laporan praktikum pengendalian gulma (agh 321)

136
1 LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA (AGH 321) Disusun Oleh : Kelompok 9A 1. Trisnani Yuda Fitri A24070021 2. Galvan Yudistira A24070040 3. Vicky Oktarina Chairunnissa A24070121 Asisten Praktikum Arie eka prasetia rizki A24052120 Maulana marman A24061763 Angga waluya A24062477 Heny agustin A24061070 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Upload: ivan-ara

Post on 15-Jun-2015

6.814 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

1

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN GULMA (AGH 321)

Disusun Oleh :

Kelompok 9A

1. Trisnani Yuda Fitri A24070021

2. Galvan Yudistira A24070040

3. Vicky Oktarina Chairunnissa A24070121

Asisten Praktikum

Arie eka prasetia rizki A24052120

Maulana marman A24061763

Angga waluya A24062477

Heny agustin A24061070

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

2

PENGELOLAAN SARANA TUMBUH

Disusun Oleh :

Trisnani Yuda Fitri A24070021

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 3: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

3

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kompetisi adalah hubungan interaksi antara dua individu tumbuhan baik

yang sesama jenis maupun berlainan jenis yang dapat menimbulkan pengaruh

negatif bagi keduanya sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya yang ada

dalam keadaan terbatas secara bersama. Kompetisi yag terjadi di alam meliputi

komoetisi intrapesifik yaitu interaksi negatif antar sesama jenis, dan kompetisi

interspesifik yatu interaksi negatif yang terjadi pada rumbuhan berbeda jenis.

Tanaman budidaya mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan gulma

sampai batas populasi gulma tertentu. Setelah batas populasi tersebut, tanaman

budidayaakan kalah dalam berseing sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman

budidaya akan menurun. Kompetisi gulma dapat menyebabkan penurunan

kuantitas dan kualitas hasil panen. Penurunan kuantitas hasil panen terjadi melalui

dua cara yaitu pengurangan jumlah hasil yang dapt dipanen dan penurunan jumlah

indididu tanaman yang dipanen. Penurunan kualitas hasi akibat kompetisi gulma

disebabkan diantaranya oleh tercampurnya hasil penen dengan biji gulma.

Akibatnya, hasil panen menurun.

Kompetisi antara gulma dan tanaman terjadi karena faktor umbuh yang

terbatas. Faktor yang dikompetisikan antara lain hara, cahaya, CO2, cahaya dan

ruang tumbuh. Besarnya daya kompetisi gulma tergantung pada beberapa faktor

antara lain jumlah individu gulma dan berat gulma, siklus hidup gulma, periode

ada gulma pada tanaman, dan jenis gulma. Dalam kenyataannya sangat sulit bagi

kita untuk menjelaskan faktor mana yang terlibat atau berperan dalam peristiwa

kompetisi tersebut. De Wit (1960) menyebutkan istilah “sarana pertumbuhan”

yang mencakup semua faktor yang telibat dalam kompetisi. Ada beberapa

perubahan kompetisi yang dapat digunakan untuk mengukur daya kompetisi,

diantaranya total hasil relatif (THR), penguasaan sarana tumbuh (PST), dan

agresivitas.

Page 4: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

4

Pada praktikum ini mahasiswa akan diperkenalkan salah satu peubah untuk

mengukur kompetisi, yaitu penguasaan sarana tumbuh. Prinsipnya adalah bahwa

tanaman yang menguasai persaingan atu kompetisi akan menguasai sarana

tumbuh lebih besar dibandingkan terhadap pesaingnya.

Tujuan

Praktikum ini memiliki tujuan untuk mempelajari penguasaan sarana

tumbuh dalam suatu percobaan kompetisi antara tanaman dan gulma danc cara

perhitungannya.

Page 5: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung

Tanaman jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk dala ordo

Tripsaceae, famili Poaceae, subfamili Panicoidae dan genus Zea. Tanaman jagung

memiiki akar serabut dengan tiga tipe akar, yaitu akar seminal yang rumbuh dari

radikula dan embrio, akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah, dan akar

udara (brace root) (Sudjana et. al., 1991). Batang jagung berbentuk silindris dan

terdir dari sejumlah ruas dan buk, dengan panjang yang berbeda-beda tergantung

varietas dan lingkungan tempat tumbuh (Goldsworthy dan Fischer, 1992). Suhu

optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 20-260C dengan curah hujan

500 – 1500 mm per tahun. Jagung dapat tumbuh di semua jenis tanah, tanah

berpasir maupun tanah liat berat. Namun tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada

tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH tanah 5,5 – 7,0 (Suprapto

dan Marzuki, 2002).

Gulma

Soerjani (1998) dalam Sukman dan Yakup (1991) mendefinisikan gulma

sebagai tumbuhan yang peranan, pitensi, dan hakikat kehadirannya belum

sepenuhnya diketahui. Gulma merupakan pesaing alami yang kuat bagi tanaman

budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah yang banyak

sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepat

dan daur hidup lama (Ashton dan Monaco, 1991). Sifat gulma umumnya mudah

beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dibandingkan dengan tanaman

budidaya. Daya adaptasi dan daya saing yang kuat merupakan sifat umum gulma (

Tjirtosoedirdjo et. al., 1984).

Gulma Tanaman Jagung

Gulma yang gumbuh pada tanaman jagung umumnya telah berasosiasi dan

menyesuaikan diri dengan tanaman tersebut. Gulma yang tumbuh dominan adalah

Page 6: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

6

dari golongan rumput, menusul gulma berdaun lebar, dan paling sedikit dari

golongan teki. Species gulma yang umum dijumpai pada pertanaman jagung

adalah Digitaria ciliaris, Cynodon dactilon, Echinochloa colona, Paspalum

distichum, Eleusine indica, Cyperus rotundus, Borreria latifolia, Phyllanthus

niruri, Alternanthera philoxeroides, Synedrella nodiflora, Spighlea anthelmia,

dan Ageratum conizoides (Bangun, 1985).

Page 7: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

7

BAB III

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan antara lain cngkul kored, neraca analitik, dan

oven.Bahan yang sigunakan dalam praktikum ini adalah benih tanaman jagung,

pupuk urea, SP-18, KCl, dan insektisida furadan 3G.

Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2009 di Lapangan Praktikum

Cikabayan, Kampus IPB Dramaga Bogor.

Metodologi

Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok. Perlakuan yang dicobakan

sebagai berikut:

1. (P1) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 1 benih per lubang

2. (P2) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 2 benih per lubang

3. (P3) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 3 benih per lubang

4. (P4) jarak tanam 100 x 20 cm dengan 2 benih per lubang

5. (P5) jarak tanam 100 x 40 cm dengan 5 benih per lubang

6. (P6) jarak tanam 100 x 20 cm sengan 3 benih per lubang

Satuan perobaan berpa petakan dengan ukuran 10m x 4 m. Percobaan

dilakukan denan empat ulangan, sehingga terdapat 20 satuan percobaan.

Pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu pembajakan dan penghalusan

pada saat satu bulan sebelum tanam. Tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam

sesuai perlakuan.

Pemupukan dilakukan dengan ara split, yaitu pada saat tanam dan pada saan

4 MST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan dosis 300 kg Urea/ha, 300

kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pupuk Urea dan KCl diberikan dua kali yaitu ½

Page 8: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

8

dosis pada saat tanam dan ½ dosis pada saat 4 MST. Pemupukan SP-18 dilakukan

seluruhnya pada saat tanam. Furadan diberikan dalam lubang tanam pada saat

tanam dengan dosis 12 kg/ha.

Pengamatan dilakukan pada peubah tinggi dan jumlah daun 10 tanaman

sampel, yang diamati pada 2, 4, 6, 8 MST; Biomassa tajuk jagung, diamati dengan

cara memotong 3 tanaman sampel, dioven dan ditimbang bobot keringnya pada 2,

4, 6, 8 MST; bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot saat panen; dan bobot

total dan biomassa tiap jenis gulma dari pengambilan sampel kuadran.

Page 9: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dilakukan dengan membandingkan peubah-peubah yang telah

diamati terhadap bobot biomassa tanaman jagung dan biomassa gulma. Peubah

yang diamati antara lain tinggi jarak tanam dan perlakuan benih, tinggi tanaman,

jumlah daun, bobot biomassa jagung berkelobot dan tanpa kelobot, dan biomassa

gulma. Peubah tersebut kemudian diamati untuk mengetahui pengaruh peubah

bobot terhadap tingkat persaingan antara gulma dan tanaman jagung.

Pada perlakuan pengaruh jarak tanaman dan perlakuan benih terhadap tinggi

tanaman dan jumlah daun jagung saat 2, 4, 6, 8, dan 10 MST menghasilkan data

bahwa tidak terdapat pengaruh keterkaitan antara jarak tanam dan jumlah benih

terhadap tinggi tanaman maupun jumlah daun (Tabel.3). Dari hasil F hitung

dengan taraf nyata 95%, korelasi antara jarak tanam dan perlakuan benih

menghasilkan angka nol dan kurang dari satu yang membuktikan bahwa tidak ada

atau hanya kecil sekali terdapat keterkaitan (Tabel. 1 dan Tabel.2). Terhadap

faktor persaingan dengan gulma, terdapat pengeruh yang nyata pada 10 MST

dimana dari uji F dengan taraf nyata 95% F, sehingga dapat dibuktikan adanya

persaingan dengan gulma dalam memperoleh nutrisi dari lahan yang sama pada

jarak tanam berbeda (Tabel. 4).

Pengamatan hubungan antara jarak tanam dan perlakuan benih tidak

mempengaruhi tinggi dan jumlah daun tanaman. Adengan kata lain, peubah

tersebut tidak mempengaruhi fase vegetatif tanaman. Jagung merupakan tanaman

C-4 yang dapat beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas dan hasil. Ditinjau

dari segi kondisi lingkungan, tanaman C-4 beradaptasi pada terbatasnya banyak

faktor seperti intensitas radiasi surya yang tinggi dan suhu siang malam yang

tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat yang menguntungkan dari

tanaman jagung sebagai tanaman C-4 antara lain aktifitas fotosintesis pada

tanaman normal tinggi, fotorespirasi sangan rendah, transpirasi rendahh serta

efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan

anatomi yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil (Muhadjir,

1988).

Page 10: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

10

Peubah lain yang digunakan dalam percobaan yaitu komponen hasil yang

meliputi bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot. Pengamatan tongkol

dilakukan pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST. Dari data perhitungan dengan uji F,

taraf nyata 95%, pada 2-8 MST tidak terdapat pengaruh jarak tanam dan

perlakuan benih pada bobot kering jagung berkelobot. Hal ini dapat dipastikan

karena pada masa awal tanam tidak memungkinkan dalam pertumbuhan vegetatif

sehingga tongkol tidak terbentuk. Dari data (Tabel.5 dan Tabel.6) juga

menunjukkan tidak adanya korelasi antara bobot basah jagung berkelobot dan

tanpa kelobot dengan jarak tanam ataupun perlakuan benih. Namun, terhadap

persaingan dengan gulma, pada 10 MST menunjukkan perbedaan yang nyata,

sehingga terdapat pengaruh jarak tanam dan perlakuan benih terhadap bobot basah

jagung berkelobot. Bobot yang dihasilkan pada jarak tanam rapat lebih kecil

dibandingkan dengan bobot pada jarak tanam lebar (Tabel.7).

Pengamatan terhadap tongkol menunjukkan hasil yang nyata pada 10 MST.

Hal ini disebabkan pada 10 MST sudah masuk pada fase generatif yang diawali

dengan proses pembungaan jagung hingga pembentukkan tongkol. Pengaruh yang

terlihat juga dipengaruhi oleh persaingan tanaman dengan gulma dimana jarak

makin besarnya populasi gulma, maka makin besar pula kehilangan hasil yang

akan dialami tanaman. Populasi yang besar akan meningkatkan persaingan

tanaman dalam mempeoleh nutrisi yang sangat diperlukan pada fase

pertumbuhan. Bila telah mengalami banyak kehilangan, maka pada saat

pembentukkan hasil (biji) akan mengurangi bobot basahnya. Smith (1981)

menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman budidaya

adalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman, menjadi inang, hama dan

penyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan konsumsi energi dalam

pengendaliannya, menghalangi sistem irigasi, menyebabkan keracunan dan luka

pada manusia dan hewan serta mengurangi nilai dan produktivitas dan estetika

lahan.

Pengamatanbeberapa peubah di atas menjelaskan bahwa persaingan tanaman

terhadap gulmalah yang menjadi penentu keberhasilan produksi tanaman jagung.

Grafik.1 menyatakan hubungan antara hasil nyata dengan densitas gulma per

satuan luas.

Page 11: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

11

Grafik.1. Hubungan antara hasil nyata dan densitas per satuan luas

Pada saat kerapatan gula 200, maka hasil nyata yang diperoleh sebesar

171,54. Pada titik kerapatan 300 hasil nyata meningkat menjadi 214,43. Seangkan

ketika kerapatan meningkat menjadi 400, maka hasil nyata yang dihasilkan

sebesar 65, 584. Secara hiperbolik, grafik menunjukkan peningkatan hasil pada

awal pertumbuhan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan gulma. Namun,

setelah mencapai titik maksimum, maka hasil tidak lagi mengalami peningkatan,

melainkan penurunan secara drastis terhadap peningkatan kerapatan gulma. Hal

ini dikarenakan pada awal pertumbuhan, gulma beulum mampu menyaingi

pertumbuhan tanaman jagung. Namun, pada vase generatif, tanaman sudah mulai

mengurangi prosuksi biomassa pertumbuhan dan mengalihkannya unuk fase

generatif, sedangkan gulma masih terus melakukan pertumbuhan vegetatif,

sehingga pada akhirnya gulma mampu menekan pertumbuhan tanaman jagung

(lihat Tabel.8).

Penurunan hasil akibat kompetisi jagung dengan gulma dapat berkisar antara

16-62% (Bangun, 1988). Penurunan tersebut dikarenakan adanya persaingan

nutrisi dengan tumbuhan gulma yang sangat beragam sesuai dengan jenis

tanaman, jenis lahan, populasi tanaman, jenis gulma, dan berbagai faktor bdidaya

lainnya.

y = -0.0002x2 + 0.1142x + 95.973

R2 = 0.3136

-50

0

50

100

150

200

250

0 200 400 600 800 1000 1200

Densitas (Z)

ha

sil

ny

ata

(O

)

Page 12: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

12

Grafik.2. Hubungan antara densitas gulma dengan penguasaan sarana tumbuh

Grafik.2 menyatakan hubungan kompetisi antara gulma dan tanaman yang

ditunjukkan dari tingkat densitas atau kerapatan gulma dan umur tanaman.

Densitas 1 adalah tingkat kerapatan gulma yang ada pada populasi 100 tanaman.

Pada populasi ini memiliki jarak tanam yang lebar, sehingga persaingan terhadap

gulmanya pun tinggi. Berbeda dengan densitas 6 dengan jumlah populasi 1000

yang memiliki jarak tanam rapat, sehingga persaingan terhadap gulma sedikit.

Hal ini disebabkan karena pada jarak tanam yang sempit, terdapat sedikit ruang

tumbuh bagi gulma, sehingga menjadi salah satu solusi yang digunakan dalam

pengendalian gulma secara kultur teknis.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa semakin meningkat umur tanaman,

maka semakin tinggi pula persaingan antara tanaman dengan gulma, karena

tanaman dan gulma sama-sama melakukan pertumbuhan baik generatif maupun

vegetatif sehingga membutuhkan nutrisi yang berasal dari sumber yang sama.

Persaingan akan sangat tampak terjadi berkaitan dengan jenis tanaman dan jenis

gulma. Tingkat persaingan tanaman jagung dengan gulma berdaun lebar

umumnya akan menyebabkan kekalahan pada tanaman jagung. Hal ini

dikarenakan gulma daun lebar adalah tumbuhan C3 yang lebih boros dalam

memanfaatkan nutrisi dibandingkan dengan gulma rumput yang sebagian besar

juga merupakan tanaman C4.

0

20

40

60

80

100

120

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

PS

T

densitas 1

densitas 2

densitas 3

densitas 4

densitas 5

densitas 6

Page 13: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

13

BAB V

KESIMPULAN

Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

beberapa peubah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan

jarak tanam dan perlakuan benih tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap

pertambahan komponen tumbuh tanaman jagung (tinggi, jumlah daun), namun

memberikan hasil nyata pada komponen biomassanya (bobot tanaman). Namun

ketiga komponen tersebut berkorelasi dimana semakin lebar jarak tanam atau

semakin kecil populasi maka persaingan tumbuh antara tanaman dan gulma

meningkat.

Page 14: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

14

DAFTAR PUSTAKA

Ashton, F. M. adnd T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principles and Pratice. 3rd

Ed. John Wiley and Sons, Inc.: New York. 466 p.

Bangun, P.1983. Pengendalian gulma pada tanaman jagung. Hal 83-95. Dalam

Subandi, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswandi (ed.). Hasil Penelitian

Jagung, Sorgum, dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat Teknis Pusat

Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fischer. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.

Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 874 hal.

Muhadjir, F. 1988. Karakteristik tanaman jagung. Hal 33-38. Dalam Subandi, M.

Syam dan A. Widjono (Eds.). Jagung. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Bogor.

Smith, J. R. 1981. Weed of Majpr Economic Importance in Rice and Yields

Loisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Procidings of The

Conference on Weed Control of Rice. IRRI. Manila. Philippines.

Sudjana, A., A. Arifin, dan M. Sudjadi. 1991. Jagung. Buletin Teknik (3): 1- 27.

Suprapto dan J. A. R. Marzuki. 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya:

Jakarta. 48 hal.

Tjirtosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J Wiroatmojo (Eds.) 1984. Pengelolaan

Gulma di Perkebunan. PT Gramedia: Jakarta. 218 hal

Sukman, Y. Dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja

Grafindo Persada: Jakarta. 123 hal.

Page 15: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

15

LAMPIRAN

Tabel.1. Tabel sidik ragam tinggi tanaman

Sumber keragaman db JK KT

F Hit Pr > F KK

ulangan

2 MST

3 847 282 1.90 0.1876 5,845,089

perlakuan JT 1 0.33264 0.33264 0.00 0.9631

perlakuan benih 3 331 110 0.74 0.5486

JT*benih 1 0.47254 0.47254 0.00 0.9560

galat 11 1,632 148

total 19 2,733

ulangan

4MST

3 2,908 969 4.94 0.0206 38

perlakuan JT 1 45 45 0.23 0.6418

perlakuan benih 3 613 204 1.04 0.4119

JT*benih 1 23 23 0.12 0.7364

galat 11 2,157 196

total 19 5,389

ulangan

6MST

3 5,937 1,979 3.74 0.0539 40

perlakuan JT 1 958 958 1.81 0.2113

perlakuan benih 3 3,135 1,045 1.98 0.1883

JT*benih 1 1,609 1,609 3.04 0.1151

galat 9 4,761 529

total 17 12,489

ulangan

8MST

3 10,642 3,547 4.23 0.0324 3,866,478

perlakuan JT 1 9 9 0.01 0.9184

perlakuan benih 3 569 190 0.23 0.8765

JT*benih 1 1,712 1,712 2.04 0.1810

galat 11 9,230 839

total 19 21,360

ulangan

10MST

3 3,873 1,291 0.79 0.5501 51

perlakuan JT 1 18 18 0.01 0.9213

perlakuan benih 3 637 212 0.13 0.9384

JT*benih 1 135 135 0.08 0.7853

galat 5 8,191 1,638

total 13 14,829

Page 16: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

16

Tabel. 2. Tabel sidik ragam jumlah daun

sumber keragaman db JK KT F Hit Pr > F KK

ulangan

2 MST

3 4 1 2.35 0.1241 21

perlakuan JT 1 2 2 3.27 0.0957

perlakuan benih 3 3 1 1.73 0.2139

JT*benih 1 0.00427287 0.00427 0.01 0.9351

galat 12 7.4194382 0.61829

total 20 16.50666667

ulangan

4 MST

3 13 4 3.55 0.0477 24

perlakuan JT 1 1 1 1.11 0.3136

perlakuan benih 3 8 3 2.34 0.1246

JT*benih 1 0.07814858 0.07815 0.07 0.8022

galat 12 14.295125 1.19126

total 20 34.50952381

ulangan

6 MST

3 17 6 2.32 0.1373 29

perlakuan JT 1 0.58228338 0.58228 0.24 0.6315

perlakuan benih 3 11 4 1.49 0.2756

JT*benih 1 0.20806971 0.20807 0.09 0.7735

galat 10 23.79931287 2.37993

total 18 48.79684211

ulangan

8 MST

3 20.68954054 6.89651 3.43 0.0522 24

perlakuan JT 1 4.16454313 4.16454 2.07 0.1755

perlakuan benih 3 2.73117364 0.91039 0.45 0.7199

JT*benih 1 4.16454313 4.16454 2.07 0.1755

galat 12 2411045946 2.0092

total 20 5964666667

ulangan

10 MST

3 4.68615385 1.56205 0.77 0.5491 25

perlakuan JT 1 0.9351717 0.93517 0.46 0.5212

perlakuan benih 3 0.19193659 0.06398 0.03 0.9916

JT*benih 1 0.64720223 0.6472 0.32 0.5915

galat 6 12.09384615 2.01564

total 14 18.59733333

ulangan

12 MST

3 7.07047619 2.35683 1.13 0.4371 24

perlakuan JT 1 3.6125 3.6125 1.73 0.2585

perlakuan benih 2 1.54815735 0.77408 0.37 0.7115

JT*benih 1 0.675 0.675 0.32 0.5999

galat 4 8.34285714 2.08571

total 11 19.23666667

Page 17: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

17

Tabel 3. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun

Perlakukan Kel Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai)

2MST

4MST

6MST

8MST

10MST

12MST

2MST

4MST

6MST

8MST

10MST

12MST

JT 100cmX40c

m 1benih/lub

ang

A 6.4 54 70 102 108 115 5 5 5 6 7 7

B 17 22 39 50 45 44 4 4 3 5 4 4

C 39 74 102 137 142 155 5 8 9 9 8 8

D 14 20 25 25 33 44 2.2 2.7 3.2 2.3 3.2 4.2

JT 100cmX40c

m 2benih/lub

ang

A 28 37 - 73.5 61 - 3 4 - 7 5 -

B - - - - - - 4 5 6 6 6 5

C - - - - - - 4 5 6 6 6 5

D 20 42 94 107 120 128 3 5 6 6 6 6

JT 100cmX40c

m 3benih/lub

ang

A 20.4

1 38.8

52.88

72.41

84.45 89.73 2 4 6 5 5 6

B - 28 - 48 51 mati - 3 - 4 5 mati

C 20 36 58 57.9 mati mati 3.2 3.6 3.7 4.5 mati mati

D 14 31 53 65.8 - - 3 4 4 4 - -

JT 100cmX20c

m 2benih/lub

ang

A 25 46 99 111 124 133 4 6 7 6 6 6

B 18 24 32 39.8 - - 4 5 6 7 - -

C 61 76 99 90.9 91 124 6 7 7 7 6 8

D 3.5 7.4 15 43 77 95 3 4 5 5 6 6

JT 100cmX20c

m 5benih/lub

ang

A 17 23 29 48.8 - - 4 3 3 4 - -

B 31.3

9 48.4

4 70.9 1,01

8 1,105 - 4 6 8 9 8 -

C 18 41 67 129 - - 4 6 7 9 - -

D 26 - 46 53.6 50 - 4 - 4 5 5 -

JT 100cmX20c

m 3benih/lub

ang

A 18 27 - - - - 4 4 - - - -

B 18 34 57 68.5 80 85 4 4 4 6 6 7

C 18 41 67 129 - - 3.6 5.1 6.5 8.7 - -

D 15 28 33 47.1 50 - - - - - - -

Page 18: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

18

Tabel. 4. Tabel bobot kering gulma

MS

T Sumber DB JK K T

F

Hitung Pr>F KK

2 Ulangan 2 738.78540517 369.39270258 0.96 0.5852 132.6018

Perlakuan

JT 1 176.00732827 176.00732827 0.46 0.6215

Perlakuan

Benih 2 925.97071579 462.98535789 1.20 0.5419

JT*Benih 1 595.37520027 595.37520027 1.55 0.4311

Galat 1 384.86592400 384.86592400

Umum 8 1865.60521400

4 Ulangan 3 15643.4153461

0 5214.47178203 0.50 0.7197 201.4602

Perlakuan

JT

1 2234.69611210 2234.69611210 0.21 0.6891

Perlakuan

Benih

3 34718.66375367

11572.88791789

1.11 0.5065

JT*Benih 1 499.40016003 499.40016003 0.05 0.8472

Galat 2 20880.34062507

10440.17031253

Umum 10 87880.8815321

8

6 Ulangan 2 19681.84534692

9840.92267346 0.53 0.6957 314.0632

Perlakuan

JT

1 776.25418282 776.25418282 0.04 0.8713

Perlakuan

Benih

2 24865.5999337

5 12432.7999668

7 0.67 0.6528

JT*Benih 1 1202.90724015 1202.90724015 0.07 0.8409

Galat 1 18463.51028025

18463.51028025

Umum 8 64975.2927980

0

8 Ulangan 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539 225.5142

Perlakuan

JT

1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726

Perlakuan

Benih

2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283

JT*Benih 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683

Galat 1 1125.50185225 1125.50185225

Umum 8 4368.34353622

10 Ulangan 2 413.81868292 206.90934146 112.28 0.0666 9.276977

Perlakuan

JT

1 892.74251250 892.74251250 484.45 0.0289

Perlakuan

Benih

2 748.67500975 374.33750487 203.13 0.0496

JT*Benih 0 0.00000000

Galat 1 1.84280625 1.84280625

Umum 7 1553.26124800

12 Ulangan 3 3059.30028442 1019.76676147 0.37 0.8016 284.6411

Perlakuan

JT

1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384

Perlakuan 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802

Page 19: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

19

Benih

JT*Benih 0 0.00000000

Galat 1 2761.44995025 2761.44995025

Umum 8 9160.58223800

Tabel. 5. Sidik ragam jagung berkelobot

sumber keragaman db JK KT F Hit Pr > F KK

ulangan

2 MST

2 739 369 0.96 0.5852 133

perlakuan JT 1 176 176 0.46 0.6215

perlakuan benih 2 926 463 1.2 0.5419

JT*benih 1 595 595 1.55 0.4311

galat 1 385 385

total 8 1,866

ulangan

4 MST

2 739 369 0.96 0.5852 133

perlakuan JT 1 176 176 0.46 0.6215

perlakuan benih 2 926 463 1.2 0.5419

JT*benih 1 595 595 1.55 0.4311

galat 1 385 385

total 8 1,866

ulangan

6 MST

2 19,682 9,841 0.53 0.6957 314

perlakuan JT 1 776 776 0.04 0.8713

perlakuan benih 2 24,866 12,433 0.67 0.6528

JT*benih 1 1,203 1,203 0.07 0.8409

galat 1 18,464 18,464

total 8 64,975

ulangan

8 MST

2 1,507 754 0.67 0.6539 226

perlakuan JT 1 2 2 0 0.9726

perlakuan benih 2 1,726 863 0.77 0.6283

JT*benih 1 163 163 0.15 0.7683

galat 1 1,126 1,126

total 8 4,368

ulangan

10 MST

2 414 207 112.28 0.0666 9

perlakuan JT 1 893 893 484.45 0.0289

perlakuan benih 2 749 374 203.13 0.0496

JT*benih 0 0

galat 1 2

total 7 1,553

ulangan

12 MST

3 3,059 1,020 0.37 0.8016 285

perlakuan JT 1 186 186 0.07 0.8384

perlakuan benih 3 3,465 1,155 0.37 0.7802

JT*benih 0 0 0.32 0.5999

galat 1 2,761 2,761

total 8 9,161

Page 20: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

20

Tabel. 6. Sidik ragam jagung tanpa kelobot

sumber keragaman db JK KT F Hit Pr > F KK

ulangan

2 MST

2 73,878,540,517 36,939,270,258 0.96 0.5852 1,326,018

perlakuan JT 1 17,600,732,827 17,600,732,827 0.46 0.6215

perlakuan benih 2 92,597,071,579 46,298,535,789 1.20 0.5419

JT*benih 1 59,537,520,027 59,537,520,027 1.55 0.4311

galat 1 38,486,592,400 38,486,592,400

total 8 186,560,521,400

ulangan

4 MST

3 1,564,341,534,610 521,447,178,203 0.50 0.7197 2,014,602

perlakuan JT 1 223,469,611,210 223,469,611,210 0.21 0.6891

perlakuan benih 3 3,471,866,375,367 1,157,288,791,789 1.11 0.5065

JT*benih 1 49,940,016,003 49,940,016,003 0.05 0.8472

galat 2 2,088,034,062,507 1,044,017,031,253

total 10 8,788,088,153,218

ulangan

6 MST

2 1,968,184,534,692 984,092,267,346 0.53 0.6957 3,140,632

perlakuan JT 1 77,625,418,282 77,625,418,282 0.04 0.8713

perlakuan benih 2 2,486,559,993,375 1,243,279,996,687 0.67 0.6528

JT*benih 1 120,290,724,015 120,290,724,015 0.07 0.8409

galat 1 1,846,351,028,025 1,846,351,028,025

total 8 6,497,529,279,800

ulangan

8 MST

2 150,709,896,292 75,354,948,146 0.67 0.6539 2,255,142

perlakuan JT 1 208,954,682 208,954,682 0.00 0.9726

perlakuan benih 2 172,561,391,050 86,280,695,525 0.77 0.6283

JT*benih 1 16,334,010,015 16,334,010,015 0.15 0.7683

galat 1 112,550,185,225 112,550,185,225

total 8 436,834,353,622

ulangan

10 MST

2 41,381,868,292 20,690,934,146 112.28 0.0666 9,276,977

perlakuan JT 1 89,274,251,250 89,274,251,250 484.45 0.0289

perlakuan benih 2 74,867,500,975 37,433,750,487 203.13 0.0496

JT*benih 0 0.00000000 . . .

