kehamilan lewat waktu (serotinus)

Upload: reviolitaariani

Post on 11-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kehamilan lewat waktu atau serotinus

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    1/8

    PENDAHULUAN

    Pada umumnya, kehamilan berlangsung 40 minggu (280 hari) dihitung dari hari pertama haid

    terakhir (HPHT). Sedangkan yang dimaksud dengan kehamilan postterm disini adalah, kehamilan

    yang berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) sejak HPHT. Kehamilan ini merupakan

    permasalahan dalam dunia obstetri modern karena terjadi peningkatan angka kesakitan dankematian bayi. Insiden kehamilan postterm antara 4-19 % tergantung pada definisi yang dianut dan

    kirteria yang digunakan dalam menentukan usia kehamilan.

    Penentuan usia kehamilan menjadi pokok penting dalam penegakan diagnosa kehamilan postterm.

    Informasi yang tepat mengenai lamanya kehamilan merupakan hal yang penting karena semakin

    lama janin berada di uterus maka semakin besar pula resiko bagi janin ataupun neonatus untuk

    mengalami gangguan yang berat.

    Diagnosa kehamilan postterm berdasarkan HPHT hanya memiliki tingkat akurasi kurang lebih 30%.

    Kini, dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat, terutama

    bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu.

    Sampai saat ini, masih belum ada ketentuan dan kesepakatan yang pasti mengenai penatalaksanaan

    kehamilan postterm. Masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan kehamilan postterm adalah

    perkiraan usia kehamilan yang tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat sehingga janin bisa saja

    belum matur sebagaimana yang diperkirakan. Ketidakakuratan penentuan usia kehamilan akan

    menyulitkan kita untuk menentukan apakah janin akan terus hidup atau sebaliknya mengalami

    morbiditas bahkan mortilitas bila tetap berada dalam rahim.

    Masalah lain adalah penatalaksanaan kasus kehamilan postterm adalah karena pada sebagian besar

    pasien (70%) saat kehamilan mencapai 42 minggu, didapatkan serviks belum matang/unfavourable

    dengan nilai bishop yang rendah sehingga tingkat keberhasilan induksi menjadi rendah. Sementaraitu, persalinan yang berlarut-larut akan sangat merugikan bayi postmatur. Oleh sebab itu, masih

    menjadi kontroversi sampai saat ini apakah pada kehamilan postterm langsung dilakukan

    terminasi/induksi atau dilakukan penanganan ekspektatif sambil dilakukan pemantauan

    kesejahteraan janin.

    PEMBAHASAN

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    2/8

    Pengertian Kehamilan Postterm

    Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat

    bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post datisme atau pascamaturitas,

    adalah: kehamilan sampai 24 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari HPHT menurut rumus

    Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.

    Patogenesis Kehamilan Postterm

    Penyebab pasti dari kehamilan postterm sampai saat ini masih belum diketahui pasti. Beberapa teori

    yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat

    gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain :

    Teori progesteron

    Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan

    endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan

    sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Berdasarkan teori ini, diduga bahwa terjadinya kehamilanpostterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron melewati waktu yang

    semestinya.

    Teori Oksitosin

    Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis Ibu hamil pada kehamilan lanjut diduga sebagai

    salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan postterm.

    Teori Kortisol/ACTH janin

    Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin,

    diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisoljanin akan mempengaruhi

    plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya

    berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti

    anensefalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan

    menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung

    lewat bulan.

    Teori saraf uterus

    Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uteruspada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusar

    pendek, dan bagian bawah masih tinggi ke semuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan

    postterm.

    Teori heriditer

    Pengaruh heriditer terhadap insidensi kehamilan postterm telah dibuktikan pada beberapa

    penelitian sebelumnya. Kitska et al (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya, bahwa seorang ibu

    yang pernah mengalami kehamilan postterm pada kehamilan berikutnya akan memiliki resiko lebih

    tinggi untuk mengalami kehamilan postterm pada kehamilan berikutnya. Hasil penelitian ini

    memunculkan kemungkinan bahwa kehamilan postterm juga dipengaruhi faktor genetik.

    Diagnosis

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    3/8

    Walaupun kemungkinan kehamilan postterm dapat dideteksi pada 4-19% dari seluruh kehamilan,

    sering kali diagnosis kehamilan postterm mengalami kekeliruan disebabkan salah menentukan usia

    kehamilan.

    Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk mengetahui usia kehamilan dalam menegakkandiagnosis kehamilan postterm. Karena semakin lama janin atau neonatus ini berada di dalam uterus,

    maka kemungkinan perubahan morbiditas dan mortilitas semakin besar. Namun, penentuan

    intervensi/terminasi secara terburu-buru juga dapat menimbulkan kerugian bagi Ibu maupun janin.

    Riwayat haid

    Sangat penting untuk memastikan bahwa kehamilan sebenarnya postterm atau tidak. Idealnya, usia

    kehamilan yang akurat ditentukan di awal kehamilan. Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk

    ditegakkan bilamana HPHT diketahui secara pasti. Ditentukan beberapa kriteria :

    Penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya

    Siklus 28 hari dan teraturTidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir

    Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele. Berdasarkan riwayat

    haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamila possterm kemungkinan adalah sbb :

    Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi abnormal

    Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi

    Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang berlangsung lewat bulan

    (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm)

    Riwayat pemeriksaan Antenatal

    Tes kehamilan. Bila pasien melakukan tes pemeriksaan tes imunologik sesudah terlambat 2 minggu,

    maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan Ibu pada pada umur kehamilan

    18-20 minggu. Pada Primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada

    Multigravida sekitar 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah quickening

    ditamba 22 minggu pada Primigravida atau ditambah 24 minggu pada multiparitas.

    Denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop Leanec DJJ dapat didengar mulai umur kehamilan 18-

    20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.

    Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4 kriteria

    hasil pemeriksaan sbb :

    Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif

    Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan dopplerTelah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali

    Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Leanec

    Tinggi Fundus Uteri

    Dalam trimester pertama pemerikasaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter dapat

    bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi

    fundus uteri dapat menentukan umur kehamilan secara kasar.

    Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

    Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada trimester pertama.

    Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai 20 %. Bila telah dilakukan

    pemeriksaan Ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama, hampir dapat dipastikan usia

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    4/8

    kehamilan. Pada trimester pertama, pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump length/CRL)

    memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan.

    Pada umur kehamilan sekitar 16-20 minggu, ukuran diameter biparietal dan panjang femur

    memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.

    Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur, beberapa parameter dalam pemeriksaan USG

    juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus yang merupakan

    perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan parameter tersebut di atas. Sebaliknya, pemeriksaan

    sesaat setelag trimester III dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban,

    ataupun keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar untuk

    memastikan usia kehamilan.

    Pemeriksaan Radiologi

    Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran epifisis femur bagian

    distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32 minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah

    umur kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini sekarang jarangdipakai selain karena dalam pengenalan pusat penulangan seringkali sulit, juga pengaruh radiologik

    kurang baik terhadap janin.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Kadar Lesitin/spingomielin. Bila Lesitin/spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka

    umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin: 28-32 minggu, pada

    kehamilan genap bulan rasio menjadi 2:1. Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan

    kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah janin cukup umur/matang

    untuk dilairkan yang berkaitan dengan menrcegah kesalahan dalam tindakan pengakhiran

    kehamilan.

    Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA). Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnionmempercepar waktuoembekuan darah, aktivitas ini meningkat dengan bertambahya umur

    kehamilan pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada umur

    kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila didapat ATCA antara 42-

    46 detik menunjukkan bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu.

    Sitologi cairan amnion. Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion.

    Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10 %, maka kehamilan diperkirakan 36 minggu dan

    apabila lebih dari 50, maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.

    Sitologi Vagina. Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20 %) mempunyai sensitivitas 75

    %. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai untuk menentukan usia gestasi.

    Permasalahan Kehamilan Postterm

    Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi daripada kehamilan atterm, terutama terhadap

    kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium

    dan asfiksia. Pengaruh kehamilan postterm antara lain sebagai berikut.

    Perubahan pada Plasenta

    Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan postterm dan

    meningkatnya risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan

    kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai berikut:

    Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan penimbunan kalsium pada

    plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang dapatmeningkat sampai 2-4 kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan progesivitas

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    5/8

    degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami

    klasifikasi.

    Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang. Keadaan ini dapat

    menurunkan mekanisme transpor plasenta.

    Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid, fibrosis, trombosis

    intervili, dan infark vili.Perubahan Biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA di

    bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat, transpor kalsium tidak terganggu, aliran

    natrium, kalium dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi seperti

    asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami gangguan sehingga dapat

    mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin.

