deteksi dan pengelolaan kehamilan resiko tinggi

50
BAB I PENDAHULUAN Kehamilan merupakan suatu karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada para ibu. Namun, ibu hamil yang memiliki riwayat atau predisposisi penyakit bawaan ataupun penyakit menahun cenderung mencemaskan kehamilannya. Seperti pengidap penyakit hipertensi, diabetes, jantung dan hepatitis B yang digolongkan sebagai ibu dengan kehamilan berisiko tinggi (KRT). Menurut dr. Puji Ichtiarti, SpOG., dari RS Bunda, Jakarta, ibu hamil dengan penyakit - penyakit seperti itu tidak berarti tidak boleh hamil. Kehamilan bisa tetap berjalan lancar dan bayi yang lahir pun sehat asalkan mereka dapat mengontrol penyakitnya dengan baik. 5-10% dari kehamilan termasuk kehamilan dengan resiko tinggi, wanita dengan kehamilan resiko tinggi, mereka harus mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan resiko tinggi ini. Setiap tahun diperkirakan sekitar 200 juta perempuan menjalani kehamilan di seluruh dunia dan setiap saat perempuan hamil mempunyai resiko menghadapi kematian dan komplikasi yang tidak dapat diduga, yang menyebabkan kematian atau kesakitan bagi ibu dan bayinya. Sedikitnya 40% dari ibu hamil pernah mengalami salah satu bentuk komplikasi dalam kurun kehamilannya, dan sekitar 15% komplikasi ini 1

Upload: vino-g-albert

Post on 13-Aug-2015

144 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada para

ibu. Namun, ibu hamil yang memiliki riwayat atau predisposisi penyakit bawaan ataupun

penyakit menahun cenderung mencemaskan kehamilannya. Seperti pengidap penyakit

hipertensi, diabetes, jantung dan hepatitis B yang digolongkan sebagai ibu dengan

kehamilan berisiko tinggi (KRT). Menurut dr. Puji Ichtiarti, SpOG., dari RS Bunda,

Jakarta, ibu hamil dengan penyakit - penyakit seperti itu tidak berarti tidak boleh hamil.

Kehamilan bisa tetap berjalan lancar dan bayi yang lahir pun sehat asalkan mereka dapat

mengontrol penyakitnya dengan baik. 5-10% dari kehamilan termasuk kehamilan dengan

resiko tinggi, wanita dengan kehamilan resiko tinggi, mereka harus mempersiapkan diri

dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan

dengan resiko tinggi ini.

Setiap tahun diperkirakan sekitar 200 juta perempuan menjalani kehamilan di

seluruh dunia dan setiap saat perempuan hamil mempunyai resiko menghadapi kematian

dan komplikasi yang tidak dapat diduga, yang menyebabkan kematian atau kesakitan

bagi ibu dan bayinya. Sedikitnya 40% dari ibu hamil pernah mengalami salah satu bentuk

komplikasi dalam kurun kehamilannya, dan sekitar 15% komplikasi ini secara potensial

mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan obstretik darurat.

Resiko dalam kesehatan ibu (kesehatan maternal) adalah kemungkinan seorang

ibu meninggal atau mengalami komplikasi serius dalam masa kehamilan atau persalinan.

Setiap ibu hamil menghadapi resiko, untuk itu pemeriksaan teratur dan penanganan oleh

tenaga kesehatan terlatih selama hamil dan persalinan merupakan hal penting yang perlu

mendapat perhatian, baik oleh ibu sendiri, suami, keluarga dan masyarakatnya. Banyak

kasus komplikasi tidak dapat diduga sebelumnya padahal komplikasi ini umumnya

mengancam jiwa si ibu hamil. Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan merupakan

upaya dilakukan untuk menemukan penyimpangan - penyimpangan yang terjadi selama

kehamilan ibu secara dini. Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada

penemuan ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara memadai sehingga kesakitan

1

Page 2: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

atau kematian dapat dicegah. Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki

tanda bahaya dan komplikasi kehamilan banyak poster -poster dan leaflet disebarkan

kepada masyarakat khususnya ibu-ibu hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal

maupun pada kegiatan kunjungan rumah dalam pemantauan kesehatan masyarakat.

Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih memungkinkan dilibatkannya ibu

hamil untuk secara aktif mengamati sendiri kehamilannya.

Kehamilan dapat berlangsung dengan baik jika wanita hamil berada dalam

kondisi kesehatan optimal. Untuk itu diperlukan pengawasan kehamilan yang dikenal

dengan perawatan antenatal (Pan). Pan bertujuan mempersiapkan dan meningkatkan

derajat kesehatan wanita hamil, baik fisik maupun mental untuk menghadapi proses

kehamilannya selanjutnya, persalinan, masa nifas dan masa menyusui. Wanita hamil

perlu secara periodik diperiksa keadaan gizinya, kenaikan berat badannya selama hamil,

tekanan darahnya, perkembangan kehamilannya, letak anak, jumlah anak yang

dikandung, kesejahteraan anak, keadaan jalan lahir terutama panggul, dan kelainan-

kelainan lain yang dapat menghalangi lancarnya persalinan.

Kelompok yang ber-KRT tidak dibenarkan melahirkan di rumah, tapi harus

bersalin di rumah sakit karena di situ tersedia tenaga medis terampil dan fasilitas

pelayanan kebidanan yang cukup. Pan penting untuk mencegah komplikasi kehamilan,

persalinan dan masa nifas. Masalah yang sering dihadapi ialah tak ada kesadaran wanita

hamil untuk datang memeriksakan dirinya pada fasilitas pelayanan kebidanan. Mungkin

ini karena ketidaktahuan, kemiskinan, atau tempat tinggal terpencil. Akibatnya, sering

terjadi komplikasi.

