kekar sesar ciandeuh jabar

21
GEOMETRI DAN KINEMATIKA SESAR CISAAR SUMEDANG JAWA BARAT Oleh : Iyan Haryanto Laboratorium Geodinamik Abstrak Sesar Cisaar ditentukan keberadaannya berdasarkan adanya kelurusan sungai Cisaar berarah relatif utara-selatan yang memotong topografi punggungan perbukitan berarah barat- timur, serta bukti-bukti adanya pensesaran berupa cermin sesar, breksi sesar dan lipatan seret. Hasil pengolahan data cermin sesar yang ditemukan di sejumlah lokasi berbeda, menunjukan adanya variasi jenis sesar dengan arah berkisar antara baratlaut-tenggara hingga timurlaut baratdaya. Sifat geser sesar umumnya mendatar dengan nilai pitch rata-rata di bawah 30º, berjenis sinistral. Kompilasi data cermin sesar dengan hasil interpretsi citra indraja, diketahui bahwa sesar Cisaar ini dibeberapa tempat bercabang membentuk pola menganyam. Peristiwa ini dapat terjadi akibat pengaruh batuan penyusun yang seluruhnya didominasi oleh batuan sedimen bersifat lentur (ductile), seperti batulempung dan serpih. Sesar ini terbentuk pada periode Plio-Plistosen yang menyebabkan batuan sedimen dari Formasi Cinambo, Formasi Subang dan Formasi Citalang mengalami seretan di sepanjang zona sesar tersebut. Pendahuluan 1

Upload: ichsan-alfan

Post on 05-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kekar Ciandeuh Jabar

TRANSCRIPT

Page 1: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

GEOMETRI DAN KINEMATIKA SESAR CISAAR SUMEDANG JAWA BARAT

Oleh : Iyan Haryanto

Laboratorium Geodinamik

Abstrak

Sesar Cisaar ditentukan keberadaannya berdasarkan adanya kelurusan sungai Cisaar berarah relatif utara-selatan yang memotong topografi punggungan perbukitan berarah barat-timur, serta bukti-bukti adanya pensesaran berupa cermin sesar, breksi sesar dan lipatan seret.

Hasil pengolahan data cermin sesar yang ditemukan di sejumlah lokasi berbeda, menunjukan adanya variasi jenis sesar dengan arah berkisar antara baratlaut-tenggara hingga timurlaut baratdaya. Sifat geser sesar umumnya mendatar dengan nilai pitch rata-rata di bawah 30º, berjenis sinistral.

Kompilasi data cermin sesar dengan hasil interpretsi citra indraja, diketahui bahwa sesar Cisaar ini dibeberapa tempat bercabang membentuk pola menganyam. Peristiwa ini dapat terjadi akibat pengaruh batuan penyusun yang seluruhnya didominasi oleh batuan sedimen bersifat lentur (ductile), seperti batulempung dan serpih.

Sesar ini terbentuk pada periode Plio-Plistosen yang menyebabkan batuan sedimen dari Formasi Cinambo, Formasi Subang dan Formasi Citalang mengalami seretan di sepanjang zona sesar tersebut.

Pendahuluan

Geologi daerah Sumedang sangat kompleks baik ditinjau dari aspek stratigrafi

petrologi maupun maupun tektoniknya. Batuan penyusun di daerah ini didominasi oleh

batuan sedimen Tersier hingga Kuarter, sebagian lagi disusun oleh batuan vulkanik dan

aluvium.

Batuan sedimen umumnya telah mengalami deformasi yang cukup kuat, hal ini

dapat dibuktikan dengan adanya lapisan batuan dengan kemiringan yang cukup besar

bahkan kadang dijumpai lapisan batuan tegak dan yang telah mengalami pembalikan .