    Pengaruh pada janin

    Pengaruh kehamikan postterm terhadap janin sampai saat ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli

    menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli

    lainnya menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm terhadap janin terlalu dilebihkan. Kiranya

    kebenaran terletak di antara keduanya. Fungsi Plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38

    minggu. Dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan denganpenurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi Plasenta berkaitan dengan

    peningkatan kejadian gawat janin resiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta, pemasokan

    makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri spiralis. Sirkulasi utero

    plasenter akan berkurang dengan 50 % menjadi hanya 250 ml/menit. Beberapa pengaruh kehamilan

    postterm terhadap janin antara lain sebagai berikut :

    Berat Janin. Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi penurunan

    berat janin. Dari penelitian vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-

    rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya enurunan sesudah 42 minggu. Namun,

    seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus

    sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat janin>3.600 gram sebesar 44,5 % pada kehamilan postterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan

    (term) sebesar 30,6 %. Resiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada kehamilan

    postterm tingkat dua sampai 4 kali lebih besar dari kehamilan term.

    Sindroma postmaturitas. Dapat dikenali pada neonatus dengan ditemukannya beberapa tanda

    seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, atau hilangnya lemak

    subkutan, kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kasiosa dan

    lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan atau

    kekuningan pada kulit dan tali pusat, muka tampak menderita dan rambut kepala banyak atau tebal.

    Tidak seluruh nenonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi

    plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20 % neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan

    postterm. Berdasarkan derajat insufisiensi plasenta yang terjadi, tanda postmaturitas ini dapatdibagi dalam 3 stadium :

    Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kasiosa dan maserasi berupa kulit kering,

    rapuh, dan mudah mengelupas. Tidak ada pewarnaan mekonium. Keadaan umum menunjukkan

    adanya kegagalan plasenta untuk menunjang pertumbuhan yang normal sehingga bayi terlihat

    kurang gizi, wajah tua dan selalu waspada.

    Stadium II : Gejaala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.

    Stadium III : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kuit dan tali pusat.

    Gawat janin atau kematian perinatal. Menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42 minggu

    atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum. Umumnya disebabkan oleh :

    makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada persalinan, fraktur klavikula, palsi

    Erb-Duchene, sampai kematian bayi.Insufisiensi plasenta yang berakibat :

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    6/8

    Pertumbuhan Janin terhambat

    Oligohidramnion : Terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium yang kental, perubahan abnormal

    jantung janin.

    Hipoksia janin

    Keluarnya mekonium yang berakibat dapat terjadi aspirasi mekonium pada janin.

    Cacat bawaan pada janin terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.Kematian Janin akibat kehamilan postterm terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 55 % dalam

    persalinan dan 15 % pasca natal.

    Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhunya tidak stabil, hipoglikemi, polisitemi

    dan kelainan neurologik.

    Pengaruh pada Ibu

    Morbiditas atau mortalitas Ibu : dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin dan tulang

    tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia persalinan, incoordinate uterine

    action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan traumatis/perdarahanpostpartum akibat bayi besar.

    Aspek emosi : Ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung melewati

    taksiran persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti Belum lahir juga? akan menambah

    frustasi Ibu.

    Aspek Mediko Legal

    Dapat terjadi sengketa atau masalah dalam kedudukannya sebagai seorang Ayah sehubungan

    dengan umur kehamilan.

    Pengelolaan kehamilan postterm

    Kehamilan postterm merupakan masalah yang banyak dijumpai dan sampai saat ini pengelolaannya

    masih belum memuaskan dan masih banyak perbedaan pendapat. Perlu ditetapkan terlebih dahulu

    bahwa pada setiap kehamilan postterm dengan komplikasi spesifik seperti diabetes melitus, kelainan

    faktor rhesus, isoimunisasi, preeklampsia-eklampsia, dan hipertensi kronis yang meningkatkan resiko

    terhadap janin, kehamilan jangan dibiarkan berlangsung lewat bulan. Demikian pula pada kehamilan

    dengan faktor resiko lain seperti primitua, infertilitas, riwayat obstetrik yang jelek. Tidak ada

    ketentuan atau aturan yang pasti dan perlu dipertimbangkan masing-masing kasus dalam

    pengelolaan kehamilan postterm.

    Beberapa masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan kehamilan postterm antara lain sebagai

    berikut :

    Pada beberapa penderita, umur di kehamilan tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat, sehingga

    janin bisa saja belum matur sebagaimana yang diperkirakan.

    Suka menentukan apakah janin akan mati, berlangsung terus, atau mengalami morbiditas serius bila

    tetap dalam rahim.

