kelompok utilitas 5 cooling water

28
MAKALAH TUGAS UTILITAS KELAS A AIR PENDINGIN DAN SISTEM PENDINGINAN AIR Anggota Kelompok 5 : Anissa Rizky Cesaria 21030113140174 Anggita Widiasari 21030113120045 Faishal Miftahul H. 21030113130184 Febrina Faradhiba 21030113140190 Hikmah Olivia 21030113120091 Indriana Rizky R. 21030113140168 Jurinda Fadillah 21030112120027 Lathifah Kurnia N. 21030113120089 Putri Rousan N. 21030113130182 Raja Haris Pratama 21030113120035 Rakhmat Adiwijaya 21030113130181 R. Nugroho Hutomo S. 21030113130134 Ridwan Risky A. 21030113120088 Rossa Dwi P. 21030113130153 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2015

Upload: arfienojefryk

Post on 14-Sep-2015

274 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

teknik kimia

TRANSCRIPT

  • MAKALAH TUGAS UTILITAS KELAS A

    AIR PENDINGIN DAN SISTEM PENDINGINAN AIR

    Anggota Kelompok 5 :

    Anissa Rizky Cesaria 21030113140174

    Anggita Widiasari 21030113120045

    Faishal Miftahul H. 21030113130184

    Febrina Faradhiba 21030113140190

    Hikmah Olivia 21030113120091

    Indriana Rizky R. 21030113140168

    Jurinda Fadillah 21030112120027

    Lathifah Kurnia N. 21030113120089

    Putri Rousan N. 21030113130182

    Raja Haris Pratama 21030113120035

    Rakhmat Adiwijaya 21030113130181

    R. Nugroho Hutomo S. 21030113130134

    Ridwan Risky A. 21030113120088

    Rossa Dwi P. 21030113130153

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2015

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Air merupakan kebutuhan penting dalam proses produksi dan kegiatan

    lain dalam suatu industri. Penggunaan air industri dapat memanfaatkan air

    permukaan, air sebagai sumber air. Penggunaan air permukaan dan air tanah

    mengharuskan untuk mengolah air. Air merupakan kebutuhan penting dalam

    proses produksi dan kegiatan lain dalam suatu industri. Untuk itu diperlukan

    penyediaan air bersih yang secara kualitas memenuhi standar yang berlaku

    dan secara kuantitas dan kontinuitas harus memenuhi kebutuhan industri

    sehingga proses produksi tersebut dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya

    standar baku mutu untuk air bersih industri, setiap industri memiliki

    pengolahan air sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan industri (Hardayanti,

    2006).

    Air pendingin merupakan salah satu jenis air yang diperlukan dalam

    proses industri. Kualitas air pendingin akan mempengaruhi integritas komponen

    atau struktur reaktor, karena pada dasarnya air sebagai pendingin akan

    berhubungan langsung dengan komponen atau struktur reaktor. Air yang

    digunakan sebagai pendingin harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan

    komponen atau struktur yang dirumuskan dalam spesifikasi kualitas air pendingin

    (Lestari, 2006). Dalam memenuhui spesifikasi dari air pendingin maka dilakukan

    pengolahan terhadap air pendingin tersebut dengan berbagai metode dan teknologi

    peralatan yang bervariasi. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan mencoba

    menjelaskan mengenai air pendingin atau biasa disebut dengan cooling water.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:

    1. Apakah definisi air pendingin (cooling water) itu?

    2. Apa saja jenis air pendingin yang digunakan dalam proses industri?

    3. Apa saja komponen sistem air pendingin?

    4. Apa saja masalah yang sering terjadi dalam air pendingin?

  • 5. Apa saja teknologi yang berhubungan dengan air pendingin?

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari makalah ini, antara lain:

    1. Mengetahui definisi mengenai air pendingin (cooling water)

    2. Mengetahui jenis air pendingin yang digunakan dalam proses industri.

    3. Mengetahui komponen sistem air pendingin.

    4. Memahami masalah yang sering terjadi dalam air pendingin.

    5. Mengetahui teknologi yang berhubungan dengan air pendingin.

  • BAB II

    ISI

    2.1 Air Pendingin

    Sistem pendinginan adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya

    over heating (panas yang berlebihan) pada mesin agar mesin bisa bekerja secara

    stabil. Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat

    penukar panas dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya.

    Sistem yang dilalui oleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air pendingin

    (cooling water system). Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis

    resirkulasi dan jenis sekalilewat (once-through). Pada jenis resirkulasi, air

    pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali untuk keperluan yang sama,

    sedangkan pada sistem sekali-lewat air yang telah digunakan langsung dibuang.

    Jenis resirkulasi dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu resirkulasi terbuka dan

    resirkulasi tertutup. Pada sistem resirkulasi terbuka sebagian air yang telah

    digunakan diuapkan untuk mendinginkan bagian air sisanya. Pada sistem

    resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan cara memanfaatkan

    panas laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar

    panas. Sistem air pendingin merupakan bagian yang terintegrasi dari proses

    operasi pada industri. Untuk produktifitas pabrik yang kontinu, sistem tersebut

    memerlukan pengolahan kimia yang tepat, tindakan pencegahan, dan perawatan

    yang baik. Kebanyakan proses produksi pada industri memerlukan air pendingin

    untuk efisiensi dan operasi yang baik. Air pendingin sistem mengontrol suhu dan

    tekanan dengan cara memindahkan panas dari fluida proses ke air pendingin yang

    kemudian akan membawa panasnya. Total nilai dari proses produksi akan menjadi

    berarti jika sistem pendingin ini dapat menjaga suhu dan tekanan proses dengan

    baik. Memonitor & mengatur korosi, deposisi, pertumbuhan mikroba, dan sistem

    operasi sangat penting untuk mencapai Total Cost of Operation (TCO) yang

    optimal.

