kelompok 11 ganjil tugas no 20 dan 31

20
TUGAS AZAS TEKNIK KIMIA NERACA ENERGI UNTUK SISTEM REAKSI Disusun oleh : KELOMPOK XI (SEBELAS) GANJIL Christina Dewi Sidauruk 120405111 Oby Vijay Sitorus 120405113 Faris Alanjani 120405115 Melva Ginting 120405117 Florentina Pandiangan 120405119 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Upload: fikri-naufal-anwari

Post on 21-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

diskusi atk

TRANSCRIPT

  • TUGAS AZAS TEKNIK KIMIA

    NERACA ENERGI UNTUK SISTEM REAKSI

    Disusun oleh :

    KELOMPOK XI (SEBELAS) GANJIL

    Christina Dewi Sidauruk 120405111

    Oby Vijay Sitorus 120405113

    Faris Alanjani 120405115

    Melva Ginting 120405117

    Florentina Pandiangan 120405119

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2014

  • BORANG DISKUSI 2

  • Neraca Energi Sistem Bereaksi

    Untuk menghitung turunan dan habisnya zat kimia yang terjadi selama reaksi,

    dibutuhkan, dalam hal neraca bahan, untuk mengenal istilah laju reaksi dalam persamaan

    neraca. Pada dasarnya, hukum persamaan neraca pertama telah digunakan pada bab 6 untuk

    menghitung perubahan dalam energi inventarisasi dari sistem yang terjadi selama reaksi.

    Namun, ini mudah untuk menyusun kembali persamaan neraca energi menjadi sebuah bentuk

    istilah yang eksplisit yang mencerminkan perubahan entalpi akibat reaksi. Dalam perubahan

    ini, perhitungan tambahan diperlukan untuk mengevaluasi perbedaan reaksi entalpi, dan

    penggunaan berbagai bentuk energi yang dihasilkan menyeimbangkan bentuk persamaan

    yang merupakan subyek bab ini.

    Kita mulai dengan defenisi dari konsep reaksi panas dan ulasan cara menghitung

    reaksi panas dari data tabulasi entalpi. Kita pelajari bagaimana memeriksa reaksi panas untuk

    menghitung perubahan temperatur, tekanan, dan fasa dengan menggunakan perhitungan yang

    telah didiskusikan pada bab 7. Selanjutnya, bentuk paling sederhana dari neraca energi sistem

    bereaksi akan dikembangkan, diikuti dengan perluasan untuk aliran keluar dan masuk yang

    lebih dari 1 dan reaksi yang lebih dari 1. Kita juga meninjau bentuk khusus dari persamaan

    neraca energi yang tidak eksplisit menggunakan reaksi panas. Bentuk ini mudah untuk

    aplikasi komputer dan terutama cocok digunakan jika reaksi stoikiometri tidak diketahui atau

    sangat kompleks. Terakhir, analisa derajat kebebasan dijabarkan untuk menafsirkan kasus

    bereaksi sebagaimana masalah neraca energi yang melibatkan unit lebih dari 1. Tujuan pokok

    dari bab ini adalah untuk mendiskusikan masalah utama neraca energi dimana kita bisa

    memecahkan masalah kompleks yang lebih dari 1 dengan reaksi kimia.

    KONSEP PANAS REAKSI

    Dalam diskusi kita tentang entalpi campuran komponen murni, kita catat bahwa

    dalam campuran yang umum tidak berlaku secara ideal. Sebaliknya, jika substansi murni

    dicampur pada tekanan dan temperatur yang diketahui, maka entalpi spesifik harus diperoleh

    dengan penaksiran entalpi campuran ideal oleh istilah panas campuran. Maka, *

    ( 6 ,2 ) =*

    ( 6,2 ) T

    * ( 6 ,2 )

    Tinjau reaksi yang melibatkan zat S dengan koefisien stoikiometri s dimana hasilnya

    dalam temperatur dan tekanan (T dan P). Diandaikan kita membentuk campuran dengan

    mengkombinasikan s jumlah mol dari tiap reaktan s, masing-masing dalam fase s dan

