pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen …digilib.unila.ac.id/55654/3/tesis tanpa bab...

141
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPEN DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs (Tesis) Oleh PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019 ERA OCTAFIONA

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPENDENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs

(Tesis)

Oleh

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

ERA OCTAFIONA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPENDENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs

OlehERA OCTAFIONA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan produk berupa buku teks menuliscerpen dengan model project based learning untuk siswa kelas IX SMP/MTs, dan(2) menguji serta mendeskripsikan kelayakan buku teks menulis cerpen denganmodel project based learning yang dikembangkan berdasarkan ahli materi, ahlimedia, teman sejawat, dan siswa SMP/MTs.

Metode penelitian mengacu pada metode penelitian dan pengembangan Borg andGall yang meliputi 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desainproduk, 4) validasi desain, 5) perbaikan desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisiproduk akhir. Penelitian ini dilaksanakan melalui observasi, wawancara, danpenyebaran angket pada tiga sekolah di Bandar Lampung yang meliputi SMPNegeri 13 Bandar Lampung, SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, dan SMPIT Global Madani Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2017/2018. Validasirancangan produk dilakukan oleh ahli/pakar yang relevan, yaitu ahli materi, ahlimedia, penilaian teman sejawat, kemudian diujicobakan kepada siswa SMP/MTstersebut.

Buku teks pada penelitian ini layak digunakan dalam pembelajaran menuliscerpen di SMP/MTs. Hal ini terlihat dari hasil uji ahli materi dan hasil uji ahlimedia yaitu dikategorikan layak untuk diproduksi setelah adanya revisi danperbaikan sesuai dengan saran pakar/ahli. Uji kelayakan bahan ajar oleh guruBahasa Indonesia pada kelas IX di SMPN 13 Bandar Lampung, SMP IT BaitulJannah Bandar Lampung, dan SMP IT Global Madani Bandar lampung didapatnilai rata-rata 91 dengan kategori sangat layak. Uji coba produk pada kelas kecildilakukan sebagai bentuk evaluasi awal sebelum diujicobakan di kelas besardengan perolehan nilai sebesar 90,55 dengan kategori layak diujicobakan. Ujikelas besar dilakukan sebagai bentuk evaluasi rancangan produk buku teks dengannilai sebesar 85,42 dengan kategori layak. Berdasarkan angket uji coba kelayakanyang telah dilakukan, dapat disimpulkan buku teks menulis cerpen dengan modelproject based learning layak digunakan sebagai bahan ajar untuk siswa kelas XISMP/MTs.

Kata Kunci: Menulis Cerpen, Buku Teks, dan Model Project Based Learning

DEVELOPMENT OF TEACHING WRITING TEACHING MATERIALSTHROUGH PROJECT BASED LEARNING LEARNING MODELS FOR

CLASS IX SMP / MTs STUDENTS

ByERA OCTAFIONA

ABSTRACT

This research aims to (1) to produce the product of textbook writing short storybased on project based learning models for grade IX junior high school, and (2) totest and to describe the textbook feasibility of writing short story based on projectbased learning models that are developed based on material experts, mediaexperts, peer assessment, and junior high school student.

The method of this research is in accordance to the research and developmentBorg and Gall such as 1) potency and problem, 2) data collection, 3) productdesign, 4) design validation, 5) design improvement, 6) product trial, 7) productfinal revision. This research was conducted through observation, interview, andquestionnaire dissemination of three school in Bandar Lampung including SMPNegeri 13 Bandar Lampung, SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, SMP ITGlobal Madani Bandar Lampung academic year 2017/2018. Validation of productdesign is carried out by relevant experts in material and media, peer assessment,then tested to the junior high school students.

Textbook use in this study fit in learning to write short story at jenior high school.This can be seen from the assessment of learning material experts andinstructional media experts of textbooks writing short stories through projectbased learning models categorized as feasible to be produced after revisions andimprovements in accordance with expert advice. Feasibility material test done bypractitioners teachers Bahasa Indonesia in class IX at SMPN 13 Bandar Lampung,SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, and SMP IT Global Madani Bandarlampung obtained an average value 91 with very eligible category. The testproduct on small classes performed as the initial evaluation form before tested in alarge classroom with the acquisition value of 90.55 with eligible category. Bigclass test conducted as a from evaluation of teaching material design with theacquisition value of 85,42 with eligible category. Based on the questionnaires thathas been done, it can be concluded that textbook of writing short story projectbased learning deserves to be used as teaching material for class IX in junior highschool.

Keyword: Project Based Learning Models, Textbook, and Writing Short Story.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPEN

DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

UNTUK SISWA KELAS IX SMP/MTs

Oleh

ERA OCTAFIONA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 September 1992, putri

pertama dari pasangan Bapak Eriady Marahimat dan Ibu Misnawati.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah TK Pertiwi Rawa Laut Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 1998. Pendidikan di SD Yayasan Kartika Jaya

II-5 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan di SMP Negeri 9

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan di SMA YP UNILA

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur PKAB. Pada

tahun 2013, penulis melakukan PPL di SMP Negeri 1 Gunung Terang, Kecamatan

Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan KKN Kependidikan

Terintegrasi Unila di Desa Panca Marga, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten

Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2015 melanjutkan studi di Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas

Lampung sampai sekarang.

MOTO

“Sesunggguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(Q.S. Al-Insyirah : 6)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yangdemikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk

(Q.S Al-Baqarah : 45)

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, danjangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah

kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”(Q.S Al-Maidah : 2)

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur ke hadirat Allah swt., kupersembahkan tesis ini

untuk orang-orang yang paling berharga dalam hidupku.

1. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, Bapak Eriady Marahimat dan Ibu Misnawati

yang tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, mendidik dengan penuh

cinta, dan berdoa dengan keikhlasan hati untuk keberhasilanku menggapai cita-

cita serta selalu menanti keberhasilanku.

2. Adik-Adikku tercinta, Marendra dan Sanestia Eriawaty yang telah memberikan

doa dan dukungan dalam menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku.

3. Untuk keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk

keberhasilanku.

4. Keluarga besar MPBSI 2010.

5. Almamater tercinta yang kubanggakan.

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhannahuwata’ala atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dengan Model

Project Based Learning Untuk Siswa Kelas IX SMP/MTs” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

di Universitas Lampung.

Proses penyusunan tesis ini, penulis tentu telah banyak menerima masukan,

arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan

dengan hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Pd., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung dan

selaku dosen pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan

bimbingan, saran, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan

tesis ini.

3. Prof. Mustofa, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.

4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia serta sekaligus penguji II atas kesediaan dan keikhlasannya

memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi yang diberikan selama

penyusunan tesis ini.

xii

5. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan MPBSI dan selaku dosen

pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan,

saran, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan tesis ini.

6. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

penguji II yang telah memberikan bimbingan, masukan, nasihat, dan motivasi

kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

8. Ayahanda dan Ibunda tercintaku, Bapak Eriyadi Marahimat dan Ibu Misnawati

yang tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, mendidik dengan penuh

cinta, dan berdoa dengan keikhlasan hati untuk keberhasilanku menggapai cita-

cita serta selalu menanti keberhasilanku.

9. Adik-adikku tercinta, Marendra dan Sanestia Eriawaty yang telah memberikan

doa dan dukungan dalam menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku.

10. Sepupuh-sepupuhku tercinta, Astri Nurul Insani, Fadhilah Fanny, Ivone Prata

Mulia, dan Nidia Fifi Friandana.

11. Untuk keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk

keberhasilanku.

12. Bapak dan Ibu pendidik serta staf dan siswa SMP Negeri 13 Bandar

Lampung, SMP IT Baitul jannah Bandar Lampung, dan SMP IT Global

Madani Bandar lampung.

13. Sahabat-sahabat terbaikku Restty Purwana Suwama, Nandita Wana Putri,

Sinourita Puji Saka, Henny Marita, Setyan Widiyanto, dan teman

seperjuangan dalam menyelesaikan tesis Merina Tri Rahma Okta.

xiii

14. Teman-teman MPBSI Angkatan 2015 yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang kalian berikan

selama ini.

15. Kepada semua pihak yang ikut berperan dan membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Semoga Allah subhanahuwata’ala membalas segala keikhlasan, amal, dan bantuan

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Harapan

penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi dunia

pendidikan khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2019

Era Octafiona

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................ 11.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 101.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 101.4 Spesifikasi Produk Pengembangan .............................................................. 101.5 Manfaat Produk Pengembangan .................................................................. 111.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................................... 12

1.6.1 Asumsi ................................................................................................ 121.6.2 Keterbatasan Pengembangan .............................................................. 12

1.7 Definsi Operasional ...................................................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI2.1 Bahan Ajar ................................................................................................... 14

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar ........................................................................ 142.1.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar ........................................................................ 172.1.3 Prinsip-Prinsip Bahan Ajar ................................................................. 222.1.4 Unsur-Unsur Bahan Ajar ..................................................................... 232.1.5 Pengembangan Bahan Ajar ................................................................. 242.1.6 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ..................................................... 262.1.7 Tujuan dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar ................................ 27

2.2 Pengembangan Penyususnan Bahan Ajar .................................................... 282.2.1 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar .......................................................... 282.2.2 Penyususnan Peta Bahan Ajar ............................................................. 302.2.3 Struktur Bahan Ajar ............................................................................ 312.2.4 Penyususnan Bahan Ajar Cetak .......................................................... 322.2.5 Evaluasi dan Revisi ............................................................................. 34

2.3 Pengertian dan Definisi Buku Teks ............................................................. 372.3.1 Fungsi Buku Teks ............................................................................... 402.3.2 Kualitas Buku Teks ............................................................................. 432.3.3 Jenis-Jenis Buku Teks ......................................................................... 472.3.4 Kelayakan Isi Buku Teks .................................................................... 48

2.3.4.1 Kesesuaian dengan Kurikulum ............................................... 482.3.4.2 Keakuratan Materi Indikator ................................................... 512.3.4.3 Materi Pendukung Pembelajaran ............................................ 54

2.3.5 Kelayakan Bahasa Buku Teks ............................................................. 56

2.4 Keterampilan Menulis ................................................................................... 602.4.1 Proses Menulis ...................................................................................... 62

2.5 Menulis Teks Cerita Pendek ........................................................................ 632.5.1 Pengertian Teks Cerita Pendek ........................................................... 642.5.2 Struktur Teks Cerita Pendek ............................................................... 652.5.3 Unsur-Unsur Teks Cerita Pendek ........................................................ 682.5.4 Proses Kreatif Menulis Teks Cerpen ................................................... 712.5.5 Pembelajaran Menulis Teks Cerpen di SMP Dalam Kurikulum 2013

Revisi 2017 ..... .................................................................................... 752.6 Model Project Based Learning ...................................................................... 75

2.6.1 Pengertian Model Project Based Learning ........................................... 762.6.2 Hakikat Model Project Based Learning ............................................... 782.6.3 Karakteristik Model Project Based Learning ....................................... 792.6.4 Komponen Model Project Based Learning .......................................... 812.6.5 Prinsip-Prinsip Model Project Based Learning ..................................... 832.6.6 Langkah-Langkah Model Project Based Learning ................................. 832.6.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning ................. 86

2.7 Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan ModelProject Based Learning ................................................................................... 89

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................. 943.2 Model pengembangan .................................................................................. 943.3 Prosedur Pengembangan ............................................................................... 95

3.3.1 Hasil Studi Pendahuluan ..................................................................... 1003.3.2 Proses Pengembangan Produk ........................................................... 102

3.3.2.1 Uji Praktis atau Uji Teman Sejawat ......................................... 1023.3.2.2 Uji Ahli Pakar atau Uji Pakar .................................................. 1033.3.2.3 Uji Lapangan Dalam Kelompok Kecil ...................................... 1033.3.2.4 Uji Lapangan Dalam Kelompok Besar ..................................... 104

3.4 Uji Coba Produk ........................................................................................... 1043.4.1 Desain Uji Coba Produk ...................................................................... 1043.4.2 Subjek Uji Coba .................................................................................. 1063.4.3 Lokasi Penelitian ................................................................................. 107

3.5 Sumber Data, Instrumen, Subjek, dan Analisis Data .................................. 1073.5.1 Sumber Data ......................................................................................... 1073.5.2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 1073.5.3 Subjek Penelitian .................................................................................. 1153.5.4 Analisi Data .......................................................................................... 116

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 118

4.1.1 Hasil Penelitian Pendahuluan .............................................................. 1184.1.2 Deskripsi Data Gambaran Pembelajaran Menulis Teks Cerpen ......... 119

4.1.3 Penilaian Guru Terhadap Materi Cerpen pada Buku TeksPelajaran Bahasa Indonesia ................................................................. 122

4.1.4 Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Bahasa IndonesiaTentang Model Bahan Ajar yang Diharapkan .................................... 124

4.2 Pengembangan Bahan Ajar Buku Teks Menulis Teks Cerpen denganModel Project Based Learning untuk Siswa SMP/MTs .............................. 1284.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi .............................................. 1284.2.2 Perencanaan Pembuatan Bahan Ajar Buku Teks Menulis Teks Cerpen

dengan Model Project Based Learning ............................................... 1294.2.3 Evaluasi dan Revisi ............................................................................. 133

4.2.3.1 Hasil Uji Ahli .......................................................................... 1334.2.3.2 Hasil Uji Teman Sejawat/Praktisi ........................................... 1394.2.3.3 Uji Coba Produk ...................................................................... 143

4.3 Pembahasan .................................................................................................. 1544.3.1 Pengembangan Bahan Ajar Buku Teks dengan Model

Project Based Learning ....................................................................... 1544.3.2 Evaluasi Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks ..................................... 159

BAB V SIMPULAN DAN SARAN5.1 Simpulan ...................................................................................................... 1661.2 Saran ............................................................................................................. 167

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Angket untuk Siswa Terkait dengan Pengalaman Awal Siswa DalamMenulis Teks Cerpen dan Manfaat Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

2. Deskripsi Data Sikap Siswa Mengenai Pengalaman Awal Menulis Teks Cerpen3. Instrumen Angket Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia4. Deskripsi Data Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia5. Dokumentasi Penelitian Pendahuluan6. Surat Keterangan Penelitian7. Surat Balasan Izin Penelitian8. Surat Kesediaan Menjadi Validasi9. Validasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Materi10. Validasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahlia Media11. Validasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Guru Bahasa Indonesia12. Hasil Evaluasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Materi13. Hasil Evaluasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Media14. Hasil Evaluasi Kelayakan Bahan Ajar Oleh Ahli Guru Bahasa Indonesia15. RPP16. Kisi-Kisi Uji Coba Kelayakan Produk Bahan Ajar Buku Teks17. Angket Penilaian Siswa dalam Uji Lapangan Terbatas18. Tabel Perhitungan Kelayakan Uji Lapangan Terbatas19. Instrumen Angket Penilaian Siswa Terhadap Buku Teks Pembelajaran Menulis

Teks Cerpen dengan Model Project Based Learning20. Tabel Perhitungan Penilaian Siswa Terhadap Buku Teks Pembelajaran Menulis

Teks Cerpen dengan Model Project Based Learning21. Contoh Menulis Teks Cerpen Hasil Karya Siswa22. Bahan Ajar23. Buku Teks

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penilaian Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dalam Buku PelajaranBahasa Indonesia ............................................................................. 3

Tabel 2.1 Contoh Analisis KI-KD ..................................................................... 28Tabel 2.2 Struktur Bahan Ajar Cetak (Printed) ................................................ 31Tabel 2.3 Instrumen Evaluasi Bahan Ajar ......................................................... 36Tabel 2.4 Butir-Butir Dalam Definisi Buku Teks .............................................. 39Tabel 2.5 Indikator Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yang Digunakan

Dalam Buku Teks ............................................................................... 59Tabel 2.6 Tahap dan Kegiatan Dalam Proses Menulis ...................................... 62Tabel 2.7 Contoh Struktur Teks Cerpen ............................................................ 66Tabel 3.1 Angket Kompetensi Awal Siswa Menulis Cerpen dan Persepsi

Siswa Terhadap Materi Cerpen Pada Buku Teks PelajaranBahasa Indonesia …............................................................................ 108

Tabel 3.4 Angket Penilaian Guru terhadap Materi Cerpen pada Buku TeksPelajaran Bahasa Indonesia ................................................................ 110

Tabel 3.5 Instrumen Penilaian Bahan Ajar Buku Teks oleh Ahli dan Guru ...... 111Tabel 3.6 Intrumen Penilaian Siswa Terhadap Bahan Ajar Buku Teks ............. 115Tabel 3.7 Subjek Penelitian ................................................................................ 116Tabel 3.8 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ............................................. 117Tabel 4.1 Deskripsi Data Sikap Siswa Mengenai Pengalaman Awal Menulis

Teks Cerpen ....................................................................................... 119Tabel 4.2 Penilaian Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dalam Buku pelajaran

Bahasa Indonesia ................................................................................ 122Tabel 4.2 Angket Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia ......................... 124Tabel 4.3 Dokumen Isi Keseluruhan Bahan Ajar Buku Teks ............................ 132Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Pakar/Ahli Materi Terhadap Bahan Ajar Buku

Teks Menulis Cerpen dengan Model Project Based Learning ........... 134Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Pakar/Ahli Materi Terhadap Bahan Ajar Buku

Teks Menulis Cerpen dengan Model Project Based Learning ........... 136Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Teman Sejawat/Praktisi Terhadap Bahan Ajar

Buku Teks Menulis Cerpen dengan ModelProject Based Learning ....................................................................... 139

Tabel 4.7 Kategori Skala Likert Penilaian Kelayakan Pengembangan BahanAjar Buku Teks ................................................................................... 141

Tabel 4.8 Kisi-Kisi Uji Coba Kelayakan Produk Bahan Ajar Buku Teks ......... 144Tabel 4.9 Hasil Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks Kelas Kecil ............... 146

Tabel 4.10 Hasil Uji Penggunaan Buku Teks Kelas Besar di SMP Negeri 13Bandar Lampung .............................................................................. 148

Tabel 4.11 Hasil Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks Kelas Besar di SMPIT Baitul Jannah Bandar lampung .................................................... 150

Tabel 4.12 Hasil Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks Kelas Besar di SMPIT Global Madani Bandar lampung ................................................. 151

Tabel 4.13 Uji Penggunaan Bahan Ajar Buku Teks pada Kelas Besar ............. 153

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Bahan Ajar .............................................................................. 31Gambar 2.2 Siklus Karakteristik PjBL Sumber: Sani, 2014 .............................. 80Gambar 2.3 Bagan Siklus Komponen PjBL Sumber: Sani, 2014 ...................... 82Gambar 2.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek .... 84Gambar 3.1 Langkah-Langkah Dalam Model Penelitian dan Pengembangan

Borg and Gall .................................................................................. 98Gambar 3.2 Langkah-Langkah Model Pengembangan Borg And Gall .............. 104Gambar 4.1 Perubahan Penulisan dan Gambar Cover Bahan Ajar Buku Teks

Menulis Teks Cerpen ...................................................................... 138Gambar 4.2 Perubahan Sumber atau Referensi Foto, dan Ukuran Gambar atau

Foto Seharusnya Disesuaikan Jangan Terlalu Kecil ...................... 138

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan memberikan bekal

kepada siswa kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara efektif

dan efisien baik lisan maupun tulis. Keterampilan yang ditekankan dalam

pembelajaran bahasa adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Keterampilan-keterampilan tersebut memiliki ranah sendiri-sendiri,

namun satu sama lainnya saling berhubungan erat dalam pembelajaran bahasa

Indonesia. Keterampilan-keterampilan tersebut, di antaranya keterampilan

menulis merupakan keterampilan tersulit jika dibandingkan dengan jenis

keterampilan lainnya. Hal tersebut disebabkan tingkat kemahiran menulis di

dalamnya menuntut kemahiran keterampilan yang lain.

Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis. Keterampilan

menulis termasuk keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi

pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya (Iskandarwassid,

2011: 291). Hal ini pun senada dengan yang diungkapkan oleh Ishak (2014: 8)

yang mengatakan bahwa keterampilan menulis itu katanya sulit dilakukan.

Anggapan ini mengakibatkan siswa kurang berminat dalam mempelajari

keterampilan menulis. Padahal, kegiatan ini harus selalu dihadapi terutama oleh

kaum akademisi seperti menulis cerpen, menulis esai, menulis opini, dan lain-lain.

