energi alternatif biogas

23
1 BABI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan sumber daya alam semakin bertambah, salah satunya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). Kini persediaan bahan bakar minyak sudah mulai langka, karena ketersediaan bahan bakar minyak yang ada, tidak dapat mengimbangi tuntutan jumlah kebutuhan bahan bakar minyak yang semakin meningkat. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergantung pada bahan bakar dari energi fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Energi fosil bersifat tidak terbaharukan dan ketersediaan energi fosil semakin hari semakin berkurang. Ketersediaan bahan bakar gas akan habis +/- 70-80 tahun lagi, sedangkaan bahan bakar gas akan habis +/- 120 tahun lagi. Oleh karena itu perlu adanya energi alternatif untuk menghemat cadangan minyak yang ada saat ini, serta mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar fosil. Salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan peran bahan bakar fosil adalah biogas. Biogas adalah salah satu energi bersifat terbarukan karena bahan bakunya berasal dari bahan organik dan dapat dibuat sendiri dengan teknologi sederhana. Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbaharukan karena kandungan gas metan pada biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 50 MJ/Kg. Dengan adanya pembuatan biogas ini juga berdampak positif pada lingkungan, yaitu mengurangi gas metan bebas di udara yang berpotensi sebagai penyebab global warming. Namun pemanfaatan biogas di Indonesia masih kurang. Hal ini dapat dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan sebagian besar masyarakat Indonesia tentang pemanfaatan biogas, selain itu rasa canggung masyarakat Indonesia untuk menggunakan bahan bakar biogas dalam aktivitas sehari-hari masih tinggi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian biogas, proses pembentukan biogas, pemanfaatan biogas dan implikasinya terhadap ekosistem.

Upload: giita-aeyu-septyana

Post on 02-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Biogas adalah salah satu energi alternatif yang berupa gas bahan bakar dari hasil fermentasi anaerob dalam sebuah reaktor yang disebut biodigester

TRANSCRIPT

  • 1

    BABI I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber

    daya manusia. Pesatnya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan

    sumber daya alam semakin bertambah, salah satunya kebutuhan bahan bakar

    minyak (BBM). Kini persediaan bahan bakar minyak sudah mulai langka, karena

    ketersediaan bahan bakar minyak yang ada, tidak dapat mengimbangi tuntutan

    jumlah kebutuhan bahan bakar minyak yang semakin meningkat.

    Sebagian besar masyarakat Indonesia masih bergantung pada bahan bakar

    dari energi fosil seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Energi fosil bersifat

    tidak terbaharukan dan ketersediaan energi fosil semakin hari semakin berkurang.

    Ketersediaan bahan bakar gas akan habis +/- 70-80 tahun lagi, sedangkaan bahan

    bakar gas akan habis +/- 120 tahun lagi. Oleh karena itu perlu adanya energi

    alternatif untuk menghemat cadangan minyak yang ada saat ini, serta mengurangi

    ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar fosil.

    Salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan peran bahan bakar

    fosil adalah biogas. Biogas adalah salah satu energi bersifat terbarukan karena

    bahan bakunya berasal dari bahan organik dan dapat dibuat sendiri dengan

    teknologi sederhana. Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbaharukan

    karena kandungan gas metan pada biogas memiliki nilai kalor yang cukup tinggi,

    yaitu sekitar 50 MJ/Kg. Dengan adanya pembuatan biogas ini juga berdampak

    positif pada lingkungan, yaitu mengurangi gas metan bebas di udara yang

    berpotensi sebagai penyebab global warming.

    Namun pemanfaatan biogas di Indonesia masih kurang. Hal ini dapat

    dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan sebagian besar masyarakat

    Indonesia tentang pemanfaatan biogas, selain itu rasa canggung masyarakat

    Indonesia untuk menggunakan bahan bakar biogas dalam aktivitas sehari-hari

    masih tinggi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian

    biogas, proses pembentukan biogas, pemanfaatan biogas dan implikasinya

    terhadap ekosistem.

  • 2

    1.2 Rumusan masalah

    Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Bagaimana pengertian dari biogas?