galat 1 184,280,625 184,280,625

total 7 155,326,124,800

ulangan

12 MST

3 305,930,028,442 101,976,676,147 0.37

0.8016 2,846,411

perlakuan JT 1 18,585,920,000 18,585,920,000 0.07 0.8384

perlakuan benih 3 346,511,300,442 115,503,766,814 0.42 0.7802

JT*benih 0 0.00000000 . . .

galat 1 276,144,995,025 276,144,995,025

total 8 916,058,223,800

Page 21: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

21

Tabel.7. Pengamatan bobot basah (gram) tongkol 10 tanaman contoh

Perlakukan Kelompok Berkelobot Tanpa

kelobot

JT 100cmX40cm

1benih/lubang

A 22.9 18.763

B tidak diamati

C

D - -

JT 100cmX40cm

2benih/lubang

A 212.5 123.5

B 169.2 117.5

C tidak diamati

D 132.92 90.4

JT 100cmX40cm

3benih/lubang

A tidak ada tongkol

B mati

C mati mati

D tidak diamati

JT 100cmX20cm

2benih/lubang

A 136.6 95.4

B 59.7 -

C 0.452 0.331

D

tidak diamati JT

100cmX20cm 5benih/lubang

A

B

C 0.388889 0.302222222

D tidak diamati

JT 100cmX20cm

3benih/lubang

A 40.28 14.2

B tidak diamati

C 0.388889 0.302222222

D tidak diamati

Tabel.8. Pengamatan bobot kering tanaman jagung

Perlakukan Kel

BK BK BK BK BK BK

JT 100cmX40c

m 1benih/lub

ang

A 1.65 1.744 23.26 36.79 57.32 64.35

B 0.8613 1.173 1.51139 1.9963 7.5

C 0.214 2.48 5.21 7.28 14.31 29.16

D 0.55366

7 1.287

2.398667

3.46667 3.864 6.06033

3

0.81974

2 1.671

8.095014

12.38324

20.7485 33.1901

1

JT 100cmX40c

m 2benih/lub

ang

A 0.861 0.384 6.5 77

B

C 0.333 0.78 12.4433

3 5.74666

7 5.47666

7 6.68

D 0.53 0.31 0.109 1.14423 7.038 9.004

Page 22: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

22

3

0.57466

7 0.49133

3 6.27616

5 4.46363

3 29.8382

2 7.842

JT 100cmX40c

m 3benih/lub

ang

A 0.83 0.96 0.22 2.41 6.070 7.930

B 0.343 1.057 2.428 1,96

C 0.114 2.58 5.67 14.5

D

0.472 1.29433

3 2.31566

7 6.446 6.07 7.93

JT 100cmX20c

m 2benih/lub

ang

A 0.73 0.729 0.153 1.337 7.087 8.987

B 0.14 0.37 0.69 0.67 0.46 1.89

C 0.102 0.774 3.221 12.659 39.463 50.1

D 0.108 0.221 1.633 0.215 0.791 0.8

0.27 0.5235 1.42425 3.72025 11.9502

5 15.4442

5

JT 100cmX20c

m 5benih/lub

ang

A 0.35 0.94 1.89 5.68

B 0.543 1.891 2.876 5.21 6.433 8.46

C

D 0.094 0.75 2.71333 9.333 46.5

0.329 1.19366

7 2.49311 6.741 26.4665 8.46

JT 100cmX20c

m 3benih/lub

ang

A 0.571

B 0.26667 0.27 0.98 1.02 0.78 1.16

C

D 0.105 0.128 0.134 0.205 0.232 0.316

0.31422

3 0.199

0.555334

0.614165

0.506 0.738

Tabel.9. Hubungan antara densitas gulma dengan penguasaan sarana tumbuh

Populasi 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

100 densitas

1 2.469846 5.034649 24.38992 37.31016 62.51431 100.0003

200 densitas

2 1.925827 1.646559 21.03272 14.95856 99.99404 26.28016

300 densitas

3 5.952081 16.32198 29.20135 81.28625 76.54477 100

400 densitas

4 1.748705 3.390544 9.224417 24.09488 77.39799 100.0275

600 densitas

5 42.57769 26.96477 75.24844 83.22019 68.56369 100

1000 densitas

6 1.242917 4.509508 9.418625 25.46657 99.98678 31.96071

Page 23: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

23

Perhitungan tinggi tanaman dengan

SAS

The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 28 General Linear Models Procedure Class Level Information Class Levels Values UL 4 1 2 3 4 JT 2 j1 j2 BNIH 4 b1 b2 b3 b5 Number of observations in data set = 24 Group Obs Dependent Variables 1 20 M2 2 20 M4 3 18 M6 4 20 M8 5 14 M10

6 10 M12 NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing values. The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 29 General Linear Models Procedure Dependent Variable: M2 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 1101.26664650 137.65833081 0.93 0.5302 Error 11 1631.96967830 148.36087985 Corrected Total 19 2733.23632480 R-Square C.V. Root MSE M2 Mean 0.402917 58.45089 12.18034810 20.83860000 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 746.73690200 248.91230067

1.68 0.2289 JT 1 4.39862904 4.39862904 0.03 0.8664 BNIH 3 349.65857906 116.55285969 0.79 0.5266 JT*BNIH 1 0.47253640 0.47253640 0.00 0.9560 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 847.01806312 282.33935437 1.90 0.1876 JT 1 0.33263769 0.33263769 0.00 0.9631 BNIH 3 330.55875133 110.18625044 0.74 0.5486 JT*BNIH 1 0.47253640 0.47253640 0.00 0.9560 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 30 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 11 MSE= 148.3609

Page 24: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

24

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 9.9 Number of Means 2 Critical Range 12.05 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JT A 21.581 11 j2 A A 19.931 9 j1 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 31 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M2 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 11 MSE= 148.3609 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4.48

Number of Means 2 3 4 Critical Range 17.91 18.74 19.23 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N BNIH A 25.939 6 b2 A A 20.273 3 b5 A A 19.205 4 b1 A A 17.643 7 b3 Level of Level of --------------M2------------- JT BNIH N Mean SD j1 b1 4 19.2050000 14.0041101 j1 b2 2 23.8650000 5.4659354 j1 b3 3 18.2766667 3.3629501 j2 b2 4 26.9762500 24.4002853 j2 b3 4 17.1670000 1.4903219 j2 b5 3 20.2730000 4.7624667 The SAS System 22:47 Sunday,

January 26, 1997 32 General Linear Models Procedure Dependent Variable: M4 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 3232.02712156 404.00339020 2.06 0.1324 Error 11 2157.12121539 196.10192867 Corrected Total 19 5389.14833695 R-Square C.V. Root MSE M4 Mean 0.599729 38.35778 14.00363984 36.50795000 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 2406.33693792 802.11231264 4.09 0.0354 JT 1 205.76203210 205.76203210 1.05 0.3277 BNIH 3 596.54802745 198.84934248 1.01 0.4233 JT*BNIH 1 23.38012410 23.38012410 0.12 0.7364 Source DF Type III SS Mean Square

Page 25: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

25

F Value Pr > F UL 3 2908.36880161 969.45626720 4.94 0.0206 JT 1 44.85906964 44.85906964 0.23 0.6418 BNIH 3 613.43215210 204.47738403 1.04 0.4119 JT*BNIH 1 23.38012410 23.38012410 0.12 0.7364 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 33 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 11 MSE= 196.1019 Number of Means 2 Critical Range 13.78 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JT

A 38.278 10 j1 A A 34.738 10 j2 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 34 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M4 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 11 MSE= 196.1019 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3.84 Number of Means 2 3 4 Critical Range 22.24 23.27 23.88 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N BNIH A 42.44 4 b1 A A 38.88 6 b2

A A 32.88 8 b3 A A 32.05 2 b5 Level of Level of --------------M4------------- JT BNIH N Mean SD j1 b1 4 42.4350000 26.3197435 j1 b2 2 39.6950000 3.2597623 j1 b3 4 33.4125000 4.6990026 j2 b2 4 38.4737500 29.5851723 j2 b3 4 32.3482500 6.5794246 j2 b5 2 32.0455000 12.4387154 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 35 General Linear Models Procedure Dependent Variable: M6 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 7727.94692583 965.99336573 1.83 0.1940 Error 9 4761.06179086 529.00686565

Page 26: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

26

Corrected Total 17 12489.00871670 R-Square C.V. Root MSE M6 Mean 0.618780 39.92194 23.00014925 57.61280889 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 4036.37970549 1345.45990183 2.54 0.1215 JT 1 275.61401025 275.61401025 0.52 0.4887 BNIH 3 1806.60646655 602.20215552 1.14 0.3848 JT*BNIH 1 1609.34674354 1609.34674354 3.04 0.1151 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 5937.43103339 1979.14367780 3.74 0.0539 JT 1 958.22105352 958.22105352 1.81 0.2113 BNIH 3 3135.35814876 1045.11938292 1.98 0.1883 JT*BNIH 1 1609.34674354 1609.34674354 3.04 0.1151

The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 36 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 9 MSE= 529.0069 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 8.888889 Number of Means 2 Critical Range 24.68 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JT A 61.57 8 j1 A A 54.45 10 j2 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 37

General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M6 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 9 MSE= 529.0069 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4.210526 Number of Means 2 3 4 Critical Range 35.86 37.43 38.33 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N BNIH A 67.69 5 b2 A A 58.74 4 b1 A A 53.49 6 b3 A A 47.55 3 b5 Level of Level

Page 27: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

27

of --------------M6------------- JT BNIH N Mean SD j1 b1 4 58.7438900 34.2334980 j1 b2 1 94.0000000 . j1 b3 3 54.5266667 3.1868689 j2 b2 4 61.1150000 44.0583201 j2 b3 3 52.4600000 17.6938104 j2 b5 3 47.5450000 18.8790208 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 38 General Linear Models Procedure Dependent Variable: M8 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 12130.01748617 1516.25218577 1.81 0.1790 Error 11 9230.47219263 839.13383569 Corrected Total 19 21360.48967880 R-Square C.V. Root MSE M8 Mean 0.567872 38.66478 28.96780688 74.92040000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 10015.32600127 3338.44200042 3.98 0.0382 JT 1 1.83771442 1.83771442 0.00 0.9635 BNIH 3 401.35090323 133.78363441 0.16 0.9214 JT*BNIH 1 1711.50286725 1711.50286725 2.04 0.1810 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 10642.32866245 3547.44288748 4.23 0.0324 JT 1 9.22435911 9.22435911 0.01 0.9184 BNIH 3 568.55218604 189.51739535 0.23 0.8765 JT*BNIH 1 1711.50286725 1711.50286725 2.04 0.1810 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 39 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error

rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 11 MSE= 839.1338 Number of Means 2 Critical Range 28.51 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JT A 75.97 10 j2 A A 73.87 10 j1 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 40 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M8 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 11 MSE= 839.1338 WARNING: Cell sizes are not equal.

Page 28: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

28

Harmonic Mean of cell sizes= 4.48 Number of Means 2 3 4 Critical Range 42.60 44.56 45.73 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N BNIH A 78.53 4 b1 A A 77.53 6 b2 A A 76.98 3 b5 A A 69.74 7 b3 Level of Level of --------------M8------------- JT BNIH N Mean SD j1 b1 4 78.5275000 50.5599350 j1 b2 2 90.2350000 23.7092904 j1 b3 4 61.0212500 10.5275340 j2 b2 4 71.1700000 35.3528679 j2 b3 3 81.3696667 42.2134803 j2 b5 3 76.9846667 44.6980468

The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 41 General Linear Models Procedure Dependent Variable: M10 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 6638.25796320 829.78224540 0.51 0.8128 Error 5 8190.78629353 1638.15725871 Corrected Total 13 14829.04425673 R-Square C.V. Root MSE M10 Mean 0.447652 50.77059 40.47415544 79.71968093 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 5866.32127738 1955.44042579 1.19 0.4012 JT 1 6.28932318 6.28932318 0.00 0.9530 BNIH 3 630.34296845 210.11432282 0.13 0.9393 JT*BNIH 1 135.30439419 135.30439419 0.08 0.7853

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 3873.24391297 1291.08130432 0.79 0.5501 JT 1 17.69096334 17.69096334 0.01 0.9213 BNIH 3 637.38980506 212.46326835 0.13 0.9384 JT*BNIH 1 135.30439419 135.30439419 0.08 0.7853 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 42 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 5 MSE= 1638.157 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 6.857143 Number of Means 2 Critical Range 56.19 Means with the same

Page 29: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

29

letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JT A 80.57 8 j1 A A 78.58 6 j2 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 43 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M10 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 5 MSE= 1638.157 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.352941 Number of Means 2 3 4 Critical Range 95.9 98.9 100.2 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N BNIH

A 94.52 5 b2 A A 82.05 4 b1 A A 66.25 4 b3 A A 50.27 1 b5 Level of Level of -------------M10------------- JT BNIH N Mean SD j1 b1 4 82.0500000 51.9876748 j1 b2 2 90.7041665 41.4305651 j1 b3 2 67.4875000 23.9885976 j2 b2 3 97.0666667 24.3816188 j2 b3 2 65.0111000 21.7945866 j2 b5 1 50.2700000 . The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 44 General Linear Models Procedure Dependent Variable: M12 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 10611.28164507 1515.89737787 1.81 0.4013 Error 2 1674.99083333 837.49541667 Corrected Total 9 12286.27247840 R-Square C.V. Root MSE M12 Mean 0.863670 28.58156 28.93951307 101.25240000 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 6416.73864373 2138.91288124 2.55 0.2938 JT 1 425.12400933 425.12400933 0.51 0.5501 BNIH 2 1136.12365692 568.06182846 0.68 0.5958 JT*BNIH 1 2633.29533508 2633.29533508 3.14 0.2182 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F UL 3 8194.60583333 2731.53527778 3.26 0.2434 JT 1 58.74906420 58.74906420 0.07 0.8159 BNIH 2 972.04673906 486.02336953 0.58 0.6328

Page 30: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

30

JT*BNIH 1 2633.29533508 2633.29533508 3.14 0.2182 The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 45 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 837.4954 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4.8 Number of Means 2 Critical Range 80.38 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N JT A 109.25 4 j2 A A 95.92 6 j1

The SAS System 22:47 Sunday, January 26, 1997 46 General Linear Models Procedure Duncan's Multiple Range Test for variable: M12 NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 837.4954 WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3 Number of Means 2 3 Critical Range 101.7 101.7 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N BNIH A 119.89 4 b2 A A 89.45 4 b1 A A 87.59 2 b3

Level of Level of -------------M12------------- JT BNIH N Mean SD j1 b1 4 89.450000 54.9655498 j1 b2 1 128.000000 . j1 b3 1 89.730000 . j2 b2 3 117.183333 20.0743825 j2 b3 1 85.444000 .

Perhitungan perbedaan bobot kering gulma dengan SAS

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 1

General Linear Models Procedure Class Level Information

Class Levels Values

UL 4 1 2 3 4

JT 2 j1 j2

BNIH 4 b1 b2 b3 b5

Number of observations in data set = 22

Group Obs Dependent Variables

1 9 M2 M6 M8

2 11 M4

3 8 M10

Page 31: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

31

4 9 M12

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to

the presence or absence of missing values.

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 2

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M2

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 1480.73929000

211.53418429 0.55 0.7806

Error 1 384.86592400

384.86592400

Corrected Total 8 1865.60521400

R-Square C.V. Root MSE

M2 Mean

0.793705 132.6018

19.61800000 14.79466667

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 102.59947433

34.19982478 0.09 0.9561

JT 1 1.91284567

1.91284567 0.00 0.9552 BNIH 2 780.85176973

390.42588487 1.01 0.5746

JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 738.78540517

369.39270258 0.96 0.5852

JT 1 176.00732827

176.00732827 0.46 0.6215

BNIH 2 925.97071579

462.98535789 1.20 0.5419 JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 3

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M6

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 46511.78251775

6644.54035968 0.36 0.8605

Error 1 18463.51028025 18463.51028025

Corrected Total 8 64975.29279800

R-Square C.V. Root MSE

M6 Mean

0.715838 314.0632

135.88050000 43.26533333

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 17285.32173458

5761.77391153 0.31 0.8286

JT 1 4290.83587883 4290.83587883 0.23 0.7140

BNIH 2 23732.71766419

11866.35883209 0.64 0.6615 JT*BNIH 1 1202.90724015

1202.90724015 0.07 0.8409

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 19681.84534692

9840.92267346 0.53 0.6957

JT 1 776.25418282 776.25418282 0.04 0.8713

BNIH 2 24865.59993375

12432.79996687 0.67 0.6528 JT*BNIH 1 1202.90724015

1202.90724015 0.07 0.8409

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 4

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M8

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 3242.84168397 463.26309771 0.41 0.8370

Error 1 1125.50185225 1125.50185225

Corrected Total 8 4368.34353622

R-Square C.V. Root MSE

M8 Mean

0.742350 225.5142

33.54850000 14.87644444

Page 32: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

32

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 934.45837156

311.48612385 0.28 0.8465

JT 1 422.19687537

422.19687537 0.38 0.6502

BNIH 2 1722.84633689

861.42316845 0.77 0.6286 JT*BNIH 1 163.34010015

163.34010015 0.15 0.7683

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 1507.09896292

753.54948146 0.67 0.6539

JT 1 2.08954682 2.08954682 0.00 0.9726

BNIH 2 1725.61391050

862.80695525 0.77 0.6283

JT*BNIH 1 163.34010015

163.34010015 0.15 0.7683

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 5

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M2

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 176.3

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 14.88 3 j2 A

A 14.75 6 j1

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 6

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M6

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2 Critical Range 1221

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 55.15 6 j1

A

A 19.49 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 7

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 301.4

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 18.07 6 j1

A A 8.49 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 8

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M2

Page 33: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

33

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 264.4 264.4 264.4

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 25.69 2 b1

A A 13.27 4 b3

A

A 13.10 1 b5

A

A 7.79 2 b2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 9

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M6

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 1831 1831 1831

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 145.1 2 b1

A

A 19.8 1 b5 A

A 15.7 2 b2

A A 12.0 4 b3

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 10

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 452.1 452.1 452.1

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 37.36 2 b1 A

A 25.34 1 b5

A

A 5.64 4 b3

A

A 5.62 2 b2

Level of Level of --------------M2------------- -------

-------M6------------- JT BNIH N Mean SD Mean

SD

j1 b1 2 25.6885000 32.8048049

145.114500 195.275316

j1 b2 1 13.1800000 . 12.370000

.

j1 b3 3 7.9803333 4.8731973

9.436667 2.540341 j2 b2 1 2.4000000 . 18.975000

. j2 b3 1 29.1540000 . 19.752000

.

j2 b5 1 13.1000000 . 19.752000 .

Level of Level of --------------M8-------------

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 37.3635000

50.9420938

j1 b2 1 11.1100000 . j1 b3 3 7.5253333 4.3303516

j2 b2 1 0.1350000 .

j2 b3 1 0.0000000 .

Page 34: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

34

j2 b5 1 25.3400000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 11

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M4

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 8 67000.54090712

8375.06761339 0.80 0.6621

Error 2 20880.34062507

10440.17031253

Corrected Total 10 87880.88153218

R-Square C.V. Root MSE

M4 Mean

0.762402 201.4602

102.17715162 50.71827273

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 22803.70686052 7601.23562017 0.73 0.6228

JT 1 8257.68670305

8257.68670305 0.79 0.4676 BNIH 3 35439.74718351

11813.24906117 1.13 0.5008

JT*BNIH 1 499.40016003

499.40016003 0.05 0.8472

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 15643.41534610

5214.47178203 0.50 0.7197

JT 1 2234.69611210 2234.69611210 0.21 0.6891

BNIH 3 34718.66375367

11572.88791789 1.11 0.5065 JT*BNIH 1 499.40016003

499.40016003 0.05 0.8472

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 12

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M4

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

Number of Means 2 Critical Range 275.6

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 71.95 7 j1

A

A 13.56 4 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 13

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M4

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316

Number of Means 2 3 4

Critical Range 391.2 391.2 391.2

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 194.51 2 b1

A A 22.54 3 b2

A A 18.67 4 b3

A

A 13.30 2 b5

Level of Level of --------------M4-----------

--

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 194.510000 184.816499

j1 b2 2 32.903500 46.070128

j1 b3 3 16.283333 10.701304

Page 35: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

35

j2 b2 1 1.800000 .

j2 b3 1 25.824000 . j2 b5 2 13.300000 3.889087

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 14

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M10

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 6 1551.41844175

258.56974029 140.31 0.0645

Error 1 1.84280625

1.84280625

Corrected Total 7 1553.26124800

R-Square C.V. Root MSE

M10 Mean

0.998814 9.276977 1.35750000 14.63300000

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 504.48090900

168.16030300 91.25 0.0768 JT 1 298.26252300

298.26252300 161.85 0.0499

BNIH 2 748.67500975

374.33750487 203.13 0.0496

JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 413.81868292 206.90934146 112.28 0.0666

JT 1 892.74251250

892.74251250 484.45 0.0289 BNIH 2 748.67500975

374.33750487 203.13 0.0496

JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 15

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M10

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 3

Number of Means 2

Critical Range 14.08

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 16.852 6 j1

A

A 7.978 2 j2

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 16

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M10

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286

Number of Means 2 3 4

Critical Range 18.63 18.63 18.63

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 21.493 2 b2

A A 15.590 1 b5

A

A 15.471 3 b3 A

A 6.039 2 b1

Level of Level of -------------M10-----------

--

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 6.0385000 2.4741666

j1 b2 1 42.6200000 .

Page 36: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

36

j1 b3 3 15.4706667

14.3097867 j2 b2 1 0.3650000 .

j2 b5 1 15.5900000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 17

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M12

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 6399.13228775

914.16175539 0.33 0.8742

Error 1 2761.44995025

2761.44995025

Corrected Total 8 9160.58223800

R-Square C.V. Root MSE

M12 Mean

0.698551 284.6411

52.54950000 18.46166667

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 1689.71778125 563.23926042 0.20 0.8863

JT 1 1244.30150208

1244.30150208 0.45 0.6236

BNIH 3 3465.11300442

1155.03766814 0.42 0.7802

JT*BNIH 0 0.00000000 . . .