    Air pendingin mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efisiensi

    total engine serta umur engine. Apabila temperatur air pendingin masuk engine

    terlalu tinggi, maka efisiensi mekanis engineakan menurun dan dikhawatirkan

    dapat terjadi over - heatingi pada engine. Sedang bila temperatur air terlalu

  • rendah, maka efisiensi termal akan menurun (Handoyo, 1999). Proses

    pendinginan melibatkan pemindahan panas dari satu substansi ke substansi yang

    lain. Substansi yang kehilangan panas disebut cooled, dan yang menerima panas

    disebut coolant. Beberapa faktor yang membuat air menjadi coolant yang baik

    adalah :

    1. Sangar berlimpah dan tidak mahal.

    2. Dapat ditangani dengan mudah dan aman digunakan.

    3. Dapat membawa panas per unit volume dalam jumlah yang besar.

    4. Tidak mengembang ataupun menyusut (volumenya) pada perubahan suhu

    dalam range normal.

    5. Tidak terdekomposisi.

    Beberapa parameter penting dalam sistem air pendingin :

    1. Konduktivitas mengindikasikan jumlah dissolved mineral dalam air.

    2. pH, menunjukkan indikasi dari tingkat keasaman atau kebasaan dari air.

    3. Alkalinitas, berupa ion carbonate (CO3-2) dan ion bicarbonate (HCO3-).

    4. Hardness / kesadahan, menunjukkan jumlah ion calcium dan magnesium

    yang ada dalam air.

    Pada umumnya air digunakan sebagai media pendingin karena faktor-

    faktor sebagai berikut:

    1.Air merupakan malcri yang dapat diperoleh dalam jumlah besar.

    2.Mudah dalam pcngaturan dan pengolahan.

    3.Menyerap panas yang relatif tinggi persatuan volume.

    4.Tidak mudah menyusut secara berarti dalam batasan dengan adanya

    perubahan temperatur pendingin.

    5.Tidak terdekomposisi.

    Adapun syarat-syarat air yang digunakan sebagai media pendingin:

    1.Jernih, maksudnya air harus bersih, tidak terdapat partikel-parlikel kasar

    yaitu batu, krikil atau partikel-partikel halus seperti pasir, tanah dan lumut

    yang dapat menyebabkan air kotor.

    2.Tidak menyebabkan korosi.

    3.Tidak menyebabkan fouling, fouling disebabkan oleh kotoran yang terikut

    saat air masuk unit pengolahan airseperti pasir, mikroba dan zat-zat organik.

  • Berikut ini adalah standar industri terhadap air pendingin yang digunakan:

    No. Jenis Air

    Limbah Parameter

    Kadar

    Maksimum

    (mg/L)

    Metode

    Pengukuran

    1. Air Pendingin

    Residu Klorin 2 Standard Method

    4500-Cl

    Karbon Organik

    Total 5

    SNI-06-6989.28-

    2005 atau APHA

    5310

    Tabel 1.1: Standar Industri Terhadap Air Pendingin(KEP-9/MENLH/11/2010)

    Secara umum, industri menerapkan parameter air pendingin ialah sebagai berikut:

    Tabel 1.2: Parameter Air Pendingin (Setiadi, 2007)

    Ada tiga system air pendingin yang biasa digunakan di industri yaitu :

    1. Once through.system

    2. Open evaporative recirculating.

    3. Closed non-evaporative recirculating.

    2.2 Jenis Sistem Air Pendingin

    2.2.1 Once through systems

    Air pendingin digunakan sebagai pendingin pada heat exchanger hanya

    dilewatkan sekali, selanjutnya langsung dikembalikan lagi ke badan air.Once

  • through systems digunakan bilamana kebutuhan air pendinginsangat banyak,

    ketersediaan sumber air banyak dan murah serta memiliki fasilitas untuk

    menangani buangan air panas dari air pendinginyang sudah digunakan.Once

    through system dimana air pendingin akan melewati HE hanya sekali. Mineral-

    mineral dalam air akan relatif tetap jumlahnya, tidak berubah. Polusi suhu yang

    disebabkan discharge dari sistem ini menjadi perhatian lingkungan.

    Keuntungan menggunakan Once through systems :

    a. Tidak diperlukan cooling tower

    b. Tidak diperlukan pengolan / treatment pendahuluan

    Kerugian menggunakan once through systems :

    a. Korosi

    b. Fouling

    c. Sampah dan kotoran

    d. Polusi / pencemaran temperatur di badan air

    Gambar 1.1: Once through.system (Gumilar, 2011)

    2.2.2 Open Evaporative Recirculating Systems

    Air tawar yang berasal dari sungai atau danau dipompakan sebagai

    make-up cooling tower setelah sebelumnya dilakukan treatment

    (sedimentasi dan koagulasi) terlebih dahulu. Air tersebut digunakan untuk

    mendinginkan proses-proses di dalam pabrik.

    Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan di cooling tower

    untuk kemudian disirkulasikan kembali ke dalam pabrik. Untuk menjaga

    kualitas air, misalnya agar tidak terdapat algae/bacteria dan pengendapan

    (scaling), maka perlu diinjeksikan beberapa jenis chemicals tertentu.

    Kualitas air juga dijaga melalui mekanisme make-up dan blow-down.

  • Sistem ini banyak digunakan oleh pabrik yang berada dekat dengan

    sumber air tawar atau jauh dari laut.Spesifikasi material untuk peralatan

    yang menggunakan air tawar tidak perlu sebagus peralatan yang

    menggunakan air laut, karena air tawar lebih tidak korosif dibandingkan

    dengan air laut.Open recirculating system banyak digunakan dalam

    industri. Sistem ini terdiri dari pompa, HE, dan cooling tower. Pompa akan

    meresirkulasikan air melalui HE, mengambil panasnya, lalu membuangnya

    di cooling tower dimana panas tersebut akan dibuang dari air dengan cara

    evaporasi. Dalam sistem ini, chemical akan lebih banyak digunakan karena

    komposisi air akan berubah saat evaporasi berlangsung, dimana konstituen

    korosi dan scaling akan lebih pekat (Gumilar, 2011).

    Air pendinginteruapkan sekitar 1% water. Kehilangan air akibat

    penguapan ini harus dikompensasi oleh make up air pendingin.

