kefektifan metode pqrst dalam membaca pemahaman

71
i KEEFEKTIFAN METODE PQRST DALAM MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BACAAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL TAHUN AJARAN 2004-2005 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh : DWI KARTIKAWATI NIM : 1124000037 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2005

Upload: abialfarabi242403

Post on 22-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

cxvbdfv

TRANSCRIPT

  • i

    KEEFEKTIFAN METODE PQRST DALAM MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BACAAN PADA MATA PELAJARAN

    BAHASA INDONESIA KELAS VII SEMESTER I SMP NEGERI 1 BRANGSONG KENDAL

    TAHUN AJARAN 2004-2005

    SKRIPSI

    Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

    Oleh : DWI KARTIKAWATI

    NIM : 1124000037

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

    2005

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

    ujian skripsi pada :

    Hari :

    Tanggal :

    Semarang, Februari

    2005

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Nugroho, M.Psi Dra. Nurussaadah, M.Si NIP 131699300 NIP 131469642

    Mengesahkan :

    Ketua Jurusan KTP,

    Drs. Haryanto NIP 131404301

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Telah dipertahankan dihadapan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu

    Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Semarang pada :

    Hari : Kamis

    tanggal : 24 Februari 2005

    Ketua Sekretaris

    Drs. Siswanto, MM Drs. Sukirman, M.Si. NIP. 130515769 NIP. 131570066

    Pembimbing I Penguji I

    Dr. Nugroho, M.Psi. Drs. Hardjono NIP. 131699300 NIP. 130781006

    Pembimbing II Penguji II

    Dra. Nurrussaadah, M.Si. Dr. Nugroho, M.Psi. NIP. 131469642 NIP. 131699300

    Penguji III

    Dra. Nurussaadah, M.Si. NIP. 131469642

  • iv

    SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar benar hasil

    karya sendiri, bukan jiplakan dari temuan orang, baik sebagian atau seluruhnya.

    Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

    dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

    Semarang, Februari 2005

    Dwi Kartikawati

  • v

    SARI

    Dwi Kartikawati, 2005. Keefektifan Metode PQRST Dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Semester I SMP Negeri I Brangsong Kendal Tahun Ajaran 2004/2005. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.

    Salah satu tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 1994 yang terkait dengan pembelajaran membaca adalah siswa dapat memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan. Sebenarnya siswa sudah dapat membaca dengan lancar, tetapi hanya sebatas membaca dalam arti melambangkan tulisan. Jika menjawab pertanyaan isi bacaan, siswa melihat kembali isi bacaan tersebut. Pada akhirnya siswa kesulitan menyusun kembali isi bacaan dan tidak dapat menceritakan isi bacaan. Hal ini merupakan kebiasaan membaca yang salah. Metode PQRST ini dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam membaca pemahaman dan membantu siswa yang daya ingatanya kurang atau kurang memahami bacaan yang dibacanya dengan langkah-langkah membaca. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian mengenai Efektivitas Metode PQRST dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan Mata pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas VII SMP Negeri I Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan dengan metode PQRST dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kelompok yang tidak menggunakan metode PQRST dan mengetahui seberapa besar efektivitas penggunaan metode PQRST yang diberikan oleh guru dalam membaca pemahaman teks bacaan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 7 kelas yang berada di SMP Negeri 1 Brangsong kendal. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random sampling. Dari 7 kelas yang ada diambil 2 kelas untuk sampel penelitian. variabel dalam peneliitan ini ada dua yaitu penggunaan metode PQRST sebagai variabel bebas dan prestasi belajar membaca pemahaman siswa sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi, tes dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis statistik t test.

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan dengan metode PQRST pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong tahun pelajaran 2004/2005 adalah 7,1 sedangkan rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol adalah 6,1. Setelah dilakukan analisis statistik dengan t test diperoleh harga thitung = 8.034 > t(0,975)(58) = 2.00. Dengan demikian menunjukkan bahwa metode PQRST dapat meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong. Efektivitas penggunaan metode PQRST dalam meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 16,39%.

  • vi

    Mengacu dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat mengajukan saran-saran yaitu : 1) Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mengefektifkan penggunaan metode PQRST dalam kegiatan belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SLTP agar hasil belajar siswa meningkat dan 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih luas sehingga diperoleh simpulan yang lebih menyakinkan

  • vii

    MOTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

    menghina hikmah dan didikan.