  • semuanya pada T dan P tersebut. Asumsikan bahwa campuran bereaksi sempurna menjadi

    bentuk campuran produk, masing-masing dalam fase s dan semuanya pada dan P yang

    sama. Entalpi dari campuran reaktan diketahui sebagai berikut, *(6,2,)

    dimana jumlah total s dengan s < 0. Demikian pula dengan entalpi dari campuran produk

    diketahui, *(6,2,)

    dimana jumlah total s dengan s > 0. Analogikan ke pengalaman kita dengan entalpi dari

    campuran umum, sehingga, *(6,2,)

    *(6,2,)

    Perbedaan antara 2 entalpi campuran ini, *(6,2,)

    e *(6,2,)i

    didefenisikan sebagai panas reaksi HR(T, P) dari reaksi dengan koefisien stoikiometri s

    pada T dan P dan fasa s. Maka, *

    =*(6,2,)

    @1

    Lagi, istilah panas kembali digunakan karena, jika reaksi dibawa keluar pada T dan P

    konstan, maka

    *

    akan menunjukkan panas yang harus dihapus dari sistem untuk

    mempertahankannya pada T konstan. Itu berarti, untuk sistem tertutup pada tekanan konstan,

    Q = H H = 2 1

    *

    Jika panas reaksi negatif, maka Q akan menjadi negatif dan panas harus dihapus dari

    sistem untuk mempertahankan T konstan. Sebuah reaksi dengan

    *

    negatif disebut

    eksotermik. Sebaliknya, jika panas reaksi positif, Q akan menjadi positif dan karena itu panas

    harus ditransfer ke sistem untuk mempertahankannya pada T konstan. Sebuah reaksi dengan *

    positif disebut endotermik.

    Ingat bahwa dalam panas reaksi umum akan bergantung tidak hanya pada stoikiometri

    reaksi dan pada temperatur dan tekanan tetapi juga pada fasa tiap produk dan zat reaktan. Ini

    menjadi lazim ketika menulis persamaan reaksi stoikiometri untuk sebuah reaksi yang

    diketahui untuk menjabarkan tidak hanya zat-zatnya tetapi juga fasanya.

  • Sebagai contoh,

    C(s) + H O(g) 2 CO(g) + H (g) 2

    menunjukkan bahwa karbon padat bereaksi dengan gas H2O menjadi produk CO dan H , 2

    dua-duanya dalam bentuk gas. Panas reaksi untuk reaksi di atas secara numerik berbeda

    dengan panas reaksi dari reaksi berikut,

    C(s) + H O(l) 2 CO(g) + H (g) 2

    Simbol yang lazim digunakan yaitu g, l, s, dan aq. Untuk gas, cairan, padatan, dan

    larutan encer, berturut-turut. Jika sebuah padatan bisa terdapat dalam berbagai bentuk kristal,

    maka ini cocok untuk mengenal bentuk khusus yang direaksikan.

    Jika panas reaksi adalah perbedaan entalpi, unitnya adalah dari istilah entalpi, kJ, kcal,

    atau Btu, tergantung pada sistem unit yang dipekerjakan. Ini mudah untuk melaporkan panas

    reaksi per mol reaksi seperti yang diungkapkan oleh persamaan stoikiometri. Jadi, jika

    *

    =

    10 kJ/mol untuk reaksi

    A + B C

    maka panas reaksi

    *

    untuk reaksi

    2A + 2B 2C

    akan menjadi *

    =2*

    =20 G,

    IKH

    Nilai dari panas reaksi, jadi, berkaitan dengan bentuk persamaan reaksi stoikiometri.

    PERHITUNGAN PANAS REAKSI

    Entalpi Reaksi Kimia

    Keluaran utama di sini adalah untuk menerapkan hukum pertama termodinamika reaksi kimia

    yang dilakukan dalam kondisi tertentu. Kondisi ini dalam keadaan volume konstan dan

    tekanan konstan. Hal ini karena ketika kita melakukan percobaan di laboratorium, kita

    biasanya bekerja dengan volume tertentu (volume konstan) dari reaksi. Selain itu, tekanan di

    dalam laboratorium adalah hampir sama dengan tekanan atmosfer, yang konstan (tekanan

    konstan). Dengan demikian kita memiliki dua jenis yang berbeda dari kuantitas, E dan H,

    untuk mengukur perubahan energi satu pada volume konstan (E) dan satu lagi pada tekanan

    konstan (H). Keduanya sama-sama berfungsi sebagai termodinamika, E dikenal sebagai

    perubahan energi internal dan H diberi label sebagai perubahan entalpi (dari bahasa Yunani,

    enthalpein, untuk menghangatkan).

