kehamilan risiko tinggi

37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. 9,10 Menurut data SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi perdarahan dimasa kehamilan dan persalinan. Ada beberapa sebab yang tidak langsung tentang masalah kesehatan ibu, yaitu : 9,10 • Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian. • Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian

Upload: evan-marpaung

Post on 04-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kehamilan risiko tinggi

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

    2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307

    per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin

    meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi

    (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada

    kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. 9,10

    Menurut data SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena

    adanya komplikasi dan 28 % diantaranya terjadi perdarahan dimasa kehamilan

    dan persalinan. Ada beberapa sebab yang tidak langsung tentang masalah

    kesehatan ibu, yaitu : 9,10

    Pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih

    banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan

    merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan

    pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil

    termasuk kelompok risiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50 % dapat

    melahirkan dengan selamat dan 50 % dapat mengakibatkan kematian.

    Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak

    dibandingkan ibu, sebagai contoh dalam hal makanan, sang bapak

    didahulukan untuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian

  • 2

    yang tertinggal diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu

    hamil cukup tinggi mencapai 40 %.

    4 terlalu dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering

    dan terlalu banyak

    3 terlambat, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk

    dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan

    pelayanan kesehatan.

    B. Sasaran Penyuluhan

    Pasien ibu hamil yang berobat ke KIA Puskesmas Alalak Selatan

    Banjarmasin.

    C. Tujuan Penyuluhan

    Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan diharapkan

    pasien ibu hamil yang memeriksakan kehamilan mampu mengenali tanda bahaya

    kehamilan dan menghindari kehamilan risiko tinggi.

    D. Tempat Pelaksanaan

    Balai Pengobatan KIA-KB Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin.

    E. Pelaksana

    Dokter muda Fakultas Kedokteran UNLAM yang sedang menjalani stase

    Ilmu Kesehatan Masyarakat.

    F. Metode

    Ceramah dan diskusi

  • 3

    G. Media

    Leaflet

  • 4

    BAB II

    KEHAMILAN RISIKO TINGGI

    Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan

    kesehatan ibu serta janin atau bayi yang dilahirkan terancam. Dari definisi

    tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap kehamilan dengan adanya faktor resiko

    tertentu akan menyebabkan wanita tersebut dan bayinya menghadapi morbiditas

    dan mortalitas yang tinggi selama kehamilan,saat persalinan dan setelah

    melahirkan (nifas).1

    Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian

    terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-

    ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau

    kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko). Faktor resiko bisa

    memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko. 1

    2.1. FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN

    Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang

    menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang

    wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk

    mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih besar. 1,2

  • 5

    2.1.1. Karakteristik ibu

    Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15

    tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan

    yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan

    penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi).

    Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi

    kurang gizi. Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena

    mereka belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja

    belum siap menjadi ibu. Bisa saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan".

    Akibatnya, selain tidak 3ada persiapan, kehamilannya pun tidak dipelihara dengan

    baik. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat kontraksi selama proses

    persalinan tidak berjalan lancar sehingga kemungkinan operasi sesar jadi lebih

    besar.

    Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi

    remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban

    kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa

    mengakibatkan kelainan letak janin. 1,2

    Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisiensi asam

    folat dalam tubuh. Akibat kurangnya asam folat, janin dapat menderita spina

    bifida (kelainan tulang belakang) atau janin tidak memiliki batok kepala. Risiko

    akan berkurang pada ibu yang hamil di usia tua karena biasanya mereka sudah

    mempersiapkan kehamilan dengan baik. 1

  • 6

    Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua hampir mirip

    pada primigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan fisik yang

    dimiliki maka ada beberapa risiko yang akan berkurang pada primigravida tua.

    Misalnya menurunnya risiko cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat.

    Risiko kelainan letak janin juga berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah

    matang. Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam

    primigravida tua justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi di atas usia 35

    tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses

    persalinan dan preeklamsia. 1,2

    Hal yang patut dipertimbangkan adalah meningkatnya risiko kelainan

    sindrom down pada janin, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi mental

    dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan kelainan kromosom. "Pada

    kehamilan di bawah usia 30 tahun kemungkinan adanya sindrom down hanya

    1:1600, tapi di atas 35 tahun menjadi 1:600, dan di usia 40 tahun menjadi 1:160.