    ( Amsal 1 : 7 )

    Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

    kepadaku.

    ( Filipi 4 : 13 )

    Rencana Tuhan indah pada waktunya

    ( Penulis )

    PERSEMBAHAN

    Skripsi kupersembahkan untuk :

    1. Ayahku (Almarhum) serta ibuku yang kuhormati yang selalu menjadi inspirasi dan semangatku.

    2. Mbak In dan keluarga kecilnya, serta adikku Bangkit yang menguatkanku saat

    lemah.

    3. Someone somewhere whom I believe will be my soulmate, thanks for your

    invisible spirit.

    4. Sahabat-sahabatku yang lucu D4 ( Dinny, Dona, Dewi), Etik, keluarga Putri

    Salju kost dan semua yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, . 5. Semua teman-teman kelasku jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

    angkatan tahun 2000.

    6. Almamaterku UNNES yang selalu menjadi kebanggaanku.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang begitu baik melimpahkan kasih dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini

    dengan judul Keefektifan Metode PQRST Dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Semester I SMP Negari I Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2004 2005. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagai

    persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak

    yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga pada akhirnya skripsi

    ini dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

    1. Dr. A.T Soegito, SH. MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah

    memberikan kesempatan dalam memberikan kesempatan dalam rangka

    penulisan skripsi ini.

    2. Drs. Siswanto, MM, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

    Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Drs. Haryanto, Ketua Jurusan dan Kurikulum Teknologi Pendidikan

    Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Dr. Nugroho, M. Psi, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan

    pengarahan dengan sabar dan bijaksana serta memberikan dorongan dari awal hingga akhir penulis skripsi ini.

  • ix

    5. Dra. Nurussaadah, M. Si, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

    dan pengarahan dengan sabar dan bijaksana dari wal hingga akhir penulisan skripsi ini.

    6. Dra. Hj. Amin Ariyatna Yusuf, Kepala Sekolah SMP Negeri I Brangsong Kendal, yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

    7. Drs. Ratna Widuri dan Sri Listari S. Pd, Guru Bahasa Indonesia Kelas VII-A

    dan VII-F yang telah memberikan bantuan dan dorongan untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    8. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat baik meterial maupun

    spiritual.

    9. Teman-teman dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

    yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat ditulis

    satu persatu.

    Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa karya ini masih

    belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

    berbagai pihak sangat diharapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna dan

    bermanfaat bagi penulis sendiri hkususnya dan pembaca pada umumnya.

    Semarang, Februari 2005

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul.................................................................................................. i Persetujuan Pembimbing.................................................................................. ii Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii

    Pernyataan........................................................................................................ iv

    Sari ................................................................................................................... v Motto dan Persembahan................................................................................... vii Kata Pengantar ................................................................................................. viii

    Daftar Isi........................................................................................................... x

    Daftar Tabel ..................................................................................................... xii Daftar Gambar.................................................................................................. xiii

    Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 7

    1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 1.4 Penegasan Istilah...................................................................... 8

    1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 9

    BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 10

    2.1 Konsep Bahasa ........................................................................... 10 2.2 Konsep Membaca....................................................................... 27 2.3 Konsep Metode PQRST............................................................. 36

    BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 42

    3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 42 3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................... 44

    3.3 Variasi Penelitian ....................................................................... 44 3.4 Desain Penelitian......................................................................... 45 3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 46

    x

  • xi

    3.6 Uji Coba Instrumen .................................................................... 54 3.7 Metode Analisis Data ................................................................. 55

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 55 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................... 55

    4.2 Penyajian Data ............................................................................ 56

    4.3 Analisis Data ............................................................................... 56

    4.4 Pembahasan................................................................................. 62

    BAB V PENUTUP......................................................................................... 65 5.1 Simpulan ..................................................................................... 65 5.2 Saran ........................................................................................... 65

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 68

    xi

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Hal 1. Jumlah Pelanggan PT. PLN yang membayar di Koperasi Unit Desa

    Makmur Jaya .......................................................................................... 65

    2. Hasil Kerjasama Koperasi Unit Desa Makmur Jaya PT. PLN (Persero)

    .................................................................................................................... 66

    3. Keuntungan Koperasi Unit Desa Makmur Jaya pada Tahun 1999- 2003

    .................................................................................................................... 66

