mualim I. Jika Mualim I juga berhalangan misalnya

    untuk datang, maka diganti oleh Mualim lainnya berurutan menurut

    tingkatnya. Mualim yang dimaksud disini ialah Mualim yang berijazah

    yang mempunyai wewenang untuk itu.

    d. Mualim yang berwenang, sebab mungkin sekali di kapal ada mualim yang

    tidak berwewenang misalnya untuk sesuatu pelayaran dan untuk besar

    kapalnya tertentu hanya diwajibkan, nahkoda harus berijazah Mualim II.

  • 25

    C. Refleksi

    a. Berdasarkan pembahasan materi 1 tentang peraturan hak dan kewajiban

    Awak Kapal dapat disimpulkan sebagai berikut : Peraturan-peraturan yang

    mengatur tentang hak dan kewajiban Awak kapal adalah :

    1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2000 tentang kepelautan.

    2. UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

    3. UU RI No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga

    Kerja Indonesia di Luar Negeri.

    4. UU RI Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran.

    5. UU RI No. 1 tahun 2008 tentang pengesahan ILO Convention No.185

    Concering Revising The Seafarers‟ Identity Documents Convention,

    1958 (Konvensi ILO No. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen

    Identitas Pelaut, 1958).

    6. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) Buku Kedua.

    b. Hak Awak Kapal adalah mendapatkan gaji, cuti, makan dan tempat tinggal,

    perawatan pada saat sakit dan kecelakaan, hak menggugat dan menuntut,

    hak pengangkutan.

    c. Kewajiban Awak kapal adalah mentaati perintah perusahaan, bekerja sesuai

    dengan jangka waktu perjanjian, melaksanakan tugas sesuai jam kerja yang

    ditetapkan, mentaati semua perintah nakhoda (atasan), tidak membawa

    barang-barang terlarang.

    d. Pihak tenaga kerja di kapal atau awak kapal dan ABK seharusnya

    semakin menumbuhkan kesadaran hokum yang tinggi pada diri sendiri

    sehingga pelanggaran-pelanggaran di atas kapal tidak akan terjadi.

    Dengan adanya kesadaran hukum yang tinggi maka kinerja tenaga kerja tidak

    terganggu sehingga dapat terwujud situasi kerja yang saling menghormati,

    menghargai antara pihak perusahaan dan pihak tenaga kerja atau awak

    kapal.

    e. Pihak Perusahaan, seharusnya lebih meningkatkan kesejahteraan tenaga

    kerja di kapal atau awak kapal dan ABK dan keluarganya. Salah satunya

    dengan mengingat resiko bahaya dalam berlayar dan jauh dari keluarga. Dan

    harusnya pihak perusahaan lebih menaikkan upah kerja.

    f. Pihak Pemerintah, hendaknya dapat merespon dan lebih memperhatikan

    nasib para tenaga kerja baik yang di darat maupun yang dilaut. Dan lebih aktif

    untuk mengadakan pengawasan agar tenaga kerja dapat memperoleh hak

    mereka sesuai dengan sifat pekerjaan yang mereka lakukan. Dan lebih

  • 26

    memperhatikan terhadap segala permasalahan yang dialami oleh Perusahaan

    yang bergerak dibidang jasa transportasi laut maupun darat.

    D. Tugas

    Tugas individu :

    Siswa diminta untuk mempelajari kegiatan pembelajaran 1, kemudian membuat

    resume dari materi yang sudah dipelajari.

    Tugas Kelompok :

    Untuk memahami materi 1, siswa diminta untuk tampil bersama kelompoknya

    melakukan role play (bermain peran) beberapa naskah drama yang diberikan oleh

    guru yang berhubungan dengan materi yang sudah dipelajari (naskah

    terlampir). Kemudian tiap kelompok menyimpulkan isi dari naskah drama.

    Laporkan hasil kegiatanmu kepada guru pembimbing.

    Skenario

    Dialog I. (siswa dapat memahami syarat-syarat menjadi awak kapal (pelaut)

    atau yang ingin bekerja ke laut).

