tak kognitif kelompok new

33
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK METODE TERAPI KOGNITIF DI RSJ SURAKARTA Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa Disusun oleh: Agung Prihatin J2301450 Arifia Purwanti J230145051 Arta Winangsit J2301450 Pipin Oktaviani J230145056 Reni Ardita J230145059 Dian Nasif zahrofi J230145069 Hanifa Nur Afifah J230145053 Friza Rahmi Artini J230145057 Maulana Rian Krisandi J2301450 Dyah Isna Romadani J230145052 Dian Puspitasari J230145058 1 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Upload: hanifa-nur-afifah

Post on 02-Oct-2015

232 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

efalf

TRANSCRIPT

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOKMETODE TERAPI KOGNITIFDI RSJ SURAKARTA

Tugas Ini Disusun Untuk MemenuhiTugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:

Agung PrihatinJ2301450Arifia PurwantiJ230145051Arta WinangsitJ2301450Pipin OktavianiJ230145056Reni ArditaJ230145059Dian Nasif zahrofiJ230145069Hanifa Nur AfifahJ230145053Friza Rahmi ArtiniJ230145057Maulana Rian KrisandiJ2301450Dyah Isna RomadaniJ230145052Dian PuspitasariJ230145058

PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2014

PROPOSALTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)METODE TERAPI KOGNITIF

A. LATAR BELAKANGKesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia untuk bertahan hidup dalam kondisi tidak sakit. Kesehatan adalah tidak adanya disabilitas yang disebabkan oleh penyakit atau cidera baik fisik maupun jiwa. Kesehatan jiwa sendiri merupakan tidak adanya disabilitas yang disebabkan oleh pola atau sindrom psikologis atau perilaku. Jika jiwa seseorang terganggu, maka akan menyebabkan gangguan jiwa seperti depresi, delusi, dan yang paling sering muncul adalah skizofrenia (Pickett & Hanlon, 2009).Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi, dan aspek lain dari perilaku. Salah satu macam skizofrenia adalah skizofrenia paranoid (Kaplan & Saddock, 2007). Gejala negatif dari skizofrenia paranoid meliputi sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar, lemah, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial, dan rasa tidak nyaman atau cemas (Videbeck, 2008). Cara untuk menanggulangi masalah skizofrenia ini perlu ada aktivitas yang memberi solusi bagaimana menyelesaikan masalah tersebut secara konsisten kepada klien tentang bagaimana mengatasi cemas, sehingga klien memiliki manajemen diri untuk mengatasi masalah tersebut bila cemas muncul. Salah satu cara tersebut adalah dengan menggunakan terapi kognitif (Stuart & Laraia, 2002).Terapi kognitif adalah terapi kognitif yaitu psikoterapi individu yang pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif.. Melalui terapi kognitif individu diajarkan/ dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide dengan benar-benar mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya dan menetapnya gangguan mood (Townsend, 2005). Pemberian terapi kognitif pada pasien skizofrenia kognitif dinilai mampu untuk menurunkan tanda dan gejala cemas pada skizofrenia. Penelitian terkait dengan pemberian terapi kognitif pada pasien skizofrenia adalah Penelitian Suerni, Anna Keliat, dan Helena (2013) bahwa setelah diberikan tindakan keperawatan terapi kognitif 80% klien mampu mengidentifikasi pikiran otomatis negatif, 80% mampu menggunakan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negatif, 86,67% klien mampu mengidentifikasi manfaat penggunaan tanggapan rasional dan 80% klien mampu menggunakan support sistem.