Adanya lapisan tegak ini mencerminkan bahwa di daerah tersebut berkembang struktur

lipatan yang intensif. Umumnya pola struktur demikian diikuti oleh proses pensesaran,

1

Page 2: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

baik sesar naik, mendatar atau normal. Peristiwa pensesaran yang terjadi bada batuan

sedimen ini dicerminkan oleh berkembangnya gejala struktural berupa cermin sesar, drag

fold, milonit, breksi sesar dan sejumlah set kekar yang berkembang sangat intensif.

Pembentukan pola struktur daerah Sumedang, khususnnya di daerah Darmawangi

ini mulai intensif terjadi pada Kala Miosen hingga sekarang. Aktifitas tektonik ini tidak

terlepas dari pengaruh adanya tegasan kompresional yang berlangsung secara lokal.

Sistem tegasan lokal ini berhubungan dengan adanya aktifitas tumbukan lempeng Hindia

Australia yang berada di selatan Pulau Jawa dengan lempeng Eurasia yang berada di

bagian utara Pulau Jawa. Posisi jalur tumbukan sejak Miosen hingga sekarang berada di

selatan Pulau Jawa dengan arah relatif barat-timur. Dengan memperhatikan hubungan

sudut antara jalur subduksi dengan arah gerak kedua lempeng ini maka di Pulau Jawa

umumnya dan di Jawa barat khususnya, pola struktur lipatan berarah relatif barat-timur.

Sedangkan arah jalur sesar umumnya bervariasi tergantung pada jenis gerak sesarnya.

Berdasarkan kondisi geologi tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui geologi

secara detail terutama dalam aspek pola struktur lipatannya.

Perumusan Masalah

Struktur kekar umumnya terjadi akibat adanya gaya-gaya endogen yang

menyebabkan batuan dikulit bumi mengalami deformasi berupa retakan-retakan pada

tubuh batuan. Struktur kekar di permukaan batuan umumnya dapat diamati dengan

memperhatikan bidang-bidang rekahan yang sesuai dengan tektonik pada saat

pembentukannya.

Untuk mengetahui pola kekar baik dari ukuran maupun bentuknya , maka perlu

dilakukan sejumlah pengukuran jurus dan kemiringan bidang kekar pada batuan sebanyak

mungkin. Semakin banyak data pengukuran kekar di lapangan maka semakin baik dalam

menganalisa genesa pembentukannya.

Pola kekar yang berkembang pada batuan akan mengikuti sistem tegasan yang

sesuai dengan tektonik pada saat pembentukannya. Oleh karenanya dengan

memperhatikan sifat serta dominasi jurus dan kemiringan bidang kekar dapat diketahui

2

Page 3: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

sistem tegasan pembentuk kekarnya. Apabila sistem tegasan ini sudah dapat diketahui

maka dapat mengidentifikasi jenis gerak dari suatu proses pensesaran.

Meotologi Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, dilakukan beberapa tahapan, yaitu

studi pustaka, penelitian lapangan, penelitian laboratorium dan analisis data.

Penelitian lapangan mencakup pengamatan, deskripsi, pengukuran unsur struktur,

ploting data-data geologi serta pengambilan conto batuan untuk kepentingan

laboratorium.

Dalam pengambilan data kekar, terlebih dahulu diamati apakah kekar tersebut

berjenis kekar gerus atau kekar regangan. Selanjutnya masing-masing jenis kekar

dikelompokan dan dicatat dalam tabel yang terpisah. Metoda pengumpulan data kekar

dilakukan dengan bentangan 2 meter yang dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

Bidang kekar yang diukur adalah kekar yang memotong pita ukur tersebut. Apabila

bentangan pertama selesai dapat dilanjutkan dengan bentangan berikutnya. Namun

demikian bentangan kedua dapat berkesinambungan dengan bentangan pertama atau

dapat pula terpisah dengan bentangan pertama.

Pekerjaan studio berupa pengolahan data-data lapangan, pembuatan peta dan

penampang geologi. Pengolahan data dilakukan secra komputasi dengan menggunakan

program dip. Program dip digunakan untuk pengolahan data berupa arah jurus dan

kemiringan bidang kekar.