    Amir adalah seorang pelaut yang berhasil, ia bekerja di kapal ikan/kapal kargo di

    negara Spanyol. Amir mendapatkan cuti dan pulang ke Indonesia. Sesampainya di

    kampung halaman, ia bertemu dengan sahabatnya Darto.

    Darto : Apa kabar Amir ? kapan datang ke Indonesia ?

    Amir : Kabar baik, saya datang sore kemarin. Bagaimana kabar kamu ?

    Darto : Kabar saya baik juga.

    Amir : Apa kegiatan kamu sekarang ?

    Darto : Masih menganggur, (sambil menarik nafas panjang).

    Amir : Mau kan kamu bekerja bersama saya ke negara Spanyol? Sebagai seorang nelayan.

    Darto : Mau ... .mau..mau... .!!!! apa persyaratannya.

    Amir : Persyaratannya mudah, pertama bekerja keras pantang menyerah, disiplin. Kedua kamu harus punya dokumen atau sertifikat kepelautan, yang harus dimiliki yaitu sertifikat kepelautan Basic Safety Trainning (BST), sertifikat BST ini sebagai syarat kamu untuk membuat buku pelaut, lalu kamu urus passport.

    Darto : baiklah mulai besok saya akan daftar BST, dimana ya?

    Amir : kamu daftar saja di SMKN 1 Mundu Cirebon, dan disana bias juga dengan pembuatan buku pelautnya.

  • 27

    Darto : besok saya akan ke Mundu, terima kasih kawan . Pada saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba handphone Amir berbunyi, lalu

    Amir menjawab nada panggilan dari handphone nya.

    Agen : hallo, assalamu‟alaikum.

    Amir : wa‟alaikum salam, dengan siapa ini ?

    Agen : Budi dari PT. Internasioanal Maritim Jaya.

    Amir : oh iya pa Budi, gmn pa ada yang bisa saya bantu?

    Agen : tolong kamu carikan ABK untuk kapal ikan di negara Spanyol,

    nanti berangkatnya bersama kamu.

    Amir : kebetulan pa, ini ada sahabat saya, yang mau kerja di kapal

    ikan/kapal kargo, saya jamin teman saya ini orang siiip dah,...

    .bagus pa orangnya.

    Agen : ya...sudah kalo begitu, kamu persiapkan saja segala

    persyaratannya, setelah komplit langsung kamu ajak temanmu

    itu ke Jakarta untuk pengurusan visa, gaji dan sebagainnya, ok? Amir : ok kalo begitu pa.....selamat siang.

    Dialog 2 :

    (Siswa dapat memahami Hak-hak dan kewajiban sebagai seorang awak kapal)

    Satu bulan kemudian Amir membawa Darto ke PT. Internasional Maritim Jaya,

    sesampainya di kantor mereka langsung menemui Bapak Budi.

    Amir : Selamat siang Pak ?

    Budi : Selamat siang, silahkan masuk,

    (kemudian keduanyabersalaman dan Pak Budi mempersilahkan

    duduk kepada Amirdan Darto).

    Amir : Pak, kenalkan ini Darto, yang satu bulan saya perkenalkan

    kepada Bapak lewat telepon.

    Darto : Saya Darto Pak, ini persyaratannya

    (sambil mengeluarkan map yang isinya sertifikat BST, buku

    pelaut), (Pak Budi meneliti isi map)

    Budi : Selain persyaratan kamu harus membayar uang administrasi

    sebesar Rp. 3.500.000,00 (kemudian Pak Budi menjelaskan

    penggunaan uang tersebut).

    Darto : Pak Budi Apa hak-hak dan kewajiban saya sebagai anak buah

    kapal di negara Spanyol .

    Budi : Hak yang kamu peroleh, kamu akan mendapatkan gaji (upah,

    bonus, asuransi, uang lembur), makan, cuti, tempat tinggal,

    perawatan kesehatan jika sakit atau kecelakanan, hak

  • 28

    pemulangan atau pengangkutan. (Darto menyimak penjelasan

    yang diutarakan Pak Budi).