B. TUJUAN 1. Tujuan UmumKlien mampu menyelesaikan masalah kecemasan dan halusinasi yang dihadapi2. Tujuan Khusus, klien mampu :a. Mengidentifikasi masalah yang menyebabkan kecemasanb. Menyebutkan cara untuk mengurangi cemas dengan thought stopping.c. Menyebutkan teknik relaksasi progresif untuk mengurangi kecemasan

C. MANFAATSetelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Aktifitas Kelompok Kognitif diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :1. Bagi pasien/keluarga : Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara mengatasi kecemasan dan halusinasi2. Bagi Pendidikan : Sebagai tambahan ilmu tentang terapi aktivitas kelompok kognitif3. Bagi Rumah Sakit : Sebagai peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dengan menyediakan fasilitas terapi aktivitas kelompok

BAB IIITINJAUAN TEORI

A. Skizofrenia1. PengertianSkizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan kognitif, emosi, pikiranadanya perilaku menarik diri dari interaksi social serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, (Kaplan & Saddock, 2007)Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd (tidak ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti. Sering diikuti halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan aneh tidak menentu, tidak dapat diduga, dan kadang-kadang berperilaku yang berbahaya. Orang-0rang dengan tipe ini memiliki halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang melibatkan tema-tema tentang penyiksaan dan kebesaran (toernry, 1995, Susan Nolen Hoeksema, 2004).2. Etiologi a. Faktor biologis1. Kontribusi gen terhadap skizofreniaStudi terhadap keluarga, anak kembar dan anak adopsi melengkapi bukti-bukti bahwa gen terlibat dalam transmisi (penyebaran) skizofrenia (Liohtermann, Karbe & Maier, 2000). Beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak gen (polygenic) model tambahan, yang membentuk jumlah dan konfigurasi gen abnormal untuk membentuk skizofrenia (Gottensman, 1991, Gottansman & Erlenmyer-kimling, 2001). Adanya lebih banyak gen yang terganggu meningkatkan kemungkinan berkembangnya skizofrenia dan menungkatakan kerumitan gangguan tersebut. Individu yang lahir dengan beberapa gen tetapi tidak cukup untuk menunjukkan simtom-simtom bertaraf sedang atau ringan skizofrenia, seperti keganjilan dalam pola bicara atau proses berpikir dan keyakinan-keyakinan yang aneh.Anak-anak yang memiliki kedua orang tuanya menderita skizofrenia dan anak-anak kembar identik atau dari satu zigot (monozigot) dari orangtua dengan skizofrenia, mendapat sejumlah besar gen skizofrenia, memiliki resiko sangat besar mendapatkan skizofrenia. Sebaliknya penurunan kesamaan gen dengan orang-orang skizofrenia, menurunkan resiko individu mengembangkan gangguan ini.Jika aman dari orang skizofrenia mengembangkan gangguan ini, tidak berarti bahwa hal itu dikirimkan atau diwariskan secara genetic. Tumbuh bersama orangtua skizofrenia dan secara khusus bersama dengan kedua orangtua dengan gangguan tersebut, kemungkinan besar berarri tumbuh berkembang dalam suasana yang penuh stress. Jika orangtua psikotik, anak dapa terbuka untuk pemikiran-pemikiran yang tidak logis, perubahan suasana hati dan perilaku yang kacau.Bahkan jika orangtua bukanlah psikotik akut, sisa-sisa simtom negative akut skizofrenia, kurangnya motivasi, dan disorganisasi mungkin mengganggu kamampuan orangtua untuk peduli terhadap anak. Studi adopsi yang dilakukan Leonard Heston di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup bersama orangtua skizofrenia yang diadopsi jauh dari ibu, mempunyai tingkat pengembangan skizofrenia yang lebih rendah.b. Faktor Psikososial1. Teori PsikodinamikaMenurut Kohut & Wolf, ahli-ahli teori psikodinamika berpendapat bahwa skizofrenia merupakan hasil dari paksaan atau tekanan kekuetan biologis yang mencegah atau menghalangi individu untuk mengembangkan dan mengintegrasikan persaan atau pemahaman atas dirinya. Freud(1942) berargumen bahwa jika ibu secara ekstrim atau berlebihan kasar dan terus-menerus mendominasi, anak akan