Hasil pengolahan data dengan menggunakan program Dip berupa diagram roset,

diagram titik dan diagram kontur. Setelah diagram kontur ini dibuat kemudian dicari titik

maksima dari bentuk kontur tersebut yang nantinya digunakan sebagai dasar penentuan

kedudukan masing-masing sistem tegasannya. Dengan memperhatikan gambaran

streogram secara keseluruhan maka dapat diketahui jenis gerak dari proses pensesaran

Untuk menentukan jenis gerak sesar dapat ditentukan dengan memperhatikan

posisi masing-masing tegasannya. Apabila tegasan utama berada di sekitar pusat

lingkaran stereogram maka jenis gerak sesarnya adalah normal atau turun, apabila posisi

tegasan menengah berada di sekitar pusat lingkaran stereogram maka gerak sesarnya

3

Page 4: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

adalah mendatar dan apabila posisi tegasan minimumnya berada di pusat lingkaran maka

gerak sesarnya adalah naik.

Tinjauan Pustaka

Daerah penelitian sebagian besar merupakan bagian dari fisiografi Zona Bandung

(Bemmelen, 1949). Secara stratigrafi Jawa Barat dikelompokan menjadi 3 mandala

sedimentasi, yaitu Mandala Banten, Mandala Cekungan Bogor dan Mandala Paparan

Kontinen. Stratigrafi regional yang berkaitan dengan daerah penelitian termasuk ke

dalam Mandala Cekungan Bogor.

Pulau Jawa dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan Lempeng Hindia-Australia

dengan Lempeng Asia yang berada dibagian utaranya. Jalur penunjaman tersebut pada

saat ini berada di bagian selatan Pulau Jawa, dengan arah realatif barat-timur. Akibat dari

adanya aktivitas tumbukan lempeng ini menghasilkan elemen tektonik utama berupa

palung, prisma akresi, jalur magmatisma dan cekungan belakang busur. Posisi elemen

struktur tersebut posisinya berubah-ubah tergantung periode tektonik yang

mempengaruhinya. Pada Zaman Kapur, posisi jalur subduksi berada di utara dari posisi

subduksi yang terjadi pada saat ini. Dengan demikian posisi jalur magmatis, prisma

akresi dan cekungan belakang busur berbeda pula, tergantung dari posisi jalur subduksi

yang mempengaruhinya.

Soejono (1983), menyatakan bahwa perkembangan struktur sesar dan lipatan di

Pulau Jawa, khusunya Jawa Barat mencapai puncaknya pada Kala Oligosen-Miosen.

Peristiwa ini terjadi karena adanya perubahan posisi jalur subduksi dari utara (Subduksi

Zaman Kapur) menjadi ke arah selatan (Subduksi Kala Oligo-Miosen). Peristiwa tersebut

menimbulkan tegasan kompresional yang pada akhirnya menyebabkan terbentuknya

struktur sesar dan lipatan yang cukup intensif di Jawa Barat.

Di dalam suatu jalur sesar umumnya berkembang sejumlah kekar yang saling

berpasangan. Kekar tersebut dapat terjadi sebelum dan sesudah proses pensesaran,

Namun dengan memperhatikan pasangan kekarnya dapat ditafsirkan bahwa kekar yang

terbentuk akibat pensesaran umumnya berpola sistimatik.

