kemampuan mental dan pengukuran
DESCRIPTION
kmoTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Kemampuan Mental dan Pengukurannya
Karakteristik kepribadian dan kemampuan mental orang sangat bervariasi.untuk itu kita
akan melihat dan mempelajari perbedaan kemampuan individu serta tes yang dirancang untuk
mengukur perbedaan kemampuan individu.ada beberapa point yang akan kita pelajari pada
kemampuan mental dan pengukurannya antara lain adalah jenis tes kemampuan,syarat – syarat
tes yang baik,tes kemampuan intelektual,kesahihan prediktif tes,sifat dasar intelegensi,pengaruh
genetic dan lingkungan terhadap kemampuan dan tes kemampuan dalam perspektif.
Penggunaan tes kemampuan (ability test ) untuk menempatkan anak dalam kelas
tertentu,untuk menerima siswa diperguruan tinggi dan sekolah kejuruan,untuk memilih individu
yang akan ditempatkan pada jabatan tertentu,dan lain – lain.kebanyakan orang masih
memandang tes kemampuan sebagai saranayang paling baik untuk menetapkan apa yang dapat
dikerjakan seseorang dan untuk menentukan profesi mereka.sebagian menyatakan bahwa tes
semacam itu bersifat sempit dan terbatas,tes tersebut tidak mengukur karakteristik yang penting
dalam usaha menetapkan keberhasilan yang akan dicapai,motivasi,keterampilan social,mutu
kepemimpinan.
JENIS TES KEMAMPUAN
Tes pada dasarnya merupakan sampel perilaku yang diambil pada suatu saat tertentu.
Seringkali dibedakan antara tes prestasi (achievement test- yang dirancang untuk mengukur
keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang pada saat
ini) dan tes bakat (aptitude test- yang dirancang untuk memprediksi apa yang dapat dilakukan
seseorang bila dilatih). Tetapi perbedaan kedua jenis tes ini tidak terlalu jelas. Kedua jenis tes ini
sering mencakup tipe pertanyaan yang sama dan menunjukkan hasil yang berkorelasi tinggi.
Daripada menganggap tes prestasi dan tes bakat sebagai dua kategori tes yang berbeda, lebih
baik memandangnya sebagai bagian dari suatu kesatuan.
Bakat lawan prestasi
Tes-tes yang berada di ujung rangkaian kesatuan bakat-prestasi berbeda satu sama lain
terutama dari segi tujuan. Sebagai contoh, tes tentang pengetahuan prinsip mekanika bisa
diberikan diakhir kuliah ilmu mekanika untuk mengukur penguasaan materi kuliah- untuk
menetapkan ukuran prestasi. Tes dengan pertanyaan yang sama bisa dimasukkan dalam
rangkaian tes yang disusun untuk menyeleksi para pelamar pelatihan pilot, karena pengetahuan
tentang prinsip mekanika diakui sebagai prediktor keberhasilan penerbangan yang baik. Tes yang
terakhir ini dianggap sebagai ukuran bakat karena hasilnya digunakan untuk memprediksi
penampilan sebagai kader pilot. Jadi, apakah tes ini disebut tes bakat atau tes prestasi lebih
tergantung pada tujuannya dibandingkan pada isinya.
Diantara tes bakat (yang kurang menekankan pengalaman terdahulu yang relevan) dan tes
prestasi (yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tertentu) terdapat tes-tes yang mengukur
keduanya, baik bakat maupun prestasi. Salah satu contohnya adalah Scholastic Aptitude Test
(SAT) yang dibutuhkan untuk penerimaan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi. SAT terdiri
dari bagian verbal, yang mengukur perbendaharaan kata dan kemampuan untuk memahami apa
yang dibaca, serta bagian matematika, yang menguji kemampuan untuk memecahkan masalah
yang membutuhkan penalaran aritmatika, aljabar, dan geometri
Keumuman lawan kekhususan
Tes kemampuan juga dapat dibedakan berdasarkan rangkaian kesatuan umum-khusus.
Tes semacam ini berbeda dalam hal keluasan isinya. Musical Aptitude Profile berada pada
rangkaian khusus, seperti tes mengetik, ujian mengemudi, tes kemampuan matematis, atau tes
pemahaman bacaan. Tes-tes tersebut mengukur kemampuan yang cukup spesifik. Pada rangkaian
umum terdapat ujian kecakapan SMA dan tes bakat skolastik (seperti SAT) – yang mencoba
mengukur perkembangan pendidikan di sejumlah bidang- sebagaimana kebanyakan tes yang
disebut “tes intelegensi”. Tes intelegensi adalah tes bakat yang dirancang untuk memprediksi
kemampuan yang dimilki seseorang. Tes semacam ini biasanya tidak terdiri dari soal-soal yang
dapat dijawab dengan ingatan sederhana atau dengan penerapan ketermpilan praktis, tetapi
mengutamakan soal-soal yang membutuhkan gabungan kemampuan menganalisis, memahami
konsep abstrak dan menerapkan pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan masalah baru.
umum
Stanford-Binet
Tes IQ
SAT
bakat prestasi
Musical Aptitude
Profile Tes bahasa perancis
Khusus
Dua dimensi yang menggambarkan tes kemampuan.