2

Bahkan Akhadiah (2003: 5) mengatakan, bahwa masalah yang sering dilontarkan

dalam pengajaran karang-mengarang adalah kurang mampunya mahasiswa atau

siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini terlihat dari

pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, sukar

mengungkapkan gagasan karena kesulitan memilih kata atau membuat kalimat,

bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis, serta

kesalahan ejaan pun sering dijumpai.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui angket,

diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa tidak dapat mengungkapkan dan

menemukan ide, gagasan, dan pikiranya yang akan ditulis. Siswa tidak tahu

bagaimana memulai dan menyusun ide-ide untuk menulis. Bahkan, 67% siswa

tidak tertarik menulis cerpen dikarenakan bahwa menulis itu sulit. Sebanyak 63%

siswa sulit untuk mencari ide dalam menulis cerpen. Sebanyak 83% siswa menulis

cerpen hanya karena tugas dari guru. Kondisi ini diperkuat oleh pernyataan guru

yang menyatakan bahwa pengajaran menulis belum terlaksana dengan baik di

sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang

variasi, tidak merangsang dan kurang pula dalam frekuensi (Tarigan, 1987: 186).

Hal ini pun dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam Aisyah, 2009: 314)

yang menyatakan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak

23,6% saja. Dalam kapasistasnya yang hanya 23,6% tersebut, ternyata

pembelajaran sastra lebih diterapkan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan

aspek afektif maupun keterampilan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

pembelajaran sastra khususnya pembelajaran menulis di sekolah masih

mengindikasikan permasalahan.

3

Hasil penelitian pendahuluan selanjutnya yang dilakukan di sekolah SMP Negeri

13 Bandar Lampung, yaitu terkait bahan ajar yang digunakan oleh guru di sekolah

tersebut masih berpusat pada penggunaan buku paket dan buku pegangan guru

saja sehingga referensi untuk materi yang akan diajarkan pada siswa masih

terbatas. Guru pun belum melakukan pengembangan bahan ajar yang dapat

digunakan untuk siswa secara mandiri. Berikut ini rangkuman penilaian bahan

ajar menulis teks cerpen oleh responden.

Tabel 1.1 Penilaian Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Dalam Buku PelajaranBahasa Indonesia

NO. DESKRIPSI PENILAIAN

A. Kelayakan isi

1. Pengembangan materi sesuaidengan KI dan KD pembelajaranmenulis teks cerpen

Sesuai dengan KI dan KD

2. Materi sesuai dengan kebutuhansiswa

Uraian materi kurang lengkap

3. Materi dalam buku pelajaransesuai dengan kebutuhan bahanajar

Kurang sesuai dengan kebutuhan

4. Pengembangan materi sesuaidengan substansi materi

Belum sesuai dengan substansi materi

5. Materi dalam buku pelajaranbermanfaat untuk menambahwawasan pengetahuan menulisteks cerpen

Menambah wawasan

6. Materi menulis teks cerpen sesuaidengan nilai-nilai moral dan sosial

Sesuai dengan nilai-nilai moral dansocial

B. Kebahasaan

7. Materi menulis teks cerpen dapatdipahami dengan mudah

Materi terlalu singkat, tidak adatuntunan menulis cerpen, sulitdipahami

8. Materi menulis teks cerpenmemuat informasi yang jelas

Informasi kurang jelas

9. Materi menulis teks cerpen ditulisdengan kaidah bahasa Indonesiayang baik dan benar

Sesuai dengan kaidah kebahasaan

4

10. Materi menulis teks cerpenmenggunakan bahasa Indonesiasecara efektif dan efisien

Bahasa Indonesia yang digunakanefektif dan efisien

C. Sajian

11. Tujuan pembelajaran menulis tekscerpen dituliskan dengan jelas

Tujuan pembelajaran tidak ditulisdengan jelas

12. Pengembangan materi menulisteks cerpen diurutkan dengan baik(dari konkret ke abstrak, darimudah ke sulit, dari umum kekhusus)

Tidak diuraikan dengan sistematis

13. Pengembangan materi menulisteks cerpen memberikan motivasibelajar secara eksplisit

Kurang memotivasi

14. Pengembangan materi menulisteks cerpen menimbulkaninteraktivitas (stimulus danrespon) pembelajarn yang baik

Kurang menimbulkan interaktivitas,tidak ada petunjuk/langkah kegiatanpembelajaran

15. Pengembangan materi menulisteks cerpen berisi informasi yanglengkap yang dibutuhkan untukmenulis teks cerpen

Tidak menjelaskan langkah-langkahmenulis teks cerpen, materi tidaklengkap

D. Kegrafisan

16. Jenis dan ukuran font (huruf) yangdigunakan memudahkan siswadalam membaca bahan ajar

Tulisan terbaca dengan jelas

17. Tata letak bahan ajar dalam bukupelajaran memudahkanpembacaan

Cukup mudah dibaca

18. Bahan ajar disertai ilustrasi,grafis, gambar, dan foto yangmenarik dan mendukung terhadappenguasaan kompetensi menulisteks cerpen

Tidak ada

19. Desain tampilan sampul danbahan ajar menarik minat bacasiswa

Kurang menarik, komposisi warnakurang bervariasi

Dari empat unsur penilaian, ada dua unsur yang mendapat catatan penting

kelayakan isi dan penyajian. Para responden menilai bahwa kelayakan isi materi

menulis teks cerpen dalam buku-buku yang dipakai masih kurang layak.

Pengembangan materi dalam buku pelajaran tersebut tidak lengkap. Secara

5

substansi, buku pelajaran belum menjelaskan materi secara lengkap yang

dibutukan siswa untuk menulis teks cerpen. Oleh karena itu, bahan ajar dalam

buku pelajaran yang digunakan belum mencukupi kebutuhan pembelajaran.

Pernyataan yang dikemukakan guru sebagai responden tersebut selaras dengan

hasil angket kompetensi menulis teks cerpen siswa. Hasil penelitian pada siswa

responden menunjukkan bahwa mereka belum menguasai kompetensi

pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk dapat menulis teks cerpen

dengan baik. Oleh karena itu, guru dan siswa membutuhkan bahan ajar yang dapat

membantu memaksimalkan kompetensi yang harus dicapai.

Perihal penyajian, guru responden menilai bahan ajar menulis cerpen belum

disajikan dengan sistematis dan tujuan pembelajaran tidak ditulis dengan jelas.

Responden pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen juga disertai langkah-

langkah atau tahapan pembelajaran dalam menulis teks cerpen. Siswa tidak

langsung ditugaskan untuk menulis teks cerpen secara utuh. Unsur kegrafisan

bahan ajar tidak disertai ilustrasi, grafis, gambar, dan foto yang menarik dan

mendukung terhadap penguasaan kompetensi menulis teks cerpen. Selain itu,

desain tampilan sampul dan bahan ajar kurang menarik minat baca siswa.

Mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bahan

ajar yang dapat membantu siswa dan guru untuk mencapai kompetensi menulis

cerpen. Buku teks merupakan bahan ajar buku pelajaran dalam bidang studi

tertentu yang merupakan buku standar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah

sebagai penunjang bidang studi tertentu. Tujuan pembelajaran menggunakan buku

teks sebagai sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remedial. Artinya, di

6

samping bahan tersedia juga alat evaluasi, bila diperlukan sudah tersedia pula

bahan pengajaran remedialnya secara lengkap dan utuh.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar buku teks lebih banyak

melibatkan peran siswa secara individual maupun kelompok dibandingkan dengan

guru. Guru sebagai fasilitator kegiatan belajar hanya membantu siswa memahami

tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi,

serta menyiapkan dokumen. Penggunaan buku teks didasarkan pada fakta bahwa

jika siswa diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai

suatu kompetensi secara tuntas.

Pembelajaran menulis di sekolah tidak terlepas dari peranan seorang guru. Guru

menempati posisi yang sangat strategis dalam menciptakan kondisi pembelajaran.

Mulai dari mengelola kelas, memilih bahan ajar, menerapkan strategi

pembelajaran, serta kreativitas dalam menentukan model dan media sangat

menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar, terutama pembelajaran

menulis.

Selain faktor-faktor tersebut, masalah juga disebabkan oleh faktor guru antara

lain guru bahasa Indonesia belum menerapkan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan aktivitas siswa, guru belum menyajikan materi menulis yang

menarik, inspiratif, dan kreatif. Guru masih menerapkan model pembelajaran

konvensional dengan mengunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kelas

masih didominasi oleh guru. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru

dan melaksanakan tugas jika guru memberikan tugas/latihan setelah penjelasan

dari guru selesai. Siswa bersikap pasif karena hanya menerima informasi dari

7

guru. Guru yang menjadi pusat pembelajaran. Siswa tidak diajarkan strategi

belajar yang dapat memahami belajar, berfikir, dan memotivasi diri sendiri.

Terkait dalam menulis teks cerpen, siswa tidak diajarkan mengenai pencarian ide

dalam menulis cerpen dan kemudian dikembangkan menjadi sebuah teks cerpen.

Siswa hanya menghafal konsep, bukan menerapkan konsep tersebut dalam

kehidupan sehari-hari. Padahal model dan metode yang dipilih guru dalam

pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya model pembelajaran

yang mampu mendorong kreativitas dan memunculkan potensi siswa. Dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang Sekolah

Menengah Pertama (SMP) agar efektif dan efisien, maka guru dituntut

menggunakan model yang tepat dalam kegiatan pembelajaranya. Salah satu model

yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek

keterampilan menulis cerpen, yaitu model pembelajaran berbasis proyek atau

project based learning. Pembelajaran guru yang kurang bervariasi sehingga

pembelajaran kurang menarik dan siswa menjadi kurang aktif dapat diatasi

dengan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning).

Buck Institute for Education sebagaimana dikutip oleh Sutirman (2013: 43)

mengemukakan, bahwa model pembelajaran berbasis proyek adalah suatu metode

pengajaran sistematis yang melibatkan para siswa dalam mempelajari

pengetahuan dan keterampilan melalui proses yang terstruktur, pengalaman yang

nyata, dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan produk. Penggunaan model

pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi, melatih proses

8

berfikir, dan menumbuhkan produktivitas siswa dalam menulis cerpen. Dengan

digunakannya model pembelajaran berbasis proyek, siswa tidak lagi hanya

menjadi pendengar seperti ketika digunakan metode ceramah, sebaliknya siswa

memiliki peran aktif pada proyek yang dijalankan. Pembelajaran yang menantang

akan menghilangkan rasa bosan yang dimiliki siswa, siswa akan terpacu untuk

menyelesaikan proyek sesuai waktu yang ditentukan.

Pembelajaran berbasis proyek lebih memusatkan pada masalah kehidupan yang

bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan

dan memfasilitasi siswa dalam merancang sebuah proyek, yaitu produk cerpen.

Hal ini akan menambah kreativitas ide siswa dalam merancangkan sebuah teks

cerpen yang kemudian akan mereka kerjakan dalam waktu yang sudah guru

sediakan sesuai dengan konsep yang diajarkan. Pada akhirnya, siswa akan

terampil dalam menulis teks cerpen dan ini akan menambah kreativitas siswa.

Penelitian sejenis ini juga pernah dilakukan oleh Dalu Pradhah Prasaja dengan

judul Pengembangan Bahan Ajar Modul Menulis Teks Cerpen Berdasarkan

Teknik Storyboard untuk Siswa SMA/MA Kelas XI. Hasil yang diperoleh dari

penelitian tersebut bahwa buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan

dalam pembelajaran bermanfaat untuk memudahkan guru memberikan materi

yang diajarkan. Buku teks pelajaran selain bisa digunakan untuk belajar

berkelompok, juga bisa digunakan untuk belajar secara mandiri. Selain itu, buku

teks pelajaran bahasa Indonesia juga bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam

hal menulis cerpen karena buku tersebut dilengkapi dengan karya sastra yang bisa

meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Penelitian terkait lainnya

9

berupa jurnal yang ditulis oleh Satoto Endar Nayono, Nuryadin ER berjudul

Pengembangan Model Project Based Learning Pada Mata Kuliah Computer

Aided Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi model project

based learning terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa

pada mata kuliah CAD melalui pemberian tugas perencanaan gambar bagunan

gedung sekolah dengan berpedoman pada kondisi nyata di lapangan. Tugas

disampaikan setiap kali melakukan tatap muka dan diperbaiki pada tatap muka

berikutnya berdasarkan umpan balik yang disampaikan dosen. Model project

based learning akan lebih mudah diimplementasikan apabila disertai dengan

model tutor teman sebaya dan model pembelajaran PAIKEM. Penelitian jurnal

selanjutnya ditulis oleh Arif Wijayati berjudul Pengembangan Bahan Ajar Teks

Cerpen Untuk Siswa Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama (Smp.) Hasil

penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar teks cerpen ini dikembangkan dengan

memperhatikan kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO. Bahan ajar disusun

dengan tujuan melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan

membantu siswa dalam mencapai penguasaan kompetensi dasar. Penelitian-

penelitian tersebut dipandang perlu untuk dijadikan acuan bagi peneliti dalam

melakukan penelitian.

Mengingat hasil penelitian pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen dengan

model project based learning ini masih memungkinkan dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang belum mampu terkendali, maka perlu kiranya dilakukan penelitian

lebih lanjut pada sampel yang lebih banyak dan luas. Oleh karena itu, fokus

penelitian ini mengembangkan bahan ajar, yaitu berupa buku teks menulis cerpen

berbasis dengan model project based learning untuk siswa kelas IX SMP/MTs.

10

Tujuan utama penggunaan model project based learning pada buku teks menulis

cerpen yang dikembangkan pada penelitian ini untuk memudahkan siswa dalam

merancang cerpen, membuat cerpen, memampilkan produk cerpen, dan

mengaktifkan siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan menulis

hingga menjadi sebuah cerpen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen dengan

model project based learning untuk siswa SMP?

2. Bagaimanakah kelayakan bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran

menulis teks cerpen dengan model project based learning untuk siswa SMP?

1.3 Tujuan Peneletian

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian pengembangan ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengembangkan dan membuat bahan ajar menulis teks cerpen dengan model

project based learning untuk siswa SMP.

2. Mengetahui kelayakan bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran

menulis teks cerpen dengan model project based learning untuk siswa SMP.

1.4 Spesifikasi Produk Pengembangan

Produk pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen berupa buku teks dengan

model project based learning dengan spesifikasi sebagai berikut.

11

1. Materi ajar yang dikembangkan berbentuk buku teks.

2. Buku teks ini berisi keterampilan menulis cerpen.

3. Penyusunan buku teks ini diintegrasikan dengan model project based learning.

4. Buku teks berisi bagian pendahuluan, bagian teks atau isi buku teks, dan bagian

pelengkap.

5. Buku teks ini dapat digunakan sebagai sumber belajar mandiri bagi siswa

dalam menulis teks cerpen.

1.5 Manfaat Produk Pengembangan

Manfaat yang diharapkan pada penelitian dan pengembangan bahan ajar menulis

teks cerpen dengan model project based learning ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi siswa

1. Buku teks ini dapat dijadikan sumber belajar mandiri siswa dalam menulis teks

cerpen.

2. Dapat mendorong dan meningkatkan minat siswa dalam menulis teks cerpen.

b. Bagi guru

1. Sebagai referensi tambahan yang dapat mempermudah guru dalam

menjelaskan dan memberikan penugasan kepada siswa untuk menulis teks

cerpen.

2. Membantu guru membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam menulis teks

cerpen.

12

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.6.1 Asumsi

Penelitian pengembangan buku teks pembelajaran menulis teks cerpen bagi siswa

SMP ini diasumsikan sebagai berikut.

1. Menjadi media belajar mandiri bagi siswa SMP/MTs dalam menulis teks

cerpen.

2. Meningkatkan minat dan motivasi siswa SMP/MTs dalam menulis teks cerpen.

3. Memudahkan siswa SMP/MTs dalam memahami langkah-langkah menulis

teks cerpen.

1.6.2 Keterbatasan Pengembangan

Adapun, batasan pengembangan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. terbatas pada materi SMP/MTs,

2. terbatas pada kompetensi dasar menulis cerpen, dan

3. buku teks pembelajaran hanya divalidasi oleh ahli materi, guru bahasa

Indonesia, serta siswa sebagai masukan.

1.7 Definisi Operasional

Istilah dalam penelitian ini diberikan definisi operasional sebaga berikut.

1. Pengembangan adalah menciptakan sesuatu yang baru atau mengembangkan

konsep yang telah ada menjadi lebih baik dengan inovasi.

2. Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan

buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud-maksud

dan tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana pengajaran yang serasi

13

dan mudah dipahami oleh pemakainya disekolah maupun diperguruan tinggi

sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.

3. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang

lain. Menulis juga berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide,

pendapat atau pikiran dan perasaan.

4. Cerpen atau cerita pendek adalah kisahan pendek (kurang lebih 10.00 kata)

yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu

tokoh dalam satu situasi.

5. Model project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian

untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek tertentu.

II. LANDASAN TEORI

2.1 Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau

instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan

ajar memiliki fungsi strategis bagi proses belajar mengajar. Bahan ajar dapat

membantu guru dan mahasiswa dalam proses kegiatan pembelajaran sehingga

guru tidak perlu terlalu banyak menyajikan materi. Bahan ajar juga dapat

menggantikan sebagian peran guru dan mendukung pembelajaran individual. Hal

ini akan memberi dampak positif bagi guru karena sebagian waktunya dapat

dicurahkan untuk membimbing belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa dapat

mengurangi ketergantungan siswa terhadap gurunya dan membiasakan untuk

belajar mandiri. Berikut penjelasan selengkapnya.

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis

maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang meungkinkan siswa

untuk belajar. Guru harus memiliki atau menggunakan bahan ajar yang sesuai

dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tututan pemecahan masalah belajar.

Berikut beberapa definisi bahan ajar menurut para ahli.

1. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan

materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang

15

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala

kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013:1).

2. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum,

yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan

rinciannya (Ruhimat, 2011:152).

3. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011: 171) mengungkapkan bahwa

bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap siswa melalui

pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

penyusunan bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat

bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya.

4. Wardhana (2010: 29) menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media

untuk mencapai keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta

disiswadik. Bahan ajar digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi

contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan ajar, dan buku

teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk

mempermudah siswa untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya.

Sesuai dengan penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Guruan

Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003, bahan ajar memiliki beberapa

karakteristik, yaitu self instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan

user friendly (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013 : 2).

16

1. Self instructional, yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu

membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan untuk

memenuhi karakter self instructional, maka di dalam bahan ajar harus terdapat

tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara.

Bahan ajar dapat memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan memberikan

materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih

spesifik.

2. Self contained, yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau

subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.

Jadi, sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu

buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar

tersebut.

3. Stand alone (berdiri sendiri), yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak

tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama

dengan bahan ajar lain, artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri

tanpa bergantung dengan bahan ajar lain.

4. Adaptive, yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi

terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Bahan ajar harus memuat materi-

materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait

perkembangan zaman atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi.

5. User friendly, yaitu setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakainya termasuk kemudahan pemakai

dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Jadi, bahan ajar

17

selayaknya hadir untuk memudahkan pembaca untuk mendapat informasi

dengan sejelas-jelasnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar yang mampu

membangun siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam

proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka

mendukung pemaparan materi pembelajaran.

2. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau

mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan

soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.

3. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks

tugas dan lingkungan siswa.

4. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan

dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.

2.1.2 Jenis-jenis Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki jenis-jenis sebagai berikut.

1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) antara lain

handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart,

foto atau gambar. Non cetak (non printed) antara lain model atau maket.

2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan compact

disc audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) antara lain video compact disk, dan

film.

18

4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) antara lain

CAI (Computer Assisterd Instruction), compact disk (CD) multimedia

pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning

materials).

Penelitian selanjutnya hanya akan dibahas mengenai bahan ajar cetak. Bahan ajar

cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun

secara baik, bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang

dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, (1994) sebagai berikut:

1. bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi sehingga memudahkan bagi

seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang sedang

dipelajari,

2. biaya untuk pengadaannya relatif sedikit,

3. bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah,

4. susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu,

5. bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja,

6. bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan

aktivitas, seperti menandai, mencatat, dan membuat sketsa,

7. bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar,

dan

8. pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

Jenis bahan ajar cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja peserta

didik (LKPD), brosur, leaflet, wallchart, dan foto atau gambar. Berikut

pemaparan secara lengkap.