    Darto : Kalau kewajiban-kewajiban yang harus saya lakukan apa Pak ?

    (tanya Darto).

    Budi : (Pak Budi menjelaskan kewajiban-kewajiabn ABK kepada Darto)

    Kewajiban-kewajiban kamu adalah kamu harus taat kepada

    perintah atasan, teristimewa terhadap perintah nakhoda, kamu

    harus meminta izin pada saat meninggalkan kapal, melakukan

    tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh

    nakhoda, membantu menyelamatkan kapal, penumpang dan

    muatannya dalam kecelakaan kapal, berperilaku sopan, serta

    tidak mabuk-mabukan di kapal, melakukan tugas dengan penuh

    dedikasi (Darto menyimak penjelasan dari pak Budi dengan

    penuh perhatian).

    Dialog 3 (Siswa memahami jabatan-jabatan kepelautan)

    Satu bulan kemudian Amir beserta Darto sudah berada di negara Spanyol, dan

    bertemu dengan nakhoda kapal (Amir memperkenalkan Darto kepada nakhoda

    dalam bahasa Spayol, lalu diterjemahkan kepada Darto).

    Darto : Apa yang kamu bicarakan Amir ?

    Amir : Mr. Captain menceritakan bahwa kamu disini sebagai ABK,

    selain gaji, kamu juga akan mendapatkan bonus setiap satu

    ton hasil tangkapan akan mendapatkan bonus uang sebesar

    $ 50.

    Kemudian Amir menjelaskan jabatan-jabatan yang ada di kapal, Darto kemudian

    diperkenalkan kepada perwira deck yang berasal dari Indonesia yang bernama

    Syamsul.

    Amir : Mas Syamsul kenalkan ini Darto, yang saya bawa dari

    kampung.

    Syamsul : Darto, tugas kamu disini adalah sebagai ABK yang melayani,

    penyortiran hasil tangkapan dan membersihkan deck, setelah

    proses penyortiran.

    Darto : Baik Mas Syamsul.

    Syamsul : saya harap kamu dapat bekerja dengan baik, penuh

    rasatanggung jawab dan dengan disiplin yang tinggi, dengan

    modal itu saya yakin kamu akan menjadi pelaut yang sukses.

    Darto : Baik mas, terima kasih.

  • 29

    E. Tes Formatif

    a. Tuliskan peraturan-peraturan yang mengatur hak dan kewajiban Awak kapal !

    b. Tuliskan syarat-syarat bekerja di laut !

    c. Tuliskan dan Jelaskan jabatan kepelautan !

    d. Tuliskan Hak-hak awak kapal !

    e. Jelaskan Hak atas upah seorang awak kapal !

    f. Jelaskan Hak atas tempat tinggal dan makan seorang awak kapal !

    g. Jelaskan Hak atas cuti seorang awak kapal !

    h. Jelaskan Hak awak kapal waktu sakit atau kecelakaan !

    i. TuliskanTugas atau Jabatan-jabatan seorang nakhoda !

    j. Tuliskan kewajiban dan wewenang dari seorang nakhoda !

    2.1.3 Penilaian

    A. Sikap

    Nilai diperoleh dari pengamatan guru terhadap keaktifan siswa

    selama proses pembelajaran berlangsung

    Lembar Penilaian Sikap

    No Nama

    Siswa

    Kriteria Penilaian Jumlah

    skor

    Ket

    Pe

    rha

    tian

    (1)

    Dis

    iplin

    (2

    )

    Te

    ku

    n (

    3)

    Aktif

    Me

    nde

    ng

    ar

    da

    n

    Be

    rta

    nya

    (4

    )

    1.

    2.

    3.

    Keterangan Skor

    Kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,

    dengan kriteria sebagai berikut :

    4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.

    3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan

    kadang-kadang tidak melakukan.

    2 =kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering

    tidak melakukan.

    1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.

