kementerian koordinator bidang...

27
Jakarta, 2 Agustus 2017 Rapat Kerja Nasional KLHK 2017: Sumber Daya Alam untuk Keadilan Melalui Agenda Nasional Pembangunan Ekonomi Berkeadilan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Upload: lenhi

Post on 10-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jakarta, 2 Agustus 2017

Rapat Kerja Nasional KLHK 2017:

Sumber Daya Alam untuk Keadilan

Melalui Agenda Nasional Pembangunan Ekonomi Berkeadilan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

EXECUTIVE SUMMARY

• Kelestarian lingkungan lebih bergantung pada berapa luas daerah bertutupan hutan dan

bukan bergantung pada luasnya Kawasan Hutan.

• Indonesia sebagai negara yang mempunyai jumlah penduduk ke-4 terbesar didunia, dimana 2/3

(66%) luas daerahnya merupakan laut dan 2/3 (67%) daratannya adalah Kawasan Hutan harus

mengevaluasi apa yang harus dilakukan dengan Kawasan Hutan yang sudah tidak bertutupan hutan

dan sudah diokupasi oleh masyarakat.

• Apabila kita melihat kepemilikan lahan per-kapita dari non-forested area, kepemilikan lahan

perkapita yang relatif kecil membutuhkan evaluasi kembali terhadap Kawasan Hutan yang tidak

bertutupan hutan

• Pulau-pulau yang merupakan bagian ring of fire mempunyai karakteristik tanah yang berbeda

dengan pulau tanpa active volcanic - sehingga dibutuhkan kearifan dalam analisa deforestasi.

• Wawasan lingkungan harus mencakup pertimbangan science & technology untuk dapat

memenuhi kebutuhan pangan dari jumlah penduduk yang sangat banyak di lahan non-forested area

(non Kawasan Hutan) yang relatif kecil.

• Kita harus memperhatikan kedaulatan bangsa, competitive advantage dari bangsa dan

mencari visi lingkungan yang lebih memperhatikan kepentingan nasional, keberlanjutan dan

keadilan sosial.

INDONESIA TERMASUK SALAH SATU NEGARA DARI 10 NEGARA DENGAN HUTAN TERLUAS

Snapshot Negara-negara Dengan Jumlah Hutan Paling Luas Menurut Data World Bank

Kongo merupakan negara dengan

proporsi hutan terbesar di dunia yang

mencapai 67% dari luas daratannya,

disusul oleh Brazil dan Peru dengan

proporsi hutan mencapai 59% dan 58%

Sumber : World Development Indicator – World Bank 2015

Rusia Brazil Canada Amerika Serikat Tiongkok

Rep. DemokratKongo

Australia Indonesia Peru India

8.115 4.931 3.473 3.101 2.084

1.526 1.244 909 740 708

144 208 36 321 1.371

77 24 258 31 1.311

Area HutanRibu KM2

PopulasiJuta orang

LegendaSedangkan Indonesia, area hutannya

mencapai 50% dari total luas daratan.

Pada tahun 2015 menurut data Bank

Dunia luas area hutan mencapai 909

ribu km2 dengan jumlah penduduk

Indonesia mencapai 258 juta*.

*Menurut data KLHK 2015 luas areal berhutan mencapai 964 ribu km2 (96.4 juta ha)3

PERSENTASE WILAYAH INDONESIA – LUAS LAUT, KAWASAN HUTAN, DAN AREAL PERMUKIMAN

Populasi : 256,090,000

Total Luas Wilayah : 535 Juta Ha *Kawasan yang ditetapkan sebagai hutan menurut

data KLHK tahun 2014 seluas 121 juta ha. Angka ini

lebih besar dengan angka yang diterbitkan oleh KLHK

untuk areal berhutan (96.4 juta ha).4

Luas Laut 66%

(354 juta Ha)

Luas

Daratan

34%(181 juta Ha)

Luas

Kawasan

Hutan

67%dari areal daratan

(121 juta Ha*)

Luas

Kawasan

Non-Hutan

33%dari areal daratan

(60 juta Ha)

Area

Pemukiman

61%dari areal

non kawasan hutan

(37 juta Ha)

Area Non

Pemukiman

dan dapat

ditanami

39%dari areal non

kawasan hutan

(23 juta Ha)

Kepadatan Penduduk: 4.26 jiwa/Ha

Kepadatan Penduduk: 1.41 jiwa/Ha

Kepadatan Penduduk: 6.98 jiwa/Ha

• Dua pertiga dari luasIndonesia adalah laut

• Sepertiga luas Indonesia adalah daratan

• Dua pertiga dari daratan

Indonesia adalah

kawasan hutan

• Sepertiga dari daratan

Indonesia adalah non

kawasan hutan

• Sekitar dua pertiga dari non

kawasan hutan adalah area

permukiman

• Sekitar Sepertiga dari non

kawasan hutan adalah area

non permukiman dan dapat

ditanami

MAYORITAS LAHAN DI INDONESIA MERUPAKAN KAWASAN HUTAN

Daratan Indonesia didominasi oleh lahan hutan, dimana Kawasan Hutan mencapai 67% dari seluruh luas

area. Sedangkan area non-hutan atau Area Penggunaan Lain (APL) hanya 33%

5

33% di Luar Kawasan Hutan

67% di Dalam Kawasan Hutan

Luas Wilayah Total : 181 juta Ha

Bagian tanah yang

paling kaya nutrisi

Oleh karena itu menjaga kelestarian hutan tropis sangatlah penting, apabila lahan dilakukan deforestasi maka akan sulit untuk dilakukan

restorasi kembali karena kondisi lahan yang telah rusak sangat minim unsur organik dan nutrisi yang berdampak terhadap sulitnya

menumbuhkan vegetasi kembali.

