kekerasan pada istri dalam rumah tangga
TRANSCRIPT
KEKERASAN PADA ISTRI DALAM RUMAH TANGGA
KEKERASAN PADA ISTRI DALAM RUMAH TANGGA
Disusun oleh :
Yowanda
090711381
UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS HUKUM 2009
2
KEKERASAN PADA ISTRI DALAM RUMAH TANGGA
OLEH : Yowanda
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa saya telah
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul: Kekerasan pada istri dalam rumah tangga.
Walaupun masih jauh dari kesempurnaan, namun saya bersyukur dapat selesai tepat waktu
dan untuk itu saya mengharapkan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan karya
ilmiah ini.
Pada kesempatan yang berbahagia ini saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Mariam L. M. Pandean, M. Hum. Sebagai Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
2. Tim Dosen yang telah memperluas wawasan kami.
Dengan segala kerendahan hati saya berharap artikel ini berguna dan bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................. 2
I. PENDAHULUAN................................................................................................ 3
A. Latar Belakang..................................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................. 5
II. PEMBAHASAN................................................................................................. 6
A. Kekerasan Terhadap Perempuan........................................................................... 6
B. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.................................................. 7
C. Faktor-faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan pada istri dalam
Rumah tangga...................................................................................................... 9
III.PENUTUP ......................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 11
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 12
Lampiran ................................................................................................................. 13
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak kekerasan di dalam rumah tangga merupakan jenis kejahatan yang kurang
mendapatkan perhatian dan jangkauan hukum. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga
pada umumnya melibatkan pelaku dan korban diantara anggota keluarga di dalam rumah
tangga, sedangkan bentuk tindak kekerasan bisa berupa kekerasan fisik dan kekerasan verbal
(ancaman kekerasan). Pelaku dan korban tindak kekerasan didalam rumah tangga bisa
menimpa siapa saja, tidak dibatasi oleh strata, status sosial, tingkat pendidikan, dan suku
bangsa.
Tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang serius, akan
tetapi kurang mendapat tanggapan dari masyarakat dan para penegak hukum karena beberapa
alasan, pertama: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga memiliki ruang lingkup
sangat pribadi dan terjaga privacynya berkaitan dengan kesucian dan keharmonisan rumah
tangga , kedua : tindak kekerasan pada istri dianggap wajar karena hak suami sebagai
pemimpin dan kepala keluarga, ketiga: tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga
terjadi dalam lembaga legal yaitu perkawinan.
Secara kultural laki-laki ditempatkan pada posisi lebih tinggi dari perempuan, karena itu
memiliki hak untuk menaklukan dan memaksa perempuan. Dari dua teori ini menunjukkan
5
gambaran dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga mempengaruhi prilaku individu dalam
kehidupan berkeluarga.
Sebagian besar perempuan sering bereaksi pasif dan apatis terhadap tindak kekerasan yang
dihadapi. Ini memantapkan kondisi tersembunyi terjadinya tindak kekerasan pada istri yang
diperbuat oleh suami. Kenyataan ini menyebabkan minimnya respon masyarakat terhadap
tindakan yang dilakukan suami dalam ikatan pernikahan. Istri memendam sendiri persoalan
tersebut, tidak tahu bagaimana menyelesaikan dan semakin yakin pada anggapan yang keliru,
suami dominan terhadap istri.
Campur tangan terhadap kepentingan masing-masing rumah tangga merupakan perbuatan
yang tidak pantas, sehingga timbul sikap mengizinkan berlangsungnya kekerasan di dalam
rumah tangga.
Dari penelitian yang diadakan berbagai macam lembaga, terungkap bahwa sebagai suami
yang melakukan tindak kekerasan kepada istri meyakini kebenaran tindakannya itu, karena
prilaku istri dianggap tidak menurut kepada suami, melalaikan pekerjaan rumah tangga,
cemburu, pergi tanpa pamit. Hal ini diyakini oleh pihak istri, sehingga mereka mengalami
kekerasan dari suaminya dan cenderung diam tidak membantah.
Dari latar belakang ini, penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai tindakan
kekerasan pada istri dalam rumah tangga.
6
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum: mampu memahami secara menyeluruh tentang tindak kekerasan pada istri
dalam rumah tangga.
2. Tujuan Khusus:
a. Dapat mengidentifikasi bentuk tindakan kekerasan dan kategori pada istri dalam rumah
tangga.
b. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan dalam rumah
tangga.
c. Memperoleh persepsi istri terhadap tindakan kekerasan yang dialaminya.
d. Dapat mengetahui adanya issu tentang kekerasan dalam rumah tangga
7
II. PEMBAHASAN
A. Kekerasan Terhadap Perempuan
Komnas Perempuan menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah segala
tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau kecenderungan
untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik, seksual, maupun psikologis terhadap
perempuan, baik perempuan dewasa atau anak perempuan dan remaja. Termasuk
didalamnya ancaman, pemaksaan maupun secara sengaja meng-kungkung kebebasan
perempuan. Tindakan kekerasan fisik, seksual, dan psikologis dapat terjadi dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.
Kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 2004 adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau pe-rampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
8
Tindakan kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga merupakan salah satu bentuk
kekerasan yang seringkali terjadi pada perempuan dan terjadi di balik pintu tertutup.
Tindakan ini seringkali dikaitkan dengan penyiksaan baik fisik maupun psikis yang dilakukan
oleh orang yang mempunyai hubungan yang dekat.
Tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga terjadi dikarenakan telah diyakini bahwa
masyarakat atau budaya yang mendominasi saat ini adalah patriarkhi, dimana laki-laki adalah
superior dan perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai dan
mengontrol perempuan. Hal ini menjadikan perempuan tersubordinasi. Di samping itu,
terdapat pendapat yang keliru terhadap stereotipe jender yang tersosialisasi amat lama dimana
perempuan dianggap lemah, sedangkan laki-laki, umumnya lebih kuat.
Kecenderungan tindak kekerasan dalam rumah tangga terjadinya karena faktor dukungan
sosial dan kultur (budaya) dimana istri di persepsikan orang nomor dua dan bisa diperlakukan
dengan cara apa saja. Hal ini muncul karena bentuk pengetahuan yang diperoleh dari masa
lalu, istri harus nurut kata suami, bila istri mendebat suami, dipukul. Kultur di masyarakat
suami lebih dominan pada istri, ada tindak kekerasan dalam rumah tangga dianggap masalah
privasi, masyarakat tidak boleh ikut campur.
Saat ini dengan berlakunya undang-undang anti kekerasan dalam rumah tangga disetujui
tahun 2004, maka tindak kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya urusan suami istri
tetapi sudah menjadi urusan publik. Keluarga dan masyarakat dapat ikut mencegah dan
mengawasi bila terjadi kekerasan dalam rumah tangga
9
B. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah
tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.
Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul,
meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok,
memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak
seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.
2. Kekerasan psikologis / emosional
Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan /
atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan,
komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari
dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak.
3. Kekerasan seksual
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya,
memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak
memperhatikan kepuasan pihak istri.
4. Kekerasan ekonomi
10
Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut
hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis
ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri
C. Faktor-faktor yang mendorong terjadi tindak kekerasan dalam
Rumah tangga
Hal dominasi pria dalam masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan
dalam rumah tangga sebagai berikut:
1. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki
Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan wanita, sehingga
mampu mengatur dan mengendalikan wanita.
2. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi
Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan wanita
(istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri
mengalami tindakan kekerasan.
3. Beban pengasuhan anak
11
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika
terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-kan istri
sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga.
4. Wanita sebagai anak-anak
konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan kele-luasaan
laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki
merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan
terhadap anaknya agar menjadi tertib.
5. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki
Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh suaminya,
diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau
ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi
hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni
keluarga.
12
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tindak kekerasan dalam rumah tangga merupakan jenis kejahatan yang kurang mendapat
perhatian dan jangkauan hukum pidana. Bentuk kekerasannya dapat berupa kekerasan
fisik, psikis, seksual, dan verbal serta penelantaran rumah tangga.
2. Faktor yang mendorong terjadinya tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga yaitu
pembelaan atas kekuasaan laki-laki, beban pengasuhan anak, dan wanita sebagai anak-
anak.
3. Fenomena KDRT mulai terungkap setelah undang-undang KDRT tahun 2004
diberlakukan, dimana KDRT yang sebelumnya masalah privacy manjadi masalah publik
13
ditandai laporan kasus KDRT semakin meningkat setiap tahunnya dan pelaku mendapat
hukuman pidana walaupun saat ini kultur Indonesia masih dominasi laki-laki.
B. SARAN
Dengan disahkan undang-undang KDRT, pemerintah dan masyarakat lebih berupaya
menyadarkan dan membuka mata serta hati untuk tidak berdiam diri bila ada kasus KDRT
lebih ditingkatkan pengawasannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/kekerasan%20rt%20sukerti.pdf
puterakembara.org/archives/00000165.shtml
www.kantorhukum-lhs.com/details_artikel_hukum.php?id=14
www.pemantauperadilan.com/.../1- KEKERASAN %20 DALAM %20 RUMAH %20 TANGGA .pdf
jurnalhukum.blogspot.com/.../kekerasan-dalam-rumah-tangga.html
www.lbh-apik.or.id/fact-58.htm
14
LAMPIRAN
15