    Peningkatan beberapa kali lipat ini dikarenakan perubahan kromosom akibat usia

    ibu yang semakin tua. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa

    dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom

    janin. 1,2

    Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan

    darah tinggi, diabetes atau obesitas dan terhadap keadaan medis lainnya.1

    Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang

    dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan

    (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan

  • 7

    kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang

    wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan

    meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama

    kehamilan. Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,4 meter,

    lebih mungkin memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga

    memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan

    melahirkan bayi yang sangat kecil.1,2

    2.1.2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya

    Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada

    trimester pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.

    Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi

    yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan

    bayi prematur.

    Sebelum mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah

    mengalami keguguran menjalani pemeriksaan untuk: 1,2

    - kelainan kromosom atau hormon

    - kelainan struktur rahim atau leher rahim

    - penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)

    - reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).

    Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan

    pengobatan.

    Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi

  • 8

    akibat:

    - Kelainan kromosom pada bayi

    - Diabetes

    - Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun

    - Tekanan darah tinggi

    - Penyalahgunaan obat

    - Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).

    Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko

    yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.

    Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5

    kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan

    berikutnya.1,2

    Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari

    4 kg, mungkin dia menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita

    menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu

    maupun bayinya meningkat.1,2

    Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita hamil ketika

    memasuki usia kehamilan 20-28 minggu. Seorang wanita yang telah mengalami

    kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:

    - kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)

    - perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)

    - persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan

    vagina yang berat

  • 9

    - plasenta previa (plasenta letak rendah).

    Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit

    hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama.

    Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-

    positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini

    menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin. Pada kasus seperti ini,

    dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk

    Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya

    memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-

    positif adalah sebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh

    antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah

    ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi.

    Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.

    Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang

    memiliki Rh-negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan

    menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang

    terjadi. 1,2

    Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi,

    kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika

    diluar kehamilan dia menderita tekanan darah tinggi menahun. Jika seorang

    wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat bawaan,

    biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa genetik

    pada bayi dan kedua orangtuanya. 1,2

  • 10

    2.1.3. Kelainan struktur

    Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda

    atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran.

    Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan

    diagnostik, USG atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa

    meningkatkan resiko terjadinya:1,2

    - kelahiran prematur

    - gangguan selama persalinan

    - kelainan letak janin

    - kelainan letak plasenta

    - keguguran berulang.

    2.1.4. Keadaan kesehatan

    Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu

    dan bayi yang dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:

    - Tekanan darah tinggi menahun

    - Penyakit ginjal

    - Diabetes

    - Penyakit jantung yang berat

    - Penyakit sel sabit

    - Penyakit tiroid

    - Lupus

  • 11

    - Kelainan pembekuan darah.

    2.1.5. Riwayat keluarga

    Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya

    di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya

    kelainan tersebut pada bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak

    kembar juga sifatnya diturunkan.

    2.2. FAKTOR RISIKO SELAMA KEHAMILAN

    Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu

    perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya.Dia

    mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan),

    seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bisa

    mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.

    2.2.1. Obat-obatan atau infeksi

    Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum

    selama hamil adalah:

    - Alkohol

    - Phenitoin

    - Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau

    trimethoprim)

    - Lithium

  • 12

    - Streptomycin

    - Tetracyclin

    - Talidomide

    - Warfarin.

    Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:

    - Herpes simpleks

    - Hepatitis virus

    - Influenza

    - Gondongan

    - Campak Jerman (rubella)

    - Cacar air (varisela)

    - Sifilis

    - Listeriosis

    - Toksoplasmosis

    - Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.

    Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya

    sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering

    terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain

    itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan mengalami:

    - komplikasi plasenta

    - ketubah pecah sebelum waktunya

    - persalinan premature

    - infeksi rahim.

  • 13

    Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap

    rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.

    Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemukan pada bayi

    yang ibunya merokok.

    Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko

    terjadinya sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang

    dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan

    dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini

    diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya

    pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan

    hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke

    plasenta dan rahim).Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat

    bawaan.

    Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari

    pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:

    - keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir

    - kelainan wajah

    - mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh

    pertumbuhan otak yang dibawah normal

    - kelainan perkembangan perilaku.

    Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan

    mental. Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan

  • 14

    perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya

    perilaku antisosial dan kurang memperhatikan). 1,2

    Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi

    alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat.

    Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.

    Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar,

    yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin,

    amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada

    wanita hamil.

    Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:

    - Anemia

    - Bakteremia

    - Endokarditis

    - Abses kulit

    - Hepatitis

    - Flebitis

    - Pneumonia

    - Tetanus

    - Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).

    Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat

    suntik atau pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit

    menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam

    rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur.

  • 15

    Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan

    menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa

    menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin tidak

    mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa

    menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya menyebabkan

    cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus. 1,2

    Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya

    dilakukan jika:

    - seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat

    - terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya

    - terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.

    31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19%

    melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan

    plasenta sebelum waktunya.Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester

    pertama, maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum

    waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal. 1,2

    2.2.2. Keadaan kesehatan

    Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan

    atau keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan

    ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera diobati. Jika seorang

    wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka dilakukan

    pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera

  • 16

    diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan

    persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh

    bakteri selama hamil juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban

    pecah sebelum waktunya. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan

    antibiotik. 1,2

    Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4 Celsius)

    pada trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya

    keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir

    menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur. 1,2

    2.2.3. Komplikasi kehamilan

    1. Inkompatibilitas Rh

    Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak

    sesuai. Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa

    menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Penyakit hemolitik bisa

    terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-

    positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk melawan darah janin. Jika seorang

    ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap

    janin setiap 2 bulan. 12

    Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:

    - setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur

    - setelah pemeriksaan amniosentesis

  • 17

    - dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif. Pada saat ini

    dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu,

    yang akan menghancurkan antibodi Rh.12

    2. Perdarahan

    Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:

    - Kelainan letak plasenta

    - Pelepasan plasenta sebelum waktunya

    - Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi). Perdarahan pada

    trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan

    kematian ibu pada saat persalinan. Untuk menentukan penyebab terjadinya

    perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap

    smear.12

    3. Kelainan pada cairan ketuban

    Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan

    menekan diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang

    berat pada ibu atau terjadinya persalinan prematur. Air ketuban yang terlalu

    banyak cenderung terjadi pada:

    - ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol

    - kehamilan ganda

    - inkompatibilitas Rh

    - bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan

    sistem saraf).

    Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:

  • 18

    - bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih

    - bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan

    - bayi yang meninggal di dalam kandungan.12

    4. Persalinan prematur

    Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:

    - ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim

    - perdarahan

    - stress fisik atau mental

    - kehamilan ganda

    - ibu pernah menjalani pembedahan rahim.

    Persalinan prematur seringkali terjadi jika:

    - bayi berada dalam posisi sungsang

    - plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya

    - ibu menderita tekanan darah tinggi

    - air ketuban terlalu banyak

    - ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.12

    5. Kehamilan ganda

    Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya

    kemungkinan terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.12

    6. Kehamilan lewat waktu

    Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu,

    kemungkinan terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.12

  • 19

    2.3. KLASIFIKASI KEHAMILAN RESIKO TINGGI

    Kehamilan Resiko tinggi dapat digolongkan secara sederhana berdasarkan:

    2,3

    A. Demografis / Umum

    a. Usia Ibu

    Primipara kurang dari 18 tahun

    Kehamilan diatas 35 tahun

    Perkawinan diatas 5 tahun ( anak mahal )

    b. Suku /Ras

    Bukan ras Kaukasia

    Kecenderungan BBLR pada bayi kulit hitam

    c. Status Sosio Ekonomi

    Keadaan keuangan yang buruk

    Lingk ungan yang buruk

    Masalah sosial yang berat / Kelas sosial

    Pekerjaan orang tua

    Pendidikan orang tua

    d. Status Perkawinan

    Orang tua tunggal

    Orang tua tidak menikah

    B. Riwayat Obstetri Terdahulu

  • 20

    a. Paritas

    Primigravida tua primer atau sekunder

    Grandemultipara

    b. Riwayat kehamilan yang buruk

    Pernah Keguguran ( Keguguran yang berulang lebih dari 2 kali )