    4. Hasil Ujui Normalitas Data........................................................................ 67

    5. Hasil Uji Homogenitas data ....................................................................... 68

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Hal

    1. Analisis Uji Coba Soal 1............................................................................ 68

    2. Perhitungan Validitas Tes 1 ....................................................................... 69

    3. Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes 1 ....................................................... 70

    4. Perkitungan Daya Pembeda Tes 1.............................................................. 71

    5. Perhitungan Reliabilitas ............................................................................. 72

    6. Analisis Uji Coba Soal II ........................................................................... 73

    7. Analisis Uji Coba Soal III .......................................................................... 74

    8. Analisis Uji Coba Soal IV.......................................................................... 75

    9. Analisis Uji Coba Soal V ........................................................................... 76

    10. Data Nilai Pre Test Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ......................... 77

    11. Uji Normalitas Pre Test Kelompok Eksperimen........................................ 78

    12. Uji Normalitas Pre Test Kelompok Kontrol .............................................. 79

    13. Uji Kesamaan Varians Pre Test Kelompok Kontrol Dan Eksperimen ...... 80

    14. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Kelompok Eksperimen Dan

    Kontrol ....................................................................................................... 81

    15. Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol .................................................... 82

    16. Hasil Belajar Siswa Pada Kelompok Kontrol Eksperimen........................ 83

    17. Data Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ....................................... 84

    18. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Post Test Kelompok Eksperimen ....... 85

    19. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Post Test Kelompok Kontrol.............. 87

  • xiv

    20. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Hasil Belajar Post Test Kelompok Kontrol

    Dan Eksperimen......................................................................................... 88

    21. Satuan Pembelajaran Bacaan I ................................................................... 87

    22. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 89

    23. Satuan Pembelajaran II .............................................................................. 96

    24. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 98

    25. Satuan Pembelajaran III ............................................................................. 103

    26. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 105

    27. Satuan Pembelajaran IV............................................................................. 110

    28. Rencana Pembelajaran Metode PQRST .................................................... 112

    29. Satuan Pembelajaran V .............................................................................. 117

    30. Rencana pembelajaran metode PQRST ..................................................... 119

    31. Kisi-Kisi Lembar Observasi Penelitian...................................................... 124

    32. Pedoman Observasi.................................................................................... 125

    33. Daftar Observasipenelitian Metode PQRST .............................................. 128

    34. Daftar Subjek Terpilih Sampel Penelitian SMP Negeri 1 Brangsong Tahun

    Pelajaran 2004/2005 Kelompok Kontrol ................................................... 129

    35. Daftar Subjek Terpilih Sampel Penelitian SMP Negeri 1 Brangsong Tahun

    Pelajaran 2004/2005 Kelompok Eksperimen............................................. 130

    36. Susunan Personalia SMP N 1 Brangsong Tahun Pelajaran 2004/2005 ..... 131

    37. Dokumentasi ............................................................................................. 132

    38. Permohonan Ijin Penelitian ....................................................................... 136

    39. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian..................................... 137

    xv

  • xv

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sudah menjadi kenyataan, kalau Indonesia dalam kualitas pendidikan

    berada diperingkat 109 sedangkan Malaysia berada di peringkat 61 dari seluruh

    jumlah negara-negara di dunia ini. Berbagai temuan penelitian menunjukkan

    bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dari cita-cita luhur

    kemerdekaan bangsa dan juga tertinggal dari kemajuan yang telah dicapai oleh

    negara tetangga. Siswa sekolah menengah Indonesia berada pada posisi enam

    terbawah dari tiga puluh delapan negara (The Third Mathematic Science Study;

    2000). Sementara itu riset hasil PISA (Programme For Internasional Student

    Assessment; 2003) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia di tiga

    bidang utama yakni membaca, matematika dan sain umumnya rendah. Namun

    kebijakan Mendiknas untuk menetapkan kelulusan siswa ditentukan oleh

    pencapaian nilai diatas 4,00 yang dalam ujian akhir siswa minimal harus

    mencapai 4,01 untuk setiap mata pelajaran (Nasional maupun Lokal) tetap

    dilaksanakan mulai tahun ajaran 2003/2004. Pengumuman ini diharapkan berlaku

    pula untuk nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, agar kemandiriannya sebagai

    sebuah disiplin ilmu sungguh-sungguh murni (Kompas 25Agustus 1998).