DAMPAK DEFORESTASI

Lapisan organikLapisan yang kaya nutrisi, lapisan ini

sangat tipis

Lapisan A (Top Soil)

Lapisan yang kaya akan mineral dan

campuran humus

Lapisan B (Sub Soil)

Redisposisi antara tanah liat

(clay) dan mineral dan mulai

masuk ke zona kurang subur

Lapisan C (Fragmen Batuan)

Zona yang tidak terlapukkan dan

miskin akan zat organik,

merupakan zona yang tidak subur

HUTAN HUJAN KALIMANTAN – TOP SOIL

Pada dasarnya lapisan tanah yang kaya akan nutrisi (subur) di daerah hutan tropis sangatlah tipis, sumber nutrisinya berasal dari

vegetasinya sendiri. Apabila deforestasi terus dilakukan maka unsur kaya organik di permukaan akan hilang dan sulit untuk dipulihkan

kembali. Salah satu contohnya adalah Pulau Kalimantan yang sebagian areanya adalah kawasan hutan hujan tropis sehingga bagian

lapisan tanah yang subur tidak begitu tebal.

6

Top-soil

Hutan Hujan

3-6 cm

66

Jika dilihat berdasarkan peta gunung api di Indonesia maka tidak ada gunung berapi di Pulau Kalimantan akibat tidak adanya jalur ring of fire yang

melintas di Pulau Kalimantan, sehingga hal ini berdampak terhadap tingkat kesuburan tanah hutan hujan tropis di Kalimantan karena material vulkanis

dari dalam perut bumi dapat menyuburkan tanah. Salah satu ciri khas dari tanah yang ada di Pulau Kalimantan adalah tingkat kesuburan paling tinggi

berada di bagian permukaan tanah yang lapisannya tidak begitu tebal, maka sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan di Pulau Kalimantan.

Dari tahun 1973 hingga 2015, terdapat banyak

aktivitas pembukaan lahan yang mengakibatkan

penurunan luas area hutan dan banyaknya lahan yang

ditelantarkan karena tidak ada restorasi hutan.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan

penanaman pohon atau tanaman

perkebunan di lahan kritis.

Permasalahan Solusi

PENGARUH CINCIN API DI INDONESIA – STUDI KASUS PULAU KALIMANTAN

Berdasarkan kondisi geografis, cincin api (ring of fire) di Indonesia tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Papua, Maluku,

dan Sulawesi. Namun, jalur ini tidak melewati Pulau Kalimantan yang mengakibatkan tidak adanya gunung berapi di pulau tersebut.

7

Gunung Berapi

Gunung Berapi

Non-Aktif

77

DISTRIBUSI POPULASI INDONESIA

Populasi Indonesia mencapai 256 juta, Pulau Jawa merupakan pulau yang memiliki populasi terbanyak yaitu 145.1

juta atau 57% dari total populasi

No Info

1 Luas Daratan 48 juta Ha

2 Populasi 55,3 juta jiwa

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

0,87 Ha/kapita

No Info

1 Luas Daratan 54,4 juta Ha

2 Populasi 15,9 juta jiwa

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

3,4 Ha/kapita

No Info

1 Luas Daratan 12,9 juta Ha

2 Populasi 145,1 juta jiwa

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

0,08 Ha/kapita

No Info

1 Luas Daratan 18,8 juta Ha

2 Populasi 18,7 juta jiwa

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

1 Ha/kapita

No Info

1 Luas Daratan 41,6 juta Ha

2 Populasi 4 juta jiwa

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

10,3 Ha/kapita

Sumatera Kalimantan

Papua

Sulawesi

Jawa

% dari total Populasi 22% 6% 7%

2%57%8

% dari total Populasi % dari total Populasi

% dari total Populasi % dari total Populasi

Apabila Kawasan Hutan dikeluarkan dari perhitungan, rata-rata kepemilikan lahan per kapita menjadi semakin

kecil yaitu 0.6 ha/kapita

No Info

1Luas Daratan TanpaKawasan Hutan

25 juta Ha

2 Populasi 55,3 juta orang

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

0,45 Ha/cap

No Info

1Luas Daratan TanpaKawasan Hutan

17,9 juta Ha

2 Populasi 15,9 juta orang

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

1,1 Ha/cap

No Info

1Luas Daratan TanpaKawasan Hutan

9,9 juta Ha

2 Populasi 145,1 juta orang

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

0,07 Ha/cap

No Info

1Luas Daratan TanpaKawasan Hutan

7,9 juta Ha

2 Populasi 18,7 juta orang

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

0,42 Ha/cap

No Info

1Luas Daratan TanpaKawasan Hutan

3,3 juta Ha

2 Populasi 4 juta orang

3Kepelmilikan Lahan(per kapita)

0,86 Ha/cap

Sumatra Kalimantan / Borneo

Papua

Sulawesi / Celebes

Jawa / Java

Non - Forest Area

DISTRIBUSI POPULASI INDONESIA TANPA KAWASAN HUTAN

KESIMPULAN HUTAN DAN LAHAN INDONESIA

10

Untuk melakukan assessment pada Indonesia tidak bisa dilihat hanya dari satu data average

saja karena terdapat konsentrasi penduduk di beberapa pulau besar, contohnya Pulau Jawa

yang merupakan pulau terpadat di dunia

Meskipun angka kepemilikan lahan per kapita cukup besar, namun apabila daerah Kawasan