SYARAT – SYARAT TES YANG BAIK
Tes memiliki peranan yang begitu penting dalam kehidupan.Tes mengukur apa yang
ingin kita ukur dan skors nya harus mencerminkan pengetahuan dan keterampilan peserta tes
secara cepat. Dilihat dari wujud fisiknya,suatu tes tidak lain dari pada sekumpulan pertanyaan
yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan,yang memberikan informasi mengenai
aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan - pertanyaan atau cara dan
hasil dalam melakukan tugas – tugas tersebut.Tes merupakan prosedur yang
sistematik,maksudnya aitem – aitem dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu,
Prosedur pemberian angka (scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasikan secara
terperinci.Setiap orang yang melakuka tes harus mendapat aitem – aitem yang sama dalam
kondisi yang sebanding.selain itu tes juga mengukur perilaku,artinya aitem – aitem dalam tes
menghendaki agar subjek menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari subjek
dengan cara menjawab pertanyaan – pertanyaan atau mengerjakan tugas – tugas yang
dikehendaki oleh tes. Banyak syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh rangkaian pertanyaan
atau tugas – tugas itu agar dapat disebut sebagai suatu tes.Sebuah tes dapat dikatakan bermanfaat
atau baik jika skor nya memilki syarat sebagai berikut :
a. Reliabilitas (Keterandalan)
Relibialitas diterjemahkan dari kata reliability. Reliabilitas memliki makna
keterandalan,keterpercayaan,konsistensi,kestabilan,dan sebagainya.pengukuran yang
memiliki realibitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang
reliable.namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya.hasil ukur yang dapat dipercaya adalah apabila dalam beberapa
kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama.pengertian relatif menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan – perbedaan
kecil diantara hasil pengukuran.jika terdapat perbedaan yang cukup besar maka hasil
pengukuran tidak dapat dipercaya atau tidak reliable.skor tes dikatakan reliable jika skor
yang dihasilkan konsisten.Tes bisa dikatakan tidak reliable jika butir soal tes yang
membingungkan atau bermakna ganda bisa menimbulkan arti yang berbeda bagi peserta tes
pada saat yang berbeda.jika sebuah tes memberikan hasil yang berbeda ketika dilaksanakan
pada saat ang berbeda atau dinilai oleh orang yang berbeda,maka tes itu tidak andal atau
reliable.tinggi rendahnya reabilitas ditujukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien
reliabilitas.semakin tinggi koefisien relasi antara hasil ukur dari dua tes yang sama berarti
konsistensi diantaranya semakin baik dan kedua alat ukur itu disebut alat ukur yang reliable.
Sebaliknya apabila korelasi hasil dari dua alat ukur yang sama ternyata tidak tinggi maka
disimpulkan reabilitasnya rendah.jadi reabilitas menyatakan apakah skor dari suatu tes itu
konsisten.
b. Validitas (kesahihan)
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti ketepatan dan kecermatan suatu
instrument tes dalam melakukan fungsi ukurnya.suatu tes dikatakan mempunyai validitas
tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang
tepat dan akurat sesuai dengan maksud tes tersebut.suatu tes yang menghasilkan data yang
tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki
validitas yang rendah.yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan
pengukuran.suatu tes yang validitasnya tinggi tidak hanya menjalankan fungsi ukurnya tetapi
dengan kecermatan tinggi yang mampu mendeteksi perbedaan – perbedaan kecil pada yang
diukur.suatu tes hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan pengukuran saja
yang spesifik.untuk mengukur kesahihan harus mendapat dua skor yaitu skor tes dan skor
suatu kriteria.korelasi antara skor tes dan skor suatu kriteria disebut koefisien
validitas.semakin tinggi koefisien validitas,semakin baik prediksi yang dapat dibuat dari hasil
tes tersebut.penilaian terhadap kesahihan sebuah tes harus memperhitungkan maksud
penggunaan tes itu dan kesimpulan di buat dari hasil skor yang didapat.
c. Keseragaman Prosedur Tes
Dalam banyak hal,keterandalan dan kesahihan sebuah tergantung pada keseragaman
prosedur yang harus diikuti dalam pelaksanaan dan penyekoran tes itu.Pada pengukuran
kemampuan ,seperti dalam upaya memperoleh ukuran ilmiah,kita berusaha mengontrol
kondisi untuk meminimalkan pengaruh variabel asing.jadi,Tes kemampuan yang dapat
diterima adalah yang berisi instruksi khusus yang jelas,batas waktu dan metode
penyekoran.tidak semua variabel asing dapat diantisipasi atau dikontrol.
TES KEMAMPUAN INTELEKTUAL
Orang pertama yang mengembangkan tes kemampuan intelektual atau intelegensi adalah
Sir Francis Galton. Galton tertarik pada perbedaan individu yang ia yakini bahwa secara biologis
keluarga tertentu lebih hebat, lebih kuat, lebih cerdas dibandingkan keluarga lainnya. Intelegensi
menurut Galton adalah masalah keterampilan perseptual-motorik yang luar biasa yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tes pertama yang menyerupai tes intelegensi disusun oleh pakar psikologi Prancis yang
bernama Alfred Binet. Pada tahun 1881 , pemerintah Perancis mensahkan undang-undang yang
mewajibkan semua anak untuk sekolah. Untuk itu pemerintah meminta Binet menyusun suatu tes
yang dapat mendeteksi anak secara intelektual yang terlalu lamban untuk mengikuti kurikulum
sekolah biasa. Binet berasumsi bahwa intelegensi harus diukur melalui tugas-tugas yang
membutuhkan penalaran serta kemampuan memecahkan masalah dan bukan keterampilan
perseptual-motorik. Dalam kerjasamanya dengan ahli psikologi lain Theodore Simon, Binet
menerbitkan suatu skala pada tahun 1905 yang direvisi pada tahun 1908 dan kemudian direvisi
lagi pada tahun 1911.
Metode Binet : Skala usia-mental
Binet menyatakan bahwa anak yang lamban atau bodoh sama seperti anak yang normal
tetapi terbelakang dalam perkembangan mentalnya. Dalam tes anak yang lamban akan mencapai
hasil seperti anak normal yang berusia lebih muda , sedangkan anak yang cerdan akan
menunjukkkan karakteristik anak yang lebih tua. Skor usia mental rata-rata (Mental Age= MA)
sesuai dengan usia kronologis (CA) yang ditentukan dari kelahiran. MA anak yang cerdas berada
di atas CA nya, MA anak yang lamban berada di bawah CA nya.
Pemilihan Butir Soal
Tes intelegensi dirancang untuk lebih mengukur kecerdasan daipada hasi latihan khusus. Ada
dua cara untuk menyeleksi butir soal, yaitu
1. Memilih butir soal yang baru
Dimana memberikan peluang keberhasilan yang sama bagi anak yang belum diajar dan
anak yang sudah diajar.
Ex :
Anak diminta untuk memilik gambar yang serupa , dengan asumsi bahwa bentuk
itu merupakan bentuk yang tidak lazim bagi semua anak
2. Memilih butir soal yang lazimDengan asumsi bahwa semua objek tes sudah memiliki pengalaman yang berkaitan
dengan butir soal itu.