    Hal inilah juga yang mungkin akan memacu para pengajar untuk lebih

    meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia

    karena selain Bahasa Indonesia sebagai disiplin ilmu yang mutlak dipelajari,

  • xvi

    Bahasa Indonesia juga memiliki dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa

    Indonesia sebagai bahasa nasional yang tidak mengikat pemakainya sesuai dengan

    kaidah dasar berbahasa Indonesia. Namun Bahasa Indonesia digunakan secara

    nonresmi, santai, dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan dan

    berkomunikasi dengan warga adalah makna yang disampaikan. Pemakai bahasa

    Indonesia dalam konteks Bahasa Nasional dengan bebas menggunakan ujaranya

    baik lisan, tulis, maupun lewat kinesiknya. Kebebasan menggunakan ujaran itu

    juga ditentukan oleh konteks pembicaraan. Sebagai contoh, manakala Bahasa

    Indonesia digunakan di bus antar kota, ragam yang digunakan adalah ragam bus

    kota yang cenderung singkat, cepat, dan bernada keras.

    Tugas kedua adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang

    digunakan sebagai Bahasa resmi. Dengan begitu, bahasa Indonesia harus

    digunakan sesuai dengan kaidah, tartib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia

    yang dipakai harus lengkap dan baik. Tingkat kebakuan diukur oleh aturan

    kebahasaan dan logika pemakaian. Dari ke-dua tugas tersebut, menunjukkaan

    bahwa posisi bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian bagi pembelajaran

    bahasa Indonesia (Suyatno; 2004).

    Dua tugas di atas tentunya akan memberikan dampak bagi pelajar bahasa

    Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kaidah bahasa Indonesia. pada satu

    sisi, siswa harus belajar bahasa Indonesia sesuai kaidah, sedangkan pada sisi lain,

    siswa menghadapi masyarakat yang berbahasa Indonesia secara bebas karena

    fungsi bahasa pergaulan. Siswa yang masih belajar itu tentunya berada di dua

  • xvii

    tarikan yang kalah kuat. Tarikan masyarakat lebih kuat dibandingkan oleh tarikan

    dari bangku sekolah.

    Bermula dari kasus di atas, akhirnya banyak orang yang menganggap

    bahwa yang penting dipahami bukan benar tidaknya, buat apa belajar bahasa

    Indonesia karena tanpa belajarpun semua orang Indonesia dapat berbahasa

    Indonesia, bahasa Indonesia sangat sulit dan bahasa Inggris lebih bergengsi

    daripada bahasa Indonesia. Angapan itu akhirnya sampai ke siswa. Siswa menjadi

    ogah-ogahan dalam belajar bahasa Indonesia. Banyak diantara siswa yang

    terpaksa mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu tidak banyak yang

    menyadari bahwa suatu pengajaran Bahasa selalu berkaitan pada proses

    pembentukan logika dalam diri peserta didik. Acuan pokok yang paling mendasar

    ini agaknya telah terabaikan dalam praktek pembelajaran Bahasa Indonesia di

    sekolah. Kurikulum terbaru sebenarnya telah memberikan peluang yang luas bagi

    guru untuk menggali kreativitas, baik yang menyangkut sumber bahan maupun

    metode penyajian. ( Kompas 31 Mei 2004)

    Kecenderungan lama masih saja muncul dengan mengajarkan bahan-bahan

    pelajaran yang kira-kira akan keluar pada waktu ujian akhir. Ukuran keberhasilan

    pengajaran Bahasa Indonesia hanya ditolak dengan ketepatan dalam menjawab

    pertanyaan-pertanyaan dalam testing. Keadaan pembelajaran seperti itu telah

    menjadi unsur dominan yang menggagalkan proses pembentukan logika dalam

    pembelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan dalam menunjang kegiatan belajar

    mengajar terdapat delapan kompetensi antara lain membaca, menulis, mendengar,

    menutur, berhitung, mengamati, menghayal, dan menghayati. Dari kedelapan

  • xviii

    kompetensi tersebut sangat erat hubunganya dengan pengajaran Bahasa Indonesia

    (Kompas 31 Mei 2004). Namun peranan pelajaran Bahasa Indonesia dalam

    menumbuhkan kompetensi di atas masih sangat kurang terutama membaca. Hasil

    riset PISA (Programme For Internasional Student Assessment; 2003)

    menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia khususnya membaca umumnya

    rendah.