Hutan dikeluarkan dari perhitungan angka kepemilikan lahan akan sangat kecil. Bahkan

hanya Pulau Kalimantan yang kepemilikan rata-ratanya diatas 1 ha/kapita

Sebagian daerah dalam Kawasan Hutan sudah tidak ada tutupan hutan dan beberapa area

sudah ditempati oleh manusia. Untuk itu, sepatutnya ada solusi yang realistis atas Kawasan

Hutan ini agar daerah tersebut bisa di restorasi atau dijadikan pemukiman

Untuk kebutuhan pangan dan perkebunan, teknologi yang digunakan di Indonesia masih

kurang sehingga produktivitas dan efisiensinya tidak maksimal. Untuk itu dibutuhkan

dukungan teknologi dari negara maju yang teknologi pertanian/perkebunannya sudah lebih

baik

1

2

3

4

Pertumbuhan ekonomi Indonesia paska krisis Asia secara berkelanjutan menurunkan tingkat pengangguran terbuka

maupun jumlah penduduk miskin. Akan tetapi kenaikan Rasio Gini menunjukkan ketimpangan yang memburuk, kecuali

pada tahun 2015-2016.

RASIO GINI YANG DIPAKAI SELAMA INI TIDAK MENGGAMBARKAN KETIMPANGAN KEPEMILIKAN ASET/LAHAN

Penting dicatat bahwa rasio gini berikut diukur berdasarkan distribusi kosumsi per-kapita, angkanya akan lebih tinggi jika diukur dengan distribusipendapatan apalagi dengan distribusi kekayaan.

Aceh

0,333 SumUt

0,319Riau

0,347 SumBar

0,331

Jambi

0,349 Bengkulu

0,357

Kep. Riau

0,354

SumSel

0,348

Bangka

Belitung

0,275

Lampung

0,364Banten

0,394DKI Jakarta

0,411

KalBar

0,341

JaBar

0,413

JaTeng

0,366

JaTim

0,402

Kalteng

0,330

Bali

0,366NTB

0,359

NTT

0,336

KalSel

0,332

KalUt

0,300

KalTim

0,315

SulUt

0,386

Gorontalo

0,419

SulSel

0,426

SulBar

0,364

SulTara

0,402

Maluku Utara

0,286

Maluku

0,348

Papua Barat

0,373

Papua

0,390DIY

0,420

SulTeng

0,362

-

1,000

2,000

3,000

4,000

1999

2002

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Pergerakan GDP per Capita (Nominal) Periode 1999-2016

USD

3.542

Sumber : BPS

1.137

0

5

10

15

19

99

20

02

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

Tingkat Penggangguran Terbuka Periode 1999-2016

5,61

6,36 Sumber : BPS Agustus2016

0

10

20

30

40

50

60

19

99

20

02

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

Jumlah Penduduk di Bawah Garis

KemiskinanPeriode 1999-2016Juta Jiwa

Sumber : BPS September2016

4827.7

Pergerakan Rasio Gini NasionalPeriode 1999-2016

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

19

99

20

02

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

0.40

0.31

Sumber : BPS

0.41

%

11

MEMBERI DUKUNGAN KEPADA PENDUDUK EKONOMI LEMAH

Yang Kecil/Lemah:

• Individu (petani,

nelayan, pedagang,

miskin perkotaan,

dsb.)

• Kelompok usaha

(mikro/kecil)

• Daerah/Kawasan

(tertinggal, terluar,

terpencil, kumuh,

dsb)

Tidak cukup hanya memberikan equality (kesamaan perlakuan), tetapi perlu diberikan keadilan khususnya asset/modal

(equity) kepada penduduk ekonomi lemah

1

5 Sumber Utama Penyebab Ketimpangan

di Indonesia adalah:

1. Ketimpangan Penguasaan Tanah

2. Spekulasi dan akumulasi penguasaan

tanah – membuat banyak lahan yang

tidak dimanfaatkan dan harga makin

tidak terjangkau.

3. Tenaga Kerja kurang kompeten,

kewirausahaan lemah, pasar kerja

utama swasta masih ada yang bersifat

diskriminatif.

4. Perbedaan kesempatan, pendidikan dan

akses terhadap modal.

5. Birokrasi yang cenderung berfokus

sebagai pengelola projek

12

10 PILAR KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI

KEBIJAKAN

PEMERATAAN

EKONOMI

Lahan

Kesempatan

Kapasitas

SDM

A

B

C

Ritel dan Pasar

Pembiayaan dan Anggaran

Pemerintah

Manufaktur dan ICT

Nelayan & Budidaya

Rumput Laut

Mengembangkan perumahan terjangkau

untuk penduduk miskin kota

Peremajaan Tanaman Perkebunan Rakyat dan Mendorong

Peranan Swasta/BUMN sebagai Off-taker dan pengolahan

Mengalokasikan Lahan Pertanian

Kepada Petani Tanpa Lahan

Mensinkronkan dan Melaksanakan

Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial

Vokasi, Entrepreneurship dan

Pasar Tenaga Kerja

Sistem Pajak Berkeadilan

Kebijakan Pemerataan adalah kebijakan

Ekonomi Affirmatif yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat

ekonomi lemah dan menengah agar

memiliki: (A) Equity (lahan), (B)