19

a. Handout

Handout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada siswa ketika mengikuti

kegiatan pembelajaran. Handout juga dapat diartikan sebagai bahan tertulis yang

disiapkan untuk memperkaya pengetahuan siswa (Prastowo dalam Lestari, 2011:

79). Guru dapat membuat handout dari beberapa literatur yang memiliki relevansi

dengan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa. Handout dapat diperoleh

melalui download internet atau menyadur dari berbagai buku dan sumber lainnya.

b. Buku

Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan hasil

analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun dengan

menggunakan bahasa sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi

buku, dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam

mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.

Secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis (Prastowo dalam Lestari,

2011: 79) sebagai berikut.

1. Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber

untuk kajian ilmu tertentu biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.

2. Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja

misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.

3. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar

dalam melaksanakan proses pengajaran.

20

4. Buku bahan ajar atau buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses

pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan

diajarkan.

c. Modul

Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar

secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul harus

berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi

pelajaran, informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, dan evaluasi. Modul

diberikan agar siswa dapat belajar mandiri tanpa harus dibantu oleh guru.

d. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sarana untuk membantu

dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk

interaksi yang efektif antara siswa dengan guru dan dapat meningkatkan aktifitas

siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

e. Brosur

Pengertian brosur menurut Kamus Besar bahasa Indonesia edisi kedua yang

diterbitkan oleh percetakan Balai Pustaka pada Tahun 1996 adalah bahan

informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau

cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman, dan dilipat tanpa dijilid atau

selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang

perusahaan atau organisasi. Brosur juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar

atau sebagai sebuah metode pengajaran, selama sajian brosur diturunkan dari

kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Jika sebuah brosur dapat

digunakan sebagai bahan ajar dan dapat berhasil efektif mencapai satu standar

21

sebuah kompetensi dasar, brosur atau lembaran brosur hendaklah dibuat dan

didesain hanya untuk mencapai satu kompetensi dasar pengajaran saja.

f. leaflet

Leaflet ialah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dijahit

agar terlihat menarik leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi

dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat, dan mudah dipahami. Leaflet

sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring siswa untuk

menguasai satu atau lebih KD (Murni, 2010: 1).

g. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak yang biasanya berupa bagan siklus/proses atau

grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Jika wallchart terlihat lebih

menarik bagi siswa maupun guru, wallchart didesain dengan menggunakan tata

warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam

kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart

didesain sebagai bahan ajar. Oleh karena itu, wallchart harus memenuhi kriteria

sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi

pokok yang harus dikuasai oleh siswa, diajarkan untuk berapa lama, dan

bagaimana cara menggunakannya.

h. Foto atau Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.

Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik

agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat

melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.

22

Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan

bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca

atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari

mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar

yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan

ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan

tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Bahan Ajar

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2006) dalam

Mudlofir (2011: 130) menguraikan prinsip-prinsip bahan ajar, yakni prinsip

relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan

atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian kompetensi dasar.

2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai

siswa empat macam, bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi

empat macam.

3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai

dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Ciri-ciri bahan ajar yang baik adalah sebagai berikut:

1. menimbulkan minat baca,

2. ditulis dan dirancang untuk siswa,

3. menjelaskan tujuan instruksional,

4. disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel,

23

5. struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai,

6. memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih,

7. mengakomodasi kesulitan siswa,

8. memberikan rangkuman,

9. gaya penulisan komunikatif dan semi formal,

10. kepadatan berdasar kebutuhan siswa,

11. dikemas untuk proses instruksional,

12. mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa, dan

13. menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.

2.1.4 Unsur-unsur Bahan Ajar

Unsur-unsur bahan ajar, yaitu (1) petunjuk belajar, (2) kompetensi yang akan

dicapai, (3) informasi pendukung, (4) latihan-latihan, (5) petunjuk kerja, dan (6)

evaluasi (Prastowo, 20011: 28-30) periksa juga Mudlofir (2011: 140).

1) Petunjuk belajar

Komponen ini berisi tentang (a) bagaimana guru mengajarkan materi kepada

siswa, dan (b) bagaimana siswa mempelajari materi yang ada dalam bahan

ajar.

2) Kompetensi yang akan dicapai

Komponen ini berisi tentang kompetensi apa yang harus dicapai oleh siswa.

Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar

harus tercantum dalam bahan ajar.

24

3) Informasi pendukung

Informasi pendukung merupakan barbagai informasi tambahan yang

melengkapi bahan ajar sehingga siswa akan semakin mudah menguasai

pengetahuan dan keterampilan yang akan mereka peroleh.

4) Latihan-latihan

Komponen ini berupa tugas yang diberikan kepada siswa untuk melatih

kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar.

5) Petunjuk kerja

Petunjuk kerja merupakan sejumlah prosedual cara pelaksanaan aktivitas

yang harus dilakukan oleh siswa berkaitan dengan praktik dan lain

sebagainya.

6) Evaluasi

Komponen ini berisi evaluasi (pertanyaan untuk penilaian) untuk mengukur

penguasaan kompetensi siswa.

2.1.5 Pengembangan Bahan Ajar

Terdapat sejumlah alasan mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar

antara lain ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran,

dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus

memperhatikan tuntutan kurikulum. Artinya, bahan belajar yang akan kita

kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan

pendidikan, standard kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah.

Namun, bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan

diserahkan sepenuhnya kepada para guru sebagai tenaga profesional. Guru

dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri.

25

Bahan ajar dalam mendukung kurikulum bisa saja menempati posisi sebagai

bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang

memenuhi tuntutan kurikulum. Sementara itu, bahan ajar suplementer adalah

bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah, ataupun

memperdalam isi kurikulum.

Jika bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun sulit

diperoleh, membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak.

Dalam mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai

sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri ataupun

penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat.

Referensi dapat kita peroleh dari makalah-makalah, media masa, internet, dll. Jika

bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah, bukan berarti kita tidak

perlu mengembangkan bahan sendiri. Para siswa seringkali bahan yang terlalu

banyak membuat mereka bingung. Untuk itu, guru perlu membuat bahan ajar

untuk menjadi pedoman bagi siswa.

Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan

orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Beberapa jumlah alasan

ketidakcocokan misalnya lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Oleh karena

itu, bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik

sasaran. Lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran juga

mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah dikuasai,

minat, latar belakang keluarga, dll. Oleh karena itu, bahan ajar yang

26

dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai

sasaran.

Pengembangan bahan ajar selanjutnya harus dapat menjawab atau memecahkan

masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Materi pembelajaran yang terkadang

sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan

tersebut dapat saja terjadi karena materinya abstrak, rumit, asing, dsb. Jika

mengatasi kesulitan ini, perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Jika materi

pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, bahan ajar harus mampu

membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan

penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Materi yang rumit harus dapat

dijelaskan dengan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat berfikir siswa

sehingga menjadi lebih mudah dipahami.

2.1.6 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip

pembelajaran. Prinsip pembelajaran tersebut sebagai berikut:

1. mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk

memahami yang abstrak,

2. pengulangan akan memperkuat pemahaman,

3. umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa,

4. motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

belajar,

5. mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan

mencapai ketinggian tertentu, dan

27

6. mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus

mencapai tujuan.

2.1.7 Tujuan dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar disusun dengan tujuan sebagai beikut:

a. menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan

karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa,

b. membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping makalah-

makalah teks yang terkadang sulit diperoleh, dan

c. memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar

sendiri adalah sebagai berikut:

1. diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan

kebutuhan belajar siswa,

2. tidak lagi tergantung kepada makalah teks yang terkadang sulit untuk

diperoleh,

3. bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan

berbagai referensi,

4. menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan

ajar,

5. bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif

antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada

gurunya, dan

28

6. menambah angka kredit DUPAK (Daftar Ulasan pengusulan Angka Kredit)

jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Adapun, manfaat bagi peserta didik adalah sebagai berikut:

1. kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,

2. kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan

terhadap kehadiran guru, dan

3. mendapatkan kemudahan dalam mempelajari sikap kompetensi yang harus

dikuasainya.

2.2 Pedoman Penyusunan Bahan Ajar

2.2.1 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh

siswa diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis sumber belajar, dan penentuan

jenis serta judul bahan ajar. Analisis dimaksud dijelaskan sebagai berikut.

1. Analisis KI-KD

Analisis KI-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang

memerlukan bahan ajar. Hasil analisis ini selanjutnya akan dapat diketahui berapa

banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis

bahan ajar mana yang dipilih. Berikut ini diberikan contoh analisis KI-KD untuk

menentukan jenis bahan ajar.

Tabel 2.1 Contoh Analisis KI-KD

Mata Pembelajaran : Bahasa Indonesia

Kalas : IX

Semester : 1

29

Kompetensi Dasar : Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam

bentuk cerita pendek dengan memperhatikan

struktur dan kebahasaan.

KompetensiDasar Indikator

MateriPembelajaran

KegiatanPembelajaran

JenisBahanAjar

Mengungkapkan pengalamandan gagasandalam bentukcerita pendekdenganmemperhatikanstruktur dankebahasaan.

Menulis tekscerpen denganstruktur teksyang tepat Menulis tekscerpen denganbahasa yangtepat

Struktur tekscerpen Cirikebahasaan tekscerpen

Membacateks cerpenmodel Menentukanstruktur tekscerpen. Menganalisisunsurkebahasaanteks cerpen Menulis tekscerpen denganmemperhatikanstruktur dankebahasaan

Buku,LKPD

Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan ajar dapat

diturunkan dari pengalaman belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar

diuraikan akan semakin mudah guru menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis

dilakukan terhadap seluruh SK, akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang

harus disiapkan oleh guru.

1. Analisis Sumber Belajar

Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan ajar perlu

dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan

kemudahan dalam memanfaatkannya. Caranya adalah menginventarisasi

ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.

30

2. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar

Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

kriteria bahwa bahan ajar harus menarik dan dapat membantu siswa untuk

mencapai kompetensi. Oleh sebab itu, bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan

dan kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh siswa. Jenis dan bentuk bahan

ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis sumber bahan

sebelumnya.

2.2.2 Penyusunan Peta Bahan Ajar

Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan ajar

yang harus disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan

bahan ajar sangat diperlukan guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus

ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya seperti apa. Sekuensi bahan ajar ini

sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Peta juga dapat

digunakan untuk menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen (tergantung) atau

independen (berdiri sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada

kaitannya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain sehingga dalam

penulisannya harus saling memperhatikan satu sama lain apalagi kalau saling

mempersyaratkan. Sementara itu, bahan ajar independen adalah bahan ajar yang

berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan atau terikat

dengan bahan ajar yang lain. Contoh peta bahan ajar.

31

Gambar 2.1 Peta bahan Ajar

2.2.3 Struktur Bahan Ajar

Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara bahan

ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, untuk mengetahui perbedaan-

perbedaan dimaksud dapat dilihat pada matrik berikut ini.

Tabel 2.2 Struktur Bahan Ajar Cetak (Printed)

No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M

1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √

2. Petunjukbelajar

- √ √ - - - - -

3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **

4. Informasipendukung

√ √ √ √ √ ** ** **

5. Latihan - √ √ - - - - - -

6. Tugas/L.kerja - √ √ - - - ** **

7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** **

Memahamipengetahuan

(faktual,konseptual, dan

prosedural)berdasarkan rasa

ingin tahunyatentang iptek, seni,dan budaya terkait

fenomena dankejadian tampak

mata.

Mengungkapkanpengalaman dangagasan dalambentuk ceritapendek denganmemperhatikanstruktur dankebahasaan.

1.Membangun konteks

2.Pemodelan

3. Prakonstruksi

4.konstruksi

5. Pelatihan

(KD)(KI)

32

Keterangan:

Ht: handout,

Bu:Buku,

Ml:Modul,

LKS:Lembar Kegiatan Siswa,

Bro:Brosur,

Lf:Leaflet,

Wch:Wallchart,

F/Gb:Foto/ Gambar,

Mo/M: Model/Maket(Depdiknas, 2008:18)

2.2.4 Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul,

brosur atau leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Susunan bahan yang

perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan

KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh siswa, di samping itu menurut

Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut.

a. Susunan tampilan yang menyangkut urutan yang mudah, judul yang singkat,

terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.

b. Bahasa yang mudah menyangkut mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat,

jelasnya hubungan kalimat, dan kalimat yang tidak terlalu panjang.

c. Menguji pemahaman yang menyangkut menilai melalui orangnya, dan check

list untuk pemahaman.

33

d. Stimulan yang menyangkut enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca

untuk berfikir, dan menguji stimulan.

e. Kemudahan dibaca yang menyangkut keramahan terhadap mata (huruf yang

digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, dan

mudah dibaca.

f. Materi instruksional yang menyangkut pemilihan teks, bahan kajian, dan

lembar kerja (work sheet).

Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari

seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang

digunakan sebagai bahan ajar, buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang

tertuang dalam kurikulum sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar

bagi siswa yang mempelajarinya.

Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari

judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup, pembahasan dalam buku,

hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil

penelitian data, dan interpretasinya berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku

adalah sebagai berikut.

1. Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya.

2. Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan

disediakan bukunya.

3. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang

diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.

34

4. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk

menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.

5. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang

disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Siswa SMA upayakan

untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang maksimal 25 kata per

kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.

6. Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada

kekurangan segera dilakukan penambahan.

7. Memperbaiki tulisan.

8. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi, misalnya

buku, majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian.

2.2.5 Evaluasi dan Revisi

Setelah selesai menulis bahan ajar, yang perlu Anda lakukan adalah evaluasi

terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi

bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji

coba kepada siswa secara terbatas. Respondenpun bisa anda tentukan apakah

secara bertahap mulai dari one to one, group, ataupun class.

Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.

a. Komponen kelayakan isi

Komponen kelayakan isi mencakup sebagai berikut:

1. kesesuaian dengan KI, KD,

2. kesesuaian dengan perkembangan anak,

35

3. kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar,

4. kebenaran substansi materi pembelajaran,

5. manfaat untuk penambahan wawasan, dan

6. kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial.

b. Komponen Kebahasaan

Komponen kebahasan mencakup sebagai berikut:

1. keterbacaan,

2. kejelasan informasi,

3. kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan

4. pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat).

c. Komponen Penyajian

Komponen penyajian mencakup sebagai berikut:

1. kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai,

2. urutan sajian,

3. pemberian motivasi, daya tarik,

4. interaksi (pemberian stimulus dan respond), dan

5. kelengkapan informasi.

d. Komponen Kegrafikan

Komponen kegrafikan mencakup sebagai berikut:

1. penggunaan font; jenis dan ukuran,

2. lay out atau tata letak,

3. ilustrasi, gambar, foto, dan

4. desain tampilan.

36

Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format

instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Instrumen Evaluasi Bahan Ajar

Judul Bahan Ajar : ...........

Mata Pelajaran : ...........

Penulis : ...........

Evaluator : ...........

Tanggal : ...........

No Komponen 1 2 3 4 5

A. KELAYAKAN ISI

1 Kesesuaian dengan KI, KD

2 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa

3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahanajar

4 Kebenaran substansi materi

5 Manfaat untuk penambahan wawasanpengetahuan

6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas,sosial

B. KEBAHASAAN

7 Keterbacaan

8 Kejelasan informasi

9 Kesesuaian dengan kaidah bahasaIndonesia

10 Penggunaan bahasa secara efektif danefisien

C. SAJIAN

11 Kejelasan tujuan

37

Petunjuk pengisian

Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.

1 = sangat tidak baik/sesuai

2 = kurang sesuai

3 = cukup

4 = baik

5 = sangat baik/sesuai

(Depdiknas, 2008: 29)

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau

perbaikan terhadap bahan ajar yang Anda kembangkan. Bahan ajar selanjutnya

siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran.

2.3 Pengertian dan Definisi Buku Teks

Sejak dahulu, telah banyak ahli yang menaruh perhatian pada buku teks dan juga

mengemukakan pengertiannya. Berikut ini beberapa di antaranya ada yang

12 Urutan penyajian

13 Pemberian motivasi

14 Interaktivitas (stimulus dan respond)

15 Kelengkapan informasi

D. KEGRAFISAN

16 Penggunaan font (jenis dan ukuran)

17 Lay out, tata letak

18 Ilustrasi, grafis, gambar, foto

19 Desain tampilan

38

mengatakan bahwa “buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun buat

maksud-maksud dan tujuan-tujuan intruksional” (Hall Quest dalam Tarigan,

2009:12). Ahli yang lain menjelaskan bahwa “buku teks adalah buku standar/buku

setiap cabang khusus studi” dan dapat terdiri atas dua tipe, yaitu buku

pokok/utama dan suplemen/tambahan. (Lange dalam Tarigan, 2009:12).

Buku adalah buah pikiran yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap

kurikulum secara tertulis. Buku disusun menggunakan bahasa sederhana, menarik,

dan dilengkapi gambar serta daftar pustaka (Kurniasih, 2014: 60). Ahli yang lebih

terperinci lagi mengemukakan bahwa “buku teks adalah buku yang dirancang buat

penggunaan di kelas dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau

para ahli bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang

sesuai dan serasi”. (Bacon dalam Tarigan, 2009:12).

Ahli yang lain lagi mengutarakan bahwa “buku teks adalah sarana belajar yang

biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang

suatu program pengajaran”. (Buckingham dalam Tarigan, 2009:12). Berdasarkan

pendapat ahli yang tertera di atas, dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut

ini.

a. Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku teks mengenai

matematika, sejarah, bahasa, ekonomi, dan sebagainya.

b. Buku teks selalu merupakan buku yang standar. Pengertian standar di sini ialah

baku, menjadi acuan, berkualitas, dan biasanya ada tanda pengesahan dari badan

yang berwenang di Indonesia misalnya badan itu di bawah naungan Departemen

Pendidikan Nasional.

39

c. Buku teks ditulis untuk tujuan intruksional tertentu. Buku teks mengenai

keterampilan berbahasa dan menyimak ditulis untuk tujuan pengajaran menyimak

tertentu dan sebagainya.

d. Buku teks ditulis untuk jenjang pendidikan tertentu. Ada buku teks untuk

tingkat sekolah dasar. Ada buku teks untuk sekolah menengah pertama. Ada buku

teks untuk sekolah menengan atas. Ada buku teks untuk tingkat perguruan tinggi

dan sebagainya.

e. Buku teks selalu ditulis untuk menunjang sesuatu program pengajaran. Buku

teks yang buku teks yang menunjang pengajaran kesastraan. Ada yang menunjang

pengajaran tata bahasa. Adapula beberapa buku teks yang menunjang pengajaran

keterampilan bahasa dan sebagainya. (Tarigan, 2009:13).

Berdasarkan para ahli di atas serta kesimpulan-kesimpulannya, penulis

mengambil garis besar atau simpulan dari pengertian dan definisi buku teks. Buku

teks adalah sama dengan buku pelajaran. Secara lengkapnya dapat didefinisikan

sebagai berikut “buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang

merupakan buku standar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah sebagai

penunjang bidang studi tertentu.” Dalam memudahkan pemahaman terhadap

butir-butir dicakup dalam definisi buku teks, perhatikan tabel berikut ini.

Tabel 2.4 Butir-Butir Dalam Definisi Buku Teks

Isi

Pelajaran

Penulis

40

Pakar/Ahli

Relevansi

Bidnag Studi Tertentu

BUKU TEKS Kualitas

Standar

Tujuan (Umum)

Menunjang Pengajaran

Perlengkapan

Sarana Penunjang

Gradasi

SD,SMP,SMA,PT

Tujuan Khusus

Menunjang Pengajaran Bahasa, tsb.

2.3.1 Fungsi Buku Teks

Membaca atau mempelajari suatu buku misalnya buku teks dalam mata pelajaran

tertentu siswa ataupun pembaca dapat mengatur sendiri mengenai kecapatan

membacanya. Jika boleh dalam tempo cepat, sedang, atau juga lambat, kalau

memang daya tangkap tidak begitu kuat. Kesempatan untuk mengulang atau

meninjau kembali sesuatu buku cukup terbuka dan bebas. Waktu pembacaan

41

kembali dapat diatur sesuka hati baik dalam lamanya atau jam pembacaan, seperti

pagi, siang, atau malam jumlah pengulangan pun tidak terbatas dan dapat

disesuaikan dengan keinginan pembaca.

Buku teks memberi kesempatan kepada pembaca untuk menyegarkan ingatan.

Membaca kembali tentulah dapat memperkuat ingatan yang sudah ada, bahkan

pembacaan kembali itu dapat pula dipakai sebagai pemeriksaan daya ingat

seseorang terhadap hal yang pernah dipelajarinya melalui buku teks.