mengalami taraf regresi dan kembali ke taraf perkembangan bayi dalam hal pemfungsiannya, sehingga ego akan kehilangan kemampuannya dalam membedakan realita.Berdasarkan penelitian interaksi antar keluarga dan skizofrenia yang berfokus pada stress keluarga, menunjukkan bahwa stress keluarga menyebabkan atau mengurangi penderita skizofrenia. Dimana keluarga dapat mendukung anggota keluarga dengan skizofrenia dan menolong mereka berfungsi dalam masyarakat meskipun gangguan tersebut membuat gangguan lebih buruk dengan terciptanya suasana yang merusak atau mengurangi kemampuan anggota keluarga yang skizofrenia untuk menanganinya (Susan Nolen Hoeksema, 2004).2. Pola-Pola KomunikasiMenurur Gregory Bateson & koleganya bahwa orangtua (khususnya ibu) pada anak-anak sklizofrenia menempatkan anak mereka dalam situasi ikatan ganda (double binds) yang secara terus menerus mengkomunikasikan pesan-pesan yang bertentangan pada anak-anak. Yang dimaksud ikatan ganda adalah pemberian pendidikan dan informasi yang nilainya saling bertentangan. Dalam teori doble-bind tentang pola-pola komunikasi dalam keluarga orang-orang dengan skizofrenia, menampakkan keganjilan. Keganjilan-keganjilan itu membentuk lingkungan yang penuh ketegangan yang membuat lebih besar kemungkinan seorang anak memiliki kerawanan secara biologis terhadap skizofrenia akan mengembangkan sindrom skizofrenia sepenuhnya atau bahwa seseorang dengan skizofrenia akan memiliki frekuensi kekambuhan psikotis yang lenih tinggi.3. Tampilan EmosiBerdasarkan beberapa penelitian bahwa gaya interaksi penderita skizofrenia dapat dilihat dari ekspresi emosinya. Keluarga-keluarga yang pengekspresian emosinya kuat terlalu melibatkan diri dengan setiap anggota keluarga lainnya, Overprotekif terhadap anggota keluarganya terganggu dan bersikap mengorbankan diri bagi anggota keluarganya yang terganggu tetapi juga suka mengkritik, bermusuhan dan memarahi anggota keluarga yang terganggu.4. Stres dan Kekambuhan Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stress (stresfull) mungkin tidak menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi keadaan tersebut dapat memicu episode baru pada orang-orang yang mudah terkena serangan atau rawan terhadap skizofrenia. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 50 % orang yang mengalami kekambuhan skizofrenia adalah mereka yang dalam kehidupannya telah mengalami kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh. Banyak kejadian dalam hidup orang-orang skizofrenia alami dalam beberapa miggu sebelum mereka kambuh mungkin secara actual disebabkan oleh simtom-simtom prodormal yang muncul sebelum kambuh kedalam psikotis. Sebagai contoh, satu dari simtom-simtom prodormal dari kekambuhan skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social yang pada gilirannya kejadian-kejadian buruk dalam kehidupannya sebagian besar mendahului sebuah kekambuhan, seperti pecah/hancurnya jalinan atau hubungan (relation ship) atau hilangnya sebuah pekerjaan (Wiramiharja, 2005).5. Faktor Kesalahan BelajarYang dimaksud kesalahan belajar adalah tidak tepatnya mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Dalam hal ini penderita mempelajari dengan baik perilaku orang-orang skizofrenia atau perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik ( Wiramaharja,2005)3. Tanda dan gejalaMenurut Eugen Bleuler gejala-gejala skizofrenia Paranoid dapat dibagi menjadi dua yaitu :a.Gejala primer Gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran) yang terganggu terutama aspek asosiasi, kadang-kadang suatu ide belum selesai diutarakan, sudah muncul ide uang lain. Sering ditandai oleh : menggunakan arti simbolik, terdapat clang association, jalan pikirannya tidak dapat dimengerti / inkoherensi, menyamakan hal-hal. Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari, ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada yang laindidalam dirinya yang berfikir dan tanda sejenis lainnya. Gangguan afek dan emosiDapat berupa : Kedangkalan afek dan emosi, klien menjadi acuh tak acuh pada hal-hal yang penting dalam hidupnya.Parathimi ; merasa sedih atau marah yang seharusnya timbul rasa tenang dan gembira.Paramimi ; klien menangis padahal merasa senang dan bahagia.Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan.Emosi yang berlebih.Hilang kemampuan untuk mengandalkan hubungan emosi yang baik.Ambivalensi pada afek : dua hal yang bertentangan berada pada satu objek Gangguan kemauanDitandai antara lain :Tidak dapat mengambil keputusanTidak dapat bertindak dalam suatu keadaanMelamun dalam waktu tertentu yang lama.Negativisme ; perbuatan yang berlawanan dengan perlawananAmbivalensi kemauan ; menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang samaOtomatisme ; merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar sehingga ia berbuat otomatis. Gangguan psikomotorStupor : tidak bergerak dalam waktu yang lama.Hiperkinesa; terus bergerak dan tampak gelisahStereotipi ; berulang melakukan gerakan atau sikapVerbigerasi ; stereotipi pembicaraanManerisme ; stereotipi tertentu pada pada skizofrenia, grimes pada muka atau keanehan berjalan dan gaya.Katalepsi ; posisi badan dipertahankan dalam waktu yang lama.Fleksibilitas cerea ; bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti lilin.Negativisme ; menentang atau justru melakukan berlawanan dengan apa yang disuruh.Otomatisme komando ; kebalikan daari negativisme.Echolalia; meniru kata-kata yang diucapkan orang lain.b. Gejala sekunder Waham atau delusi kayakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan penalaran atau bujukan. Sangat tidak logis dan kacau tetapi klien tidak menyadari hal tersebut dan menganggap sebagai fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.Jenis-jenis waham mencakup :1. kebesaran ; seseorang memiliki suatu perasaan berlebih dalam kepentingan atau kekuasaan.2. curiga ; seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau menncurigai dirinya.3. Siar ; semua kejadian dalam, lingkungan sekitarnya diyakini merujuk / terkait kepada dirinya.4. kontrol ; seseorang percaya bahwa objek atau oang tertentu mengontrol perilakunya. Halusinasi ; istilah ini menggarbarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang sering,halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi Tanda gangguan yang berlangsung secara terus menerus sedikitnya selama 6 bulan ( Stuard, 2006 ).a.Kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain.b.HalusinasiModalitas sensori yang tercakup dalam halusinasi :1) Pendengaran / auditoriusMendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai pasien, untuk menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang pasien yang berhalusinasi. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar pasien yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh pasien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang hal yang berbahaya.2) Penglihatan / visualStimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, ganbar geometris, gambar kartun, dan gambar atau panorama yang luas dan kopleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan ( seperti melihat monster ).c. Waham kejar atau kebesaran1) Waham kejar (delusion of persecution) yaitu: keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencan membahayakan dirinya. Waham ini menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti serta diawasi.2) Waham atau kebesaran ( delusion of grandeur ) yaitu: keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang yang penting (Maramis, 2004).B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)1. Pengertian Menurut Stuart dan Laraia (2001), terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama, yang bermaksud untuk berbagi rasa membantu anggota kelompok dan merubah perilaku yang maladaptif.2. Jenis TAKa. TAK Sosialissi Sesi 1b. TAK Sosialisasi Sesi 2c. TAK Sosialisasi Sesi 3d. TAK Sosialisasi Sesi 4e. TAK Sosialisasi Sesi 5f. TAK Sosialisasi Sesi 6g. TAK Orientasi Realita sesi 1h. TAK Orientasi Realita sesi 2i. TAK Orientasi Realita sesi 3j. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Kognitif