    Dalam pidatonya Presiden Megawati Soekarnoputri juga pernah

    menyatakan bahwa dibanding dengan Singapura yang berpenduduk 200 juta jiwa,

    Indonesia banyak memiliki siswa yang cerdas dan berkemampuan daripada

    Singapura, namun rendahnya minat baca membuat Indonesia tertinggal dalam

    mengembangkan teknologi dan pengetahuan (Kompas 30 juli 2004)

    Dalam hal kemampuan literasi membaca siswa Indonesia juga jauh

    tertinggal. Sebanyak 69% siswa Indonesia berada pada tingkat kecapaian 1

    dibawah 1; sementara itu 63% siswa Thailand berada pada tingkat kemahiran 2

    atau lebih tinggi. Sebanyak 31% siswa Indonesia berada di bawah tingkat

    kemahiran 1 yang hanya memilik kemampuan literasi membaca sangat terbatas.

    Keterbatasan ini mencakup ketidakmampuan mengenal tema bacaan dan inti

    bacaan, kesulitan mencari informasi implisit dan ketidakmampuan mengaitkan

    informasi bacaan dengan pengetahuan yang dimiliki. Hanya 6% siswa Indonesia

    yang berada pada tingkat kemahiran 3 yakni memiliki kemampuan untuk mencari

    gagasan utama bacaan, mengintegrasikan, mengontraskan, dan membandingkan

    bagian-bagian bacaan, memahami informasi dari bacaan dengan rinci, dan

  • xix

    memahami informasi bacaan dengan rinci, dan memahami kaitan antara pilihan

    informasi. (riset PISA Programme For Internasional Student Assessment; 2003)

    Kenyataan tersebut membuktikan bahwa ketrampilan membaca sebagai

    salah satu ketrampilan berbahasa merupakan ketrampilan pokok yang terus

    menerus diperlukan. Ketrampilan membaca merupakan salah satu dari empat

    ketrampilan berbahasa. Yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

    Membaca mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan

    ketrampilan membaca, tiap orang akan memasuki dunia keilmuan yang penuh

    pesona, memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah dan mengembangkan

    berbagai ketrampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak menjadi sukses

    dalam hidup. Aktivitas membaca yang trampil akan membuka jendela

    pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam dan lorong keahlian yang

    lebar di masa depan (Gie dalam Widyamartaya, 1992:10). Ketrampilan membaca

    sangat penting bagi semua pelajar karena banyak kegiatan belajar adalah

    membaca. Berbagai mata pelajaran dapat dikuasai pelajar melalui kegiatan

    membaca. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui

    kegiatan membaca. Ketrampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu.

    Karena itu dapat kita katakan ketrampilan mambaca sangat diperlukan dalam

    dunia modern. ( Tarigan, 1987:135).

    Berdasarkan Kurikulum 1994, salah satu tujuan umum pembelajaran

    bahasa Indonesia yang terkait dengan pembelajaran membaca adalah siswa dapat

    memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta

    menggunakanya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan

  • xx

    keadaan (Depdikbud,1994:1). Sedangkan tujuan khusus bahasa Indonesia yang

    terkait dengan pelajaran membaca diantaranya adalah siswa mampu menyerap

    pesan, gagasan dan pendapat orang lain dari berbagai sumber, siswa mampu

    mencari sumber, mengumpulkan, dan menyaring informasi dari bacaan

    (Depdikbud, 1994:2). Namun dalam prakteknya guru masih memperlakukan

    sebagian siswa seperti robot yang mau bergerak atau berbuat jika diperintah,

    siswa tidak mempunyai inisiatif dan daya kreasi. Lebih parah dari itu, umumnya

    mereka bersifat pasif dan acuh, bahkan sulit berkonsentrasi.

    Sebenarnya tujuan kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VII

    siswa sudah dapat membaca dengan lancar, tetapi hanya sebatas membaca dalam

    arti melambangkan tulisan. Jika menjawab pertanyaan isi bacaan, siswa melihat

    kembali bacaan tersebut. Pada akhirnya siswa kesulitan menyusun kembali isi

    bacaan dan tidak dapat menceritakan isi bacaan. Hal ini merupakan kebiasaan

    membaca yang salah, bahkan siswa tidak dapat menjawab pertanyaan literal.