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 3059.30028442

1019.76676147 0.37 0.8016

JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384

BNIH 3 3465.11300442

1155.03766814 0.42 0.7802

JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 18

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M12

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2 Critical Range 472.1

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 24.93 6 j1

A A 5.52 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 19

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M12

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

Number of Means 2 3 4

Critical Range 695.0 695.0 695.0

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 53.13 2 b1 A

A 11.59 1 b5

A A 8.75 3 b2

A

A 7.35 3 b3

Level of Level of -------------M12-----------

-- JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 53.1340000

Page 37: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

37

74.5870375

j1 b2 1 21.2600000 . j1 b3 3 7.3523333 11.3358695

j2 b2 2 2.4900000 0.7212489

j2 b5 1 11.5900000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 20

General Linear Models Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

UL 4 1 2 3 4

JT 2 j1 j2

BNIH 4 b1 b2 b3 b5

Number of observations in data set = 22

Group Obs Dependent Variables

1 9 M2 M6 M8

2 11 M4

3 8 M10

4 9 M12

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to

the presence or absence of missing

values.

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 21

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M2

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 1480.73929000

211.53418429 0.55 0.7806

Error 1 384.86592400 384.86592400

Corrected Total 8 1865.60521400

R-Square C.V. Root MSE

M2 Mean

0.793705 132.6018

19.61800000 14.79466667

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 102.59947433 34.19982478 0.09 0.9561

JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552

BNIH 2 780.85176973

390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 738.78540517

369.39270258 0.96 0.5852

JT 1 176.00732827 176.00732827 0.46 0.6215

BNIH 2 925.97071579

462.98535789 1.20 0.5419

JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 22

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M6

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 46511.78251775 6644.54035968 0.36 0.8605

Error 1 18463.51028025 18463.51028025

Corrected Total 8 64975.29279800

R-Square C.V. Root MSE

M6 Mean

0.715838 314.0632

135.88050000 43.26533333

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 17285.32173458

5761.77391153 0.31 0.8286

JT 1 4290.83587883 4290.83587883 0.23 0.7140

BNIH 2 23732.71766419

11866.35883209 0.64 0.6615

JT*BNIH 1 1202.90724015

1202.90724015 0.07 0.8409

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

Page 38: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

38

UL 2 19681.84534692

9840.92267346 0.53 0.6957 JT 1 776.25418282

776.25418282 0.04 0.8713

BNIH 2 24865.59993375 12432.79996687 0.67 0.6528

JT*BNIH 1 1202.90724015

1202.90724015 0.07 0.8409

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 23

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M8

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 3242.84168397 463.26309771 0.41 0.8370

Error 1 1125.50185225

1125.50185225

Corrected Total 8 4368.34353622

R-Square C.V. Root MSE M8 Mean

0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 934.45837156

311.48612385 0.28 0.8465

JT 1 422.19687537 422.19687537 0.38 0.6502

BNIH 2 1722.84633689

861.42316845 0.77 0.6286

JT*BNIH 1 163.34010015

163.34010015 0.15 0.7683

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 1507.09896292

753.54948146 0.67 0.6539

JT 1 2.08954682

2.08954682 0.00 0.9726

BNIH 2 1725.61391050 862.80695525 0.77 0.6283

JT*BNIH 1 163.34010015

163.34010015 0.15 0.7683

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 24

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M2

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 176.3

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 14.88 3 j2

A

A 14.75 6 j1

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 25

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M6

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 1221

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 55.15 6 j1 A

A 19.49 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 26

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

Page 39: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

39

M8

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2 Critical Range 301.4

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 18.07 6 j1

A A 8.49 3 j2

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 27

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 264.4 264.4 264.4

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 25.69 2 b1

A

A 13.27 4 b3

A A 13.10 1 b5

A

A 7.79 2 b2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 28

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M6

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 1831 1831 1831

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 145.1 2 b1

A A 19.8 1 b5

A

A 15.7 2 b2 A

A 12.0 4 b3

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 29

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M8

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 37.36 2 b1

A

A 25.34 1 b5

A A 5.64 4 b3

A

A 5.62 2 b2

Page 40: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

40

Level of Level of --------------M2------------- --------------M6-------------

JT BNIH N Mean SD Mean

SD

j1 b1 2 25.6885000 32.8048049

145.114500 195.275316 j1 b2 1 13.1800000 . 12.370000

.

j1 b3 3 7.9803333 4.8731973 9.436667 2.540341

j2 b2 1 2.4000000 . 18.975000

. j2 b3 1 29.1540000 . 19.752000

.

j2 b5 1 13.1000000 . 19.752000 .

Level of Level of --------------M8-----------

--

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 37.3635000

50.9420938 j1 b2 1 11.1100000 .

j1 b3 3 7.5253333 4.3303516

j2 b2 1 0.1350000 . j2 b3 1 0.0000000 .

j2 b5 1 25.3400000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 30

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M4

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 8 67000.54090712 8375.06761339 0.80 0.6621

Error 2 20880.34062507 10440.17031253

Corrected Total 10 87880.88153218

R-Square C.V. Root MSE

M4 Mean

0.762402 201.4602

102.17715162 50.71827273

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 22803.70686052 7601.23562017 0.73 0.6228

JT 1 8257.68670305

8257.68670305 0.79 0.4676

BNIH 3 35439.74718351

11813.24906117 1.13 0.5008

JT*BNIH 1 499.40016003 499.40016003 0.05 0.8472

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 15643.41534610

5214.47178203 0.50 0.7197

JT 1 2234.69611210 2234.69611210 0.21 0.6891

BNIH 3 34718.66375367

11572.88791789 1.11 0.5065

JT*BNIH 1 499.40016003

499.40016003 0.05 0.8472

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 31

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M4

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

Number of Means 2 Critical Range 275.6

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 71.95 7 j1

A A 13.56 4 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 32

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M4

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Page 41: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

41

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316

Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 194.51 2 b1 A

A 22.54 3 b2

A A 18.67 4 b3

A

A 13.30 2 b5

Level of Level of --------------M4-----------

-- JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 194.510000

184.816499

j1 b2 2 32.903500 46.070128 j1 b3 3 16.283333 10.701304

j2 b2 1 1.800000 .

j2 b3 1 25.824000 . j2 b5 2 13.300000 3.889087

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 33

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M10

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 6 1551.41844175

258.56974029 140.31 0.0645

Error 1 1.84280625

1.84280625

Corrected Total 7 1553.26124800

R-Square C.V. Root MSE

M10 Mean

0.998814 9.276977

1.35750000 14.63300000

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 504.48090900

168.16030300 91.25 0.0768

JT 1 298.26252300

298.26252300 161.85 0.0499

BNIH 2 748.67500975 374.33750487 203.13 0.0496

JT*BNIH 0 0.00000000 . . .

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

UL 2 413.81868292 206.90934146 112.28 0.0666

JT 1 892.74251250

892.74251250 484.45 0.0289

BNIH 2 748.67500975

374.33750487 203.13 0.0496

JT*BNIH 0 0.00000000 . . .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 34

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M10

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 3

Number of Means 2

Critical Range 14.08

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 16.852 6 j1

A A 7.978 2 j2

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 35

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M10

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

Page 42: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

42

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286

Number of Means 2 3 4

Critical Range 18.63 18.63 18.63

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 21.493 2 b2

A A 15.590 1 b5

A

A 15.471 3 b3 A

A 6.039 2 b1

Level of Level of -------------M10-----------

-- JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 6.0385000 2.4741666 j1 b2 1 42.6200000 .

j1 b3 3 15.4706667

14.3097867 j2 b2 1 0.3650000 .

j2 b5 1 15.5900000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 36

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M12

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 6399.13228775 914.16175539 0.33 0.8742

Error 1 2761.44995025

2761.44995025

Corrected Total 8 9160.58223800

R-Square C.V. Root MSE

M12 Mean

0.698551 284.6411

52.54950000 18.46166667

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 1689.71778125

563.23926042 0.20 0.8863

JT 1 1244.30150208

1244.30150208 0.45 0.6236 BNIH 3 3465.11300442

1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 3059.30028442

1019.76676147 0.37 0.8016

JT 1 185.85920000

185.85920000 0.07 0.8384

BNIH 3 3465.11300442

1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 37

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M12

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2 Critical Range 472.1

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 24.93 6 j1 A

A 5.52 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 38

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M12

NOTE: This test controls the type I

Page 43: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

43

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

Number of Means 2 3 4

Critical Range 695.0 695.0 695.0

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 53.13 2 b1 A

A 11.59 1 b5

A A 8.75 3 b2

A

A 7.35 3 b3

Level of Level of -------------M12-------------

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 53.1340000

74.5870375

j1 b2 1 21.2600000 . j1 b3 3 7.3523333 11.3358695

j2 b2 2 2.4900000 0.7212489

j2 b5 1 11.5900000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 39

General Linear Models Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

UL 4 1 2 3 4

JT 2 j1 j2

BNIH 4 b1 b2 b3 b5

Number of observations in data set = 22

Group Obs Dependent Variables

1 9 M2 M6 M8

2 11 M4

3 8 M10

4 9 M12

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to

the presence or absence of missing values.

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 40

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M2

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 1480.73929000 211.53418429 0.55 0.7806

Error 1 384.86592400

384.86592400

Corrected Total 8 1865.60521400

R-Square C.V. Root MSE M2 Mean

0.793705 132.6018

19.61800000 14.79466667

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 102.59947433

34.19982478 0.09 0.9561

JT 1 1.91284567 1.91284567 0.00 0.9552

BNIH 2 780.85176973

390.42588487 1.01 0.5746 JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 738.78540517

369.39270258 0.96 0.5852 JT 1 176.00732827

176.00732827 0.46 0.6215

BNIH 2 925.97071579 462.98535789 1.20 0.5419

JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 41

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M6

Source DF Sum of Squares Mean

Page 44: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

44

Square F Value Pr > F

Model 7 46511.78251775

6644.54035968 0.36 0.8605

Error 1 18463.51028025

18463.51028025

Corrected Total 8 64975.29279800

R-Square C.V. Root MSE M6 Mean

0.715838 314.0632 135.88050000 43.26533333

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 17285.32173458

5761.77391153 0.31 0.8286

JT 1 4290.83587883

4290.83587883 0.23 0.7140

BNIH 2 23732.71766419

11866.35883209 0.64 0.6615 JT*BNIH 1 1202.90724015

1202.90724015 0.07 0.8409

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 19681.84534692

9840.92267346 0.53 0.6957 JT 1 776.25418282

776.25418282 0.04 0.8713

BNIH 2 24865.59993375

12432.79996687 0.67 0.6528

JT*BNIH 1 1202.90724015

1202.90724015 0.07 0.8409

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 42

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M8

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 3242.84168397

463.26309771 0.41 0.8370

Error 1 1125.50185225

1125.50185225

Corrected Total 8 4368.34353622

R-Square C.V. Root MSE M8 Mean

0.742350 225.5142 33.54850000 14.87644444

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 934.45837156

311.48612385 0.28 0.8465 JT 1 422.19687537

422.19687537 0.38 0.6502

BNIH 2 1722.84633689 861.42316845 0.77 0.6286

JT*BNIH 1 163.34010015

163.34010015 0.15 0.7683

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 1507.09896292

753.54948146 0.67 0.6539 JT 1 2.08954682

2.08954682 0.00 0.9726

BNIH 2 1725.61391050

862.80695525 0.77 0.6283

JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 43

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M2

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 176.3

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 14.88 3 j2

A

A 14.75 6 j1

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 44

General Linear Models Procedure

Page 45: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

45

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M6

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 1221

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 55.15 6 j1 A

A 19.49 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 45

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M8

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 301.4

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 18.07 6 j1

A

A 8.49 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 46

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 25.69 2 b1 A

A 13.27 4 b3

A

A 13.10 1 b5

A A 7.79 2 b2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 47

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M6

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 1831 1831 1831

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 145.1 2 b1

A A 19.8 1 b5

A

A 15.7 2 b2

A

A 12.0 4 b3

Page 46: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

46

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 48

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M8

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4 Critical Range 452.1 452.1 452.1

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 37.36 2 b1 A

A 25.34 1 b5 A

A 5.64 4 b3

A A 5.62 2 b2

Level of Level of --------------M2------------- -------

-------M6-------------

JT BNIH N Mean SD Mean

SD

j1 b1 2 25.6885000 32.8048049

145.114500 195.275316

j1 b2 1 13.1800000 . 12.370000

. j1 b3 3 7.9803333 4.8731973

9.436667 2.540341

j2 b2 1 2.4000000 . 18.975000 .

j2 b3 1 29.1540000 . 19.752000

.

j2 b5 1 13.1000000 . 19.752000

.

Level of Level of --------------M8-----------

--

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 37.3635000

50.9420938 j1 b2 1 11.1100000 .

j1 b3 3 7.5253333 4.3303516

j2 b2 1 0.1350000 . j2 b3 1 0.0000000 .

j2 b5 1 25.3400000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 49

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M4

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 67000.54090712 8375.06761339 0.80 0.6621

Error 2 20880.34062507

10440.17031253

Corrected Total 10 87880.88153218

R-Square C.V. Root MSE

M4 Mean

0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 22803.70686052

7601.23562017 0.73 0.6228

JT 1 8257.68670305 8257.68670305 0.79 0.4676

BNIH 3 35439.74718351

11813.24906117 1.13 0.5008 JT*BNIH 1 499.40016003

499.40016003 0.05 0.8472

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 15643.41534610

5214.47178203 0.50 0.7197

JT 1 2234.69611210

2234.69611210 0.21 0.6891

BNIH 3 34718.66375367

11572.88791789 1.11 0.5065 JT*BNIH 1 499.40016003

499.40016003 0.05 0.8472

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 50

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M4

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Page 47: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

47

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

Number of Means 2

Critical Range 275.6

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 71.95 7 j1 A

A 13.56 4 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 51

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M4

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316

Number of Means 2 3 4

Critical Range 391.2 391.2 391.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 194.51 2 b1

A

A 22.54 3 b2 A

A 18.67 4 b3

A

A 13.30 2 b5

Level of Level of --------------M4-------------

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 194.510000

184.816499

j1 b2 2 32.903500 46.070128 j1 b3 3 16.283333 10.701304

j2 b2 1 1.800000 .

j2 b3 1 25.824000 .

j2 b5 2 13.300000 3.889087

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 52

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M10

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 6 1551.41844175

258.56974029 140.31 0.0645

Error 1 1.84280625

1.84280625

Corrected Total 7 1553.26124800

R-Square C.V. Root MSE

M10 Mean

0.998814 9.276977

1.35750000 14.63300000

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 504.48090900 168.16030300 91.25 0.0768

JT 1 298.26252300

298.26252300 161.85 0.0499 BNIH 2 748.67500975

374.33750487 203.13 0.0496

JT*BNIH 0 0.00000000 . . .

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

UL 2 413.81868292

206.90934146 112.28 0.0666

JT 1 892.74251250

892.74251250 484.45 0.0289 BNIH 2 748.67500975

374.33750487 203.13 0.0496 JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 53

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M10

NOTE: This test controls the type I

Page 48: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

48

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 3

Number of Means 2

Critical Range 14.08

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 16.852 6 j1

A A 7.978 2 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 54

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M10

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286

Number of Means 2 3 4

Critical Range 18.63 18.63 18.63

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 21.493 2 b2 A

A 15.590 1 b5

A

A 15.471 3 b3

A

A 6.039 2 b1

Level of Level of -------------M10-----------

-- JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 6.0385000 2.4741666 j1 b2 1 42.6200000 .

j1 b3 3 15.4706667

14.3097867

j2 b2 1 0.3650000 .

j2 b5 1 15.5900000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 55

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M12

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 6399.13228775

914.16175539 0.33 0.8742

Error 1 2761.44995025 2761.44995025

Corrected Total 8 9160.58223800

R-Square C.V. Root MSE M12 Mean

0.698551 284.6411 52.54950000 18.46166667

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 1689.71778125

563.23926042 0.20 0.8863

JT 1 1244.30150208 1244.30150208 0.45 0.6236

BNIH 3 3465.11300442

1155.03766814 0.42 0.7802 JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 3059.30028442

1019.76676147 0.37 0.8016

JT 1 185.85920000 185.85920000 0.07 0.8384

BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802

JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 56

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M12

Page 49: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

49

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 472.1

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 24.93 6 j1 A

A 5.52 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 57

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M12

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

Number of Means 2 3 4 Critical Range 695.0 695.0 695.0

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 53.13 2 b1

A

A 11.59 1 b5

A

A 8.75 3 b2

A A 7.35 3 b3

Level of Level of -------------M12-------------

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 53.1340000

74.5870375

j1 b2 1 21.2600000 .

j1 b3 3 7.3523333 11.3358695

j2 b2 2 2.4900000 0.7212489

j2 b5 1 11.5900000 .

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 58

General Linear Models Procedure Class Level Information

Class Levels Values

UL 4 1 2 3 4

JT 2 j1 j2

BNIH 4 b1 b2 b3 b5

Number of observations in data set = 22

Group Obs Dependent Variables

1 9 M2 M6 M8

2 11 M4

3 8 M10

4 9 M12

NOTE: Variables in each group are consistent with respect to the presence or absence of missing

values.

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 59

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M2

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 7 1480.73929000

211.53418429 0.55 0.7806

Error 1 384.86592400

384.86592400

Corrected Total 8 1865.60521400

R-Square C.V. Root MSE

M2 Mean

0.793705 132.6018 19.61800000 14.79466667

Page 50: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

50

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 102.59947433

34.19982478 0.09 0.9561 JT 1 1.91284567

1.91284567 0.00 0.9552

BNIH 2 780.85176973

390.42588487 1.01 0.5746

JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 738.78540517

369.39270258 0.96 0.5852 JT 1 176.00732827

176.00732827 0.46 0.6215

BNIH 2 925.97071579 462.98535789 1.20 0.5419

JT*BNIH 1 595.37520027

595.37520027 1.55 0.4311

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 60

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M6

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 46511.78251775

6644.54035968 0.36 0.8605

Error 1 18463.51028025

18463.51028025

Corrected Total 8 64975.29279800

R-Square C.V. Root MSE

M6 Mean

0.715838 314.0632

135.88050000 43.26533333

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 17285.32173458

5761.77391153 0.31 0.8286 JT 1 4290.83587883

4290.83587883 0.23 0.7140

BNIH 2 23732.71766419 11866.35883209 0.64 0.6615

JT*BNIH 1 1202.90724015

1202.90724015 0.07 0.8409

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 19681.84534692

9840.92267346 0.53 0.6957

JT 1 776.25418282

776.25418282 0.04 0.8713

BNIH 2 24865.59993375 12432.79996687 0.67 0.6528

JT*BNIH 1 1202.90724015 1202.90724015 0.07 0.8409

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 61

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M8

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 3242.84168397

463.26309771 0.41 0.8370

Error 1 1125.50185225

1125.50185225

Corrected Total 8 4368.34353622

R-Square C.V. Root MSE

M8 Mean

0.742350 225.5142

33.54850000 14.87644444

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 934.45837156

311.48612385 0.28 0.8465 JT 1 422.19687537

422.19687537 0.38 0.6502

BNIH 2 1722.84633689 861.42316845 0.77 0.6286

JT*BNIH 1 163.34010015

163.34010015 0.15 0.7683

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 1507.09896292 753.54948146 0.67 0.6539

JT 1 2.08954682

2.08954682 0.00 0.9726 BNIH 2 1725.61391050

862.80695525 0.77 0.6283

JT*BNIH 1 163.34010015 163.34010015 0.15 0.7683

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 62

General Linear Models Procedure

Page 51: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

51

Duncan's Multiple Range Test for variable: M2

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 176.3

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 14.88 3 j2

A

A 14.75 6 j1

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 63

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M6

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 1221

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 55.15 6 j1

A

A 19.49 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 64

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M8

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 301.4

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 18.07 6 j1 A

A 8.49 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 65

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M2

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 384.8659

WARNING: Cell sizes are not equal. Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4 Critical Range 264.4 264.4 264.4

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 25.69 2 b1

A

A 13.27 4 b3 A

A 13.10 1 b5

A A 7.79 2 b2

The SAS System 23:27 Sunday, January 26, 1997 66

General Linear Models Procedure

Page 52: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

52

Duncan's Multiple Range Test for variable: M6

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 18463.51

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 1831 1831 1831

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 145.1 2 b1

A

A 19.8 1 b5

A

A 15.7 2 b2 A

A 12.0 4 b3

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 67

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M8

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1125.502 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.777778

Number of Means 2 3 4

Critical Range 452.1 452.1 452.1

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 37.36 2 b1

A

A 25.34 1 b5 A

A 5.64 4 b3

A A 5.62 2 b2

Level of Level of --------------M2------------- --------------M6-------------

JT BNIH N Mean SD Mean SD

j1 b1 2 25.6885000 32.8048049 145.114500 195.275316

j1 b2 1 13.1800000 . 12.370000

. j1 b3 3 7.9803333 4.8731973

9.436667 2.540341

j2 b2 1 2.4000000 . 18.975000

.

j2 b3 1 29.1540000 . 19.752000

. j2 b5 1 13.1000000 . 19.752000

.

Level of Level of --------------M8-----------

-- JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 37.3635000 50.9420938

j1 b2 1 11.1100000 .

j1 b3 3 7.5253333 4.3303516

j2 b2 1 0.1350000 .

j2 b3 1 0.0000000 .

j2 b5 1 25.3400000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 68

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M4

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 8 67000.54090712

8375.06761339 0.80 0.6621

Error 2 20880.34062507 10440.17031253

Corrected Total 10 87880.88153218

R-Square C.V. Root MSE M4 Mean

0.762402 201.4602 102.17715162 50.71827273

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 22803.70686052

7601.23562017 0.73 0.6228

JT 1 8257.68670305

Page 53: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

53

8257.68670305 0.79 0.4676

BNIH 3 35439.74718351 11813.24906117 1.13 0.5008

JT*BNIH 1 499.40016003

499.40016003 0.05 0.8472

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 15643.41534610

5214.47178203 0.50 0.7197 JT 1 2234.69611210

2234.69611210 0.21 0.6891

BNIH 3 34718.66375367 11572.88791789 1.11 0.5065

JT*BNIH 1 499.40016003

499.40016003 0.05 0.8472

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 69

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M4

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17 WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 5.090909

Number of Means 2

Critical Range 275.6

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 71.95 7 j1

A

A 13.56 4 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 70

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M4

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 2 MSE= 10440.17

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 2.526316

Number of Means 2 3 4 Critical Range 391.2 391.2 391.2

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 194.51 2 b1

A

A 22.54 3 b2

A

A 18.67 4 b3

A A 13.30 2 b5

Level of Level of --------------M4-----------

--

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 194.510000

184.816499

j1 b2 2 32.903500 46.070128

j1 b3 3 16.283333 10.701304

j2 b2 1 1.800000 . j2 b3 1 25.824000 .

j2 b5 2 13.300000 3.889087

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 71

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M10

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 6 1551.41844175

258.56974029 140.31 0.0645

Error 1 1.84280625 1.84280625

Corrected Total 7 1553.26124800

R-Square C.V. Root MSE

M10 Mean

0.998814 9.276977

1.35750000 14.63300000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

UL 3 504.48090900

Page 54: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

54

168.16030300 91.25 0.0768

JT 1 298.26252300 298.26252300 161.85 0.0499

BNIH 2 748.67500975

374.33750487 203.13 0.0496 JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 2 413.81868292

206.90934146 112.28 0.0666

JT 1 892.74251250 892.74251250 484.45 0.0289

BNIH 2 748.67500975

374.33750487 203.13 0.0496 JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 72

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M10

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 3

Number of Means 2 Critical Range 14.08

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 16.852 6 j1 A

A 7.978 2 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 73

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable: M10

NOTE: This test controls the type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 1.842806

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.714286

Number of Means 2 3 4 Critical Range 18.63 18.63 18.63

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N BNIH

A 21.493 2 b2

A

A 15.590 1 b5

A A 15.471 3 b3

A

A 6.039 2 b1

Level of Level of -------------M10-------------

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 6.0385000 2.4741666

j1 b2 1 42.6200000 .

j1 b3 3 15.4706667 14.3097867

j2 b2 1 0.3650000 .

j2 b5 1 15.5900000 .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 74

General Linear Models Procedure

Dependent Variable: M12

Source DF Sum of Squares Mean

Square F Value Pr > F

Model 7 6399.13228775 914.16175539 0.33 0.8742

Error 1 2761.44995025

2761.44995025

Corrected Total 8 9160.58223800

R-Square C.V. Root MSE M12 Mean

0.698551 284.6411

52.54950000 18.46166667

Source DF Type I SS Mean

Square F Value Pr > F

Page 55: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

55

UL 3 1689.71778125

563.23926042 0.20 0.8863 JT 1 1244.30150208

1244.30150208 0.45 0.6236

BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802

JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

Source DF Type III SS Mean

Square F Value Pr > F

UL 3 3059.30028442

1019.76676147 0.37 0.8016 JT 1 185.85920000

185.85920000 0.07 0.8384

BNIH 3 3465.11300442 1155.03766814 0.42 0.7802

JT*BNIH 0 0.00000000 .

. .

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 75

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M12

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 4

Number of Means 2

Critical Range 472.1

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N JT

A 24.93 6 j1

A

A 5.52 3 j2

The SAS System 23:27

Sunday, January 26, 1997 76

General Linear Models Procedure

Duncan's Multiple Range Test for variable:

M12

NOTE: This test controls the type I

comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate

Alpha= 0.05 df= 1 MSE= 2761.45

WARNING: Cell sizes are not equal.

Harmonic Mean of cell sizes= 1.846154

Number of Means 2 3 4

Critical Range 695.0 695.0 695.0

Means with the same letter are not significantly

different.

Duncan Grouping Mean N

BNIH

A 53.13 2 b1

A A 11.59 1 b5

A

A 8.75 3 b2 A

A 7.35 3 b3

Level of Level of -------------M12-----------

--

JT BNIH N Mean SD

j1 b1 2 53.1340000 74.5870375

j1 b2 1 21.2600000 .

j1 b3 3 7.3523333 11.3358695 j2 b2 2 2.4900000 0.7212489

j2 b5 1 11.5900000 .

Page 56: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

56

PERIODE KRITIS

Disusun Oleh :

Galvan Yudistira A24070040

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 57: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

57

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kehadiran gulma pada lahan pertanaman jagung tidak jarang menurunkan

hasil dan mutu biji. Penurunan hasil bergantung pada jenis gulma , kepadatan,

lama persaingan, dan senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma. Secara

keseluruhan , kehilangan hasil yang disebabkan oleh gulma melebihi kehilangan

hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit. Meskipun demikian, kehilangan

hasil akibat gulma sulit diperkirakan karena pengaruhnya tidak dapat diamati.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan korelasi negatif antara bobot kering gulma

dan hasil jagung, dengan penurunan hasil hingga 95% (Violic, 2000 dalam

Fadhly, 2004). Jagung yang ditanam secara monokultur dan dengan masukan

rendah tidak memberikan hasil akibat persaingan intensif dengan gulma (Clay and

Aquilar, 1998 dalam Fadhly, 2004).