    Ingat, entalpi kata hanyalah sebuah kata mewah untuk panas pada tekanan konstan.

  • Entalpi Reaksi Perubahan

    Karena sebagian besar reaksi kimia di laboratorium tidak lain adalah konstanta-tekanan

    proses, kita dapat menulis perubahan entalpi (juga dikenal sebagai entalpi reaksi) untuk

    reaksi. Mempertimbangkan jenis umum berikut reaksi

    reaktan produk

    H tersebut didefinisikan sebagai selisih antara entalpi produk dan reaktan. Demikian

    H = Hproducts - Hreactants

    Entalpi reaksi dapat positif atau negatif atau nol tergantung pada apakah panas diperoleh atau

    hilang atau tidak ada panas yang hilang atau diperoleh:

    H> 0, jika Hproducts> Hreactants endotermik reaksi (H positif (+))

    H

  • Berikut H negatif (H

  • Contoh-2

    Mengingat persamaan termokimia berikut

    CH (g) + 2O (g) 4 2 CO (g) + 2H O (l) H = -890,4 kJ / mol 2 2

    menghitung panas yang berkembang ketika 20 g CH dikonversi menjadi CO (g) dan H O 4 2 2

    (l).

    Jawaban-2

    Persamaan kimia selalu ditulis dalam bentuk tahi lalat, tapi masalahnya dinyatakan dalam hal

    massa. Anda perlu untuk berhubungan mol ke massa melalui massa molar (mol = massa /

    massa molar). Ada dua cara untuk melakukan masalah ini, keduanya harus menghasilkan

    hasil yang sama.

    1. mol CH gram 4 CH 4 kilojoule panas

    2. gram mol CH 4 CH 4 kilojoule panas

    Metode Pertama:

    Pertama menghitung massa satu mol CH , yaitu 16 g / mol. Kemudian mengatur rasio untuk 4

    menghitung panas yang dihasilkan oleh 20 g CH . 4

    20 g CH x 1 mol CH 4 4 x -890,4kJ = -1113,0 kJ

    16 gr/mol CH 4 1 mol CH 4

    Metode kedua:

    Pertama mengkonversi 20 g CH ke mol CH , yaitu 4 4

    mol CH = 4 20 g CH 4 = 1.25 mol CH 4

    16 gr/mol CH 4

    Kemudian, mengatur rasio untuk menghitung panas yang dihasilkan oleh 1,25 mol CH . 4

    1.25 mol CH x -890,4kJ = -1113,0 kJ 4

    1 mol CH 4

    Perhatikan kesamaan antara kedua setup. Faktor, 20 g CH x 1 mol CH , dalam metode pertama 4 4

    16 gr/mol CH 4

    hanyalah 1,25 mol CH . 4

  • NERACA ENERGI DENGAN SATU REAKSI KIMIA

    Pada bagian ini, akan dibahas mengenai bagaimana entalpi dalam sebuah persamaan

    neraca energi sistem terbuka dengan adanya reaksi kimia. Pertama-tama kita menentukan

    single input dan single output nya, lalu kita mengetahui persamaan neraca dari input dan

    output-nya yang lebih dari satu, dan terakhir mengenai bentuk persamaan dimana panas

    reaksi ikut dihitung secara implisit.

    1. Single input/Single output

    Persamaan neraca energi untuk sistem dengan single output/single input sebagai

    berikut:

    Q=r.H R

    ( T p ) + H 6 ( T p ) + H

    1 ( T p )

    Keterangan :

    Q = panas yang dikeluarkan atau dimasukkan ke dalam sistem reaksi

    sehubungan dengan terjadinya reaksi, misalnya dalam J/detik

    r = laju reaksi, atau derajat kelangsungan reaksi (mol/detik)

    HR = panas reaksi pada Tr K (kJ/mol)

    H1 = panas aliran masuk (dapat berupa panas sensibel dan/atau panas laten

    relatif terhadap Tr)