    2. Bagaimana proses pembentukan biogas ?

    3. Bagaimana pemanfaatan biogas dalam kehidupan sehari-hari ?

    4. Bagaimana implikasi biogas terhadap ekosisitem ?

    1.3 Tujuan penulisan

    Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui pengertian dari biogas

    2. Mengetahui proses pembentukan biogas

    3. Mengetahui pemanfaatan biogas dalam kehidupan sehari-hari

    4. Mengetahui implikasi biogas terhadap ekosisitem

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Biogas

    Biogas adalah gas yang tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil

    fermentasi dari bahan organik dalam sebuah reaktor (biodigester) dengan kondisi

    anaerob. Biogas terdiri dari campuran beberapa gas campuran beberapa gas yang

    tergolong sebagai bahan bakar di mana gas yang dominan adalah CH4 dan yang

    lain yang jauh lebih kecil adalah CO2, NO2, SO2, H2S, (Melvin, 2005).

    Kandungan gas metan yang dominan, menyebabkan biogas memiliki nilai

    kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni

    (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3.

    Nilai kalori dari 1 m3 Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan

    setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan

    sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah,

    LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.

    Kesetaraan biogas dapat dilihat dari tabel berikut:

    Tabel 1. Nilai Kesetaraan 1 m3 Biogas dan Energi yang dihasilkan.

    Jenis Energi Kesetaraan dengan 1 m3 gas bio

    Elpiji 0,46 kg

    Minyak tanah 0,62 liter

    Minyak Solar 0,52 liter

    Bensin 0,80 liter

    Gas kota 1,50 m3

    Kayu Bakar 3,50 kg

    Sumber : Direktorat Jenderal PPHP-Departemen Pertanian (2006)

    Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana

    (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi

    (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana

    semakin kecil nilai kalor.

  • 4

    2.2 Proses Pembentukan Biogas

    Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri apabila bahan organik

    mengalami proses fermentasi dalam reaktor dalam kondisi anaerob (tanpa udara).

    Reaktor yang digunakan dalam pembuatan biogas disebut digester atau

    biodigester, dan di wadah inilah bakteri dapat tumbuh dengan mencerna bahan

    organik. (Suyitno, 2012).

    Komponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis

    biodigester yang digunakan.

    Gambar 1: komponen reaktor biodigester

    Berdasarkan gambar 1 diatas, secara umum komponen reaktor biodigester

    terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut:

    1. Saluran masuk bahan baku (inlet)

    Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (lumpur yang

    terbuat dari campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama.

    Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas,

    memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada

    saluran masuk.

    2. Saluran keluar residu (outlet)

  • 5

    Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah

    difermentasi oleh bakteri. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk

    karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi.

    3. Ruang fermentasi (digestion)

    Ruang ini berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fermentasi.

    Ruang fermentasi bersifat kedap udara dan dilengkapi dengan ruang

    penyimpanan

    4. Saluran gas

    Saluran gas ini berfungsi untuk mengalirkan biogas yang

    dihasilkan dari biodigester yang terbuat dari bahan polimer untuk

    menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung

    saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat dan tahan terhadap

    temperatur pembakaran yang tinggi

    Namun dalam pembuatan biogas skala besar, reaktor biodigester

    dilengkapi pula dengan komponen-komponen sebagai berikut:

    1. Katup pengaman tekanan (control valve)

    Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas

    dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila

    tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan

    keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun.

    2. Sistem pengaduk

    Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan

    mekanis, sirkulasi substrat biodigester dengan poros yang berupa baling-

    baling, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester

    menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi

    pengendapan dan meningkatkan produktifitas biodigester karena kondisi

    substrat yang seragam.

    3. Tangki penyimpan gas

    Tangki penyimpanan berfungsi untuk menyimpas biogas yang

    dihasilkan dari biodigerter. Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu

    tangki bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan

    reaktor (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus

  • 6

    sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam,

    serta dilengkapi H2S Removal untuk mencegah korosi.