    Kehamilan dengan kelainan letak

    Sering mengalami perdarahan saat hamil / perdarahan antepartum

    (solusio plasenta / plasenta previa)

    Terjadi Infeksi saat hamil

    Riwayat Mola hidatidosa atau Korio Karsinoma

    Kehamilan ganda dan juga Hydramnion

    Kehamilan dengan Preeklamsia dan Eklampsia

    Gravida Serotinus

    Riwayat IUFD

    Kehamilan Ektopik

    c. Riwayat persalinan terdahulu

    Riwayat persalinan dengan tindakan (Ekstraksi vakum, Ekstraksi

    Forceps, Operasi Sectio Caesaria, Ekstraksi Plasenta manual)

    Riwayat persalinan prematur dua kali atau lebih

    Riwayat persalinan lahir mati

    Riwayat persalinan dengan perdarahan pasca salin

    Riwayat persalinan dengan berat bayi lahir rendah

  • 21

    Riwayat persalinan dengan induksi

    Terdapat Disproporsi Sevalopelvik

    Sangkaan Dismaturitas

    d. Komplikasi medis dari kehamilan yang berhubungan dengan:

    Anemia

    Hipertensi ( Tekanan darah > 140/90 mmHg )

    Penyakit jantung ( RHD, CHD )

    Hamil dengan penyakit menular seksual ( Chlamidia, HIV, GO )

    Hamil dengan Penyakit Metabolik ( DM, Penyakit Thyroid )

    Hamil dengan Kejang

    Hamil dengan obesitas

    Hamil dengan penyakit ginjal ( Glomerulonephritis, Nefrotik syndrome )

    Hamil dengan penyakit hepar ( Hepatitis )

    Hamil dengan penyakit paru ( TBC, Asma bronchiale )

    Hamil dengan kelainan endokrin ( Pituitary, Adrenal )

    Hamil dengan penyakit gastrointestinal ( Appendicitis )

    e. Hasil kehamilan

    Kelainan Kongenital ( Kemungkinan untuk berulang ) misalnya :

    Hidrosepalus, anensepalus, kembar siam

    f. Riwayat infertilitas

    C. Riwayat Medis Terdahulu

    a. Perokok

  • 22

    b. Penyalahgunaan Alkohol

    c. Penyalahgunaan Obat-obatan

    d. Ibu yang sedang sakit kronis dan sedang mendapatkan pengobatan

    e. Riwayat operasi

    Operasi plastik pada fistel vagina atau tumor vagina

    Operasi persalinan atau operasi pada rahim

    Riwayat adanya masalah dengan anastesi

    D. Riwayat Ginekologi

    a. Subfertilitas

    b. Kontrasepsi

    c. Ketidakteraturan pola menstruasi

    E. Riwayat Penyakit Keluarga

    a. Kelainan kongenital

    b. Diabetes Mellitus

    c. Hipertensi

    d. Penyakit ginjal

    F. Pemeriksaan Fisik

    a. Hasil pemeriksaan umum :

    Berat badan ibu

  • 23

    BB < 45 kg (Resiko bayi IUGR)

    BB > 65 kg (Hipertensi, Diabetes Gestasional)

    Tinggi badan ibu

  • 24

    - Persalinan kelainan letak janin

    - Distosia karena tumor jalan lahir, distosia bahu bayi atau bayi yang besar

    - Perdarahan antepartum

    - Retensio plasenta

    Keadaan Resiko Tinggi Ditinjau Dari Janin

    - Distres Janin

    - Pecah ketuban disertai perdarahan

    - Dismaturitas

    - Makrosomia

    - Infeksi Intrauterine

    - Pembentukan kaput yang besar

    Keadaan Resiko Tinggi Paska Partus

    - Persalinan dengan Retensio plasenta

    - Atonia uteri paska partus

    - Persalinan dengan robekan perineum yang luas, robekan serviks, vagina

    dan juga ruptura uteri.