    H2 = panas aliran keluar (dapat berupa panas sensibel dan/atau panas laten

    relatif terhadap Tr)

    a. Panas reaksi standar HR,298, dihitung dari panas pembentukan standar

    masing-masing senyawa yang terlibat reaksi atau dari panas pembakaran

    standar.

    b. Reaksi melepaskan panas jika HR bernilai negatif, reaksi ini disebut reaksi

    eksotermik, sedangkan yang membutuhkan panas, HR-nya positif dan

    disebut reaksi endotermik.

    c. HR bergantung pada banyaknya reaktan yang terkonversi, dan dinyatakan

    sebagai laju reaksi (r, koordinat reaksi, extent of reaction)

    Reaktor

    N1

    T1

    P1

    1

    N2

    T2

    P2

    2

  • d. Entalpi aliran masuk (H1) dan entalpi aliran keluar (H2), dapat melibatkan

    panas sensibel dan panas laten, secara lengkap dapat ditulis sebagai berikut: H=N Cp { ( T298 ) + }

    Dengan : N = laju aliran (mol/detik)

    Cp = kapasitas panas aliran (J/mol.K)

    = panas laten (J/mol)

    2. Pembentukan persamaan neraca

    Pada kasus yang meliliki aliran lebih dari satu, persamaan neraca dapat diperoleh

    denagn menurunkan bentuk umum dari persamaan neraca energi, dan hasilnya

    adalah sebagai berikut : dQ

    dt =rH

    R

    ( T ) +

    (N(H s j

    s

    ( T ) s

    ourler srpeams j

    (T)) (N s k (H

    s

    ( T ) s

    ( T ) )

    inler srpeams k

    s

    s @ 1

    NERACA ENERGI DENGAN LEBIH DARI SATU REAKSI KIMIA

    Dalam diskusi kita tentang neraca bahan melibatkan reaksi kimia lebih dari 1, kita amati

    bahwa reaksi yang lebih dari 1 bisa ditampung dengan mengganti laju produksi zat Rs,

    dimana sama dengan sr untuk reaksi tunggal, dengan menjumlahkan

    N

    @1

    . Jadi tidak

    mengejutkan bahwa bentuk panas reaksi persamaan neraca energi untuk reaksi lebih dari 1

    biasanya akan mengandung istilah yang melibatkan laju semua reaksi. Penyusunan kembali

    persamaan neraca energi untuk mencapai bentuk ini berjalan tentu saja seperti dalam hal

    reaksi tunggal. Perhatikan dasar persamaan neraca energi yang tertulis dalam istilah tentang

    keadaan referensi dinotasikan secara sederhana dengan temperatur T : @3

    @P =*

    ( 6 ) n 0

    0

    r

    @1

    +

    0 (*

    k6o*

    ( 6 ) )

    0 (*

    ( 6 ) *

    ( 6 ) )

    @1

    Dalam kasus reaksi kimia lebih dari 1, persamaan neraca bahannya, 0

    = 0

    +

    N

    @1

  • Akibatnya, persamaan neraca energi pada istilah yang pertama menjadi,

    *(6)

    @1

    N

    @1

    Perubahan dalam penjumlahan dan penggunaan defenisi dari

    *

    , ini menjadi, N

    @1

    * ( 6 ) =

    @1

    N

    @1

    *

    Jadi, neraca untuk reaksi lebih dari 1 yaitu, @3

    @P =N

    @1

    *

    +

    0 (*

    k6o*

    ( 6 ) )

    0 (*

    ( 6 ) *

    ( 6 ) )

    @1

    Tiap reaksi tambahan hanya membutuhkan adanya produk dari panas dari waktu laju

    reaksi dari reaksi tersebut dalam persamaan neraca.

    Contoh 8.8 : Asam asetat dipecahkan dalam tanur untuk menghasilkan produk

    menengah ketena melalui reaksi,

    CH3COOH(g) CH2CO(g) + H2O(g)

    Reaksinya,

    CH3COOH(g) CH4(g) + CO2(g)

    Juga terjadi ke sebuah tingkat yang cukup. Yang diinginkan adalah untuk mencapai

    pemecahan pada 700 C dengan konversi 80 % dan fraksi yield dari ketena 0,0722. Hitung o

    laju panas tanur yang dibutuhkan untuk masukan tanur dari 100 kgmol/h asam asetat pada

    300 oC.