    2.2.1 Bahan baku pembuatan dan komposisi biogas

    Biogas adalah campuran gas dari hasil penguraian bahan organic oleh

    bakteri alami dalam kondisi anaerob. Bahan baku pembuatan biogas yang banyak

    digunakan di Indonesia adalah kotoran dan urin hewan ternak. Bahan baku lain

    yang bisa digunakan adalah kotoran manusia, sampah bio (organik), dan limbah

    industri pangan misalnya ampas tahu. Pemiilihan bahan biogas dapat ditentukan

    dari perbandingan kadar karbon dan nitrogen (rasio C/N) dalam bahan tersebut,

    namun parameter ini bukan jaminan satu-satunya untuk kualitas biogas yang

    tinggi karena masih banyak parameter yang lain khususnya pada reaktor biogas.

    Menurut Sasse dalam Suyitno: 2012, bahan organik yang mampu menghasilkan

    kualitas biogas tinggi memiliki rasio C/N sekitar 20-30.

    Table 2. Rasio C/N beberapa Material Organik yang Umum Digunakan (Uli

    Werner dalam Suyitno,2012)

    Material Organik Rasio C/N

    Urine 0,8

    Kotoran sapi 10 20

    Kotoran babi 9 13

    Kotoran ayam 5 8

    Kotoran kambing 30

    Kotoran manusia 8

    Jerami padi-padian 80 140

    Gambar 2.1 : floating dome Gambar 2.2 : fixed dome

  • 7

    Jerami jagung 30 65

    Rumput hijau 12

    Sisa sayuran 35

    Gambar 3: contoh materi yang dapat diolah menjadi biogas

    (Biogas Energy, 2012:4)

  • 8

    Tabel 3: Nilai kalor beberapa bahan biogas

    (Buku Panduan Biomassa Asia, 2008:43)

    Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang

    terjadi. Gas alam memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan biogas

    memiliki konsentrasi metana sekitar 55-75% .

    Tabel 4: komposisi gas yg terdapat dalam biogas

    Komponen %

    Metana (CH4) 55-75

    Karbon dioksida (CO2) 25-45

    Nitrogen (N2) 0-0.3

    Hidrogen (H2) 1-5

    Hidrogen sulfida (H2S) 0-3

    Oksigen (O2) 0.1-0.5

  • 9

    2.2.2 Tahapan dalam pembuatan biogas

    Secara umum, alur proses pencernaan/digesting limbah organik sampai

    menjadi biogas dimulai dengan pencernaan limbah organik yang disebut juga

    dengan fermentation/digestion anaerob. Pencernaan tergantung kepada kondisi

    reaksi dan interaksi antara bakteri methanogens, non-methanogens dan limbah

    organik yang dimasukkan sebagai bahan input/feedstock kedalam digester.

    Gambar 4: alur proses pembentukan biogas

    Berdasarkan gambar 4 diatas, dapat diketahui bahwa tahapan-tahapan

    dalam proses pembuatan biogas adalah sebagai berikut:

    a) Hidrolisis (Liquefaction),

    Pada tahap ini, bahan-bahan organik yang mengandung selulosa,

    hemiselulosa, protein, karbohidrat dan lipida diuraikan menjadi senyawa dengan

    rantai yang lebih pendek. Kandungan polisakarida akan diuraikan menjadi

    monosakarida, dan kandungan protein akan diuraikan menjadi peptida dan asam

    amino.

    b) Asidifikasi/Pengasaman (Acyd Production),

    Pada tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang berfungsi

    untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam asetat

    (CH3COOH), H2 dan CO2. Agar metabolisme dapat merata diperlukan

    pencampuran yang baik dengan konsentrasi air >60%. Selain itu, bakteri juga

    mengubah senyawa molekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino,

    CO2, H2S, dan sedikit gas CH4

  • 10

    c) Metanogenesis/Pembentukan Mentana (Biogas Production)

    Pembentukan CH4 bakteri yang berperan membutuhkan kondisi digester

    yang benar-benar kedap udara dan gelap serta dengan suhu sekitar 35oC. Urea

    yang berasal dari protein dihidrolisa oleh bakteri menjadi gas metan (CH4) dan

    NH4+. CO2 yang dihasilkan direduksi menjadi CH4 dan H2O.