Ex : Lingkarilah S jika kalimat salah, lingkarilan B jika kalimat itu benar,
B S Nyonya Smith tidak mempunyai anak, dan saya tahu bahwa hal yang
sama dialami oleh ibunya.
Soal ini “wajar’ untuk anak yang mengerti bahasa Indonesia ynag dapat membaca, dan
memahami segala istilah dalam kalimat itu. Keberhasilan untuk mengenali adanya
kesalahan dalam pernyataan tersebut akan menjadikan soal itu sahih untuk mengukur
kemampuan intelektual. Namun harus diingat bahwa tes intelegensi teah dishihkan
apabila sesuai dengan keberhasilannya dalam meprediksi penampilan di sekolah dalam
suatu budaya tertentu.
Tes Binet saat ini
Tes-tes yang awalnya dikembangkan telah mengalami beberapa kai revisi. Revisi yag
paling terkenal dan paling banyak digunakan dilakukan oleh Lewis Terman pada tahun 1916,
lalu direvisi lagi tahun 1937, 1960, dan 1972. Dalam tes Binet soal dikelompokan menutut taraf
usia di mana sebahagian besar anak pada usia itu dapat mengerjakanya dengan baik. Tes ini
sekarang terdiri dari 6 butir soal untuk setiap taraf usia, bila dikerjakan dengan baik, setiap butir
soal memperoleh skor dua bulan usia mental. Butir soal ini merupakan contoh representatif dari
apa yang dikerjakan oeh anak pada usia berbeda. Contoh butir soal sebagai berikut pada tabel.
Intellegence Quetient
Terman menggunakan indeks intelegensi yang dikemukakan pakar psikologi Jerman,
William Steen, biasanya dikenal IQ, yang menggambarkan intelegensi rasio antara usia menttal
(MA) dan usia cronologis (CA). Jika MA lebih kecil dari CA, maka IQ kurang dari 100, jika MA
lebih besar dari CA maka IQ lebih dari 100.
IQ = MA x 100
CA
Pada revisi Binet tahun 1960 dan revisi berikutnya, para penyususn menggemukakan
metode perhitungan IQ dari tabel, dimana memungkinkan dilakukannya interpreatsi yang agak
lebih tepat .
Tes yang berskala lebih dari satu
Para ahli yang memahami tentang penggunaan dan penyekoran tes akan mengetahui
lebiih banyak dari sekedar tes IQ. Mereka bisa melihat kelebihan dan kelemahan tertentu,
contohnya seorang anak menunjukkan kemapuan lebih baik pada tes kosa kata dibandingkan
pada tes yang membutuhkan penggambaran bentuk geometris. Pengamatan ini menimbulkan
dugaan bahwa apa yang diukur bukan satu kemampuan sederhana tetapi gabungan kemampuan.
Salah satu cara memperoleh informasi tentang jenis kemapuan tertentu, tidak sekedar
skor usia mental tunggal, adalah dengan memisahkan butir soal menjadi beberapa kelompok
dan menilai butir soal itu secara terpisah. Wechsler Adult Intellegence dan Wechsler Intellegence
Scale for Children melakukan hal tersebut, butir soalnya dibagi atas dua bagian yaitu skala
verbal dan skala performace yang menutuhakan manipulasi atau penyusunan balok, gambar atau
materi lain baik stimulus dan respon bersifat non verbal. Penskalaan butir soal yang terpisah
dalam satu tes memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kelebihan dan kelemahan
intelektual seseorang.
Interpretasi IQ
Tabel ini menyajikan istilah deksriptif yang berkaitan dengan skor IQ pada tes
Stanford-Binet
Skala Stanfor Binet mempunyai koefesien keterandalan sekitar 0,90 pada pengetesan
ulang, Wais mempunyai keterandalan tes ulang 0,91. Kedua tes tersebut merupakan prediktor
prestasi sekolah yang cukup sahih.
Tes WAIS
Tes Klasikal
Tes ini dilakukan padas ejumlah orang oleh seorang penguji dan biasanya dalam
bentuk tertulis. Ttes kemampuan klasikal berguna jika sejumlah orang harus dievaluasi.
Misalnya pada dinas ketentaraan yang menggunakan sejumlah tes klasikal yang mengukur
intelektual umum dan keterampilan khusus untuk memilih pria dan wanita yang akan
ditempatkan pada bidang pekerjaan tertentu, termasuuk tekhnisi komputer ,pemrogram
komputer, dll. Contoh tes klasikan lain adalah SAT dan Proffesional and Administrative Career
Examination (PACE).
KESAHIHAN PREDIKTIF TES
Tes kemampuan umum, seperti Stanford-Binetdan Wechsler intelligence Scales, dapat
memprediksi prestasi di sekolah dan memberikan ukuran yang disebut kecerdasan. Ketika guru
Sekolah dasar diminta untuk menentukan peringkat murid sesuai dengan kecerdasan, korelasi
antara peringkat yang ditentukan oleh guru ini dengan skor dan nilai intelegensi berkisar 0,60
sampai 0,80. Korelasi ini mungkin akan lebih tinggi jika tidak terjadi penyimpangan terhadap
penilaian. Dalam hal ini maka skor tes kemampuan memilki perkiraan kemampuan yang lebih
akurat dibandingkan dengan penilaian guru.
Skor tes dan prestasi akademis
Skor tes intelegensi berkorelasicukup tinggidengan ukuran prestasi akademis (nilai tes
prestasi, kelanjutan sekolah, dll), setidak-tidaknya selama di sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
Anak-anak yang mencapai skor tinggi pada tes - tes kemampuan umum mempunyai nilai yang
lebih baik. Tetapi ketika mereka menginjak jejang pendidikan yang lebih tinggi, korelasi antara
skor tes intelegensi dan ukuran prestasi akademis akan menjadi semakin rendah (lihat tabel di
bawah).
TINGKAT PENDIDIKANKORELASI
YANG KHAS
SekolahDasar 0,50-0,70
Sekolahlanjutan 0,50-0,60
PerguruanTinggi 0,40-0,50
PascaSarjana 0,30-0,40
Penurunan nilai koefisien kesahihan yang terjadi ketika jenjang pendidikan semakin
meningkat disebabkanolehbeberapafaktor.Salah satufaktor adalahseleksi.