    Mereka kesulitan menggunakan ide dan informasi eksplisit yang tertuang dalam

    bacaan. Yang biasa digunakan hanyalah intuisi dan pengalaman pribadi yang

    dimilikinya sebagai dasar untuk memecahkan persoalan. Siswa juga kesulitan

    untuk memastikan dan menilai kualitas, ketelitian, kebergunaan atau

    kebermanfaatan ide yang terdapat dalam bacaan (pemahaman evaluatif). Hal itu mengakibatkan ketidakmampuan menerapkan kepekaan emosional dan estetika yang dimilikinya dalam

    merespon bentuk gaya, struktur, serta tehnik pemaparan ide dalam wacana. Selain itu Guru sering melakukan kegiatan

    belajar mengajar yang monoton. Siswa hanya diminta membaca dalam hati kemudian menjawab pertanyaan-

    pertanyaan isi bacaan dengan posisi terbuka. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran

    membaca sehingga kemampuan kognitf siswa kurang. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan

    berbagai strategi yang dalamnya terdapat pendekatan, metode dan teknik secara spesifik. Guru harus pandai memilih

  • xxi

    dan menggunakan metode mengajar yang dianggap tepat sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa. Untuk

    menghindari kejenuhan disarankan agar guru menggunakan metode yang beragam.

    Persoalan di atas seharusnya menjadi tantangan bagi pengajar untuk

    mengembangkan metode-metode baru dalam mengajar khususnya membaca.

    Menurut Widyamartaya (1992:60) metode-metode membaca yang dapat dipilih

    oleh guru dalam pembelajaran membaca secara intensif dan relational antara lain

    metode SQ3R, Metode OK5R, Metode PQRST, dan Metode SUPER SIX RS.

    Teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pengajaran membaca adalah tehnik

    SQ3R, tehnik scramble, teknik membaca cepat, dan teknik irisan rumpang.

    Namun kita juga dapat menggunakan metode metode SQ3R, Metode OK5R,

    Metode PQRST, dan Metode SUPER SIX RS. Sebagai alternatif metode

    pembelajaran membaca di sekolah. Salah satu metode yang dapat digunakan

    adalah PQRST yang dipelopori oleh EL Thomas dan Ha Robinson dalam buku

    mereka yang bejudul Improving Reading in Every Class. Metode PQRST ini

    dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam membaca pemahaman

    dan membantu siswa yang daya ingatanya kurang atau kurang memahami bacaan

    yang dibacanya dengan langkah-langkah membaca. Dengan metode membaca ini

    proses belajar mengajar, khususnya membaca pemahaman lebih variatif sehingga

    dapat menghasilkan pembelajaran yang optimal.

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka Metode PQRST dalam

    membaca teks bacaaan di Sekolah Menengah Pertama diangkat menjadi permasalahan penelitian ini. Sehingga penulis ingin melakukan penelitian

    mengenai Efektivitas Metode PQRST dalam Membaca Pemahaman Teks Bacaan

  • xxii

    Mata pelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas VII SMP Negeri I Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1.2.1 Adakah perbedaan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan antara kelompok belajar yang menggunakan metode PQRST dengan kelompok yang tidak menggunakan metode PQRST dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

    1.2.2 Seberapa besar efektivitas metode PQRST dalam membaca pemahaman

    teks bacaan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

    1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

    1.3.1 Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan dengan metode PQRST.dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kelompok yang tidak menggunakan metode

    PQRST.

    1.3.2 Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas penggunaan metode PQRST

    yang diberikan oleh guru dalam membaca pemahaman teks bacaan dalam

    mata pelajaran Bahasa Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh manfaat atau pentingnya penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

  • xxiii

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan Bahasa

    Indonesia. Selain itu juga dapat memberi pemahaman psikologis terhadap guru-guru dalam penggunaan metode membaca agar lebih bervariasi.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1.4.2.1 Bagi Peneliti

    Untuk menambah pengetahuan dan berbagai sarana untuk menerapkan

    pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap masalah nyata yang

    dihadapi oleh dunia pendidikan.

    1.4.2.2 Bagi Sekolah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak

    sekolah, yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memacu

    belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. 1.4.2.3 Bagi Fakultas

    Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan serta

    bahan perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian, khususnya

    dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia.