    Gambar 5: Set alat produksi Biogas

    2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan biogas.

    Biogas dibuat dalam suatu reaktor yang disebut biodigester, reaktor ini dibuat

    kedap udara supaya bahan organik dapat terurai secara biologi dengan bantuan

    bakteri-bakteri alami, sehingga dari proses penguraian tersebut dapat

    menghasilkan biogas yang mengandung metana dengan konsentrasi tinggi.

    Kondisi internal biodigester sangat berpengaruh pada proses ini.

    Adapun faktor-faktor internal yang berpengaruh dalam proses pembuatan

    biogas antara lain :

    2.2.3.1 Kondisi anaerob biodigester.

    Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan anaerob, yaitu tidak terjadi

    kontak langsung dengan oksigen (O2). Apabila udara yang masuk dalam dalam

    biodigester mengandung oksigen sebanyak 21% volum, maka akan terjadi

    penurunan produksi metana. Hal ini dikarenakan, bakteri alami untuk proses

    penguraian bahan organik membutuhkan kondisi anaerob, sehingga masuknya

    udara yang mengandung O2 ke dalam biodigerter dapat menghambat

    perkembangan bakteri secara sempurna. (Suyitno, 2012)

  • 11

    2.2.3.2 Suhu / Temperatur.

    Temperatur sangat menentukan lamanya proses fermentasi dalam ruang

    digester karena temperatur dapat berpengaruh terhadap aktivitas kerja bakteri.

    Apabila temperatur meningkat, umumnya produksi biogas juga meningkat sesuai

    dengan batas-batas kemampuan bakteri dalam menguraikan sampah organik.

    Menurut Suyitno : 2012 , jenis bakteri yang secara umum dikenal dalam proses

    fermentasi anerob antara lain:

    Bakteri Psychrophilic,

    Bakteri fermentasi Psychrophilic hidup pada temperatur 8 25 0C, dengan

    kondisi kerja optimum pada temperatur 8-25 0C. Bakteri ini tumbuh dengan baik

    di daerah subtropis dan beriklim dingin. Waktu penyimpanan bakteri dalam

    digester adalah lebih dari 100 hari.

    Bakteri Mesophilic,

    Bakteri fermentasi Mesophilic, hidup pada temperatur 35 47 0C, dengan

    kondisi kerja optimum pada temperatur 35-45 0C. Bakteri ini tumbuh dengan baik

    di negara negara tropis seperti Indonesia. Waktu penyimpanan bakteri dalam

    digester adalah kurang lebih 30-60 hari.

    Bakteri Thermophilic,

    Bakteri fermentasi Thermophilic hidup pada temperatur 53 55 0C.

    Namun, bakteri ini dimanfaatkan untuk menguraikan materi, bukan untuk

    menghasilkan biogas. Waktu penyimpanan bakteri dalam digester adalah kurang

    lebih 10-16 hari.

    Temperatur minimum untuk perkembangbiakan bakteri selama proses

    fermentasi adalah 15 0C. Biodigester yang beroperasi dibawah suhu 15 0C,

    memerlukan pemanasan terlebih dahulu, karena pada suhu dibawah 15 0C hanya

    dihasilkan biogas dengan jumlah yang sangat terbatas. Biodigester di Indonesia

    pada umumnya dibangun didalam tanah, hal ini adalah salah satu usaha untuk

    menjaga suhu biodigester tetap konstan.

  • 12

    2.2.3.3 Nutrisi dan Penghambat bagi Bakteri.

    Bakteri fermentasi membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi untuk

    proses reaksi anaerob seperti mineral-mineral yang mengadung Nitrogen, Fosfor,

    Magnesium, Sodium, Mangan, Kalsium, Kobalt, dan nutrisi lainnya. Nutrisi ini

    dapat bersifat toxic (racun) apabila konsentrasi di dalam bahan terlalu banyak ,

    serta berpotensi menghambat proses pembentukan biogas.