  • 30

    Pedoman Penskoran :

    Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

    Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

    Peserta didik memperoleh nilai :

    1. Sangat Baik (SB) : apabila memperoleh skor 3.66 s.d 4.

    2. Baik (B) : apabila memperoleh skor 2.66 s.d 3.65.

    3. Cukup (C) : apabila memperoleh skor 1.66 s.d 2.65.

    4. Kurang (K) : apabila memperoleh skor < 1.65.

    B. Pengetahuan

    Nilai diperoleh dari Pengamatan selama proses diskusi kelompok,

    presentasi dan tes tertulis dan penugasan.

    Pedoman penilaian :

    Nilai untuk Keterampilan menggunakan penilaian kuantitatif 1 - 4 :

    a. Sangat Baik = 4

    b. Baik = 3

    c. Cukup = 2

    d. Kurang = 1

    C. Keterampilan

    Nilai diperoleh dari penyelesaian tugas (baik individu maupun

    kelompok) pada saat diskusi, dan presentasi (bermain peran).

    a. Rubrik kegiatan Diskusi

    No Nama

    Siswa

    Aspek Penilian Jml

    Skor

    Nilai Ket

    Ke

    rja

    sa

    ma

    Me

    ngkom

    un

    ikasik

    an

    pe

    nd

    apa

    t

    To

    lera

    nsi

    Ke

    aktifa

    n

    Me

    ngh

    arg

    ai

    pe

    nd

    apa

    t te

    ma

    n

    1

    2

    dst

  • 31

    Keterangan Skor :

    Kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta didik,

    dengan kriteria sebagai berikut :

    4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.

    3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-

    kadang tidak melakukan.

    2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak

    melakukan.

    1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.

    Pedoman Penskoran :

    Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

    Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

    b. Rubrik Penilaian Presentasi

    No Nama

    Siswa

    Aspek Penilaian Ʃ

    Skor

    Nilai Ket

    Ko

    mun

    i K

    asi

    Sis

    tem

    atika

    pe

    nya

    mp

    aia

    n

    Wa

    wasan

    Ke

    be

    ran

    ian

    An

    tusia

    s

    Ge

    stu

    re

    dan

    pe

    na

    mp

    ilan

    1

    2

    3

    4

    5

    dst

    Keterangan Skor :

    kolom diisi dengan kriteria sesuai sikap yang ditampilkan oleh peserta

    didik, dengan kriteria sebagai berikut :

    4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.

    3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan

    kadang-kadang tidak melakukan.

    2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan

    sering tidak melakukan.

    1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.

  • 32

    Pedoman Penskoran :

    Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4

    Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

    Keterangan Skor

    c. Lembar Pengamatan Bermain Peran

    Kelompok /Kelas : ............................

    Kegiatan : Bermain peran /role play

    Tema /KD :............................

    Nama

    Aspek Penilaian Rata-Rata

    Nilai Partisipasi Penghayatan

    peran Kerjasama

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    dst

    Pedoman Penskoran

    Aspek Penilaian Deskripsi Nilai

    Partisipasi

    Keterlibatan dalam bermain

    peran

    Peran dari tokoh yang

    diperankan

    60 – 100

    Penghayatan Peran

    Penjiwaan terhadap tokoh

    Kesesuaian kostum tokoh

    Semangat bermain peran

    60 – 100

    Kerjasama

    Membantu teman

    Tenggang rasa dengan

    teman

    60– 100

  • 33

    Kriteria Pencapaian Kompetensi /Ketuntasan Belajar

    Aspek

    Pengetahuan

    1-4

    Predikat Keterampilan

    1-4

    Predikat Sikap

    SB/ B/ C/ K

    Keterangan KKM Pengetahuan dan Keterampilan KKM

    > 2.66

    KKM Sikap : Baik

    Bila tingkat pencapaian kompetensi anda mencapai KKM > 2.66,

    maka anda dinyatakan tuntas dan dapat melanjutkan ke kegiatan belajar

    selanjutnya. Tetapi apabila tingkat pencapaian kompetensi anda

    mencapai KKM < 2.66 maka anda dinyatakan belum tuntas, maka anda

    harus mengulangi mulai dari kegiatan belajar, terutama pada bagian yang

    masih belum anda kuasai.