    Penyelesaian : Seperti yang terlihat pada gambar 8.4, ini adalah masukan-keluaran

    sistem tunggal yang melibatkan 2 reaksi kimia. Dengan masalah keadaan referensi dari 700

    oC, neraca energi menjadi, @3

    @P =N*

    1 -

    ( 700 ) + N* 6

    .

    ( 700 ) N LAG in C

    PGL 3?OOD

    dT 744

    ;44

    Panas reaksi standar dari reaksi ketena adalah, *

    -

    4 =* .

    .

    4 + * .

    .

    4 + * .

    3

    4

    = -14,6 57,8 + 103,93 = 31,53 kcal/gmol

    Panas reaksi standar dari reaksi kedua adalah,

    *

    .

    4 =* .

    .

    4 + * .

    .

    4 + * .

    3

    4

  • = - 17,89 94,05 + 103,93 = - 8,01 kcal/gmol

    Kedua panas standar tersebut harus dikoreksi pada

    700

    melalui persamaan

    berikut: *

    -

    ( 700 ) =*

    -

    ( 25 ) (C PGL

    . GS

    + C PL

    . S C

    PGL 3?OOD

    ) dT =;7 K

    6=< K

    *

    .

    ( 700 ) =*

    .

    ( 25 ) (C PGL

    4

    + C PGS

    .

    C PGL

    3?OOD

    ) dT =;7 K

    6=< K

    Dengan menggunakan hubungan Cp untuk CH3COOH, CH4, CO2 dan H2O dari

    Appendix 3 dan hubungan untuk ketana berikut: C PGL

    . GS

    =v,ss+2,966s0 ?6 Ts,79u s0 ?9 T 6 + v,22 s0 ?= T 7

    Asam Furnace

    asetat 700 oC CH3COOH

    300 oC CH2CO

    H2O

    Konversi 80 % CH4

    Fraksi yield CH2CO 0,0722 CO2

    Gambar 8.4 Diagram Untuk Contoh 8.8. Tungku Pemecahan Asam Asetat

    Panas reaksi dapat dihitung sebagai berikut: *

    -

    ( 700 ) =us,26 c

    g

    *

    .

    ( 700 ) =8,96 G?=H

    CIKH

    Selanjutnya, integral perbedaan entalpi asam asetat dievaluasikan ke yield : C

    PGL 3

    GSSL dT=ss,55 c/g

    744

    ;44

    Terakhir, gunakan neraca bahan asam asetat dan ketena :

  • 0 GL

    3 GSSL

    =s00N 1

    N 6

    GCIKH

    0 GL

    . GS

    =0+N 1

    dan konversi dari asam asetat, 80 %, sama dengan fraksi yield ketena, 0,0722, untuk

    mengevaluasi 2 laju. Dari konversi : N 1

    + N 6

    =80 GCIKH/

    Dari defenisi fraksi yield, 0,0722= N

    1 80

    atau N 1

    =5,776 GCIKH/

    Jadi, N 6

    =7v,22v GCIKH

    Sekarang, semua variabel dalam neraca energi telah diketahui, dan dQ/dt bisa

    dievaluasi: @3

    @P =5,776 us,26 ( ) + 7v,22v 8,96 ( ) + s00 ss,55 ( )

    = 670,5

    103 kcal/h

    NERACA ENERGI DENGAN PERSAMAAN STOIKIOMETRI YANG

    TIDAK DIKETAHUI

    Pada kasus neraca bahan, dalam aplikasinya misalnya fosil kita menemukanstruktur

    spesifik reaktan yang tidak diketahui.kita akan memilih untuk menddikte dalam bagian

    informasi mengenai reaksi panas.

    Ingat kembali panas pembentukan standar didefiniskan sebagai panas reaksi yang

    mana spesies yang ditanyadibentuk dari unsur. pada kasus lain, beberapa reaksi tidak dapat

    dibawa keluar dibawah kondisi normal laboratorium., sehingga panas pembentukan tidak

    dapat diukur dengan benar. Pada senyawa organik reaksi pembakaran membuktikan lebih

    tepat untuk tujuan ini ketika pembentukan panas dketahui..