Kesempatan dan (C) Kemampuan SDM

yang mempunyai daya saing

Quick Win13

1

3

57

2

4

6

8

10

9

Reforma Agraria

Perkebunan

10 PILARKEBIJAKAN EKONOMI BARU

Pertanian

(Landless Farmer)

Nelayan & Budidaya

Rumput LautManufaktur

& ICT

Urban Poor &

Perumahan

Terjangkau

Sistem Pajak

Berkeadilan

Retail & Pasar

Pembiayaan &

Anggaran

Pemerintah

Vokasi,

Entrepreneurship,

Pasar Tenaga

Kerja

Ketidakadilan dalam

pasar tenaga

kerja/kesempatan

usaha

Lemahnya rantai

nilai diantara sektor

usaha

Kebijakan

tidak tepat

sasaran

3

Ketimpangan

penguasaan

lahan dan tanah

4

21

4 Faktor Ketimpangan

*Asumsi 1 keluarga mendapatkan antara 1 – 2 Ha

**Termasuk land bank

BERKEADILANKEBIJAKAN EKONOMI

BERKEADILAN

10 PILAR KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI – KONDISI KEMAMPUAN MASYARAKAT EKONOMI

LEMAH DAN MENENGAH

14

Target Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) dan Perhutanan Sosial

Reforma Agraria

LEGALISASI ASET (4,5 Juta Ha)

REDISTRIBUSI TANAH (4,5 Juta Ha)

1 2 LEGALITAS AKSES 3

Tanah Transmigrasi

Belum Bersertipikat

(0,6 Juta Ha)

(PRONA) Ex- HGU dan Tanah

Terlantar

(0,4 Juta Ha)

Pelepasan Kawasan

Hutan

(4.1 Juta Ha)

Pemberian Akses Pengusahaan

Hutan dalam periode tertentu

(12.7 Juta Ha)

TORA Perhutanan Sosial

(3,9 Juta Ha) Lama 220.000 ha

(342,344 bidang)

Baru 380.000 ha

(567.124 bidang)

Lahan

Perhutani dan

Inhutani

15

Lahan dari

KLHK

3A 3B

2A 2B1A 1B

(termasuk lahan

Transmigrasi

514.909 ha

(768.521 bidang) )

Tanah Objek Reforma Agraria mencapai 9 juta ha yang terdiri dari legalisasi aset 4.5 juta ha dan redistribusi aset 4.5 juta ha.Untuk legalisasi ditargetkan diselesaikan 3.9 juta ha sertifikasi tanah melalui PRONA dan 0.6 juta ha legalisasi lahan-lahantransmigrasi. Untuk redistribusi ditargetkan 4.1 juta ha lahan dari pelepasan kawasan hutan, serta 0.4 juta ha dari lahan terlantardan ex-HGU. Sedangkan Perhutanan Sosial mencapai 12.7 juta ha, yang diperoleh dari kawasan hutan termasuk kawasanhutan yang dikelola oleh Perhutani dan Inhutani.

*Asumsi 1 bidang (sertifikat) adalah 0,67 ha

1B.21B.1

Hak Akses/Izin/Kemitraan

Pengelolaan Hutan

TORA Perhutanan Sosial

NORMA DAN STANDAR REFORMA AGRARIA

Lahan untuk

diusahakan

Uniformity &

batasan

kepemilikan

lahan

Pengelolaan

secara klaster/

kelompok

Pengelolaan dikonsolidasikan

dalam satu klasterJenis tanaman sama untuk

satu klaster

Luasan Maksimum Penguasaan Lahan/Hutan ditentukan berdasarkan kriteria:

16

Hak Milik atas Tanah

• Kepadatan Penduduk

• Jumlah Penduduk Miskin

• Ketimpangan Kepemilikan Lahan

• Kepadatan Penduduk

• Jumlah Penduduk Miskin

• Fungsi Hutan (Konservasi, Lindung, Produksi)

• Jenis Pemanfaatan (Kayu/Non-Kayu)

Tanah tidak untuk diperjualbelikan atau dipecah melalui sistem waris

Tidak merusak ekosistem hutan dan penebangan kayu hanya diperbolehkan di Hutan Produksi

Dikelola oleh kelompok

masyarakat (koperasi)

16

Konsep pengembangan ekonomi secara klaster adalah : mengkonsentrasikan suatu kelompok untuk

bekerjasama, saling bergantung satu sama lain, dan terkonsentrasi dalam satu wilayah untuk

mengembangkan komoditas tertentu (tanaman pangan).