    G. Pemeriksaan Laboratorium

    a. Urinalisis (Glukosuria, Proteinuria, Hematuria)

    b. Pemeriksaan darah rutin dan skrining antibody : Hb < 10 mg/dl

    c. Skrining serologis untuk Rubella, HIV, dan sebagainya tergantung dari

    prevalensi tempat ibu hamil berada (Mis : Hepatitis, HIV)

  • 25

    d. Skrining serologis untuk anomali janin (Mis: Neural Tube Defect, Downs

    Syndrome)

    2.4. PENILAIAN KEHAMILAN DALAM RESIKO TINGGI

    Ada 2 cara menetukan pengelompokkan kehamilan resiko tinggi, yaitu

    kriteria, dan cara nilai (skor). Keduanya diperoleh dari anamnesis tentang umur,

    paritas, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, pemeriksaan lengakp

    kehamilan sekarang, dan pemeriksaan laboratorium penunjang yang diperlukan.

    Kasus-kasus yang telah dikumpulkan diteliti terhadap resiko yang terjadi terhadap

    ibu dan anak.4

    Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut

    berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-

    kasus resiko tinggi. Rochayati dkk mengemukakan kriteria kehamilan resiko

    tinggi sebagi berikut :

    - Primi Muda

    - Primi tua

    - Primi tua sekunder

    - Umur 35 tahun atau lebih

    - Tinggi badan 145 cm atau kurang

    - Grandemultiupara

    - Riwayat persalinan yang buruk

  • 26

    - Bekas seksio sesaria

    - Preeklampsia

    - Hamil serotinus

    - Perdarahan antepartum

    - Kelainan letak

    - Kelainan medis dan lain-lain

    Dealy (Medan) memakai krieteria sebagai berikut:

    Komplikasi obstetrik

    a. Umur

    - 19 tahun atau kurang

    - 35 tahun ke atas

    b. Paritas

    - Primigravida

    - Grandemultipara (para lebih dari 6)

    c. Riwayat persalinan yang lalu

    - 2 kali abortus atau lebih

    - 2 kali partus prematurus atau lebih

    - Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal

    - Perdarahan pasca persalinan

    - Preeklampsi dan eklampsi

    - Kehamilan mola

    - Pernah ditolong secara obstetri operatif

    - Pernah operasi ginekologi

  • 27

    - Pernah insersia uteri

    d. Disporposi cefalo pelvik

    e. Perdarah antepartum

    f. Pre eklampsi dan eklampsi

    g. Kehamilan ganda

    h. Hidramnion

    i. Kelainan letak pada hamil tua

    j. Dismaturitas

    k. Kehamilan pada infertilitas

    l. Persaliinan terakhir 5 tahun atau lebih

    m. Inkompetensi servik

    n. Postmaturitas

    o. Hamil dengan tumor (mioma atau kista ovarii0

    p. Uji serologik lues positif

    a. Anemia

    b. Hipertensi

    c. Penyakit jantung

    d. Diabetes melitus

    e. Obesitas

    f. Penyakit saluran kkencing

    g. Penyakti hati

    h. Penyakti paru

  • 28

    i. Penyakit-penyakit lain dalam kehamilan

    Bagi tenaga paramedik atau tenaga kesehatan lainnya, memang agak sulit

    menggolongkan kasus resiko tinggi denga cara kriteria. Maka dibuatlah

    cara yang lebih praktis yaitu membuat daftar nilai yang dapat diisi oleh

    paramedis.Sebagai contoh, disini dikemukakan daftar skor oleh Rochayati

    (Surabaya). Daftar skor ini dapat diisi pada setiap kaus yang datang waktu

    pemeriksaan antenatal. Dengan perhitungan secara statistik diperoleh nilai 150

    sebagai batas pemisah antara kehamilan resiko tinggi dan bukan resiko tinggi.

    Dasar perhitungan dibuat setelah mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap

    hasil persalinan berupa prematurisa, skor APGAR dibawah 7, dan kematian

    perinatal.4

    2.5. DETEKSI DAN PENCEGAHAN

    Untungnya semua kelainan yang menjadi risiko kehamilan di usia rawan

    sudah bisa dideteksi. Sebagian malah dapat dicegah dan yang lain bisa dirawat

    sehingga mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitasnya. Tekanan darah,

    misalnya bisa diukur dan diobati sehingga dapat mencegah terjadinya

    preeklamsia. Kasus plasenta previa juga dapat ditangani dengan bedah sesar Jadi

    sebagian kelainan bisa dikoreksi. Sebagian lagi bisa dipantau dengan ketat dan

    yang lain bisa diatasi dengan melakukan tindakan untuk pertolongan. Usaha

    pencegahan penyakit pada kehamilan dan persalinan tidak hanya pada segi medis

    atau kesehatan saja. Faktor sosialekonomi rendah juga tidak terlepas dari

  • 29

    kemiskinan, kebodohan, ketidaktahuan, mempunyai kecenderungan untuk

    menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam keluarga berencana.

    Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan mengakibatkan gizi

    ibu dan perilaku pemanfaaatan kesehatan yang buruk.13,14

    Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaan pusat-pusat pelayanan

    yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil untuk mendapat asuhan prenatal

    yang baik, cakupan yang luas dan jumlah pemeriksaan yang cukup. 13,14

    Di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali

    selama kehamilannya.Sedangkan di Indonesia biasanya wanita hamil hanya

    memeriksakan diri 4-5 kali. 13,14

    Jadi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa usaha yang dapat

    dilakukan untuk pencegahan penyulit pada kehamilan dan persalinan adalah :

    1. Asuhan prenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil

    2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan

    3. Peningaktan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan

    4. Peningakatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan

    wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya

    5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tingggi melalui program keluarga berencana

    6. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan

    lebih intensif.13,14

    Kelainan yang tidak dapat dicegah adalah sindrom down. Satu-satunya

    cara untuk meminimalkan risiko ini adalah ibu harus hamil di usia reproduksi

    sehat. Namun kelainan tersebut dapat dideteksi dengan screening darah dan USG

  • 30

    pada kehamilan dini. Tapi deteksi terakurat hanyalah melalui tindakan

    amniosentesis atau mengambil contoh jaringan janin untuk dilihat kromosomnya.

    jika janin terbukti menderita down syndrome maka dokter bisa melakukan

    konseling pada suami-istri. Apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan oleh

    dokter, apakah kehamilan akan diteruskan atau tidak. Bila diteruskan bagaimana

    risikonya dan lainnya. 1,2

    2.6. STRATEGI PENANGANAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

    Setiap kasus kehamilan resiko tinggi memerlukan penanganan yang lebih

    intensif selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas oleh tenaga-tenaga

    yang berpengalaman. Penanganan dilakukan sesuai dengan faktor resiko yang

    dijumpai, dan kalau perlu penderita dirujuk ke tempat-tempat yang lebih mampu

    menanganinya dimana tersedia tenaga dan fasilitas yang memadai. 5

    Pengawasan selama kehamilan dengan cara melakukan koreksi terhadap

    faktor resiko yang dijumpai, serta melakukan monitoring kadaan janian di dalam

    kandungan. Dengan demikian dapat diambil sikap yang sebaik-baiknya untuk

    menetukan waktu dan cara pengakhiran kehamilannya.Untuk tujuan tesebut,

    perawatan antenatal/prenatal jelas memegang peranan yang sangat penting.

    Demikian juga proses pengawasan selama proses persalinan, kadaan janin harus

    meliputi secara seksama dan pertolongan persalinan harus diverikan dengan

  • 31

    sebaik-baiknya. Sehingga dapat ditentukan cara dan waktu yang tepat untuk

    mengakhiri persalinan.5

    Perawatan postpartum dengan fasilitas resusitasi bayi dan perawatan

    khusus untuk bayi-bayi BBLR serta asfiksia serta neonatorum juga sangat

    penting. Disamping itu dianjurkan juga perawatan pada masa antar konsepsi

    seperti : perbaikan gizi, pengobatan anemia, penyembuhan penyakit kronis, dan

    untuk mengikuti keluarga berencana.