    Masalah yang paling banyak terjadi adalah pembakaran batubara. Pada percobaan

    perhitungan panas pembakaran batubara yang berdasar ASTM, high heating value adalah

    panas yang dihasiklan per unit massa bahan bakar ketika direaksikan dengan oksigen

    menghasilkan abu, air cair, dan gas berupa CO , SO , dan N , yang dilangsungkan pada 2 2 2

  • temperatur 250 C dan tekanan 1 atm. Percobaan ini dilakukan pada temperatur dan volum

    yang konstan.

    Pada sistem tertutup seperti ini berdasar hukum pertama termodinamika dihaslkan :

    U = Q = -Qv

    * 4

    = -QV M + (PV)

    Dimana M adalah berat molekul rata rata bahan bakar.

    * 4

    = - Qv M + RT s

    [(

    16.41

    )%

    + (

    1,44<

    )H + (

    1:.4

    ) + C + (

    76,4:

    )S ] () + [(

    16.41

    )%

    + (

    1,44<

    )H + (

    76,4:

    ) (

    1:.4

    )]O 2

    (g) (

    16.41

    )%

    O (g) + ( 2

    1,44<

    ) H 2 O (l) + 1/2 (

    18,44;

    ) N 2 (g) + (

    76,4:

    ) SO (g) 2

    Entalpi pembakaran untuk suatu unit massa material fosil akan menjadi

    * 4

    = -Qv +

    6

    (

    1:.4

    +

    18,44;

    - (

    1,44<

    ))

    = -Qv + 33,3 Wo + 38,05W 264,3 W N H

    Besarnya panas pembentukan reaktan dapat dihitung melalui perhitungan panas reaksi biasa.

    H = H + f c

    ( 16.41

    ) *

    ,6()

    4

    + (

    1,44<

    )

    * ,6() 4

    + (

    76,4:

    )

    *

    ,6()

    4

    Dengn nilai panas pembentukan senyawa yang telah diketahui adalah sbb : * ,6() 4

    = -169,29 x 103 Btu/lbmol * ,6() 4

    = -122,97 x 103 Btu/lbmol * ,6() 4

    = -127,71 x 103 Btu/lbmol

    Data high heating value didapat dari korelasi yang ditemukan Institute of Gas Technology

    (IGT) yang digunakan untuk batubara. Korelasi yang digunakan adalah sebagai berikut

    (dengan Qv dalam Btu/lbm dan w adalah fraksi berat basis kering) :

    Q = 14.658 w + 56.878 w + 2.940 w 658 w v C H S ash 5.153 (w +w ) o N

    Contoh soal

    Sebuah gasifier dimasukkan umpan berupa devolatilized char sebesar 106 lb/h pada

    temperatur 1700 0F dengan analisis ultimat sebagai berikut :

    78 %C, 0,9 % H, 1,3% N, 0,7 %S, 19,1 % abu, dan sedikit sekali O

    Arang tersebut direaksikan dengan kukus yang masuk pada temperatur 1000 0F dan Oksigen

    yang masuk pada temperatur 400 0F. Analisis produk menghasilkan data sebagai berikut :

    5% CH , 26,5% CO, 14,5% CO2, 26,5%H , dan 27,5% H O 4 2 2

    Fraksi gas merupakan fraksi basis bebas H S dan NH . Distribusi N dan S pada produk tidak 2 3

    diketahui secara pasti namun besarnya N dan S yang bereaksi sebandig dengan besarnya C

    yang bereaksi. Arang yang keluar dari reaktor tidak mengandung H dan kering. Kukus

  • dimasukkan dengan perbandingan 1,2 mol H O per mol C pada umpan (Gambar 8.7). jika 2

    diasumsikan reaksi berlangsung adiabatik pada tekanan 70 bar dan temperatur keluaran

    reaktor sama untuk semua aliran, hitunglah banyakya oksigen yang bereaksi dan temperatur

    keuaran reaktor. (Soal ini well specified).