Secara konvensional , gulma pada pertanaman jagung dapat dikendalikan

melalui pengolahan tanah dan penyingan, tetapi penglahan tanah secara

konvensional memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Pada tanah

dengan tekstur lempug berpasir, lempung berdebu, dan liat, jagung yang

dibudidayakan tanpa olah tanah memberikan hasil yang sama tingginya dengan

yang dibudidayakan dengan pengolahan tanah konvensional (Widiyati et al. 2001

dalam Fadhly, 2004).

Gulma pada pertanaman jagung tanpa olah tanah dikendalikan dengan

herbisida. Sebelum jagung ditanam, herbisida disemprotkan untuk mematikan

gulma yang tumbuh diareal pertanaman. Setelah jagung tumbuh, gulma masih

perlu dikendallikan untuk melindungi tanaman. Pengendalian dapat dilakukan

dengan cara penyiangan dengan tangan , penggunaan alat mekanis, dan

penyemprotan herbisida. Formulasi atau nama dagang herbisida yang tersedia di

pasaran cukup beragam. Pemilihan dan penggunaan herbisida bergantung pada

jenis gulma di pertanaman. Penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak

lingkungan. Untuk menekan atau meniadakan dampak negatif penggunaan

Page 58: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

58

herbisida terhadap lingkungan, penggunaannya perlu dibatasi degan memadukan

degan cara pengendalian lainnya (Fadhly et al, 2004)

Kehadiran gulma sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh

negatif terhadap tanaman budidaya. Ada suatu periode dimana tanaman budidaya

peka terhadap kehadiran gulma di lingkungan tumbuh tanaman. Periode tersebut

dikatakan sebagai periode kritis. Pada periode tersebut tanaman berada pada

kondisi yang peka terhadap lingkungan, terutama ruang tumbuh, unsur hara, air

dan cahaya matahari. Apabila pada periode kritis tersebut gulma tumbuh

mengganggu tanaman, maka tanaman akan kalah bersaing dalam memanfaatkan

faktor-faktor lingkungan tersebut. Oleh karena itu, pada saat tersebut gulma harus

dikendalikan agar tidak mengganggu tanaman budidaya.

Penentuan periode kritis tanaman terhadap persaingan gulma merupakan

salah satu langkah yang penting dalam menyusun rencana pengendalian yang

tepat. Sehingga pengendalian gulma pada lahan pertanaman dapat memberikan

tambahan pendapatan atau keuntungan dari hasil yang diperoleh.

I.2. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan periode kritis suatu tanaman

budidaya terhadap kompetisi gulma sehingga dapat diketahui waktu pengendalian

yang tepat.

Page 59: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah beras yang digunakan

sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Oleh sebab itu,

ketersediaannya sangat dibutuhkan sepangjang tahun (Syaefullah, 2004).

Kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri dalam negeri tidak

mencukupi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya impor jagung dari tahun ke

tahun. Tahun 1990 impor jagung hanya 515 ton, tetapi pada tahun 1995 menigkat

tajam menjadi 626,231 ton (Thahir dkk, 1998 dalam Syaefullah, 2004).

Botani Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanamn pangan yang

mendapat prioritas untuk dikembangkan karena kedudukannya di samping sumber

utama karbohidrat dan protein juga merupakan bahan baku utama industri pakan

ternak dan bahan baku industri lainnya, sehingga merupakan komoditas penting

dalam upaya diversifikasi pangan.

Jagung tumbuh baik di daerah beriklim sedang yang panas, daerah

beriklim subtripis yang basah, dan dapt pula tumbuh di daerah tropis.

Tanamn jagung terdiri dari berbagai macam varietas. Beberapa varietas

unggul diantaranya adalah Harapan Baru, Arjuna, Bromo, Nakula, Sadewa,

Hibrida, dan lain-lain. Tanaman jagung dapt dipanen apabila sudah mencapai

tingkat ketuaan tertentu, dan waktunya dapat berbeda tergantung varietas.

Misalnya varietas Arjuna dipanen setelah umur 90 hari.

Jagung yang sudah dapat dipanen ditandai oleh kelonotnya yagn berwarna

colelat muda dan kering,serta bijinya mengkilat. Bila biji ditekan dengan kuku

tidak berbekas (kadar air mencapai 35-40%). Pengeringan dapt dilakukan pada

jagung berupa tongkol berkelobot atau tongkol kupasan. Jagung kemudian dipipil

dan dikeringkan lagi sampai kadar air 12-14%. Cara pengeringan dapat dengan

sinar matahari atau dengan pemanas lain (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

dan Hortikultura, 1998 dalam Syaefullah, 2004 ).

Tabel 1. Kandungan Gizi Jagung

Page 60: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

60

No Zat Gizi

Kandungan (per 100 g

jagung)

1 Kalori 355,00 Kalori

2 Protein 9,20 G

3 Lemak 3,90 G

4 Karbohodrat 73,70 g

5 Kalsium 10,00 mg

6 Fosfor 256,00 mg

7 Besi 2,40 mg

8 Vitamin A 510,00 SI

9 Vitamin B1 0,38 MG

10 Vitamin C 0,00 MG

11 Air 12,00 G

Sumber : Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998 dalam

Syaefullah, 2004

Berdasarkan zat gizi yang dikandungnya, jagung terutama adalah sebagai

sumber energi. Selain mengandung energi, jagung mempunyau nilai gizi yang

tinggi karena mengandung berbagai zat gizi lainnya (Tabel 1) (Direktorat Jendral

Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1998). Dengan kondisi nutrisi tersebut, jagung

juga disukai dan sangat dibutuhkan oleh serangga dalam memenuhi kehidupan

hidupnya (Syaefullah, 2004)

Penyimpanan jagung sangat penting artinyabagi cadangan makanan kita.

Oleh karena itu harus diperhatikan cara penyimpanannya untuk mencegah

serangan hama dan penyakit. Faktor-faktor yang berpengaruh selama

penyimpanan adalah faktor fisik (suhu dan kelembaban), faktor kimia (kadar air,

komposisi kimia bahan dan enzim), faktor fisiologis (respirasi) dan faktor biologis

(kapang, serangga, dan tikus) (Syaefullah, 2004)

Gulma dan Allelopati

Semua tumbuhan pada pertanaman jagung yang tidak dikehendaki

keberadaannya dan menimbulkan kerugian disebut gulma. Gulma yang tumbuh

Page 61: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

61

pada pertanaman jagung berasal dari biji gulma itu sendiri yang ada diatas tanah.

Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertanaman jagung perlu diketahui untuk

menentukan cara pengendalian yang sesuai. Selain jenis gulma, persaingan antara

tanaman dan gulma perlu pula dipahami, terutama dalam kaitannya dengan waktu

pengendalian yang tepat. Jenis gulma tertentu juga perlu diperhatikan karena

dapat mengeluarkan senyawa allelopati yang meracuni tanaman (Fadhly, et al,

2004).

Tanah Sebagai Bank Biiji Gulma

Kehadiran gulma pada pertanaman jagung berkaitan dengan deposit biji

gulma dalam tanah. Biji gulma dapat tersimpan dan bertahan hidup selama

puluhan tahun dalam kondisi dorman, dan akan berkecambah ketika kondisi

lingkungan mematahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas

permukaan tanah dan tersediannya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan

mendorng gulma untuk tumbuh dan berkembang (Fadhly, et al, 2004).

Biji spesies gulma setahun (annual spesies) dapat bertahan dalam tanah

selama bertahun-tahun sebagai cadangan beinih hidup tau viable seeds (Melinda

et al. 1998 Dalam Fadhly, et al, 2004). Biji gulma yang ditemukan di makam

mesir yang telah berumur ribuan tahun masih dapat menghasilkan kecambah yang

sehat. Jumlah biji gulma yang terdapat dalam tanah mencapai ratusan juta biji

(Direktorat Jenderal Perkebunan 1976 dalam Fadhly, et al, 2004). Karena benih

gulma dapat terakumulasi dalam tanah, maka kepadatannya terus meningkat

(Kropac, 1966 dalam Fadhly, et al, 2004). Dengan pengolahan tanah konvensional

, perkecambahan benih gulma yang terendam tertunda, sampai terangkat ke

permukaan karena pengolahan tanah. Penelitian selama tujuh tahun

mengindikasikan lebih sedikit benih gulma pada petak tanpa olah tanah dibanding

petak yang diolah dengan bajak singkal (moldboard-plow), biji gulma

terkonsentrasi pada kedalaman 5 cm dari lapisan atas tanah (Clements et al, 1996

dalam Fadhly, et al, 2004).

Pengelompokan Gulma

Jenis gulma tertentu merupakan pesaing tanaman jagung dalam

mendapatkan air, hara dan cahaya. Di Indonesia terdapat 140 jenis gulma berdaun

Page 62: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

62

lebar, 36 jenis gulma rerumputan, dan 51 jenis gulma teki (Laumonier et al, 1986

dalam Fadhly, et al, 2004).

Pengelompokan gulma diperlukan untuk memudahkan pengendalian ,

pengelompokan dapat dilakukan berdasarkan daur hidup, habitat, ekologi,

klasifikasi amsonomi, dan tanggapan terhadap herbisida. Bedasar daur hidup

dikenal gulma setahun (annual) yang hidupnya kurang dari setahun dan gulma

tahunan (parennial) yang siklus hidupnya lebih dari satu tahun. Berdasarkan

habitatnya dikenal juga gulma daratan (terrestrial) dan gulma air (aquatic) yan

terbagi lagi atas gulma mengapung (floating), gulma tenggelam (submergent), dan

gulma sebagian mengapung dan sebagian tenggelam (emergent). Berdasarkan

ekologi dikenal gulma swah, gulma lahan kering, gulma perkebunan, dan gulma

rawa atau waduk. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dikenal gulma monokotil,

gulma dikotil, dan gulma paku-pakuan . Berdasarkan tanggapan terhadap

herbisida, gulma dikelompokkan atas gulma berdaun lebar (abroad leaves), gulma

rerumputan (grasses), dan gulma teki (sedges). Pengelompokan yang terakhir ini

banyak digunakan dalam pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan

herbisida (Fadhly, et al, 2004).

Persaingan Tanaman dengan Gulma

Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat

faktor yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air

dan hara,s erta spesies gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan rumputan

dapat secara nyata menekan pertumbuhan dan perkembangan jagung (Fadhly, et

al, 2004).

Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara, dan

cahaya. Tanman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis

antara stadia V3 dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung dimana daun ke-3 dan

ke-8 telah terbentuk. Sebelum stadia V3, gulma hanya mengganggu tanaman

jagung jika gulma tersebut lebih besar dari tanaman jagung, atau pada saat

tanaman mengalami cekaman kekeringan. Antara stadia V3 san V8, tanaman

jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh gulma. Setelah V8 matang,

tanaman telah cukup besar sehingga menaungi dan menekan pertumbuhan glma.

Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma dapat mengakibatkan kerugian jika

Page 63: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

63

terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman

(Lafitte, 1994 dalam Fadhly, et al, 2004).

Beberapa jenis gulma tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi selama stadia

pertumbuhan awal jagung, sehingga tanaman jagung kekurangan cahaya untuk

fotosintesis. Gulma yang melilit dan memanjat tanaman jagung dapat menaungi

dan menghalangi cahaya pada permukaan daun sehingga proses fotosintesis

terhambat yang pada akhirnya menurunkan hasil (Fadhly, et al. 2004).

Dibanyak daerah penanaman jagung, air merupakan faktor pembatas.

Kekeringan yang terjadi pada stadia awal pertumbuhan vegetatif dapat

mengakibatkan kematian tanaman. Kehadiran gulma pada stadia ini memperburuk

kondisi cekaman air selama periode kritis, dua minggu sebelum dan sesudah

pembungaan. Pada saat itu tanaman rentan terhadap persaingan dengnan gulma

(Violic, 2000 dalam Fadhly, et al. 2004).

Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Gulma

dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali

daya serap tanaman jagung. Pemupukan merangksang vigor gulma sehingga

meningkatkan daya saingnya. Nitrogen merupakan hara utaman yang menjadi

kurang tersedia bagi tanaman jagung karena persaingan dengan gulma. Tanaman

yang kekurangan hara nitrogen mudah diketahui melalui warna daun yang pucat.

Interaksi positif penyiangan dan pemberian nitrogen umumnya teramati pada

pertanaman jagung, dimana waktu pengendalian gulma yang tepat dapat

mengoptimalkan penggunaan nitrogen dan hara serta menghemat penggunaan

pupuk (Violic, 2000 dalam Fadhlt, 2004).

Allelopati

Beberapa spesis gulma menyebakan kerusakan lebih besar pada tanaman

karena adanya bahan toksik yang dilepaskan dn menekan pertumbuhan jagung.

Spesies gulma dileporkan menghasilkan bahan allelopati dapat dilihat pada Tabel

1

Tabel 1. Gulma yang umum dijumpai pada pertanaman jagung yang mengeluarkan senyawa

allelopati

Nama Ilmiah Nama Umum

Page 64: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

64

Abutilon theophrasti Velvetleaf

Agropyron repens Quackgrass

Amaranthus sp. Pigweed/Bayam

Ambosia sp Rigweed

Avene fatua Wild oat

Brassica sp. Mustard

Chenopodium album Common lambsquaters

Cynodon dactilon Bermuda grass/ Glintingan

Cyperus esculentus Yellow nutsedge

Cyperus rotundus Purple nutsedge/ Teki

Digitaria sanguinalis Crabgrass/ Genjoran

Echninochload crusgalli Barnyardgrass/Padi burung

Helianthus annus Sunflower/ Bunga Matahari

Imperata cylindrical Speargrass/Alang-alang

Poa sp Bluegrass

Porulaca oeracea Common purslane/ Gelang

Rattboelia exaltata Itchy grass/ Branjangan

Setaria faberi Giant fostail

Sorghum helepense Johnsongrass

Sumber: Lafitte et al (1994) dalam Fadhly (2004)

Allelopati merupakan senyawa biokimia yang dihasilkan dan dilepaskan

gulma ke dalam tanah dan mengambat pertumbuhan jagung. Senyawa tersebut

masuk ke dalam linhkunga tumbuh tanaman sebagai sekresi dan hasil pencucian

dari akar dan daun gulma yang hidup dan mati dan pembusukan vegetasi.

Senyawa allelopati menghambat perkecambahan benih tanaman, dan menghambat

perpanjangan akar sehingga menyebabkan kekacauan selluler dalam akar (Violic,

2000 dalam Fadhly, 2004).

Pengendalian

Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu

tercapainya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui

berbagai aturan dan karantina; secara biologi degan menggunakan organisme

hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenagi, melaui budidaya dengan

Page 65: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

65

pergiliran tanaman, penigkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis

dengan mencabut; membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah

tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan

herbisida. Gulma pada pertanaman jagung umumnya dikendalikan dengan cara

emkanis dan kimiawi. Penegndalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak

lingkungan sehingga perlu dibatasi memalui pemaduan dengan cara pengendalian

lainya.

Pengendalian secara mekanis

Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah

konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional

dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga

ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak

megolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma

menggunakan herbisida. Pada uasahatani jagung yang menerapkan sistem olah

tanah konservasi, pengolahan tanah banyak dikurangi, atau bahkan dihilangkan

sama sekali. Pada tanah Podzolik Merah kuning (PMK) Lampung, hasil jagung

tanpa olah tanah masih tetap tinggi hingga musin tanah ke-10 (Utomo, 1997

dalam Fadhly, 2004 ).

Pembajakan dan penggaruan dapat secara berangsur dikurangi dan diganti

dengan penggunaan herbisida atau pengelolaan tanah konservasi. Ketersediaan

herbisida juga memungkinkan pemanfaatan lahan marjinal dan lahan miring yang

bersifat rapuh terhadap pengolahan tanah konensiona. Penggunaan herbisida

memungkinkan penanaman jagung langsung pada barisan tanaman tanpa olah

tanah.

Pada tanah Inceptisol Wolangi yang bertekstur liat (Tabel 2), gulma pada

pertanaman tanpa olah tanah lebih sedikit daripada yang diolah secara

konvensional, ayng tercermin dari bobot gulma yang lebih ringan. Pada tanah

Ultisol Bulukumba yang bertekstur lempug berdebu, 21 hari setelah tanam yaitu

menjelang penyiangan pertama, gulma pada petak tanpa olah tanah lebih sedikit

dibanding pada petak yang diolah secara konvensional. Sebelum penanaman

jagung, gulma dip petak tanpa olah tanah dikendalikan dengan penyemprotan

herbisida,s edang di petak olah tanah konvensional, dikendalikan dengan

Page 66: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

66

pengolahan tanah. Pada 42 hari setelah tanam, yaitu menjelang penyingangan

kedua, dan menjelang panen, jumlah gulma hampir sama di kedua petak (Fadhly

et al 2004). Menurut Robert dan Nielson et al (1981) dalam Fadhly (2004),

jumlah benih gulma berkurang jika pengendaliannya menggunakan herbisida.

Gulma pada 42 hari setelah tanam, yaitu menjelang penyiangan kedua, dan

menjelang panen, jumlahnya hampir sama pada petak tanpa olah tanah dengan

petak yang diolah secara konvensioanal. Pengendalian gulma dengan penyiangan

menggunakan sabit, cangkul, dan alat ekanis nonmesin membutuhkan waktu,

tenaga, biaya yang tinggi. Untuk penyiangan dengan tangan seluas 1 ha lahan san

biaya yang tinggi. Untuk penyiangan dengan tangan seluas 1 ha lahan pertanaman

jagung setidaknya dibutuhkan 15 hari orang kerja (Violic, 2000 dalam Fadhly,

2004). Penyiangan gulma dengan tangan menyerap 25-70% tenaga yang

dibutuhkan dalam proses produksi (Ranson, 1990 dalam Fadhly, 2004).

Penggunaan herbisida merupakan salah satu cara mengatasi masalah gulma.

Herbisida membuka peluanga bagi modifikasi cara penyiapan lahan konvensional

yang menerapkan olah tanah intensif.

Tabel 2 Bobot gulma tanaman jagung tanpa olah tanah pada tanah Inceptisol bertekstur liat Wolangi, Kabupaten Bone.

Cara penyiapan lahan

Bobot kering gulma (g/m2)

42 hari setelah tanam mejelang panen

Tanpa olah tanah 6,0 4,7

Olah tanpa minimum 2,6 7,8

Olah tanah konvensional 11,6 23,8

Sumber : Efendi et al. (2004)

Kompetisi Jagung dengan Gulma

Penyebab rendahnya produksi tanaman pertanian salah satunya adalah

karena gangguan gulma. Gangguan gulma terhadap tanaman dapat terjadi karena

adanya persaingan atau kompetisi dengan tanaman atau dengan tanaman

budidaya dalam mendapatkan sarana tumbuh dimana keduanya mempunyai

kebutuhan yang sama yaitu kebutuhan air, unsur hara, cahaya, CO2 dan ruang

tumbuh. Sumber daya lingkungan yang sama seta sarana tumbuh yang terbatas

Page 67: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

67

jumlahnya menyebabkan terjadinya kompetisi antara tanaman dengan gulma

(Sastroutomo, 1990 dalam Eprim, 2006).

Menurut Sukman dan Yakub (1991) dalam Eprim (2006) gulma juga dapat

bersaing dengan tanaman dengan cara mengeluarkan senyawa allelopati yang

bersifat toksik ke sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan

tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan gangguan

pertumbuahan tanaman di sekitarnya. Senyawa toksik ini dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan dan biji, abnormalitas kecambah, terhambatnya

pertumbuhan memanjang akar, dan perubahan sel-sel akar tanaman. Senyawa –

senyawa allelopati ini dapat ditemukan di setiap organ tumbuhan antara lain pada

daun, batang, akar, rhizom, serta bagian-bagian tumbuhan ya ng membusuk.

Menurut Guntoro et al. (2003) dalam Eprim (2006) ekstrak bahan kering gulma

Borreria alata, Ageratum conyzoides, dan Cyperus rotundus cenderung

menghambat pertumbuhan dan produksi kedelai dimana peningkatan konsentrasi

ekstrak gulma tersebut cenderung meningkatkan pengaruh penghambatan

terhadap seluruh pertumbuhan dan produksi kedelai.

Gulma yang berkecambah bersamaan dengan tanaman kedelai

menyebabkan kehilangan panen yang lebih besar daripada gulma yang

berkecambah setelah tanaman budidaya berkembang.

Kemampuan tanaman jagung bersaing dengan gulma ditentukan oleh

spesies gulma, kepadatan gulma, dan saat dan lama persaingan, cara budidaya dan

varietas tanaman, serta tingkat kesuburan tanah. Perbedaan spesies akan

menentukan kemampuan bersaing karena perbedaan sistem fotosintesis, kondisi

perakaran dan kedaan morfologinya. Spesies gulma yang tumbuh cepat, berhabitat

besar dan memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma berbahaya. Spesies

yang memiliki metabolisme efisien akan menjadi gulma berbahaya. Spesies yang

memiliki metabolisme efisien adalah tumbuhan berjalur fotosintesis C4 dimana

salah satunya adalah gulma Imperata cylindrica dari famili graminae (Sukman

dan Yakub, 1995 dalam Eprim, 2006).

Kehilangan hasil panen akibat kompetisi dengan gulma dapat dikurangi

sampai kurang dari 5% dengan cara melakukan pengendalian gulma yang tepat

selama periode kritis. Gulma yang tumbuh selanjutnya tidak akan memiliki

Page 68: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

68

dampak serius lagi terhadap hasil panen dan memiliki kemampuan produksi bebih

gulma yang rendah (Omafra, 2002 dalam Eprim, 2006).

Periode Kritis Tanaman

Nietto et al. (1968) dalam Eprim (2006) menyatakan bahwa kehadiran

gulma di sepanjang siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif

terhadap produksi tanaman. Pada periode awal, kompetisi gulma hanya sedikit

pengaruhnya terhadap tanaman, begitu pula pada akhir pertumbuhannya. Diantara

kedua periode tersebut terdapat suatu periode dimana tanaman peka terhadap

kehadiran gulma.

Menurut Moenandir (1993) dalam Eprim (2006) periode dimana tanaman

sangat sensitif terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis tanaman. Pada

periode kritis tersebut tanaman berada pada kondisi sangat peka terhadap

lingkungan, terutama terhadap kompetisi dalam penggunaan unsur hara, cahaya

matahari, dan ruang tumbuh. Menurut Alddrich (1984) dalam Eprim (2006)

pengendalian gulma pada saat periode kritis merupakan suatu keharusan untuk

menghindari terjadinya gangguan gulma yang berkelanjutan sehingga

menurunkan hasil panen. Menurut Soejono (2002) dalam Eprim (2006) kompetisi

tanaman dengan gulma berlangsung sejak awal pertumbuhan tanaman dimana

semakin dewasa tanaman maka kompetisi dengan gulma akan semakin

meningkat. Suatu saat kompetisi akan mencapai maksimum dan kemudian akan

menurun secara bertahap.

Menurut Omafra (2002) dalam Eprim (2006) penentuan periode kritis

tanaman sangat dibutuhkan dalam penerapan sistem manajemen gulma terpadu.

Periode kritis tanaman terjadi pada saat kompetisi dengan gulma mulai

menunjukkan produksi tanaman sebesar 5%. Apabila gulma dapat dikontrol pada

saat periode kritis maka gulma yang akan tumbuh selanjutnya tidak akan

berpengaruh terhadap hasil panen.

Nieto et al. (1968) dalam Eprim (2006) penentuan periode kritis tanaman

berdasarkan percobaan dengan perlakuan setangkup antara periode penyiangan

dan kompetisi gulma. Zimdahl (1980) dalam Eprim (2006) menggunakan cara

tersebut untuk menentukan saat gulma dan tanaman budidaya berada dalam

keadaan saling berkontribusi secara aktif. Pada periode penyiangan gulma dan

Page 69: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

69

tanaman budidaya ditumbuhkan secara bersama-sama untuk jangka waktu tertentu

sampai gulmanya disiangi, selanjutnya tanaman budidaya ditumbuhkan bebas

gulma sampai panen. Pada periode kompetisi gulma tanaman dibiarkan bebas

gulma untuk berbagai periode tertentu sejak pertanaman, setelah ini tanaman

budidaya dibiarkan tumbuh bersama-sama gulma hingga panen.

Menurut Soejono (2002) dalam Eprim (2006), faktor yang mempengaruhi

periode kritis pada tanaman budidaya yaitu jenis tanaman atau jenis gulma, cara

budidaya tanaman yang meliputi ukuran benih , saat tanam dan jarak tananam

yang digunakan seta kesuburan dan lengas tanah. Menurut Omafra (2002) dalam

Eprim (2006) beberapa penelitian pada jagung dan kedelai menunjukkan baha

periode kritis bervariasi tergantung pada jenis tanah dan sistem pengolahan tanah

dimana akhir masa kritis berlangsung sedikit lebih lama pada jenis tanah liat

daripada penggunaan sistem tanpa olah tanah. Pada tanah pasir yang bertekstur

ringan, dampak dari adanya kompetisi dengan gulma terjadi pada fase

pertumbuhan tanaman yang lebih awal daripada tanah yang memiliki tekstur

berat. Menurut Moenandir (1993) dalam Eprim (2006) periode kritis yang

diakibatkan oleh persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma bergantung

dari waktu tanam, jenis tanah, perbedaan musim tanam, termasuk perbedaan

kadar air tanah, perbedaan kesuburan tanah, pola tanaman tunggal atau ganda.

Periode kritis tanaman juga ditentukan oleh derajat kompetisi yang

dipengaruhi oleh spesies, kepadatan gulma dan tanaman, serta keadaan iklim dan

lingkungan (Tjitrosoedirdjo et al., 1984 dalam Eprim 2006). Perubahan faktor-

faktor lingkungan kompetisi karena perubahan-perubahan ini dapat

mempengaruhi perkecambahan biji dan kecepatan pertumbuhan dari gulma

maupun tanaman budidayanya secara berbeda-beda (Aldrich, 1984 dalam Eprim,

2006). Pengetahuan periode kritis untuk persaingan gulma sangat penting artinya

dalam usaha mencapai efisiensi tindakan pengendalian gulma baik dari segi

waktu, biaya dan tenaga.