Pada tes bakat skolastik, seperti SAT, yang digunakan untuk memprediksi prestasi di PT,
dilakukan sejumlah penelitian untuk menghitung korelasi skor SAT dengan rata-rata nilai yang
dicapai mahasiswa tingkat I. korelasi itu bervariasi dari penelitian satu ke penelitian lain dengan
korelasi median 0,38 untuk verbal dan 0,34 untuk bagian matematika.
Korelasi ini dalam beberapa hal meremehkan tingkat hubungan antara skor tes dan nilai
di PT karena data criteria hanya dikumpulkan dari mereka yang diterima. Jika semua yang
mengikuti SAT diterima di PT dan skor mereka dikorelasikan dengan nilai tingkat I mereka,
korelasi itu akan menjadi lebih tinggi. Karena nilai koefisien korelasi dipengaruhi oleh
variabilitas dalam ukuran yang dikorelasikan, pada umumnya, semakin ketat penyeleksian suatu
kelompok semakin sempit rentang skor yang terjadi dan semakin rendah korelasi yang diperoleh.
Jadi semakin relative atau homogenya suatu kelompok semakin rendah korelasi yang diperoleh.
Perbedaan kelompok pada prestasi tes ( test performance)
Perbedaan prestasi rata-rata pada tes kemampuan sering kali timbul bila sub kelompok
tertentu dari populasi diteliti. Contohnya, anak-anak dari keluarga kelas menengah atau kelas
atas memiliki rata-rata skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang kurang
mampu. Perbedaan mean muncul dalam penampilan pada tes kemampuan umum sebagaimana
pada tes prestasi, tidak peduli apakah kelompok anak-anak itu ditentukan berdasarkan pekerjaan,
pendidikan atau pendapatan orang tua( speath,1976)
Anggota beberapa kelompok minoritas di AS yaitu orang kulit hitam, orang Hispanik,
orang Indian Amerika, cenderung memperoleh skor yang rendah pada tes kemampuan
dibandingkan dengan mayoritas orang kulit putih(Book Moore, 1982)
Pria dan wanita juga memiliki perbedaan skor pada beberapa tes, yang tergantung bagaimana tes
itu dikembangkan. Sebagian besar tes intelegensi disusun dengan meminimalkan perbedaan jenis
kelamin. Salah satu tes kemampuan umum yang dirancang untuk tidak menghapuskan perbedaan
jenis kelamin( differential Aptitude Test) menunjukkan bahwa siswi sekolah lanjutan mencapai
nilai yang lebih baik dibandingkan dengan siswa sekolah lanjutan pada tes – tes ketelitian dan
penggunaan bahasa, sedangkan siswa sekolah lanjutan memperoleh nilai yang leih baik dari
siswi sekolah lanju tanpa dan penalaran mekanis dan hubungan spasial. Pada SAT, pria dan
wanita memperoleh skor yang hampir sama pada bagian verbal, tetapi pria mencapai skor lebih
tinggi pada bagian matematika.
Ada dua hal yang perlu ditekankan dalam perbedaan penampilan kelompok.Pertama, hanya
terdapat perbedaan rata-rata; perbedaan ukuran antara sub kelompok biasanya relative kecil
dibandingkan variabilitas dalam kelompok. Kedua, perbedaan rata - rata skor tes kelompok tidak
dapat dipandang sebagai bukti adanya perbedaan kemampuan secara bawaan. Perbedaan itu
mungkin mencerminkan sejumlah faktor, yang berkaitan dengan lingkungan rumah dan
kesempatan belajar.
Menggunakan tes untuk memprediksi prestasi
Meskipun tes kemampuan bermanfaat untuk memprediksi prestasi akademis, tes - tes ini
hanya merupakan salah satu ukuran dan harus selalu digunakan dengan kombinasi informasi
lain. Misalnya, nilai SMA yang menunjukkan korelasi dengan nilai rata-rata tingkat I yang
hampir sama dengan korelasi yang ditunjukkan oleh skor SAT. Kenyataan tersebut menimbulkan
pertanyaan tentang kegunaan tes masuk. Namun dapat dinyatakan bahwa nilai masuk PT
merupakan penyesuaian keanekaragaman kualitas pendidikan berbagai SMA.
Tes kemampuan bisa memberikan petunjuk yang cukup baik tentang apakah seseorang bisa
membaca dan memahami materi tertentu atau memecahkan masalah kuantitatif. Tetapi tes ini
tidak dapat mengukur masalah sosial, kemauan kerja atau keterampilan pribadi seseorang.
SIFAT DASAR INTELIGENSI
Binet dan simon mengatakan, di dalam inteligensi terdapat suatu kecakapan dasar. David
Wechsler berpendapat bahwa, “intelligensi merupakan himpunan kapasitas untuk bertindak
secara terarah, berpikir secara rasional, dan berhubungan dengan lingkubgan yang efektif”
“Wechsler,1958).
Pendekatan Faktorial
Salah satu metode untuk memperoleh informasi yang lebih tepat tentang jenis
kemampuan yang menentukan penampilan pada tes inteligensi adalah analisis faktor. Analisi
faktor merupakan teknik metematis yang digunakan untuk menetapkan jumlah minimum
dimensi, atau faktor, yang menimbulkan hubungan yang tampak di antara respon subjek pada
sejumlah tes yang berbeda. Penemu analisi faktor, Charles Spearman, mengemukakan bahwa
individu memilikifaktor inteligensi umum yang disebut faktor g, dalam jumlah yang berbeda-
beda. Menurut Spearman, faktor g merupakan faktor penentu utama hasil pengerjaan butir soal
soa; tes intteligensi. Di samping itu, faktor khusus, yang masing-masing disebut s, berdifat
spesifik untuk kemampuan atau tes tertentu.