MODEL PEMBANGUNAN EKONOMI SECARA KLASTER

Memanfaatkan Lahan

• Menggunakan lahan untuk

memproduksi tanaman pangan

dan hortikultura

• Mengembangkan hasil panen

menjadi bahan yang memiliki value

added dengan konsep

agroindustri

• Dilakukan dalam bentuk klaster

• Ada proporsi tersendiri atas

pembagian setiap fungsi lahan,

sehingga mudah untuk

memberikan akses infrastruktur

Membangun desa yang terintegrasi

Memanfaatkan Lahan

Sistem klaster ini mempunyai keunggulan meningkatkan skala keekonomian,

meningkatkan nilai tambah, serta mendorong inovasi kewirausahaan

Di dalam sistem klaster

sebaiknya terdapat mitra

offtaker untuk menyerap

hasil produksi

Area gudang dan

pengering Area Penanaman

Tanaman Pangan

area

agroindustriArea Penanaman

hortikultura

17

Ilustrasi Klaster

18

Area

Agroindustri

Area gudang

dan pengering

Area penanaman

Horticultura

Area penanaman

Tanaman Pangan

1

2

3 4

5

6Bibit unggul yang

bersertifikat

untuk produktivitas,

kualitas, dan ketelusuran

good agricultural practices

sesuai dengan standar-

standar pengelolaan

pertanian/perkebunan yang

baik dan ramah lingkungan

Fasilitas paska panen

lantai jemur/dryer, gudang

penyimpanan, logistik,

transportasi serta informasi

pasar (harga, kuantitas,

kualitas, waktu, pembeli)

Kepastian offtaker

Penjaminan penyediaan

pendampingan dan

kepastian pembeli

Kelembagaan petani

Gapoktan/BUMDes atau

koperasi

Teknologi

penggunaan teknologi

untuk efisiensi dan

peningkatan produktivitas

PENGEMBANGAN KLASTER YANG IDEAL

Untuk dapat menjalankan klaster dengan baik, dibutuhkan dukungan beberapa aspek yang bisa didapatkan dari

Pemerintah, BUMN, maupun swasta. Terdapat 6 aspek yang sebaiknya terpenuhi agar skema klaster berjalan, yaitu

tersedianya bibit unggul, melakukan good agricultural practices, fasilitas paska panen, kelembagaan petani, perbaikan

teknologi, dan kepastian offtaker

Offtaker atau avalis Modal usaha Infrastruktur Pendampingan Bagi Hasil

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL YANG AKAN DITERAPKAN DI JAWA (LAHAN PERHUTANI)

DAN DI LUAR JAWA (LAHAN INHUTANI)

Jawa : 2 Ha/KK

luar Jawa : 4 – 5 Ha/KK

Kelompok masyarakat diberikan izin (akses)

pengelolaan untuk jangka waktu 35 tahun, dimana setiap

5 tahun dievaluasi

Pengelolaan lahan dilakukan secara klaster untuk satu jenis

komoditi tertentu (tanaman semusim) dan digarap secara berkelompok sehingga skala

ekonomi tercapai

Izin pengelolaan diberikan kepada kelompok masyarakat, diprioritaskan bagi petani, dan

izin tersebut tidak dapat diwariskan dan diperjualbelikan.

Luas lahan yang dapat

diaksesJangka waktu Sistem pengelolaan Subyek Perhutanan Sosial

Support

BUMN, BUMD, BUMS

menjamin pembelian hasil

produksi

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

dengan bunga 9 %,

disediakan oleh bank

BUMN

Pemerintah melalui PUPR,

KEMENTAN, KKP, dan

KEMENDES serta penugasan

ke BUMN untuk menyediakan

sarana dan prasarana

disediakan pendampingan

oleh pemerintah (K/L)

dan/atau perusahaan

offtaker

Skema bagi hasil bervariasi

menurut jenis tanaman

antara 70-90% kepada

petani

19

TERIMA KASIH

Tahun 1973

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

Deforestasi yang terjadi, yang terbesar dikarenakan pembukaan lahan

hutan untuk perusahaan perkayuan (50%), penyebab lainnya adalah karena

perusahaan kelapa sawit (20%), areal transmigrasi (20%) dan perkebunan

rakyat (10%). Kabupaten dengan deforestasi terbesar berada di Kabupaten

Sanggau, Sintang dan Landak.

Deforestasi mulai terjadi karena pembukaan lahan hutan oleh rakyat untuk

lahan pertanian dan perkebunan pribadi dan mulai masuknya perusahaan

beberapa perkebunan kelapa sawit. Secara keseluruhan, 80% wilayah

Kallimantan Tengah masih merupakan area hutan tertutup alami.

Deforestasi yang terjadi pada tahun ini yang terbesar disebabkan

pembukaan lahan untuk perusahaan perkayuan dan beberapa spot area

pertambangan batubara rakyat ilegal.

Pada tahun 1973, wilayah ini 90 % masih merupakan wilayah area tutupan

hutan alami. Deforestasi terjadi dalam skala luasan yang sangat kecil

dikarenakan pembukaan lahan oleh rakyat untuk pertanian.

Kalimantan Timur pada tahun 1973 sudah mengalami deforestasi oleh

perusahaan perkayuan walaupun masih dalam skala kecil dan sebagian lain

karena pembukaan lahan untuk area transmigrasi dan pertanian rakyat.

Hutan Perkebunan Kelapa SawitPerhutanan Kayu Pulp

TransmigrasiTambang

Tahun 1985

Deforestasi masih terus terjadi di kabupaten landak, sanggau dan sintang,

perluasan areal perusahaan perkayuan menjadi penyebab terluas

deforestasi. Faktor lainnya adalah mulai maraknya pembukaan area hutan

untuk perkebunan kelapa sawit swasta dalam skala besar.

Deforestasi semakin meluas sebagai dampak dari perluasan area

perkebunan kelapa sawit di wilayah Sukamara dan Kotawaringin Barat.

Penyebab lainnya adalah pembukaan area hutan oleh masyarakat untuk

pertanian dan perkebunan pribadi, walaupun dalam skala kecil tapi

tersebar dihampir seluruh wilayah Provinsi.