Periode kritis tanaman terhadap kompetisi gulma berkisar antar 33-50%

dari umur tanaman (Sukman dan Yakub, 1995 dalam Eprim, 2006). Sukman dan

Yakub (1999) dalam Eprim (2006) mrnyatakan bahwa periode kritis tanaman

berada pada awal pertumbuhannya, yaitu antara 25-33% pertama dari siklus hidup

Page 70: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

70

tanaman tersebut. Walaupun demikian menurut Zimdahl (1980) dalam Eprim

(2006) konsep periode kritis pengendalian ini pada beberapa jenis jenis tanaman

budidaya tertentu terhadap kompetisi gulma yang terjadi pada semua peride

pertumbuhannya.

Penentuan periode kritis sangat penting artinya untuk menghindari

kehilangan hasil akibat persaingan dengan gulma. Menurut Syawal (1990) dalam

Eprim (2006) untuk mendapatkan hasil maksimum jagung manis, penyaingan

gulma cukup dilakukan dua kali yaitu pada periode kritis tanaman yaitu 20 HST

dan 50 HST dengan pemberian pupuk 300 kg/ha.

Periode kritis yang berbeda akibat derajat kompetisi tanaman dengan

gulma yang berbeda salah satunya disebabkan oleh jarak tanam. Menurut

O’Hanlon (2001) dalam Eprim (2006) jarak tanam berperan penting dalam

menentukan periode kritis tanaman akibat kompetisi dengan gulma dimana pada

jarak baris 30 inchi atau lebih, periode kritis tanaman dimulai pada saat fase

pembentukan daun trifoliate yang ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak

baris yang sempit maka periode kritis tanaman akan lebih cepat. Menurut Mimbar

(1986) dalam Eprim (2006) pengaturan jarak tanam erat hubungannya dengan

enyerapan cahaya matahari yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai sumber

energi untuk proses fotosintesis. Pengaturan jarak tanam yang berbeda akan

menyebabkan perbedaan dalam tingkat kompetisi untuk mendapatkan cahaya

matahari antara tanaman dengan gulma, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil

tanaman

Page 71: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

71

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum bab periode kritis ini dilaksanakan mulai dari tanggal 12

Oktober 2009 sampai 16 Oktober 2009 bertempat di Kebun Percobaan Cikabayan.

3.2 Bahan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain benih tanaman

jagung manis, pupuk (Sp-18, Urea, KCl), insektisida, dan fungisida. Peralatan

yang digunakan antara lain kored, cangkul, sprayer, kuadran 0,5 m x 0,5 m, oven,

meteran, timbangan, dan pisau.

3.3 Metode Percobaan

Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok. Penentuan periode

kritis tanaman terhadap kompetisi gulma menggunakan Nieto et al.,(1986), yaitu

dengan membuat percobaan yang perlakuannya setangkup antara periode

penyiangan dan periode kompetisi. Sehingga, dapt diketahui pada saat kapan

gulma secara nyata menurunkan hasil dan pada saaat kapan kompetisi gulma tidak

menyebabkan hasil menurun secara nyata.

Perlakuan yang dicobakan yaitu :

Bersih gulma 0-2 MST

Bersih gulma 0-4 MST

Bersih gulma 0-6 MST

Bersih gulma 0-8 MST

Bersih gulma 0-10 MST

Bersih gulma 0-12MST (panen)

Bergulma 0-2 MST

Bergulma 0-4 MST

Bergulma 0-6 MST

Bergulma 0-8 MST

Bergulma 0-10MST

Bergulma 0-12 MST (panen)

Page 72: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

72

Percobaan dilakukan dengan empat ulangan. Satuan percobaan berupa

petak dengan ukuran 5 m x 4 m. Total percobaan terdapat 48 satuan percobaan.

Tanamn jagunga manis ditanam dengan menggunakan jarak tanamn 80 cm

x 25 cm dengan satu benih per lubang tanam. Dosis pupuk yang digunakan yaitu

300 kg Urea/ha, 300 kg SP-18/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pemberian furadan 3G

dilakukan pada saat tanam dengan dosis 12 kg/ha.

Pengamatan

Peubah yang diamati antara lain :

1. Bobot kering gulma total dan gulma dominan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil 2 petak contoh secara acak

dengan kuadrat 0,5 x 0,5 m pada saat 2,4,6,8,10, dan 12 MST. Gulma yang

ada dal;am petak cotoh tersebut dipotong tepat setinggi permukaan tanah.

Gulma dan tanaman hasil panen kemudian dikeringkan dalam oven sampai

mencapai berat konstan , kemudian ditimbang.

2. Bobot kering biomass tanaman jagung

Pengamatan dilakuakn dengan memotong tanaman jagung sebanyak tiga

contoh tanaman yang ditentukan secara acak pada saat 2,4,6,8,10, dan 12

MST dengan cara memotong tepat setinggi permukaan tanamn,

selanjutnya dioven dan ditimbang.

3. Tinggi tanaman dan jumlah daun diamati dari 10 tanaman contoh yang

ditentukan secara acak. Pengamatan dilakkukan pada saat 2,4,6,8,10, dan

12 MST.

4. Bobot basah tongkol berklobot dan tanpa kelobot per tongkol pada saat

panen yang diamati dari 10 tanaman contoh.

5. Bobot basah tongkol berklobot dan tanpa kelobot ubinan (2 m x 2 m).

Penentuan periode kritis dilakukan dengan cara membuat grafik dari peubah

respon tanaman terhadap kondisi bebas gulma dan kondisi bergulma dari saat

awal penanaman sampai akhir pengamatan (sampai panen). Grafik tersebut

seperti tertera dalam Gambar 2 di bawah ini.

Page 73: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

73

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Grafik Periode Kritis

Perlakukan Kelompok 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Perlakukan Kelompok 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Bersih gulma 0-2 MST A 0.46 3.2 7.4 8 16 18

Bergulma 0-2 MST A 5.7 21.7 7.9 5.6 4.21 8.9

B 0.205 0.237 3.29 3

B 0.44 0.39 1.04 1.03 1.7 1.93

C 0.463 3.263 4.75 6.81 15.346 23.125

C 0.666 0.976 11 18 43.88 67.66

D 0.905333 0.972333 2.527667 8.794667 8.896333 6.746

D 0.186333 0.36 22.6667 29.333 19.6667 18

0.51 1.92 4.49 6.65 13.41 15.96

1.75 5.86 10.57 13.46 17.36 24.12

Bersih gulma 0-4 MST A 1.65 1.744 23.26 36.79 57.32 64.35

Bergulma 0-4 MST A 0.105 0.267 0.703 0.667

B 0.1712 0.4532 3.223 4.5713

B

C 18 59.8 10.4 16.9 70 76

C 0.83333 1.433 5.48 10.797 20.923 25

D 1.116 1.252333 2.454 5.355667 7.334333 7.47

D 0.202 0.43666 23.333 30.6667 22.333 18.6667

5.23 15.81 9.83 15.90 44.88 49.27

0.38 0.71 9.84 14.04 21.63 21.83

Bersih gulma 0-6 MST A 0.313 2.059 2.826 14.97 20 25.98

Bergulma 0-6 MST A 0.35 0.313 1.89 1.27 2.19

Page 74: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

74

B 0.565 0.976 1.29 1.743

B 25.752 48.756 50.432 82.07 109.566 210.543

C 0.296 1.662667 12.44

C

D 0.238 0.284 0.59 0.667

D 0.094 2.1 2.71333 9.333 2.8333

0.35 1.25 4.29 5.79 20.00 25.98

8.73 17.06 18.35 30.89 38.20 210.54

Bersih gulma 0-8 MST A

0.736 2.979 20.017 12.5 59.5

Bergulma 0-8 MST A 0.35 0.31 1.89 0.22 mati mati

B 0.182667 0.42 19.5 26.33333 17.93333 18.03333

B 1.45 3.21 3.1 5.3 3.6

C

40

C 0.17333 0.236666 0.30333 0.38666 0.436666 0.52666

D 25.752 48.756 50.432 82.07 109.566 210.543

D 0.336333 2.298333 2.846667 3.71

12.97 16.64 24.30 42.81 46.67 82.02

0.58 1.51 2.03 2.40 2.02 0.53

Bersih gulma 0-10

MST A 0.1 0.204 0.774 0.89 0.703

Bergulma 0-10

MST A 0.242 1.621 0.724

B 0.078 0.358666 1.152 0.358666 4.243

B 0.3036 1.084 2.404

C 0.474 3.08 4.75 76.5 84.5 23.125

C 72.03667 92.28333 104.88 120.33 130.7667 146.6833

D 0.405 0.437 3.223 2.102 2.885

D 0.446667 0.586667 0.687333 0.746667 0.826333 0.945

0.26 1.02 2.47 19.96 23.08 23.13

18.26 23.89 27.17 60.54 65.80 73.81

Bersih gulma 0-12

MST A 0.11 2.94 6.21 10.7 33.8 47.8

Bergulma 0-12

MST A 0.19 0.2

B 0.363 1.057 1.12 0.9175 0.9033 1.96

B 0.99333 1.362667 2.246667 3.005 6.379667 7.80333

C 1.347 1.843 2.197 2.263 3.163 3.297

C 0.28 2.56

D 0.256667 1.190333 18.14867 45.76667 92.87733 93.184

D 0.145 0.178 0.211 0.242 0.277 0.305

0.52 1.76 6.92 14.91 32.69 36.56

0.40 1.08 1.23 1.62 3.33 4.05

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Bersih gulma 0-2 MST 0.91 0.97 2.53 8.79 8.90 6.75

Bergulma 0-2 MST 1.75 5.86 10.57 13.46 17.36 24.12

Bersih gulma 0-4 MST 5.23 15.81 9.83 15.90 44.88 49.27

Bergulma 0-4 MST 0.38 0.71 9.84 14.04 21.63 21.83

Bersih gulma 0-6 MST 0.35 1.25 4.29 5.79 20.00 25.98

Bergulma 0-6 MST 8.73 17.06 18.35 30.89 38.20 210.54

Bersih gulma 0-8 MST 12.97 16.64 24.30 42.81 46.67 82.02

Bergulma 0-8 MST 0.58 1.51 2.03 2.40 2.02 0.53

Bersih gulma 0-10

MST 0.26 1.02 2.47 19.96 23.08 23.13

Bergulma 0-10

MST 18.26 23.89 27.17 60.54 65.80 73.81

Bersih gulma 0-12

MST 0.52 1.76 6.92 14.91 32.69 36.56

Bergulma 0-12

MST 0.40 1.08 1.23 1.62 3.33 4.05

Bersih gulma 3.37 6.24 8.39 18.03 29.37 37.28

Bergulma 5.02 8.35 11.53 20.49 24.72 55.82

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST

Bersih gulma 3.37 6.24 8.39 18.03 29.37 37.28

Bergulma 5.02 8.35 11.53 20.49 24.72 55.82

Page 75: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

75

Data Berat Basah

Tongkol (gram)

Perlakukan Kelompok Berkelobot Tanpa kelobot

Bersih gulma 0-2

MST

A - -

B - -

C 205.61 193.87

D - -

Bersih gulma 0-4

MST

A 49.95 44.8

B - -

C - -

D - -

Bersih gulma 0-6

MST

A 74 53.5

B - -

C - -

D - -

Bersih gulma 0-8

MST

A 41.5 35

B - -

C 0.425556 0.33222

D - -

Page 76: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

76

Bersih gulma 0-10

MST

A - -

B - -

C 260 163.5

D mati Mati

Bersih gulma 0-12

MST

A - -

B - -

C - -

D - -

Bergulma 0-2 MST

A - -

B 58.2 -

C 10.76 7.88

D mati Mati

Bergulma 0-4 MST

A mati mati

B - -

C 8.33 -

D - -

Bergulma 0-6 MST

A - -

B - -

C 0.38888889 0.302222222

D - -

Bergulma 0-8 MST

A mati Mati

B - -

C - -

D - -

Bergulma 0-10 MST

A - -

B - -

C 0.246667 0.193333

D - -

Bergulma 0-12 MST

A - -

B - -

C - -

Page 77: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

77

D - -

Dari tabel berat basah tongkol dalam gram tersebut diatas dapat kita lihat bahwa

dari beberapa perlakuan yang diujikan yaitu mulai dari perlakuan bersih gulma

yaitu mulai dari 0-2 MST sampai bersih gulma 0-12 MST dan perlakuan

bergulma dari bergulma 0-2 MST sampai bergulma 0-12 MST ada beberapa data

yang kosong, hal ini mungkin disebabkan karena ada beberapa kelompok yang

pada saat itu tidak mengamati

Data Anova Tinggi Tanaman

sumber

keragaman Db JK KT F Hit Pr > F KK

ulangan

2

MST

3 26.3103 8.77011 6.45 0.0015 23.5638

perlakuan 11 10.3182 0.93802 0.69 0.7385

galat 33 44.889 1.36027

total 47 81.5176

ulangan

4

MST

3 13994.5 4664.85 26.5 0.0001 29.8665

perlakuan 11 1480.39 134.581 0.76 0.6711

galat 33 5808.24 176.007

total 47 21283.2

ulangan

6

MST

3 26170.5 8723.49 13.68 0.0001 38.2769

perlakuan 11 4700.8 427.345 0.67 0.7554

galat 32 20409.5 637.796

total 46 51280.8

ulangan

8

MST

3 38735.3 12911.8 15.86 0.0001 35.4585

perlakuan 11 12211.2 1110.11 1.36 0.2387

galat 31 25236.1 814.068

total 45 76182.6

ulangan

10

MST

3 193.541 64.5138 9.84 0.0002 30.5401

perlakuan 11 156.551 14.2319 2.17 0.0545

galat 24 157.33 6.55544

total 38 507.423

Page 78: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

78

ulangan

12

MST

3 255.57 85.19 7.6 0.0014 44.7214

perlakuan 11 142.173 12.9248 1.15 0.3759

galat 20 224.315 11.2157

total 34 622.057

Dari data anova tinggi tanaman diatas dapat diketahui bahwa pengamatan

tinggi tanaman jagung mulai dari 2 MST sampai 12 MST baik dengan perlakuan

dengan gulma maupun dengan perlakuan tanpa gulma.

Dari data 2 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk

ulangannya 0,0015 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk

data 2 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x

tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa

karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,7385

maka secara umum untuk 2 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi

tanaman.

Dari data 4 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk

ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk

data 4 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x

tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa

karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,6711

maka secara umum untuk 4 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi

tanaman.

Dari data 6 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk

ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk

data 6 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x

tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa

karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,7554

maka secara umum untuk 6 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi

tanaman.

Dari data 8 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk

ulangannya 0,0001 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk

data 8 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x

Page 79: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

79

tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa

karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,2387

maka secara umum untuk 8 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi

tanaman.

Dari data 10 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk

ulangannya 0,0002 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk

data 10 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x

tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa

karena untuk nilai alpha lebih kecil dari 0,0545

maka secara umum untuk 10 MST tinggi tanaman berkorelasi positif dengan

tinggi tanaman.

Dari data 12 MST dapat diketahui bahwa untuk Pr>F karena nilai untuk

ulangannya 0,0014 dan itu lebih kecil dari alpha standart yaitu 0,05 maka untuk

data 12 MST ulangan untuk petak nilai tinggi tanaman dan MST sebagai sumbu x

tidak berkorelasi.Sedangkan untuk nilai Pr>F pada ulangan dapat diketahui bahwa

karena untuk nilai alpha lebih besar dari 0,3759

maka secara umum untuk 12 MST tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan

tinggi tanaman.

Dari pembahasan Pr>F diatas dapat kita ketaui bahwa dari 6 masa tanam

yang di bahas hanya 1 yang tidak sesuai korelasinya antara MST dan tinggi

tanaman yaitu pada 12 MST, akan tetapi secara umum dapat disimpulkan bahawa

berdasarkan data anova tinggi tanaman nilai dari MST berkorelasi positif dengan

nilai tinggi tanaman dengan 4 yang mempunyai ragam yang melebihi batas

normal yaitu 30

Data Anova Jumlah Daun

sumber

keragaman db JK KT F Hit Pr > F KK

ulangan 2

MST

3 12.1028 4.03428 3.38 0.0302 25.6901

perlakuan 11 14.5909 1.32645 1.11 0.3855

galat 32 38.2424 1.19508

Page 80: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

80

total 46 64.9362

ulangan

4

MST

3 67.7292 22.5764 10.56 0.0001 30.1153

perlakuan 11 11.7292 1.06629 0.5 0.8901

galat 33 70.5208 2.13699

total 47 149.979

ulangan

6

MST

3 115.076 38.3588 12.67 0.0001 30.6333

perlakuan 11 32.2273 2.92975 0.97 0.494

galat 32 96.9091 3.02841

total 46 244.213

ulangan

8

MST

3 5.29308 1.76436 7.02 0.001 19.1618

perlakuan 11 3.22871 0.29352 1.17 0.3477

galat 31 7.79128 0.25133

total 45 16.3131

ulangan

10

MST

3 209.815 69.9382 17.47 0.0001 30.4792

perlakuan 11 109.709 9.97356 2.49 0.0298

galat 24 96.0659 4.00274

total 38 415.59

ulangan

12

MST

3 16.2481 5.41603 17.19 0.0001 21.532

perlakuan 11 2.31594 0.21054 0.67 0.7513

galat 20 6.30133 0.31507

total 34 24.8654

Dari data Anova Jumlah Daun yang terdiri dari 6 masa setelah tanam dapt

kita lihat bahwa untuk KK yaitu koefesien keragaman pada 4 MST, 6 MST, 10

MST, nilainya lebih dari 30 hal ini menunjukkan bahwa dari 6 masa setelah tanam

ada 50% yang keragamannya melebihi standart normal.

Untuk data 2 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada

perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 2 MST tidak ada korelasi antara

Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F

0,3855

Page 81: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

81

Untuk data 4 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada

perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 4 MST ada korelasi antara Masa

Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,8901

Untuk data 6 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada

perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 6 MST tidak ada korelasi antara

Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F

0,494

Untuk data 8 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada

perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 8 MST tidak ada korelasi antara

Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F

0,3477

Untuk data 10 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada

perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 10 MST tidak ada korelasi antara

Masa Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F

0,0298

Untuk data 12 MST nilai ulangan untuk Pr>F kurang dari alpha san pada

perlakuan melebihi alpha hal ini berarti untuk 12 MST ada korelasi antara Masa

Setelah Tanam dengan Jumlah daun yaitu ditunjukkan dengan nilai Pr>F 0,7513

Dari seluruh rentang waktu diatas dapat disimpulkan bahwa untuk

hubungan secara umum antara jumlah daun dengan Minggu Setelah Tanam dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah daun dengan minggu

setelah tanam.

Data Anova Berat Kering Jagung

sumber

keragaman db JK KT F Hit Pr > F KK

Ulangan

2 MST

3 67.7781 22.5927 0.58 0.6339 130.641

perlakuan 11 582.767 52.9788 1.36 0.256

Galat 23 895.61 38.9396

total 37 1546.15

ulangan 4 MST

3 25.7726 8.59087 2.56 0.0739 97.4789

perlakuan 11 24.7577 2.2507 0.67 0.755

Page 82: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

82

galat 30 100.825

total 44 151.355

ulangan

6 MST

3 14.5201 4.84003 1.41 0.2585 61.5995

perlakuan 11 58.6745 5.33405 1.55 0.1625

galat 31 106.404 3.43239

total 45 179.599

ulangan

8 MST

3 47.7251 15.9084 2.9 0.0576 57.2827

perlakuan 11 52.2271 4.74792 0.87 0.5827

galat 22 120.519 5.47812

total 36 220.471

ulangan

10

MST

3 71.0959 23.6986 4.32 0.0139 85.0177

perlakuan 11 26.06 2.36909 0.43 0.9268

galat 25 137.227 5.48906

total 39 234.382

ulangan

12

MST

3 99.4116 33.1372 7.35 0.0023 66.0565

perlakuan 11 49.7291 4.52083 1 0.4819

galat 17 76.5984 4.50579

total 31 225.739

Dari data anova berat kering jagung dapat diketahui bahwa dari nilai

keragaman dari 6 masa yang diamati yaitu dari 2 MST sampai 12 MST nilai

keragamannya sangat besar yaitu diatas standart ragam normal 30.

Untuk 2 MST nilai Pr>F untuk ulangan melebihi 0,05 yaitu 0,6336 dan

pada perlakuan nilai Pr>F kurang dari alpha yaitu 0,256 hal ini berarti pada 2

MST tidak ada korelasi antara berat kering jagung.

Untuk 4 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0739

dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,755 hal ini berarti

pada 4 MST ada korelasi antara berat kering jagung.

Untuk 6 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,2585

dan pada perlakuan nilai Pr>F kurang dari alpha yaitu 0,1625 hal ini

berarti pada 4 MST tidak ada korelasi antara berat kering jagung.

Page 83: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

83

Untuk 8 MST nilai Pr>F untuk ulangan lebih dari 0,05 yaitu 0,0576

dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,5827 hal ini berarti

pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung.

Untuk 10 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0139

dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,9268 hal ini berarti

pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung.

Untuk 12 MST nilai Pr>F untuk ulangan kurang dari 0,05 yaitu 0,0023

dan pada perlakuan nilai Pr>F lebih dari alpha yaitu 0,4819 hal ini berarti

pada 8 MST ada korelasi antara berat kering jagung.

Dari analisis diatas dari 6 masa tanam yang diamati ada 2 masa tanam

yang tidak berkorelasi hal ini berarti secara umum dari 6 masa tanam yang diamati

dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara masa tanam dengan berat

kering jagung.

Data Anova Berat Kering Gulma

sumber

keragaman db JK KT F Hit Pr > F KK

ulangan

2 MST

3 25.6247 8.54158 6.93 0.0011 43.2939

perlakuan 11 8.12179 0.73834 0.6 0.815

galat 31 38.2158 1.23277

total 45 71.9623

ulangan

4 MST

3 50.8344 16.9448 5.69 0.0032 51.7045

perlakuan 11 29.8865 2.71695 0.91 0.5405

galat 31 92.3186 2.97802

total 45 173.039

5405ulangan

6 MST

3 54.4633 18.1544 2.76 0.0588 63.9664

perlakuan 11 135.494 12.3176 1.87 0.0836

Galat 31 203.986 6.58021

Total 45 393.943

ulangan

8 MST

3 3.25581 1.08527 0.2 0.8938 68.052

perlakuan 11 84.3764 7.67058 1.43 0.214

Galat 28 150.104 5.36085

Page 84: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

84

Total 42 237.736

ulangan

10

MST

3 16.4724 5.4908 1.25 0.3119 51.9126

perlakuan 11 125.206 11.3823 2.59 0.0225

Galat 26 114.196 4.39216

Total 40 255.874

ulangan

12

MST

3 67.7781 22.5927 0.58 0.6339 130.641

perlakuan 11 582.767 52.9788 1.36 0.256

galat 23 895.61 38.9396

Total 37 1546.15

Dari data Anova berat kering gulma dapat dilihat bahwa dai 6 masa tanam

yang diamati, semuanya menunjukkan keragaman diatas normal yaitu melebihi

standart normal keragaman yaitu 30.

Untuk 2 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0011

sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,815 hal ini menunjukan pada 2 MST ada

korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.

Untuk 4 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0032

sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,5405 hal ini menunjukan pada 4 MST ada

korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.

Untuk 6 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,0588

sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,0836 hal ini menunjukan pada 6 MST ada

korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.

Untuk 8 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,8938

sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,214 hal ini menunjukan pada 8 MST ada

korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.

Untuk 10 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,3119

sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,0225 hal ini menunjukan pada 10 MST tidak

ada korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.

Untuk 12 MST nilai Pr>F untuk ulangan sebesar 0,6339

sedangkan untuk perlakuan sebesar 0,256 hal ini menunjukan pada 12 MST ada

korelasi antara masa tanam dengan berat kering gulma.

Page 85: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

85

Dari pembahasan data diatas dapat diketahui bahwa untuk hubungan

antara masa tanam dengan berat kering gulma secara umum berkorelasi positif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan ke empat tabel Anova Pr>F diatas dapat kita ambil

empat kesimpulkan bahwa yang pertama nilai dari MST berkorelasi positif

dengan nilai tinggi tanaman dengan 4 yang mempunyai ragam yang melebihi

batas normal yaitu 30. Yang kedua, jumlah daun dengan Minggu Setelah Tanam

tidak ada hubungan.Yang ketiga tidak ada korelasi antara masa tanam dengan

berat kering jagung.Yang keempat, hubungan masa tanam dengan berat kering

gulma secara umum berkorelasi positif.

5.2 Saran

Untuk praktikum pengendalian gulma ini diusahakan agar waktu

masuknya lebih ketat sehingga bisa melatih kedisiplinan mahasiswa.

Page 86: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

86

DAFTAR PUSTAKA

Eprim, Yeheskiel Sah. 2006. Periode Kritis Tanaman Kedelai (Glycine

max (L.) Merr.) Terhadap Kompetisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam di

Lahan Alang-alang (Imprata cylindrica (L.)Beauv.). Skripsi. Program Studi

Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Fadhly, A.F. dan Tabri, F. 2004. Pengendalian Gulma pada Pertanaman

Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

Syaefullah, Enrico. 2004. Modifikasi Atmosfer Dengan Konsentrasi CO2

Terhadap Perkembangan Sitophilus zeamais Selama Penyimpanan Jagung.

Pengantar ke Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor

Page 87: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

87

APPLIKASI HERBISIDA

Disusun Oleh :

Vicky Oktarina Chairunnissa A24070121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 88: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

88

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) adalah senyawa atau material yang

disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan

yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami

sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga

dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di

tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik,

tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai

salah satu sarana pengendalian gulma.

Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh

(preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide).

Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar

(atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat

nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua

diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus

selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.

Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme

senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi

dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi

kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang

dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan

mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan

tumbuhan.

Contoh:

glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino

aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat

fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena

menjadi substrat dari enzim glutamin sintase.