Penelitiam beriikutnya, Louis Thurstone (1938),menolak penekanan Spearman pada
inteligensi umum. Inteligensi dapat dipecah menjadi sejumlah kemampuan primer. Untuk
menentukan kemampuan-kemampuan ini, dia menerapkan analisis faktor terhadap hasil sejumlah
tes yang terdiri dari berbagai macam butir soal. Stelah mengkoreksi semua skor tes, Thurstone
menerapkan analisis faktor untuk mendapatkan beberapa faktor dasar. Butir soal yang paling
dapat menggambarkan faktor yang ditemukan digunakan untuk membentuk tes-tes baru; tes-tes
ini kemudian diberikan pada kelompok subjek yang lain dan korelasinya dianalisi kembali.
Setelah mengadakan sejumlah penelitian semacam ini, Thurstone mengidentifikasikan 7 faktor
sebagai kemampuan primer yang dapat digali memalui tes inteligensi: pemahaman verbal (verbal
comprehension), kefasihan kata ( word fluency), angka (number), ruang (space), ingatan
(memory, kecepatan perceptual ( perceptual speed), dan penalaran (reasoning).
Tabel Kemampuan Mental Primer Thurstone
Kemampuan Uraian
Pemahaman verbal (verbal comprehension) Kemampuan untuk memahami makna kata;
tes kosa kata menggali faktor ini.
Kefasihan kata (word fluency) Kemampuan untuk memikirkan kata secara
cepat, seperti mengerjakan anagram
(penukaran huruf dalam kata, sehingga kata
itu mempunyai pengertian lain ) atau
memikirkan kata-kata yang bersajak.
Angka (number) Kemampuan untuk bekerja dengan angka
dan melakukan perhitungan
Ruang (Place) Kemampuan untuk memvisualisasi
hubungan bentuk ruang, seperti mengenali
gambar yang sama yang disajikan dengan
sudut pandang berbeda.
Ingatan (memory) Kemampuan untuk menginat stimulus verbal
seperti misalnya pasangan kata atau kalimat.
Kecepatan perceptual (perceptual speed) Kemampuan untuk menangkap rincian visual
secara cepat serta melihat persamaan dan
perbedaan di antara objek yang tergambar.
Penalaran (Reasoning) Kemampuan untuk menemukan aturan
umum berdasarkan contoh yang disajikan,
seperti menentukan bentuk keseluruhan
rangkaian setelah disajikan sebagian dari
rangkaian tersebut.
Pendekatan Komponensial
Pendekatan komponensial digambarkan melalui hasil kerja Sternberg (1981,1982) yang
berasumsi bahwa peserta tes memiliki serangkaian proses psikologis yang disebut komponen,
yang bekerja secara teratur untuk menghasilkan respons yang tampak pada tes inteligensi.
Komponen-komponen Inteligensi
Komponen Proses
Meta Komponen (Metacomponents) Proses kendali yang lebih tinggi tingkatnya
yang digunakan dalam perencanan
pelaksanaan dan pengambilan keputusan
dalam pemecahan masalah.
Komponen Penampilan (performance Proses yang menjalankan rencana dan
components) melaksanakan keputusan yang dipilih oleh
mata komponen.
Komponen pencapaian (acquisition
components)
Proses yang terlibat dalam usahan
mempelajari informasi baru.
Komponen ingatan (retention components) Proses yang terlibat dalam pengingatan
informasi yang sebelumnya telah disimpan
dalam ingatan.
Komponen alih-terap (transfer somponets) Proses yang terlibat dalam pemindahan
informasi yang diingat dari satu situasi ke
situasi yang lain.
Karakteristik umum inteligensi
Komponen mengenai inteligensi yang diidentifikasi oleh Sternberg:
1. Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman
2. Kemampuan berpikir atau menalar secara abstrak
3. Kemampuan beradaptasi terhadap hal-hal yang timbuldari perubahan dan ketidakpastian
lingkungan
4. Kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang
perlu diselesaikan.
Inteligensi dan kreativitas
Kemampuan yang digali memalui test inteligensi dan tes kreativitas saling tumpang
tindih. Untuk populasi sebagai suatu keseluruhan, skor pada tes inteligensi cenderung berkorelasi
positif dengan skor pada tes kreativitas; orang yang mempunyai IQ di atsa rata-rata cenderung
mencapai skor di atas rata-rata pada tes krativitas. Tetapi di atas taraf inteligensitertentu (IQ
sekitar 120), korelasi yang rendah antara skor inteligensi dan skor kreativitas. Beberapa indivisu
yang mempunyai IQ sangat tinggi memperoleh skor yang rendah pada tes kreativitas. Jadi,
tampaknya kreativitas tidak tergantung pada inteligensi.
PENGARUH GENETIK DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEMAMPUAN
Hubungan genetik dan intelegensi
Pada umumnya, semakin dekat hubungan genetik, semakin serupa intelegensi yang di tes.
Korelasi rata-rata antara IQ orang tua dan anak kandungnya adalah 0,50; antara orang tua dan
anak angkatnya adalah sekitar 0,25. Kembar identik, karena mereka berkembang dari satu sel
telur, mempunyai hereditas yang persis sama; korelasi IQ mereka sangat tinggi-lebih kurang
0,90. IQ kembar fraternal (yang berkembang dari sel telur yang berbeda dan secara genetik tidak
lebih mirip dibandingkan saudara biasa) mempunyai koefisien korelasi sekitar 0,55.
HUBUNGAN KORELASI
Kembar satu zigot
Diasuh bersama 0,86
Diasuh terpisah 0,72
Kembar dua zigot
Diasuh bersama 0,60
Saudara Kandung
Diasuh bersama 0,47
Diasuh terpisah 0,24
Orang tua/anak 0,40
Orang tua angkat/anak 0,31
saudara sepupu 0,15
Tetapi meskipun faktor penentu genetik intelegensi cukup kuat, hasil yang diperlihatkan
dalam Tabel 12-10 menunjukkan bahwa lingkungan juga penting. Perhatikan bahwa bila saudara
kandung diasuh dalam lingkungan rumah yang sama, kesamaan IQ akan meningkat. Penelitian
lain menunjukkan bahwa kemampuan intelektual anak yang diadopsi lebih tinggi dibandingkan
hasil prediksi berdasarkan kemampuan orang tua kandungnya (lihat Scarr dan Weinberg, 1976)
Kita dapat memperkirakan berapa bagian variabilitas skor tes yang disebabkan oleh
lingkungan dan berapa bagian yang disebabkan oleh hereditas dari data yang mirip dengan data
yang disajikan dalam tabel 12-10. Beberapa metoda digunakan untuk membuat perkiraan ini;
yang paling umum adalah membandingkan variabilitas kembar identik dan kembar fraternal pada
suatu trait tertentu. Untuk melakukan hal ini, dua nilai diperkirakan: (1) variabilitas total yang
disebabkan oleh lingkungan maupun hereditas Vt, yang didasarkan pada perbedaan diantara
pasangan kembar fraternal, dan (20 variabilitas lingkungan saja Ve, yang didasarkan pada
perbedaan diantara pasangan kembar identik. Perbedaan antara kedua nilai tersebutbmerupakan
variabilitas yang disebabkan oleh faktor genetik Vg. Rasio heritabilitas, atau disebut saja
heritabilitas H, adalah rasio antara variabilitas genetik dan variabilitas total:
H= Vg /Vt
Dengan kata lain, heritabilitas merupakan proporsi dari berbagai macam trait dalam suatu
populasi tertentu yang dapat dikaitkan dengan perbedaan genetik.
Heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Bila kembar identik mempunyai jauh lebih banyak
kemiripan dibandingkan kembar fraternal pada suatu trait tertentu, H mendekati 1. Bila
kemiripan di antara kembar identik kurang lebih sama dengan kemiripan di antara kembar
fraternal, H mendekati O. Misalnya, tinggi badan mempunyai H= -0,90, yang berarti bahwa 90
persen dari keragaman tinggi badan yang tampak pada suatu populasi disebabkan oleh perbedaan
lingkungan. (ini tidak berarti bahwa orang tingginya 5 kali 10 inci tumbuh menjadi oarng yang
tingginya 63 inci karena faktor genetik dan tumbuh 7 inci lagi karena faktor lingkungan. Dalam
pembahasan inteligensi seseorang yang disebabkan oleh hereditas; penggunaan istilah tersebut
dalam hal ini tidak tepat.
Pengaruh Lingkungan
Apa yang terjadi pada individu selama masa perkembanagan akan menentukan di mana letak IQ
seseorang dalam rentang tersebut. Dengan kata lain, gen tidak menentukan perilaku tatapi
menetapkan rentang kemungkinan respon terhadap lingkungan. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa lingkungan yang merugikan menimbulkan efek yang paling besar pada anak-anak yang
mempunyai kemampuan di atas rata-rata (lihat Weisman, 1966; Scarr-Salapatek, 1971.
Kondisi lingkungan yang menentukan perkembangan potensi intelektual
seseorangmancakup nutrisi, kesehatan, kualitas simulasi, iklim emosional rumah, dan tipe umpan
balik yang diperoleh melalui perilaku. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perbedaan IQ
antara anak yang mempunyai status sosial-ekonomi rendah dan anak yang mempunyai status
sosial ekonomi tinggi menjadi semakin besar pada selang waktu antara saat kelahiran dan saat
masuk sekolah (Bayley, 1970), yang menunjkkan bahwa kondisi lingkungan menonjolkan
perbedaan yang timbul pada saat lahir.
Program Head Start Karena anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu
cenderung tertinggal dalam perkembangan kognitif, bahkan sebelum mereka masuk sekolah,
berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan stimulasi intelektual yang lebih banyak pada
anak-anak selama masa awal kehidupan mereka.
Pada umumnya, hasil program pendidikan awal ini memberikan harapan. Anak-anak
yang ikut serta dalam program semacam itu mencapai scor 10 angka lebih tinggi pada tes
Stanford-Binet atau WISC ketika memasuki sekolah serta cenderung lebih percaya diri dan
cakap secara sosial dibandingkan anak-anak yang tidak memperoleh perhatian khusus. Penelitian
berikutnya menunjukkan bahwa program pendidikan awal tersebut memberikan manfaat sosial
yang berkepanjangan. Misalnya, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengikuti kemajuan
pendidikan sekolah lanjutan anak-anak yang kurang beruntung (terutama yang berkulit hitam)
yang ikut serta dalam program prasekolah ketika mereka berusia 3 tahun. Menjelang usia 15
tahun, siswa-siswa ini memperlihatkan kemajuan yang lebih besar dibandingkan siswa-siswa
dari kelompok kontrol yang telah lulus lebih dulu tetapi sebelumnya tidak mendapatkan
pengalaman prasekolah.
Program “Head Start” telah menunjukkan bahwa stimulasi intelektual awal dapat
menimbulkan dampak yang signifikan pada prestasi sekolah dikemudian hari. Program yang
secara aktif melibatkan orang tua –membangkitkan minat mereka terhadap perkembangan anak
mereka dan menunjukkan pada mereka cara memelihara lingkungan rumah yang lebih
menggairahkan-cenderung memberikan hasil yang paling baik.
Efek perubahan lingkungan terhadap prestasi intelektual yang lebih dramatis
dibandingkan program “Head Start” diperlihatkan oleh penelitian pada anak yang tinggal di
daerah pemukiman Israel. Selama beberapa tahun, Israel dihadapkan pada masalah perbedaan
intelegensi dan latar belakang pendidikan diantara orang-orang yahudi dari berbagai asal budaya.
Kemampuan intelektual rata-rata orang Yahudi Eropa pada umumnya lebih tinggi dibandingkan
kemampuan intelektual rata-rata orang Yahudi di negara-negara Arab. Perbedaan IQ rata-rata
antara kedua kelompok itu setidak-tidaknya sama dengan perbedaan rata-rata orang kulit hitam
dan kuli putih di AS.
TES KEMAMPUAN DALAM PERSPEKTIF
Tes kemampuan merupakan salah satu alat psikologi yang paling banyak digunakan dan agar
dapat dimanfaatkan dengan baik harus dipandang secara realistik. Salah satu yang perlu dibahas adalah
penggunaan tes kemampuan untuk penempatan di sekolah. Anak-anak yang mendapatkan skor rendah
bisa ditempatkan di “jalur” yang lebih lamban atau ditempatkan dikelas khusus untuk “siswa yang
lamban”;anak-anak yang memperoleh skor tinggi dapat ditempatkan dalam program kilat atau program
“pengayaan.” Bila sekolah tidak mengadakan penilaian kembali secara periodik dan kelas “siswa yang
lamban” tidak menekankan keterampilan akademis, penempatan pertama seorang anak akan menentukan
masa depan akademis anak tersebut.