Urutan Stratigrafi regional daerah Majalengka dimulai dari yang tertua ke muda

adalah sebagai berikut : Formasi tertua yang tersingkap adalah Formasi Cinambo yang

4

Page 5: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

berumur Miosen Bawah (Djuri,1985), Formasi Cinambo ini secara selaras ditindih oleh

Formasi haling yang berumur Miosen Tengah (Djuri, 1985), selanjutnya Formasi haling

ditindih secara selaras oleh Formasi Subang yang berumur Miosen Atas (Djuri,1985),

Formasi Halang secara selaras ditindih oleh Formasi Kaliwangu yang berumur Pliosen

(Djuri,1985), selanjutnya Formasi Kaliwangu secara tidak selaras ditindih oleh Formasi

Citalang yang berumur Plistosen (Djuri,1985). Seluruh batuan sedimen tersebut secara

tidak selaras ditindih oleh batuan gunungapi kuarter dan selanjutnya batuan termuda di

daerah ini adalah alluvium yang merupakan hasil rombakan dari batuan yang sudah ada

sebelumnya.

Pembentukan struktur sesar dengan sistem tegasan dari Angileur (1978) adalah

sebagai berikut : apabila sistem tegasan utama berada pada posisi vertikal maka akan

terbentuk sesar normal, apabila posisi tegasan menengah berada pada kedudukan vertical

maka akan membentuk sesar mendatar dan apabila posisi tegasan minimumnya vertical

maka akan membentuk sesar naik.

Untuk mengetahui jenis sesar mendatar adalah dengan memperhatikan pergeseran

litologi di lapangan atau dengan memperhatikan jalur sesar terhadap tegasan utamanya.

Dengan mengkaitkan konsep Moody dan Hill (1979), maka apabila posisi tegasan utama

berarah utara-selatan dan arah jalur sesar berarah timurlaut-baratdaya maka akan

menghasilkan gerak sesar mendatar sinistral dan apabila jalur sesar berarah baratlaut-

tenggara maka jenis sesar mendatarnya adalah dekstral.

Pembahasan

Batuan penyusun di sepanjang lintasan Sungai Cijingkang, seluruhnya disusun

oleh batuan sedimen klastik terdiri atas batupasir kasar, batupasir halus, batulanau,

batulempung, konglomerat dan breksi. Masing-masing lapisan batuan tersebut tersingkap

baik dengan arah umum jurus lapisan batuan berarah antara timur timurlaut – barat

baratdaya hingga timur tenggara-barat baratlaut. Sudut kemiringan bidang lapisan atau

dip, berkisar antara 30 hingga 80.

Di sepanjang lintasan pengamatan, dijumpai sejumlah indikasi pensesaran berupa

breksi sesar, milonit, lipatan seret, serta sejumlah struktur kekar gerus yang cukup

intensif.

5

Page 6: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

Untuk mengetahui sistim tegasan pembentuk sesar ini, dilakukan sejumlah

pengukuran bidang kekar di beberapa lokasi. Lokasi pengukuran data kekar dititik

beratkan pada singkapan batuan yang masih segar dengan disertai intensitas kehadiran

kekar yang rapat. Di sepanjang lintasan sungai Cijingkang yang diteliti, telah dilakukan

pengukuran kekar di 5 lokasi. Pengukuran kekar pada masing-masing lokasi jumlahnya

berbeda, tergantung pada intensitas kerapatan kekarnya. Pada lokasi pengamatan 1,

jumlah kekar yang diukur sebanyak 34 buah; Pada lokasi pengukuran 2, jumlah bidang

kekar yang diukur sebanyak 45 buah; Pada lokasi pengukuran 3, jumlah kekar yang

diukur sebanyak 28 buah; Pada lokasi pengukuran 4, jumlah kekar yang diukur sebanyak

41 buah dan pada lokasi pengukuran 5, bidang kekar yang diukur sebanyak 40 buah.

Hasil pengukuran kekar pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada tabel 1.