Page 89: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

89

Untuk menguji keefektivan suatu hasil aplikasi herbisida dapat ditempuh

dengan dua cara, yaitu cara biologi dan cara fisik. Cara biologi dilakukan dengan

mengamati tamping respon tumbuhan (gulma) setelah aplikasi. Respon tumbuhan

akibat herbisida bervariasi antara testimulasi sampai kematian total. Biasanya

untuk menilai hasil suatu aplikasi tersebut dapat digunakan skor, seperti yang

diperkenalkan oleh EWRC. Cara fisik dilakukan dengan mengamati produksi

butiran semprot, baik dalam populasi maupun ukran butiran semprot. Metode ini

dilakukan dengan menggunakan kertas peka air (water sensitive paper).

Aplikator secara umum dibagi menjadi tiga kelas, berdasarkan volume

semprot yang dialokasikan setiap hektar. Pembagian ini meliputi LV (Low

Volume), HV (High Volume), dan ULV (Ultra Low Volume). Masing-masing

alat ini memberikan konsekuensi yang berbeda terutama dalam hal penyediaan air

bersih, konsentrasi herbisida dalam tangki, ukuran butiran semprot yang

memberikan pengaruh efektivitas herbisida.

Keberadaan gulma di pertanaman dapat menimbulkan masalah yang cukup

berat, karena gulma berkompetisi secara fisik maupun kimiawi dengan tanaman

pokok. Selain itu, gulma juga menjadi tumbuhan inang dan dapat menciptakan

kondisi yang optimal bagi perkembangan penyakit.

Mengingat besarnya kerugian yang disebabkan oleh gulma, maka perlu

dipikirkan cara pengendalian yang tepat. Penggunaan herbisida merupakan

metode pengendalian yang paling efisien dan menguntungkan, antara lain: (1)

mengurangi tenaga kerja, (2) pekerjaan menjadi lebih cepat, (3) mampu

mengendalikan gulma yang sulit disiangi secara mekanis, (4) mampu

mengendalikan gulma sejak awal (pra tumbuh), (5) menghindari kerusakan akar

tanaman pokok, (6) menghindari pembentukan cekungan pada areal pertanaman

akibat penyiangan secara mekanis, dan (7) mengurangi erosi tanah.

Herbisida mutakhir biasanya ditandai dengan kemampuan kerjanya yang

selektif. Dalam percobaan ini digunakan beberapa herbisida pasca tumbuh

terhadap pengendalian gulma di pertanaman karet menghasilkan.

Gulma di perkebunan karet dapat merugikan baik produksi karet itu sendiri

maupun gangguan terhadap kegiatan pengelolaannya yang pada akhirnya

menurunkan keuntungan usaha perkebunan tersebut. Penting tidaknya suatu jenis

Page 90: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

90

gulma di suatu areal perkebunan karet ditentukan atas tingkat kerugian yang dapat

ditimbulkan oleh gulma tersebut terhadap pertumbuhan, produksi maupun

gangguan yang ditimbulkan terhadap pengelolaan perkebunan karet.

Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman

karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan

memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya

titotoksisitas pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi

keamanan terhadap lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan

ketersediaan.

Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang

berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa

kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena

terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu pertumbuhan tumbuhan

lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh

mikroorganisme di tanah atau air.

Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan herbisida

tertentu. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial

(meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini

dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat

karya) atau berlahan sempit.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara aplikasi herbisida dengan

benar dan mempelajari cara pengendalian gulma pada perkebunan karet dengan

menggunakan herbisida.

Page 91: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

91

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Soerjani (1998) dalam Sukman dan Yakup (1991) mendefinisikan gulma

sebagai tumbuhan yang peranan, potensi, dan hakikat kehadirannya belum

sepenuhnya diketahui. Menurut Rochecouste (1971) gulma adalah tumbuhan yang

tidak dikehendaki, bersifat agresif dalam bersaing dengan tanaman liar, sulit

diberantas, mudah tumbuh menjadi populasi besar dan kurang berguna. Gulma

adalah suatu tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki manusia

atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui (Tjitrosoedirdjo, et. al., 1984).

Smith (1981) menyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan gulma pada

tanaman bududaya adalah mengurangi hasil dan kualitas produksi tanaman,

menjadi inang, hama, dan penyakit tanaman, mengurangi efisiensi, peningkatan

konsumsi energi dalam pengendaliannya, menghalangi sistem irigasi,

menyebabkan keracunan dan luka pada manusia dan hewan, serta mengurangi

nilai dan produktivitas dan estetika lahan. Penurunan hasil tanaman akibat

munculnya gulma disebabkan oleh terjadinya persaingan (kompetisi) antara gulma

dan tanaman untuk memperebutkan unsure hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh.

Menurut Sukman dan Yakup (1991), beberapa jenis gulma tertentu menyerap

lebih banyak unsure hara daripada tanaman budidaya.

Pada dasarnya jenis gulma di suatu daerah berbeda dengan daerah lain,

walaupun pada tanaman budidaya yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh

iklim, rotasi tanaman, dan tindakan agronomis yang tidak sama. Jenis gulma yang

tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Pada daerah yang baru

diolah, gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim. Sedangkan pada

perkebunan yang telah ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah jenis gulma

tahunan. Penyebaran gulma ditentukan pula oleh perbedaan ketinggian suatu

tempat. Tempat di dataran tinggi cenderung lebih banyak populasinya

dibandingkan dengan di dataran rendah (Tjitrosoedirdjo, 1984). Penyebaran

gulma dari suatu tempat ke tempat lain antara lain disebabkan oleh: manusia,

hewan, angin, dan alat-alat pertanian (Sukman dan Yakup, 1991). Biji gulma juga

dapat disebarkan melalui aliran irigasi (Wilson dan Furer, 1996).

Page 92: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

92

Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet diketahui dapat

menyebabkan, kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya persaingan terhadap

faktor tumbuh yang dibutuhkan. Misalnya, gulma yang terdiri dari jenis Paspalum

Conjugatum, Axonopus Compress dan Digitaria adscendens dibiarkan tumbuh

tanpa pengendalian mengakibatkan sebanyak 85% bibit karet menjadi tidak

memenuhi syarat untuk diokulasi karena pertumbuhan lilitan batang yang

terhambat. P. conjugatum juga telah dilaporkan dapat menekan pertumbuhan

tinggi, jumlah daun, dan lilit batang berturut-turut sebesar 80%, 89% dan 53%

dipembibitan karet (Nasution, 1986).

Pengendalian gulma secara khemis telah umum dilakukan di perkebunan

karet. Pengendalian secara khemis dilakukan dengan cara penyemprotan pada

sepanjang strip sepanjang barisan tanaman. Dengan pengaplikasian herbisida

maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya

erosi dapat ditekan sekecil mungkin disamping pekerjaan pengendalian dapat

diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding dengan metoda lain

seperti membabat dan mengikis.

Pengendalian gulma didefinisikan sebagai proses untuk membatasi infestasi

gulma sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif

dan efisien. Pengendalian hanya bertujuan untuk menekan populasi gulma sampai

tingkat yang tidak merugikan secara ekonomik, atau tidak melampaui ambang

ekonomi (economic threshold). Pengendalian gulma tidak bertujuan untuk

menekan populasi gulma sampai tingkat nol (Sukman dan Yakup, 1991).

Pengendalian gulma merupakan salah satu komponen penting hamper di

setiap sistem produksi pertanian, karena hasil panen sangat dipengaruhi oleh

adanya gulma (Sastroutomo, 1990).

Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan

daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing gulma. Teknik

pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah: preventif, mekanis, kultur

teknis, hayati, kimia, dan terpadu (integrated weed management). Pemeliharaan

tanaman menghasilkan mencakup pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian

hama dan penyakit, serta penunasan. Pengendalian gulma merupakan salah satu

Page 93: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

93

komponen penting hamper di detiap sistem produksi tanaman, karena hasil panen

dipengaruhi oleh adanya gulma (Sastroutomo, 1990).

Contoh pengendalian gulma secara kimiawi adalah dengan menggunakan

herbisida. Namun menurut Bangun (1988), penggunaan satu macam herbisida

sejenis secara terus-menerus tidak dianjurkan karena akan mengubah dominasi

dan komposisi gulma. Oleh karena itu, perlu dilakukan kombinasi pengendalian

gulma dengan cara-cara lain, seperti menggunakan tangan (manual). Johnson, et.

al. (1998), menambahkan bahwa hasil pengendalian gulma yang memuaskan telah

dicapai melalui penggunaan herbisida, namun penggunaan herbisida juga dapat

mempengaruhi komposisi spesies dan kepadatan (density) gulma di suatu tempat

dalam jangka waktu yang lama.

Suhardi (2002) menyatakan bahwa pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida memerlukan sedikit tenaga kerja, total biaya lebih rendah,

perusakan perakaran dan erosi dapat dihindarkan dan dapat pula mengendalikan

gulma yang tidak terjangkau dengan pengendalian mekanis. Di samping

keunggulan cara kimia (herbisida) yang dapat menghindarkan keadaan di atas,

terdapat pula kelemahan cara tersebut. Pengendalian gulma dengan herbisida

merupakan suatu penerapan teknologi tinggi, sehingga diperlukan keterampilan

yang cukup baik dalam pemakaiannya baik yang berhubungan dengan

keselamatan, dosis, maupun manipulasi unsur lingkungan lainnya (Tjitrosoedirdjo

et. al., 1984).

Pengendalian gulma secara kimiawi dengan herbisida dapat berhasil

tergantung dari kemampuan herbisida dapat berhasil tergantung dari kemampuan

herbisida untuk membasmi beberapa jenis gulma dengan tidak menimbulkan efek

yang merugikan pada tanaman budidaya. Herbisida adalah bahan kimia yang

dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan normal tumbuhan (Ashton dan

Monaco, 1991).

Tjitrosoedirdjo et. al. (1984) menyatakan bahwa cara umum yang dilakukan

dalam pengendalian gulma di perkebunan adalah kimia dengan menggunakan

herbisida. Aplikasi herbisida sebagai salah satu alternative untuk mengendalikan

gulma menyebabkan penggunaan herbisida yang semakin meluas dalam bidang

pertanian terutama pada perkebunan-perkebunan besar.

Page 94: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

94

Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan

gulma. Ashton dan Crafts (1981) membagi herbisida menjadi tiga golongan

berdasarkan sifat kimia, sifat selektivitas, dan cara pengendalian gulma. Menurut

sukman dan Yakup (1991), penggunaan herbisida sendiri mulai berkembang pesat

sejak diperkenalkannya senyawa 2,4-D sebagai herbisida pada tahun 1944.

Penemuan tersebut dinilai memberikan kontribusi yang cukup besar dalam

meningkatkan produksi tanaman per satuan luas dan menghemat penggunaan

tenaga kerja. Selain itu, penggunaan herbisida memberikan keuntungan yang tidak

didapat pada sistem pengendalian gulma secara manual seperti vegetasi pratanam

di lahan dapat difungsikan sebagai mulsa, mempercepat waktu panen, dan lain-

lain.

Keuntungan penggunaan herbisida yang lain diantaranya: dapat

mengendalikan gulma sebelum mengganggu, dapat mengendalikan gulma di

larikan tanaman, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman, lebih efektif

dalam membunuh gulma tahunan dan semak belukar, dalam dosis rendah dapat

berperan sebagai hormone tumbuh, dan dapat meningkatkan produksi tanaman

budidaya dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.

Metode pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara

diantaranya: (1) fisik, (2) kultur teknis, (3) kimia, dan (4) biologi. Metode

pengendalian gulma secara kimia umumnya menyangkut herbisida. Glifosat,

metsulfuron metil, dan 2,4-D termasuk jenis herbisida sistemik yang sering

digunakan pada areal perkebunan. Menurut Tjitrosoedirdjo et. al. (1984)

keuntungan menggunakan herbisida disbanding manual adalah: (1) pekerjaan

lebih cepat dan tenaga kerja lebih sedikit, (2) kerusakan pada akar tanaman

terhindari, (3) erosi tanah lebih kecil terutama pada daerah miring, dan (4)

pembentukan cekungan-cekungan atau parit-parit yang mengakibatkan

terkumpulnya air hujan dapat dihindari.

Secara umum, herbisida dapat digolongkan berdasarkan waktu aplikasi,

selektivitas, dan pergerakan dalam tanaman (Herman Pane, 1984). Berdasarkan

waktu aplikasi, herbisida dapat dibagi menjadi herbisida pra tanam (pre planting),

yaitu herbisida yang diaplikasikan pada gulma yang sedang tumbuh sebelum

tanam, herbisida pra tumbuh (pre emergence), yaitu herbisida yang diaplikasikan

Page 95: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

95

saat gulma dan tanaman berkecambah, dan herbisida pasca tumbuh (post

emergence) yang diaplikasikan setelah gulma dan tanaman tumbuh.

Berdasarkan selektivitas, herbisida dapat digolongkan menjadi herbisida

selektif, yaitu herbisida yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan

jenis gulma tertentu, tapi tidak membunuh tanaman, dan herbisida tidak selektif,

yaitu herbisida yang dapat membunuh gulma maupun tanamannya. Sedangkan

berdasarkan pergerakan dalam tanaman, herbisida ada yang bersifat kontak, yaitu

langsung mematikan bagian gulma yang terkenan. Sifat herbisida yang lain ialah

sistemik, yaitu herbisida ditranslokasikan dan mengumpul ke bagian sasaran

dahulu, baru mematikan gulma (Bangun, 1985).

Kelemahan penggunaan herbisida adalah dapat menimbulkan efek

samping seperti: mengakibatkan resistensi beberapa spesies gulma, menimbulkan

polusi, dan residunya dapat meracuni tanaman. Menurut Cousens dan Mortimer

(1995) dalam Johnson et. al. (1998), keanekaragaman spesies dan kepadatan

gulma telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir akibat semakin

berkembangnya penggunaan herbisida-herbisida yang memiliki tingkat efektivitas

tinggi.

Herbisida adalah salah satu senyawa organic atau anorganik yang dapat

mematikan tumbuhan atau menghambat pertumbuhan normalnya. Efikasi suatu

herbisida bersifat relative, bergantung pada konsentrasi dan dosisnya. Pada

konsentrasi tertentu beberapa tumbuhan dapat mati, sedangkan tumbuhan lainnya

tidak terpengaruh sama aekali. Semua herbisida bersifat fitotoksik pada

konsentrasi tinggi (Ashton dan Monaco, 1991).

Bahan aktif herbisida tidak dapat dijual dalam bentuk murni karena

harganya sangat mahal, sangat beracun, sangat berbahaya, serta sulit digunakan di

lapangan. Karena itu, bahan aktif ini diformulasikan terlebih dahulu dengan

bahan-bahan pembantu.

Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah

untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi

tidak merusak tanaman budidaya. Kebetulan aplikasi suatu herbisida dipengaruhi

oleh beberapa factor yaitu: jenis herbisida, formulasi herbisida, ukuran butiran

semprot, volume semprotan, dan waktu pemakaian (pra pengolahan, pra tanam,

Page 96: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

96

pra tumbuh, atau pasca tumbuh). Factor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan

aplikasi herbisida adalah sifat kimia dari herbisida itu sendiri, iklim, kondisi

tanah, dan aktifitas mikroorganisme. Teknik penyemprotan dan air pelarut yang

digunakan juga mempengaruhi efektivitas herbisida yang diaplikasikan (Utomo et.

al., 1998).

Herbisida dapat diformulasikan dalam bentuk wettable powder (WP),

flowable (FW), emulsifiable concentrate (EC), granules (G), dusts, fumigants,

aerosols, dan juga dalam bentuk batangan lilin (wax bars).

Wettable powder adalah bubuk padat yang amat halus yan g dapat segera

membentuk suspense di dalam air. WP dibuat dengan menjenuhkan bahan

herbisida teknis pada lempung (kaolin). Kemudian ditambahkan bahan pembasah

(wetting agent) dan bahan pencampur (dispersing agent) kepada formulasi untuk

menstimulasi pembasahan dan pencampuran partikel padat tersebut dengan air.

Biasanya partikelpadat tersebut akan mengendap ke dasar tangki sehingga

diperlukan pengadukan yang terus-menerus selama penyemprotan. Bahan aktif

dari formulasi herbisida secara langsung menentukan efektivitas herbisida itu.

Setiap formulasi herbisida terdapat perbedaan walaupun berbahan aktif sama,

misalnya surfaktan dan jenis carrier (pembawa). Surfaktan digunakan untuk

mengurangi tegangan permukaan, menambah pembasahan, dan mempermudah

kontak dengan permukaan daun. Surfaktan sering disebut sebagai bahan

pembasah (wetting agent). Hal ini yang dapat menyebabkan perbedaan efikasi.

Formulasi ini bersifat mengikis sehingga akan merusak pompa dan nosel

peralatan.

Dosis herbisida adalah jumlah herbisida yang diaplikasikan untuk

mengendalikan gulma pada setiap satuan luas bidang sasaran, misalnya

liter/hektar, kilogram/hektar, dan sebagainya.

Di antara berbagai macam herbisida, glifosat dan 2,4-D merupakan bahan

aktif yang umum digunakan untuk mengendalikan gulma di perkebunan. 2,4-D

bersifat sistemik dan mampu mematikan gulma daun lebar (Moenandir, 1993).

Glifosat juga bersifat sistemik apabila disemprotkan pada bagian tumbuhan dan

segera ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan (Thomson, 1979).

Page 97: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

97

Glifosat dapat diabsorbsi lewat daun kemudian ditranslokasikan bersama

fotosintat dalam jaringan keseluruh bagian gulma. Glifosat juga mempunyai daya

brantas yang sangat luas dengan daya racun yang rendah terhadap hewan dan

manusia (Duke, 1988). Glifosat merupakan herbisida sistemik yang bekerja lebih

efektif pada saat pertumbuhan aktif sehingga dapat ditranslokasikan ke seluruh

bagian tumbuhan. Cara bekerja glifosat adalah dengan menghambat sintesa

protein dan metabolism asam amino.

Menurut Thomson (1979), ada tiga fakta herbisida glifosat tidak aktif di

dalam tanah:

1. Diikat dengan cepat dan kuat oleh partikel tanah sehingga tidak tersedia untuk

akar gulma dan tanaman.

2. Sejumlah kecil yang tidak diikat oleh partikel tanah dan bebas di dalam air

tanah segera didegradasikan oleh mikroorganisme.

3. Sangat sedikit yang diambil oleh akar, walaupun dengan mudah mengadakan

penetrasi ke dalam daun.

Herbisida glifosat dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Secara kimia hal

ini berhubungan erat dengan asam amino glycine yang juga dikandung oleh sistem

hewan dan tanaman. Sebagai akibatnya, mikroorganisme di dalam tanaman dapat

dengan mudah mendegradasi herbisida glifosat menjadi CO2, nitrat, air, dan fosfat

yang tidak berbahaya (Thomson, 1979).

Herbisida glifosat boleh dikatakan suatu herbisida serba guna, karena sifat-

sifatnya yang unik, kecuali tidak dapat dipakai sebagai herbisida pra tumbuh

untuk gulma, karena tidak aktif melalui tanah. Akan tetapi karena sifat inilah

maka herbisida glifosat bisa dipakai juga untuk pemberantasan gulma sebelum

tanam (pre planting) tanaman pokok (Arif, 1979).

Menurut Klingman et. al. (1982), herbisida 2,4-D digunakan untuk gulma

berdaun lebar dan mempunyai sifat yang selektif dan sangat efektif untuk

mengendalikan gulma annual maupun perennial. Herbisida ini diaplikasikan

melalui jaringan akar maupun daun atau keduanya pada tumbuhan yang akan

dikendalikan. Hali ini sesuai dengan pernyataan Ashton dan Crafts (1981) bahwa

herbisida 2,4-D lebih diformulasikan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar.

Page 98: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

98

Herbisida 2,4-D banyak digunakan sebagai herbisida pasca tumbuh untuk

mengontrol gulma semusim dan tahunan berdaun lebar pada lahan sawah dan

bukan sawah. Juga dapat digunakan untuk mengendalikan gulma berkayu dan

gulma air. Pada konsentrasi yang rendah dapat digunakan sebagai zat pengatur

tumbuh (Ashton dan Monaco, 1991).

Herbisida 2,4-D ini diabsorbsi melalui daun maupun akar dan

ditransportasikan melalui simplas atau apoplas dan akhirnya masuk sel hidup

dengan menembus plasmolemma. Herbisida jenis ini lebih efektif terhadap gulma

berdaun lebar daripada jenis rerumputan (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984).

Pengaruh herbisida 2,4-D terhadap respirasi adalah dalam kadar rendah

menghambat sebagian pengambilan O2. Dalam interaksi dengan hormone tanaman

dan pengaturan pertumbuhan pertumbuhan 2,4-D dapat menggantikan zat tumbuh

asam indo asetat, dimana kultur jaringan tumbuhan yang butuh IAA juga dapat

tumbuh bila diberi 2,4-D (Moenandir, 1993).

Menurut Ashton dan Monaco (1991), tipe tanah dan formulasi dari 2,4-D

berpengaruh pada proses pencucian di dalam tanah. Herbisida 2,4-D diserap oleh

koloitd tanah dan sangat sedikit tercuci pada tanah lempung dan tanah organic

serta tanah berpasir. Kehilangan 2,4-D di dalam tanah tidak terlepas dari peranan

penting mikroorganisme.

Penemuan sifat 2,4-D benar-benar menjadi tonggak perkembangan herbisida

modern, yaitu dalam jumlah yang amat sedikit masih dapat mematikan gulma

secara selektif dan sistemik (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984).

Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir-akhir ini

sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Menurut

Setyobudi et. al., (1995) ada beberapa keuntungan yang diberikan oleh herbisida

seperti:

1. Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu,

2. Dapat mengendalikan gulma di larikan tanaman,

3. Dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman,

4. Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar,

5. Dalam dosis rendah dapat sebagai hormone tumbuh,

Page 99: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

99

6. Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan perlakuan penyiangan

biasa.

Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan

gulma tanpa menggunakan tanaman pokok. Berdasarkan cara aplikasi melalui

daun, herbisida dibedakan menjadi yang bersifat kontak contoh Paraquat

(Gramoxone) dan bersifat sistemik contoh glifosat (Round Up) (Setyobudi et. al.,

1995).

Komunitas gulma selalu ditemukan dengan spesies gulma yang beragam,

oleh sebab itu herbisida yang diharapkan adalah herbisida yang mempunyai daya

pengendalian yang berspektum luas. Alasan utama digunakannya campuran dari

dua atau lebih herbisida adalah untuk memperluas spectrum pengendalian gulma

dan mengurangi salah satu komponen dari herbisida campuran secara terus-

menerus dan untuk menghemat biaya (Motooka, 1986).

Herbisida sampai saat ini telah dikembangkan lebih efektif dan ekonomis.

Salah satu pertimbangan penting dalam teknik pengembangan herbisida adalah

pemakaian herbisida yang dicampur herbisida. Menurut Utomo (1989),

pemakaian herbisida yang dicampur ini diharapkan untuk mendapatkan efek

sinergi dan meningkatkan toksisitas terhadap jasad sasaran ataupun memperoleh

sifat kimia fisik yang optimal dalam penetrasi herbisida.

Penggunaan herbisida campuran saat ini telah banyak digunakan untuk

mengendalikan gulma-gulma pada tanaman tropis. Salah satu tujuan dari

pencampuran herbisida adalah untuk memperluas spektum pengendalian gulma

atau untuk memperoleh pengendalian yang lebih efektif pada beberapa gulma

perennial yang spesifik (Rochecouste, 1971). Moenandir dan Murniningtias

(1999) menambahkan, herbisida glifosat yang diaplikasikan secara tunggal kurang

efektif dalam mengendalikan gulma dibandingkan dengan penambahan herbisida

2,4-D yang meningkatkan efikasi, fitotoksitas, kompatibilitas, dan efek sinergi

dari glifosat.

Pada umumnya hanya sejumlah kecil herbisida yang diperlukan untuk

mengendalikan gulma secara efisien, tetapi justru ini yang sangat diperlukan agar

jumlah yang kecil itu dapat disebarkan merata ke seluruh gulma yang ada. Apabila

tidak merata atau terlalu sedikit, tidak mematikan gulma sedangkan bila terlalu

Page 100: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

100

banyak mungkin menjadi beracun bagi tanaman budi daya. Oleh karena itu

herbisida harus diformulasikan sedemikian rupa agar mudah mengatur, aman, dan

efektif (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984).

Metsulfuron metil mempunyai nama kimia 2, -{{{{(4-metoksi-6-6 metil, 1-

3, 5, triazin-2-yl) amino} sulfonil} benzoa. Metsulfuron metil adalah herbisida pra

tumbuh dan purna tumbuh, bersifat sistemik dan selektif. Metsulfuron metil

dengan bahan aktif sebesar 20% dari formulasinya terdapat pada Ally 20 Water

Dispersible Granule (WDG), berbentuk butiran granul berwarna putih kekuningan

yang dapat terdispersi dalam air. Metsulfuron metil termasuk turunan molekul

sulfonil-urea dengan dosis penggunaan yang rendah, sekitar 2 – 75 g b.a/ha.

Metsulfuron metil agak sedikit berbau, tidak berdebu, dan tidak mudah menguap

(FAO, 2002). Metsulfuron metil adalah salah satu herbisida sistemik yang

berbentuk granule. Menurut Tomlin (1994), metsulfuron metil digunakan untuk

mengendalikan gulma berdaun lebar. Metsulfuron metil diserap melalui daun,

akar, dan dapat menghambat pertumbuhan pucuk. Daya racunnya akan

terdegradasi oleh mikroorganisme dalam tanah, sehingga dapat mengurangi resiko

terjadinya dampak lingkungan atau pencemaran dalam tanah.

Paraquat atau ion 1,1-dimethyl-a,4-bipyridilium merupakan herbisida pasca

tumbuh yang bersifat kontak dan non selektif. Paraquat tidak dapat diserap oleh

bagian gulma yang tidak berwarna hijau (batang atau akar) dan bila tersemprot ke

daun, hanya daun itu saja yang layu dan mati. Butir semprot tidak meresap ke

bagian lain sehingga gulma tetap normal. Paraquat bereaksi dengan cahaya

matahari menghasilkan hydrogen peroksida (H2O2) sehingga merusak membrane

sel (Tjitrosoedirdjo et. al., 1984).