Sarana- sarana khusus yang ada dalam buku teks dapat menolong para pembaca

untuk memahami isi buku. Sarana seperti skema, diagram, matriks, dan gambar-

gambar ilustrasi berguna dalam mengantar pembaca ke arah pemahaman isi buku.

Buku teks memiliki peranan dalam mata pelajaran tertentu. Greene dan Petty

(Tarigan, 2009: 17) telah merumuskan beberpa peranan buku teks tersebut sebagai

berikut.

1. Mencerminkan suatu sudut pandangan yang tangguh dan modern mengenai

pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang

disjaikan.

2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject-matter yang kaya,

mudah dibaca, dan bervariasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para

siswa atau pembaca sebagai dasar program-program kegiatan yang disarankan

ketika keterampilan-keterampilanekspresional diperoleh di bawah kondisi-

kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya.

42

3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai

keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok

dalam komunikasi.

4. Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi

para siswa.

5. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga

sebagai penunjang bagi pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis.

6. Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.

Buku teks sebagai pengisi bahan haruslah menampilkan sumber bahan yang tepat

dan jelas. Susunannya teratur dan sistematis. Jenisnya bervariasi dan kaya akan

ilmu yang bermanfaat. Daya penariknya kuat karena sesuai dengan minat siswa

bahkan memenuhi kebutuhan siswa. Buku teks itu menantang, merangsang, serta

menunjang aktivitas dan kreativitas siswa. Bahan yang terkandung dalam buku

teks hendaknya tersusun dengan rapi. Bahan harus pula tersusun dalam gradasi

tertentu sesuai dengan hakikat mata pelajaran maka susunan itu sebenarnya dapat

beraneka ragam, misalnya umum-khusus, mudah-sukar, bagian-keseluruhan, dan

sebagainya.

Buku teks sebaiknya menyajikan bahan secara mendalam, sebab berguna bagi

penyelesaian tugas dan pelatihan yang dituntut dari siswa. Tugas dan pelatihan ini

pada gilirannya memperdalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa

terhadap isi buku teks. Buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi

dan pengajaran remedial artinya di samping bahan, tersedia juga alat evaluasi. Jika

43

diperlukan, sudah tersedia pula bahan pengajaran remedialnya secara lengkap dan

utuh.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka tergambarlah bahwa buku teks sangat

erat kaitannya dengan kurikulum yang berlaku pada masanya, selain dengan

kurikulum buku teks sangat erat kaitannya pula dengan GBPP (Garis-garis Besar

Program Pengajaran). Uraian di atas juga dapat disimpulkan bahwa fungsi dari

buku teks adalah sebagai berikut:

1. mencerminkan suatu sudut pandangan,

2. menyediakan suatu sumber yang teratur dan bertahap,

3. menyajikan pokok masalah yang kaya dan serasi,

4. menyediakan metode dan sarana pengajaran,

5. menyajikan fiksasi awal bagi tugas dan pelatihan, dan

6. menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial. (Tarigan, 2009:19).

2.3.2 Kualitas Buku Teks

Buku memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat modern. Buku

juga banyak hal yang dapat dipelajari bahkan dapat dikatakan hampir semua segi

kehidupan manusia direkam dalam buku. Dunia kini memang benar-benar dunia

buku.

Buku adalah kunci ke arah gudang ilmu pengetahuan, siapa yang ingin maju dan

pandai haruslah menggunakan manfaat buku. Seorang pelajar atau mahasiswa

salah satu buku yang sangat diperlukan ialah buku teks atau buku pelajaran. Buku

teks berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar-mengajar dalam mata pelajaran

tertentu. Semakin baik kualitas buku teks, semakin sempurna pengajaran mata

44

pelajaran yang ditunjangnya. Buku teks mengenai bahasa Indonesia bermutu

tinggi akan meningkatkan kualitas pengajaran dan hasil pengajaran bahasa

Indonesia dan seterusnya.

Greene dan Petty (Tarigan, 2009:20) telah menyusun cara penilaian buku teks

dengan sepuluh kriteria. Jika buku teks dapat memenuhi sepuluh persyaratan yang

diajukan, dapat dikatakan buku teks tersebut berkualitas. Butir-butir yang harus

dipenuhi oleh buku teks yang tergolong kategori berkualitas tinggi sebagai

berikut:

1. buku teks haruslah menarik minat anak-anak atau pembaca, yaitu para siswa

yang mempergunakannya,

2. buku teks haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang

memakianya,

3. buku teks haruslah mampu memuat ilustrasi yang menarik para siswa yang

memanfaatkannya,

4. buku teks seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga

sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya,

5. buku teks isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya,

lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana sehingga semuanya

merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu,

6. buku teks haruslah dapat menstimulasi dan merangsang aktivitas-aktivitas

pribadi para siswa yang mempergunakannya,

7. buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang

samar-samar dan tidak biasa agar tidak membingungkan para siswa yang

memakainya,

45

8. buku teks haruslah mempunyai sudut pandang atau point of view yang jelas dan

tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandang para pemakainya,

9. buku teks haruslah mampu memberi pemantapan dan penekananpada nilai-nilai

anak dan orang dewasa, dan

10. buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para

siswa pemakainya.

Jika ditelaah lebih mendalam lagi, kriteria yang dikemukakan oleh Greene dan

Petty di atas dapatlah diidentifikasi sepuluh butir yang dipakai sebagai titik tolak

dalam penentuan kualitas buku teks. Butir-butir itu meliputi minat siswa,

motivasi, ilustrasi, linguistik, terpadu, menggiatkan, aktivitas, kejelasan konsep,

titik pandang, pemantapan nilai dan menghargai perbedaan pribadi.

Buku berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik

haruslah relevan dan menunjang pelakasanaan kurikulum. Kriteria linguistik

mengacu kepada tujuan agar buku teks dipahami oleh siswa. Oleh karena itu,

buku teks harus memunyai bahasa yang komunikatif bagi pembacanya. Tarigan

(2009:21) menyatakan bahwa terdapat beberapa pedoman penilaian buku teks

sebagai berikut.

1. Sudut pandang

Buku teks harus mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang

menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan.

46

2. Kejelasan konsep

Konsep-konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas dan tegas.

Buku teks tidak boleh ada kata-kata ambigu agar siswa atau pembacanya dapat

mudah memahami dan mengerti materi yang tertulis dalam buku teks tersebut.

3. Relevan dengan kurikulum

Buku teks digunakan di sekolah-sekolah yang memiliki kurikulum. Oleh karena

itu, penulis buku teks harus melihat kurikulum yang berlaku.

4. Menarik minat

Buku teks yang diterbitkan oleh penulis selain harus sesuai dengan kurikulum,

buku teks juga harus menarik minat bagi para siswa atau pembacanya. Semakin

menarik buku teks dikemas akan semakin tinggi daya tarik siswa untuk

membacanya.

5. Menumbuhkan motivasi

Buku teks yang baik adalah buku teks yang dapat membuat siswa ingin, mau, dan

senang mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku tersebutt. Buku teks

tersebut dapat menggiring siswa ke arah penumbuhan motivasi instrinsik.

6. Menstimulus aktivitas siswa

Buku teks yang baik adalah buku teks yang merangsang, menantang, dan

menggiatkan aktivitas siswaa. Tujuan dan bahan merupakan faktor metode sangat

menentukan dalam hal ini.

7. Ilustratif

Buku teks harus disertai dengan ilustrasi yang memadai dan cocok bagi materi

yang disampaikan dalam buku teks tersebut.

47

8. Buku teks harus dimengerti bagi pembacanya, yaitu siswa

Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang

berperan di sini adalah bahasa. Bahasa buku teks haruslah sesuai dengan bahasa

siswa, serta kalimat-kalimatnya efektif terhindar dari makna ganda, sederhana,

sopan, dan menarik.

9. Menunjang mata pelajaran lain

Buku teks mengenai bahasa Indonesia misalnya di samping menunjang mata

pelajaran bahasa Indonesia, dapat juga menunjang mata pelajaran lain. Melalui

pengajaran bahasa Indonesia, pengetahuan siswa dapat bertambah dengan soal-

soal sejarah, ekonomi, matematika, dan sebagainya.

10. Menghargai perbedaan individu

Buku teks yang baik tidak membesar-besarkan perbedaan individu tertentu.

Perbedaan dalam kemampuan, bakat, minat, ekonomi, dan sosial budaya setiap

individu tidak dipermasalahkan tetapi diterima sebagaimana adanya.

11. Memantapkan nilai-nilai

Buku teks yang baik berusaha untuk memantapkan nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat. Uraian-uraian yang menjurus kepada penggoyahan nilai-nilai yang

berlaku harus dihindarkan.

2.3.3 Jenis-Jenis Buku Teks

Menurut Tarigan (2009:29) ada empat dasar atau patokan yang digunakan dalam

pengklasifikasian buku teks. Patokan-patokan itu adalah sebagai berikut:

a. berdasarkan mata pelajaran atau bidang studi (terdapat di SD, SMP, dan SMA),

b. berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan (terdapat di perguruan

tinggi),

48

c. berdasarkan penulisan buku teks (mungkin di setiap jenjang pendidikan), dan

d. berdasarkan jumlah penulis buku teks.

Penulisan buku teks dari segi cara dikenal dengan tiga jenis buku teks adalah

sebagai berikut:

a. buku teks tunggal ialah buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja,

b. buku teks berjilid ialah buku pelajaran untuk satu kelas tertentu atau untuk satu

jenjang sekolah tertentu,

c. buku teks berseri ialah buku pelajaran berjilid mencakup bebrapa jenjang

sekolah, misalnya dari SD-SMP-SMA. (Tarigan, 2009:32), dan

d. berdasarkan jumlah penulis buku teks.

2.3.4 Kelayakan Isi Buku Teks

Kelayakan isi menyangkut materi apa yang disajikan dalam buku teks. Ada

beberapa hal penting yang harus dipenuhi agar buku teks dapat dikatakan

memiliki isi yang layak untuk dipakai. Kelayakan isi terlihat dari kesesuaian

uraian materi dengan kurikulum (kompetensi dasar), keakuratan materi, dan

materi pendukung.

2.3.4.1 Kesesuaian dengan Kurikulum (Kompetensi Dasar)

Materi yang termuat dalam buku teks harus jelas dan sesuai dengan kurikulum.

Kurikulum di dalamnya terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah

ditetapkan oleh BSNP. Keseuaian materi meliputi kelengkapan materi dan

kedalaman materi yang disajikan.

49

1. Kelengkapan materi dalam buku teks bahasa Indonesia setidaknya kelengkapan

materi mencakup beberapa hal, yaitu wacana, pemahaman wacana, fakta

kebahasaan/kesastraan, dan aplikasi.

a. Wacana

Wacana dapat berupa percakapan dan karangan atau laporan utuh misalnya puisi,

novel, buku, artikel, pidato, khotbah, atau cerpen merupakan materi utama yang

ada di dalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia. Wacana biasanya mengawali

uraian materi setiap bab. Berdasarkan pada wacana tersebut uraian materi,

pemahaman wacana, fakta kebahasaan/kesastraan, dan implikasi bahasa dibahas.

Wacana yang disajikan mencakup ruang lingkup yang ada dalam kurikulum.

b. Pemahaman Wacana

Pemahaman wacana merupakan tahapan lanjut setelah membaca dan menyimak

wacana. Pemahaman wacana berisi perintah, tugas, atau pelatihan yang

mengarahkan siswa untuk memahami isi atau pesan wacana.

c. Fakta Kebahasaan/Kesastraan

Uraian materi berisi fakta kebahasaan, yaitu kalimat, kosakata, istilah, ungkapan,

peribahasa, atau kesastraan sesuai dengan tuntutan yang di dalam kurikulum.

d. Implikasi Wacana

Implikasi wacana merupakan unsur di luar wacana bisa berupa analogi,

perbandingan, dan kesejajaran wacana yang mampu memperkuat penyampaian

materi sesuai dengan tuntutan kurikulum. Implikasi wacana berisi konsep dasar

keluasan materi melalui pelatihan, tugas, kegiatan mandiri sehingga dalam

kehidupan sehari-hari siswa mampu menggali dan memanfaatkan informasi,

menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan dalam kerja ilmiah.

50

2. Keluasan Materi

a. Penyajian konsep, definisi, prinsip, prosedur, contoh-contoh, dan pelatihan

tercapainya KI dan KD.

b. Materi (termasuk contoh dan latihan) dalam buku teks menjabarkan substansi

minimal (fakta, konsep, prinsip, dan teori) yang terkandung dalam KI yang

terdapat dalam buku teks sesuai dengan kebutuhan materi pokok yang

mendukung dan KD.

3. Kedalaman Materi

Kedalaman materi sebuah buku teks juga harus diperhatikan, harus jelas

pembagian kedalaman materi pada tiap tingkatan kelas. Hal yang diperhatikan

dalam poin kedalaman materi, yaitu kesesuaian, kuantitas, dan kualitas.

a. Kesesuaian Wacana

Wujud uraian atau wacana yang ada di dalam buku teks harus sesuai dengan

materi yang akan disampaikan atau yang akan dituju dalam suatu pembelajaran.

Wacana tersebut tetap mengacu kepada tuntutan kebutuhan yang ada di dalam

kurikulum yang berlaku.

b. Kuantitas Wacana

Jika mencapai kedalaman materi, kuantitas wacana ditentukan oleh

pengembangan atau penambahan jenis wacana lain yang dapat berfungsi sebagai

pembanding, penjelas, analogi, atau kebutuhan lain yang sejalan dengan tuntutan

materi. Oleh karena itu, materi yang disajikan memuat sumber-sumber tambahan

itu mencerminkan kontinuitas dengan kedalaman pengembangan materi. Materi

yang ditampilkan menjadi lebih menarik dan inovatif serta memotivasi siswa

senang belajar.

51

c. Kualitas Wacana

Mencerminkan kedalaman materi yang ditentukan oleh keaktualan, kemutakhiran,

kefaktualan, dan kevariasian topik. Kualitas wacana mencerminkan kedalaman isi

atau pesan dengan spiralitas pengembangan materi pelajaran bahasa.

2.3.4.2 Keakuratan Materi Indikator

Keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut.

1. Akurasi Konsep dan Definisi

a. Materi dalam buku teks harus disajikan secara akurat untuk menghindari

miskonsepsi yang dilakukan siswa.

b. Konsep dan definisi harus dirumuskan dengan tepat untuk mendukung

tercapainya KI dan KD.

2. Akurasi Prinsip

Ada beberapa prinsip dasar yang harus terpenuhi dalam sebuah buku teks. Prinsip

dasar tersebut sebagai berikut.

a. Prinsip Kebersamaan

Prinsip kebersamaan adalah prinsip yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa

bertumpu pada pemenuhan dorongan bagi siswa untuk mengungkapkan ide,

pikiran, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain baik secara lisan

maupun tertulis.

b. Prinsip Keontetikan

Prinsip keontetikan bahan dan materi pelatihan berbahasa dipilih teks atau wacana

tulis maupun lisan yang banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kemahiran fungsi berbahasanya, menekankan fungsi

komunikatif bahasa, dan memenuhi kebutuhan fungsi berbahasa siswa. Bahan

52

berisi petunjuk atau pelatihan (tugas) yang memanfaatkan media cetak atau

elektronik seoptimal mungkin.

c. Prinsip Keterpaduan

Materi Penataan Bahasa dan Sastra dilakukan dengan memperhatikan hal-hal

berikut:

1. mempertaruhkan keutuhan makna, dan

2. menuntut siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya secara bertahap.

d. Prinsip Keberfungsian

Prinsip keberfungsian ada pada pemulihan metode dan teknik pembelajaran. Hal-

hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1. memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian dalam

peristiwa berbahasa yang seluas-luasnya,

2. memberikan informsi, praktik, dan pengalaman-pengalaman berbahasa yang

sesuai dengan kebutuhan bahasa siswa, dan

3. mengarahkan siswa kepada penggunaan bahasa, bukan penguasaan

pengetahuan bahasa.

e. Prinsip Perfomansi

Komunikatif prinsip perfomansi komunikatif dapat berupa kegiatan berbahasa,

mengamati, berlatih, atau bahkan merenung. Aspek yang perlu diperhatikan

dengan pemikiran pengalaman belajar ialah mendukung terbentuknya perfomansi

komunikatif siswa yang handal sesuai dengan bahan pembelajaran bermakna bagi

pengembangan potensi dan kemahiran bahasa siswa.

53

f. Prinsip Kebertautan

Pembelajaran kontekstual menuntut penggunaan media dan sumber belajar yang

berupa pengalaman produktif lisan maupun tulisan berupa fakta berbahasa atau

peristiwa aktual. Bahan tersebut dapat dicari oleh siswa atau guru sesuai dengan

kebutuhan berbahasa.

g. Prinsip Penilaian

Pembelajaran komunikatif menuntut penggunaan penilaian yang dapat mengukur

secara langsung kemahiran berbahasa siswa secara menyeluruh dan terpadu.

Penilaiannya dapat mendorong siswa agar aktif berbahasa secara lisan maupun

tulisan.

Adapun, instrumen akurasi prinsip adalah sebagai berikut.

a. Prinsip yang merupakan salah satu aspek yang digunaan untuk menyusun suatu

teori.

b. Prinsip-prinsip yang tersaji dalam buku teks perlu dirumuskan secara akurat

agar tidak menimbulkan multi tafsir bagi siswa.

3. Akurasi Prosedur

1. Prosedur merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai

suatu sasaran tertentu.

2. Prosedur harus dirumuskan secara akurat hingga siswa tidak melakukan

kekeliruan secara sistematis.

4. Akurasi contoh, Fakta, dan Ilustrasi

Konsep, prinsip, prosedur, atau rumus harus diperjelas oleh contoh, fakta, dan

ilustrasi yang disajikan secara akurat. Oleh karena itu, siswa tidak hanya

memahami suatu pengetahuan secara verbalitas.

54

5. Akurasi Sosial

Penguasaan siswa atas konsep, prinsip, prosedur, atau algoritma harus dibangun

oleh soal-soal yang disajikan secara akurat.

2.3.4.3 Materi Pendukung Pembelajaran

Indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada hal-hal berikut.

1. Kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Materi (termasuk

contoh, latihan, dan daftar pustaka) yang terdapat dalam buku teks harus sesuai

dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

2. Keterkinian fitur, contoh, dan rujukan. Fitur (termasuk uraian, contoh, dan

latihan) mencerminkan peristiwa atau kondisi terkini. Keterkinian ini terlihat

pada sumber atau rujukan yang digunakan. Pada umumnya rujukan yang layak

digunakan dalam buku teks maksimal menggunakan rujukan lima tahun

terakhir.

3. Penalaran

a. Penalaran ini berperan pada saat siswa harus membuat kesimpulan. Oleh

karena itu, materi dalam buku teks perlu memuat uraian, contoh, tugas,

pertanyaan, atau soal latihan yang mendorong siswa untuk secara runtut

membuat kesimpulan yang sahih.

b. Materi dapat pula memuat soal-soal terbuka, yaitu soal-soal yang menuntut

siswa untuk memberikan jawaban atau strategi penyelesaian yang bervariasi.

4. Pemecahan masalah

Sajian materi dalam buku teks perlu memuat beragam strategi dan latihan

pemecahan masalah untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Pemecahan masalah

55

meliputi memahami masalah, merancang model, memeriksa hasil, (mencari solusi

yang layak), dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

5. Keterkaitan antarkonsep

Keterkaitan antarkonsep dalam buku teks dapat dimunculkan dalam uraian atau

contoh. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam membangun jaringan

pengetahuan yang utuh. Keterkaitan antara pelajaran satu dan pelajaran atau

keterkaitan antara materi yang sedang dipelajari dan kehidupan sehari-hari perlu

juga ditunjukkan agar siswa menyadari manfaat materi tersebut dalam kehidupan.

6. Komunikasi

Materi dalam buku teks hendaknya memuat contoh atau latihan untuk

mengomunikasikan gagasan, baik secara tertulis maupun lisan untuk memperjelas

keadaan atau masalah yang sedang dipelajari atau dihadapi.

7. Penerapan

Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, contoh, atau soal-soal yang

menjelaskan penerapan suatu konsep dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

dimaksudkan agar siswa dapat menerapkan dalam kehidupan nyata setiap konsep

yang dipelajari.