Banyak program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Indonesia dalam

memperkecil jumlah kematian ibu hamil dan melahirkan, antara lain :

1.   Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

Pelatihan bagi  bidan dan dukun beranak/paraji, yang dimaksudkan untuk

menambah ketrampilan mereka dalam menangani persalinan dan merujuk kepada tempat

pelayanan  yang lebih lengkap bila terjadi gejala awal komplikasi. Pengembangan sarana

2

Page 3: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

pelayanan kesehatan yang semakin dekat dengan masyarakat dan keluarga antara lain Pos

pelayanan terpadu ( Posyandu), Polindes (Pondok Bersalin di Desa) dengan peralatan dan

bidan terlatih, Puskesmas Pembantu (pustu) serta Puskesmas di setiap Kecamatan dan

Kelurahan (khusus DKI Jakarta).

2.   Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS)

Digalakkan pada tahun 1992 dan bertujuan untuk membantu para ibu dan

perempuan mengatasi hambatan yang ada di dalam di luar dirinya agar dapat

meningkatkan kualitas hidup, kesehatan serta  potensi diri dan keluarganya untuk

mewujudkan keluarga kecil sejahtera. Materi  kampanye ini meliputi pendewasaan usia

perkawinan, pendidikan kesehatan reproduksi, penyuluhan dan pelayanan pra dan pasca

persalinan, pelayanan kontrasepsi, imunisasi dan penanggulangan diare, peningkatan

penggunaan ASI, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga serta peningkatan peran suami/bapak

dalam perawatan dan pengasuhan anak

3.   Gerakan Ibu Sehat Sejahtera (GISS)

Tahun 1993/1994 yang merupakan kelanjutan dari Kampanye Ibu Sehat Sejahtera

dan lebih kepada upaya untuk menggerakkan seluruh potensi masyarakat dalam

meningkatkan kesejahteraan ibu pada khususnya dan kaum perempuan pada umumnya.

Gerakan ini tidak hanya diarahkan untuk menurunkan angka kematian ibu saja, tetapi

juga diarahkan untuk lebih mengembangkan potensi diri kaum perempuan sehingga

mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya . Kondisi ini secara tidak langsung

membuka peluang kepada kaum ibu/ perempuan untuk dapat mencari pelayanan

kesehatan yang berkualitas dan dibutuhkan oleh dirinya.

4.   Gerakan Sayang Ibu (GSI)

Yang mempunyai tujuan sama dengan GISS yaitu menggerakkan seluruh potensi

masyarakat untuk memberikan perhatian dan pertolongan kepada ibu hamil dan bersalin

di wilayah/lingkungannya. Dalam GSI ini dikembangkan suatu jaringan erat antara

keluarga, masyarakat, termasuk pamong dan pemuka,  tenaga pelayanan kesehatan dan

3

Page 4: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

sarana pelayanan kesehatan yang dapat menangani secara tepat dan cepat setiap kejadian

kehamilan dan persalinan, termasuk komplikasi. Untuk itu dikembangkan pula suatu

jaringan komunikasi dan transportasi di masyarakat yang dapat secara cepat membawa

ibu hamil mencapai sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

4

Page 5: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih

besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau

kematian sebelum maupun sesudah persalinan. Untuk menentukan suatu kehamilan

resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia

memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan

terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor resiko). Faktor

resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.

B. IBU DENGAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko tinggi adalah ibu

dengan:

Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.

Bentuk panggul ibu yang tidak normal.

Badan Ibu kurus pucat.

Umur Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Jumlah anak lebih dari 4 orang.

Jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun.

Adanya kesulitan pada kehamilan atau persalinan yang lalu.

Sering terjadi keguguran sebelumnya.

Kepala pusing hebat.

Kaki bengkak.

Perdarahan pada waktu hamil.

Keluar air ketuban pada waktu hamil.

Batuk-batuk lama.

5

Page 6: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

C. FAKTOR RESIKO KEHAMILAN

Untuk menentukan suatu kehamilan resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap

wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang

menyebabkan ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian ( faktor

resiko). Faktor resiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya resiko.

1. Faktor Resiko Sebelum Kehamilan

Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan

meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami

masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada

kehamilan yang akan datang adalah lebih besar.

a. Karakteristik ibu

Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun

atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai

dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama

kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin

melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.

Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah

tinggi, diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan

persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom

(misalnya sindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas

35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai

kromosom janin.

Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50

kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil

untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg,

maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih

mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya resiko

terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.

6

Page 7: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin

memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang

lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.

Peristiwa pada kehamilan yang lalu

b. Peristiwa pada kehamilan yang lalu

Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester

pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga

lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal

pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur. Sebelum

mencoba hamil lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran

menjalani pemeriksaan untuk: - kelainan kromosom atau hormon - kelainan struktur

rahim atau leher rahim - penyakit jaringan ikat (misalnya lupus) - reksi kekebalan pada

janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).

Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan

pengobatan. Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi

akibat:

- Kelainan kromosom pada bayi

- Diabetes

- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun

- Tekanan darah tinggi

- Penyalahgunaan obat

- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).

Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang

lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Seorang wanita

yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko

sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Jika seorang

wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 5 kg, mungkin dia

menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka

resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.

7

Page 8: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia

kehamilan 20-28 minggu.

Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih,

lebih mungkin mengalami:

- Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)

- Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)

- Persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan

vagina yang berat

- Plasenta previa (plasenta letak rendah).

Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik,

maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi

jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk

antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel

darah merah janin. Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan

ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki

Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya

untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama,

perbedaan Rh antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak

antara darah ibu dan bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi.

Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.

Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang

memiliki Rh-negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan

antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.

Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan

akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia

menderita tekanan darah tinggi menahun.

8

Page 9: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan genetik atau cacat

bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan analisa

genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.

c. Kelainan struktur

Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher

rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Untuk mengetahui

adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen.

Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya:

- Kelahiran prematur

- Gangguan selama persalinan

- Kelainan letak janin

- Kelainan letak plasenta

- Keguguran berulang.

d. Keadaan kesehatan

Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi

yang dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:

- Tekanan darah tinggi menahun

- Penyakit ginjal

- Diabetes

- Penyakit jantung yang berat

- Penyakit sel sabit

- Penyakit tiroid

- Lupus

- Kelainan pembekuan darah.

9

Page 10: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

e. Riwayat keluarga Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit

keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya

kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung.

Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.

2. Faktor Resiko Selama Kehamilan

Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan

yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh

teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia

tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bisa mengalami kelainan medis atau

komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.

a. Obat-obatan

Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum

selama hamil adalah:

Alkohol

Phenitoin

Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau

trimethoprim)

Lithium

Streptomycin

Tetracyclin

Talidomide

Warfarin.

b. Infeksi

10

Page 11: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:

- Herpes simpleks

- Hepatitis virus

- Influenza

- Gondongan

- Campak Jerman (rubella)

- Cacar air (varisela)

- Sifilis

- Listeriosis

- Toksoplasmosis

- Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.

c. Merokok

Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar

20% wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat

merokok selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil

yang merokok juga lebih rentan mengalami:

- Komplikasi plasenta

- Ketubah pecah sebelum waktunya

- Persalinan prematur

- Infeksi rahim.

11

Page 12: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari

orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya. Cacat bawaan

pada jantung, otak dan wajah lebih sering ditemikan pada bayi yang ibunya merokok.

Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya

sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu

perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik,

perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon

monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan

nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh

darah yang menuju ke plasenta dan rahim).

d. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan. Sindroma

alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama

hamil. Sindroma ini ditandai dengan:

- Keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir

- Kelainan wajah

- Mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh

pertumbuhan otak yang dibawah normal

- Kelainan perkembangan perilaku.

Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental.

Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat

pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang

memperhatikan). Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi

alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat

badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg.

12

Page 13: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar,

yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin,

amfetamin, barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita

hamil.

Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:

Anemia

Bakteremia

Endokarditis

Abses kulit

Hepatitis

Pneumonia

Tetanus

Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).

Flebitis

Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau

pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual

lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan

mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur. Kokain merangsang sistem saraf

pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah.

Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga

kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran darah dan

oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan biasanya

menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.

Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:

- Seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat

- Terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya

- Terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.

13

Page 14: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19%

melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan

plasenta sebelum waktunya. Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama,

maka resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap

meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal. Keadaan kesehatan Tekanan darah

tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan

darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya

dan harus segera diobati.

Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung kemih, maka

dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera

diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan

prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil

juga bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.

Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4° Celsius) pada

trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan

kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir menyebabkan

meningkatnya kemungkinan terjadinya persalinan prematur.

D. KOMPLIKASI KEHAMILAN

Pengenalan kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan harus secara

dini dan ditangani dengan benar. Tiap tanda bahaya kehamilan bisa mengakibatkan

komplikasi. Akibat yang dapat terjadi bila ibu tidak dapat mengenali tanda bahaya

kehamilan secara dini dan upaya deteksi dini yang dilakukan ibu kurang, maka akan

terjadi komplikasi yang lebih lanjut yang akan mengakibatkan kematian ibu dan bayi.

Kematian tersebut merupakan dampak komplikasi kehamilan utama yang sama yaitu

perdarahan, infeksi, hipertensi dan abortus. Banyak kematian neonatal merupakan akibat

langsung penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang buruk (WHO, 2004).

14

Page 15: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

1. Inkompatibilitas Rh

Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai.

Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit

hemolitik pada bayi baru lahir. Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-

negatif, ayah memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat

antibodi untuk melawan darah janin. Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka

dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan.

Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:

Setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur

Setelah pemeriksaan amniosentesis

Dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.

Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D

kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.

2. Perdarahan

Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:

Kelainan letak plasenta

Pelepasan plasenta sebelum waktunya

Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).

Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi,

perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan. Untuk menentukan penyebab

terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap

smear.

15

Page 16: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

3. Kelainan pada cairan ketuban

Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan

menekan diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada

ibu atau terjadinya persalinan prematur.

Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada:

Ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol

Kehamilan ganda

Inkompatibilitas Rh

Bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan

sistem saraf).

Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:

Bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih

Bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan

Bayi yang meninggal di dalam kandungan.

4. Persalinan prematur

Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:

Ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim

Perdarahan

Stress fisik atau mental

Kehamilan ganda

Ibu pernah menjalani pembedahan rahim.

Persalinan prematur seringkali terjadi jika:

Bayi berada dalam posisi sungsang

16

Page 17: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya

Ibu menderita tekanan darah tinggi

Air ketuban terlalu banyak

Ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.

5. Kehamilan ganda

Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan

terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.

6. Kehamilan lewat waktu

Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan

terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.

E. PENILAIAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI

Nilai 10 atau lebih menunjukkan resiko tinggi.