    Keuntungan menggunakan Open evaporative recirculating systems :

    a. Jumlah kebutuhan air medikit (make up);

    b. Memungkinkan untuk mengontrol korosi

    Kerugian menggunakan Open evaporative recirculating systems :

    a. Investasi (capital cost) lebih tinggi daripada once through;

    b. Memerlukan cooling tower yang cukup besar;

    c. System purge dan blowdown kemungkinan dapat mengakibatkan

    pencemaran lingkungan

    Gambar 1.2: Open evaporative recirculating systems(Gumilar,

    2011)

  • 2.2.3 Closed Non-evaporative Recirculating Systems

    Air tawar pendingin digunakan untuk mendinginkan proses-proses

    didalam pabrik.Air tawar pendingin yang telah panas didinginkan kembali di

    suatu secondary cooler (biasanya plate heat exchanger) untuk selanjutnya

    disirkulasikan kembali secara tertutup kedalam pabrik. Air laut dipakai untuk

    mendinginkan secondary cooler dengan cara hanya sekali pakai (once through),

    sumber air berasal dari laut kemudian dibuang lagi ke laut.Closed Nonevaporative

    Recirculating Systems yang menggunakan air pendingin yang sama dan

    disirkulasikan berulang kali dalam siklus yang kontinu. Pada sistem ini, komposisi

    air juga relatif konstan.

    Air pendingindidinginkan pada secondary heat exchanger. Tidak ada

    kehilangan akibat penguapan juga tidak ada pengembalian.

    Keungtungan menggunakan Closed nonevaporative recirculating systems :

    a. Air pendinginyang kembali relatif bersih

    b. Temperatur air pendingin memungkinkan lebih tinggi dari 100oC

    Kerugian menggunakan Closed nonevaporative recirculating systems :

    a. Investasi / capital cost sangat tinggi

    b. Dibatasi oleh equipment secondary heat exchanger

    Gambar 1.3: Closed nonevaporative recirculating

    systems(Gumilar, 2011)

  • 2.3 Komponen Sistem Air Pendingin

    2.3.1 Komponen Sistem Air Pendingin Utama

    Sistem air pendingin utama meliputi kondensor, pompa air pendingin

    utama, dan cooling tower.Sistem ini mempertahankan vakum pada sisi

    pembuangan turbin dengan mengalirkan air pendingin yang cukup untuk

    mengkondensasikan uap pembuangan turbin.

    2.3.1.1 Kondensor

    Fungsi Kondensor adalah untuk mendinginkan (mengkondensasikan) uap

    bekas dari turbin dengan cara menyemprotkan air pendingin utama melalui

    noozle-noozle langsung bersingggungan dengan uap bekas sehingga terjadi

    perubahan phase dari uap menjadi air.Parameter yang dipantau adalah

    tekanan condensor, level condensor, hot well temperatur dan ekhaust turbin.

    Pada kondensor terdapat vacuum breaker yang berfungsi untuk mengisolasi

    tekanan udara luar dengan tekanan dalam ruangan kondensor sehingga

    kevakuman kondensor dapat dipertahankan, alat ini akan terus dibuka selama

    kondensor belum vakum, dan akan ditutup ketika kondensor vakum. Vacuum

    breaker digunakan untuk membuat kevakuman kondensor sebelum dilakukan

    rolling turbin.

    2.3.1.2 Maincooling water Pump

    Main cooling water pump (MCWP) adalah pompa pendingin utama yang

    berfungsi untuk memompakan air kondensat dari kondensor ke hot water

    basin cooling tower untuk kemudian didinginkan.

    Parameter yang dipantau adalah tekanan masuk/keluar pompa, arus dan

    tegangan motor, temperatur bearing,vibrasi motor dan flow air condensat.

    2.3.1.3 Cooling Tower

    Menara pendingin (Cooling tower)merupakan alat yang digunakan untuk

    menembalikan panas ke atmosfer dengan cara mengekstraksi panas dari air

    dan mengemisikannya ke atmosfir. Menara pendingin menggunakan

    penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan

    kemudian dibuang ke atmosfir.Fakta bahwa air membutuhkan biaya yang

  • rendah, mudah didapatkan dan merupakan media yang efektif yang

    digunakan sebagai penukar panas (Keister, 2008).Air yang dipompakan dari

    kondensor didistribusikan kedalam bak (Hot Water Basin) yang terdapat di

    bagian atas cooling tower. Bak tesebut juga dilengkapi dengan noozle yang

    berfungsi utuk memancarkan air sehingga menjadi butiran butiran kecil dan

    didinginkan dengan cara kontak langsung dengan udara pendingin. Setelah

    terjadi proses pendinginan air menuju bak penampung (Cool Water Basin)

    dan seterusnya dialirkan ke kondensor yang sebelumnya melewati 4 buah

    screen untuk menyaring kotoran-kotoran yang terdapat dalam air.

    2.3.2 Komponen Sistem Air Pendingin Bantu

    2.3.2.1 Komponen Sistem Primary Intercooler

    2.3.2.1.1 Inter Condenser and After Condensor

    Inter condensor and after condensor berfungsi untuk mengkondensasikan

    NCG (Not condensable gases) yang tidak dapat terkondensasi pada

    kondensor, gas tersebut dihisap oleh steam ejector tingkat pertama untuk

    diteruskan ke inter condensor.

    Gas-gas yang tidak dapat dikondensasi pada inter condenser dihisap oleh

    Liquid Ring Vacuum Pump (LRVP) atau steam ejector tingkat 2 untuk

    diteruskan ke after condenser. Air hasil kondensasi NCG dikembalikan ke

    kondensor, sedangkan sisa gas yang tidak dapat dikondensasikan di buang ke

    udara.

    2.3.2.1.2 Intercooler

    Intercooler berfungsi sebagai alat penukar panas antara air pendingin primer

    dengan air pendingin sekunder.Pada intercooler air pendingin primer

    dialirkan untuk mendinginkan air pendingin sekundary.

    2.3.2.1.3 Primary Intercooler Pump (Pompa Pendingin Primer)

    Primary intercooler pump adalah pompa pendingin primary, berfungsi untuk

    memompa air pendingin primary dari cold basin cooling tower yang masuk

    ke intercooler, inter condensor, after condensor, dan perapat poros MCWP.