    Table 5 : Batasan Konsentrasi Kandungan Mineral-Mineral yang Diijinkan dalam

    Biodigester ( Werner Kossmann, 1999 dalam Suyitno,2012)

    Mineral Konsentrasi (mg/L)

    Zinc 350 1000

    Sulfur 200

    Copper 10 -250

    Chromium 200-2000

    Nickel 100-1000

    Cyanide 2

    Calcium 8000

    Sodium 8000

    Magnesium 3000

    Selain karena konsentrasi mineral-mineral yang melebihi ambang batas,

    polutan-polutan juga dapat menyebabkan produksi biogas menjadi terhambat atau

    berhenti sama sekali antara lain adanya ammonia, antibiotik, pestisida, dan

    detergen.

    2.2.3.4 Lama Proses Pencernaan

    Lama proses (Hydraulic Retention Time-HRT) adalah jumlah hari proses

    pencernaan/digesting pada tangki anaerob terhitung mulai pemasukan bahan

    organik sampai proses awal pembentukan biogas dalam digester anaerob. HRT

    meliputi 70-80% dari total waktu pembentukan biogas secara keseluruhan.

    Lamanya waktu HRT sangat tergantung dari jenis bahan organik dan perlakuan

    terhadap bahan organik (feedstoock substrate) sebelum dilakukan proses

    pencernaan/digesting diproses.

  • 13

    2.2.3.5 Derajat Keasaman (pH)

    Derajat keasaman (pH) Mempunyai efek terhadap energi aktivasi

    mikroorganisme. Konsentrasi derajat keasamam (pH) yang ideal antara 6,6 dan

    7,6. Bila pH lebih kecil atau lebih besar maka akan mempunyai sifat toksit

    terhadap bakteri metanogenik. Bila proses anaerob sudah berjalan menuju

    pembentukan biogas, pH berkisar 7-7,8.

    Drajat keasaman dalam biodigester dipengaruhi oleh bahan organik yang

    di fermentasikan, pada tahap awal fermentasi akan terbentuk asam yang

    mengakibatkan pH biodigester menjadi turun. Beberapa peneliti menyarankan

    untuk menambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) atau kapur (CaCO3) supaya pH

    kembali ke angka sekitar 7,0. Jika pH turun di bawah 6,2, maka bakteri

    methanogen akan keracunan dan produksi biogas akan turun. (Suyitno,2012)

    2.2.3.6 Pengaturan Tekanan

    Semakin tinggi tekanan di dalam digester, semakin rendah produksi biogas

    di dalam digester terutama pada proses hidrolisis dan acydifikasi. Selalu

    pertahankan tekanan diantara 1,15-1,2 bar di dalam digester.

    Selain faktor-faktor tersebut adapula faktor lain yang dapat mempengaruhi

    proses pembuatan biogas, yaitu :

    Kandungan Nitrogen dan Rasio Karbon Nitrogen

    Karbon dan Nitrogen adalah sumber makanan utama bagi bakteri anaerob,

    sehingga pertumbuhan optimum bakteri sangat dipengaruhi unsur ini, dimana

    Karbon dibutuhkan untuk mensuplai energi dan Nitrogen dibutuhkan untuk

    membentuk struktur sel bakteri.

    Rasio C/N yaitu perbandingan kadar C (karbon) dan N (nitrogen), Jumlah

    unsur nitrogen ini diharapkan cukup. Bila jumlah unsur nitrogen terlalu sedikit (

    C/N rasio tinggi) maka nitrogen akan digunakan terlebih dahulu untuk proses

    pembentukan sel bakteri, hal ini menyebabkan proses berjalan lambat. Bila jumlah

    nitrogen terlalu banyak (C/N rasio rendah) maka karbon akan segera habis dan

    proses fermentasi berhenti dan akan terbentuk amonia yang akhirnya akan

    menghambat pertumbuhan bakteri.Proses fermentasi anaerob akan berlangsung

  • 14

    optimum bila rasio C:N bernilai 30:1, dimana jumlah karbon 30 kali dari jumlah

    nitrogen.

    Namun tidak semua bahan organik dapat terurai menjadi gas dalam

    digester anaerob, karena bakteri anaerob tidak dapat menguraikan lignin dan

    beberapa hidrokarbon. Digester yang berisi nitrogen tinggi dan belerang rendah

    dapat menghasilkan racun berupa amonia dan H2S.