FAKTOR RESIKO Skor

SEBELUM KEHAMILAN

1. Karakteristik ibu

Usia 35 tahun atau lebih atau 15 tahun atau kurang 5

Berat badan kurang dari 50 kg atau lebih dari 100 kg 5

2. Peristiwa pada kehamilan yg lalu

Kematian dalam kandungan 10

Kematian bayi baru lahir 10

Bayi premature 10

Kecil untuk masa kehamilan 10

17

Page 18: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Transfuse darah janin untuk penyakit hemolitik 10

Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu) 10

Keguguran berulang 5

Bayi besar (lebih dari 5 kg) 5

Hamil sebanyak 6 kali atau lebih 5

Riwayat eklamsi 5

Operasi sesar 5

Epilepsi atau kelumpuhan serebral pada ibu 5

Riwayat pre-eklamsi 1

Cacat bawaan pada bayi sebelumnya 1

3. Kelainan struktur

Rahim ganda 10

Kelemahan pada leher rahim 10

Panggul sempit 5

4. Keadaan medis

Tekanan darah tinggi menahun 10

Penyakit ginjal sedang sampai berat 10

Penyakit jantung berat 10

Diabetes yg tergantung kepada insulin 10

Penyakit sel sabit 10

18

Page 19: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Hasil pap smear yg abnormal 10

Penyakit jantung sedang 5

Penyakit tiroid 5

Riwayat tuberculosis 5

Penyakit paru-paru (misalnya asma) 5

Hasil pemeriksaan darah yg positif untuk sifilis atau hiv 5

Riwayat infeksi kandung kemih 1

Riwayat keluarga yg menderita diabetes 1

SELAMA KEHAMILAN

Obat-obatan & infeksi

pemakaian obat atau alkohol 5

Penyakit virus (misalnya campak jerman) 5

Influenza berat 5

Merokok 1

Komplikasi Medis

Pre-eklamsi sedang sampai berat 10

Pre-eklamsi ringan 5

Infeksi ginjal 5

Diabetes gestsional 5

Anemia berat 10

19

Page 20: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Infeksi kandung kemih 1

Anemia ringan 1

Komplikasi Kehamilan Pada Ibu

Plasenta previa 10

Pelepasan plasenta premature 10

Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak 10

Infeksi plasenta 10

Robekan pada rahim 10

Persalinan terlambat (lebih dari 42 minggu atau terlambat lebih dari 2 minggu) 10

Sensitisasi rh pada darah janin 5

Bercak perdarahan 5

Persalinan premature 5

Ketuban pecah lebih dari 12 jam sebelum persalinan 5

Leher rahim berhenti melebar 5

Persalinan berlangsung lebih dari 20 jam 5

Mengedan lebih dari 2 jam 5

Persalinan cepat (kurang dari 3 jam) 5

Operasi sesar 5

Induksi persalinan karena alasan medis 5

Induksi persalinan 1

20

Page 21: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Komplikasi kehamilan pada bayi

Mekonium dalam cairan ketuban (hijau tua) 10

Letak bayi abnormal (misalnya letak bokong) 10

Persalinan letak bokong, dibantu seluruhnya 10

Kehamilan ganda (terutama 3 atau lebih) 10

Denyut jantung lambat atau sangat cepat 10

Prolapsus tali pusat 10

Berat badan kurang dari 2,75 kg 10

Mekonium dalam cairan ketuban (hijau muda) 5

Persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum 5

Persalinan letak bokong, tidak dibantu atau dibantu sebagian 5

Pembiusan total pada ibu selama persalinan 5

F. PENCEGAHAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin

sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya. Diagnosa Ibu hamil dengan kehamilan

resiko tinggi jangalah diartikan dengan makna yang selalu negatif. Dengan perawatan

yang baik, 90-95% ibu hamil yang termasuk kehamilan dengan resiko tinggi dapat

melahirkan dengan selamat dan mendapatkan bayi yang sehat.

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila gejalanya

ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, dan

kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi

terjadi. Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan

21

Page 22: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa pada

beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.

Oleh karenanya sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC atau

pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu

hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan

diatasi sedini mungkin. Juga hiduplah dengan cara yang sehat (hindari rokok, alcohol,

dll),serta makan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan anda selama kehamilan.

Pencegahan kehamilan risiko tinggi dapat dilakukan ?

- Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,

Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.

- Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.

- Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih

intensif.

- Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.

         Pemerintah dan penyedia pelayanan kesehatan  harus menganggap setiap kehamilan

adalah suatu hal yang istimewa, dan semua perempuan harus dapat mengakses pelayanan

kesehatan yang berkualitas, melalui :

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kaum perempuan dan keluarganya

terhadap resiko komplikasi yang dapat dialami oleh semua perempuan, sehingga

mereka mampu melakukan hal yang benar dan tepat bila komplikasi itu benar

terjadi.

 Mendekatkan pelayanan kesehatan kepada keluarga, khususnya perempuan,

termasuk tenaga kesehatan terlatih, penanganan  komplikasi dan rujukan yang

memadai, serta penanganan pertama  yang cepat dan tepat untuk setiap

22

Page 23: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

komplikasi sebelum dapat mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik (seperti

Rumah sakit).

 Menciptakan suatu jaringan komunikasi dan transportasi yang menghadirkan

tenaga kesehatan, Puskesmas dan Rumah Sakit serasa dekat dengan masyarakat

sehingga setiap ibu yang mengalami komplikasi dapat memperoleh pelayanan

kesehatan  yang cepat, tepat dan memadai.

Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan reproduksi semua kaum perempuan

melalui pencegahan dan pengobatan setiap masalah yang dapat memberikan

kontribusi terhadap buruknya kondisi kesehatan reproduksinya.