    2.3.2.2 Secondary Intercooler

  • Secondary intercooler adalah pendingin sekundary, berfungsi untuk

    mendinginkan instalasi/peralatan minyak pelumas, udara pendingin

    generator, dan udara kompresor.

    2.3.2.2.1 Treated Water Transfer Pump

    Treated water transfer pump berfungsi untuk memompa air dari water

    storage menuju water header tank.Air pada tangki ini digunakan sebagai air

    secondary intercooler.Treated water transfer pump terdiri dari dua buah

    yaitu pompa A/B, hal itu bertujuan agar pompa yang satu bisa terus

    beroperasi ketika pompa lainya dilakukan pemeliharaan.

    2.3.2.2.2 Lube Oil Cooler

    Lube oil cooler adalah pendingin minyak pelumas setelah melumasi bearing

    turbin dan generator, berfungsi untuk menjaga tingkat kekentalan minyak

    pelumas agar viskositas minyak pelumas tetap sesuai standar. Prinsip

    kerjanya adalah memindahkan panas dari minyak pelumas ke air pendingin .

    2.3.2.2.3 Generator air Cooler

    Generator air cooler adalah pendingin udara generator, berfungsi untuk

    menjaga temperature udara di dalam generator agar sesuai dengan batasan

    operasi, prinsip kerjanya adalah memindahkan panas dari udara yang keluar

    generator ke air pendingin sekundary.

    2.3.2.2.4 Compressor Air Cooler

    Compressor air cooler adalah pendingin udara kompresor, berfungsi untuk

    menjaga temperature udara di dalam kompresor agar sesuai dengan batasan

    operasi, prinsip kerjanya adalah memindahkan panas dari udara yang keluar

    kompresor ke air pendingin.

    2.3.2.2.5 Secondary Intercooler Pump (Pompa Pendingin Sekundary)

    Secondary intercooler pump adalah pompa pendingin sekundary, berfungsi

    untuk memompa air pendingin sekundary dari intercooler ke

    instalasi/peralatan minyak pelumas, udara pendingin generator, dan udara

    kompresor (Roepandi, 2008).

  • 2.4 Masalah dalam Air Pendingin

    Permasalahan pada air pendingin, apabila tidak dikontrol dengan baik,

    akan menimbulkan efek negatif pada keseluruhan proses atau operasi. Contohnya

    meningkatkan biaya perawatan, perbaikan peralatan, frekuensi shutdown lebih

    sering (untuk cleaning), mengurangi efisiensi transfer panas, menimbulkan

    pemborosan bahan bakar untuk power plant, dan lain-lain.Beberapa permasalahan

    umum pada air pendingin, adalah sebagai berikut:

    2.4.1 Korosi

    Korosi adalah proses elektrokimia dimana logam kembali ke bentuk

    alaminya sebagai oksida. Beberapa tipe korosi yang sering terjadi antara

    laingeneral attack, pitting, dan galvanic attack.Kerugian yang ditimbulkan oleh

    korosi pada sistem air pendingin adalah penyumbatan dan kerusakan pada sistem

    perpipaan.Kontaminasi produk yang diinginkan karena adanya kebocoran-

    kebocoran, dan menurunnya efisiensi perpindahan panas.

    General attack terjadi apabila korosi yang muncul terdistribusi merata

    dan sama di semua permukaan logam. Sedangkan pitting terjadi ketika hanya

    sebagian kecil dari logam yang mengalami korosi.Walaupun begitu, pitting sangat

    berbahaya karena hanya terpusat di sebagian area saja.Galvanic attack terjadi

    ketika dua logam yang berbeda berkontak. Logam yang lebih aktif akan terkorosi

    secara cepat.

    Faktor utama yang mempangaruhi terjadinya korosi adalah kondisi air pendingin

    itu sendiri. Beberapa kondisi tersebut antara lain :

    1. Oksigen atau dissolved gas yang lain.

    2. Dissolved dan suspended solid.

    3. Alkalinitas (pH).

    4. Suhu.

    5. Aktifitas mikroba.

    Metode yang digunakan untuk mencegah / meminimalisir korosi antara lain :

    1. Memililih material anti korosi saat mendesain proses.

    2. Menggunakan protective coatings seperti cat, metal plating, tar, atau

    plastik.

  • 3. Melindungi dari substansi yang bersifat katiodik, menggunakan anoda dan

    atau yang lain.

    4. Menambahkan corrosion inhibitor (anodic : molybdate, orthophosphate,

    nitrate, silicate katiodik : PSO, bicarbonate, polyphosphate, zinc

    general : soluble oils, triazoles copper).

    2.4.2 Scale

    Scale adalah lapisan padat dari material inorganikyang terbentuk karena

    pengendapan. Beberapa scale yang sering terjadi berupa calcium carbonat,

    calcium phosphate, magnesium silicate, dan silica.

    2.4.3 Fouling

    Fouling adalah akumulasi dari material solid yang berbeda dari

    scale.Fouling dapat dikendalikan secara mekanikal atau dengan menggunakan

    pengolahan kimia. Pengendalian fouling pada cooling system melibatkan 3 hal :

    1. Prevention Pendekatan terbaik adalah mencegah foulant memasuki

    cooling system. Pendekatan ini juga termasuk perlakuan mekanik ataupun

    chemical untuk clarify makeup water.

    2. Reduction Menghilangkan atau mengurangi jumlah foulantyang tidak

    dapat dicegah memasuki sistem. Pendekatan ini melibatkan sidestream

    filtering atau dapat juga melakukan pembersihan basin tower secara

    perodik.

    3. Ongoing Control Menambahkan chemical dispersants atau back flushing

    exchangers.

    2.4.4 Biological Contamination

    Biological contamination adalah pertumbuhan tidak terkontrol dari

    mikroba yang dapat menimbulkan pembentukan deposit, fouling, corrosion, dan

    scale.Menara pendingin (cooling tower) merupakan bagian dari sistem air

    pendingin yang memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan

    perkembangan mikroorganisma.Algae dapat berkembang dengan baik pada

    bagian yang cukup mendapat sinar matahari, sedangkan "lendir" (slime) dapat

    berkembang pada hampir di seluruh bagian dari sistem air pendingin ini.