    Sebagian besar janin tetap dalam keadaan baik dan tumbuh terus sesuai dengan tambahnya umur

    kehamilan dan tumbuh semakin besar.

    Pada saat kehamilan mencapai 42 minggu, pada beberapa penderita didapatkan sekitar 70% serviks

    belum matang (unfavourable) dengan nilai bishop rendah sehingga induksi tidak selalu berhasil.

    Persalinan yang berlarut-larut akan sangat merugikan bayi postmatur.

    Pada postterm sering terjadi diproporsi kepala-panggul dan distosia bahu (8 % pada kehamilangenap bulan, 14 % pada postterm).

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    7/8

    Janin postterm lebih peka terhadap obat penenang dan narkose, sehingga perlu penetapan jenis

    narkose yang sesuai bila dilakukan bedah cesar (resiko SC 0,7 % pada genap bulan dan 1,3 % pada

    postterm).

    Pemecahan selaput ketuban harus dengan pertimbangan matang. Pada oligohidramnion pemecahan

    selaput ketuban akan meningkatkan resiko kompresi tali pusat tetapi sebaliknya dengan pemecahan

    selaput ketuban akan dapat diketahui adanya mekonium dalam cairan amnion.Sampai saat ini masih menjadi terdapat perbedaan pendapat dalam pengelolaan kehamilan

    postterm. Beberapa kontrovensi dalam pengelolaan kehamilan postterm, antara lain adalah :

    Apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu dilakukan induksi setelah ditegakkan

    diagnosis postterm ataukah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara ekspektatif/menunggu.

    Bila dilakukan pengelolaan aktif, apakah kehamilan sebaiknya diakhiri pada usia kehamilan 41 atau

    42 minggu.

    Pengelolaan aktif : dengan melakukan persalinan anjuran pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu

    untuk memperkecil risiko terhadap janin.

    Pengelolaan pasif/menunggu/ekspektatif : didasarkan pandangan bahwa persalinan anjuran yangdilakukan semata-mata atas dasar postter mempunya resiko/komplikasi cukup besar terutama risiko

    persalinan operatif sehingga menganjurkan untuk dilakukan pengawasan terus menerus terhadap

    kesejahteraan janin, baik secara biofisik maupun biokimia sampai persalinan berlangsung dengan

    sendirinya atau timbul indikasi untuk mengakhiri kehamilan.

    Sebelum mengambil langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kehamila

    postterm adalah sebagai berikut :

    Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan (postterm) atau bukan.

    Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan kepada dua versi dari postterm ini.

    Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.Pemeriksaan Kardiotokografi seperti nonstress test (NST) dan cintraction stress test dapat

    mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi terhadap gerak janin atau kontraksi uterus. Bila

    didapat hasil reaktif, maka nilai spesifitas 98,8 % menunjukkan kemungkinan besar janin baik.

    Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan besar janin, denyut jantung janin, gangguan

    pertumbuhan janin, keadaan dan derajat kematangan plasenta, jumlah (indeks cairan amnion) dan

    kualitas air ketuban.

    Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti pemeriksaan kadar Estriol.

    Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/20 menit) atau secara

    objektif dengan tokografi (normal 10/20 menit).

    Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik.

    Sebaliknya, air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengamali risiko 33 % asfiksia.Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini memegang peranan penting

    dalam pengelolaan kehamilan postterm. Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi

    persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah

    matang.

    Pada umumnya penatalaksanaan sudah dimulai sejak umur kehamilan mencapai 41 minggu dengan

    melihat kematangan serviks, mengingat dengan bertambahnya umur kehamilan, maka dapat terjadi

    keadaan yang kurang menguntungkan, seperti janin tumbuh makin besar atau sebaliknya, terjadi

    kemunduran fungsi plasenta dan oligohidramnion. Kematian janin neonatus meningkat 5-7 % pada

    persalinan 42 minggu atau lebih.

  • 5/21/2018 kehamilan lewat waktu (serotinus)

    8/8

    Bila serviks telah matang (dengan nilai bishop >5) dilakukan induksi persalinan dan dilakukan

    pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang

    telah matang akan menurunkan risiko kegagalan ataupun persalinan tindakan titik.

    Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin ebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri :

    NST dan penilaian volume kantong amnion, bila keduanya normal, kehamilan dapat dibiarkan

    berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang vertikal atau indeks cairan amnion < 5)

    atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.

    Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada kontraksi ( CST ) harus dilakukan.

    Bila hasil CST positif, terjadi deselerasi lambat berulang, variabilitas abnormal (