G. PENGELOLAAN PADA KEHAMILAN RESIKO TINGGI

1. HIPERTENSI

Hipertensi atau penyakit darah tinggi terjadi karena adanya pembuluh darah yang

menegang sehingga membuat tekanan darah meningkat. Gejala yang umum dialami yaitu

Pusing dan sakit kepala, kadang disertai dengan bengkak di daerah tungkai, bila

dilakukan pemeriksaan laboratorium, akan ditemui adanya protein yang tinggi dalam

urinnya., tekanan darah bisa mencapai 140/90 sementara batas normal untuk tekanan

darah atas antara 100-120 dan tekanan bawah 70-85.

Perlu diketahui bahwa penderita hipertensi dapat dibagi menjadi dua. Pertama,

penderita yang sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi. Kedua penderita

hipertensi akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan tekanan

darah ibu normal, lalu disaat hamil mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut dengan

preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20

minggu dan harus segera ditangani agar tak meningkat menjadi eklamsia yang tak saja

bahaya buat ibu tapi juga janin.

Preeklamsia

23

Page 24: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Preeklamsia yang masih ringan akan ditandai dengan tekanan darah yang

meninggi, protein yang berlebihan dalam urin, pembengkakan, serta kenaikan berat

badan yang cepat. Sedangkan yang parah ditandai dengan tekanan darah tinggi yang terus

meningkat dan kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urin, sehingga menyebabkan

berkurangnya jumlah urin. Selain itu, penglihatan pun menjadi kabur, perut terasa sakit

atau panas, sakit kepala, serta denyut nadi yang cepat. Kecuali itu, bengkak karena

preeklamsia tidak hanya terjadi di kaki, tapi akan terjadi pada wajah dan tangan. Nah,

kalau terjadi pembengkakan di wajah atau tangan, segera periksakan diri untuk

mengetahui apakah penyebabnya bersifat patologis atau fisiologis.

Eklamsia

Risiko eklamsia ini sangat besar, ibu bisa mengalami kejang-kejang hingga tak

terselamatkan. Tentunya jika ibu sampai tidak tertolong, janin pun bisa mengalami nasib

yang sama. Kalaupun hidup, bisa terjadi kelahiran prematur, gagal ginjal, dan kerusakan

hati. Selain itu, jika aliran darah ke janin berkurang, ia dapat mengalami keterlambatan

pertumbuhan. Pada saat eklamsia mengancam, biasanya dokter akan mengutamakan

keselamatan ibu. Bayi akan dikeluarkan dengan proses induksi untuk menghasilkan

persalinan normal. Jalan operasi dihindari karena dapat menimbulkan cacat rahim pada

ibu.

Tentu saja hipertensi tak selalu berdampak buruk bagi kehamilan. Asalkan

terkontrol, penyakit tekanan darah tinggi ini tak akan jadi masalah. Bahkan untuk kasus

preeklamsia, pada umumnya setelah masa kehamilan, penyakit tersebut akan menghilang

dengan sendirinya.

Penanganan:

Rutin berkunjung ke dokter dan ceritakan kepada dokter mengenai riwayat

kesehatan ibu yang memiliki tekanan darah tinggi. Dengan begitu dokter dapat

melakukan pengawasan ketat selama masa kehamilan.

24

Page 25: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Mengonsumsi obat-obatan yang berfungsi menurunkan tekanan darah. Jika

dengan pengobatan, tekanan darah ibu tetap tinggi hingga mengancam

keselamatan, maka janin harus dikeluarkan.

Rajin mengontrol tekanan darah dengan cara mengukur tekanan darah setiap

berkunjung ke dokter.

Waspadai penambahan bobot selama kehamilan. Penambahan berat badan ibu

hamil pengidap hipertensi sebaiknya tidak lebih dari 2 kg per bulan.

Kurangi konsumsi makanan bergaram.

2. DIABETES

Kehamilan dapat mempengaruhi timbulnya penyakit diabetes pada seseorang.

Perlu diketahui, saat kehamilan terjadilah perubahan tingkat karbohidrat dalam tubuh ibu.

Hal ini terjadi karena selama kehamilan dibutuhkan energi yang lebih dari biasanya bagi

pertumbuhan janin. Hanya saja, intake atau asupan karbohidrat yang meningkat dapat

membuat persediaan hormon insulin dalam tubuh tak mencukupi. Peran hormon ini

adalah mengendalikan kadar gula dalam darah yang diubah dari karbohidrat tersebut.

Akibatnya terjadilah penimbunan kadar gula yang tinggi dalam darah yang menyebabkan

kenaikan kadar gula darah. Gejala dan keluhan diabetes yang paling khas dan harus

diwaspadai adalah banyak makan, banyak kencing, dan banyak minum.

Diabetes bawaan maupun diabetes yang didapat semasa hamil bisa berakibat sama

terhadap kehamilan, yaitu: hidramnion (cairan ketuban terlalu banyak), distosia

(persalinan macet), dan hypoglicemia (penurunan kadar gula secara drastis) yang

membuat ibu tak punya energi untuk mengedan. Kesulitan lainnya, saat persalinan bisa

terjadi inersia urteri (rahim tak berkontraksi dengan baik) atau setelah plasentanya keluar

terjadi atonia uteri (rahim tak bisa mengecil lagi). Namun, selama kadar gula darah

terkontrol baik maka kehamilan dengan diabetes bisa berjalan baik.

Penanganan:

25

Page 26: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Lakukan konsultasi dengan dokter kandungan, dokter penyakit dalam, dan ahli

gizi.

Bila penyakit diabetes itu merupakan bawaan, lakukan pengobatan sebelum

hamil. Minimal lakukan persiapan dengan mengatur kadar gula darah sebaik

mungkin.

Jika kemudian hamil, lakukan kontrol kadar gula darah sebelum usia kehamilan

mencapai 8 minggu. Dengan demikian, kelainan dapat terdeteksi dan dicegah.