    Mikroorganisma yang tumbuh dan berkembang tersebut merupakan deposit (foul)

    yang dapat mengakibatkan korosi lokal, penyumbatan dan penurunan efisiensi

  • perpindahan panas. Penggunaan air yang memenuhi persyaratan dapat mencegah

    timbulnya masalah-masalah dalam sistem air pendingin.Persyaratan bagi air yang

    dipergunakan sebagai air pendingin tidak seketat persyaratan untuk umpan ketel.

    Slime mikrobial, seperti fouling pada umumnya, mengurangi efisiensi

    transfer panas. Terlebih lagi, slime mikrobial lebih bersifat insulator dari deposit

    pada umumnya. Slime dapat menjerat deposit lain, membuat permasalahan

    menjadi lebih buruk. Mikroba dapat masuk melalui makeup water, atau bisa juga

    melalui udara yang masuk ke cooling tower.Faktor yang mendukung pertumbuhan

    mikroba antara lain :

    1. Nutrien, hidrokarbon atau substansi organik lainnya sbg makanan dari

    mikroba.

    2. Atmosfir, pertumbuhan organisme bergantung pada ketersediaan oksigen

    atau karbondioksida.

    3. Temperatur, organisme dapat membentuk slime dapat membentuk slime

    pada suhu 4,4 65,6 C.

    Tiga golongan kimia yang umum digunakan untuk mengontrol mikroba

    adalah biosida oksidasi, biosida non-oksidasi, dan biodispersan. Biosida oksidasi

    berperan mengoksidasi sel-sel penting pada mikroba sehingga mikroba tersebut

    akan mati. Contoh dari biosida oksidasi ini, seperti yang telah disebutkan di atas,

    adalah chlorine dan bromine. Biosida non-oksidasi adalah senyawa organik yang

    bereaksi dengan sel-sel spesifik pada mikroba, yang secara langsung akan

    menghancurkan sel-sel tersebut. Sedangkan untuk biodispersan tidak mematikan

    mikroba. Biodispersan hanya mengurangi deposit microbial, yang akan terlepas

    dari permukaan logam, dan kemudian dibuang (Setiadi, 2007).

    2.5 Cara Pengendalian Air Pendingin

    2.5.1 Pengendalian Pembentukan Kerak

    Pembentukan kerak dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut yang ada di air.

    CaCO3 merupakan kerak yang sering ditemui pada sistem air pendingin dan

    terbentuk jika kadar Ca dan alkalinitas air terlalu tinggi. Pengendalian gangguan

    ini dimaksudkan untuk mencegah pembentukan kerak CaCO3 dengan menjaga

    agar kadar Ca dan alkalinitas dalam air sirkulasi cukup rendah, dan mencegah

  • pengendapan kerak pada permukaan logam. Untuk maksud pertama dapat

    ditempuh dua cara, yaitu :

    1. Menurunkan siklus konsentrasi air yang bersirkulasi atau

    2. Menambah asam, misalnya H2SO4, agar pH air di bawah 7. Dapat digunakan

    inhibitor kerak berupa bahan kimiasepertipolifosfat, fosfonat, ester fosfonat

    dan poliacrylat.

    2.5.2 Pengendalian Korosi

    Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan bahan

    kimiayangberfungsi sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai

    adalahpolifosfat, kromat, dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis

    inhibitoryang digunakan harus tepat, karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja

    efektif setelahkadarnya mencapai harga tertentu. Kadar minimum yang

    dibutuhkan oleh suatuinhibitor agar dapat bekerja secara efektif disebut batas

    kritis. Pemakaian inhibitor yang melebihi batas kritis akan menambah biaya

    operasi. Jika kadar inhibitor turun dibawah batas kritis, bukan saja menjadi tidak

    efektif, tetapi dapat pula menyebabkan pitting(Setiadi, 2007).

    2.5.3 Pengendalian Pembentukan Fouling dan Penghilangan Padatan

    Tersuspensi

    Pembentukan fouling yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah

    atau dikendalikan menggunakan klorin, klorofenol, garam organometal,

    ammonium kuartener, dan berbagai jenis mikrobiosida (biosida). Klorin

    merupakan chemicals yang paling banyak dipakai. Dosis pemakaian klorin yang

    efektif adalah sebesar 0,3 sampai 1,0 ppm. Pengolahan yang tepat diperoleh

    secara percobaan, karena penggunaan beberapa biosida secara bersama-sama

    kadang-kadang memberikan hasil yang lebih baik dan senyawa-senyawa tersebut

    acap kali digunakan bersama klorin. Padatan tersuspensi dalam air merupakan

    masalah yang cukup serius. Padatan tersuspensi tersebut dapat menempel pada

    permukaan perpindahan panas sehingga mengakibatkan berkurangnya efisiensi

    perpindahan panas. Salah satu metoda yang digunakan untuk mengendalikan

    padatan tersuspensi adalah dengan melakukan filtrasi secara kontinu terhadap

    sebagian air yang disirkulasi.

  • 2.5.4 Penanganan Masalah Lumut/ Mikroorganisme

    Cara mengatasi tumbuhnya lumut dan mikroorganisme pada

    pendinginsekunder adalah sebagai berikut:

    1. Pencegahan kontaminasi nutrisi dan padatan tersuspensi pada air pendingin.

    Untuk mencegah agar sekecil mungkin kontaminasi nutrisi dan padatan

    tersuspensi yang berasal dari air make-up, dilakukan pra-pengolahan seperti

    penyaringan.

    2. Pemakaian bahan pengontrol lumut. Fungsi dari bahan pengontrol lumut

    diklasifikasikan atas sterilisasi. Karena setiap bahan pengontrol lumut

    mempunyai mekanisme kerja yang berbeda, maka apabila penanggulangan

    lumut dilakukan, kondisi deposit lumut harus dipelajari supaya dapat memilih

    bahan kimia yang sesuai.