8. Kemenarikan materi

Materi dalam buku teks hendaknya memuat uraian, strategi, gambar, foto, sketsa,

cerita sejarah, contoh, atau soal-soal menarik yang dapat menimbulkan minat

siswa untuk mengkaji lebih jauh. Jika siswa tertarik terhadap materi yang

dipelajari, ia akan terangsang untuk mempelajarinya lebih jauh.

56

9. Mendorong untuk mencari informasi lebih lanjut

Materi dalam buku teks hendaknya memuat tugas-tugas yang mendorong siswa

untuk memeroleh informasi lebih lanjut dari berbagai sumber lain seperti internet,

buku, artikel, dsb.

10. Materi pengayaan

Materi dalam buku teks sebaiknya menyajikan uraian, contoh, atau soal

pengayaan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan sehingga sajian

materinya lebih luas atau lebih dalam daripada materi yang dituntut KD.

Pengayaan ini diharapkan siswa mempunyai kompetensi yang lebih luas dan kaya.

2.3.5 Kelayakan Bahasa Buku Teks

Bahasa dapat diartikan sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu.

Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu konsep.

Umpamanya perkataan kuda melambangkan konsep “sejenis binatang berkaki

empat yang biasa dikendarai” dan lambang bahasa spidol melambangkan makna

“sejenis alat tulis bertinta”. Perkataan gunung atau burung merpati sebenarnya

merupakan lambang yang kita berikan untuk konsep atau objek tertentu (Kosasih,

2011:2).

Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan belajar. Bahasa memungkinkan kita

untuk berpikir secara abstrak. Kita dapat memikirkan sesuatu meskipun objek

yang kita pikirkan itu tidak berada di dekat kita. Simbol-simbol bahasa yang

abstrak, kita dapat memikirkan sesuatu secara terus-menerus dan kemudian

mewariskan pengalamannya itu kepada generasi-generasi berikutnya. Kita dapat

pula mengomunikasikan sesuatu yang kita pikirkan dan dapat pula belajar sesuatu

57

dari orang lain. Kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Kita

dapat menyampaikan segala hal yang berkecamuk dalam pikiran dan hati kita,

tidak hanya dengan ekspresi dan gerak-gerik tubuh tetapi dengan bahasa. Bahasa

merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan yang

lainnya. Bahasa yang dapat menyatakan segala macam perasaan dan maksud

tertentu. Bahasa juga dapat menyatakan perasaan dan maksud tertentu dapat

dimengerti oleh orang lain dengan mudah.

Dalam penulisan buku teks yang perlu diperhatikan adalah landasan keterbacaan

materi dan bahasa yang digunakan dalam buku teks tersebut. Landasan ini

diperlukan karena buku teks merupakan sarana komunikasi siswa dalam

pembelajaran. Sarana komunikasi sebagai materi dan redaksi sajian yang terdapat

dalam buku teks harus bisa dipahami oleh siswa. Dalam penulisan buku teks perlu

diperhatikan mengenai ejaan, pemilihan diksi, dan kalimat yang digunakan dalam

sebuah buku teks. Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi

satuan yang lebih besar berikut tanda bacanya (Mustakim, 1994: 128). Pendapat

lain mengatakan bahwa ejaan merupakan seperangkat aturan penulisan yang harus

diperhatikan (Fuad dkk, 2006: 25). Ejaan merupakan seperangkat aturan penulisan

sebaiknya tunduk pada aturan-aturan yang berlaku. Jika terjadi pelanggaran dalam

penulisan ejaan, akan berakibat tulisan tersebut tidak benar dan diragukan

keilmiahannya.

Pemilihan diksi atau kata juga sangat penting bagi penulis sebuah buku teks

bahasa Indonesia. Pelihan kata atau diksi adalah hasil dari proses atau tindakan

memilih kata. Pendapat lain mengatakan bahwa diksi atau pilihan kata dapat

58

mengungkapkan gagasan secara tepat (Mustakim, 1994: adalah kemampuan

membedakan secara tepat makna dari gagasan yang disampaikan (Keraf, 1989:

24). Sementara itu, Putrayasa (2010: 7) mengatakan bahwa diksi atau pilihan kata

berhubungan dengan penggunaan kata terutama pada soal kebenaran, kejelasan,

dan keefektifan. Para pendapat tersebut bersangkutan dengan makna. Makna kata

yang tidak dipahami atau salah memahaminya akan berakibat kesalahpahaman

pembaca terhadap isi keseluruhan kalimat. Makna terdapat dua jenis, yaitu

makana leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang

bersifat leksikon atau makna yang sesuai dengan referennya. Makna leksikal

disebut juga makna kamus (Chaer, 2009: 60). Makna gramatikal adalah makna

yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi,

reduplikasi, dan komposisi. Makna gramatikal juga dapat diartikan sebagai makna

kata yang timbul akibat peristiwa penggabungan morfem (Chaer, 2009: 62).

Penulisan buku teks harus menggunakan kalimat yang efektif dan sesuai dengan

jenjang pemahaman siswa. Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai

struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intinasinya menunjukkan bagian

ujaran tersebut sudah lengkap dengan makna (Finoza, 2002: 107). Sementara itu,

Putrayasa (2008: 20) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang

dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik turun.

Secara teknis, indikator yang mendukung aspek keterbacaan materi dan bahasa

yang digunakan dalam buku teks adalah komunikatif, dialogis, interaktif, lugas,

keruntutan alur pikir, koherensi, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang

59

benar, dan penggunaan istilah dan simbol atau lambang yang sesuai dengan

perkembangan siswa (Agustina, 2011:75).

Tabel 2.5 Indikator Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yangDigunakan Dalam Buku Teks

No. Indikator Deskriptor

1. Komunikatif Indikator komunikatif terlihat pada penataankalimatnya. Buku teks dikatakan komunikatifapabila penataan kalimat yang digunakan tidakbertele-tele sehingga dapat dengan mudahdipahami oleh pembacanya.

2. Dialogis daninteraktif

Dialogis dan interaktif terlihat pada dayapenulisannya. Buku teks dikatakan dialogis daninteraktif apabila gaya penulisannya menempatkanpenulis sebagai orang pertama dan siswa(pembaca) sebagai orang kedua. Dengandemikian, penggunaan sapaan kamu, kalian, Anda,dan struktur kalimat tanya , perintah, dan serucukup mewarnai dalam buku teks tersebut.

3. Lugas Lugas terlihat pada diksi atau pilihan katanya.Kata-kata yang digunakan dalam buku teks harusmemiliki makna yang jelas dan tidak ambigu.Dengan demikian, pilihan katanya harus sesuaidengan konteksnya sehingga hanya mempunyaisatu makna.

4. Keruntutan alurpiker

Keruntutan alur pikir terlihat pada kronologipenalaran. Konsep, teori, definisi, rumus, dankaidah yang terdapat dalam buku teks harusdisajikan dengan pola penalaran tertentu sehinggadapat diterima dengan akal sehat. Pola penalaranini bisa berupa pola penalaran induktif dan polapenalaran deduktif.

5. Koherensi Koherensi terlihat pada keterkaitan antarkonsep,kegiatan, dan informasi yang terdapat dalam sajianbuku. Penataan dan penyajian konsep satu dengankonsep lain, kegiatan satu dengan kegiatan yanglain, dan informasi yang satu dengan informasiyang lain harus ada kaitan yang jelas sehinggadapat berterima bagi siswa. Terkait dengankoherensi ini, penulis buku teks harus dapat

60

menjelaskan kepada siswa, alasan konsep tertentudisajikan terlebih dahulu sebelum konsep yanglain dan sebagainya.

6. Kesesuaian dengankaidah bahasaIndonesia yangbenar

Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yangbenar terlihat pada ketepatan penggunaan ejaan,tanda baca, istilah, dan struktur kalimat. Karenabuku teks menggunakan media tulis, ketepatanpenggunaan ejaan dan tanda baca mutlakdiperlukan. Kesalahan pada penggunaan ejaan dantanda baca akan mengakibatkan hal-hal dalammembacanya. Penggunaan istilah dan strukturkalimatnya pun harus sesuai dengan pedomanpenggunaan istilah bidang tertentu dan tatabahasabaku bahasa Indonesia.

7. Penggunaan istilahdan simbol ataulambang yangsesuai denganperkembanganpeserta didik

Penggunaan istilah dan simbol atau lambang yangsesuai dengan perkembangan peserta didik terlihatdari keberterimaan siswa terhadap istilah, simbol,atau lambang yang digunakan dalam buku teks.Dengan pertimbangan ini, ketika akanmenggunakan istilah dan simbol tertentu, penulisbuku teks harus dapat menyesuaikannya denganperkembangan kemampuan siswa.

2.4 Keterampilan Menulis

(Burhan Nurgiyantoro, 2010: 29) mengemukakan bahwa keterampilan menulis

adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis.

Tugas menulis yang diberikan secara umum ada dua macam, yaitu 1) menulis

sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan (2) menulis kreatif.

(Tarigan, 1985: 3-4) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, maka sang penulis

diharuskan terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.

61

Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus

melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Dalam kehidupan modern ini

jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan, kiranya tidaklah terlalu

berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri

dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.

Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang

grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang

mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut (Agus

Suriamiharja, dkk 1996: 1). Menulis atau mengarang adalah mengutarakan

sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dengan mengutarakan itu

dimaksudkan menyampaikan, memberitakan, menceritakan, melukiskan,

menerangkan, meyakinkan, menjelmakan, dan sebagainya.

Berdasarkan lingkup dan aspeknya, menulis memang dapat ditinjau dari berbagai

segi. Proses kegiatan yang ditempuh melibatkan sejumlah kegiatan yang beragam

antara lain pengolahan gagasan, penataan kalimat, pengembangan paragraf, dan

pengembangan karangan dalam jenis-jenis wacana tertentu. Menulis sebuah

karangan yang sederhana pun secara teknis kita dituntut memenuhi persyaratan

dasar, seperti kalau kita menulis karangan yang rumit. Kita harus memilih topik,

membatasinya, mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam kalimat dan

paragraf yang tersusun secara logis, dan sebagainya. Beberapa teori di atas dapat

diambil simpulan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan seseorang

dalam melahirkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain melalui

lambang-lambang grafis yang dimengerti oleh penulis itu sendiri maupun orang

62

lain yang memiliki kesamaan pengertian pula terhadap bahasa yang

dipergunakannya.

2.4.1 Proses Menulis

Proses menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap

prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan

kegiatan persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan menulis dilakukan termasuk

ke dalamnya adalah memilih topik, menentukan tujuan, memperhatikan pembaca

dan corak paragraf, mengumpulkan informasi pendukung, dan menyusun

kerangka paragraf (Kosasih, 2011: 10). Akhdiah, dkk (2012: 3) dalam proses

penulisan terdiri atas tiga tahap, yaitu 1) tahap prapenulisan, yang merupakan

tahap awal dalam menulis, 2) tahap penulisan, yang membahas setiap butir topik

yang ada dalam kerangka yang disusun, dan 3) tahap perevisian yang merupakan

tahap koreksi terhadap keseluruhan tulisan dari aspek struktur tulisan dan

kebahasaan. Perhatikan tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.6 Tahap dan Kegiatan Dalam Proses Menulis

No. Tahap Kegiatan

1. Prapenulisan Tahap persiapan yang merupakan langkah awal dandalam menulis yang mencakup kegiatanmenentukan dan membahas topik tulisan,merumuskan tujuan, menentukan materi penulisan,dan menyusun kerangka (rancang bangun)karangan.

2. Penulisan Pada tahap ini kita membahas setiap butir topikyang ada dalam kerangka yang disusun. Dalam halini, kita harus memilih kata-kata yang teapat untukmendukung gagasan. Kata-kata itu lalu disusunmenjadi kalimat efektif. Kalimat-kalimat itu harusdisusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhipersyaratan. Pada tahap ini, kita menentukan judul,subjudul, dan kutipan.

63

3. Perevisian Pada tahap ini mengoreksi keseluruhan tulisan dariaspek isi (kesesuaian isi dengan judul), organisasi(kesatuan dan kepaduan makna), kosakata,pengunaan bahasa (kalimat-kalimat efektif),dan mekanik (ejaan, tanda baca, dan susunanparagraf).

Sumber: Akhdiah, dkk (2012: 3)

2.5 Menulis Teks Cerita Pendek

Pembelajaran merupakan aktivitas yang melibatkan siswa dan guru untuk

mencapai tujuan tertentu. Aktivitas belajar menjadi penting karena melalui

kegiatan belajar guru dapat menanamkan nilai-nilai kepada siswa. Bahasa

Indonesia merupakan salah satu pelajaran penting yang dipelajari di sekolah.

Pembelajaran menulis cerita pendek merupakan salah satu materi yang terdapat

dalam silabus kurikulum 2013 edisi revisi khususnya kelas IX. Pembelajaran

cerita pendek tertera pada silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

kompetensi inti 4 (KI 4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah

abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut

pandang/teori dan kompetensi dasar (KD) 4.6 mengungkapkan pengalaman dan

gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan memperhatikan struktur dan

kebahasaan.

Pembelajaran menulis cerita pendek, tiga keterampilan yang menjadi konsentrasi

pencapaian pada Kurikulum 2013, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan

akan dapat dicapai. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

64

a. Kompetensi sikap

Menulis cerita pendek siswa diharapkan akan memiliki sikap tanggung jawab,

percaya diri, responsif, dan santun. Siswa diharapkan mampu untuk memiliki

sikap tanggung jawab atas kreatifitasnya dalam menulis cerpen. Siswa diharapkan

memiliiki sikap percaya diri dalam menulis cerita pendek, baik sesuai dengan

pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. Siswa diharapkan memiliki

sikap responsif dan santun dalam proses pembelajaran menulis cerita pendek.

b. Kompetensi pengetahuan

Secara tidak langsung kegiatan menulis cerita pendek akan meningkatkan

kompetensi pengetahuan pada siswa karena dalam proses pengerjaannya siswa

akan banyak mengolah data berupa wawasan dan pengetahuan umum serta

pengetahuan kebahasaan digunakan untuk menulis cerita pendek yang disusunya.

c. Kompetensi Keterampilan

Menulis cerita pendek akan meningkatkan keterampilan siswa terutama

keterampilan menulis. Keterampilan membaca juga akan turut meningkat karena

dengan menulis cerpen akan menuntut siswa untuk rajin membaca.

2.5.1 Pengertian Teks Cerita Pendek

Cerita pendek tergolong karya sastra yang berbentuk prosa. Cerita pendek adalah

sebuah materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru di setiap sekolah jenjang

menengah pertama dan atas. Kosasih (2012:34) menyatakan cerita pendek, yaitu

cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Cerita pendek merupakan

cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam, jumlah katanya

500-5000 kata. Suyanto (2013:46) mengartikan cerita pendek sebagai cerita

berbentuk prosa yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif atau habis

65

dibaca sekali duduk. Menulis cerita pendek sebagai salah satu aktivitas menulis

memiliki banyak tujuan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan afektif,

kognitif, dan psikomotorik siswa. Jika mempelajari materi menulis cerita pendek,

guru secara terintegrasi akan menuntut siswa agar berfikir kreatif untuk menulis,

menghargai lingkungan sekitarnya, sekaligus meningkatkan kemampuan

berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.5.2 Struktur Teks Cerpen

Zabadi (2014:189) mengemukakan bahwasannya cerpen memiliki tiga struktur.

Struktur teks cerpen meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Berikut

dijelaskan ketiga bagian tersebut.

1. Orientasi

Orientasi adalah bagian awal yang berisikan pengenalan toko-tokoh yang

mendukung cerita. Pada bagian ini juga disampaikan latar tempat dan waktu yang

melatarbelakangi cerita dan awalan masuk ke tahapan berikutnya, yaitu

komplikasi (sinopsis) merupakan bagian cerita yang menggambarkan keseluruhan

isi cerita. Keberadaan abstrak seperti itu dalam cerpen bersifat opsional, mungkin

ada dan mungkin bisa tidak muncul.

2. Komplikasi

Komplikasi merupakan bagian yang berisi urutan kejadian yang dihadapi tokoh

utama. Tokoh utama mengalami pertikaian dengan tokoh lain sampai

permasalahan tersebut mencapai klimaksnya. Bagian komplikasi menjadi inti

cerita dalam teks cerpen.

66

3. Resolusi

Resolusi merupakan bagian pemecahan masalah. Pada bagian ini masalah yang

dihadapi tokoh utama terselesaikan. Pengarang memberikan nilai-nilai atau

pelajaran yang dapat dipetik oleh pembacanya dari cerita yang dipaparkan. Oleh

karena itu, membaca ataupun menulis teks cerpen tidak hanya menjadi sarana

pengembangan kreatifitas bagi penulis atau hiburan bagi pembaca, tetapi juga

menjadi media dalam menginternalisasikan nilai-nilai kearifan yang lebih dikenal

dengan pendidikan karakter bangsa. Berikut ini contoh analisis cerpen

berdasarkan bagian-bagian tersebut.

Tabel 2.7 Contoh Struktur Teks Cerpen

No. Bagian Ciri-ciri Contoh Cerpen

1. Orientasi - Bagian ini berisipengenalan tokoh,latar tempat danwaktu, dan awalanmasuk ke tahapberikutnya.

Suatu pagi yang cerah,seorang anak bernama Andrewmemasuki sekolahnya, SMAN 22Bandar Lampung. Andrew adalahseorang anak yang memiliki mimpiuntuk menjadi seorang musisi yangterkenal. Tetapi tak seorang pun yangmempercayai mimpinya itu. Diaberjalan dengan sangat santai menujukelasnya, XI IPS 1. Namun,langkahnya mendadak terhenti saatdia melihat papan pengumuman,dimana ada pengumuman bahwa adalomba band antar kelas XI SMAN 2pada hari Sabtu, dan seluruh siswa-siswi kelas XI, wajib untuk mengikutilomba dengan membentuk band yangberanggotakan 5 orang, dan wajibmengumpulkan data tentang bandmereka paling lambat hari Jum’at...

2. Komplikasi- Pada bagian inidiuraikan masalahapa yang terjadi danmengapa masalah

“Lu mau gabung dengankami? sadar deh, kemampuan lubelum memenuhi syarat,” ejek salahseorang temannya.

67

tersebut terjadi.- Tokoh utama

berhadapan denganmasalah (problem)

“Tapi gw rasa gw punyakemampuan itu!” jawab Andrew.

Mendengar perkataan itu,semua teman-temannya menertawaidirinya. Meskipun begitu, dia takberputus asa, Andrew tetap mencarianggota untuk mengikuti kompetisiitu. Dia terus mencari hingga belmasuk pun berbunyi, tetapi Andrewmasih belum menemukan anggota.

Tak terasa waktu berlalu, jamistirahat pun tiba. Andrew duduk dibangku taman dan termenung.Michael, anak XI IPS 2 yang melihatAndrew sedang termenung, berniatmengusili Andrew. Jadilah Michaeldiam-diam berjalan ke arah belakangbangku dan, tiba-tiba…

“Doooooooorrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!!!! “teriak Michael .

“Sialan!! Ngagetin gue ajalo!!“ gerutu Andrew .

“Ya, sorry…. cumanbercanda, bro!! tapi lo kenapa? kokkayak nya lo gak semangat? “ tanyaMichael.

“gue bingung, karena guebelom nemu anggota band buat lombasabtu besok. Sementara limit nyakanhari Jum’at, empat hari lagi, eh loudah ada band belom? “ Andrewbertanya pada Michael.

“Kebetulan, bro!! gw jugabelom punya!! gimana kalo kitabentuk band? Gue kan jago gitar, lojago nyanyi, cocok!! Lo jadi vokalis,gue jadi gitaris, gimana….setujugak?? “tanya Michael.

“Ok, setuju!!“ seru Andrew.

68

“sip!! berarti tinggal cari tigaanggota lagi!! ayo, kita cari!!“ ajakMichael penuh semangat...

3. Resolusi - Pada bagian iniberakhirnya ceritadengan teratasinyamasalah yang terjadidalam cerita.

...Akhirnya band mereka punlengkap, lalu mereka berlimamendiskusikan nama untuk bandmereka. Sempat terjadi perdebatan,sampai tiba-tiba Andrewmengusulkan nama ProjectRevolution Band, yang bermaknabahwa band itu adalah proyek merekauntuk merevolusi dunia musik.Michael, Thomas, George, danRichard pun menyetujui usul Andrew. Jadilah, band Project Revolutionmendaftar dan akhirnya ProjectRevolution pun mengikuti lomba.Project Revolution tampil dengansempurna Hingga Akhirnya bandmereka pun berhasil menjuarai lombaband tersebut. Andrew merasa senangbahwa dia bisa membuktikan kepadateman sekelasnya akan kemampuanbermusiknya.