  • 34

    2.2 Kegiatan Pembelajaran 2 : PKL (Perjanjian Kerja Laut)

    2.2.1 Deskripsi

    Pelayaran (Shipping) sebagai salah satu kegiatan di laut khususnya

    pelayaran niaga nasional, baik pelayaran luar negeri maupun pelayaran

    dalam negeri, merupakan sektor yang penting dalam menggerakkan dan

    meningkatkan perekonomian atau perdagangan internasional suatu

    negara serta faktor pemersatu bangsa. Masalah dibidang pelayaran tidak

    berdiri sendiri karena terkait dengan beberapa aspek. Oleh karena itu untuk

    terciptanya kegiatan pelayaran yang handal, diperlukan faktor-faktor

    pendukung yang kondusif, meliputi aspek publik seperti tersedianya armada

    kapal niaga yang cukup, laik laut dan sesuai dengan perkembangan

    perdagangan serta teknologi modern; tersedianya kapal perikanan yang

    sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi;

    keselamatan pelayaran-navigasi; awak kapal yang handal; kepelabuhanan;

    galangan kapal atau reparasi kapal, industri permesinan; pendaftaran kapal.

    Sedangkan aspek keperdataaan seperti perjanjian pengangkutan di laut;

    asuransi laut; hipotik atas kapal; Perjanjian Kerja Laut (PKL).

    Dalam rangka memperlancar pembangunan di Indonesia perlu untuk

    memperhatikan di sektor perhubungan laut atau pelayaran dan serta di

    susun system transportasi yang baik dengan memperhatikan sumberdaya

    manusia. Negara Republik Indonesia adalah negara yang terbesar dalam

    menyediakan tenaga kerja bidang kelautan atau pelayaran dan untuk

    menjamin perlindungan ketenaga kerjaan di bidang ini pemerintah

    berkewajiban untuk membentuk undang-undang pelayaran yang tidak lepas

    dari perjanjian internasional.

    Untuk melindungi tenaga kerja pelaut Indonesia, yang bekerja di kapal-

    kapal bendera asing maupun Indonesia dalam memberikan kemudahan

    untuk dapat ijin turun ke darat (landing shore pass) diperlukan suatu bentuk

    standar internasional. Indonesia sebagai negara anggota ILO, telah

    meratifikasi beberapa konvensi ILO dalam rangka penerapan standar-

    standar internasional dan perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia.

    LO Convention NO. 185 Concering Revising Seafarers‟ Identity

    Document Convention, 1985 (Konvensi ILO NO. 185 mengenai Konvensi

    Perubahan Dokumen Identitas Pelaut, 1958) merupakan salah satu

    instrumen yang memberikan perlindungan dan kemudahan bagi tenaga kerja

  • 35

    pelaut dalam menjalankan profesinya dengan menggunakan identitas diri

    pelaut yang berstandar internasional.

    Selain itu, sesuai dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

    2004 tentang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

    Negeri, yang menyatakan bahwa “setiap calon tenaga kerja Indonesia

    mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan, dan mengingat tenaga kerja pelaut merupakan bagian

    dari Tenaga Kerja Indonesia, maka para tenaga kerja pelaut ini wajib

    dilindungi yang dalam hal dokumen identitas pelaut, yang merupakan bentuk

    lain dari Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN). Berdasarkan

    pertimbangan tersebut di atas, maka Indonesia perlu meratifikasi Konvensi

    ILO NO. 185 mengenai Konvensi Perubahan Dokumen Identitas Pelaut,

    1958.

    2.2.2 Kegiatan Belajar

    A. Tujuan Pembelajaran

    Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 2 siswa diharapkan

    mampu :

    a. Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan menghargai

    dan mempelajari Perjanjian Kerja Laut (PKL) sebagai sarana

    menyajikan informasi secara lisan dan tulisan.

    b. Bersikap cermat, teliti dan bertanggung jawab sebagai hasil dari

    pembelajaran Perjanjian

    c. Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil pembelajaran

    Perjanjian Kerja Laut.

    d. Bersikap jujur, disiplin serta bertanggungjawab sebagai hasil dari

    pembelajaran Perjanjian Kerja Laut.

    e. Menjelaskan pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL).

    f. Menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam PKL.

    g. Menjelaskan jenis-jenis (bentuk-bentuk) PKL.

    h. Menjelaskan isi PKL.

    i. Menjelaskan keuntungan dari PKL kolektif (Kesepakatan Kerja

    Bersama).

    j. Menjelaskan berakhirnya PKL.