    3. Sterilisasi adalah suatu perawatan untuk merendahkan potensi pelekatan

    mikroorganisme dalam sistem air pendingin dengan jalan pembunuhan

    mikroorganisme. Bahan kimia yang mempunyai efek sterilisasi adalah

    senyawa klor, senyawa organik, nitrogen-sulfur dan lain-lain. Mekanisme

    kerja bahan-bahan kimia ini diperkirakan sebagai berikut: Bahan kimia ini

    mempunyai reaktivitas yang tinggi terhadap radikal SH sistein (komponen

    protein dalam mikroorganisme), dan membunuh mikroorganisme dengan jalan

    melumpuhkan enzim (bagian yang aktif) radikal SH, atau membunuh

    mikroorganisme dengan daya oksidasi dari bahan kimia tersebut. Secara

    umum, klorinasi digunakan untuk sterilisasi karena efektif dan murah. Namun,

    karena klor bersifat korosif terhadap metal, maka konsentrasi sisa klor

    (residual chlorine) dalam air pendingin harus dikontrol meksimum 1 ppm

    (Cl2).

    4. Peredaman pertumbuhan mikroorganisme . Ini adalah perawatan dengan

    menurunkan kecepatan pertumbuhan lumut dengan jalan meredam

    pertumbuhan mikroorganisme dalam sistem pendingin air sekunder.

    Mekanisme kerja bahan kimia yang digunakan hampir sama dengan

    mekanisme kerja biocide-boicide lainnya, hanya penggunaannya yang

    berbeda. Pada perawatan ini perlu dipertahankan pemakaian bahan kimia

    secara kontinu / dalam waktu relatif lama walaupun konsentrasi kecil.

  • Sedangkan biocide lainnya adalah sebaliknya. Bahan kimia yang cocok untuk

    perawatan secara biostatik adalah senyawa organik nitrogen-sulfur dan

    senyawa-senyawa amina.

    5. Pencegahan pelekatan: getah lendir yang diproduksi mikroorganisme bertalian

    dengan pelekatan mikroorganisme pada permukaan padatan. Dalam

    pencegahan pelekatan lumut, bahan kimia bereaksi dengan getah lendir dan

    kemudian menetralisasinya, sehingga daya pelekatan mikroorganisme

    diturunkan atau dilemahkan. Bahan kimia yang mempunyai efek seperti ini

    adalah senyawa garam ammonium kwartener, senyawa bromine dan lain-lain.

    6. Pengikisan lumut: perawatan ini adalah mengikis lumut yang melekat pada

    system pendingin dengan bahan-bahan kimia. Bahan kimia yang mempunyai

    efek mengikis adalah senyawa klor, peroksida, senyawa amina dan lainlain.

    Mekanisme kerja bahan-bahan kimia ini menurunkan daya pelekatan lumut

    dengan jalan denaturasi getah lendir dan membentuk gelembung- gelembung,

    akibat reaksi bahan kimia dengan lumut, sehingga lumut secara alami terkikis.

    Dengan demikian setelah penambahan bahan kimia, dengan menaikkan

    kecepatan aliran air akan meningkatkan efek pengikisan.

    7. Pendispersi lumpur: padatan tersuspensi dalam air akan menjadi gumpalan

    (flocs) akibat aktivitas mikroorganisme dan terakumulasi sebagai lumpur.

    Pengolahan dispersi lumpur bukan hanya meredam pembentukan gumpalan

    tetapi juga mendispersi gumpalan yang telah terbentuk. Padatan tersuspensi

    yang terdispesi dibuang keluar melalui air blowdown sehingga volume

    akumulasi lumpur dikurangi. Bahan kimia untuk pencegahan pelekatan lumut

    dan pengikisan lumut juga digunakan untuk pendispersi lumut dan untuk

    bioflokulasi (penggumpalan akibat mikrobiologi) padatan tersuspensi. Juga

    polielektrolit atau polimer digunakan untuk pendispersi anorganik padatan

    tersuspensi atau peredaman penggumpalan padatan tersuspensi.

    8. Penyaringan pembantumerupakan suatu pengolahan untuk menurunkan

    akumulasi lumpur dan pelekatan lumut yaitu dengan jalan penyaringan

    sebagian air pendingin yang disirkulasikan untuk membuang padatan

    tersuspensi(Lestari, 2010).

  • 2.5.5 Pengendalian Scale

    Scale dapat dikendalikan dengan beberapa cara, yaitu :

    1. Membatasi konsentrasi dari mineral-mineral pembentuk scale.

    2. Menambahkan asam untuk menjaga agar mineral pembentuk scale (contoh

    : calcium carbonate) tetap larut.

    3. Meningkatkan aliran air dengan luas permukaan yang besar.

    4. Menambahkan bahan kimia anti scale.

    2.6 Teknologi Cooling Tower (Menara Pendingin)

    Proses perpindahan panas selalu dijumpai industri-industri kimia

    yang dijalankan dalam alat penukar panas. Penukar panas atau dalam

    istilah bahasa inggrisnya heat exchanger (HE) adalah suatu alat yang

    memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas

    maupun sebagai pendingin.Biasanya, medium pemanas dipakai uap lewat

    panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling

    water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas

    antar fluida dapat berlangsung secara efisien (Maruli tua saud,2007).Salah

    satu alat penukar panas adalah menara pendingin (cooling tower). Menara

    pendingin merupakan merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk

    menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan

    mengemisikannya ke atmosfir.

    Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air

    diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke

    atmosfir.Sebagai akibatnya, air yang tersisa didinginkan secara

    signifikan.Menara pendingin mampu menurunkan suhu air lebih dari

    peralatan-peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang

    panas.Berikut ini adalah beberapa teknologi yang digunakan dalam

    pengolahan air pendingin yang digunakan dalam berbagai industri yang

    disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasinya (Roepandi, 2008). Proses

    yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk system AC sentral

    dengan system kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi,

    ekspansi(perubahan tekanan) dan evaporasi. Proses ini terjadi dalam satu

  • siklus tertutup yang menggunakan media berupa refrigerant yang mengalir

    dalam system pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke komponen

    lainnya. Untuk mendinginkan refrigran, Kondensor menggunakan air

    sebagai media untuk proses pendinginannya. Uap refrigeran panas

    mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga terjadi proses

    pertukaran kalor. Uap refrigeran panas berubah fase dari fase gas menjadi

    cair, yang memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi (perubah

    tekanan) , sementara air yang keluar dari kondensor memiliki temperatur

    yang lebih tinggi. Karena air ini akan digunakan lagi untuk proses

    pendinginan kondensor maka temperaturnya harus diturunkan kembali atau

    didinginkan pada cooling tower.