Setelah lomba berakhir,kelima anggota Project Revolutionberjanji untuk selalu kompak sampaikapanpun. Sesuai dengan janjimereka, kelima anggota band ProjectRevolution pun kompak menjagapersahabatan diantara mereka .

2.5.3 Unsur-unsur Teks Cerita Pendek

Cerita pendek memiliki unsur-unsur pendukungnya salah satunya, yaitu unsur

instrinsik. Unsur instrinsik ( unsur yang berada di dalam karya sastra ) dan usur

Ekstrinsik (Unsur yang berada di luar karya sastra). Unsur instrinsik terdiri atas

tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, gaya bahasa, sudut pandang pengarang,

dan amanat. Unsur unsur tersebut sebagai berikut.

69

a. Tema

Tema dalam sebuah karya sastra hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah

unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah

kemenyeluruhan. Eksistensi tema itu sendiri bergantung dari berbagai unsur yang

lain. Tarigan (2008:167) mengungkapkan bahwa tema adalah gagasan utama atau

pikiran pokok. Tema suatu karya imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemui

oleh setiap pembaca yang cermat sebagai akibat membaca karya tersebut. Tema

biasanya merupakan suatu komentar mengenai kehidupan atau orang-orang. Tema

haruslah dibedakan dari tesis yang merupakan gagasan logis yang mendasari

setiap esai yang baik. Tema juga dibedakan dari motif, subjek, atau topik. Tema

dipergunakan untuk member nama bagi suatu pernyataan atau pikiran mengenai

suatu subjek, motif, atau topik.

b. Alur

Unsur intrinsik cerita pendek yang kedua, yaitu alur. Alur adalah rangkaian

peristiwa yang saling berkaitan karena hubungan sebab akibat (Suyanto, 2012:

50). Menurut Tarigan (2008:156) unsur-unsur yang terdapat pada alur sebagai

berikut:

1. situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi),

2. generating circumtanse (peristiwa yang bersangkut-paut, yang berkaitan mulai

bergerak),

3. rising action (keadaan mulai memuncak),

4. climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks), dan

5. denouement (pengarang memberikan pemecahan sosial dari semua peristiwa).

70

c. Latar

Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Latar

mencakup tempat dalam waktu dan kondisi psikologis dari semua yang terlibat

dalam kegiatan itu. Latar penting dalam member sugesti akan ciri-ciri tokoh dan

dalam menciptakan suasana sesuatu karya sastra. Melalui latar yang digambarkan

dalam cerita pendek dapat diketahui bagaimana peristiwa tersebut terjadi,

(Abrams dalam Suyanto (2012:50) mengemukakan bahwa latar adalah tempat,

hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa

yang diceritakan. Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis

sebagai berikut.

1. Latar tempat, yaitu latar yang merupakan lokasi tempat terjadinya peristiwa

cerita misalnya rumah, kantor, gedung, dan lain-lain.

2. Latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa

cerita, apakah berupa penanggalan, penyebutan peristiwa sejarah,

penggambaran situasi pagi, siang, malam, dan lainlain,

3. Latar sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai atau

norma, dan sejenisnya yang ada di tempat peristiwa cerita.

d. Tokoh dan penokohan

Pada sebuah cerpen unsur tokoh tidak bisa disampingkan, sebab tanpa adanya

tokoh di dalam sebuah cerpen maka cerpen tersebut tidak bisa dikatakan sebuah

karya. Dalam sebuah tokoh harus ada sebagai pelaku utama dalam cerita dan

ditambah beberapa tokoh lain dalam memainkan cerita.

71

Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh tidak selalu berwujud manusia, tetapi

bergantung pada siapa atau apa yang diceritakannya itu dalam cerita. Watak atau

karakter adalah sifat dan sikap para tokoh tersebut, adapun penokohan atau

perwatakan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-

wataknya itu dalam cerita. Ada beberapa cara atau metode yang digunakan

pengarang dalam menampilkan tokoh dan wataknya dalam cerita termasuk

melalui gaya bahasa (Suyanto, 2012:46).

e. Gaya Bahasa (Style)

Suyanto (2012:51--53) dalam menyampaikan sebuah cerita, pengarang tentu

memiliki gaya bahasa (style) masing-masing. Gaya bahasa (style) adalah cara

mengungkapkan bahasa seorang pengarang untuk mencapai efek estetis dan

kekuatan daya ungkap.

2.5.4 Proses Kreatif Menulis Teks Cerpen

Berikut ini akan dijelaskan rangkaian proses kreatif dalam penulisan teks cerpen.

1. Pencarian Ide

Ide dalam menulis cerpen adalah masalah yang bersumber dari peristiwa ataupun

benda. Masalah sebagai sumber ide dalam menulis cerpen adalah ketertarikan kita

pada fenomena atau benda yang membangkitkan rasa ingin menulis cerpen. Hidup

ini rangkaian peristiwa dalam gerak ruang yang berpindah-pindah, dalam

peristiwa dan ruang itulah manusia selalu mendapatkan hal-hal yang menarik bagi

dirinya sendiri. Hal yang menarik itulah yang disebut sebagai permasalahan

sumber ide menulis cerpen misalnya apa yang sekarang anda lakukan? Mungkin

saja sedang jalan-jalan pagi atau duduk-duduk di halaman rumah, dalam keadaan

72

demikian coba tanyakan pada diri sendiri apa yang menarik. Jika Anda sudah

menyebutkannya dalam hati, itulah yang disebut sebagai sumber ide. Anda akan

menulisnya menjadi sebuah cerpen.

Langkah selanjutnya adalah buatlah persoalan dari benda atau peristiwa yang

sudah anda sebutkan dalam hati, caranya buatlah persoalan hidup yang sumbernya

dari benda atau peristiwa yang menarik, misalnya jika anda tertarik pada “bunga

melati”, disinilah imajinasi dan fantasi dibutuhkan untuk mengembangkan

persoalan kehidupan yang bersumber pada bunga melati. Ide ada di sekitar kita

baik dalam bentuk peristiwa maupun benda-benda, maka mencari ide hanya perlu

merenung dan memahami ruang dan peristiwa yang sedang anda hadapi. Oleh

karena itu, manusia hidup selalu dalam ruang dan peristiwa, maka setiap peristiwa

dan ruang yang sedang kita alami dan diami pasti ada ide yang bias

dikembangkan menjadi cerpen.

2. Pengendapan dan Pengolahan Ide

Jika ide dan persoalannya sudah didapat, selanjutnya adalah memikirkan jawaban

atas persoalan ini. Jawaban atas logika inilah yang akan dikembangkan menjadi

cerita. Proses pencarian dalam perenungan inilah yang disebut sebagai tahap

pengendapan atau pengolahan ide. Proses pengendapan ide itu bisa dilakukan

dengan dua teknik sebagai berikut.

a. Teknik tulis, yaitu menulis rangkaian peristiwa yang akan menjadi jawaban

atas ide dan permasalahannya.

b. Teknik renung, yaitu hanya merenungkan dan mengkontemplasikan

kemungkinan-kemungkinan rangkaian peristiwa dalam pikiran dan

73

perasaannya sebelum dituliskan. Teknik-teknik ini baik bergantung pada

kebiasaan dan kemahiran kita dalam menulis.

Tahap kontemplasi atau pengendapan ini hendaknya dilakukan bersamaan saat itu

juga, yaitu sesudah mendapatkan ide. Jangan ditunda karena pasti akan lupa dan

bisa saja benda atau peristiwa itu sudah tidak menarik lagi bagi kita. Hal ini

terjadi karena kemenarikan itu sangat ditentukan keadaan dan suasana hati. Jadi,

saat suasana hati menganggapnya menarik harus saat itu juga dirumuskan

permasalahannya dan diendapkan atau dikontemplasikan detil peristiwa dan

alurnya untuk menjadi cerita. Melihat fakta bahwa satu ide dapat dirumuskan

menjadi beberapa permasalahan dan setiap permasalahan dalam proses

pengendapannya mempunyai logika jawaban dan ceritanya sendiri-sendiri, maka

satu ide baik benda ataupun peristiwa bisa dijadikan beberapa cerpen.

3. Penulisan

Jika ide dan permasalahan sudah terpecahkan setelah melalui proses pengendapan

yang menghasilkan logika jawaban atau alur peristiwa, baik yang dituliskan

maupun yang disimpan dalam pikiran dan perasaan, selanjutnya adalah

menuliskannya pelan-pelan sampai selesai. Proses penulisan ini adalah tahap

paling sulit karena berbagai kendala selalu ada terutama bagi pemula adalah malas

dan susah memulainya. Cara mengatasi adalah paksa dan yakinkan diri untuk

menulis, jangan berfikir dengan pesimis tentang hasil yang tidak baik.

Prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam menuliskan ide dan pengendapan

adalah harus saat itu juga dan harus jadi. Jika ide yang sudah diolah sudah

matang, segeralah menulis hari itu juga. Kenapa bisa demikian? Karena setiap hari

74

dalam diri kita itu selalu ada perubahan-perubahan rasa yang dipengaruhi oleh

kondisi psikologi kita sendiri.

Jika ide dan pengendapannya sedang dituliskan, prinsip harus jadi dijunjung

tinggi tidak boleh tidak, sebab dalam menuliskannya baru setengah jalan Anda

tinggal pergi dan tidak diselesaikan, maka sama halnya menyia-nyiakan ide dan

endapannya. Menulis itu adalah intensitas dan ketelatenan setiap ide yang telah

diolah tulislah pelan-pelan sampai jadi dan jangan ditinggalkan begitu saja. Akan

tetapi, beristirahatlah sejenak jika mungkin anda buntu karena kecapean atau

idenya habis.

4. Editing dan Revisi

Cerpen yang anda tulis sudah selesai, maka bukan berarti cerpen itu sudah jadi

atau final, tetapi cerpen yang anda tulis baru merupakan hasil impresi ide-ide yang

diendapkan belum sebagai hasil logika rasionalitas karena saat kita menuliskan

ide-ide yang telah diendapkan, prinsip dasarnya adalah “segera tuliskan” dan

“harus jadi”. Jadi, tidak menutup kemungkinan disitu ada unsur ketergesaan dan

yang terpenting ide “muntah” dan jadi cerpen, untuk mengatasi persoalan ini mau

tidak mau Anda harus melakukan tahap selanjutnya, yaitu editing dan revisi.

Editing ini berkaitan dengan pembetulan aspek kebahasaan dan penulisan,

sedangkan revisi berkaitan dengan isi misalnya alur yang tidak kronologis,

anakronisme, kesalahan bercerita, konflik yang datar dan tidak dramatik, dan

sebagainya. Oleh karena itu, editing dan revisi harus dilakukan sebagai proses

akhir untuk menghasilkan cerpen yang baik.

75

2.5.5 Pembelajaran Menulis Cerpen di SMP Dalam Kurikulum 2013 Revisi

2016

Keterampilan menulis teks cerpen adalah salah satu kompetensi dasar

pembelajaran bahasa Indonesia kelas IX dalam kurikulum 2013 revisi 2016. Teks

cerpen masuk dalam kategori teks genre cerita atau narasi (teks lainnya, yaitu teks

cerita moral, teks fantasi, teks cerita biografi, dan teks cerita prosedur)

(Depdikbud, 2016: 102). Pada saat sebelum direvisi, standar isi mata pelajaran

kurikulum 2013 revisi dan rincian KI/KD tidak dirumuskan pada Permendikbud

yang sama. Standar isi setiap mata pelajaran diatur Permendikbud Nomor 21

Tahun 2016, sedangkan KI/KD Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016. Setiap KD

pengetahuan dipasangkan dengan KD keterampilan. Pada kurikulum 2016 revisi,

keterampilan menulis diajarkan di kelas IX. Pasangan KD pengetahuan dan KD

keterapilan menulis cerpen sebagai berikut.

3.6 Menelaah struktur dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau

didengar.

4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek

dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan.

2.6 Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang mengambarkan

prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu (Sutikno, 2014: 58). Menurut Tim Pengembang MKPD

Kurikulum dan Pembelajaran (2011: 198), model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap

muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materi-materi

76

pembelajaran termasuk buku, film-film, pita kaset, program media komputer, dan

kurikulum (serangkaian studi panjang). Model pembelajaran berbasis proyek

didefinisikan sebagai sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang

melibatkan siswa dalam merancang, membuat, dan memampilkan produk untuk

mengatasi permasalahan dunia nyata (Sani, 2014: 172). Priyatni menambahkan

bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran dengan menggunakan

tugas proyek sebagai metode pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, peneliti menyimpulkan model

pembelajaran berbasis proyek adalah kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu dan suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk

merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan

dalam membentuk materil-materil pembelajaran termasuk buku, film-film, pita

kaset, program media komputer, kurikulum (serangkaian studi panjang), dan

pembelajaran dengan menggunakan tugas proyek sebagai metode pembelajaran.

2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembalajaran tutorial,

dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

buku-buku, film, komputer, dan kurikulum (Joyce dalam Trianto, 2009: 22).

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan

77

pengajar dalam merencanakan proses belajar-mengajar (Soekamto dalam Trianto,

2009: 22). Hal ini berarti bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan

arah bagi guru untuk mengajar (Enggen dan Kaucahak dalam Trianto, 2009: 22).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran adalah perencanaan yang tersusun secara sistematis yang berfungsi

sebagai pedoman bagi para perancang dan pengajar untuk menentukan perangkat

pembelajaran dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Istilah model pembelajaran digunakan berdasarkan dua alasan penting. Alasan

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Istilah model memunyai makna lebih luas daripada strategi, metode, atau

prosedur. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki

oleh strategi, metode, atau prosedur pembelajaran sebagai berikut:

a. rasional teoretik yang logis yang disusun oeh para penciptanya,

b. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai),

c. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

dengan berhasil, dan

d. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

2. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting.

Model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran,

sintaksnya (pola urutan), dan sifat lingkungan belajarnya. Penggunaan model

pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan

pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain. Sintaks suatu

78

model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan langkah yang diikuti

oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan

dengan jelas kegiatan-kagiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa,

urutan kegiatan-kagiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan

oleh siswa.

2.6.2 Hakikat Model Project Based Learning

Helm & Katz (2001) menyatakan bahwa project based learning merupakan model

pembelajaran yang secara mendalam menggali nilai-nilai dari satu topik tertentu

yang sedang dipelajari. Helm & Katz memfokuskan pembelajaran pada pemberian

proyek penelitian pada siswa. Siswa kegiatan ini terfokus pada upaya mencari

jawaban atas pertanyaan yang diajukan guru. Model ini memberikan peluang

kepada siswa untuk membuat keputusan dalam memiliki topik, melakukan

penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek tertentu.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berpusat pada

proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, dan unit pembelajaran

bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah komponen baik itu

pengetahuan, disiplin ilmu, atau lapangan. Pada pembelajaran berbasis proyek

kegiatannya secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen. Berdasarkan

uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat kerja proyek adalah kolaboratif,

maka pengembangan keterampilan belajar berlangsung di antara siswa. Pada

pembelajaran berbasis proyek kekuatan individu dan cara belajar yang dipacu

dapat memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhanan.

79

2.6.3 Karakteristik Model Project Based Learning

Kemendikbud (2013) membagi pembelajaran berbasis proyek menjadi delapan

karakteristik sebagai berikut:

1. siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa,

3. siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau

tantangan yang diajukan,

4. siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola

informasi untuk memecahkan masalah,

5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,

6. siswa secara berkala merefleksi aktivitas yang sudah dijalankan,

7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan

8. situasi pembelajaran sangat toleren terhadap kesalahan dan perubahan.

Sani dalam bukunya (2014: 174) mengambarkan karakteristik PjBL yang akan

dimuat dalam diagram dibawah ini.

80

Gambar 2.2 Siklus Karakteristik PjBL Sumber: Sani, 2014

Pembelajaran dengan model project based learning (PjBL) dilakukan untuk

memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara

membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang

diharapakan dimiliki oleh siswa. Proyek yang dibuat sebaiknya terkait dengan

kebutuhan masyarakat. Model project based learning memungkinkan siswa untuk

melakukan aktivitas belajar saintifik berupa kegiatan 1) bertanya, 2) melakukan

kegiatan, 3) melakukan penyelidikan atau percobaan, 4) menalar, dan 5) menjalin

PjBL

BelajarBerpusat

Pada Siswa

ProyekBersifatRealistis

InvertigasiKonstruktifMenghasilkan

Produk

FokusPada

KonsepPenting

ProsesInkuiri

TerkaitPermasalahanNyata/ Autentik

81

hubungan dengan orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data.

Produk yang disampaikan dalam PjBL dapat berupa media elektronik, media

catak, teknologi tepat guna, karya tulis, dan sebagainya.

Penyampaian produk dapat dilakukan melalui media online, pameran, atau

kegiatan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik model project based learning adalah proses inkuiri, fokus pada

konsep penting, belajar berpusat pada siswa, proyek bersifat realistis, investigasi

konstruktif, dan menghasilkan produk. Model project based learning pada siswa

melakukan aktivitas belajar berupa kegiatan bertanya, melakukan kegiatan,

melakukan penyelidikan atau percobaan, menalar, dan menjalin hubungan dengan

orang lain untuk memperoleh informasi atau data. Produk yang disampakan dalam

PjBL dapat berupa media elektronik, media cetak, teknologi tepat guna, karya

tulis, dan sebagainya.

2.6.4 Komponen Model Project Based Learning

Sani dalam bukunya (2014: 176) menggambarkan komponen PjBL yang akan

dimuat dalam bagan di bawah ini.

82

Gambar 2.3 Bagan Siklus Komponen PjBL Sumber: Sani, 2014

Berdasarkan penjelasan bagan di atas, penulis menyimpulkan bahwa komponen

model project based learning adalah berbasis keterampilan (keterampilan dasar,

interpersonal, berpikir, dan sebagainya), melibatkan siswa belajar aktif

(menyelidiki, mengkreasi, dan sebagainya), berorentasi tugas dan produk (media,

PjBL

Berorientasi tugas danproduk

Media, TTG, KaryaTulis, dan sebagainya

Menggunakan PenilaianAutentik

Portofolio, Rubrik,Pengematan, dan

sebagainya

Berbasis Keterampilan

Keterampilan dasar,Interpersonal,Berfikir, danSebagainya

Melibatkan SiswaBelajar Aktif

Menyelidi,Mengkreasi,Berbagi, dansebagainya

83

karya tulis, TTG, dan sebagainya), dan mengunakan penilaian autentik

(portopolio, rubrik, pengamatan, dan sebagainya).

2.6.5 Prinsip-Prinsip Model Pject Based Learning

Priyatni dalam bukunya (2014: 123) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran

berbasis proyek sebagai berikut.

a. Pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan tugas-tugas pada

kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

b. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema

atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.

c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik dan menghasilkan

produk nyata yang telah dianalisis.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip model

project based learning adalah pembelajaran berpusat pada siswa yang melibatkan

tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran. Tugas

proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema yang telah

ditentukan dalam pembelajaran dan penyelidikan atau eksperimen dilakukan

secara autentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan

dikembangkan berdasarkan tema atau topik yang disusun dalam bentuk produk

(laporan atau karya tulis).

2.6.6 Langkah-Langkah Model Project Based Learning

Priyatni (2014: 123) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran berbasis

proyek digambarakan dalam bentuk diagram berikut.

84

Gambar 2.4 Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Adapun, penjelasan mengenai langkah-langkah pambelajaran dengan model

project based learning yang terdapat dalam gambar sebagai berikut.

1. Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question).

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat

memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik

yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi

mendalam dan topik yang diangkat relevan untuk para siswa.

2. Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project).

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Siswa

diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi

tentang aturan main pemilihan aktivitas yang dapat mendukung menjawab

pertanyaan esensial dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang

mungkin serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu

penyelesaian proyek.

85

3. Menyusun jadwal (Create a Schedule).

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat

timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian

proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)

membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan

dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan)

tentang pemilihan suatu cara.

4. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the

Progress of the Project).

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa

selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara

menfasilitasi siswa pada setiap proses, dengan kata lain pengajar berperan

menjadi mentor bagi aktivitas siswa agar mempermudah proses monitoring

dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Menguji hasil (Assess the Outcome.

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian

standar berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,

memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,

dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan

baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, siswa diminta untuk

86

mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.

Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja

selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan

baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap

pertama pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa langkah-langkah model project

based learning ada enam langkah, yaitu penentuan proyek, perancangan langkah

langkah penyelesaian proyek, penyusunan jadwal pelaksanaan proyek,

penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru, penyusunan laporan

dan presentasi/publikasi hasil proyek, dan evaluasi proses dan hasil proyek.

2.6.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning

Kriteria-kriteria di atas mendukung pengembangan kompetensi siswa banyak ahli

mengungkapkan keunggulan model ini. Keunggulan lainnya dikemukakan oleh

McDonell (2007), yakni bahwa model ini dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan

informasi, membuat rencana penelitian, berbagi pengalaman pada orang lain, serta

menampilkan semua disposisi intelektual dan sosial yang dimilikinya untuk

memecahkan dunia nyata.

Keunggulan-keunggulan di atas lalu dirinci oleh Kemendikbut (2013) sebagai

berikut:

1. meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong kemampuan siswa untuk

melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai,

2. meningkatkan kemampuan problem solving,

87

3. membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-proplem

yang kompleks,

4. meningkatkan kolaborasi,

5. mendorong siswa untuk mengembangkan komunikasi,

6. meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber belajar,

7. memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek,

8. menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan

berkembang sesuai dengan dunia nyata,

9. melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan penggetahuan yang

dimiliki kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata, dan

10. membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga siswa maupun

guru menikmati proses pembelajaran

Ada beberapa kelemahannya sebagai berikut:

1. membutuhkan banyak waktu untuk menyelesakan masalah dan menghasilkan

produk,

2. membutuhkan biaya yang cukup,

3. membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar,

4. membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai,

5. tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki

pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan, dan

6. kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan model project based learning

memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah meningkatkan motivasi

belajar siswa, mendorong kemampuan siswa untuk melakukan pekerjaan penting

88

dan mereka perlu untuk dihargai, meningkatkan kemampuan problem solving,

membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-proplem

yang kompleks, meningkatkan kolaborasi, mendorong siswa untuk

mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, meningkatkan

keterampilan siswa dalam mengelola sumber belajar, dan memberikan

pengalaman kepada siswa.

Dalam mengorganisasi proyek disediakan pengalaman belajar yang melibatkan

siswa secara kompleks dan merancang untuk berkembang sesuai dengan dunia

nyata, melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan

penggetahuan yang dimiliki kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

Suasana belajar dibuat menjadi menyenangkan sehingga siswa maupun guru

menikmati proses pembelajaran. Kelemahannya adalah membutuhkan banyak

waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk, membutuhkan

biaya yang cukup, membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar,

membutuhkan fasilitas, peralatan dan bahan yang memadai, tidak sesuai untuk

siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan

yang dibutuhkan, dan kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.

Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan

keterampilan, seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian,

pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan

sosial mereka sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah

disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan

kelompok orang termasuk orang dewasa. Pelajaran berbasis proyek juga

89

meningkatkan antusiasme untuk belajar. Pada saat anak-anak bersemangat dan

antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih

banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata

pelajaran lainnya. Antusias siswa cenderung untuk mempertahankan apa yang

mereka pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.

2.7 Pembelajaran Menulis Teks Cerpen dengan Model Project BasedLearning

Project based learning merupakan pengembangan dalam pembelajaran yang

dikembangkan dari teori John Dewey. Dalam perkembangannya project based

learning dijadikan sebuah model pembelajaran yang bermakna yang mengasah

kratifitas siswa dengan menunjukkan suatu produk untuk menghadapi sebuah

permasalahan yang otentik

(Mihradi, 2013:189).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, model project based learning adalah

model pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan

eksistensi dirinya dalam menghadapi sebuah masalah dengan melibatkan kerja

proyek. Sintaks model project based learning menurut (Kamdi, 9:2009) adalah

sebagai berikut.

a. Searching

Siswa dihadapkan pada masalah yang riil dan guru mendorong siswa untuk

mengidentifikasi masalah tersebut. Masalah yang diajukan adalah masalah yang

nyata dan siswa dianggap mampu untuk mengerjakannya dalam rentang waktu

tertentu. Pada proses ini, guru menjadi motivator eksternal bagi siswa dengan

90

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberi dorongan kepada siswa

untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu.

b. Solving

Siswa dibimbing menemukan alternatif dan merumuskan strategi pemecahan

masalah. Perlu digarisbawahi, bahwa permasalahan yang diberikan haruslah

permasalahan yang nyata dan dapat mendorong siswa mengonstruksi

pengetahuannya sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.

c. Designing

Guru membimbing siswa dalam melakukan perencanaan dan tahapan-tahapan

yang harus dilalui untuk membuat suatu produk. Guru juga memperhatikan

perkiraan waktu pembuatan proyek dan memastikan siswa dapat mengerjakan

proyek tersebut sesuai dengan kemampuannya.

d. Producting/creating

Setelah itu, siswa menyusun desain perencanaan proyek dan memperkirakan

waktu pembuatannya, siswa mengerjakan proyek tersebut sesuai dengan

rancangan yang telah direncanakan. Guru mengawasi, membimbing, dan

memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh siswa.

e. Evaluating

Siswa dibimbing melakukan evaluasi terhadap produknya sendiri. Memeriksa

apakah sudah sesuai dengan rancangan awal atau belum dan mencari kekurangan

dari produk tersebut.

f. Sharing

Siswa mempresentasikan karya yang telah dibuat kepada teman-temannya untuk

mendapatkan masukan agar dalam mengerjakan proyek menjadi lebih baik. Siswa

91

juga dapat bertukar pikiran mengenai proyek yang dikerjakan. Menurut Thomas

(dalam Wena, 2013: 144), pembelajaran project based learning merupakan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Buck Institute for

Education (2014) mendefinisikan project based learning adalah metode

pengajaran dimana siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dengan

bekerja untuk menyelidiki suatu masalah, pertanyaan yang kompleks, atau

tantangan dalam jangka waktu tertentu. Berikut tahapan-tahapan penerapan

model project based learning dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek

secara tertulis di ruang kelas.

a. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pengiring untuk mengarahkan siswa

kepada sebuah permasalahan. Menemukan sebuah permasalahan selanjutnya

guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk selanjutnya

mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut.

b. Siswa mendiskusikan mengenai cara-cara apa saja yang dapat mengatasi

permasalahan yang telah ditemukan. Guru bertindak sebagai pembimbing

ketika siswa melaksanakan diskusi.

c. Siswa dan guru mendiskusikan pembuatan suatu produk baik tahapan-tahapan

yang harus dilalui maupun penentuan waktu pembuatan.

d. Siswa membuat cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dengan

memperhatikan rencana yang telah dibuat sebelumnya.

e. Cerita pendek tersebut jadi, guru mengajak siswa untuk mengevaluasi produk

hasil kelompok sendiri maupun kelompok lain. Mengevaluasi produk

92

selanjutnya siswa memperbaiki produk berdasarkan evaluasi yang telah

dilakukan.

f. Siswa berbagi pengalaman mengenai cara, kesulitan yang dialami, dan suka-

duka dalam pembuatan proyek.

Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa

sebenarnya pertanyaan mendasar yang nantinya akan menjadi dasar untuk

memberikan tugas proyek bagi siswa (melakukan aktivitas). Topik yang dipakai

harus pula berhubungan dengan dunia nyata dengan dibantu guru, kelompok-

kelompok siswa akan merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek

mereka masing-masing. Semakin besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok

siswa) yang digunakan dalam proyek itu, akan semakin besar pula rasa memiliki

mereka terhadap proyek tersebut. Guru dan siswa selanjutnya menentukan batasan

waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas) proyek mereka.

Dalam berjalannya waktu, seluruh aktivitas siswa dilaksanakan mulai dari

persiapan pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya, sementara guru

memonitor dan memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan

memberikan pembimbingan yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah

siswa melaporkan hasil proyek yang mereka lakukan, guru menilai pencapaian

yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge terkait konsep yang

relevan dengan topik) hingga keterampilan dan sikap yang mengiringinya. Guru

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi semua

kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka

93

lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek

menjadi lebih baik lagi.

94

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D). Metode

penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2010: 407). Sukmadinata (2008) menyatakan bahwa penelitian dan

pengembangan (R&D) adalah suatu pendekatan penelitian untuk menghasilkan

suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada. Metode

penelitian ini merujuk pada model Borg & Gall dengan sedikit penyesuaian sesuai

konteks penelitian. Penelitian ini tujuan akhirnya adalah mengembangkan suatu

produk yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Adapun, ruang lingkupnya

adalah pengembangan bahan ajar menulis teks cerpen dengan model project based

learning untuk siswa SMP/MTs. Produk yang dihasilkan berupa buku teks

sebagai penunjang dalam menulis teks cerpen.

3.2 Model Pengembangan

Menurut Borg and Gall (1989: 624), educational research and development is a

process used to develop and valiadate educational product, atau dapat diartikan

bahwa penelitian pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang

digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Penelitian dan pengembangan pendidikan (R&D Education) adalah model

95

pembangun berbasis industri yang temuan penelitian digunakan untuk merancang

prosedur dan produk baru yang kemudian diujikan di lapangan secara sistematis,

dievaluasi, dan disempurnakan sampai memenuhi kriteria yang ditentukan baik

kualitas maupun standar yang sama (Borg and Gall), 2003: 569).

Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk

yang sudah ada, melainkan juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban

atas permasalahan praktis. Metode penelitian dan pengembangan juga

didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2014: 407). Penelitian dan pengembangan atau Research and

Development (R&D) juga diartikan sebagai suatu pendekatan penelitian untuk

menghasilkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada

(Sukmadinata, 2008).

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menentukan model pengembangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Reserach and Development (R&D) Borg

and Gall dengan langkah-langkah diadaptasi oleh peneliti. Dalam model R&D

dikelompokkan menjadi tiga kegiatan yakni penelitian pendahuluan,

pengembangan produk, dan uji efektivitas. Penggunaan model R&D sesuai

dengan tujuan penelitian ini yakni mengembangkan bahan ajar.

3.3 Prosedur Pengembangan

Borg and Gall (Sukmadinata, 2013: 169-170) menyatakan ada 10 langkah

pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan.

96

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting)

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan

pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. Perencanaan (planning)

Menyusun rencana penelitian meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan

dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan

penelitian tersebut, desain atau langkah-langakah penelitian, dan kemungkinan

pengujian dalam lingkup terbatas.

3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product)

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.

4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing)

Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan 12 subjek

uji coba. Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran

angket.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision)

Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

6. Uji coba lapangan (main field testing)

Melakukan uji coba yang lebih luas pada 1 sampai 3 sekolah dengan 15 sampai

dengan 30 orang subjek uji coba.

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision)

Menyempurnakan produk hasil uji coba lapangan.

97

8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing)

Uji lapangan dilaksanakan pada 1 hingga 3 sekolah melibatkan 15 hingga 30

subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi serta

analisis hasilnya.

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision)

Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10. Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation)

Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja

sama dengan penerbit untuk penerbitan.

Langkah-langkah tersebut yang ditawarkan oleh Borg & Gall di atas

disederhanakan menjadi 8 tahap untuk mengembangkan modul pembelajaran

menulis teks cerpen. Hal tersebut dikarenakan 10 langkah yang digunakan ini

sudah mencakup kesepuluh langkah-langkah di atas. Selain itu, penyerderhanaan

langkah-langkah pengembangan produk disebabkan karena keterbatasan waktu

dan biaya. Tahap-tahap tersebut sebagai berikut:

1. studi pendahuluan,

2. membuat rancangan desain produk,

3. mengembangkan bentuk produk awal,

4. melakukan uji coba terbatas,

5. melakukan revisi produk hasil uji coba terbatas,

6. melakukan uji coba luas,

7. melakukan revisi produk dari uji coba luas, dan

8. pembuatan produk akhir

98

Berikut diagram langkah-langkah dalam model penelitian dan pengembangan

Borg and Gall.

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Dalam Model Penelitian dan PengembanganBorg and Gall

Tahap diseminasi (penyebarluasan) tidak dilakukan dalam penelitian ini karena

berkaitan dengan pembiayaan penerbitan produk dan implementasi produk di

lapangan dalam skala luas. Langkah-langkah dalam penelitian dapat dilihat pada

gambar berikut.

STUDIPENDAHULUAN PERENCANAAN

Pegembanganformat

produk awal

UJI COBAAWAL

REVISIPRODUK

UJILAPANGAN

REVISIPRODUK

PRODUKAKHIR

99

Penelitian pengembangan ini dimulai dengan studi pendahuluan yang merupakan

bagian reserach (R) pertama dalam R&D. Studi pendahuluan dilakukan untuk

memperoleh informasi awal tentang kebutuhan, kondisi lapangan, dan kelayakan

dilakukannya pengembangan bahan ajar. Hasil studi pendahuluan digunakan

Studi Pendahuluan Melalui Kajian Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data Kebutuhan Buku Teks

Perancangan dan Pengembangan Buku Teks

Validasi Ahli/Pakar

Revisi

Uji Teman Sejawat

Revisi

Uji Coba Produk

Revisi

Buku Teks Menulis Cerpen dengan Model Project BasedLearning untuk Siswa SMP/MTs Kelas IX

100

untuk mendesain dan mengembangkan produk. Desain pengembangan produk

pada tahap ini merupakan bagian development (D) dalam R&D.

Pada tahap desain pengembangan produk tersebut didesain dan dikembangkan

bahan ajar berupa Buku Teks Menulis Teks Cerpen dengan Model Project Based

Learning untuk Siswa SMP/MTs. Pada tahap proses pengembangan ini dilakukan

uji produk dalam kelompok kecil. Produk kemudian mengalami revisi setelah

diujikan lagi dalam uji kelompok luas kemudian kembali dilakukan revisi. Hasil

akhir pengembangan ini berupa produk atau hasil pengembangan bahan ajar buku

teks Menulis Teks Cerpen dengan Model Project Based Learning untuk Siswa

SMP/MTs yang telah dinyatakan layak dan siap diimplementasikan dalam proses

pembelajaran di kelas pada kompetensi dasar (KD).

3.3.1 Hasil Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal tentang

kebutuhan, kondisi lapangan, dan kelayakan dilakukannya pengembangan bahan

ajar. Hasil studi pendahuluan digunakan untuk mendesain dan mengembangkan

produk. Studi pendahuluan dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung

sebagai subjek dalam penelitian ini. Studi pendahuluan dengan teknik sebagai

berikut.

1. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan bahan ajar menulis cerpen. Dokumentasi dilakukan pada perangkat

pembelajaran berupa silabus, RPP, bahan ajar, media, evaluasi, kondisi guru

serta siswa, dan bahan ajar di perpustakaan.

101

2. Observasi

Teknik observasi lapangan dilakukan dengan mengamatan secara langsung

proses pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi kegiatan

guru dalam menerapkan pendekatan (metode/teknik) dalam pembelajaran,

bahan ajar, media, evaluasi, dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran.

3. Angket

Pemberian angket ditujukan kepada guru-guru dan siswa. Tujuan penyebaran

angket ini adalah untuk mendapatkan deskripsi objektif tentang kondisi

pembelajaran dan bahan ajar.

4. Wawancara

Wawancara dan diskusi dilakukan dengan guru, siswa, dan kepala sekolah

untuk mengetahui secara langsung kondisi pembelajaran yang telah dilakukan

berkaitan dengan pendekatan yang digunakan dan motivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

Fokus yang penting dalam studi pendahuluan ini adalah didapatkannya deskripsi

kebutuhan tentang bahan ajar. Dasar deskripsi kebutuhan ini adalah hasil

penyebaran angket kebutuhan tentang perlunya bahan ajar menulis crepen. Angket

ditujukan kepada guru dan siswa didik di SMP 13 Negeri Bandar Lampung

sebagai objek penelitian ini.

Hasil observasi, wawancara, dan angket tersebut dianalisis untuk mendapatkan

deskripsi yang tepat tentang kondisi pembelajaran dan bahan ajar. Hasil analisis

kebutuhan bahan ajar berupa deskripsi bahan ajar yang diperlukan, yaitu bahan

ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa SMP/MTs. Hasil studi

102

pendahuluan secara keseluruhan dalam penelitian ini dijadikan landasan untuk

menetapkan desain produk bahan ajar yang dikembangkan. Desain produk yang

ditetapkan, yaitu desain struktur bahan ajar menulis teks cerpen dengan model

project based learning untuk siswa SMP/MTs kelas IX semester 1. Produk yang

akan dihasilkan berupa bahan ajar buku teks. Desain struktur bahan ajar, meliputi

topik/kompetensi dasar, pendalaman materi, tugas, dan pembiasan.

3.3.2 Proses Pengembangan Produk

Desain struktur bahan ajar sudah dilakukan, langkah berikutnya adalah proses

pembuatan produk awal. Pembuatan produk awal ini didasari oleh desain struktur

yang dihasilkan pada tahap studi pendahuluan. Produk awal bahan ajar sudah

dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan serangkaian pengujian sebagai

proses pengembangan produk. Proses pengembangan produk dilakukan dalam

empat tahapan, yakni uji praktis atau teman sejawat, uji ahli atau pakar yang

relevan dengan bidang kajian, uji coba lapangan dalam skala kecil 10 siswa, dan

uji coba dalam skala luas. Tiap tahapan akan dijelaskan sebagai berikut.

3.3.2.1 Uji Praktis atau Uji Teman Sejawat

Uji praktis atau teman sejawat dilakukan untuk memperoleh masukan sebanyak

mungkin dari praktisi atau teman sejawat, yaitu guru bahasa Indonesia. Praktisi

adalah orang yang sering diajak diskusi untuk memberi penilaian, kritik, saran,

dan masukan-masukan yang berguna untuk perbaikan (revisi) bahan ajar yang

dikembangkan sampai siap diujikan pada tahap selanjutnya.

103

3.3.2.2 Uji Ahli atau Pakar

Pelaksanaan uji ahli atau pakar dimaksudkan untuk memperoleh masukan dari

ahli atau pakar yang memiliki kompetensi pada bidang kajian yang relevan.

Dalam konteks ini uji ahli atau pakar dilakukan kepada ahli materi atau isi

pembelajaran sastra dan ahli teknologi pembelajaran.

Hasil uji ahli atau pakar juga berupa komentar, kritik, saran, koreksi, dan

penilaian terhadap produk pengembangan. Uji ahli atau pakar dilakukan dengan

teknik wawancara, diskusi, dan angket penilaian produk. Hasil uji praktis dan uji

ahli atau pakar dimanfaatkan untuk merevisi desain produk sampai diperoleh

desain produk yang layak.

3.3.2.3 Uji Coba Lapangan Dalam Kelompok Kecil

Uji coba lapangan dalam kelompok kecil melibatkan 10 orang siswa. Uji coba

lapangan dalam kelompok kecil dilakukan dengan mengujicobakan produk bahan

ajar kepada guru dan siswa sebagai calon pengguna produk. Hasil uji lapangan

dalam kelompok kecil dimanfaatkan untuk merevisi produk.

Uji coba lapangan dalam kelompok kecil dan revisi produk dilakukan dengan

kolaborasi antara peneliti dan guru dengan berbekal saran dan komentar dari siswa

sebagai pengguna bahan ajar. Uji coba lapangan dalam kelompok kecil dilakukan

sanpai diperoleh produk yang lebih baik dari produk sebelumnya dan siap untuk

diujikan pada uji selanjutnya.

104

3.3.2.4 Uji Coba Lapangan Dalam Kelompok Besar

Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan pada tiga sekolah yang

berbeda. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dilakukan dengan

mengujicobakan produk pengembangan kepada guru dan siswa sebagai calon

pengguna produk. Hasil uji lapangan dalam kelompok besar juga dimanfaatkan

untuk merevisi produk. Uji coba lapangan dalam kelompok besar dan revisi

produk dilakukan secara berkolaborasi antara guru, peneliti, dan memperhatikan

saran atau komentar dari siswa. Uji coba lapangan dalam kelompok besar

dilakukan sampai diperoleh produk yang siap untuk digunakan sebagai bahan ajar.

3.4 Uji Coba Produk

3.4.1 Desain Uji Coba Produk

Penelitian pengembangan tentunya membutuhkan rangkaian uji coba terhadap

produk, ini dilakukan untuk menguji validitas produk, apakah benar-benar dapat

bermanfaat bagi peningkatan mutu penbelajaran atau tidak. Desain uji coba dapat

digambarkan pada alur di bawah ini.