3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) KognitifTerapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yangmempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi polaberfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Tujuan terapi kognitif adalah -.Mengembangkan pola berfikir yang rasional.- Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguanperilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yangactual. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalammenanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.- Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi denganterlebih dahulu mengubah pola berfikir.

BAB IIIRENCANA PELAKSANAANA. PERSIAPAN1. KlienBerikut klasifikasi klien yang akan ikut serta dalam aktifitas kelompok :No.NamaTanda & gejala

1MariawatiSeperti anak-anak, lebih suka menyendiri, halusinasi

2Nur hayu Halusinasi, kekanak-kanakan

3SuratmiHalusinasi, waham curiga, resiko perilaku kekerasan

4SuwantiResiko perilaku kekerasan, waham, halusinasi

5HartatikWaham, menyendiri, halusinasi

2. Perawata. Pengorganisasian Leader : Dyah Isna RomadaniCo Leader : Dian Nasif ZahrofiObserver: Arifia Purwanti : Agung PrihatinFasilitator: Dian Puspitasari: Hanifa Nur Afifah: Friza Rahmi Artini: Reni Ardita: Pipin OktavianiOperator: Maulana Rian Krisandi: Arta Winangsit3. Tugas perawatPERANTUGAS

Leader Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok Memperkealkan anggota-anggota terapi aktifitas kelompok Menjelaskan tujuan diskusi Menetapkan jalannya tata tertib Dapat mengambil keputusan dan menyimpulkan hasil diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut Mengontrakkan waktu dengan pasien Menyimpulkan hasil kegiatan Menutup acara Motivasi anggota aktif dalam kelompok

Co Leader Mendampingi leader jika terjadi blocking Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah Menyampaikan informasi / pesan dari fasilitator co leader Motivasi anggota untuk aktiv dalam kelompok

Fasilitator Membantu klien meluruska dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan Mendampingi peserta TAK untuk berdiskusi Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

Observer Mengobserver persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktifitas kelompok Mengobservasi perilaku klien

Operator Memainkan musik

B. TEKNIK PELAKSANAAN1. PelaksanaanHari / tanggal: 18 Desember 2014Waktu: 08.40 selesaiTempat: Ruang Larasati RSJD Surakarta2. Perlengkapana. laptop/ Mp3b. Pengeras suara/ Speaker aktifc. Alat tulisd. Bolpoint/ spidole. Kertas bergambar tanda stopf. Sedotan g. Karet gela3. Setting Tempata. Sesi 1

F

6F543F21FLL

F

b. Ruangan cukup luas, nyaman dan tenang.

2F1

FF

3F4F5F6CLLLLL Keterangan :

