kelompok 10 new

25
PRESENTASI REFERAT FILARIASIS Oleh: KELOMPOK 10 TUTOR : dr. Tisna Sendy

Upload: elma-laeni-barokah

Post on 17-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

wwwwwwwwwwwwwww

TRANSCRIPT

Kelompok 10 Tutor : dr. Tisna Sendy

Presentasi referatFilariasis Oleh:KELOMPOK 10

TUTOR : dr. Tisna Sendy Anggota :

Kunangkunang P Bulan G1A009091Iman Hendrianto G1A010048Rhani ShabrinaG1A010076 Hesti Putri A G1A010099Nahiyah Isnanda G1A010098Eka Rizki Febryanti G1A010111 Eka Wijaya W G1A010112Tika Wulandari G1A010114 Doni Kristiyono G1A010115 Intan Puspita Hapsari G1A010109PENDAHULUAN Filariasis adalah infeksi menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup didalam kelenjar limfe dan ditularakan oleh nyamuk. Infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan sehingga dapat mengakibatkan cacat seumur hidup pada anggota tubuh terutama pada bagian tungkai atau tangan.

Cara filaria menginfeksi manusia yaitu melalui gigitan vektor Arthopoda, misalnya nyamuk. Nyamuk dapat berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan dapat tertular filariasis karena gigitan nyamuk yang mengandung mikrofilaria. Jenis nyamuk yang biasanya menjadi vektor utama filariasis adalah Aedes sp, Culex, Anopheles sp, dan Mansonia sp.

TINJAUAN PUSTAKA Filariasis = penyakit kaki gajah = elephantiasisSuatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk (Yatim, 2003).Sifat kronisEtiologi :Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori

Mikrofilaria Wuchereria bancrofti (A), Brugia malayi (B), dan Brugia timori (C).ABCWuchereria bancroftiMikrofilarianya berukuran 250, cacing betina dewasa berukuran panjang 65 100mm dan cacing jantan dewasa berukuran panjang 40mm. Di ujung daerah kepala membesar, mulutnya berupa lubang sederhana tanpa bibir (Oral stylet).

Brugia malayi dan Brugia timoriMikrofilarianya berukuran 280. Cacing jantan dewasa panjangnya 23 mm dan cacing betina dewasa panjangnya 39 mm.

Wucheria bancroftiBrugia malayiHospes definitif: manusiaHospes reservoar (Brugia malayi) : kucing, kera, kuda, sapi.VektorWuchereria bancroftiPerkotaan: Culex quinquefasciatus.Pedesaan dapat ditularkan oleh berbagai macam spesies nyamuk. Di Irian Jaya: Anopheles farauti Daerah daerah pantai di NTT : Anopheles subpictus.Brugia malayidaerah rawa di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku : Mansonia uniformis, Mansonia bonneae, dan Mansonia dives. Di daerah Sulawesi: Anopheles barbirostris Brugia timoriNTT dan Timor Timur : Anopheles barbirostris(Sudomo, 2008)

patofisiologinyamuk menghisap darah penderita yg terdapat microfilaria

menggigit orang yang sehat, lalu microfilaria akan menuju pembuluh limfa dan nodus limfa

Di pembuluh limfa akan terjadi perubahan dari larva stadium 3, stad 4, stad 5 menjadi parasit dewasaAntigen parasit aktifkan sel Th2 dilatasi pembuluh limfaMelepas sitokin IL 1, IL 6, TNF Disfungsi katub aliran limfa retrogradestimulasi sumsum tulang limfadema eosinofilia Mediator pro inflamasi menebalnya dinding merangsang sel B dan IgE pembuluh limfe, fibrosis & kerusakan struktur

IgE + parasit cairan limfa ke intersisial(kronis) demam reaksi granulomatosa mematikan parasit

Penegakan diagnosis Anamnesis :Berada pada daerah endemic filariasisNyeri pada daerah kelenjar limfaDemam, sakit kepala, muntah, lesu, tidak nafsu makanBagian ekstrimitas bawah membesar, kadang dapat disertai dengan pembesaran genitalia.

Pemeriksaan fisik :LimfadenitisPada kelenjar yang terkena didapatkan kemerahan, luka yang tidak sembuh dan kehitamanJaringan parut pada ekstrimitas bagian bawah sehingga akan timbul bengkak pada kaki bahkan hingga genitalKadang bisa mengakibatkan hematuria

Pemeriksaan penunjang :

Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darahPemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan payudara akan ditemukan cacing dewasaPada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis dengan eosinofilia 10-30%.Antigen Wuchereria brancofti dengan menggunakan ELISA dan ICTTes serologi antibody Wuchereria brancofti dengan menggunakan antibody IgG4.Penggunaan PCR untuk mendeteksi DNA Wuchereria brancofti.