    Total Solid Content (TS)

    Pengertian total solid content (TS) adalah jumlah materi padatan yang

    terdapat dalam limbah pada bahan organik selama proses digester terjadi dan ini

    mengindikasikan laju penghancuran/pembusukan material padatan limbah

    organik. TS juga mengindikasikan banyaknya padatan dalam bahan organik dan

    nilai TS sangat mempengaruhi lamanya proses pencernaan/digester bahan

    organik.

    Volatile Solids (VS)

    Volatile Solids (VS) merupakan bagian padatan (total solid-TS) yang berubah

    menjadi fase gas pada tahapan asidifikasi dan metanogenesis dalam proses

    fermentasi limbah organik. Dalam pengujian skala laboratorium, berat saat bagian

    padatan

    Tabel 6: Potensi Produksi Gas untuk Beberapa Tipe Bahan Organik.

    Tipe Limbah Organik Produksi Biogas Per Kg /m3

    (% VS)

    Sapi (Lembu/Kerbau) 0.023 - 0.040

    Babi 0.040 - 0.059

    Ayam 0.065 - 0.116

    Manusia 0.020 - 0.028

    SampahSisa Panen 0.037

    Pengadukan Bahan Organik.

    Dalam digester, pengadukan sangat berpengaruh dalam menjaga bahan

    baku tetap tercampur dengan bakteri dan temperatur terjaga merata diseluruh

  • 15

    bagian. Dengan adanya pengadukan pengengendapan di dasar digester semakin

    kecil, konsentrasi bakteri merata dan memungkinkan seluruh material mengalami

    proses fermentasi anaerob secara merata. Selain itu, dengan adanya pengadukan

    akan mempermudah pelepasan gas ke penampung biogas.

    Menurut Suyitno:2012, pengadukan hendaknya dilakukan dengan pelan,

    pengadukan yang terlalu cepat dapat memperlambat proses pembentukan biogas.

    Bahan baku yang digunakan sangat mempengaruhi frekuensi pengadukan.

    Adanya pengadukan juga bermanfaat untuk menjaga tercampurnya air

    dengan bahan baku, karena apabila pencampuran bahan baku dengan air tidak

    sempurna dapat mengakibatkan proses fermentasi menjadi lambat.

    Penjernihan Biogas

    Kandungan gas atau zat lain dalam biogas seperti air, karbon dioksida,

    asam sulfat H2S, merupakan polutan yang mengurangi kadar panas pembakaran

    biogas bahkan dapat menyebabkan karat yang merusakan mesin. Banyak cara

    pemurnian biogas diantaranya Physical Absorption (pemasangan water trap di

    pipa biogas), chemical absorption, pemisah membran permiabel, hingga

    penyemprotan air atau oksigen untuk mengikat senyawa sulfur atau karbon

    dioksida.

    Bila biogas digunakan untuk bahan bakar kendaraan atau bahan bakar

    pembangkit listrik, gas H2S yang berpotensi menyebabkan karat pada komponen

    mesin harus dibuang melalui peralatan penyaring/ filter sulfur.

    Bakteri starter

    Pengaruh starter, untuk mempercepat proses fermentasi dibutuhkan starter

    yang mengandung bakteri metanogen.

    Menurut Suyitno:2012, ada beberapa jenis starter, yaitu:

    a) Starter alami

    Lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau

    cairan septick tank, timbunan kotoran, dan timbunan sampah

    organik.

    b) Starter semi buatan

  • 16

    Fasilitas biodigester dalam kondisi aktif.

    c) Starter buatan

    Bakteri yang dibiakkan secara laboratorium.

    Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan

    biogas, yaitu:

    1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan

    beberapa jenis Enterobactericeae

    2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio

    3. Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus,

    Methanosacaria, dan Methanococcus

    Bentuk Bahan baku,

    Biogas akan terbentuk bila bahan baku berupa padatan berbentuk bubur

    halus atau butiran kecil, Selain itu tergantung kandungan pada bahan yang akan

    dijadikan biogas tersebut.