  • 36

    B. Uraian Materi

    Perjanjian Kerja Laut (PKL)

    a. Pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL)

    Mengenai Perjanjian Kerja Laut diatur dalam BAB IV, Buku II KUHD

    Pasal 395 sampai 465 (70 buah pasal).

    Pasal 395 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Perjanjian

    Kerja Laut adalah perjanjian yang diadakan antara seorang pengusaha

    perkapalan pada satu pihak dengan seorang buruh di pihak lain, di mana

    yang terakhir ini mengikat dirinya untuk melakukan pekerjaan dalam dinas

    pada pengusaha perkapalan dengan mendapat upah sebagai nakhoda

    atau anak buah kapal. (KUHD 341,375, 399 dst.) terhadap perjanjian kerja

    antara majikan lain dan seorang buruh di mana yang terakhir ini mengikat

    diri untuk melakukan dinas anak buah kapal berlaku selama waktu buruh

    itu terdapat dalam daftar anak buah kapal, ketentuan bab ini, kecuali

    pasal-pasal 399-402 dan 404. (KUHD 375 dst., 396, 398-401, 408 dst.,

    413 dst.; KUHP 567.)

    Pasal 396 KUHD Terhadap Perjanjian Kerja Laut di samping

    ketentuan bab ini berlaku ketentuan-ketentuan dari Kitab Undang-undang

    Hukum Perdata Buku Ketiga, Bab VIIA Bagian ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-5

    bila berlakunya itu tidak dilarang. (KUHD 402, 4042, 4104, 416h, 4205,

    4282, 4292, 4302, 4352, 4413, 444, 4452 , 4463, 4482, 4493, 4504 ,

    452c2 , 452d.)

    Pasal 397 KUHD Selama perjalanan, nakhoda mewakili pengusaha

    kapal dan majikan lainnya yang buruhnya bekerja di kapal yang

    dipimpinnya dalam melaksanakan perjanjian kerja yang diadakan dengan

    mereka. (KUHD 341a, 405, 5302.)

    Pasal 398 KUHD Perjanjian Kerja Laut dapat diadakan untuk waktu

    tertentu, untuk satu perjalanan atau lebih, untuk waktu yang tidak tertentu

    atau sampai pemutusan perjanjian. (KUHPerd. 1603g; KUHD 405.)

    Pasal 399 KUHD Perjanjian kerja antara pengusaha kapal dan

    seorang buruh yang akan bertindak sebagai nakhoda atau perwira kapal,

    harus diadakan secara tertulis dengan ancaman hukuman jika perjanjian

    kerja menjadi batal.

    1. Perjanjian Kerja Laut atau PKL adalah perjanjian yang dibuat

    antara seorang pengusaha kapal di suatu pihak dengan

    seorang buruh di pihak lain, dengan mana pihak tersebut

  • 37

    menyanggupi untuk di bawah perintah pengusaha itu

    melakukan pekerjaan dengan mendapat upah baik sebagai

    nakhoda atau anak buah kapal (KUHD Pasal 395).

    2. Perjanjian Kerja Laut (PKL) adalah perjanjian kerja

    perorangan yang di tanda tangani oleh Pelaut Indonesia

    dengan pengusaha angkutan di perairan (PP. 7 Tahun 2000

    Pasal 1 tentang Kepelautan).

    3. Menurut KUHD PKL antara pengusaha harus dibuat tertulis

    tapi tidak harus di hadapkan kepada pejabat pemerintah, tapi

    PKL untuk anak kapal harus tertulis dan dibuat dihadapkan

    pejabat pemerintah.

