kelompok 1 udh revisi
DESCRIPTION
homeworkTRANSCRIPT
Kelompok 1 Hesti Purwaningsih 115070200111049
Yuliana Wahyu Puspitasari 115070207111003
Happy Pilas 105070201111002
Revy Sekti Aji 105070200111044
A . Zahriar Badarudin S 105070200131004
Febriani Veronica 105070203111002
Damar Dewangga 105070200111036
Pengertian Selulitis
Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan subkutan. Tempat yang paling sering adalah ekstremitas, tetapi selulitis juga dapat terjadi di kulit kepala, kepala dan leher. Organisme penyebab selulitis adalah stapilococus aureus, streptococcus grup A dan streptococcus pneumoneae. ( cecily lynn betz ,2009 dalam buku saku keperawatan pediatri edisi 5)
Selulitis merupakan infeksi bakterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus influenza, keadaan anak akan tampak sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian atas, dapat pula diikuti bakterimia dan septikemia. ( djuanda adhi ,2008)
Perbedaan abses dan selulitis (Peterson dan Ellis, 2002; Topazian dan Goldberg, 2002)
Karakteristik Selulitis Abses
Durasi
Sakit
Ukutan
Palpasi
Lakasi
Kehadiran pus
Derajat keparahan
Bakteri
sifat
Akut
Berat dan merata
Besar
Indurasi jelas
Difus
Tidak ada
Lebih berbahaya
Aierob (streptococcus)
difus
Kronis
Terlokalisis
Kecil
Fluktuasi
Berbatas jelas
Ada
Tidak darurat
Anaerob (stafilokokus)
terlokalisasi
Klasifikasi (menurut siapa)
a. Selulitis Oriatal
Mudah menyebar dari sinus karena memiliki hubungan langsung dengan sinus-sinus etmiodalis, maksilans dan frontalis
Gejala : eksoftalmos, oftalmoplegia, dan hilangnya ketajaman penglihatan.
b. Selulitis penorbital
Disebabkan oleh trauma, luka terinfeksi, gigitan serangga. Gejala : demam dan pembengkakan, ada pengerasan dan nyeri tekan. Adalah infeksi kelopak mata atau kulit disekitar mata. Lebih sering terjadi pada anak dibawah 6 tahun.
Menurut Benni et all 1999 dibedakan menjadi :
a. Sirkumskripta Serous Akut
Terbatas pada daerah tertentu yaitu satu/dua spasia facial yang tidak jelas batasnya
b. Selulitis sirkumskripta supuratif akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumsipta serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen.
c. Selulitis difus yang sering dijumpai
Adalah angina Ludwig’s , merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental san submandibular.
Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus. Pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais lebih sering melalui aliran darah (buku kuning). (Concheiro J, Loureiro M, González-Vilas D. 2009)
Patofisiologi
FaktorResiko
- Gigitan dan sengatan serangga Orang yang digigit serangga kemungkinan lapisan kulitnya membuka sehingga virus stepilokokus masuk dalam host.
Bakteri, Jamur, Luka, dll
Infeksi Jaringan Subkutan
Selulitis
Mekanisme radang
Kalor
Proses fagositosis
hypertermia
Dolor
Akselerasi/ deakselerasi
syaraf jaringan sekitar
nyeri otot
gangguan rasa nyaman
nyeri
Rubor
Hypotermi
eritema lokal
Gangguan citra tubuh
Tumor
hiperplasia jaringan ikat
odem jaringan ikat
Penekanan jaringan
Fungidesa
Intoleransi jaringan/orga
n distal
Intoleransi aktifitas
- Luka dikulit
Luka di kulit memudahkan virus masuk dalam tubuh.
- Rewayat penyakit pembuluh darah
- Diabetes
Orang yang mengalami diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi ini dikarenakan
- Pemakaina obat imunosupresan atau kortikostreoid
- Malnutrisi dan obesitas
- Orang kulit beresiko lebih tinggi
Memicu terjadi
Manifestasi klinis
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk
ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran
perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan
demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai
limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal
(flegmon, nekrosis atau gangren)
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color
(hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas
tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat
ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi
biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa:
malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum
menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi
walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang
terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama
ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa
paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di
ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang
ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik
streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe
dapat menyebabkan selulitis rekurens.
a.