    Gambar 1.4: Diagram skematik sistim menara pendingin(Laboratorium Nasional

    Pacific Northwest, 2001)

    1. Komponen menara pendingin

    Komponen dasar sebuah menara pendingin meliputi rangka dan wadah, bahan

    pengisi, kolam air dingin, eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers,

    nosel dan fan. Kesemuanya dijelaskan dibawah

  • A. Rangka dan wadah: hampir semua menara memiliki rangka berstruktur

    yang menunjang tutup luar (wadah/casing), motor, fan, dan komponen

    lainnya. Dengan rancangan yang lebih kecil, seperti unit fiber glass,

    wadahnya dapat menjadi rangka (anonim. 2010)

    B. Terdapat tiga jenis bahan pengisi (fill) :

    1) Media Isian Penciprat (Splash Film).Media isian splash menciptakan

    area perpindahan panas yang dibutuhkan melalui cipratan air diatas

    media pengisi menjadi butiran air yang kecil. Luas permukaan butiran

    air adalah luas permukaan perrpindahan panas dengan udara.

    2) Media Isian Selaput (Film Fill). Pada isian film, air membentuk

    lapisan tipis pada sisi-sisi lembaran pengisi. Luas permukaan dari

    lembaran pengisi adalah luas perpindahan panas dengan udara sekitar.

    Bahan pengisi film dapat menghasilkan penghematan listrik yang

    signifikan melalui kebutuhan air yang lebih sedikit dan head pompa

    yang lebih kecil.

    3) Bahan isian/pengisi sumbatan rendah(Low-clog film fills).Bahan

    pengisi sumbatan rendah dengan ukuran flute (galur) yang lebih tinggi

    saat ini dikembangkan untuk menangani air yang keruh, yang

    merupakan pilihan terbaik untuk air laut karena menghemat daya dan

    kinerjanya lebih baik dibanding isian penciprat konvensional

    (mulyono,2010)

  • Tabel 1.3: Nilai desain berbagai jenis bahan pengisi (Mulyono, 2010)

    C. Kolam air dingin (cold-water basin): Kolam air dingin terletak pada atau

    dekat bagian bawah menara, danmenerima air dingin yang mengalir turun

    melalui menara dan bahan pengisi. Kolam biasanyamemiliki sebuah

    lubang atau titik terendah untuk pengeluaran air dingin. Dalam

    beberapadesain, kolam air dingin berada dibagian bawah seluruh bahan

    pengisi. Pada beberapa desainaliran yang berlawanan arah pada forced

    draft, air di bagian bawah bahan pengisi disalurkanke bak yang berbentuk

    lingkaran yang berfungsi sebagai kolam air dingin. Sudu-sudu fandipasang

    dibawah bahan pengisi untuk meniup udara naik melalui menara. Dengan

    desainini,menara dipasang pada landasannya, memberikan kemudahan

    akses bagi fan dan motornya.

    D. Saluran udara masuk: merupakan titik masuk bagi udara menuju menara.

    Saluran masukbisa berada pada seluruh sisi menara (desain aliran

    melintang) atau berada dibagian bawahmenara (desain aliran berlawanan

    arah).

    E. Louvers: pada umumnya, menara dengan aliran silang memiliki saluran

    masuk louvers.Kegunaan louvers adalah untuk menyamakan aliran udara

    ke bahan pengisi dan menahan air dalam menara. Beberapa desain menara

    aliran berlawanan arah tidak memerlukan louver.

    F. Nosel: Alat ini menyemprotkan air untuk membasahi bahan pengisi.

    Distribusi air yang seragam pada puncak bahan pengisi adalah penting

    untuk mendapatkan pembasahan yang benar dari seluruh permukaan bahan

    pengisi. Nosel dapat dipasang dan menyemprot dengan pola bundar atau

    segi empat, atau dapat menjadi bagian dari rakitan yang berputar seperti

    pada menara dengan beberapa potongan lintang yang memutar.

    G. Fan: Fan aksial (jenis baling-baling) dan sentrifugal keduanya digunakan

    dalam menara. Umumnya fan dengan baling-baling/propeller digunakan

    pada menara induced draft dan baik fanpropeller dan sentrifugal dua-

    duanya ditemukan dalam menara forced draft. Tergantung pada

    ukurannya, jenis fan propeller yang digunakan sudah dipasang tetap atau

  • dengan dapat dirubah-rubah/ diatur. Sebuah fan dengan baling-baling yang

    dapat diatur tidak secara otomatis dapat digunakan diatas range yang

    cukup luas sebab fan dapat disesuaikan untuk mengirim aliran udara yang

    dikehendaki pada pemakaian tenaga terendah. Baling-baling yang dapat

    diatur secara otomatis dapat beragam aliran udaranya dalam rangka

    merespon perubahan kondisi beban.

    2.6.1 Jenis-Jenis Menara Pendingin

    1. Menara pendingin jenis natural draft merupakan menara pendingin

    jenis natural draft atau hiperbola menggunakan perbedaan suhu antara

    udara ambien dan udara yang lebih panas dibagian dalam menara.

    Begitu udara panas mengalir ke atas melalui menara (sebab udara panas

    akan naik), udara segar yang dingin disalurkan ke menara melalui

    saluran udara masuk di bagian bawah. Tidak diperlukan fan dan hampir

    tidak ada sirkulasi udara panas yang dapat mempengaruhi kinerja.

    Kontruksi beton banyak digunakan untuk dinding menara dengan

    ketinggian hingga mencapai 200 m. Menara pendingin tersebut hanya

    digunakan untuk jumlah panas yang besar sebab struktur beton yang

    besar cukup mahal.