    4. Tapi sesuai peraturan pemerintah No. 7 tahun 2000 tentang

    kepelautan, semua PKL harus di ketahui pejabat pemerintah

    yang di tunjuk oleh Menteri.

    5. Selain dari PKL kita mengenal Perjanjian Kerja Kolektif

    (PKK) atau di sebut juga Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)

    yaitu perjanjian antara satu atau beberapa pengusaha kapal

    dengan satu atau beberapa organisasi perburuhan .

    6. Pasal 1601a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

    menyebutkan : “ Persetujuan perburuhan adalah persetujuan

    dengan mana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya

    untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan untuk

    sesuatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan

    menerima upah.

    7. Pengertian Perjanjian Kerja laut diatur dalam Pasal 395 Kitab

    Undang-Undang Hukum Dagang. Jadi, secara singkat

    perjanjian kerja laut dapat dikatakan sebagai perjanjian kerja

    yang dibuat antara seorang majikan atau pengusaha kapal

    dengan seseorang yang mengikatkan diri untuk bekerja

    padanya, baik nakhoda atau anak kapal dengan menerima

    upah dan perjanjian tersebut harus dibuat atau

    ditandatangani dihadapan pejabat yang ditunjuk pemerintah

    serta pembuatannya harus pula menjadi tanggung jawab

    perusahaan pelayaran. Maksud dari perjanjian kerja dibuat di

    hadapan pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah

    (administratur pelabuhan) adalah agar pembuatan akta

  • 38

    perjanjian tersebut harus berdasarkan atas kemauan kedua

    belah pihak atau tanpa adanya paksaan dan dalam

    perjanjian tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan

    undang-undang atau peraturan yang berlaku. Dengan

    demikian dalam pelaksanaannya administratur pelabuhan

    harus memberitahu yang seterang-terang nya. Melakukan

    perjanjian kerja laut antara pengusaha kapal dengan

    nakhoda atau perwira kapal harus dibuat secara tertulis,

    supaya dianggap sah (berlaku) dan ditandatangani oleh

    kedua belah pihak (Pasal 399 Kitab Undang-Undang Hukum

    Dagang).

    8. Melakukan perjanjian kerja laut antara pengusaha kapal

    dengan anak kapal harus dibuat dihadapan anak kapal,

    dihadapan syahbandar atau pegawai yang berwajib dan

    ditandatangani olehnya, pengusaha kapal dan anak buah

    kapal tesebut (Pasal 400 Kitab Undang-Undang Hukum

    Dagang).

    9. Disamping syarat tertulis perjanjian kerja laut harus

    memenuhi pula ketentuan yang diatur dalam pasal 1320

    Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, antara lain:

    a. Adany kesepakatan atau kemauan secara sukarela dari

    kedua belah pihak.

    b. Masing-masing mempunyai kecakapan untuk bertindak.

    c. Persetujuan mengenai atau mengandung suatu hak

    tertentu.

    d. Isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan.

    b. Faktor yang penting diperhatikan saat penandatanganan PKL antara

    lain :

    1. Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (terkait financial dan

    aturan yang mengikatnya).

    2. Pengawasan (penilaian kerja).

    3. Gaji (gaji pokok, uang lembur, fee, bonus, tunjangan dll).

    4. Hubungan antar pribadi (struktur organisasi di kapal dan

    perusahaan).

  • 39

    5. Kondisi pekerja (jaminan penempatan sesuai keahlian dan

    keterampilannya).

    6. Keamanan kerja (jaminan keselamatan, kesehatan dan

    kesejahteraan di atas kapal).

    PKL antara pengusaha kapal dengan awak kapal pada dasarnya adalah

    ikatan kerja berdasarkan perjanjian keperdataan, yaitu pihak-pihak yang terlibat

    tidak dapat dipaksakan melalui tindakan kepolisian untuk mentaati perjanjian. Pada

    umumnya sanksi yang diberikan adalah dikenakan ganti rugi kepada pihak yang

    dirugikan.

    c. Bentuk-bentuk atau Jenis-jenis Perjanjian Kerja Laut :

    1. Perjanjian kerja laut dapat dilakukan untuk 3 macam ikatan kerja

    (pembagian berdasarkan waktu terbagi 3 )

    (Pasal 398 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang):

    a. PKL yang diselenggarakan untuk waktu tertentu atau

    perjanjian kerja laut periode, misal: untuk 2 (dua) tahun,

    5(lima) tahun atau 10(sepuluh) tahun, dan lain-lain. Dalam

    perjanjian ini para pihak telah menentukan secara tegas

    mengenai lamanya waktu untuk saling mengikatkan diri,

    dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban.