Hasil pengolahan data kekar pada masing-masing lokasi adalah sebagai berikut :

Lokasi 1 :

Dari jumlah data sebanyak 34 buah, terdapat dua kutub maksima, masing-masing berada

pada posisi 30,U 46T dan 60,U 210T. Perpotongan dua buah bidang yang mewakili

kedua titik maksima tersebut adalah U 318 T,40. Dengan memperhatikan perpotongan

dua bidang maksima dan bidang perpotongan kedua maksima tadi maka posisi tegasan

maksimum, menengah dan minimum adalah sebagai berikut -1 = 20, U340T, -2 =

70, U160T, -3 = 15, U250T. Dengan memperhatikan masing-masing posisi tegasan

tersebut ternyata yang mendekati pusat lingkaran stereogram adalah tegasan menengah,

sehingga dapat ditafsirkan tegasan pembentuk sesar di lokasi tersebut bersifat kompresi

dan cenderung menghasilkan gerak lateral.

Lokasi 2 :

Dari jumlah data sebanyak 45 buah, terdapat dua kutub maksima, masing-masing berada

pada posisi 70,U 74T dan 80,U 156T. Perpotongan dua buah bidang yang mewakili

kedua titik maksima tersebut adalah U 298 T,28. Dengan memperhatikan perpotongan

dua bidang maksima dan bidang perpotongan kedua maksima tadi maka posisi tegasan

maksimum, menengah dan minimum adalah sebagai berikut -1 = 20, U260T, -2 =

80, U320T, -3 = 45, U200T. Dengan memperhatikan masing-masing posisi tegasan

tersebut ternyata yang mendekati pusat lingkaran stereogram adalah tegasan menengah,

6

Page 7: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

sehingga dapat ditafsirkan tegasan pembentuk sesar di lokasi tersebut bersifat kompresi

dan cenderung menghasilkan gerak lateral.

Lokasi 3 :

Dari jumlah data sebanyak 28 buah, terdapat dua kutub maksima, masing-masing berada

pada posisi 63,U 67T dan 70,U 140T. Perpotongan dua buah bidang yang mewakili

kedua titik maksima tersebut adalah U 275 T,34. Dengan memperhatikan perpotongan

dua bidang maksima dan bidang perpotongan kedua maksima tadi maka posisi tegasan

maksimum, menengah dan minimum adalah sebagai berikut -1 = 10, U270T, -2 =

74, U340T, -3 = 40, U220T. Dengan memperhatikan masing-masing posisi tegasan

tersebut ternyata yang mendekati pusat lingkaran stereogram adalah tegasan menengah,

sehingga dapat ditafsirkan tegasan pembentuk sesar di lokasi tersebut bersifat kompresi

dan cenderung menghasilkan gerak lateral.

Lokasi 4 :

Dari jumlah data sebanyak 41 buah, terdapat dua kutub maksima, masing-masing berada

pada posisi 28,U 73T dan 62,U 145T. Perpotongan dua buah bidang yang mewakili

kedua titik maksima tersebut adalah U 265 T,40. Dengan memperhatikan perpotongan

dua bidang maksima dan bidang perpotongan kedua maksima tadi maka posisi tegasan

maksimum, menengah dan minimum adalah sebagai berikut -1 = 18, U255T, -2 =

83, U325T, -3 = 38, U208T. Dengan memperhatikan masing-masing posisi tegasan

tersebut ternyata yang mendekati pusat lingkaran stereogram adalah tegasan menengah,

sehingga dapat ditafsirkan tegasan pembentuk sesar di lokasi tersebut bersifat kompresi

dan cenderung menghasilkan gerak lateral.

Lokasi 5 :

Dari jumlah data sebanyak 40 buah, terdapat dua kutub maksima, masing-masing berada

pada posisi 73,U 84T dan 80,U 150T. Perpotongan dua buah bidang yang mewakili

kedua titik maksima tersebut adalah U 315 T,54. Dengan memperhatikan perpotongan

dua bidang maksima dan bidang perpotongan kedua maksima tadi maka posisi tegasan

7

Page 8: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

maksimum, menengah dan minimum adalah sebagai berikut -1 = 28, U298T, -2 =

80, U269T, -3 = 25, U245T. Dengan memperhatikan masing-masing posisi tegasan

tersebut ternyata yang mendekati pusat lingkaran stereogram adalah tegasan menengah,

sehingga dapat ditafsirkan tegasan pembentuk sesar di lokasi tersebut bersifat kompresi

dan cenderung menghasilkan gerak lateral.