    Untuk penanganan yang menyeluruh diperlukan kerjasama yang baik

    antara beberapa tenaga ahli seperti ahli kebidanan, ahli kesehatan anak, ahli

    penyakit dalam, ahli anestesi, dan sebagainya. Juga tidak kalah pentingnya kerja

    sama dengan petugas-petugas kesehatan diluar rumah sakit, terutama dalam hal

    konsultasi dan rujukan. 5

    Sasaran perawatan prenatal adalah menjamin bahwa setiap kehamilan

    yang diinginkan diberi kesempatan maksimal untuk mencapai puncaknya delam

    melahirkan seorang bayi yang sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu. 6

    Pada kunjungan prenatal pertama, anamnesis yang menyeluruh harus

    dilakukan termasuk penilaian resiko dengan melakukan skrining awal seperti :

    umur ibu, cara melakukan konsepsi, riwayat medis sebelumnya, riwayat keluarga,

    riwayat obstetri sebelumnya, dan juga pemeriksaan fisik. Penilaian resiko dapat

    dilakukan dengan cara yang telah diorganisasikan dengan menggunakan bentuk

    standar seperti yang telah dibahas diatas. 5,6

  • 32

    Dan selama kehamilan dilakukan juga pemeriksaan rutin. Dalam

    memerintahkan pemeriksaan laboratorium, keseimbangan antara keuntungan

    informasi yang diperoleh dan biaya pemeriksaan sebaiknya ditekan. Pemeriksaan

    laboratorium tertentu, yang telah bersifat tradisional atau secara hukum

    diamanatkan, dapat dipertanyakan dari sudut pandang kefeektifan biaya. Karena

    itu individualisasi yang tepat harus digunakan pada tiap pasien prenatal.

    Pada perawatan prenatal berikutnya pengawasan yang cermat pada pasien

    obstetrik diarahkan untuk pengenalan masalah yang timbul yang dapat

    mempengaruhi janini secara buruk seperti : kenaikan berat badan ibu, urinalisa,

    tekanan darah, perkiraan umur gestasi,pemeriksaan fundus uteri, pemeriksaan

    perut, penilaian kesehatan janin, pemeriksaan non stress, penilaian ultrasonografi,

    dan uji tekanan kontraksi. 5,6

    Menilai kehamilan untuk menetukan resiko seperti juga melakukan

    pemantuan - pemantauan yang cermat untuk mengenali munculnya resiko dalam

    kehamilan harus dilakukan sedini mungkin pada masa kehamilan. Konseling

    prakonsepsi pada pasien yang diketahui memiliki kelainan medis atau genetik

    dapat membantu mencapai hasil yang lebih menjanjikan. Perawatan prenatal yang

    dilakukan sedini dan sesering mungkin membantu dokter untuk mengidentifikasi

    munculnya resiko pada kehamilan. Ditambah lagi kehamilan yang diidentifikasi

    memiliki komplikasi, satu atau lebih masalah dapat diikuti dengan bermacam-

    macam teknik pengawasan ibu dan janin untuk memaksimalkan terapi terapeutik

    5,6

  • 33

    2.7. CONTOH PENANGANAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI PADA

    BEBERAPA KASUS

    Hipertensi selama kehamilan merupakan suatu komplikasi serius yang

    membutuhkan evaluasi seksama. Selama kehamilan normal, resistensi vaskuler

    perifer menurun sebagai akibat vaskulator yang mengalami dilatasi. Tekanan

    sistolik dan diastolik keduanya cenderung untuk turun pada trisemester kedua dan

    kemungkinan kembali normal saat mendekati aterm. Jika resistensi perifer

    meningkat, maka terjadilah hipertensi.

    Sindrom dari hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan, proteinuria dan

    edema dikenal dengan bermacam macam nama yaitu sindrom preeklampsia-

    eklampsia, toksemia, kompleks EPH (edema, proteinuria, hipertensi) dan gestosis

    7

    DEFINISI

    Hipertensi :

    Peningkatan tekanan sistolik sekurang kurangnya 30 mm Hg, atau

    peningkatan tekanan diastolik sekurang kurangnya 15 mm Hg, atau adanya

    tekanan sistolik sekurang kurangnya 140 mm Hg, atau tekanan diastolik

    sekurang kurangnya 90 mm Hg. Hipertensi juga dapat ditentukan dengan

    tekanan arteri rata rata* 105 mm Hg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mm Hg

    atau lebih. Nilai nilai yang disebutkan di atas harus bermanifestasi pada

    sekurang kurangnya dua kesempatan dengan perbedaan waktu 6 jam atau lebih

    dan harus didasarkan pada nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui. 7

    Tekanan Arteri Rata rata = (2 x diastolik) + sistolik

  • 34

    3

    Proteinuria :