    Pada Perjanjian Kerja Laut ini biasanya disebutkan atau

    ditentukan juga kapal dan trayeknya.

    b. PKL yang diselenggarakan untuk waktu tidak tertentu.. Dalam

    perjanjian ini hubungan kerja berlaku terus sampai ada

    pengakhiran oleh para pihak atau sebaliknya hubungan kerja

    berakhir dalam waktu dekat (besok), besok lusa dan

    sebagainya jika memang salah satu pihak ataupun para pihak

    menghendakinya. Perjanjian Kerja Laut yang tidak ditetapkan

    masa berlakunya. Dalam perjanjian kerja laut jenis ini

    berakhirnya sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak

    c. PKL yang diselenggarakan untuk satu atau beberapa

    perjalanan atau trip adalah perjanjian kerja laut yang

    diselenggarakan berdasarkan pelayaran yang diadakan

    perusahaan pelayaran dari suatu pelabuhan ke pelabuhan

    lain.

  • 40

    2. PKL jika ditinjau dari sudut perbedaan perjanjian kerja laut dalam Undang-

    undang, yaitu menyangkut persoalan alasan-alasan yang sah untuk melakukan

    pemutusan hubungan kerja,maka perjanjian kerja laut dapat dikelompokkan

    menjadi 2 (dua) yaitu:

    a. Perjanjian kerja laut untuk nahkoda.

    b. Perjanjian kerja laut untuk anak buah kapal.

    Perbedaan antara kedua jenis ini menyangkut persoalan alasan-alasan

    yang sah untuk pemutusan hubungan kerja.

    3. PKL dilihat dari pihak yang mengikatkan diri, perjanjian kerja laut terbagi

    menjadi 2 (dua) yaitu :

    a. Perjanjian kerja laut pribadi atau perseorangan, yaitu perjanjian kerja

    laut yang dibuat antara seorang tenaga kerja dengan perusahaan

    pelayaran.

    b. Perjanjian kerja laut kolektif atau Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)

    yaitu perjanjian kerja laut yang dibuat antara perusahaan pelayaran atau

    gabungan perusahaan pelayaran dengan gabungan tenaga kerja (anak

    buah kapal), dengan syarat masing-masing pihak harus berbentuk

    badan hukum. Atau Perjanjian Kerja Laut antara majikan atau gabungan

    dari majikan dengan gabungan pelaut. Kedua belah pihak harus

    berbentuk badan hukum. Perjanjian ini pada hakekatnya belumlah

    Perjanjian Kerja dengan pelaut, jadi perjanjian kerja secara individu

    masih harus dibuat. Akan tetapi isi perjanjian kerja dengan individu

    pelaut kemudian tidak boleh bertentangan dengan perjanjian kerja laut

    kolektif. Bilamana ada pertentangan yang dapat mengakibatkan

    dibatalkannya perjanjian tersebut. Perjanjian Kerja Laut Kolektif sangat

    menguntungkan buruh (pelaut), sebab mereka berunding dengan

    majikan sebagai satu kesatuan, yaitu organisasi yang sah dan diakui (di

    Indonesia : Kesatuan Pelaut Indonesia), sehingga tidak mudah ditekan

    oleh majikan, karena jika perundingan atau musyawarah mendapat jalan

    buntu, secara kuantitatif majikan akan lebih banyak menderita rugi

    daripada pelautnya, karena kapalnya tidak beroperasi. Namun demikian

    majikan juga mendapat keuntungan berupa kepastian mengenai syarat-

    syarat kerja, sehingga tidak dapat pula dituntut perubah