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Model Pengembangan Borg And Gall

Draft IPengembangan

AngketTanggapan

AhliIsi

MasukanAhli

RevisiDraft I

105

Draft IIPengembangan

AngketTanggapan

AhliDesain

MasukanAhli

RevisiDraft II

PreliminaryField Revision /Revisi Draft II

Draft IIIPengembangan

AngketTanggapan

Preliminary FieldTesting / Uji CobaKelompok Kecil

MasukanSiswa

Main FieldRevision /

Revisi Bab III

Draft IVPengembangan

AngketTanggapan

Main FieldTesting / UjiPembelajaran

Masukan Siswadam Guru

Revisi ProdukTerakhir

Produk Jadi

106

3.4.2 Subyek Uji Coba

Subyek uji coba adalah seseorang yang terlibat langsung dalam pengujian produk

bahan ajar. Subyek uji coba produk pengembangan buku teks menulis teks cerpen

dalam model project based learning sebagai berikut.

a. Ahli isi dan materi bidang studi bahasa Indonesia

Ahli isi bidang studi bahasa Indonesia adalah dosen yang mempunyai kemahiran

dalam materi bahasa Indonesia khususnya materi menulis teks cerpen. Ahli isi dan

materi bidang studi ini akan memberikan penilaian terhadap bahan ajar yang

sudah dibuat. Penilaian buku teks menulis teks cerpen ini bukan hanya dari segi

isi dan materi, akan tetapi bahasa yang sesuai dengan karakteristik siswa tingkat

sekolah menengah pertama dan juga penyajian yang menarik. Penilaian yang

paling penting adalah materi pada buku teks menulis teks cerpen. Penelian, selain

memberikan penilaian pada buku teks menulis teks cerpen juga memberikan saran

atau masukan sehingga buku teks pembelajaran menjadi lebih sempurna.

b. Ahli desain bahan ajar

Ahli desain bahan ajar adalah dosen yang mempunyai kemahiran dalam bidang

desain. Penilaian ini dititikberatkan pada desain bahan ajar kemenarikan untuk

digunakan oleh kelas IX selain memberikan saran atau masukan sehingga bahan

ajar menjadi lebih sempurna.

c. Sasaran penelitian

Sasaran pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IX pada tiga sekolah

yaitu: SMP Negeri 13 Bandar Lampung, SMPT IT Baitul Jannah Bandar

Lampung, dan SMP IT Global Madani Bandar Lampung. Guru dan siswa akan

107

memberikan penilaian terhadap buku teks menulis teks cerpen yang telah

dikembangkan melalui angket yang telah disebarkan.

3.4.3 Lokasi Penelitian

Peneliti memilih di SMP Negeri 13 Bandar Lampung, SMP IT Baitul Jannah

Bandar Lampung, dan SMP IT Global Madani Bandar Lmpung di kelas IX

dengan alasan bahwa ketiga SMP tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013.

3.5 Sumber Data, Instrumen, Subjek, dan Analisis Data

Data penelitian ini dipilah menjadi dua, yakni data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif berupa data deskriptif. Data deskriptif berupa komentar, kritik,

saran, koreksi, dan penilaian yang diberikan oleh praktisi dan ahli atau pakar

terhadap produk. Data kuantitatif merupakan hasil penilaian kelayakan bahan ajar

buku teks yang diberikan oleh praktisi dan ahli atau pakar terhadap produk.

3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah ahli, praktisi, dan siswa. Data dari ahli

dan praktisi berupa komentar, kritik, saran, koreksi, dan penilaian terhadap buku

teks menulis cerpen. Data dari siswa berupa angket penilaian kelayakan bahan

ajar menulis cerpen.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instrumen berupa observasi, wawancara, dan angket.

Teknik observasi lapangan dilakukan dengan mengamatan secara langsung proses

pembelajaran di kelas. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi kegiatan guru

dalam menerapkan pendekatan (metode atau teknik) dalam pembelajaran, bahan

ajar, media, evaluasi, dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran.

108

Wawancara dimanfaatkan untuk mendapatkan tanggapan secara lisan dari guru

dan siswa. Angket dimanfaatkan untuk penilaian produk pengembangan bahan

ajar buku teks menulis cerpen oleh ahli, siswa, dan guru.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bentuk

centang (√) pada kolom yang tersedia. Berikut ini bentuk kuesioner yang

digunakan untuk ahli materi, ahli media, teman sejawat/praktisi, dan siswa.

Tabel 3.1 Angket Kompetensi Awal Siswa Menulis Cerpen dan PersepsiSiswa Terhadap Materi Cerpen Pada Buku Teks PelajaranBahasa Indonesia

NO. PERNYATAAN SS S TT TS STS1. Saya suka/mempunyai hobi menulis

cerpen2. Saya menulis cerpen jika ada tugas

dari guru3. Saya menulis cerpen berdasarkan

pengalaman yang saya alami4. Saya menulis cerpen berdasarkan

pengalaman orang lain5. Saya menulis cerpen berdasarkan

imajinasi saya sendiri6. Saya menulis cerpen berdasarkan

kejadian yang ada di lingkunganSekitar

7. Saya belum pernah menulis cerpen8. Saya sudah menulis 1-2 judul cerpen9. Saya sudah menulis lebih dari 4 judul

cerpen10. Saya sulit untuk mencari ide dalam

menulis cerpen11. Saya sulit untuk menulis paragraf

pertama (awal cerita)12. Saya sulit untuk mengembangkan

cerita13. Saya sulit untuk membuat konflik

cerita14. Saya sulit untuk membuat akhir cerita

(penutup) yang bagus15 Saya pernah mempublikasikan hasil

cerpen saya16. Materi yang disajikan dalam buku teks

109

menambah pengetahuan sayatentang menulis cerpen

17. Materi yang yang disajikan dalambuku teks mempermudah saya untukmenulis cerpen

18. Materi yang disajikan dalam buku teksmenumbuhkan kreativitas saya dalammenulis cerpen

19. Materi yang disajikan dalam buku teksmendorong saya untuk menulis cerpenberdasarkan pengalaman pribadi saya

20. Materi yang disajikan dalam buku teksmendorong saya untuk menulis cerpenberdasarkan keadaan lingkungansekitar

21. Materi yang disajikan dalam buku teksmendorong saya untuk menulis cerpenberdasarkan pengalaman orang lainyang saya ketahui

22. Buku teks yang digunakan sudahmencukupi sebagai sumber belajarSaya

23. Saya membutuhkan sumber belajarlain, misalnya LKS, modul, dan lain-lain

24. Saya membutuhkan sumber belajarlain yang dapat saya gunakan untukbelajar mandiri

25. Setelah belajar materi tentang cerpen,saya tertarik untuk menulis cerpen

26. Setelah belajar materi tentang cerpen,saya bisa menulis cerpen dengan baik

27. Buku teks pelajaran bahasa Indonesiamenjadi sumber utama dalam belajarmenulis cerpen

28. Buku teks bahasa Indonesia dapatdigunakan tanpa penjelasan/ panduandari guru

Keterangan Skor Penilaian:

5: Sangat baik

4: Baik

3: Cukup baik

110

2: Kurang baik

1: Sangat kurang baik

Siswa memilih pilihannya dengan memberikan tanda centang (√) sesuai dengan

kompetensi menulis cerpen yang dimilikinya.

Tabel 3.4 Angket Penilaian Guru Terhadap Materi Cerpen Pada Buku TeksPelajaran Bahasa Indonesia

NO. DESKRIPSI PENILAIAN

A. Kelayakan isi1. Pengembangan materi sesuai

dengan KI dan KD pembelajaranmenulis teks cerpen

2. Materi sesuai dengan kebutuhansiswa

3. Materi dalam buku pelajaransesuai dengan kebutuhan bahanajar

4. Pengembangan materi sesuaidengan substansi materi

5. Materi dalam buku pelajaranbermanfaat untuk menambahwawasan pengetahuan menulisteks cerpen

6. Materi menulis teks cerpen sesuaidengan nilai-nilai moral dan sosial

B. Kebahasaan7. Materi menulis teks cerpen dapat

dipahami dengan mudah8. Materi menulis teks cerpen

memuat informasi yang jelas9. Materi menulis teks cerpen ditulis

dengan kaidah bahasa Indonesiayang baik dan benar

10. Materi menulis teks cerpenmenggunakan bahasa Indonesiasecara efektif dan efisien

C. Sajian11. Tujuan pembelajaran menulis teks

cerpen dituliskan dengan jelas12. Pengembangan materi menulis

teks cerpen diurutkan dengan baik(dari konkret ke abstrak, dari

111

mudah ke sulit, dari umum kekhusus)

13. Pengembangan materi menulisteks cerpen memberikan motivasibelajar secara eksplisit

14. Pengembangan materi menulisteks cerpen menimbulkaninteraktivitas (stimulus danrespon) pembelajarn yang baik

15. Pengembangan materi menulisteks cerpen berisi informasi yanglengkap yang dibutuhkan untukmenulis teks cerpen

D. Kegrafisan16. Jenis dan ukuran font (huruf) yang

digunakan memudahkan siswadalam membaca bahan ajar

17. Tata letak bahan ajar dalam bukupelajaran memudahkanpembacaan

18. Bahan ajar disertai ilustrasi,grafis, gambar, dan foto yangmenarik dan mendukung terhadappenguasaan kompetensi menulisteks cerpen

19. Desain tampilan sampul danbahan ajar menarik minat bacasiswa

Guru memberikan penilaian terhadap materi cerpen pada buku teks pelajaran

bahasa Indonesia sesuai dengan kriteria penilaian yang dimilikinya.

Tabel 3.5 Instrumen Penilaian Bahan Ajar Buku Teks oleh Ahli dan Guru

A. Kelayakan Isi

No.IndikatorPenilaian

SkalaPenilaian Alasan

Penilaian1 2 3 4 5

1. Kesesuaian bahan ajar(BA) dengan KI, KD

2. Kesesuaianpendekatan/metode bahanajar (BA) dengan

112

kebutuhan siswa3. Kesesuaian bahan ajar

(BA) dengan kebutuhanpembelajaran

4. Kebenaran substansimateri

5. Manfaat untukpenambahan wawasanpengetahuan

6. Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosialRangkuman kualitatif:

B. Kelayakan Bahasa

No.IndikatorPenilaian

SkalaPenilaian Alasan

Penilaian1 2 3 4 5

7. Keterbacaan tulisan

8. Kejelasan kegiatanpembelajaran

9. Kesesuaian dengan kaidahbahasa Indonesia

10. Penggunaan bahasa yangtidak menimbulkanpenafsiran ganda

Rangkuman kualitatif:

113

C. Kelayakan Penyajian

No.IndikatorPenilaian

SkalaPenilaian Alasan

Penilaian1 2 3 4 5

12. Keruntutan materi dankonsep

13. Keruntutan tingkatkesulitan materi

14. Pemberian motivasi

15. Interaktivitas (stimulusdan respon) bahan ajardengan kegiatan siswa

16. Kelengkapan penyajianmateriRangkuman kualitatif:

D. Kelayakan Kegrafikan

No. IndikatorPenilaian

SkalaPenilaian Alasan

Penilaian1 2 3 4 5

21. Ketepatan Penggunaanfont (jenis dan ukuran)

22. Ketepatan Lay out, tataletak

23. Kejelasan Ilustrasi,grafis, gambar, foto

24. Kemenarikan Desaintampilan sampul bahanajarRangkuman kualitatif:

114

(Sumber: adaptasi Depdiknas, 2008: 29)

Keterangan Skor Penilaian:

5: Sangat baik

4: Baik

3: Cukup baik

2: Kurang baik

1: Sangat kurang baik

Tabel 3.6 Intrumen Penilaian Siswa Terhadap Bahan Ajar Buku Teks

NO. PERNYATAAN 1 2 3 4Kelayakan Isi

1. Materi disajikan dengan jelas danlengkap

2. Materi yang disajikan mudah sayapahami

3. Materi memudahkan saya untukmenulis cerpen berdasarkanpengalaman

4. Materi mendorong saya berpikir kreatif5. Materi yang disajikan dapat menambah

pengetahuan saya tentang menuliscerpen

6. Tujuan pembelajaran dalam tiapkegiatan disampaikan dengan jelasKelayakan Bahasa

7. Bahasa yang digunakan mudah sayapahami

8. Bahasa yang digunakan komunikatif9. Kejelasan dalam penggunaan bahasa10. Kejelasan dalam pemaparan materi

Kelayakan Penyajian11. Saya paham dengan setiap penugasan

yang diberikan12. Terdapat langkah-langkah yang harus

dilakukan peserta didik dalam setiappembelajaran

13. Terdapat contoh/ilustrasi yang dapatmempermudah pemahaman sayaterhadap materi yang disampaikan

115

14. Ilustrasi/contoh yang digunakan sudahsesuaiKelayakan Kegrafikan

15 Pesan/maksud dalam modul disajikandengan bahasa yang menarik

16. Desain sampul menarik17. Desain bagian isi modul menarik18. Menggunakan huruf yang menarik dan

mudah saya baca

Keterangan Skor Penilaian:

4: Sangat Baik

3: Baik

2: Kurang Baik

1: Tidak Baik

3.5.3 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian pendahuluan,

penilaian produk, dan uji coba produk. Subjek penelitian dalam penelitian ini

sebagai berikut.

Tabel 3.7 Subjek Penelitian

No Tahapan Penelitian Subjek Penelitian

1. Penelitian pendahuluan 3 Orang Guru Bahasa Indonesia

1. Purnamawanti, S.Pd. (SMPN 13 Balam)2. Kurnia Mustika Ayu, S.Pd. (SMP IT BJ)3. Fika Oktavia, S.Pd. (SMP IT GM)

30 Siswa SMP/MTs dengan rinciansebagai berikut.10 Siswa SMPN 13 Bandar Lampung10 Siswa SMP IT Baitul Jannah10 Siswa SMP IT Global Madani

2. Penilaian produk Pakar MateriDr. Munaris, M.Pd.

116

Pakar DesainDr. Herpratiwi, M.Pd

PraktisiDr. Wahono, M.Pd.

3. Uji coba produk Uji Lapangan Terbatas10 Siswa SMP Negeri 13 Balam

Uji Lapangan Luas

80 Siswa SMP/MTs dengan rincian sebagaiberikut.32 Siswa SMPN 13 Bandar Lampung22 Siswa SMP IT Baitul Jannah26 Siswa SMP IT Global Madani

3.5.4 Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif

berdasarkan hasil analisis data ahli/pakar, dan analisis data saat uji coba produk.

Aturan peberian skor di bahwa ini sesuai menurut Sugiyono (2016:135).

1. Lembar Angket Siswa

Langkah analisis data pada lembar angket siswa dengan menggunakan skor dari

1-5 kriteria sebagai berikut.

1 Sangat baik2 Baik3 Cukup baik4 Kurang baik5 Sangat kurang baik

2. Wawancara Guru Bahasa Indonesia

Data yang diperoleh dalam wawancara ditulis kemudian dirangkum hal-hal

penting.

117

3. Validasi Kelayakan Pakar/Ahli, Praktisi, dan Siswa

Kegiatan analisis data dari hasil angket dilakukan dengan mencari rata-rata skor

skala likert berdasarkan tiap-tiap aspek. Aspek tersebut yaitu (1) kelayakan isi, (2)

kelayakan bahasa, (3) kelayakan penyajian, dan (4) kelayakan kegrafikan. Angket

responden terhadap produk memiliki 5 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan

yaitu 5 = sangat sesuai, 4 = sesuai, 3 = cukup sesuai, 2 = kurang sesuai, dan 1 =

sangat kurang sesuai. Hasil rata-rata penilaian angket tersebut kemudian dihitung

berdasarkan rumus

Skor dari penghitungan tersebut akan menunjukkan tingkat kelayakan bahan ajar

buku teks berdasarkan penilaian pakar/ahli, praktisi, dan siswa. Hasil persentase

skor tersebut kemudian diubah ke dalam data kualitatif dengan menggunakan

interpretasi skor menurut Riduwan & Sunarto (2009: 23) dalam tabel 3.8.

Tabel 3.8 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif

No. Presentase Data Kualitatif1 0% - - 20% Sangat Kurang Layak2 21% - - 40% Kurang Layak3 41% - - 60% Cukup Layak4 61% - - 80% Layak5 81% - - 100% Sangat Layak

Persentase = Jumlah Skor x 100%Skor maksimal

166

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengembangan bahan ajar

menulis cerita pendek dengan model project based learning untuk siswa kelas IX

SMP/MTs diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Penelitian ini menghasilkan bahan ajar berupa buku teks menulis cerpen

dengan model project based learning. Pengembangan bahan ajar buku teks

mengadaptasi penelitian pengembangan menurut Borg and Gall dari sepuluh

menjadi tujuh langkah. Pengembangan bahan ajar buku teks ini menambahkan

model project based learning yang berintegrasi dengan materi menulis cerpen

sebagai bahan ajar pembelajaran menulis di kelas IX SMP/MTs.

Pengembangan bahan ajar buku teks ini tidahk hanya memberikan siswa

paham akan materi yang dipelajari tetapi juga paham bagaimana strategi

belajarnya sendiri. Penambahan model project based learning ini digunakan

untuk melatih mengoptimalkan proses berpikir siswa dalam meningkatkan

belajar mandiri dan menulis secara aktif hingga mampu menulis cerpen.

Sisawa merancang apa yang hendak dipelajari, memantau perkembangan diri

dalam belajar, dan menilai apa yang dipelajari.

2. Hasil uji validasi yang dilakukan oleh ahli materi pembelajarandan ahli media

pembelajaran menyatakan bahwa sangat baik atau sangat layak. Adapun, uji

167

coba lapangan kelompok kecil dan uji coba lapangan kelompok besar

dilakukan sebagai evaluasi produk bahan ajar buku teks. Berdasarkan hasil

penilaian oleh guru dan siswa dari tiga sekolah, yaitu SMP Negeri 13 Bandar

Lampung, SMP IT Baitul Jannah Bandar Lampung, dan SMP Global Madani

Bandar Lampung menyatakan bahwa bahan ajar buku teks ini sangat baik atau

sangat layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis teks cerita

pendek.

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Hendaknya dalam pembelajaran menulis teks cerpen guru tidak hanya

menggunakan satu sumber belajar, tetapi bisa menggunakan buku teks menulis

cerpen dengan model project based learning yang telah dikembangkan oleh

peneliti guna membantu siswa untuk lebih memahami konsep pembelajaran

menulis teks cerpen.

2. Sebaiknya dalam pembelajaran menulis teks cerpen siswa tidak hanya

menggunakan satu sumber belajar, tetapi bisa menggunakan bahan ajar buku

teks yang telah dikembangkan oleh peneliti sebagai pendamping buku

pelajaran guna memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari materi

menulis cerpen.

3. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis dapat

menggunakan bahan ajar buku teks yang telah dikembangkan sebagai referensi

guna menambah wawasan bagi peneliti tentang bahan ajar buku teks dengan

model project based learning pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya

menulis cerpen.

169

DAFTAR PUSTAKA

Aksan, Hermawan. 2015. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: NuansaCendekia.

Alwasilah, Chaedar dan Suzanna Alwasilah. 2003. Menulis dengan PendekatanKomunikatif. Bandung: Khaifa.

Alwi, Hasan. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).Jakarta: Balai Pustaka.

Amiruddin, 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar BaruAlgensindo Bandung.

Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: PusatKurikulum.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Kurikulum

Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Daryanto, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Yogyakarta:Gava Media.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bagan Ajar.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Komalasari, Kokom. 2014. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT RefikaAditama.

Masroroh, Ana. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Menulis CerpenBerbasis Pengalaman (Experiential Learning) Untuk Siswa SMP/MTs.Diakses pada 2 Agustus 2016 pukul 21:10. http://eprints.uny.ac.id/27649/

Nababan, Diana. 2008. Menulis Kreatif Karya Sastra. Jakarta: Gramedia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

170

Padmadewi, Ni Nyoman dkk. 2014. Asesmen Kurikulum. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan KompetensiDasar Pelajaran pada Kurikulum 2013.

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.Jogjakarta: DIVA Press.

Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalamKurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Putra, Nusa. 2012. Research & Development Penelitian dan Pengembangan:Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukistiono. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks CerpenMenggunakan Pendekatan Berbasis Teks Dengan Metode Cerpen-GramUntuk Siswa Smp/Mts. Kelas Ix. Bandar lampung: Universitas Lampung.

Suyanto, Edi. 2012. Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia. Lampung:Universitas Lampung.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.