kemandirian energi dengan energi alternatif

6
JUDUL Pengoptimalan sumber energi alternatif pada segmen industri sebagai solusi penghematan biaya dan perwujudan kemandirian energi : Proyek pembangkit listrik tenaga gas buang oleh PT Semen Indonesia Tbk. LATAR BELAKANG Proses perkembangan negara Indonesia menuju negara maju tak lepas dari maraknya pertumbuhan sektor industri, baik milik negara maupun swasta. Setiap entitas bisnis yang bergerak dalam bidang industri pasti melalui tahap krusial dalam proses produksi—penyediaan energi, khususnya energi listrik. Energi listrik merupakan penyokong utama kehidupan industri. Bahkan konsumsinya di masyarakat adalah terbesar kedua setelah konsumsi BBM. Dalam kenyataannya elektrifikasi nasional masih dapat dikatakan rendah, karena pasokan energi listrik yang optimal belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pada sektor industri, terutama dalam bidang manufaktur dapat dikatakan sebagai pengguna terbesar energi listrik. Di Indonesia segmen industri masih bergantung pada PLN (perusahaan listrik negara). Padahal pasokan energi listrik ini jumlahnya terbatas dan banyak masyarakat di berbagai wilayah yang masih perlu dialiri listrik tersebut. Selain itu PLN masih menggunakan tenaga diesel sebagai pembangkit utama yang notabene menggunakan bahan bakar fosil sepert BBM. Ditambah lagi BBM ini mengalami kenaikan harga dari tahun ke tahun. Pemerintah pun akhirnya memberlakukan kenaikan TDL (tarif dasar listrik) sebagai antisipasi jebolnya anggaran APBN untuk subsidi energi listrik yang acap kali terjadi. Walaupun pemerintah sudah menyiapkan tarif yang sesuai bagi kalangan ekonomi menengah atas agar masyarakat miskin tidak ikut terbebani, kondisi ini memberatkan pihak industri dan entitas bisnis skala besar lainnya. Biaya yang membengkak akibat kenaikan TDL akan membuat marjin perusahaan mengalami penurunan dan hal ini akan berdampak pula pada kondisi perekonomian di Indonesia. Selain itu, permasalahan pasokan energi listrik yang tidak merata tidak dapat terselesaikan hanya dengan kenaikan ini. Kondisi ini dapat diatasi apabila supply energy secara mandiri dapat dihasilkan oleh berbagai sektor.

Upload: rahmi-izzati-putri

Post on 26-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ekonomi, Ennergi

TRANSCRIPT

Page 1: Kemandirian Energi dengan Energi Alternatif

JUDUL

Pengoptimalan sumber energi alternatif pada segmen industri sebagai solusi penghematan biaya dan perwujudan kemandirian energi : Proyek pembangkit listrik tenaga gas buang oleh PT Semen Indonesia Tbk.

LATAR BELAKANG

Proses perkembangan negara Indonesia menuju negara maju tak lepas dari maraknya pertumbuhan sektor industri, baik milik negara maupun swasta. Setiap entitas bisnis yang bergerak dalam bidang industri pasti melalui tahap krusial dalam proses produksi—penyediaan energi, khususnya energi listrik. Energi listrik merupakan penyokong utama kehidupan industri. Bahkan konsumsinya di masyarakat adalah terbesar kedua setelah konsumsi BBM.

Dalam kenyataannya elektrifikasi nasional masih dapat dikatakan rendah, karena pasokan energi listrik yang optimal belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pada sektor industri, terutama dalam bidang manufaktur dapat dikatakan sebagai pengguna terbesar energi listrik. Di Indonesia segmen industri masih bergantung pada PLN (perusahaan listrik negara). Padahal pasokan energi listrik ini jumlahnya terbatas dan banyak masyarakat di berbagai wilayah yang masih perlu dialiri listrik tersebut. Selain itu PLN masih menggunakan tenaga diesel sebagai pembangkit utama yang notabene menggunakan bahan bakar fosil sepert BBM. Ditambah lagi BBM ini mengalami kenaikan harga dari tahun ke tahun. Pemerintah pun akhirnya memberlakukan kenaikan TDL (tarif dasar listrik) sebagai antisipasi jebolnya anggaran APBN untuk subsidi energi listrik yang acap kali terjadi. Walaupun pemerintah sudah menyiapkan tarif yang sesuai bagi kalangan ekonomi menengah atas agar masyarakat miskin tidak ikut terbebani, kondisi ini memberatkan pihak industri dan entitas bisnis skala besar lainnya. Biaya yang membengkak akibat kenaikan TDL akan membuat marjin perusahaan mengalami penurunan dan hal ini akan berdampak pula pada kondisi perekonomian di Indonesia. Selain itu, permasalahan pasokan energi listrik yang tidak merata tidak dapat terselesaikan hanya dengan kenaikan ini. Kondisi ini dapat diatasi apabila supply energy secara mandiri dapat dihasilkan oleh berbagai sektor.

Menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan energi tersebut, PT Semen Indonesia kini menjadi pelopor perusahaan manufaktur yang dapat menyediakan energi secara mandiri. Dengan memanfaatkan gas buang yang diolah sedemikian rupa, PT Semen Gresik melakukan penghematan biaya energy listrik dan mendukung pemerataan pasokan energi di berbagai wilayah Indonesia berkat program CSR mereka. Selain itu gas buang merupakan salah satu bentuk energy alternatif yang terbarukan karena dapat dihasilkan seiring dengan adanya kegiatan produksi sehingga keterbatasan pasokan tidak perlu dikhawatirkan lagi. Untuk itu penulis mengambil judul “Pengoptimalan sumber energi alternatif pada segmen industri sebagai solusi penghematan biaya dan perwujudan kemandirian energi : Proyek pembangkit listrik tenaga gas buang oleh PT Semen Indonesia Tbk.” dalam paper ini. Penulis berharap, ulasan ini dapat dijadikan pertimbangan bagi industri lainnya untuk melakukan hal yang sama dan lebih baik di masa mendatang serta sebagai solusi pemecahan masalah kemandirian energi di Indonesia.

Page 2: Kemandirian Energi dengan Energi Alternatif

PEMBAHASAN

1. Finalisasi revisi APBN, subsidi, dan kenaikan harga listrikDi tengah berlangsungnya pemilihan presiden, pemerintah Indonesia mencapai kesepakatan dengan

DPR pada 18 Juni untuk meningkatkan pengeluaran subsidi dalam revisi APBN (lihat Tabel 1). Total belanja anggaran untuk subsidi energi meningkat dari Rp. 281 triliun menjadi Rp. 350 triliun (US$ 23,7 miliar menjadi US$ 29,4 miliar). Jumlah ini lebih sedikit dari usulan awal pemerintah yang berencana menaikkan total subsidi energi menjadi Rp. 392 triliun (US$ 32,9 miliar).

Di sektor listrik, subsidi disesuaikan sebesar 45,5 persen. Tingginya kenaikan subsidi listrik terutama didorong oleh melemahnya rupiah. Pada bulan Mei 2014, Jarman, Direktur Jenderal Kelistrikan di Kementrian ESDM, menyatakan bahwa untuk setiap Rp.100 yang melemah dalam nilai tukar Rp/USD, akan terdapat kenaikan sebesar Rp. 1,1 triliun (US$ 0,1 miliar) dalam belanja subsidi listrik. Pemerintah dan DPR sepakat untuk mengatasi masalah ini dengan menaikkan harga listrik secara bertahap untuk enam kelas tarif setiap dua bulan (Detik,2014). Seperti halnya dengan subsidi BBM, Rp. 10 triliun (US$ 0,8 miliar) belanja subsidi listrik akan di-carry over ke tahun fiskal 2015.

Untuk menunjukkan arti penting konsumsi BBM dalam pembangkit listrik di Indonesia, pada 2012, 4.576 dari 5.048 pembangkit listrik yang dioperasikan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang merupakan BUMN dan pemasok listrik utama di Indonesia, adalah pembangkit listrik bertenaga diesel. Pada 2012, pembangkit listrik diesel PLN menggunakan kombinasi diesel berkecepatan tinggi (HSD), minyak bahan bakar industri (IDO), dan minyak bahan bakar cair (MFO) dengan jumlah total 8,21 juta kiloliter, yang menghasilkan 29,64TWh atau sekitar 21,8 persen dari total listrik yang dihasilkan PLN (tidak termasuk sewa generator) (PLN, 2013, hal. 21, 24, 25, 27; Detik, 2014). Belum lagi biaya produksi listrik bertenaga diesel adalah yang termahal dibandingkan dengan pembangkit listrik bertenaga bahan bakar fosil lainnya di Indonesia.