4.1. Analisis Struktur

Struktur geologi daerah penelitian dipengaruhi oleh tektonik yang cukup kuat,

kondisi ini ditunjukan oleh adanya singkapan lapisan batuan dengan posisi relatif vertikal

yang juga disertai oleh kehadiran beberapa indikasi pensesaran berupa breksi sesar,

milonit, drag fold dan kehadiran struktur kekar yang intensif.

Dari seluruh data kekar yang diukur dari 5 lokasi, seluruhnya menunjukan sistem

tegasan kompresi. Tegasan kompresi hasil pengolahan data ini, ternyata sesuai dengan

indikasi struktur lainnya yang dijumpai di lintasan penelitian. Beberapa indikasi struktur

yang terbentuk akibat adanya tegasan kompresi ini, antara lain ditemukannya offset

batuan yang dipotong oleh bidang pecah yang vertikal. Dilihat dari pergeseran lapisan

batuannya menunjukan gerak sinistral. Disamping gejala pergeseran litologi, juga

ditemukannya lapisan batuan dengan kedudukan mendekati vertikal. Dengan adanya

gejala geologi tersebut, ternyata bersesuaian dengan analisis data kekar yang menunjukan

adanya tegasan kompresi.

Pada masing-masing lokasi pengukuran nampak adanya perbedaan arah tegasan

utama. Walupun demikian adanya perbedaan ini masih dalam satu sistim tegasan yang

sama, hal ini nampak dari selisih sudut vektor dari masing-masing tegasan utamanya

yang berarah relatif utara-selatan.

Munculnya perbedaan arah tegasan lebih disebabkan oleh adanya variasi jenis

batuan, dimana masing-masing jenis batuan ini memiliki sifat fisik yang berbeda

terutama dalam hal kekerasan batuan.

Dari seluruh data kekar yang diukur seluruhnya berasal dari batuan sedimen

klastika, terdiri atas batupasir, graywake, batulempung, batulanau, batupasir gampingan

dan breksi sedimen.

8

Page 9: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

Seluruh batuan sedimen tersebut di atas berumur Miosen bawah hingga Miosen

Tengah, dan secara keseluruhan merupakan bagian dari Formasi Cinambo dan Formasi

Halang (Djuri, 1985).

Secara regional batuan Tersier di atas merupakan hasil sedimentasi yang

berlangsung di dalam suatu cekungan sedimen yang berada di lingkungan tektonik

“Cekungan Belakang Busur” (Haryanto, 1998).

Sejak diendapkannya material pembentuk kedua formasi tersebiut, secara

bersamaan tektonik regional yang terjadi di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat, maka di

beberapa tempat meulai terjadi pengangkatan yang disertai oleh adanya pelipatan dan

pensesaran.

Tektonik yang memepengaruhi terjadinya deformasi ini terus berlangsung hingga

Kuarter. Dari hasil rekaman struktur yang nampak pada batuan, nampaknya tektonik

pembentuk struktur geologi di daerah penelitian ini bersifat kompresi. Kondisi ini

dicerminkan oleh adanya jejak-jejak pergeseran batuan serta jenis-jenis struktur geologi

yang umum terbentuk akibat tekanan yang kuat.

Tektonik kompresi yang terjadi di Jawa Barat, diketahui berasal dari adanya

aktifitas tumbukan Lempeng Asia yang berada di Utara dengan Lempeng Australia yang

berada di bagian selatan. Dalam pergerakannya Lempeng Asia bergerak ke arah selatan

sedangkan lempeng Australia bergerak ke arah utara. Zona tumbukan kedua lempeng

tersebut pada zaman Tersier berada di bagian selatan Pulau Jawa, sedangkan posisi

Cekungan Belakang Busur berada di bagian utara Jawa.