Penetrasi paraquat lebih banyak terjadi melalui daun , keefektifan paraquat

dalam merusak klorofil meningkat apabila ada sinar matahari. Penyerapan akan

meningkat dengan intensitas cahaya yang tinggi dan kelembaban yang cukup.

Paraquat bereaksi di kloroplas dimana terdapat sistem fotosintesis dalam

menghasilkan karbohidrat. Paraquat diketahui dapat menghambat proses dalam

fotosistem I, yaitu dalam mengikat electron hasil dari sistem tersebut, dan

membentuk electron radikal bebas . radikal bebas ini akan diikat oleh oksigen

Page 101: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

101

membentuk superoxide yang bersifat sangat aktif. Superoxide ini akan merusak

membrane sel dan jaringan tanaman (Pusat Informasi Paraquat, 2006).

Daya kerja biologis paraquat hilang apabila terkena tanah karena adanya

reaksi antara muatan positif ganda pada kation paraquat dengan mineral liat tanah

sehingga membentuk ikatan kompleks dan tidak aktif. Butiran semprot paraquat

bila jatuh ke perairan atau terlarut oleh air hujan akan segera terikat oleh butiran

lumpur (Ashton dan Monaco, 1991).

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-

jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma

yang berwarna hijau. Herbisida ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika

digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta

gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas (Barus, 2003). Paraquat

adalah salah satu anggota golongan herbisida piridina, yang bersifat non selektif

yang dipergunakan secara pasca tumbuh, terutama sekali pada gulma semusim

dan rerumputan (Sukman dan Yakup, 2002)

Page 102: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

102

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2009 dengan

pemangamatan yang dilakukan pada 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah aplikasi (MSA).

Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Kampus IPB

Darmaga Bogor dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 10.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: herbisida

glifosat, metsulfuron metil, dan paraquat, 2,4-D, sprayer punggung Solo, ember,

gelas ukur, pipet, kuadrat 0,5 m x 0,5 m, kantong plastik, pisau.

3.3 Metodologi

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kali

ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut:

P1 = perlakuan metsulfuron metil dengan dosis:

P2 = perlakuan metsulfuron metil dengan dosis:

P3 = perlakuan monoamonium glifosat dengan dosis:

P4 = perlakuan monoamonium glifosat dengan dosis:

P5 = perlakuan 2,4-D dengan dosis:

Page 103: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

103

P6 = perlakuan 2,4-D dengan dosis:

P7 = perlakuan gramoxon dengan dosis:

P8 = perlakuan gramoxon dengan dosis:

P9 = perlakuan paraquat 400 + metsulfuron metil 30

P10 = perlakuan paraquat 800 + metsulfuron metil 30

P11 = perlakuan glifosat 0,5 + 2,4 D 0,5

= 3,6

P12 = perlakuan glifosat 1 + 2,4 D 0,25

= 4,5

Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap respon yang diamati dilakukan

analisis ragam. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji nilai

tengah dengan uji BNT pada taraf 5%.

Aplikasi herbisida dilakukan secara bersamaan pada awal percobaan. Agar

penyemprotan merata tiap petak, sebelum aplikasi dilakukan kalibrasi alat

berdasarkan volume larutan.

Pengujian efikasi herbisida didasarkan pada analisis bobot kering gulma.

Untuk menentukan bobot kering biomassa gulma, dilakukan pemanenan gulma

yang masih hidup tepat di atas permukaan tanah pada 2, 4, 6, dan 8 minggu

setelah aplikasi (MSA). Gulma hasil panenan dikelompokkan menurut spesies

gulma dominan, kemudian dikeringkan sampai bobot konstan.

Page 104: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

104

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel Pengamatan Bobot Kering Gulma dan Gulma Toleran

Perlakuan Kelompok BK gulma (gram)

Gulma Toleran 1 MSA 2 MSA

Metil metsulfuron

100 gr/ha

A 30.7 9.65 Tetracer scandens

B - 13.682 Digitaria adscendens

C 31.82 7.675 Axonopus compressus, mikania micrantha

D 22.89 6.54 Digitaria adscendens

Metil

metsulfuron 50 gr/ha

A 97.5 - Melastoma affine, Clidemia hirta

B 44.36 21.36 -

C 44.655 37.93 -

D 4.79 5.965 -

Monoamonium glifosat 1 kg/ha

A - - Phylanthus niruri

B 45.7 14.5 -

C mati mati -

D 25.4 -

Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Boreria

alata, Cyperus rotundus

Monoamonium

glifosat 2 kg/ha

A - -

Melastoma affine, Chromolaena odorata, Urena

lobata, Clidemiahirta, Mikhania micrantha

B 61.05 25.27 -

C 0 15.88 -

D 65 30

Tetracera scandens, Mimosa pudica, Mikania

michrantha, Chromolaena odorata, Urena lobata

2,4 D 1L/ha

A - - -

B - - -

C 63.5 60.52 Axonopus compressus

D 50.8 37.5 Axonopus compressus, Setaria plicata

2,4 D 2L/ha

A - - -

B 17.6 - -

C - - -

D 17 mati -

Gramoxon

1L/ha

A 12.25 12.8

Setaria plicata, Axonopus compressus, Mikania

micrantha

B 0.0786 0.1486 Rumput kawat, gulma x, Boreria alata

C 0 30.1 -

D 46.5 14.3 -

Page 105: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

105

Gramoxon 2L/ha

A 14 mati -

B 3 4.01 -

C 0 23.51 -

D 46.5 50.02 -

Paraquat

400ml/ha +

Metil metsulfuron

30gr/ha

A - - -

B - 4.85

Mikania micrantha, tetracera indica, Borreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon,

Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria

ciliaris

C 0 17.34 -

D 35 14.5 -

Paraquat

800ml/ha + Metil

metsulfuron

30gr/ha

A - - -

B 0.637 - -

C 0 17.34 -

D 65 50.5 -

Glifosat

0,5L/ha + 2,4 D 0,5L/ha

A - - -

B - -

Melastoma affine, Chromolaena odorata, Setaria

plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, Boreria alata

C 12.34 0 -

D 55.2 33.5 -

Glifosat 1L/ha

+ 2,4 D 0,25L/ha

A - - -

B 37.5 15.5 -

C - - -

D 7.18 6.175

Tabel Pengamatan Persentase Kematian Gulma dan Gulma yang Mati

Perlakuan Kelompok %Kematian Gulma Yang Mati

Metil metsulfuron

100 gr/ha

A 1 MSA 2 MSA Melastoma malabathrichum, Eleusine indica,

Axonopus compressus

B 30 70 -

C - - -

D 0 0 Cyperus kilyngia

Metil metsulfuron

50 gr/ha

A 35 56 Cynodon dactylon, Mikania micrantha

B 40 78 Melastoma malabathricum, Digitaria adscendens

C 30 40 Cyperus sp

D 0.01 0.5

Mikania micrantha, Tetracera indica, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria

adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris,

Chromolaena odorata, Melastoma malabathricum, Penisetum polystachyon

Monoamoniu

m glifosat 1 kg/ha

A 5 20 Melastoma malabathrichum, Clidemia hirta,

Setaria plicata

B 90 90 Axonopus compressus, Paspalum conjugatum

C 80 15 -

Page 106: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

106

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa efikasi setiap perlakuan herbisida terhadap gulma berbeda-beda. Gulma-gulma sebelum pengaplikasian herbisida yang terdapat di luasan petak kelompok A diantaranya ialah Melastoma malabathrichum, Euleusina indica, Axonopus compressus, dan Tetracer scendens. Pada

perla

kuan

D 100 100 -

Monoamonium glifosat 2

kg/ha

A 10 - Setaria plicata, Digitaria adscendens

B 55 65 Axonopus compressus, Borreria alata, Setaria

plicata

C 61.667 31.67 Boreria alata, Setaria plicata, Axonopus

compressus

D - - Axonopus commpressus,Ottochloa nodosa,Boreria

alata, Cyperus killyngi, Asistasia gangetica

2,4 D 1L/ha

A 64 78 -

B 50 94 -

C 60 60 -

D 0 0 Mikania micrantha, Melastoma affine,

Chromolaena odorata, Pennisetum polistachyon

2,4 D 2L/ha

A 40 55 Otthocloa, Setaria

B 20 47.8 -

C - - Axonopus compressus, Setaria plicata, Clibadium

sp., Digitaria adscendens

D 5 10 Ipomea, Setaria

Gramoxon

1L/ha

A 80 100 tidak diamati

B 40 40 -

C - - Axonopus compressus , Clidemia hirta, Mikania

micrantha, Paspalum conjugatum

D 99 - Axonopus compressus, Paspalum conjugatum

Gramoxon

2L/ha

A 80 15 Ipomoea, Setaria

B 85 100 -

C 95 - Axonopus compressus , Clidemia hirta

D 0 - Axonopus compressus, Paspalum conjugatum

Paraquat

400ml/ha + Metil

metsulfuron

30ml/ha

A 80 15 Teh-tehan

B 100 100 -

C 75.5 89 Borreria alata, Setaria plicata, Axonopus

compressus

D 100 100 Setaria plicata, Axonopus compressus

Paraquat

800ml/ha +

Metil

metsulfuron

30ml/ha

A 40 15 -

B 30 30 Cleome rutidosperma, Borreria alata

C 90 - Borreria alata, Setaria plicata, Axonopus

compressus

D 100 100 Pennisetum polystachyon, Axonopus compressus,

Cyrtococcum patens

Glifosat

0,5L/ha + 2,4 D 0,5L/ha

A 43.333 70 -

B 90 100 Ottochloa nodosa

C 62.375 - Paspalum conjugatum, Setaria plicata, Mikania

micrantha

D 33 100 Pennisetum polystachyon. Cyrtococcum patens

Glifosat

1L/ha + 2,4 D

0,25L/ha

A 30 40 -

B 40 55 Axonopus compressus, Setaria plicata

C 45 20 -

D 100 -

Axonopus compressus, Setaria plicata, Boreria

alata, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon, Digitaria adscendens, Mikania micrantha,

Pennisetum polisatchyon, Digitaria ciliaris,

Tetracera indica

5 10

Page 107: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

107

pertama, yaitu dengan Metsulfuron metil 100 , persentase kematian gulma

pada 1 MSA kelompok A adalah sebanyak 30 % dan pada 2 MSA meningkat

menjadi 70 %. Ini menunjukkan bahwa terdapat gulma yang toleran terhadap

pengaplikasian herbisida Metsulfuron metil 100 . Menurut hasil pengamatan,

gulma yang toleran tersebut adalah Tetracer scandens. Gulma-gulma yang mati

diantaranya Melastoma malabathrichum, Euleusina indica, dan Axonopus

compressus. Pada pengamatan 1 MSA, jumlah bobot kering gulma yang masih

hidup adalah sebesar 30,7 gram, sedangkan pada pengamatan 2 MSA jumlah

bobot kering gulma yang masih hidup berkurang menjadi hanya sebesar 9,65

gram.

Pada kelompok B dengan perlakuan yang sama, tidak diketahui persen

kematian gulma. Hal ini mungkin disebabkan karena kelompok tersebut tidak

mengumpulkan data atau tidak melakukan pengamatan atau data pengamatan

tersebut hilang. Data yang diketahui hanya jumlah bobot kering gulma yang masih

hidup pada 2 MSA yaitu sebesar 13,68 gram dan gulma yang toleran yaitu

Digitaria adscendens.

Pada kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma

pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 0 %. Gulma-gulma yang tetap bertahan hidup

di antaranya ialah Axonopus compressus dan Mikania micrantha yang memiliki

bobot kering pada pengamatan 1 MSA sebesar 31,82 gram serta 7,675 gram pada

2 MSA. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Metsulfuron metil

100 terhadap kedua jenis gulma ini tidak efektif.

Pada kelompok D dengan perlakuan herbisida yang sama, persentase

kematian gulma pada 1 MSA ialah sebesar 35 %, sedangkan pada pengamatan 2

MSA meningkat menjadi 56 %. Gulma yang mendominasi petak kelompok D

adalah Digitaria adscendens dan Cyperus kilyngia. Gulma yang toleran terhadap

perlakuan herbisida Metsulfuron metil 100 pada petak kelompok D adalah

Digitaria adscendens. Sedangkan gulma yang mati adalah Cyperus kilyngia. Hal

Page 108: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

108

ini menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif untuk Cyperus kilyngia,

tetapi kurang efektif untuk gulma Digitaria adscendens.

Pada perlakuan kedua, yakni dengan perlakuan herbisida Metsulfuron metil

50 hasilnya ternyata cukup signifikan dibandingkan dengan perlakuan yang

pertama. Pada petak kelompok A sebelum pengaplikasian herbisida didominasi

oleh gulma Melastoma affine, Clidemia hirta, Cynodon dactylon dan Mikania

micrantha. Setelah pengaplikasian herbisida, persentase kematian gulma pada 1

MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 78 %. Gulma

yang masih bertahan hidup diantaranya Melastoma affine dan Clidemia hirta.

Data bobot kering gulma yang masih hidup yang ada hanya pada 1 MSA yaitu

sebesar 97,5 gram. Gulma yang mati diantaranya Cynodon dactylon dan Mikania

micrantha.

Pada petak kelompok B dengan perlakuan herbisida Metsulfuron metil

50 , persentase kematian gulma pada 1 MSA ialah sebesar 30 %, sedangkan

pada 2 MSA meningkat sebesar 10 % menjadi 40 %. Gulma yang toleran tidak

diketahui, sedangkan gulma yang mati diantaranya adalah Melastoma

malabatrichum dan Digitaria adscendens. Jumlah bobot kering gulma yang masih

hidup pada 1 MSA adalah sebesar 44,36 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah

sebesar 21,36 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida tersebut kurang

efektif pada petak kelompok B.

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulmanya sangat kecil yakni 0,01 % pada 1 MSA dan 0,5 % pada 2 MSA, hanya

saja tidak diketahui nama gulma yang tolerannya itu apa. Gulma yang mati ialah

Cyperus sp. Bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar

44,66 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 37,93 gram. Hal ini

menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Metsulfuron metil 50 pada petak

kelompok C tidak efektif.

Pada petak kelompok D, persentase kematiannya juga kecil yakni sebesar 5

% pada 1 MSA dan 20 % pada 2 MSA. Gulma yang mati diantaranya ialah

Mikania micrantha, Tetracera indica, Cleome rutidosperma, Cynodon dactylon,

Page 109: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

109

Digitaria adscendens, Setaria plicata, Digitaria ciliaris, Chromolaena odorata,

Melastoma malabathricum, dan Penisetum polystachyon. Bobot kering gulma

yang masih hidup pada 1 MSA adah sebesar 4,79 gram, sedangkan pada 2 MSA

adalah sebesar 5,965 gram. Hanya saja tidak diketahui data nama gulma yang

toleran tersebut.

Perlakuan yang ketiga, yakni dengan perlakuan herbisida Monoamonium

glifosat 1 . Pada petak kelompok A, persentase kematian gulmanya cukup

tinggi, yakni 90 % pada 1 MSA maupun 2 MSA. Gulma-gulma yang mati tersebut

diantaranya ialah Melastoma malabathrichum, Clidemia hirta, dan Setaria

plicata. Hali ini menunjukkan bahwa perlakuan ini cukup efektif untuk

mengendalikan jenis gulma-gulma tersebut. Gulma yang toleran pada petak

kelompok A adalah Phylanthus niruri. Sedangkan data bobot kering gulma yang

masih hidup tidak diketahui (tidak ada datanya).

Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma dengan perlakuan yang

sama pada 1 MSA adalah sebesar 80 %. Sedangkan pada 2 MSA persentase

kematian gulma menurun drastis hingga menjadi 15 %. Hal ini mungkin

disebabkan herbisida sudah menguap. Gulma- gulma yang mati tersebut

diantaranya Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot

kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 45,7 gram dan 14,5

gram pada 2 MSA. Sedangkan data nama dulma yang toleran tidak diketahui.

Pada petak kelompok C, persentase kematian gulmanya adalah sebesar 100

% baik pada 1 MSA maupun pada 2 MSA sehingga bobot kering gulma yang

masih hidup tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida pada

petak kelompok C sangat efektif, hanya saja tidak diketahui nama-nama gulma

yang mati tersebut.

Pada petak kelompok D, persentase kematian gulmanya adalah sebesar 10

% pada 1 MSA, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui persentasenya. Nama

gulma yang matinya pun tidak diketahui datanya. Bobot kering gulma yang masih

hidup pada 1 MSA adalah sebesar 25,4 gram, sedangkan bobot kering gulma pada

2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma-gulma yang toleran tersebut diantaranya

Page 110: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

110

ialah Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Boreria alata, dan Cyperus

rotundus.

Perlakuan yang keempat adalah dengan perlakuan herbisida Monoamonium

glifosat 2 . Pada petak kelompok A, persentase kematian gulma pada 1 MSA

adalah sebesar 55 % dan 65 % pada 2 MSA. Gulma-gulma yang mati tersebut

diantaranya Setaria plicata dan Digitaria adscendens. Hal ini menunjukkan

perlakuan herbisida ini cukup efektif karena persentase kematiannya melebihi 50

%. Gulma yang toleran pada petak ini diantaranya ialah Melastoma affine,

Chromolaena odorata, Urena lobata, Clidemiahirta, dan Mikhania micrantha.

Hanya saja data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui.

Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah

sebesar 61,7 %, sedangkan pada 2 MSA menurun menjadi 31,7 %. Gulma-gulma

yang mati tersebut diantaranya ialah Axonopus compressus, Borreria alata, dan

Setaria plicata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup adalah sebesar

61,05 gram pada 1 MSA dan 25,27 gram pada 2 MSA. Hanya saja tidak diketahui

data nama gulma yang toleran pada petak tersebut.

Pada petak kelompok C, gulma-gulma yang mati setelah pengaplikasian

herbisida dengan perlakuan yang sama seperti pada kelompok A dan B

diantaranya Boreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus. Hanya saja

tidak diketahui data persentase kematian gulma pada petak ini. Bobot kering

gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA

adalah sebesar 15,88 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Pada petak kelompok D, persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah

sebesar 64 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 78 %. Gulma-gulma yang

mati tersebut diantaranya Axonopus commpressus, Ottochloa nodosa, Boreria

alata, Cyperus killyngi, dan Asistasia gangetica. Bobot kering gulma yang masih

hidup pada 1 MSA adalah sebesar 65 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah

sebesar 30 gram. Gulma yang toleran pada petakan ini diantaranya ialah Tetracera

scandens, Mimosa pudica, Mikania michrantha, Chromolaena odorata, dan Urena

lobata.

Page 111: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

111

Perlakuan yang kelima yakni dengan perlakuan herbisida 2,4 D .

Pada petak kelompok A, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA adalah

sebesar 50 %, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 94 %. Hanya saja data nama

gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah bobot kering gulma yang masih

hidup dan nama gulma yang tolerannya tidak diketahui.

Pada petak kelompok B, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA

maupun 2 MSA adalah sebesar 60 %. Data nama gulma yang mati dan toleran,

serta data bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui.

Pada petak kelompok C, jumlah persentase kematiannya baik pada 1 MSA

maupun 2 MSA adalah 0 %. Hal ini menunjukkan perlakuan herbisida pada gulma

di petak ini tidak efektif sama sekali terutama pada gulma Axonopus compressus.

Bobot kering gulma ini pada 1 MSA adalah sebesar 63,5 gram, sedangkan pada 2

MSA adalah sebesar 60,52 gram.

Pada petak kelompok D, jumlah persentase kematian gulma pada 1 MSA

adalah sebesar 40 % dan 55 % pada 2 MSA. Hanya saja data nama gulma yang

mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA

adalah sebesar 50,8 gram dan 37,5 gram pada 2 MSA. Gulma yang toleran pada

petak kelompok D dengan perlakuan herbisida ini diantaranya adalah Axonopus

compressus dan Setaria plicata.

Perlakuan yang keenam adalah dengan perlakuan herbisida 2,4-D dengan

dosis 2 . Pada petak kelompok A dengan perlakuan herbisida ini, persentase

kematian gulma pada 1 MSA adalah sebesar 20 %, sedangkan pada 2 MSA adalah

sebesar 47,8 %. Gulma yang mati adalah spesies padag. Data jumlah bobot kering

gulma yang masih hidup dan nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma yang mati

pada petakan ini adalah Otthocloa dan Setaria. Jumlah bobot kering gulma yang

masih hidup yang diketahui hanya pada 1 MSA saja, yaitu sebesar 17,6 gram.

Sedangkan data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 2 MSA tidak

diketahui, sama halnya dengan data nama gulma yang toleran.

Page 112: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

112

Pada petak kelompok C dengan perlakuan herbisida yang sama, persentase

kematian gulma cukup rendah yaitu pada 1 MSA adalah sebesar 5 % dan 10 %

pada 2 MSA. Gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus compressus, Setaria

plicata, Clibadium sp., dan Digitaria adscendens. Data jumlah bobot kering

gulma yang masih hidup dan nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentasi kematian

gulma pada 1 MSA adalah sebesar 80 % dan 100 % pada 2 MSA. Hal ini

menunjukkan perlakuan herbisida ini cukup efektif pada petak kelompok D.

gulma yang mati diantaranya adalah Ipomea dan Setaria. Jumlah bobot kering

gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 17 gram, sedangkan pada 2 MSA

tidak diketahui datanya. Data nama gulma yang toleran juga tidak ada.

Perlakuan yang ketujuh adalah perlakuan herbisida Gramoxon dengan

dosis 1 . Pada petak kelompok A dengan perlakuan herbisida ini, persentasi

kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 40 %.

Nama gulma yang mati tidak diamati oleh kelompok ini. Jumlah bobot kering

gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 12,25 gram dan 12,8 gram

pada 2 MSA. Gulma yang toleran dalam petakan ini diantaranya Setaria plicata,

Axonopus compressus, dan Mikania micrantha.

Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, data persentase

kematian gulma pada 1 MSA maupun 2 MSA tidak diketahui. Sama halnya

dengan data nama gulma yang mati pun tidak diketahui. Jumlah bobot kering

gulma yang masih hidup adalah sebesar 0,079 gram pada 1 MSA dan 0,149 gram

pada 2 MSA. Gulma-gulma yang toleran diantaranya adalah Rumput kawat,

gulma x, Boreria alata.

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan data persentase kematian

gulma pada 2 MSA tidak diketahui. Gulma-gulma yang mati diantaranya

Axonopus compressus , Clidemia hirta, Mikania micrantha, dan Paspalum

conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada pengamatan 1

MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 30,1 gram. Data nama

gulma yang toleran tidak diketahui.

Page 113: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

113

Pada kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian gulma

pada pengamatan 1 MSA adalah sebesar 80 %, sedangkan pada pengamatan 2

MSA adalah sebesar 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus

compressus dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih

hidup pada 1 MSA adalah sebesar 46,5 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar

14,3 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada.

Perlakuan yang kedelapan adalah perlakuan herbisida Gramoxon dengan

dosis 2 . Pada petak kelompok A, persentase kematian gulma pada

pengamatan 1 MSA adalah sebesar 85 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 100%.

Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Ipomoea dan Setaria. Jumlah bobot

kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 14 gram, sedangkan pada 2

MSA tidak ada gulma yang hidup. Nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA 95 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui

datanya. Nama gulma yang mati pun tidak diketahui datanya. Jumlah bobot kering

gulma yang masih hidup pada 1 MSA sebesar 3 gram, sedangkan pada 2 MSA

sebesar 4,01 gram. Data nama gulma yang toleran tidak ada.

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma pada 1 MSA 0 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Gulma-

gulma yang mati diantaranya adalah Axonopos compressus dan Clidemia hirta.

Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram,

sedangkan pada 2 MSA sebesar 23,51 gram. Data nama gulma yang toleran tidak

ada.

Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 80 %, sedangkan pada 2 MSA

adalah 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya ialah Axonopus compressus

dan Paspalum conjugatum. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1

MSA sebesar 46,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 50,02 gram. Data

nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Perlakuan yang kesembilan adalah perlakuan herbisida campuran Paraquat

400 + Metsulfuron metil 30 . Pada petak kelompok A dengan perlakuan

Page 114: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

114

herbisida ini, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2

MSA adalah 100 %. Gulma-gulma yang mati adalah sejenis teh-tehan. Ini

menunjukkan perlakuan herbisida pada petak ini sangat efektif terutama pada

gulma jenis teh-tehan. Karena persentase kematian gulma baik pada 1 MSA

maupun 2 MSA adalah 100 %, pada ulangan ini tidak terdapat jumlah bobot

kering gulma yang masih hidup ataupun gulma-gulma yang toleran.

Pada petak kelompok B, persentase kematian gulma yang diamati pada 1

MSA adalah sebesar 75,5 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 89%. Hal ini

menunjukkan herbisida ini bekerja cukup efektif dalam mengendalikan gulma.

Hanya saja data nama gulma yang mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering

gulma yang masih hidup pada 1 MSA tidak diketahui, sedangkan pada 2 MSA

adalah sebesar 4,85 gram. Gulma-gulma yang toleran diantaranya adalah Mikania

micrantha, tetracera indica, Borreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon

dactylon, Digitaria adscendens, Setaria plicata, dan Digitaria ciliaris.

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA sebesar 100 %. Gulma-gulma yang mati

tersebut diantaranya Borreria alata, Setaria plicata, dan Axonopus compressus.

Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah 0 gram,

sedangkan pada 2 MSA adalah 17,34 gram. Data nama gulma yang toleran tidak

diketahui.

Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentasi kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 40 %, sedangkan pada 2 MSA

sebesar 15 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Setaria plicata dan

Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA

adalah sebesar 35 gram, sedangkan pada 2 MSA sebesar 14,5 gram. Data nama

gulma yang toleran tidak diketahui.

Perlakuan yang kesepuluh adalah perlakuan herbisida campuran Paraquat

800 + Metsulfuron metil 30 . Pada petak kelompok A dengan perlakuan

herbisida ini, persentase kematian gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA

adalah sebesar 30 %. Data nama gulma yang mati tidak diketahui. Data jumlah

Page 115: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

115

bobot kering gulma yang masih hidup serta nama gulma yang toleran juga tidak

ada.

Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma pada 1 MSA adalah sebesar 90 %, sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui

datanya. Gulma- gulma yang mati diantaranya ialah Cleome rutidosperma dan

Borreria alata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah

sebesar 0,637 gram, sedangkan pada 2 MSA tidak ada datanya. Data nama gulma

yang toleran pun tidak diketahui.

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma baik pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah sebesar 100 %. Hal ini

menunjukkan perlakuan herbisida ini sangat efektif dalam mengendalikan gulma

di petakan tersebut. Gulma-gulma yang mati diantaranya Borreria alata, Setaria

plicata, dan Axonopus compressus. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup

pada 1 MSA adalah 0 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 17,34 gram.

Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 43,3 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar

70 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Pennisetum polystachyon,

Axonopus compressus, dan Cyrtococcum patens. Jumlah bobot kering gulma yang

masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 65 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah

sebesar 50,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Perlakuan yang kesebelas adalah dengan perlakuan herbisida Glifosat 0,5

+ 2,4-D 0,5 . Pada petak kelompok A dengan menggunakan

perlakuan herbisida ini, persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA

adalah sebesar 90 %, sedangkan pada 2 MSA sebesar 100 %. Ini membuktikan

perlakuan herbisida pada petakan ini efektif. Hanya saja data nama gulma yang

mati tidak diketahui. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA

maupun 2 MSA tidak diketahui datanya. Sama halnya dengan data nama gulma

yang toleran yang juga tidak diketahui.

Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 62,4 %, sedangkan pada 2 MSA

Page 116: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

116

tidak diketahui datanya. Gulma yang mati adalah spesies Ottochloa nodosa. Data

jumlah bobot kering gulma yang masih hidup tidak diketahui. Gulma-gulma yang

toleran pada petakan ini diantaranya adalah Melastoma affine, Chromolaena

odorata, Setaria plicata, Clidemia hirta, Urena lobata, dan Boreria alata.

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 33 %, sedangkan pada 2 MSA

adalah sebesar 100 %. Gulma-gulma yang mati tersebut diantaranya adalah

Paspalum conjugatum, Setaria plicata, dan Mikania micrantha. Jumlah bobot

kering gulma yang masih hidup pada 1 MSA adalah sebesar 12,34 gram,

sedangkan pada 2 MSA tidak diketahui datanya. Data nama gulma yang toleran

pun tidak ada.

Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 30 %, sedangkan pada 2 MSA

adalah sebesar 40 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya Pennisetum

polystachyon dan Cyrtococcum patens. Jumlah bobot kering gulma yang masih

hidup pada 1 MSA adalah sebesar 55,2 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah

sebesar 33,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Perlakuan yang terakhir yakni perlakuan herbisida Glifosat 1 + 2,4-

D 0,25 . Pada petak kelompok A dengan menggunakan perlakuan herbisida

ini, persentase kematian yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 40 %,

sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar 55 %. Data nama gulma yang mati tidak

diketahui. Data jumlah bobot kering gulma yang masih hidup serta data nama

gulma yang toleran juga tidak ada.

Pada petak kelompok B dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 45 %, sedangkan pada 2 MSA

adalah sebesar 20 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan herbisida pada

petakan ini kurang efektif. Gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus

compressus dan Setaria plicata. Jumlah bobot kering gulma yang masih hidup

pada 1 MSA adalah sebesar 37,5 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah sebesar

15,5 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui.

Page 117: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

117

Pada petak kelompok C dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 100 %, sedangkan pada 2 MSA

tidak diketahui. Data nama gulma yang mati, jumlah bobot kering gulma yang

masih hidup, serta data nama gulma yang toleran tidak ada.

Pada petak kelompok D dengan perlakuan yang sama, persentase kematian

gulma yang diamati pada 1 MSA adalah sebesar 5 %, sedangkan pada 2 MSA

adalah sebesar 10 %. Gulma-gulma yang mati diantaranya adalah Axonopus

compressus, Setaria plicata, Boreria alata, Cleome rutidosperma, Cynodon

dactylon, Digitaria adscendens, Mikania micrantha, Pennisetum polistachyon,

Digitaria ciliaris, dan Tetracera indica. Jumlah bobot kering gulma yang masih

hidup pada 1 MSA adalah sebesar 7,18 gram, sedangkan pada 2 MSA adalah

sebesar 6,175 gram. Data nama gulma yang toleran tidak diketahui. Dilihat dari

jumlah persentase kematiannya yang maasih kecil, perlakuan herbisida pada

petakan ini kurang efektif.

Kelompok kami kedapatan untuk mengaplikasikan herbisida di areal

perkebunan karet. Jenis perlakuan yang digunakan adalah Paraquat 400 +

Metsulfuron metil 30 . Hasil aplikasi dengan perlakuan herbisida campuran

ini sangat efektif dalam mengendalikan gulma terutama sejenis gulma teh-tehan.

persentase kematian gulma yang diamati pada 1 MSA maupun 2 MSA adalah 100

%.

Luas petakan lahan yang disediakan untuk aplikasi ini adalah 12 m x 3 m

atau 36 m2. Contoh perhitungan dosis:

Paraquat 400

= 400 = 1,44

Metsulfuron metil 30

= 30 = 0,108

Volume semprot (36 m2)

Page 118: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

118

= = 1,44 liter

Volume air yang dimasukkan pada awal penyemprotan

= 1,44 liter + 2,88 liter = 4,32 liter

Sebelum penyemprotan, lahan perkebunan karet belum menghasilkan

didominasi oleh gulma Cyperus, spp dan Ageratum conyzoides, L. Cyperus, spp

adalah teki-tekian. Teki-tekian yang mendominansi adalah C. rotundus, L. C.

brevifolius, L., C. compressus, L. dan C. diformis, L.

Pada pertanaman karet dikenal banyak jenis gulma yang menyerang

diantaranya Axonopus compressus (rumput pait/papaitan), Borreria alata

(gletak/goletrak), Centotheca lappaceae (suket lorodan/jukut kidang),

Chromolaena odorata ( kirinyuh), Croton hirtus (jarak bromo), Cyclosorus aridus

(pakis kadal), Cyrtococcum patens (telur ikan), Imperata cylindrical (alang-

alang), Lantana camara (tahi ayam/cente), melastoma malabatrichum

(senggani/harendong), Mikania micrantha (sembung rambat/areu caputeheur),

Panicum repens (balungan/jajahean), Paspalum conjugatum (pahitan/jukut pahit).

Dari semua gulma yang disebut diatas Imperata cylindrica, Chromolaena odorata

dan Mikania micrantha merupakan gulma yang paling penting pada tanaman

karet.

Diantara 12 perlakuan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan didapatkan

aplikasi herbisida yang paling efektif adalah aplikasi herbisida dengan perlakuan

Monoamonium glifosat dengan dosis 1 . Hal ini kemungkinan disebabkan

karena herbisida yang berbahan aktif glifosat, paraquat dan 2,4-D secara sinergis

efektif dalam mengendalikan gulma berdaun lebar seperti A. conyzoides.

Sementara itu gulma Cyperus spp, secara populasi cukup tertekan, namun masih

dominan dibandingkan dengan gulma-gulma lain.

Hasil pengamatan dilapangan tingkat keracunan gulma umumnya katagori

empat (4) yaitu keracunan sangat berat, 76% – 100% gulma mati. Pada perlakuan

herbisida Metsulfuron metil dengan dosis 100 maupun 50 tingkat

keracunannya tidak terlalu tinggi. Hal ini diduga herbisida Metsulfuron metil yang

biasa digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, sementara gulma

Page 119: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

119

berdaun sempit tidak begitu efektif sehingga masih banyak yang hidup. Setelah

dicampur dengan herbisida Paraquat, tingkat keracunan meningkat menjadi

kategori empat. Hasil sidik keragaman memperlihatkan bahwa perlakuan berbagai

kombinasi herbisida berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kematian

gulma lahan perkebunan karet belum menghasilkan. Bobot kering gulma yang

masih hidup terbanyak adalah pada perlakuan herbisida Metsulfuron metil. Pada

perlakuan dengan herbisida 2,4-D juga tidak terlalu efektif. Hal ini mungkin

dikarenakan herbisida 2,4-D kurang efektif dalam mengendalikan gulma berdaun

sempit yang dominan di lahan perkebunan karet belum menghasilkan.

Herbisida Gramoxon bersifat arena herbisida ini akan mematikan pada

bagian gulma yang terkena herbisida. Bersifat non selektif karena herbisida ini

mempengaruhi semua jenis tumbuhan yang terkena herbisida ini. Dengan

demikian herbisida ini dapat mengendalikan semua jenis gulma apabila

penggunaannya benar. Herbisida ini sering digunakan untuk tujuan pengendalian

gulma saat pra tanam dan juga untuk tujuan pemeliharaan tanaman perkebunan

dengan teknis-teknis tertentu. Sebagai sarana pemeliharaan tanaman sering

digunakan untuk mengendalikan gulma pada saat tanaman tumbuh dan

berkembang. Herbisida ini digunakan untuk mengendalikan gulma yang dapat

memberikan pengaruh kompetisi dan menghalangi serta mempersulit operasi

pemeliharaan tanaman diantara barisan (Utomo dan Roesmanto, 2005).

Page 120: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

120

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perlakuan berbagai kombinasi herbisida berpengaruh sangat nyata terhadap

persentase kematian gulma di lahan perkebunan karet belum menghasilkan.

Perlakuan herbisida yang paling efektif pada percobaan ini adalah perlakuan

herbisida Monoamonium glifosat dengan dosis 1 . Perlakuan herbisida yang

kurang efektif dalam percobaan ini adalah perlakuan herbisida Metsulfuron metil

dengan dosis 100 . Perlakuan Herbisida kelompok kami yaitu dengan

perlakuan Paraquat 400 + Metsulfuron metil 30 juga sangat efektif

untuk mengendalikan gulma di kebun karet ini terutama jenis gulma teh-tehan.

5.2 Saran

Pemakaian herbisida dapat menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi

tumbuhan bukan sasaran. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah

terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Meskipun dapat menekan biaya,

teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek

tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non

mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit. Oleh karena itu kita

tidak boleh sembarangan dalam penggunaan atau pengaplikasian herbisida.

Praktek pelaksanaan aplikasi herbisida harus tepat (Lima Tepat) agar tidak salah

sasaran dan tidak mencemari lingkungan.

Page 121: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

121

DAFTAR PUSTAKA

Arif, A. 1979. Use of round up herbicide and the prospect of its development in

Indonesia. Round Up herbicide Symposium III for Sumatera, Medan

Indonesia. 4-9p.

Ashton, F. M. and A. S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbicides. A Wiley

Interscience Publication, John Wiley and Sons. New York. 525 p.

Ashton, F. M., and T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principiles and Practices

(3rd

ed.). John Wiley and Sons, Inc. New York. 466 p.

Bangun, P. 1985. Pengendalian Gulma pada Tanaman Jagung. Hal 83-95. Dalam

Subandi, M. Syam, S. O. Manurung, Yuswadi (ed.). Hasil Penelitian

Jagung, Sorgum, dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat Teknis Pusat

Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta

Duke, S. O. 1988. Glyphosate. Pl-7, in Kearney, C. P., and D. D. Kurfman (eds).

1988. Herbicides: Chemistry , Degradation, and Mode of Action. Vol 3.

Marcel Dekker Inc. New York and Bassel.

FAO. 2002. Metsulfuron Methyl. Available from http: //www. Fao.

Org/docrep/W8053E/w8053e08. Htm# metsulfuron methyl.

Johnson, G. A., T. R. Hoverstad, and R. E. Greenwald. 1998. Integrated weed

management using narrow corn spacing, herbicides, and cultivation.

Agronomy Journal. 90 (2): 40 – 46.

Page 122: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

122

Klingman, G. C., F. M. Ashton, and L. J. Noordhoff. 1982. Weed Science:

Principles and Practices, 2nd

edition. John Wiley and Sons, Inc. New York,

USA. 431-449 p.

Moenandir, J., and E. Murniningtias. 1999. The effect of herbicide glifosat and

2,4-D mixtures on weed depression in soybean field. Proceeding the

Seventeenth Asian-Pasific Weed Science Society Confrence. Bangkok. 419-

423p.

Motooka. 1986. Chemical weed control in tropical pastures. Weed Science

Society of the Philippines. Philippines. 9-45p.

Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera

Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta. 269 hal.

Pusat Informasi Paraquat. 2006. The Paraquat Information Center on Behalf of

Syngenta Crop Protection AG. http: //www.paraquat.com

Rochecouste, E. 1971. Weed control in tropical plantation crops. Proceeding of

the First Indonesia Weed Science Conference. Indonesia. 149-158p.

Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia. Jakarta. 254 hal.

Setyobudi, H., Subiyantono, dan S. Wanasuria. 1995. Praktek-praktek

pencampuran herbisida pada tanaman perkebunan. Hal: 47-53. Dalam P.

Bangunan, I, U. Sutanto dan R. C. B. Ginting (eds). Prosiding Seminar

Pengembangan Aplikasi Kombinasi Herbisida. Jakarta.

Smith, J. R. 1981. Weeds of Major Economic Importance in Rice and Yields

Loisses Due to Weed Competition. P 19-36. In Proceedings of The

Conference on Weed Control in Rice IRRI. Manila, Philippines.

Page 123: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

123

Suhardi. 2002. Dasar-dasar Bercocok Tanam Kanisius. Yogyakarta. 217 hal.

Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta. 123 hal.

Sukman, dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Thomson, W. T. 1979. Agricultural Chemistry. Book II: Herbicides. Thomson

Publ. Indianapolis. 326 p.

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo. (Eds). 1984. Pengelolaan

Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. 209 hal.

Tomlin, C. 1994. The Pesticide Manual 10th Edition. British Crop Protection

Publication. United Kingdom. 948 p.

Utomo, I. H. 1989. There has never been a herbicide like this before. Round Up

Herbicide Symposium III for Sumatera, Medan Indonesia. 7-8p.

Utomo, I. H., A. P. Lontoh, S. Zaman dan D. Gontoro. 1998. Panduan Praktikum

Pengendalian Gulma Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak Dipublikasikan). 24 hal.

Utomo, I. H. dan Roesmanto. 2005. Aplikasi paraquat pada beberapa ekosistem

tanaman penting. Prosiding Konferensi HIGI ke XVII. Yogyakarta.

Wilson, R. G., and J. Furrer. 1996. Where do Weeds Come From?. University of

Nebraska Nebguide Publication. Nebraska.

Page 124: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

124

PENYIANGAN MANUAL

Disusun Oleh :

1. Trisnani Yuda Fitri A24070021

2. Galvan Yudistira A24070040

3. Vicky Oktarina Chairunnissa A24070121

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 125: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

125

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditas agronomi tidak hanya mencakup tanaman hortikultura, tanaman

pangan, dan tanaman perkebunan. Komoditas ini memiliki keuntungan dalam nilai

ekonomi yang berbeda-beda, dan dalam perawatannya pun membutuhkan

perlakuan yang berbeda-beda. Untuk itu perlu adanya keseimbangan antara

perawatan dengan hasil produksi yang akan diperoleh mengingat kedekatannya

dalam keuntungan dan efektifitas pelaksanaan pertanaman. Kendala-kendala yang

mungkin terjadi dalam proses pertanaman antara lain serangan gulma yang dapat

menurunkan produksi.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak

dikehendaki. Gulma biasanya menjadi faktor pembatas yang menghambat

produksi yang optimum pada suatu tanaman budidaya. Apabila gulma yang

muncul di lahan pertanaman hanya sedikit maka tidak akan menjadi faktor yang

berarti, namun bila gulma tersebut hidup dalam jumlah yang banyak di suatu areal

pertanaman yang memiliki luas herktaran, hal ini akan menjadi kendala yang

memerlukan solusi tersendiri.

Solusi yang ditawarkan untuk mengendalikan gulma ada dua macam, yaitu

pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian

Kimia memerlukan idetifikasi yang cermat sehingga tidak berdampak buruk bagi

tanaman budidaya, lahan tanam, dan lingkungan disekitarnya. Pengendalian

gulma secara manual merupakan salah satu teknik yang sering diterapkan di

perkebunan ataupun pada budidaya tanaman lainnya. Pengendalian manual masih

sangat diperlukan meskipun efisiensinya lebih rendah dibandingkan dengan

pengendalian secara kimiawi.

Tujuan

Praktikum pengendalian gulma secara manual ini memiliki tujuan untuk

menerapkan pengendalia gulma secara manual pada lahan perkebunan.

Page 126: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

126

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma didefinisikan sebagai prses untuk membaasi invasi

gulma sedemikian rupa, sehingga tanaman dapat dibudidayakan seara produktif

dan efisien. Pengendalian hanya berujuan untuk menekan populasi gulma sampai

tingkat yang tidak merugikan secara ekonomik, atau tidak melampaui ambang

ekonomi (economic treshold). Pengendalian tidak bertujuan untuk menekan

ppulasi gulma sampai tingkat nol (Sukman dan Yakup, 1991). Pengendalian

secara mekanis dilakukan dengan oenyiangan manual menggunakan alat

sederhana ataupun tenaga mesin. Menurut Bangun (1985), penggunaan satu

macam herbisida sejenis secara terus menerus tidak dianjurkan karena akan

merubah dominansi dan komposisi gulma. Oleh karena itu perlu dikombinasikan

dengan pengendalian lain seperti menggunakan tangan (manual).

HOK

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya

cukup besar sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu

cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja.

Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan

untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005).

Page 127: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

127

BAB III

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang dipakai dalam praktikum ini adalah gulma yang tumbuh di areal

kebun karet. Alat yang digunakan meliputi parang, cangkul, dan garpu

Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2009 di Lapangan

Praktikum Cikabayan, Kampus IPB Dramaga Bogor.

Metodologi

Pengendalian gulma dilakukan secara berkelompok dengan membagi luasan

areal kebun ke dalam petakan berukuran x m2. Pengendalien dilakukan dengan

membabat dengan teknik babat dempes, babat merah, dan dongkel anak kayu.

Kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk membabat bersih gulma pada

luas petakan tersebut.

Page 128: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

128

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel Aplikasi

Herbisida

Perlak

uan

Kelo

mpo

k

%Kem

atian

BK

gulma

(gram)

Gulma

Toleran

Gulma yang mati

1

M

SA

2

M

S

A

1

M

SA

2

M

SA

Metil

metsulf

uron

100

gr/ha

A 30 70 30.

7

9.6

5

Tetracer

scandens

Melastoma

malabathrichum,

Eleusine indica,

Axonopus compressus

B - - - 13.

68

2

Digitaria

adscendens

-

C 0 0 31.

82

7.6

75

Axonopus

compressus,

mikania

micrantha

-

D 35 56 22.

89

6.5

4

Digitaria

adscendens

Cyperus kilyngia

Metil

metsulf

uron 50

gr/ha

A 40 78 97.

5

- Melastoma

affine,

Clidemia hirta

Cynodon dactylon,

Mikania micrantha

B 30 40 44.

36

21.

36

- Melastoma

malabathricum,

Page 129: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

129

Digitaria adscendens

C 0.0

1

0.

5

44.

65

5

37.

93

- Cyperus sp

D 5 20 4.7

9

5.9

65

- Mikania micrantha,

Tetracera indica,

Cleome rutidosperma,

Cynodon dactylon,

Digitaria adscendens,

Setaria plicata,

Digitaria ciliaris,

Chromolaena odorata,

Melastoma

malabathricum,

Penisetum

polystachyon

Monoa

moniu

m

glifosat

1 kg/ha

A 90 90 - - Phylanthus

niruri

Melastoma

malabathrichum,

Clidemia hirta, Setaria

plicata

B 80 15 45.

7

14.

5

- Axonopus compressus,

Paspalum conjugatum

C 10

0

10

0

ma

ti

ma

ti

- -

D 10 - 25.

4

- Cynodon

dactylon,

Axonopus

compressus,

Boreria alata,

Cyperus

rotundus

-

Monoa A 55 65 - - Melastoma Setaria plicata,

Page 130: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

130

moniu

m

glifosat

2 kg/ha

affine,

Chromolaena

odorata, Urena

lobata,

Clidemiahirta,

Mikhania

micrantha

Digitaria adscendens

B 61.

66

7

31

.6

7

61.

05

25.

27

- Axonopus compressus,

Borreria alata, Setaria

plicata

C - - 0 15.

88

- Boreria alata, Setaria

plicata, Axonopus

compressus

D 64 78 65 30 Tetracera

scandens,

Mimosa

pudica,

Mikania

michrantha,

Chromolaena

odorata,

Urena lobata

Axonopus

commpressus,Ottochlo

a nodosa,Boreria

alata, Cyperus killyngi,

Asistasia gangetica

2,4 D

1L/ha

A 50 94 - - - -

B 60 60 - - - -

C 0 0 63.

5

60.

52

Axonopus

compressus

-

D 40 55 50.

8

37.

5

Axonopus

compressus,

Setaria plicata

Mikania micrantha,

Melastoma affine,

Chromolaena odorata,

Pennisetum

polistachyon

2,4 D A 20 47 - - - Otthocloa, Setaria

Page 131: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

131

2L/ha .8

B - - 17.

6

- - -

C 5 10 - - - Axonopus compressus,

Setaria plicata,

Clibadium sp.,

Digitaria adscendens

D 80 10

0

17 ma

ti

- Ipomea, Setaria

Gramo

xon

1L/ha

A 40 40 12.

25

12.

8

Setaria plicata,

Axonopus

compressus,

Mikania

micrantha

tidak diamati

B - - 0.0

78

6

0.1

48

6

Rumput

kawat, gulma

x, Boreria

alata

-

C 99 - 0 30.

1

- Axonopus compressus

, Clidemia hirta,

Mikania micrantha,

Paspalum conjugatum

D 80 15 46.

5

14.

3

- Axonopus compressus,

Paspalum conjugatum

Gramo

xon

2L/ha

A 85 10

0

14 ma

ti

- Ipomoea, Setaria

B 95 - 3 4.0

1

- -

C 0 - 0 23.

51

- Axonopus compressus

, Clidemia hirta

D 80 15 46.

5

50.

02

- Axonopus compressus,

Paspalum conjugatum

Page 132: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

132

Paraqu

at

400ml/

ha +

Metil

metsulf

uron

30ml/h

a

A 10

0

10

0

- - - Teh-tehan

B 75.

5

89 - 4.8

5

Mikania

micrantha,

tetracera

indica,

Borreria alata,

Cleome

rutidosperma,

Cynodon

dactylon,

Digitaria

adscendens,

Setaria plicata,

Digitaria

ciliaris

-

C 10

0

10

0

0 17.

34

- Borreria alata, Setaria

plicata, Axonopus

compressus

D 40 15 35 14.

5

- Setaria plicata,

Axonopus compressus

Paraqu

at

800ml/

ha +

Metil

metsulf

uron

30ml/h

a

A 30 30 - - - -

B 90 - 0.6

37

- - Cleome rutidosperma,

Borreria alata

C 10

0

10

0

0 17.

34

- Borreria alata, Setaria

plicata, Axonopus

compressus

D 43.

33

3

70 65 50.

5

- Pennisetum

polystachyon,

Axonopus compressus,

Cyrtococcum patens

Glifosa A 90 10 - - - -

Page 133: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

133

t

0,5L/ha

+ 2,4 D

0,5L/ha

0

B 62.

37

5

- - - Melastoma

affine,

Chromolaena

odorata,

Setaria plicata,

Clidemia hirta,

Urena lobata,

Boreria alata

Ottochloa nodosa

C 33 10

0

12.

34

0 - Paspalum conjugatum,

Setaria plicata,

Mikania micrantha

D 30 40 55.

2

33.

5

- Pennisetum

polystachyon.

Cyrtococcum patens

Glifosa

t 1L/ha

+ 2,4 D

0,25L/h

a

A 40 55 - - - -

B 45 20 37.

5

15.

5

- Axonopus compressus,

Setaria plicata

C 10

0

- - - - -

D 5 10 7.1

8

6.1

75

- Axonopus compressus,

Setaria plicata,

Boreria alata, Cleome

rutidosperma,

Cynodon dactylon,

Digitaria adscendens,

Mikania micrantha,

Pennisetum

polisatchyon, Digitaria

ciliaris, Tetracera

indica

Page 134: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

134

Pembahasan

Pengendalian diartikan sebagai upaya penekanan pertumbuhan gulma atau

mengurangi populasinya sedemikian rupa sehingga penurunan hasil menjadi tidak

berarti. Penyiangan secara manual dapat membesarkan akar tsnaman dari akar

rumpang gulma, sehingga pertumbuahan gulma berikutnya dapat ditekan. Alasan

utama dari penyiagan ini adalah karena adanya persaingan antara gulma dengan

pertumbuhan tanaman (Baharsjah, 1983).

Dongkel anak kayu merupakan pengendalian gulma dengan cara

mendongkel atau membongkar gulma sampai ke akarnya menggunakan tenaga

manusia. Alat yang digunakan adalah cangkul dan tidak diperbolehkan

menggunakan parang paa saat mendongkel.

Babat dempes ialah pembabatan gulma yang dilakukan dengan membabas

gulma hingga 5 m di atas permukaan tanah dengan menggunakan parang.

Page 135: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

135

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Teknik ini mempunyai keunggulan, yaitu: (a) hasilnya ceat terlihat, (b)

mudah dilaksanakan, (c) menghindarkan dmpak polusi lingkungan. Pada lahan-

lahan yang sempit, pengendalian secara manual memberikan hasil yang efektif

dan efisien. Pengendalian manual juga memilikiki kelemahan, yaitu: (a)

membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak, (b) pada beberapa kondisi dapat

menyebabkan terjadinya erosi permukaan dan perlakuan akar.

5.2 Saran

Agar diperhatikan waktu masuk dan bubarnya praktikum, lebih displin.

DAFTAR PUSTAKA

Sukman, Y. Dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja

Grafindo Persada: Jakarta. 123 hal.

Baharsjah, J. S. 1983. Legum Pangan. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian,

IPB Bogor. 110 hal.

Hartopo, M. 2005. Pegelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan

Teh (Camellia sinensis(L.) O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan

Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Agronomi,

Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 72 hal.

Nu’man, M. 2009. Pegelolaan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit (Elais

guinensis Jacq) di Perkebunan PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim,

Sumatera Selatan. Skripsi. Program Studi Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 76 hal.

Page 136: Laporan Praktikum Pengendalian Gulma (Agh 321)

136