2. Kemandirian Energi dan Era industrialisasiKemandirian energi nasional di Tanah Air dinilai masih belum terwujud. Hal ini ditandai dengan

ketergantungan pada bahan bakar minyak dan keterbatasan akses masyarakat karena minimnya infra-struktur pendukung energi. Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kardaya Warnika, ada beberapa faktor yang menentukan kemandirian energi. Salah satunya adalah kemampuan menjamin ketersediaan energi dengan harga terjangkau. Begitu juga akses masyarakat terhadap energi hingga kini masih sangat terbatas. Hal ini ditandai dengan rasio elektrifikasi nasional yang belum mencapai 80%, bahkan di beberapa daerah masih kurang dari 70%. Jadi daya mampu negara rendah dan daya beli masyarakat terhadap energi masih rendah. Terkait minimnya infrastruktur energi khususnya di sektor ketenagalistrikan, pengamat kelistrikan Tumiran menilai belum berkembangnnya infrastruktur kelistrikan bukan saja dikarenakan tidak adanya investasi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh minimnya pasokan bahan bakar. (listrikindonesia, 2014)

Page 3: Kemandirian Energi dengan Energi Alternatif

Menyambut pasar tunggal ASEAN pada 2015 mendatang, Indonesia akan dihadapkan pula dengan era industrialisasi. Berdasar data Badan Pusat Statistik, sektor Industri Pengolahan memberikan sumbangan terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2014 (y-on-y) dengan kontribusi sebesar 1,28 persen. Dalam hal ini sektor industri diharapkan terus tumbuh dan memiliki kesiapan bersaing yang tercermin dengan adanya peningkatan kinerja. Seiring dengan adanya peningkatan kinerja tentu dibutuhkan efisiensi biaya agar hasil produksi dan keuntungan mampu memenuhi target. Itu semua tak lepas dari efisiensi penggunaan energi. Listrik yang menjadi penggerak utama roda industri menjadi salah satu biaya yang perlu dikelola dengan baik. Sayangnya, melihat kondisi Indonesia yang belum mencapai kemandirian energi, biaya listrik yang membengkak menjadi kendala besar bagi sektor industri.

3. PT Semen Gresik sebagai pelopor pemberdaya listrik tenaga gas buang di IndonesiaIndustri semen termasuk bisnis yang paling terkena dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk

kelas industri pada 2014 ini. Mengatasi hal tersebut PT Semen Indonesia (PT SI) melakukan Inovasi teknologi dengan membangun pembangkit listrik tenaga gas buang. Gas buang atau waste heat recovery power generation (WHRPG) tersebut berasal dari alat pembuangan pabrik Tuban 1 sampai Tuban 4 yang ada di Kabupaten Tuban. Proyek pembangunan berkapasitas 30,6 MW ini merupakan kerjasama PT Semen Indonesia dengan JFE Engineering Jepang. Cara kerja pembangkit listrik WHRPG sama dengan PLTU. Yang membedakan adalah WHRPG tidak menggunakan batubara atau BBM untuk menghasilkan tenaga panasnya, tapi menggunakan gas buang operasional pabrik.

Pembangunan proyek ini akan mengurangi penggunaan listrik PLN sebesar 152 juta kWh per tahun. Atau penghematan biaya listrik sekitar Rp 120 miliar per tahun. Output yang dihasilkan WHRG sebesar 30,6 MW ini setara dengan sepertiga dari konsumsi listrik empat pabrik Tuban yang mencapai 140 MW. Besarnya energi listrik yang dihasilkan mampu memberi nilai efisiensi yang cukup besar. Sehingga PLN bisa mendistribusikan efisiensi listrik Semen Gresik kepada pelanggan lain, UKM, industri lain.