  • xxiv

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    2.1 Konsep Bahasa

    2.1.1 Bahasa dan Berbahasa

    Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu. Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (otak).

    2.1.1.1 Hakikat Bahasa

    Bahasa itu adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang

    sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, bahasa itu bukan

    merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem.

    Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama dengan sistem lambang lalu

    lintas, atau sistem lambang lainnya. Bedanya, sistem lambang bahasa ini berupa

    bunyi, bukan gambar atau tanda lain, dan bunyi itu adalah bunyi bahasa yang

    dilahirkan oleh alat ucap manusia.

    Setiap lambang bahasa, baik kata, frase, klausa, kalimat, maupun wacana

    memiliki makna tertentu, yang bisa saja berubah pada satu waktu tertentu. Atau

    mungkin juga tidak berubah sama sekali

    2.1.1.2 Asal Usul Bahasa

  • xxv

    Banyak teori telah dilontarkan para pakar mengenai asal-usul bahasa.

    Beberapa diantaranya adalah :

    1. F. B. Condillac (1975), seorang filsuf bangsa Perancis berpendapat bahwa

    bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat

    naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian

    teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, dan yang

    lama kelamaan semakin panjang dan rumit.

    2. Von Sclegel (1975), seorang ahli filsafat bangsa Jerman, berpendapat bahwa

    bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber dari satu

    bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor

    yang mengatur tumbuhnya bahasa itu. Ada bahasa yang lahir dari onomatope

    yaitu peniruan bunyi alam, ada juga yang lahir dari kesadaran manusia.

    3. Brooks (1975), memperkenalkan satu teori mengenai asal-usul bahasa yang

    sejalan dengan perkembangan psikolinguistik. Bahasa itu lahir pada waktu

    yang sama dengan kelahiran manusia. Bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-

    bunyi tetap untuk menggantikan atau sebagai simbol bagi benda, hal, atau

    kejadian tetap di sekitar yang dekat dengan bunyi-bunyi itu. Kemudian bunyi-

    bunyi itu dipakai bersama oleh orang-orang di tempat itu. Sejak awal bahasa

    itu pastilah merupakan satu kerangka atau struktur yang dibentuk oleh empat

    unsur yaitu bunyi, keteraturan (order), bentuk, dan pilihan. Kemudian, karena

    kelahiran bahasa bersamaan dengan kelahiran kebudayaan, maka melalui

    kebudayaan ini segala hasil ciptaan kognisi seseorang dapat pula dimiliki oleh

    orang lain, dan dapat pula diturunkan kepada generasi berikutnya.

  • xxvi

    2.1.1.3 Fungsi Fungsi Bahasa

    Fungsi bahasa adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk

    menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan (Chaer, 1995).

    Wardhaugh (1972), seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan bahwa fungsi

    adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Namun, fungsi ini

    sudah mencakup lima fungsi dasar yaitu fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi

    eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment. (Michel, 1967 : 51)

    Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk

    melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur

    kepada orang lain.

    1. Fungsi ekspresi adalah penggunaan bahasa untuk pernyataan senang, benci,

    kagum, marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahasa

    meskipun tingkah laku, gerak-gerik, dan mimik juga berperan dalam

    pengungkapan ekspresi batin itu.

    2. Fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat

    kepada orang lain.

    3. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal,

    perkara, dan keadaan.

    4. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau

    mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu secara baik-baik.

    5. Fungsi entertainment adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur,

    menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.

  • xxvii

    Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan,

    sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka fungsi-

    fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan

    perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu, dalam

    pelbagai kepustakaan kita mungkin akan menemukan rincian fungsi-fungsi bahasa

    yang berbeda dan beragam (Chaer, 1995 : Nasaban, 1984)

    2.1.1.4 Struktur Bahasa

    Dalam setiap analisis bahasa ada dua buah konsep yang perlu dipahami,

    yaitu struktur dan sistem. Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-

    unsur di dalam satuan ujaran, misalnya antara fonem dengan fonem di dalam kata,

    antara kata dengan kata di dalam frase, atau juga antara frase dengan frase di

    dalam kalimat. Sedangkan sistem berkenaan dengan hubungan antara unsur-unsur

    bahasa pada satuan-satuan ujaran yang lain.