Deforestasi tahun ini masih didominasi pembukaan area hutan untuk

perusahaan perkayuan dan pertambangan batubara. Penyebab lainnya

adalah area transmigrasi dan perkebunan kelapa sawit swasta dan rakyat.

Tahun 1985, Kalimantan Utara masih mayoritas merupakan area hutan

tertutup dan alami, alih fungsi lahan hutan yang terjadi masih disebabkan

karena pembukaan lahan untuk pemukiman, pertanian dan perkebunan

rakyat.

Deforestasi yang terjadi masih yang terbanyak disebabkan pembukaan

area hutan untuk perusahaan perkayuan, industri logging dan kayu lapis

terus meluas dan menjadi penyebab deforestasi di Kalimantan Timur.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

Tahun 2000

Dalam waktu 15 tahun dari tahun 1985 ke tahun 2000 deforestasi di

Kalimantan Timur semakin parah dimana yang terbesar adalah

pertambangan batubara serta perhutanan kayu pulp. Adapun kabupaten

yang mengalami deforestasi adalah Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau,

dan Panajam Pasak Utara.

Lahan hutan yang tersisa hanya sekitar 60%. Sebagian besar lahan

deforestasi adalah untuk perkebunan kelapa sawit, beberapa perkebunan

kayu Pulp dan pertanian rakyat . Adapun kabupaten yang terkena dampak

adalah Kab. Lamandau, Sukamara, Kotawaringin Barat dan Timur, Katingan,

Palangkaraya, dan Pulang Pisau

Sekitar 70% wilayah di Kalsel mengalami deforestasi, pada tahun ini

penyebab terbesarnya adalah pembukaan lahan untuk pertambangan

batubara dan perkebunan kelapa sawit. Adapun kabupaten yang terkena

dampak deforestasi adalah Kab. Barito Kuala, Banjar, Tanah Bumbu, Tanah

laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan sepanjang pantai Kotabaru.

Pada tahun ini, wilayah kalimantan utara masih dapat mempertahankan

80 % tutupan hutan alaminya, deforestasi sudah mulai terjadi untuk

perusahaan perkayuan, pemukiman rakyat dan beberapa titik lokasi

perkebunan kelapa sawit.

Pada tahun 2000, hutan kalimantan barat sudah mulai banyak terdeforestasi

oleh perkebunan kelapa sawit, perhutanan kayu pulp, dan lahan

transmigrasi Kabupaten dengan deforestasi terbesar adalah ketapang,

sanggau, sintang dan bengkayang. Di ketapang sudah mulai terdapat spot

pertambangan batubara.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

Tahun 2005

Kondisi Kalbar di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan tahun 2000

dimana 70% lahan di Prov. Perkebunan kelapa sawit semakin

berkembang. Adapun kabupaten yang terkena dampak deforestasi

adalah Kab. Sambas, Bengkayang, Ngabang, Pontianak, Keapatang,

Sanggau, Sekadau, dan Sintang.

Konodisi Kalteng di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan kondisi ditahun

2000, hanya saja perkebunan kelapa sawit mulai bertambah,

Konodisi Kalsel di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan kondisi ditahun

2000, hanya saja perkebunan kelapa sawit mulai bertambah dan ada

deforestasi tetapi dalam jumlah luasan yang tidak begitu besar.

Untuk kalimantan Utara hanya sedikit saja terjadi deforestasi dan mulai

adanya perkebunan sawit dan kayu

Konodisi Kaltim di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan kondisi ditahun

2000, hanya saja perkebunan kelapa sawit mulai bertambah dan ada

deforestasi tetapi dalam jumlah luasan yang tidak begitu besar.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

Tahun 2010

Semakin banyak pembukaan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit,

namun mayoritas dibuka di area lahan yang bukan merupakan hutan

(kebun campuran, rawa, dsb). Sedangkan pembukaan di kawasan hutan

terutama ada di Kab. Sambas

Terjadi pembukaan kawasan kebun kelapa sawit secara masif di Kab.

Seruyan dan Kotawaringin Timur, namun lokasi nya berada di lahan yang

bukan merupakan hutan. Sedangkan deforestasi lahan hutan sedikit terjadi

di Kab. P. Pisau dan Kapuas baik yang berubah menjadi kebun sawit

ataupun penggunaan lainnya

Perubahan lahan hutan sangat minim, terdapat pembukaan lahan sawit

baru di Kab. Banjar serta perluasan kebun di Kab. Tanah Bumbu dan Kota

Baru, namun pembukaannya dilakukan di area lahan bukan hutan

Deforestasi terjadi di sepanjang wilayah pesisir terutama di Kab. Nunukan

dan Bulungan, yang sebagian besar disebabkan oleh pembukaan kebun

kelapa sawit dan kayu pulp. Sedangkan di Kab. Malinau yang berada di

tengah Pulau Kalimantan masih terjaga tutupan hutannya.

Di periode ini banyak pembukaan lahan kelapa sawit di Kalimantan Timur,

yang tersebar di area lahan bukan di Kab. Kutai Barat, Kutai Timur, dan

Kutai Kertanegara. Deforestasi hutan untuk kebun sawit terjadi di Kab.

Paser, Penajam Paser Utara, dan Berau, namun sangat minim.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

Tahun 2015

Semakin banyak perluasan perkebunan kelapa sawit, namun mayoritas

dibuka di area lahan yang bukan merupakan hutan, dan ada juga

pembukaan perkebunan kayu pulp di kawasan hutan di daerah Kab.