Selain efisiensi pada biaya listrik, nilai yang didapat adalah sumbangsih PT Semen Indonesia bagi lingkungan. Lewat WHRPG ini membuktikan bahwa pabrik yang dimiliki Perseroan di Tuban merupakan pabrik yang ramah lingkungan, dibuktikan dengan pengurangan emisi gas buang pada semua operasional pabrik. Dalam jangka panjang, perseroan terus membangun kemandirian energi dengan memiliki pembangkit listrik sendiri, sesuai dengan strategi perseroan yaitu manage strategy security sebagai salah satu aspek kritis yang harus dapat dikelola dengan baik. Hal-hal tersebut dapat mendukung pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan. Kreasi PT Semen Indonesia ini tentu mendukung program pemerintah dalam mencapai kemandirian energi khususnya dalam sektor listrik dan dapat pula dijadikan percontohan bagi industri lainnya agar target kemandirian energi bisa dirasakan secepatnya.

Page 4: Kemandirian Energi dengan Energi Alternatif

SARAN KEBIJAKAN

1. Proyek yang dikembangkan PT Semen Indonesia dengan membangun pembangkit listrik tenaga gas buang hendaknya menjadi percontohan bagi industri lainnya dalam mengoptimalkan energy alternatif. Efisiensi yang diberikan oleh proyek ini dapat menghemat biaya dan memberikan manfaat bagi masyarakat yakni aliran listrik yang lebih merata dan melimpah.

2. Untuk menanggulangi minimnya infrastruktur pendukung energi di negara ini, pemerintah dapat meregulasikan kebijakan baru. Penulis menyarankan untuk membuat TDL baru pada pembangkit listrik yang menggunakan energy terbarukan, misal biogas dan biomassa, sebagai insentif bagi investor. Sehingga modal untuk membangun infrastruktur dapat tercukupi.

3. Pemerintah dalam programnya menuju kemandirian energi hendaknya melibatkan masyarakat luas dalam penelitian dan pengembangan energy alternatif, sehingga tidak hanya sektor industri saja yang berperan, tetapi seluruh lapisan masyarakat dapat ikut andil dalam menciptakan kemandirian energi.

REFERENSI

-Antara. Rapatparipurna DPR sahkan APBN-P 2014. 25 Oktober 2014. Tautan: http://www.antaranews.com/berita/439777/rapat-paripurna-dpr-sahkan-apbn-p-2014

-Bahram Saadatfar, Reza Fakhrai and Torsten Fransson. 2013. Waste heat recovery Organic Rankine cycles in sustainable energy conversion: A state-of-the-art review. Sweden: Macro Journals

-Berita Resmi Badan Pusat Statistik. 5 Agustus 2014 . Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan Ii-2014. No. 63/08/Th. Xvii. Tautan: http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05agus14.pdf

-Detik. Setiap Dolar Menguat Rp 100, Subsidi Listrik Bengkak Rp 1 Triliun. 25 Oktober 2014 Tautan: http://finance.detik.com/read/2014/06/18/114410/2611484/1034/setiap-dolar-menguat-rp-100-subsidi-listrik-bengkak-rp-1-triliun

-Enny S. 2007. Inovasi: Regulasi Subsitusi BBM Selamatkan Krisis Energi. Subang: LIPI Press.

-Industri.Bisnis.com. Semen Indonesia Mulai Bangun Pembangkit Listrik Dengan Memanfaatkan Gas Buang .http://industri.bisnis.com/read/20141022/44/266984/semen-indonesia-mulai-bangun-pembangkit-listrik-dengan-memanfaatkan-gas-buang

-Jumbe, Charles. 2004. Cointegration and causality between electricity consumption and GDP: empirical

evidence from Malawi. Norway: Elsevier B.V.

-Listrikindonesia.com. 2014. Kapan Kemandirian Energi Terwujud. Tautan: http://listrikindonesia.com/kapan_kemandirian_energi_terwujud__201.htm

Page 5: Kemandirian Energi dengan Energi Alternatif

-Siftindonesia.com. Menyambut Masyarakat Ekonomi Asean, Bagaimana Kesiapan Sektor Industri Indonesia?. 25 Oktober 2014. Tautan: http://shiftindonesia.com/menyambut-masyarakat-ekonomi-asean-bagaimana-kesiapan-sektor-industri-indonesia/

-Wikipedia.org. Energi Alternatif. 25Oktober 2014. Tautan: http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_alternatif