1 s.d 6: Peserta

L: Leader

: Observer

F: Fasilitator

4. Mekanisme kegiatan a. Tahap persiapan 1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu pasien menarik diri, memiliki perasaan sama dengan pasien lain yaitu kehilangan, halusinasi, cemas.2) Membuat kontrak waktu3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuanb. Tahap Orientasi1) Memberikan salam secara terapeutik kepada klien2) Mengevaluasi/ validasi (menanyakan perasaan klien saat ini )3) Kontrak : Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri Menjelaskan aturan main kepada klien yaitu jika ada klien yang akan meningalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis. Menjelaskan kepada klien bahwa lama kegiatan 45 menit Semua klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.c. Tahap Kerja Sesi 1: perkenalan dan identifikasi masalah1) Memberikan papan nama untuk pasien2) Meminta masing-masing klien untuk menuliskan nama lengkap nama panggilan dan asal3) Menjelaskan langkah berikutnya, yaitu saat musik mulai dinyalakan klien beserta fasilitator berputar seperti kereta yang melewati terowongan yang diperankan oleh 2 orang perawat dan masing-masing peserta memegang pundak peserta yang ada di depannya. Saat musik dihentikan maka kereta juga berhenti dan ada salah satu klien atau fasilitator yang terperangkap diterowongan setiap fasilitator atau klien yang tertangkap harus dapat menyebutkan nama lengkap, nama pangilan, asal, dan hobi yang dimilikinya4) Mengulangi lagkah diatas sampai semua klien mendapat giliran5) Memberikan reinforcement stiap keberhasilan klien. Sesi 2: Thought stopping1) Membagikan kertas bergambar tanda stop atau berhenti2) Meminta masing-masing klien menyebutkan kertas tersebut bergambar apa3) Meminta klien membayangkan masalah apa yang biasanya membuat klien cemas sehingga menarik diri4) Mengarahkan klien agar sikap pikiran muncul, klien harus melihat tanda stop sebagai tanda klien harus berhenti membayangkan hal tersebut5) Meminta skali lagi untuk membayangkan dan kemudian jika telah muncul klien diminta bilang stop.6) Mendiskusikan dengan semua klien tentang bagaimana cara penyelesaian masalah yang teah dilakukan7) Memberikan pujian untuk setiap keberhasilan dengan mengajak semua klien bertepuk tangan. Sesi 3: mengalihkan pikiran1) Meminta klien untuk membayangkan hal-hal yang disukai2) Membagikan kertas kosong dan bolpoin dan meminta masing-masing klien untuk melakukan apapun dengan kertas tersebut yaitu menuliskan penyebab kecemasan dan cara mengatasinya3) Meminta klien untuk melakukan hal yang disukai dengan mengaplikasikan kertas tersebut atau menuliskan pengalaman yang tidak disukai dengan kecemasan4) Meminta klien untuk menceritakan apa yang biasa dilakukan jika klien mengalami kecemasan hingga menarik diri.5) Memberikan pujian untuk keberhasilan dengan mengajak semua klien bertepuk tangan. Sesi 4: teknik relaksasi progresif1) Meminta klien untuk duduk kemudian terapis berdiri disamping klien2) Menganjurkan klien untuk mengencangkan dahi selama 5-7 detik, kemudian relaksasi 20-30 detik3) Menganjurkan klien untuk mengencangkan bahu selama 5-7 detik, kemudian relaksasi 20-30 detik4) Menganjurkan klien untuk mengencangkan lengan atau otot bisep selama 5-7 detik, kemudian relaksasi 20-30 detik5) Menganjurkan klien untuk mengencangkan betis selama 5-7 detik, kemudian relaksasi 20-30 detikd. Tahap Terminasi1) Evaluasi Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK Memberikan pujian atas keberhasilan peserta2) Rencana tindak lanjutTerapis meminta klien untuk menulis hal positif lain yang belum tertulis3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan, waktu dan tempatt)DAFTAR PUSTAKAKaplan, H.I., Saddock, B.J., & Grebb, J.A.(2010). Sinopsis Psikiatri IlmuPengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.Jilid I. (7th ed.). Jakarta : Bina RupaAksara. JakartaTim keperawatan jiwa. (2012). Penuntun praktek laboratorium keperawatan jiwa:UMS

17 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

LEMBAR PENILAIANSESI I : PERKENALAN DAN IDENTIFIKASI MASALAHNo. Aspek yang dinilaiNama Peserta

1Klien mampu berkenalan

2Klien mampu mengenal perawat

3Klien mampu mengenal nama klien lain

4Klien mampu membina hubungan dengan baik

5Klien mampu berkonsentrasi

6Klien mampu menceritakan masalahnya

7Klien mampu mengikuti dengan baik

SESI 2 : THROUGHT STOPPINGNo. Aspek yang dinilaiNama Paserta

1Klien dapat mengidentikasi masalah

2Klien dapat membayangkan masalah

3Klien dapat menghentikanm pikiran dengan kata stop

4Klien dapat menghentikan pikiran dengan melihat tanda stop

SESI 3 : MENGALIHKAN FIKIRANNo Aspek yang dinilaiNama Peserta TAK

1Klien mampu memgidentifikasi masalah

2Klien mampu mengalihkan fikiran

3Klien dapat mengatakan apa yang ada di kartu

4Klien mampu melakukan sesuatu untuk mengalihkan fikiran

SESI 4 : RELAKSASI PROGRESIFNoAspek yang dinilaiNama Peserta TAK

1Klien dapat mengencangkan dahi 5-7 detik kemudian relaksasi 20-30 detik

2Klien dapat mengencangkan bahu selama 5-7 detik kemudian relaksasi 20-30 detik

3Klien dapat mengencangkan lengan atau otot bisep selama 5-7 detik kemudian relaksasi 20-30 detik

4Klien dapat mengencangkan betis selama 5-7 detik kemudian relaksasi 20-30 detik