Pontianak

Sama seperti periode sebelumnya, banyak terjadi perluasan kebun sawit

yang sudah ada, namun tidak merambah hutan, permbukaan kebun sawit

baru terutama ada di Kab. P. Pisau dan Kab. Kapuas

Kebun-kebun sawit yang sudah ada semakin luas, dan sedikit terjadi

deforestasi di daerah Kab. Kota Baru serta Kab. Tanah Bumbu, yang

sebagian dikarenakan untuk aktifitas kayu pulp

Di periode ini perluasan lahan untuk kayu pulp dan sawit masih cukup

masif dan cukup banyak yang menyebabkan deforestasi karena dibuka di

area lahan hutan terutama di Kab. Paser Penajam Utara, Kutai Barat, Kutai

Timur dan Berau.

Deforestasi semakin banyak terjadi terutama untuk perluasan kebun

kelapa sawit di sepanjang wilayah pesisir Kab. Nunukan, Tana Tidung,

sampai Bulungan. Sedangkan di Kab. Malinau yang berada di tengah

Pulau Kalimantan tetap masih terjaga tutupan hutannya.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

PETA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN

21

Tahun 1973

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

Deforestasi yang terjadi, yang terbesar dikarenakan pembukaan lahan

hutan untuk perusahaan perkayuan (50%), penyebab lainnya adalah karena

perusahaan kelapa sawit (20%), areal transmigrasi (20%) dan perkebunan

rakyat (10%). Kabupaten dengan deforestasi terbesar berada di Kabupaten

Sanggau, Sintang dan Landak.

Deforestasi mulai terjadi karena pembukaan lahan hutan oleh rakyat untuk

lahan pertanian dan perkebunan pribadi dan mulai masuknya perusahaan

beberapa perkebunan kelapa sawit. Secara keseluruhan, 80% wilayah

Kallimantan Tengah masih merupakan area hutan tertutup alami.

Deforestasi yang terjadi pada tahun ini yang terbesar disebabkan

pembukaan lahan untuk perusahaan perkayuan dan beberapa spot area

pertambangan batubara rakyat ilegal.

Pada tahun 1973, wilayah ini 90 % masih merupakan wilayah area tutupan

hutan alami. Deforestasi terjadi dalam skala luasan yang sangat kecil

dikarenakan pembukaan lahan oleh rakyat untuk pertanian.

Kalimantan Timur pada tahun 1973 sudah mengalami deforestasi oleh

perusahaan perkayuan walaupun masih dalam skala kecil dan sebagian lain

karena pembukaan lahan untuk area transmigrasi dan pertanian rakyat.

Hutan Perkebunan Kelapa SawitPerhutanan Kayu Pulp

TransmigrasiTambang

PETA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN

22

Tahun 1985

Deforestasi masih terus terjadi di kabupaten landak, sanggau dan sintang,

perluasan areal perusahaan perkayuan menjadi penyebab terluas

deforestasi. Faktor lainnya adalah mulai maraknya pembukaan area hutan

untuk perkebunan kelapa sawit swasta dalam skala besar.

Deforestasi semakin meluas sebagai dampak dari perluasan area

perkebunan kelapa sawit di wilayah Sukamara dan Kotawaringin Barat.

Penyebab lainnya adalah pembukaan area hutan oleh masyarakat untuk

pertanian dan perkebunan pribadi, walaupun dalam skala kecil tapi

tersebar dihampir seluruh wilayah Provinsi.

Deforestasi tahun ini masih didominasi pembukaan area hutan untuk

perusahaan perkayuan dan pertambangan batubara. Penyebab lainnya

adalah area transmigrasi dan perkebunan kelapa sawit swasta dan rakyat.

Tahun 1985, Kalimantan Utara masih mayoritas merupakan area hutan

tertutup dan alami, alih fungsi lahan hutan yang terjadi masih disebabkan

karena pembukaan lahan untuk pemukiman, pertanian dan perkebunan

rakyat.

Deforestasi yang terjadi masih yang terbanyak disebabkan pembukaan

area hutan untuk perusahaan perkayuan, industri logging dan kayu lapis

terus meluas dan menjadi penyebab deforestasi di Kalimantan Timur.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

PETA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN

23

Hutan Perkebunan Kelapa SawitPerhutanan Kayu Pulp

TransmigrasiTambang

Tahun 2000

Dalam waktu 15 tahun dari tahun 1985 ke tahun 2000 deforestasi di

Kalimantan Timur semakin parah dimana yang terbesar adalah

pertambangan batubara serta perhutanan kayu pulp. Adapun kabupaten

yang mengalami deforestasi adalah Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau,

dan Panajam Pasak Utara.

Lahan hutan yang tersisa hanya sekitar 60%. Sebagian besar lahan

deforestasi adalah untuk perkebunan kelapa sawit, beberapa perkebunan

kayu Pulp dan pertanian rakyat . Adapun kabupaten yang terkena dampak

adalah Kab. Lamandau, Sukamara, Kotawaringin Barat dan Timur, Katingan,

Palangkaraya, dan Pulang Pisau

Sekitar 70% wilayah di Kalsel mengalami deforestasi, pada tahun ini

penyebab terbesarnya adalah pembukaan lahan untuk pertambangan

batubara dan perkebunan kelapa sawit. Adapun kabupaten yang terkena

dampak deforestasi adalah Kab. Barito Kuala, Banjar, Tanah Bumbu, Tanah

laut, Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan sepanjang pantai Kotabaru.