  • 17

    2.3 Pemanfaatan Biogas Dalam Kehidupan Sehari-Hari

    Kandungan metana yang cukup tinggi, menjadikan biogas sebagai energi

    alternatif yang berpotensi menggantikan peran LPG dan petrol (bensin). Tetapi

    dalam pembuatan biogas juga menghasilkan gas yang bersifat pengotor, yaitu

    Hidrogen sulfida (H2S). Jika gas tersebut ikut terbakar dan bebas diudara dapat

    teroksidasi ke udara membentuk SO2 dan SO3 yang dapat memicu terjadinya

    hujan asam. Selain H2S terdapat pula gas-gas lain seperti uap air (H2O) dan

    Karbon dioksida (CO2). Kandungan sejumlah uap air (H2O) dalam biogas , dapat

    menyebabkan penurunan nilai kalor biogas.

    Menurut (Suyitno, 2012) Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai

    keperluan, diantaranya adalah:

    a. Aplikasi dalam sektor rumah tangga

    Biogas dapat diaplikasikan di pedesaan maupun perkotaan, di pedesaan

    dengan jumlah hewan ternak yang banyak dan di perkotaan yang banyak

    membuang sampah organik, maka konsep kemandirian energi berupa energi

    biogas dapat dikaji lebih serius, untuk dapat menjalankan konsep ini perlu

    diawali dengan pemetaan potensi sumber energi lokal yang dapat

    diperbaharui dan jenis pemakaian energi di lokasi tersebut. Pada umumnya

    kebutuhan bahan bakar sektor rumah tangga di perkotaan dan pedesaan

    adalah memasak, penerangan dan transportasi. Jenis bahan bakar untuk

    memasak umumnya adalah biomassa kering, minyak tanah dan LPG. Jenis

    bahan bakar untuk penerangan umumnya adalah petromaks dan solar untuk

    genset listrik. Bahan bakar transportasi umumnya adalah solar dan bensin.

    Dan biogas dapat menjadi alternative bahan bakar tersebut.

    b. Pembangkit Listrik tenaga biogas

    Pemanfaatan biogas untuk pembangkit listrik dapat melalui berbagai

    cara seperti menggunakan turbin dan motor bakar, kemudian energi yang

    diperoleh dapat digunakan untuk menggerakkan pompa atau mesin-mesin

    yang lain, misalnya dapat digunakan untuk menggerakkan generator dan

  • 18

    dari generator tersebut diperoleh energi listrik yang dapat langsung

    digunakan untuk alat-alat listrik.

    Selain memiliki kegunaan seperti yang telah disebutkan diatas, Biogas

    juga memiliki dampak positif lain, antara lain:

    1) Untuk lingkungan, dengan pembuatan biogas, maka sampah organik

    yang ada akan berkurang.

    2) Untuk masyarakat, dengan pembuatan sampah organik dapat

    meringankan beban karena biogas merupakan alternatif bahan bakar

    yang lebih murah. Selain itu dapat dijadikan suatu usaha dengan

    menjual biogas yang dibuat.

    3) Untuk siswa, dapat digunakan sebagai pembelajaran tentang

    bagaimana dan apa saja yang dapat kita lakukan untuk mengubah

    sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis seperti biogas.

    Sehingga dapat melatih jiwa kewirausahaan.

    4) Untuk pemerintah, dengan adanya upaya pengolahan sampah organik

    menjadi biogas, maka dapat mengurangi permasalahan kurangnya

    bahan bakar minyak atau energi yang ada karena sudah ada biogas

    sebagai alternatif penghasil energi.

  • 19

    2.4 Implikasi Biogas Terhadap Ekosisitem

    Pengembangan energi alternatif biogas memiliki manfaat yang beragam,

    selain dihasilkannya gas yang berpotensi sebagai peganti bahan bakar khususnya

    minyak tanah dan LPG yang dipergunakan untuk memasak, pada proses produksi

    gas bio akan dihasilkan sludge atau lumpur yang dapat langsung dipergunakan

    sebagai pupuk organik pada tanaman atau budidaya pertanian.