Px Diagnostik
1. Px darah : sel darah putih meningakt, peningkatan eusinofil, peningkatan laju sedimentasi eritrosit
2. Pewarnaaan gram : ditemukan adanya organisme campuran
3. Kultur darah : didapatkan hasil positif
4. Px Radiologi sinus paranasal
5. Pemindaian Ct9ct scan) orbita dan sinus paranasal- untuk mengesampingkan terkenanya orbita.
Pedoman menganjurkan pengguanaan dari biopsi kulit dan aspirasi hanya pada pasien piliha, yang diagnosan selulitisnya dlaam keraguan. Sehubungan dengan swab luka, sensitivitas dari swab menunukkan resisten terhadap antibiotik empiris yang awalnya digunakan.
6. Imaging
Berguan ketika terdapat kecurigaan yang mendasari abses terkait dengan selulitis, fascitis, neurotikm atau ketika diagnosa selulitis masih ragu.
Penatalaksanaan
1. Untuk anak-anak dengan selulitis dapat diobati dengan antibiotik oral sebagai pasien rawat jalan jika gejalanya terlokalisasi tanpa demam. Bila ada gejala sistemik, anak harus dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan antibiotik IV. Kompres hangat juga dapat diberikan. Asetaminafan diberikan seperlunya untuk mengatasi demam dan nyeri selama 24 jam sampai 36 jam pertama setelah pemberian antibiotik, umunya selulitis akan tampak membaik, pemberian antibiotik dapan diganti dari IV menjadi oral jika gejala kemerahan, hangat dan pembengkakan telah berkutang secara nyata.
2. Selulitis pasca trauma, khususnya setelah gigitan hewan, berikan antibiotik untuk mengatasi basial gram negatif dan gram posotif. Jika perlu berikan analgesik dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam.
3. Rawat inap di rumah sakit, insisi dan drainase pad akeadaan terbentuk abses. Pemberian antibiotik intravena seperi oksasilin atau nasilin, obat oral dapat digunakan . ingeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien di luar rumah sakit. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian kompres lembab hangat (Long 1996)
Pengobatan selulitis preseptal menggunakan co-amoxiclav 500/125mg setiap 8 jam. Pengobatan harus dimulai sebelum organisme penyebab teridentifikasi. Terapi antibiotik awal harus mengatasi stafilokokus, H.inflenzae, dan bakteri anaerob. Selulitis pasca trauma,khususnya setelah gagitan hewan, harus diberikan antibiotik untuk mengatasi basil gram negatif dan gram positif. Dekongestan hidung dan vasokontriktor dapat membantu drainase . Juga perlu diberikan analgesik dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam.
Pada selulitis karena H.influenza diberikan ampisilin 200 mg/KgBB/hari selama 7-10 hari dan pada kasus berat dapat dikombinasikan dengan kloramfenikol 100mg/KgBB/hari. Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain.
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan stafilokokus aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin sebagai alternatif digunakan eritromisin dan klindosin, juga dapat diberikan dikloksasilin 12,525mg/KgBB/hari secara oral selam 7-10 hari , atau zefalozein IMIIV (dewasa 1 g/hari, kasus berta ditingkatkan 35 gram/hari; bayi dan anak-anak 2040 mg/KgBB/ hari, Kasus berat sampai 100 mg mg/KgBB/hari; neonati 1020 mg/KgBB/hari diberikan 2 kali sehari)
Komplikasi
Bakterimea nanah / lokal abses, superinfeksi oleh bakteri gram negatif, limpangitis, tromboplebitis
Facial Selulitis pada anak dapat menyebabkan meningitis
Dapat menyebabkan kematian jaringan atau gangren
Osteomielitis
Atritis septic
Glomerulonefritis
Fasitis necroticans
Referensi
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008
2. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York: McGrawHill: 2008
3. Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
4. Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of America.
5. Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff, UK. 1708
6. Betz,cecily lynn;sowden,Linda A.2009. buku saku keperawatan pediatric. Ed 5.Jakarta; EGC.
7. Price.Sylvia.1992 patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit. Jakarta : EGC