Pada tahun ini, wilayah kalimantan utara masih dapat mempertahankan

80 % tutupan hutan alaminya, deforestasi sudah mulai terjadi untuk

perusahaan perkayuan, pemukiman rakyat dan beberapa titik lokasi

perkebunan kelapa sawit.

Pada tahun 2000, hutan kalimantan barat sudah mulai banyak terdeforestasi

oleh perkebunan kelapa sawit, perhutanan kayu pulp, dan lahan

transmigrasi Kabupaten dengan deforestasi terbesar adalah ketapang,

sanggau, sintang dan bengkayang. Di ketapang sudah mulai terdapat spot

pertambangan batubara.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

PETA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN

24

Hutan Perkebunan Kelapa SawitPerhutanan Kayu Pulp

TransmigrasiTambang

Tahun 2005

Kondisi Kalbar di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan tahun 2000

dimana 70% lahan di Prov. Perkebunan kelapa sawit semakin

berkembang. Adapun kabupaten yang terkena dampak deforestasi

adalah Kab. Sambas, Bengkayang, Ngabang, Pontianak, Keapatang,

Sanggau, Sekadau, dan Sintang.

Konodisi Kalteng di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan kondisi ditahun

2000, hanya saja perkebunan kelapa sawit mulai bertambah,

Konodisi Kalsel di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan kondisi ditahun

2000, hanya saja perkebunan kelapa sawit mulai bertambah dan ada

deforestasi tetapi dalam jumlah luasan yang tidak begitu besar.

Untuk kalimantan Utara hanya sedikit saja terjadi deforestasi dan mulai

adanya perkebunan sawit dan kayu

Konodisi Kaltim di tahun 2005 tidak jauh berbeda dengan kondisi ditahun

2000, hanya saja perkebunan kelapa sawit mulai bertambah dan ada

deforestasi tetapi dalam jumlah luasan yang tidak begitu besar.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

PETA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN

25

Hutan Perkebunan Kelapa SawitPerhutanan Kayu Pulp

TransmigrasiTambang

Tahun 2010

Semakin banyak pembukaan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit,

namun mayoritas dibuka di area lahan yang bukan merupakan hutan

(kebun campuran, rawa, dsb). Sedangkan pembukaan di kawasan hutan

terutama ada di Kab. Sambas

Terjadi pembukaan kawasan kebun kelapa sawit secara masif di Kab.

Seruyan dan Kotawaringin Timur, namun lokasi nya berada di lahan yang

bukan merupakan hutan. Sedangkan deforestasi lahan hutan sedikit terjadi

di Kab. P. Pisau dan Kapuas baik yang berubah menjadi kebun sawit

ataupun penggunaan lainnya

Perubahan lahan hutan sangat minim, terdapat pembukaan lahan sawit

baru di Kab. Banjar serta perluasan kebun di Kab. Tanah Bumbu dan Kota

Baru, namun pembukaannya dilakukan di area lahan bukan hutan

Deforestasi terjadi di sepanjang wilayah pesisir terutama di Kab. Nunukan

dan Bulungan, yang sebagian besar disebabkan oleh pembukaan kebun

kelapa sawit dan kayu pulp. Sedangkan di Kab. Malinau yang berada di

tengah Pulau Kalimantan masih terjaga tutupan hutannya.

Di periode ini banyak pembukaan lahan kelapa sawit di Kalimantan Timur,

yang tersebar di area lahan bukan di Kab. Kutai Barat, Kutai Timur, dan

Kutai Kertanegara. Deforestasi hutan untuk kebun sawit terjadi di Kab.

Paser, Penajam Paser Utara, dan Berau, namun sangat minim.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

PETA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN

26

Hutan Perkebunan Kelapa SawitPerhutanan Kayu Pulp

TransmigrasiTambang

PETA DEFORESTASI PULAU KALIMANTAN

Tahun 2015

Semakin banyak perluasan perkebunan kelapa sawit, namun mayoritas

dibuka di area lahan yang bukan merupakan hutan, dan ada juga

pembukaan perkebunan kayu pulp di kawasan hutan di daerah Kab.

Pontianak

Sama seperti periode sebelumnya, banyak terjadi perluasan kebun sawit

yang sudah ada, namun tidak merambah hutan, permbukaan kebun sawit

baru terutama ada di Kab. P. Pisau dan Kab. Kapuas

Kebun-kebun sawit yang sudah ada semakin luas, dan sedikit terjadi

deforestasi di daerah Kab. Kota Baru serta Kab. Tanah Bumbu, yang

sebagian dikarenakan untuk aktifitas kayu pulp

Di periode ini perluasan lahan untuk kayu pulp dan sawit masih cukup

masif dan cukup banyak yang menyebabkan deforestasi karena dibuka di

area lahan hutan terutama di Kab. Paser Penajam Utara, Kutai Barat, Kutai

Timur dan Berau.

Deforestasi semakin banyak terjadi terutama untuk perluasan kebun

kelapa sawit di sepanjang wilayah pesisir Kab. Nunukan, Tana Tidung,

sampai Bulungan. Sedangkan di Kab. Malinau yang berada di tengah

Pulau Kalimantan tetap masih terjaga tutupan hutannya.

KALIMANTAN BARAT

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

27

Hutan Perkebunan Kelapa SawitPerhutanan Kayu Pulp

TransmigrasiTambang