Perhatikan peningkatan berat badan. Penambahan yang normal hingga kehamilan

berusia 6 bulan adalah sekitar 1-1,5 kg per bulan. Setelah memasuki bulan ke-7

kenaikan bobot sebaiknya berkisar antara 0,5-1 kg per bulan. Waspadalah bila

dalam sebulan kenaikan berat badan mencapai 4-5 kg. Untuk memastikan

meningkatnya kadar gula atau tidak, perlu pemeriksaan laboratorium.

Sebaiknya pemeriksaan laboratorium terhadap gula darah dilakukan secara rutin

demi pencegahan hal-hal yang tak diinginkan.

Bagi penderita diabetes ringan atau kadar gula darah sekitar 140, lakukan diet

makanan dengan mengatur pemasukan karbohidrat, protein, dan lemak.

Pemasukan karbohidrat kurang lebih 30-40 persen, protein 20-30 persen, dan

lemak sekitar 15-20 persen. Konsultasikan hal ini dengan ahli gizi.

3. JANTUNG

Tak semua ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung tidak boleh hamil,

tergantung pada tingkat keparahannya. Penyakit jantung sendiri memiliki empat

tingkatan. Pada tingkatan pertama, gejalanya masih tergolong ringan yakni penderita

tidak mengalami sesak napas atau jantung berdebar. Jadi seakan-akan ia baik-baik saja.

Tingkatan kedua adalah penyakit jantung golongan sedang, dimana penderita sehari-hari

merasa sehat tapi begitu beraktivitas sedikit berat, seperti berlari, maka jantung terasa

sesak, berdebar atau cepat lelah. Tingkat ketiga sudah termasuk penyakit jantung kategori

berat; saat istirahat penderita merasa nyaman, tapi saat mengerjakan pekerjaan sehari-

hari, kendati aktivitas itu ringan, ia akan mengalami sesak atau muncul gejala kelemahan

jantung. Pada tingkat keempat atau sudah masuk kategori sangat berat, tanpa

mengerjakan apa-apa pun penderita sudah menderita sesak.

26

Page 27: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Penderita penyakit jantung golongan tiga dan empat akan menghadapi risiko

tinggi bila hamil. Lantaran itu, mereka disarankan untuk tidak hamil karena akan

memperburuk kondisi kesehatannya. Kalaupun hamil perlu perawatan instensif di rumah

sakit.

Dengan risiko berikut:

Ibu tidak dapat diselamatkan.

Bayi lahir dengan berat rendah karena sirkulasi darah dan makanan dari ibu ke

janin tidak lancar.

Ancaman keguguran di trimester pertama.

Penanganan:

Kehamilan pada ibu dengan gangguan jantung tingkat 3 atau 4 harus diakhiri

sebelum usia kandungannya mencapai 20 minggu. Lewat dari masa itu, kehamilan bisa

sangat membahayakan ibu, mau tak mau janin mesti dikeluarkan.

Ibu yang memiliki penyakit jantung golongan ringan atau sedang biasanya masih

diperbolehkan hamil dengan beberapa persyaratan:

Berkonsultasi pada ahli kandungan dan ahli jantung (kardiolog). Tanyakan

kepastian apakah kehamilan bisa dipertahankan atau tidak. Bila bisa

dipertahankan bagaimana proses persalinannya nanti; melahirkan normal atau

dengan bantuan alat semisal vakum.

Tidak banyak melakukan aktivitas dan banyak beristirahat. Namun, bukan berarti

ibu hamil pengidap penyakit jantung harus berdiam seharian di tempat tidur.

Boleh-boleh saja melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk bekerja, asalkan

27

Page 28: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

sesuai dengan ketentuan beban jantungnya. Siang hari lakukan istirahat 1-2 jam

sementara tidur lebih dini di malam hari.

Mengindari stres emosional.

Minum obat-obatan yang dianjurkan dokter.

Bila kehamilan sudah memasuki 37 minggu sebaiknya ibu beristirahat di rumah

sakit. Tujuannya agar bisa dijaga secara ketat oleh dokter dan mendapat

pengawasan ekstra.

4. ASMA

Ibu pengidap asma tak perlu ragu merencanakan kehamilan karena tak setiap

kondisi kehamilan akan diperparah dengan adanya penyakit mengi ini. Yang penting

asma tidak kambuh. Gangguan saluran pernapasan akibat asma bisa dicegah dengan cara

menghindari pencetusnya. Biasanya ibu penderita asma sudah tahu apa yang yang dapat

memicu asmanya.

Jika ibu sering mengalami sesak napas, maka pemasukan oksigen ke paru-paru

jadi terganggu. Hal ini bisa berpengaruh pula pada jumlah oksigen yang diperoleh janin.

Kemungkinan yang terjadi, janin mengalami kekurangan oksigen yang dapat

mengakibatkan hambatan pada proses tumbuh kembangnya. Gangguan akan terlihat dari

berat lahirnya yang rendah atau tubuhnya yang kecil sehingga organ-organnya pun tak

berkembang sempurna.

Penanganan:

Ibu hamil hendaknya selalu menjaga diri agar asmanya tidak kambuh atau tidak

sampai terjadi serangan. Hindari pencetus asma seperti, udara dingin, debu,

boneka berbulu, serbuk bunga, asap obat nyamuk, dan lainnya.

Melakukan kontrol ke dokter, sama halnya seperti pengidap diabetes. Selama

kehamilan ibu pengidap asma sebaiknya berkonsultasi pula dengan dokter

28

Page 29: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

penyakit dalam atau spesialis paru untuk menjaga kondisinya agar jangan sampai

terkena serangan.

Minum obat-obatan yang diberikan dokter. Umumnya obat-obatan asma aman

untuk kehamilan.  