Dengan adanya aktifitas tumbukan kedua lempeng tersebut, akhirnya

menghasilkan tegasan kompresi di seluruh Pulau Jawa, yang arahnya relatif utara-selatan.

Dengan adanya aktifitas tektonik ini, di beberapa tempat terbentuklah struktur geologi

berupa pelipatan, sesar, kekar dan sejumlah struktur geologi lainnya.

Arah tegasan kompresi regional yang berarah utara-selatan ini selanjutnya secara

local dibiskan menjadi berbagai macam arah, tergantung pada sifat fisik batuan serta

perubahan arah dan kecepatan gerak lempeng yang bertumbukan. Adanya pembiasan

arah tegasan ini seperti yang terekam di 5 lokasi pengukuran. Dari ke 5 lokasi

pengukuran kekar, diketahui masing-masing arah tegasan utamanya berbeda.

9

Page 10: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

Tegasan lokal pembentuk struktur geologi di daerah penelitian (seperti yang

diperlihatkan dari hasil pengolahan data kekar), seluruhnya mencerminkan adanya gerak

lateral. Gerak lateral dari batuan ini cenderung menghasilkan struktur sesar mendatar.

Dengan adanya bidang lapisan batuan yang tergeserkan, maka dapat dipastikan jenis

sesar mendatar di lokasi ini berupa sinistral dan dekstral. Namun apabila diperhatikan

berdasarkan topografi, nampaknya zona sesar di sepanjang Sungai Cijingkang yang

berarah timurlaut-baratdaya ini cenderung berupa sinistral.

Gerak sesar mendatar sinistral hasil penafsiran peta topografi ini sesuai dengan

konsep Moody dan Hill (1959), yang menyatakan apabila tegasan utama berarah utara-

selatan, maka bidang sesar yang berarah timurlaut-baratdaya akan menghasilkan sesar

mendatar sinistral.

Tektonik pembentuk sesar mendatar ini dipastikan berasal dari adanya tekanan

yang kuat terhadap batuan dan sedemikian rupa akhirnya tekanan ini melebihi kekuatan

batuan sehingga akhirnya merobek masa batuan tersebut pada arah relatif timur laut-

baratdaya. Daerah yang tersesesarkan ini merupakan suatu zona lemah yang tidak tahan

terhadap proses erosi, sehingga lama kelamaan di daerah tersebut menjadi suatu lembah

dari suatu aliran sungai. Dengan memperhatikan arah aliran sungainya serta

memperhatikan kelurusan topografi lainnya maka dapat disimpulkan arah-arah tersebut

merupakan arah jalur sesarnya.

Kesimpulan

Struktur kekar yang terekam pada batuan berumur Tersier menunjukan sistem

tegasan kompresi yang berlangsung sejak Miosen hingga sekarang. Terjadinya tektonik

kompresi ini diakibatkan oleh adanya aktifitas tumbukan Lempeng asia yang berada di

utara dengan Lempeng Hindia Australia yang berada di bagian selatan. Akibat adanya

aktifitas tumbukan lempeng tersebut secara regional di Jawa Barat menghasilkan tegasan

kompresi dan akhirnya menghasilkan pembentukan struktur geologi di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil penafsiran peta topografi nampak adanya kelurusan di

sepanjang Sungai Cijingkang. Kelurusan sungai tersebut diakibatkan oleh adanya

aktifitas pensesaran, hal ini dapat dilihat dengan adanya gejala struktural berupa cermin

10

Page 11: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

sesar, kekar gerus, breksi sesar, milonit serta ditemukannya kemiringan bidang perlapisan

batuan yang relatif tegak.

Hasil pengolahan datar kekar di lima lokasi pengukuran, seluruhnya menunjukan

system tegasan kompresi dengan posisi tegasan utama relatih horizontal dengan arah

relatif utara-selatan.