penatalaksanaanDEC (Diethyl Carbamazine Citrate)Cara kerja obat ini diduga mempermudah fagositosis mikrofilaria oleh makrofag di RES.Dosis : 6 mg/kgBB selama 12 hari.FurapyridimidoneDosis (B. Malayi): 15-20 mg/kgBB/hari selama 6 hariDosis (W. Bancrofti): 20 mg/kgBB/hari selama 7 hariLevamizole Ivermictin150 mcg/kgBB dosis tunggal untuk O. Volvulus 200 mcg/kgBB dosis tunggal untuk Loa-LoaStandar terapidietilkarbamazin (DEC)ivermektin (IVM)albendazol (ALB)

Ketiga obat tersebut digunakan sebagai langkah intervensi penyakit filariasis dalam rangka pemberian obat masal selama dua dekade terakhir ini. Obat tersebut bersifat mikrofilarial.DoksisiklinKemoterapi terhadap filaria Wolbachia dengan doksisiklin menunjukkan keampuhan antiparasit tinggi filariasis limfatik.

Dengan dosis harian 200 mg doksisiklin, menunjukkan penurunan 78 % aktivitas makrofilarisidalEfek makrofilarisidal yang kuat, tanpa efek samping kematian yang disebabkan filariaPada penelitian pertama,dengan dosis harian 200 mg doksisiklin, menunjukkan penurunan 78 % aktivitas makrofilarisidal

Penurunan rangsangan angiogenik oleh doksisiklin mengakibatkan pengembalian dilatasi getah beningPasien yang dirawat menampilkan penurunan tingkat plasma yang penting untuk angiogenesis dan diproduksi oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh dalam merespons rangsangan bakteri

Kekurangan pada doksisiklin adalah harganya mahal

Butuh penelitian lanjutan pada sampel yang lebih besar untuk menilai keefektifanya terhadap penyakit filariasispencegahanPengobatan masalPengendalian vektorPeran serta masyarakatberpartisipasi pada saat ada kegiatan pemeriksaan darahbersedia minum obat anti filariasis sesuai dengan ketentuanmemberitahukan kepada kader atau petugas kesehatan bila menemukan penderita filariasisKesimpulanFilariasis adalah infeksi menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup didalam kelenjar limfe dan ditularakan oleh nyamuk.Vektor utama filariasis adalah Aedes sp, Culex, Anopheles sp, dan Mansonia sp.Mikrofilaria yang terdapat pada manusia adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

Tanda dan gejala yang ada pada penderita filariasis adalah biasanya pada daerah endemic filariasis, nyeri pada daerah kelenjar limfa, demam, sakit kepala, muntah, lesu, tidak nafsu makan, bagian ekstrimitas bawah membesar, kadang dapat disertai dengan pembesaran genitalia.Pemeriksaan penunjang yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah pada pemeriksaan sediaan darah tebal. Pengobatan yang diberikan DEC, Furapyridimidone, levamizole, dan ivermictin.

Daftar pustakaDepkes RI. 2006. Epidemiologi Filariasis Ditjen PP & PL. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Hoerauf, Achim. 2008. Filariasis: new drugs and new opportunities for lymphatic filariasis and onchocerciasis. Current Opinion in Infectious Diseases. 21:673681Isharmanto, 2009. Keanekaragaman Tumbuhan Berpembuluh. Surakarta : LPP UNSKurniawan Liliana. Filariasis aspek klinis, diagnosis, pengobatan dan pemberantasannya. Jakarta: Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RIPalumbo, Emilio. 2008. Filariasis: diagnosis, treatment and prevention. Acta Biomed. Vol 79. Hal 106 109.Nasry Noor. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka CiptaNoble, Elmer R. & Glenn A. Noble. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan Edisi Kelima. Yogyakarta :Gajah Mada University Press.Onggowaluyo J.S. 2002. Parasitologi Medik (Helmintologi) Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnostik dan Klinik. Jakarta: EGCParmar, Hiren D. 2013. The Surgical Approach in Huge Scrotal Lymphedema. International Journal of Medical Science and Public Health. Vol 2. Hal 153 155.Prianto, Juni L.A., dkk. 1999. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.Purwantyastuti. Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis. Buletin Jendela Filariasis di Indonesia Vol.I Juli 2010.Rampengan, TH. Laurentz, IR.1997. Askariasis dalam Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Jakarta : EGC. Sembel DT, 2009. Entomologi Kedokteran. Penerbit ANDI, Yogyakarta.Soedarmo Sumarmo SP, Herry garna, Sri Rezeki SH, Hindra Irawan S. Filariasis dalam Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 400-407Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.Sudomo, Mohammad. 2008. Penyakit Parasitik yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. Diakses dari situs http://www.litbang.depkes.go.id Yatim, Wildan. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pembrantasannya. Jakarta : Erlangga.

Terima kasih...