Lakukan latihan pernapasan bila kehamilan sudah semakin besar untuk

mengurangi rasa sesak yang ditimbulkan. Perhatikan pula posisi-posisi tubuh

yang nyaman untuk dapat bernapas lega seperti tidur dengan letak bantal yang

agak lebih tinggi atau tidak tidur telentang misalnya. Selama tak ada serangan dan

panggul cukup lebar, ibu bisa bersalin normal.

5. HEPATITIS B

Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan virus, dengan gejala berupa

ikterik (selaput mata berwarna kuning), air seni berwarna seperti air teh, malaise (cepat

lelah), mengalami demam dan badan terasa tak enak.

Sejauh ini belum ditemukan adanya cacat bawaan pada bayi dari ibu pengidap hepatitis

B. Walau kemungkinan risiko janin tertular virus hepatitis tetap ada yakni melalui darah

ibu yang mengandung virus hepatitis yang mengalir ke tubuh janin.

Penanganan:

Melakukan kontrol ke dokter kandungan dan dokter ahli penyakit dalam.

Melakukan pemeriksaan kadar HbsAg (antigen hepatitis B) di usia kehamilan 4

bulan ke atas untuk memonitor jumlah virus dalam darah. Peningkatan jumlah

virus memperbesar risiko penularan pada janin.

Mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi hepatitis B yang diberikan dokter.

Mendapat penanganan medis untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.

Menurut penelitian, ibu dengan hepatitis biasanya mengalami perdarahan yang

lebih banyak setelah persalinan.

29

Page 30: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, begitu lahir harus langsung

mendapat vaksinasi hepatitis.

6. TETANUS

Terapi dilakukan sesegera mungkin. Lakukan penilaian klinis dan perhatikan

tanda-tanda/gejala tetanus.Tanda pertama adalah trismus , yang kemudian menjalar

menjadi kaku muka, laher, dan tengkuk. Dinding perut juga kaku seperti papan.

Kemudian atasi kejang dengan pemberian diazepam 10mg, iV pelan-pelan selama

2 menit.Jika perlu dapat diberi pankuranium atau verkukonium dan dimasukkan dalam

ventilator (jika tersedia). Beri 3000IU antitoksin tetanus IM.

Penangan umum:

Rawat dalam ruang yang tenang

Hindari rangsangan

Pertahankan hidrasi dan pemberian makanan.

Obati infeksi sekunder

Cegah produksi toksin selanjutnya dengan :

Keluarkan sumber infeksi (misalnya sisa abortus terinfeksi dari kavum uteri).

Suntikkan benzyl penisilin 2juta unit tiap 4-6jam IV selama 48jam, setelahnya

berikan ampisilian 500mg peroral tiga kali sehari selama 10 hari.

Jika pasien punya kekebalan pasif, antibody melewati plasenta , ibu dan janin

akan terlindungi. Pasien dianggap mempunyai kekebalan jika telah mendapat 2 dosis

vaksindenag interval 4 minggu ddan jarak waktu sekurangnya 4minggu antara dosis

terakhir dengan saat terminasi kehamilan.

Pasien yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap (5 suntikan)lebih dari 10 tahun

sebelum kehamilan sekarang perlu diberi booster, berupa tetanus toksoid 0,5IM. Jika

belum pernah imunisasi,berikan serum anti tetanus 1,500unit IM dan suntikkan booster

tetanus toksoid(TT)0,5 mlIM.diberikan 4 bulan berikutnya.

30

Page 31: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

7. EPILEPSI DALAM KEHAMILAN

Pada umumnya epilepsi tidak dipengaruhi oleh kehemilan. Lakukan observasi

dengan seksama, pada umumnya wanita dengan epilepsi punya resiko terhadap :

Hipertensi dalam kehamilan

Persalinan premature

Bayi berat badan lahir rendah

Bayi dengan kelainan bawaan

Kematian perinatal

Prinsip penanganan epilepsi adalah penggunaan obat dengan dosis sekecil-

kecilnya. Hindari pemberian obat-obatan pada kehamilan muda yang berhubungan

dengan kelainan bawaan.

Tindakan yang dilakukan yaitu :

Fenitoin dapat mengakibatkan defisiensi neonatal terhadap factor pembekuan

yang bergantung pada factor vitamin k. Berikan vitamin k 1mg IV pada neonatus

Suplemen asam folat diberikan bersama denga terapi antiepilepsi dalam

kehamilan

Jika pasien kajang berikan diazepam 10mg IV pelan-pelan selam 2menit dapat

diulang setelah 10menit.

Jika kejang berlanjut (status epilepticus) berikan 1000mg fenitoin IV yang telah

dilarutkan dalam Nacl 50-100ml selama 30 menit.(18mg/kgbb)

Jika diketahui seblumnya bahwa pasien tersebut epilepsy pengobatan yang selama

ini dapat diberikan terus. Beri asam folat suplemen dan berikan 1mg vitamin k

kepada bayi baru lahir.

Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh obat anti konvulsan. Berikan asam

folat 600mg per oral satu kali sehari bersama –sama dengan terapi antiepilepsi

Jika pengobatan selama ini tidak diketahui, beri fenitoin 100mg 2-3 kali sehari

peroral. Observasi dan sesuaikan pengobatan dengan keadaan klinik.

31

Page 32: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Lakukan evaluasi terhadap epilepsy jika epilepsy tersebut baru muncul dalam

kehamilan ini. Jika perlu pasien dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.

8. ANEMIA

Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia jaka Hb

dibawah 10g/dl.Perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan yang sering

menyulitkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit-penyakit kelainan darah.Penurunan

kadar hb pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih

besar darp pada peningkatan volume sel darah merah dan hemoglobin.Hal ini terutama

terjadi pada trimester kedua.