Penggunaan tes untuk mengklasifikasikan siswa merupakan masalah sosial yang kontroversial,
karena sebagian anak minoritas yang kurang mampu ditempatkan di kelas khusus untuk siswa yang
lambat berdasarkan skor mereka pada tes intelegensi kelompok dan tes prestasi. Gugatan resmi yang
diajukan oleh beberapa orang tua siswa mendorong sejumlah negara bagian di AS melarang penggunaan
tes intelegensi kelompok untuk klasifikasi.
Tes kemampuan juga dapat digunakan secara diagnostik untuk meningkatkan kesempatan
pendidikan anak-anak minoritas yang kurang mampu. Anak yang mencapai skor rendah pada tes
intelegensi kelompok ( dan tes-tes semacam ini seharusnya hanya digunakan sebagai alat saringan
pertama) harus mendapatkan evaluasi yang lebih intensif. Pengetesan indovidual dapat membantu
mengungkapkan:
1. Apakah skor tes kelompok menunjukan penilaian yang akurat tentang kemampuan anak itu
saat ini
2. Kelebihan dan kelemahan intelektual tertentu dari anak tersebut,dan
3. Program pengajaran yang paling baik untukmenigkatkan keterampilan.
Perbandingan antara skor tes intelegensi dan skor tes pretasi sering memberikan informasi yang
berharga. Misalnya , anak yang mempunyai skor tes prestasi rendah dalam bidang matematika
atau membaca mungkin mencapai skor yang cukup tinggi pada tes integensi.
Pertanyaan
1. Apa perbedaan antara tes bakat dan tes prestasi?
Jawaban:
Tes tentang pengetahuan prinsip mekanika bisa diberikan diakhir kuliah ilmu mekanika
untuk mengukur penguasaan materi kuliah- untuk menetapkan ukuran prestasi. Tes
dengan pertanyaan yang sama bisa dimasukkan dalam rangkaian tes yang disusun untuk
menyeleksi para pelamar pelatihan pilot, karena pengetahuan tentang prinsip mekanika
diakui sebagai prediktor keberhasilan penerbangan yang baik. Tes yang terakhir ini
dianggap sebagai ukuran bakat karena hasilnya digunakan untuk memprediksi
penampilan sebagai kader pilot.
2. Kapan sebuah tes dapat dikatakan valid dan realibel?
Jawaban
Sebuah tes dapat dikatakan reliable jika hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya.hasil pengukuran yang dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pengukuran terhadap kelopmpok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative
sama.pengertian relative menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan –
perbedaan diantara hasil pengukuran,dan jika perbedaan itu terlalu besar dari
waktu ke waktu,maka hasil pengukuran itu tidak dapat dipercaya atau tidak
reliable.
Sebuah tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabilates terseebut
menjalankan fungsi ukurnya,atau memberikan hasil ukur yang tepat dan
akurat.suatu tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
diadakannya pengukuran dikatakann sebagai tes yang memiliki validitas
rendah.sisi yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan
pengukuran.
3. sebutkan dan jelaskan subtes yang diukur pada skala verbal pada tes WAIS
Jawaban
a. Information : berisi pertanyaan mengenai informasi umum
(pengetahuan umum)
b. Comprehension : mengukur informasi praktis kemampuan untuk
mengevaluasi pengalaman seseorang
c. Aritmatic : berisi soal verbal yang mengukur penalaran aritmatika
d. Similarities : Menanyakan kesamaan objek atau konsep, mengukur
pemikiran abstrak
e. Digit span : serangkaian angka yang disajikan secara auditoris,
diulang dari depan atau dari belakang, dan mengukur
perhatian ingatan di luar kepala
f. Vocabulary : Mengukur pengetahuan kata.
4. Apakah hal-hal yang penting dalam pembahasan perbedaan penampilan kelompok?
Jawaban:
Pertama adalah hanya terdapat perbedaan rata-rata; ukuran perbedaan antarsubkelompok biasanya relatif kecil dibandingkan variabilitas dalam kelompok.Kedua, perbedaan rata-rata tes kelompok tidak dapat dipandang sebagai bukti adanya kemampuan secara bawaan.
5. .Mengapa tes kemampuan harus dikombinasikan dengan informasi lain untuk memprediksi prestasi akademis?
Jawaban:
Karena tes kemampuan hanya memberikan petunjuk tentang apakah seseorang dapat
membaca dan memecahkan masalah kuantitatif sehingga diperlukan informasi lain dan
harus dievaluasi secara bersama.
6. berbagai upaya telah di lakukan untuk mengembangkan tes lintas budaya ,tetapi
mengapa hasilnya belum bisa banyak di harapkan ?
jawaban :
karena ,pertama ,tes lintas budaya tidak memprediksi penampilan skolastik
( penampilan kerja dan beberapa hal) sebaik tes kemampuan yang lebih
konvensional,karena apa yang di anggap baik di sekolah ,di teempat kerja atau di
tempat lainnya juga tergantung pada factor budaya.kedua ,seringkali perbedaan
kelompok pada tes lintas budaya tidak kurang besar di bandingkan perbedaan
pada tes yang hendak di gantikannya.
7. . Sebutkan karakteristik umum inteligensi yang diidentifikasi oleh Sternberg!
Jawaban ::
Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman, Kemampuan
berpikir atau menalar secara abstrak,Kemampuan beradaptasi terhadap hal-hal yang
timbuldari perubahan dan ketidakpastian lingkungan dan Kemampuan untuk memotivasi
diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang perlu diselesaikan.
8. Thurstone mengidentifikasikan 7 faktor sebagai kemampuan primer yang dapat
digali memalui tes inteligensi, Jelaskan! pemahaman verbal (verbal
comprehension), kefasihan kata ( word fluency), angka (number), ruang (space),
ingatan (memory, kecepatan perceptual ( perceptual speed), dan penalaran
(reasoning).
Jawaban :
Kemampuan Uraian
Pemahaman verbal (verbal comprehension) Kemampuan untuk memahami makna kata; tes
kosa kata menggali faktor ini.