    Adanya protein dalam urin dalam konsentrasi lebih besar dari 0,3 g per

    liter urin 24 jam atau dalam konsentrasi lebih besar dari 1 g per liter (1+ sampai

    2+ dengan metoda turbidimetrik standard) pada kumpulan urin secara acak pada 2

    atau lebih kesempatan sekurang kurangnya dengan beda waktu 6 jam. Contoh

    urin harus bersih sebaiknya urin midstream atau yang diambil melalui kateter. 7

    Edema :

    Akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan,

    umumnya ditampakkan dengan adanya pembengkakan ekstremitas dan wajah.

    Hipertensi kehamilan :

    Berkembangnya hipertensi selama kehamilan atau dalam 24 jam pertama

    postpartum pada seorang wanita yang sebelumnya normotensi. Tak ada petunjuk

    petunjuk lain dari preeklampsia atau penyakit vaskular hipertensi. Tekanan darah

    kembali ke batas normal dalam sepuluh hari setelah persalinan. Beberapa pasien

    dengan hipertensi kehamilan sebenarnya mungkin mengidap preeklampsia atau

    penyakit vaskular hipertensi, tetapi mereka tidak memenuhi kriteria untuk

    diagnosis ini. 7

    Preeklampsia :

    Berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema atau keduanya

    yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang sekarang.

    Biasanya keadaan ini timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula

  • 35

    berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik. Preeklampsia

    merupakan gangguan yang terutama terjadi pada primigravida. 7

    Eklampsia :

    Terjadinya satu atau beberapa kejang yang bukan diakibatkan oleh

    keadaan serebral lain seperti epilepsi, atau perdarahan otak pada pasien dengan

    preeklampsia.

    Preeklampsia atau eklampsia penyerta :

    Berkembangnya preeklampsia eklampsia pada pasien dengan penyakit

    vaskular hipertensi kronik atau penyakit ginjal. Bila hipertensi mendahului

    kehamilan, seperti yang diperlihatkan oleh catatan tekanan darah sebelumnya,

    suatu peningkatan sistolik 30 mm Hg atau peningkatan tekanan diastolik 15 mm

    Hg dan berkembangnya proteinuria, edema atau keduanya harus terjadi selama

    kehamilan untuk memastikan diagnosis. 7

    Penyakit hipertensi kronik :

    Adanya hipertensi persisten, oleh berbagai sebab, sebelum kehamilan atau

    sebelum umur kehamilan 20 minggu, atau melebihi 42 hari postpartum.

    (Diagnosis meliputi hipertensi esensial, penyakit ginjal, koarktasio aorta,

    aldosteronisme primer dan feokromositoma).

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    1. DeCherneyH Alan, Current Obstetrics and Gynecologic Diagnosis and

    Therapy, India, Mc Graw Hill, International Edition, 2003, 216-271

    2. Burrow & Duffy, Medical Complicating During Pregnancy, Pensylvania, WB

    Saunders Company, 1995, 1-30

    3. Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka

    Sinar Harapan, 1994, 23-35.\

    4. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri dan Ginekologi, Jakarta,EGC, Jilid 2,

    1995, 201-206

    5. Sarkawi W, Jurnal Obstetri dan Ginekologi, Bandung, 1997, 25-30

    6. Hacker and Moore, Essensial Obstetric and Gynecology, USA, Hipocrates,

    2nd

    Edition, 1992, 91-103

    7. Taber Ben-zion, Kapita selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed,

    Melfiawati, dr. Jakarta : EGC, 1994 : 235-242,278-281,330-345,368-372

  • 37

    8. Trupin LS, Simon LP, Eskenazi B. Change in paternity: a risk factor for

    preeclampsia in multiparitas. Epidemiology 1996;7:240-244

    9. http://www.depkes.go.id/en/index.php

    10. http://unicef.org/infobycountry/indonesia.html

    11. http://devdata.worldbank.org/wdi2005.html

    12. http://www.medicastore.com/cybermed/kehamilan_resiko_tinggi.fhp

    13. http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetri-haryono.pdf

    14. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/08 Penanggulangan Perinatal

    Risiko Tinggi126.