Pada akhir kehamilan , ekspansi plasma menurun sementara haemoglobin terus

meningkat.Pada saat nifas, bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar , konsentrasi

haemoglobin tidak berbeda denga saat hamil.Biasanya hal ini bertahan selama beberapa

hari sebelum akhirnya meningkat kenilai sebelum hamil.

Etiologi

Penyakit yang menyebabkan anemia dalam kehamilan adalah :

Yang didapat : anemia defisiensi besi, anemia akibat perdarahan , anemia akibat

radang tau keganasan , anemia megaloblastik, anemia haemolitik didapat, anemia

aplastik atau hipoplastik.

Yang diturunkan : Talasemia, hemoglobinopati sel sabit,hemoglobinopati

lain,anemia hemolitik herediter.

Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat defisiensi besi dan

akibat perdarahan.

a. Anemia Defisiensi Besi

Gambaran morfologi eritrosit mikrositik hipokrom lebih jarang ditemukan pada

wanita hamil dari pada wanita biasa dengan Hb sama.

32

Page 33: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Penatakasanaan berupa pemberian fe sulfat, fumarat, atau glukonat secara oral dengan

dosis 1x 200mg. Tidak perlu diberikan asam askorbat atau sari buah. Jika tidak dapat

diberikan secara oral dapat diberikan secara parenteral.Untuk memenuhi kebutuhan besi

berikan terapi sampai 3 bulan setelah anemia diperbaiki.

Jarang dilakukan transfuse kecuali terdapat juga hipovolemia atau harus dilakukan

operasi darurat.

b. Anemia Akibat perdarahan

Dapat ditemukan pada nifas,plasenta praevia,solusio plasenta, atau anemia

sebelum melahirkan.Pada awal kehamilan dapata disebabkan aborsi,kehamilan ektopik,

dan mola hidatidosa.Perdarahan massif harus segara ditangani untuk mengembalikan dan

mempertahankan perfusi organ vital.Setelah hipovolemia teratasi dan haemostasis

tercapai lakukan terapi pemberian Fe.Pada wanita dengan sedang yang Hbnya >7 g/dl,

tidak dema, dan stabil, tanpa resiko perdarahan berikutnya.Terapi Fe selama 3 bulan lebih

baik dari pada transfuse darah.

c. Anemia Megaloblastik

Biasanya disebabkan oleh defisiensi asam folat, sering ditemukan pada wanita

yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein hewani

tinggi.Gejalanya meliputi mual, muntah, dan anoreksia yang bertambah berat.

33

Page 34: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

BAB III

KESIMPULAN

Setiap kehamilan memiliki risiko. Karena itulah menjelang hamil, seorang calon

ibu perlu menyiapkan kondisinya secara istimewa.   Disebabkan oleh berbagai faktor ada

perempuan yang tergolong sebagai calon ibu berisiko tinggi atau menghadapi bahaya

yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan. Kondisi ini bisa yang

menyebabkan janin tidak dapat tumbuh dengan sehat bahkan dapat menimbulkan

kematian pada ibu dan janin.

Ibu hamil yang termasuk golongan kehamilan dengan resiko tinggi yaitu ibu

dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, bentuk panggul ibu yang tidak normal. badan

Ibu kurus pucat, umur Ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jumlah anak

lebih dari 4 orang, jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun., adanya kesulitan pada

kehamilan atau persalinan yang lalu, sering terjadi keguguran sebelumnya, kepala pusing

hebat, kaki bengkak, perdarahan pada waktu hamil, keluar air ketuban pada waktu hamil,

dan batuk-batuk lama.

34

Page 35: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sangat dini

sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan. Misalnya memeriksakan kehamilan sejak

awal dan teratur ke rumah sakit, pemeriksaan dilakukan oleh dokter atau bidan paling

sedikit empat  kali selama kehamilan. Selain itu juga sangat dianjurkan agar ibu hamil

mengonsumsi makanan yang menyehatkan dan bergizi tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Bagian obstetri & ginekologi FK Unpad. 1984.”Obstetri Patologi”.Elstar Offset.

Bandung.

(2) Cunningham, F. gary, dkk. 2006. “Obstetri Williams” . EGC, Jakarta.

(3) Prawirohardjo, sarwono.2002, “ilmu kebidanan”. Bina pustaka, Jakarta.

(4) Mansjoer, arif. 2002. “Kapita Selekta Kedokteran”. Media Aescularius. Fk UI.

(5) http://www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=91

Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00

(6) http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=17&iddtl=569

Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00

(7) http://masdanang.co.cc/?p=10 Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00

(8) http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_BeberapaCaraPrediksiHipertensi.pdf/

05_BeberapaCaraPrediksiHipertensi.html Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008

jam. 14.00

(9) http://www.conectique.com/tips_solution/pregnancy/praconception/article.php?

article_id=3535 Diakses Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.00

35

Page 36: Deteksi Dan Pengelolaan Kehamilan Resiko Tinggi

(10) http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2007/6/24/kel2.html Diakses Pada

Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 14.30

(11) http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/

08PenanggulanganPerinatalRisikoTinggi126.pdf/

08PenanggulanganPerinatalRisikoTinggi126.html Diakses Pada Tanggal 12

Oktober 2008 jam. 14.30

(12) http://rizkiyana.wordpress.com/2007/06/29/kehamilan-resiko-tinggi/ Diakses Pada

Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 15.00

(13) http://www.medicastore.com/med/hot_topik.php?

id=15&iddtl=&idktg=&idobat=&UID=20081012152519125.163.6.46 Diakses

Pada Tanggal 12 Oktober 2008 jam. 15.00

36