Dengan menggabungkan hasil pengolahan data kekar, kelurusan topografi dan

sejumlah indikasi struktur lainnya di lapangan, maka disimpulkan sepanjang Sungai

Cijingkang merupakan suatu zona sesar mendatar. Selanjutnya dengan memperhatikan

arah jalur sesar serta arah tegasan utamanya maka dapat diketahui bahwa jenis sesar

mendatarnya adalah sinistral.

Daftar Pustaka

Bemmelen, 1949, The Geology of Indonesia, Vol I-A, General Geology, The Haque,

Martinus Nijhoff.

Djuhaeni dan Martodjojo, S., 1989, Stratigrafi Daerah Majalengka Dan Hubungannya

Dengan tata Nama Satuan Litostratigrafi Di Cekunan Bogor, Geol. Indon, vol. 12,

n1, hal 227-252.

Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesia region on Geology Survey, Prof. Paper 1078,

U.S. Government Printing Office, Washington D.C., 345 pp.

Moody, J.D., and Hill, M.J., Wrwnch Fault Tectonic, Bull, Geological Soc. America, vol

67, p. 1207-1246.

11

Page 12: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

KATA PENGANTAR

Struktur geologi daerah Sumedang menarik untuk dipelajari, mengingat tektonik

yang menyebabkan terbentuknya struktur geologi di daerah ini sangat rumit. Beberapa

bukti yang menunjukan aktifitas tektonik yang sangat kuat di daerah ini antara lain

ditemukannya sejumlah lapisan batuan dengan posisi yang “dip” mendekati vertikal,

disamping ditemukannya sejumlah indikasi struktural berupa lipatan seret, cermin sesar,

breksi sesar, milonit dan sejumlah struktur kekar yang sangat intensif.

Keterdapatan struktur kekar yang cukup intensif dapat digunakan sebagai penentu

sistem tegasan pembentuk sesar. Dengan demikian dengan mengetahui posisi tegasan

utama, menengah dan minimum serta dengan memperhatikan kedudukan masing-masing

arah tegasannya, maka dapat pula diketahui sifat gerak dari proses pensesarannya.

Salah satu singkapan batuan dengan disertai oleh adanya struktur kekar adalah

seperti yang dijumpai di sepanjang aliran Sungai Cijingkang.Di sepanjang aliran Sungai

Cijingkang ini merupakan zona sesar yang berarah relatih utara-selatan. Dengan

ditemukannya sejumlah inidikasi struktural disamping struktur kekar, maka penulis

tertarik untuk meneliti sistem tegasan pembentuk sesar tersebut sehingga akan diketahui

jenis serta gerak sesar Cijingkangnya.

12

Page 13: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

ABSTRAK

Tektonik Plio-plistosen menyebabkan terbentuknya pola lipatan dan pensesaran di

daerah Majalengka. Salah satu struktur sesar yang berkembang di daerah ini adalah sesar

Cijingkang. Dari penafsiran peta topografi nampak adanya suatu kelurusan sungai

Cijingkang yang berarah utara timur laut-selatan baratdaya. Pola kelurusan ini memotong

perbukitan kompleks perbukitan Pasir Malati.

Berdasarkan hasil analisis kekar gerus yang dijumpai di sepanjang Sungai

Cijingkang ini, diketahui ada beberapa sistem tegasan, namun demikian secara

keseluruhan sistem tegasan pembentuk sesar ini seluruhnya menunjukan sifat

kompresional dengan arah tegasan utama relatif utara-selatan. Sistem tegasan

kompresional ini menunjukan gerak lateral yang ditunjukan oleh posisi tegasan

menengah yang vertikal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sesar Cijingkang

merupakan sesar mendatar.

Dengan beberapa parameter seperti sistem tegasan, jenis sesar, arah tegasan utama

dan arah jalur kelurusan topografi, maka dapat disimpulkan pula bahwa sesar mendatar

ini berjenis sinistral.

13

Page 14: KEKAR SESAR CIANDEUH JABAR

14