Kefasihan kata (word fluency) Kemampuan untuk memikirkan kata secara
cepat, seperti mengerjakan anagram
(penukaran huruf dalam kata, sehingga kata itu
mempunyai pengertian lain ) atau memikirkan
kata-kata yang bersajak.
Angka (number) Kemampuan untuk bekerja dengan angka dan
melakukan perhitungan
Ruang (Place) Kemampuan untuk memvisualisasi hubungan
bentuk ruang, seperti mengenali gambar yang
sama yang disajikan dengan sudut pandang
berbeda.
Ingatan (memory) Kemampuan untuk menginat stimulus verbal
seperti misalnya pasangan kata atau kalimat.
Kecepatan perceptual (perceptual speed) Kemampuan untuk menangkap rincian visual
secara cepat serta melihat persamaan dan
perbedaan di antara objek yang tergambar.
Penalaran (Reasoning) Kemampuan untuk menemukan aturan umum
berdasarkan contoh yang disajikan, seperti
menentukan bentuk keseluruhan rangkaian
setelah disajikan sebagian dari rangkaian
tersebut.
9. Jelaskan hal apasajakah yang mempengaruhi inteligensi seseorang?
Jawaban:
1. Pengaruh Genetik
Karena sebagian besar adanya bukti tentang pewarisan intelegensi yang berasal dari
penelitian yang mengkorelasikan IQ dengan berbagai tingkat hubungan genetik. Yang mana pada
umumnya, semakin dekat hubungan genetik semakin serupa intelegensi yang di tes. Yang
terbukti dengan korelasi rata-rata antara IQ orang tua dan anak kandungnya adalah 0,50; antara
orang tua dan anak angkatnya adalah sekitar 0,25.
Kembar identik, karena mereka berkembang dari satu sel telur, mempunyai hereditas
yang persis sama; korelasi IQ mereka sangat tinggi-lebih kurang 0,90. IQ kembar fraternal (yang
berkembang dari sel telur yang berbeda dan secara genetik tidak lebih mirip dibandingkan
saudara biasa) mempunyai koefisien korelasi sekitar 0,55.
2. Pengaruh Lingkungan
Meskipun faktor genetik cukup kuat, hasil penelitian juga menunjukan bahwa lingkungan
juga penting. Perhatikan bahwa bila saudara kandung diasuh dalam lingkungan rumah yang
sama, kesamaan IQ akan meningkat. Penelitian lain menunjukkan bahwa kemampuan intelektual
anak yang diadopsi lebih tinggi dibandingkan hasil prediksi berdasarkan kemampuan orang tua
kandungnya (lihat Scarr dan Weinberg, 1976).
Apa yang terjadi pada individu selama masa perkembanagan akan menentukan di mana
letak IQ seseorang dalam rentang tersebut. Dengan kata lain, gen tidak menentukan perilaku
tatapi menetapkan rentang kemungkinan respon terhadap lingkungan. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa lingkungan yang merugikan menimbulkan efek yang paling besar pada anak-
anak yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata (lihat Weisman, 1966; Scarr-Salapatek,
1971.
10.Apakah fungsi tes kemampuan dalam penempatan kelas murid di sekolah ?
Jawaban :
1) Membantu guru memecah suatu kelas yang terdiri dari sejumlah siswa yang memiliki berbagai macam kecakapan menjadi kelompok belajar yang homogen .
2) Dapat di gunakan secara diagnostik untuk meningkatkan kesempatan pendidikan anak – anak minoritas yang kurang mampu. Anak yang mencapai skor rendah pada tes intelegensi kelompok harus mendapatkan evaluasi yang lebih intensif.
KESIMPULAN
Jadi yang dapat disimpulkan dari pembahasan materi di atas adalah sebagai berikut :
Tes kemampuan berkisar dari tes bakat (aptitude test yang dirancang untuk memprediksi apa
yang dapat dilakukan seseorang jika dilatih), dan tes prestasi (achievement test yang mengukur
keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan seseorang pada saat
ini).
Agar bermanfaat, tes harus memenuhi ketentuan atau syarat tertentu.syaratnya adalah reliable dan
memiliki validitas yang tinggi.reliabilitas menyatakan apakah skor suatu tes konsisten.sedangkan
validitas menyatakan sejauh mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.keseragaman
prosedur tes diperlukan agar suatu tes sahih dan andal
Tes intelegensi pertama dikembangkan oleh psikolog perancis Alfred binet,yang mengemukakan
konsep usia mental yang menjelaskan bahwa mental anak cerdas berada di atas usia
kronologisnya dan mental anak lamban berada di bawah usia kronologisnya.revisi skala binet
menggunakan IQ sebagai indeks perkembangan mental.IQ menggambarkan intelegensi sebagai
rasio antara usia mental (MA) dengan usia kronologi (CA).
Skor tes kemampuan berkorelasi cukup tinggi dengan dengan kecerdasan dan prestasi akademis.
Tetapi skor itu tidak mengukur motivasi,kepemimpinan,dan karakteristik lain yang penting untuk
mencapai keberhasilan.
Intelegensi merupakan kapasitas umum untuk menalar.thurstone menggunakan analisis faktor
untuk mendapatkan tujuh kemampuan mental primer yang di anggapnya sebagai elemen dasar
intelegensi.
Penelitian yang mengkorelasikan IQ orang dari berbagai tingkat hubungan genetic menunjukkan
bahwa hereditas memainkan peranan dalam intelegensi.namun, perkiraan heritabilitas bisa
berbeda – beda; faktor lingkungan seperti nutrisi,stimulasi intelektual, dan iklim emosional rumah
akan mempengaruhi IQ seseorang dalam rentang reaksi yang ditentukan oleh hereditas.
Meskipun memiliki keterbatasan , tes keemampuan masih merupakan metode yang paling
objektif untuk menilai kemampuan individu, dan skor dari tes harus selalu dipertimbangkan
bersama informasi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C. , Hilgard, Ernest R.1987.Pengantar Psikologi Jilid II, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
http://sendawakurasapisang.blogspot.com/2012/05/kemampuan-mental-pengukurannya.html
http://psikologi-kencana.blogspot.com/2012/06/sejarah-pengukuran-intelegensi.html