    Penyelesaian :

    CH , CO,CO ,H , 4 2 2

    H O,H S,NH 2 2 3

    Arang, 1

    1700 F 0

    H O,2 O ,3 Abu,4 2 2

    1000 0 F 400 F C, N,S, Abu

    0

    Neraca massa elemen :

    S : 0,007 X 10 = 32, 06 6

    0 :,6

    + F 4,S .....................................1

    N : 0,013 x 10 = 14,007 N ,NH + F 6

    6 3 4,N

    C : O,78 X 10 = 12,01(0,05+0,265+0,145) N + F 6

    5 4,C ..............................2

    H : (0,009 X 10 ) / 1,008 + 2N = 2N 6

    2 6,H2S + 3 N 6,NH3 + [2(0,265) + 2(0,275) +

    4(0,05) N 5 ..............................3

    O : N + 2N = [0,265+2(0,145)+ 0,275]N .................................4 2 3 5

    Abu : 0,191 x 10 .........................................5 6

    Hubungan Pendukung

    N 2 = 1,2 N 1,C = 1,2 [(0,78X 10 ) / 12,01 ]= 77,935 lbmol/h 6

    (F 4,N / F 4,C ) = (F 1,N / F 1,C ) = (1,3/78).............6

    (F 4,S / F 4,C ) = (F 1,N / F 1,C ) = (0,7/78)..................... 7

    Substitusi pers 6 dan 7 ke persamaan 1 dan 2 didapat pers 8 dan 9 lalu substitusi lagi ke pers

    4 diperoleh pers 10. Selesaikan pers 10 ke pers 3 didapat :

    Gasifier

  • N = 1,2649 x 105 lbmol / h 5

    F 4,C = 8,1169 lb/h

    Dengan mensubstitusi niai nilai ini maka dihasikan nilai nilai F 4,N ; F 4,S ; F 4,abu ; F 6,NH3 ;

    N ,H S, N . 6 2 2

    Neraca Energi

    Dari persamaan kkorelasi IGT maka dapat dihitung high heating value dari arang dan abu :

    Q 1,v = 11.773,1 Btu/lb

    Q 4,v = 3.862,5 Btu/lb

    Dari nilai ini dapat peroleh dihitung besarnya panas pembakaran dari arang dan abu :

    H 4,c = - 3862 Btu/lb

    Dari data ini dapat di peroleh abu dan arang H 1,f = 203,4 btu/lb ; H 1,f = -320,6 Btu/lb

    Persamaan neraca energi dalam bentuk entalpi aliran total :

    Q =0= H + H + H + -H H H 4 5 6 1 2 3

    H = N (H , 2 2 0

    f,H2O +

    % 1;44 ;;

    PH2O dT )

    H = N (0 + 3 3

    % 844 ;4

    PO2 dT

    H = N 6 6,H2S (H , 0

    ,f H2s +

    % ;;

    PH2S dT ) + N 6,NH3 (H , 0

    f,NH3 +

    % ;;

    PNH3 dT )

    H = N ((H 5 5 0

    ,f,S +

    % ;;

    PS dT )

    Dengan memasukkan nilai nilai pada persamaan neraca energi, maka didapat sebuah

    persamaan orde 5 sebagai berikut :

    -6,5182 x 10 -9

    (T 772 ) + 2,1488 x 10 5 -5

    (T -77 ) 3,9079( T 77 ) + 150,63 (T 77 ) + 4 4 3 3 2 2

    9,9490 X 10 (T-77) =1,9281 X 10 5 9

    Penyelesaian persamaan ini di dapat T keluaran sebesar 1688,2 F 0

  • ANALISIS DERAJAT KEBEBASAN

    Analisis derajat kebebasan pada persoalan neraca energi dengan reaksi merupakan

    permasalahan yang terkait erat dengan analisis derajat kebebasan persoalan yang tidak

    melibatkan reaksi.

    Unit Tunggal

    Untuk sistem dengan unit tunggal variabel aliran terdiri atas variabel inti, komponen

    dan laju reaksi, dan variabel tambahan berupa temperatur aliran, tekanan,

    , dan

    .

    Penghitungan neraca massa dan energi sistem dapat dilakukan sendiri-sendiri

    (decoupled) atau harus dilakukan secara serempak (coupled) antara neraca massa dan

    energi. Hal ini bergantung pada derajat kebebasan neraca massa dan neraca energinya.