    Limbah biogas yang berupa sludge atau lumpur adalah kotoran ternak

    yang telah hilang gasnya (slurry) yang dapat dijadikan pupuk organik yang sangat

    kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur

    tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh

    pupuk kimia. Dengan begitu menggunakan produk biogas, maka tanaman akan

    tumbuh dengan sehat tanpa menyebabkan polusi, dan dengan melimpahnya

    tanaman, sampah-sampahnya dapat digunakan untuk produksi biogas lagi.

    Selain itu dengan pemanfaatan produksi biogas yang optimal, dapat

    mengurangi ancaman kelangkaan sumber daya alam yang tidak dapat

    diperbaharui. (Organisation for economic co-operation And development, 2010)

    Gambar 6: Siklus Biogas

    Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi

    lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak

    ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap

  • 20

    pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus

    meningkat. (Suryahadi dkk., 2002).

    Peternakan merupakan penyumbang terbesar gas metana (CH4) yang

    memiliki kadar perusak lebih besar dari CO2 terhadap lingkungan. Gas metana

    merupakan bagian dari siklus karbon karena mengandung atom C didalamnya.

    Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi

    metan. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan

    lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah.

    Pembuatan biogas, dapat mereduksi kandungan gas metana yang bebas di

    udara sehingga dapat mengurangi perusakan lingkungan. Disamping itu, biogas

    juga mempunyai manfaat sebagai sumber energi baru untuk mengganti energi

    fosil yang hampir habis.

  • 21

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

    Biogas adalah gas yang tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil

    fermentasi dari bahan organik dalam sebuah reaktor (biodigester) dengan kondisi

    anaerob. Tahap-tahap dalam proses pembuatan biogas terdiri dari hidrolisis,

    pengasaman, dan pembentukan nitrogen. Dalam proses pembuatan biogas dapat

    dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi anaerob biodigester,

    temperatur, drajat keasaman, nutrisi, tekanan, lama proses fermentasi, rasio C/N,

    bakteri starter, pengadukan, bentuk bahan, dan penjernihan biogas. Kandungan

    metana yang tinggi pada biogas membuat biogas berpotensi sebagai bahan bakar

    yang dapat dimanfaatkan dalam sektor rumah tangga seperti memasak , dan

    sebagai pembangkit listrik. Implikasi biogas bagi ekosistem adalah dihasilkannya

    pupuk organik dari limbag biogas berupa lumpur yang kaya akan unsur-unsur, dan

    dapat mengurangi kadar gas metana bebas diudara yang berpotensi menyebabkan

    global warming

    3.2 Saran

    Masyarakat indonesia seharusnya berperan aktif dalam pengembangan

    energi-energi alternatif khususnya biogas, hal ini berhubungan dengan

    ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin langka yang dapat memicu krisis

    energi. Peran pemerintah juga sangat berpean penting dalam pemberdayaan

    biogas. Apabila hal ini dapat terealisasikan maka masyarakat Indonesia dapat

    mengurangi ketergantungan menggunankan bahan bakar fosil dan terhindar dari

    krisis energi di tahun yang akan datang.

  • 22

    DAFTAR RUJUKAN

    Nurhasanah, Ana., dkk. 2012. Jurnal PERKEMBANGAN DIGESTER BIOGAS

    DI INDONESIA (Studi Kasus di Jawa Barat dan Jawa Tengah)

    Saragih , Budiman Richardo, 2010. Jurnal Analisis Pemanfaatan Biogas dari

    Fesses dan Sampah Organik. FT UI

    Simanjuntak, Melvin. 2005. Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan dan

    Proses Pembuatannya. Jurnal Teknik Simetrika, 4(1): 287 293

    Suyitno. 2012. Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan.

    Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Yokayama, Shinya. 2008. Buku Panduan Biomassa Asia: Panduan untuk

    Produksi dan Pemanfaatan Biomassa . Jepang: The Japan

    Institute Of Energy.

  • 23

    ENERGI ALTERNATIF

    (BIOGAS)

    MAKALAH

    UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

    Interaksi Makhluk Hidup

    yang dibina oleh Ibu Metri Dian Insani, S.Si., M.Pd.

    Oleh

    Gita Ayu Septyana

    130351603590

    Kls A / OFF A

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    Maret 2015