  • Gambar 1.5: Natural Draft Cooling Tower(Laboratorium Nasional Pacific

    Northwest, 2001)

    2. Menara Pendingin Draft Mekanik merupakan menara draft mekanik

    memiliki fan yang besar untuk mendorong atau mengalirkan udara

    melalui air yang disirkulasi. Air jatuh turun diatas permukaan bahan

    pengisi, yang membantu untuk meningkatkan waktu kontak antara air

    dan udara hal ini membantu dalam memaksimalkan perpindahan

    panas diantara keduanya. Laju pendinginan menara draft mekanis

    tergantung pada banyak parameter seperti diameter fan dan kecepatan

    operasi, bahan pengisi untuk tahanan sistim dll. Menara draft mekanik

    tersedia dalam range kapasitas yang besar. Menara tersedia dalam

    bentuk rakitan pabrik atau didirikan dilapangan sebagai contoh

    menara beton hanya bisa dibuat dilapangan. Banyak menara telah

    dibangun dan dapat digabungkan untuk mendapatkan kapasitas yang

    dikehendaki. Jadi, banyak menara pendingin yang merupakan rakitan

    dari dua atau lebih menara pendingin individu atau sel. Jumlah sel

    yang mereka miliki, misalnya suatu menara delapan sel, dinamakan

    sesuai dengan jumlah selnya. Menara dengan jumlah sel banyak, dapat

    berupa garis lurus, segi empat, atau bundar tergantung pada bentuk

    individu sel dan tempat saluran udara masuk ditempatkan pada sisi atau

    dibawah sel.

    Gambar 1.6: Menara Pendingin Draft Mekanik(Laboratorium

    Nasional Pacific Northwest, 2001)

  • Proses pendinginan air dengan cooling tower

    3. Cooling tower induced draft dengan aliran berlawanan

    Prinsip kerjanya :

    Air masuk pada puncak dan melewati bahan pengisi (filler)

    Udara masuk dari salah satu sisi (menara aliran tunggal) atau pada sisi

    yang berlawanan (menara aliran ganda)

    Fan mengalirkan udara melintasi bahan pengisi menuju saluran keluar

    pada puncak menara, berikut gambarnya:

    4. Cooling Tower induced draft dengan aliran melintang

    Prinsip kerjanya :

    Air panas masuk pada puncak menara, melalui bahan pengisi (filler)

    Udara masuk dari samping menara melewati filler, sehingga terjadi

    kontak langsung dengan air (pendinginan) dan keluar menuju puncak,

  • berikut gambarnya :

    Cooling Tower induced draft dengan aliran melintang

    2.6.2 Cara kerja Cooling Tower Secara Umum

    Berikut adalah step by step kerja Cooling Tower secara umum:

    Langkah pertama adalah memompa air panas dari kondensor menuju menara

    cooling tower melalui system pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak

    nozzle untuk tahap spraying atau semburan.

    Air panas yang keluar dari nozzle (spray) secara langsung melakukan kontak

    dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena pengaruh.fan/blower

    yang terpasang pada cooling tower.

    Kemudaian air yang sudah mengalami penurunan temperature ditampung

    dalam bak/basin untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor yang

    berada di dalam chiller.

    Pada cooling tower juga dipasang katup make up water yang dihubungkan ke

    sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air jika terjadi kehilangan air

    ketika proses evaporative dan blowdown.

    Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan approach,

    dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan

    approach adalah selisih antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar.

    Perpindahan kalor yang terjadi pada cooling tower berlangsung dari air ke

    udara tak jenuh. Ada dua penyebab terjadinya perpindahan kalor yaitu

    perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara. Suhu

    pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat

    energi jika digunakan untuk system refrigerasi pada skala besar seperti chiller.

  • BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Kesimpulan dari makalah ialah sebagai berikut:

    1. Air pendingin adalah air limbah yang berasal dari aliran air yang

    digunakan untuk penghilangan panas dan tidak berkontak langsung

    dengan bahan baku, produk antara dan produk akhir.

    2. Ada tiga system air pendingin yang biasa digunakan di industri yaitu :

    Once through.system, Open evaporative recirculating, Closed non-

    evaporative recirculating.

    3. Sistem air pendingin utama meliputi kondensor, pompa air pendingin

    utama, dan cooling. tower serta dilengkapi dengan beberapa komponen

    bantu.

    4. Masalah dalam air pendingin ialah, korosi, scale, fouling, dan biological

    contamination.

    5. Menara pendingin jenis natural draft dan menara pendingin mekanik

    draft merupakan dua teknologi menara pendingin yang banyak

    digunakan.

    3.2 Saran

    Sebaiknya dalam perancangan sebuah pabrik memperhatikan

    aspek-aspek yang berpengaruh dalam penggunaan air pendingin dan

    parameter yang mengaturnya untuk memaksimalkan efisiensi dan nilai

    ekonomi dari proses produksi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Gumilar, Arie. 2011. Sistem air Pendingin. Jakarta: STE.

    Handoyo, Ekadewi. 1999. Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap

    Konsumsi Bahan Bakar MotorDiesel Stasioner di Sebuah Huller. Surabaya:

    Universitas Eka Petra.

    Hardayanti, Nurandani. 2006. Studi Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Bersih

    Untuk KebutuhanDomestik Dan Non Domestik. Semarang: Universitas

    Diponegoro.

    Keister, Timothy. 2008. Cooling Water Management Basic Principles and

    Technology. New York: ProChemTech International.

    Lestari, Erlina. 2010. Pengaruh Bioksida Pengoksidasi Terhadap Pertumbuhan

    Mikroorganisme Pada Air Pendingin Sekunder RSG-GAS. Banten: ISSN

    1978-8738.

    Mulyono.Analisa Beban Kalor Menara Pendingin Basah Induced-Draft Aliran

    Lawan Arah.Semarang; Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang.

    2010.

    Roepandi, Opan.2008.Pengoperasian Sistem Air Pendingin. Surabaya: PT.

    Indonesia Power.

    Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Bandung:ITB.