    Contoh:

    Asam asetat direngkah pada tungku untuk menghasilkan keten melalui reaksi:

    CH3COOH(g) CH2CO(g) + H2O(g)

    Reaksi yang juga terjadi adalah reaksi sebagai berikut:

    CH COOH(g) CH (g) + CO (g) 3 4 2

    Kondisi reaksi yang diinginkan adalah temperatur 700_C dengan konversi 80% dan

    perolehan ketene sebesar 0,0722. Hitunglah laju pemanasan tungku yang diperlukan

    untuk umpam sebesar 100 kmol/jam asam asetat pada 300_C.

    Jawaban:

    Asam Asetat CH COOH 3

    100 kmol/jam CH CO 2

    300 _C H O 2

    CH 4

    CO 2

  • Analisis Derajat Kebebasan

    Neraca Massa Neraca Massa dan Energi

    Jumlah Variabel

    Variabel aliran 6 5

    Laju reaksi 2 2

    Temperatur, dQ/dt - 3

    Jumlah Persamaan

    Massa 5 5

    Energi - 1

    Jumlah Data Diketahui

    Komposisi - -

    Konversi 1 1

    Perolehan 1 1

    Temperatur - 2

    Laju alir 1 1

    Derajat Kebebasan 0 0

    Unit Banyak

    Analisis derajat kebebasan dari proses unit banyak untuk neraca massa dan energi

    sistem dengan reaksi memiliki format yang sama dengan pada analisis neraca massa

    sistem multi-unit. Pada analisis derajat kebebasan dilakukan analisis untuk neraca

    massa dan energi untuk setiap satuan unit pada sistem.

    Analisis derajat kebebasan dilakukan untuk masing-masing unit, proses, dan overall.

    Selanjutnya penyelesaian dilakukan dengan melihat hasil dari analisis derajat

    kebebasan, seperti pada kasus neraca massa, dimulai dari unit yang memiliki derajat

    kebebasan nol terlenih dahulu, jika ada, atau dikerjakan melalui sistem overall, ataupun

    dikerjakan secara serempak dengan menggunakan neraca massa dan energi

    proses.Penyelesaian neraca energi sedapat mungkin dilakukan terpisah dari

    penyelesaian neraca massa.

    Contoh:

    Amonia diproduksi melalui reaksi sebagai berikut:

    N + 3H 2NH 2 2 3

  • Reaksi diselenggarakan pada reaktor adiabatik sebanyak dua tahap.Konversi reaksi

    pada tahap pertama adalah sebesar 10%, produk dari tahap ini didinginkan hingga

    temperatur 425_C melalui pencampuran dengan umpan segar. Produk pada tahap

    kedua memiliki temperatur sebesar 535_C, produk ini pertama-tama didinginkan oleh

    aliran umpan segar yang akan memasuki reaktor satu melalui unit penukar panas.

    Selanjutnya produk didinginkan pada separator untuk mengembunkan NH3 yang

    terbentuk.

    Jawaban:

    Analisis Derajat Kebebasan

    Mixer Reaktor 1 Reaktor 2

    NM NME NM NME NM NME

    Jumlah Variabel

    Aliran 8 8 6 6 7 7

    T, dQ/dt 4 3 3

    Jumlah Persamaan

    Massa 3 3 3 3 3 3

    Energi 1 1 1

    Jumlah Data Diketahui

  • Komposisi 1 1 1 1

    dQ/dt 1 1 1

    Konversi 1 1

    Temperatur 2 1 2

    Basis 1 1

    Derajat Kebebasan 4 4 0 0 4 3

    HE Separator Overall

    Proses NM NME NM NME

    Jumlah Variabel

    Aliran 5 8 8 6 6 18

    T, dQ/dt 5 4 3 13

    Jumlah Persamaan

    Massa 3 3 3 3 12

    Energi 1 1 1 5

    Jumlah Data Diketahui

    Komposisi 1 1 1 1 1 2

    dQ/dt 1 4

    Konversi 1

    Temperatur 3 2 2 6

    Basis 1

    Derajat Kebebasan 4 4 5 2 2 0

    Penyelesaian neraca massa dan energi dari kasus ini dapat dimulai dari unit reaktor

    satu. Pada unit ini penyelesaian neraca massa dan energi dapat dilakukan secara

    decoupled.