    Struktur itu sama dengan tata bahasa. Sedangkan tata bahasa itu sendiri

    tidak lain dari pada pengetahuan penutur suatu bahasa mengenai bahasanya,

    yang lazim disebut dengan istilah kompetensi. Kemudian kompetensi ini akan

    dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa (performansi), yaitu berupa bertutur atau

    pemahaman akan tuturan. Lalu, di dalam pelaksanaan bahasa itu linguistik

    generatif transformatif menyodorkan adanya konsep struktur dalam (deep

    sructure) dan adanya struktur luar (surface structure).

    Kompetensi yang merupakan pengetahuan seseorang akan bahasanya,

    memungkinkan dia dapat melakukan performansi atau pelaksanaan bahasa itu

    yang berupa memahami kalimat-kalimat yang didengar dan melahirkan kalimat-

  • xxviii

    kalimat dari bahasanya. Kompetensi berupa pengetahuan seseorang akan tata

    bahasanya dinuranikan oleh orang sejalan dengan proses pemerolehan bahasa.

    Yang dinuranikan itu tidak lain dari rumus-rumus atau kaidah-kaidah yang

    jumlahnya terbatas, yang digunakan untuk membangkitkan kalimat-kalimat dalam

    bahasa itu yang jumlahnya tidak terbatas. Ini berarti setiap kalimat yang bisa

    dibangkitkan pasti bisa dimasukkan dalam salah satu rumus atau kaidah itu.

    Andaikata ada kalimat yang aneh atau tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu

    rumus yang ada, maka berarti tata bahasa itu secara empiris tidak memadai.

    Yang dimaksud dengan struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara

    abstrak yang berada di dalam otak penutur sebelum kalimat itu diucapkan.

    Sedangkan struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat

    kita dengar. Jadi bersifat konkret. Menurut teori ini, di dalam otak kita terdapat

    satu peringkat representasi yang abstrak untuk kalimat yang kita lahirkan.

    Representasi struktur dalam yang abtrak ini dihubungkan oleh rumus-rumus

    transformasi dengan representasi struktur luar, yaitu kalimat-kalimat yang kita

    dengar atau kita lahirkan.

    2.1.2 Hubungan Berbahasa, Berpikir dan Berbudaya

    Menurut Abdul Chaer, (Psikolinguistik; 2002) Berbahasa adalah

    penyampaian pikiran atau perasaaan dari orang yang berbicara mengenai masalah

    yang dihadapi dalam kehidupan budayanya. Jadi, kita lihat berbahasa, berpikir,

    dan berbudaya adalah tiga hal atau tiga kegiatan yang saling berkaitan dalam

    kehidupan manusia.

    2.1.2.1 Teori Wilhelm Von Humboldt

  • xxix

    Wilhelm Von Humboldt (1767 1835), sarjana abad ke 19, menekankan

    adanya ketergantungan pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan

    hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri.

    Anggota-anggota masyarakat itu tidak dapat menyimpang lagi dari garis-garis

    yang telah ditentukan oleh bahasanya itu. Kalau salah seorang dari anggota

    masyarakat ini ingin mengubah pandangan hidupnya, maka dia harus mempelajari

    dulu satu bahasa lain. Maka dengan demikian dia akan menganut cara berpikir dan

    juga berbudaya masyarakat bahasa lain itu.

    Mengenai bahasa itu sendiri Von Humboldt berpendapat bahwa substansi

    bahasa itu terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berupa bunyi-bunyi dan bagian

    lainnya berupa pikiran-pikiran yang belum terbentuk. Bunyi-bunyi dibentuk oleh

    bunyi (lautorm) dan pikiran-pikiran dibentuk oleh pikiran (ideenform) atau

    innereform. Jadi, bahasa menurut Von Humboldt merupakan sintense dari bunyi.

    Dari keterangan itu bisa disimpulkan bahwa bunyi bahasa merupakan

    bentuk luar, sedangkan pikiran adalah bentuk dalam. Bentuk luar bahasa itulah

    yang kita dengar, sedangkan bentuk dalam bahasa berada di dalam otak. Kedua

    bentuk inilah yang membelenggu manusia, dan menentukan cara berpikirnya.

    Dengan kata lain bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam (otak,

    pemikiran) penutur bahasa itu. Manusia hidup dengan dunia seluruhnya

    sebagaimana bahasa menyuguhkannya atau memberikannya.

    2.1.2.2 Teori Jean Piaget

  • xxx

    Piaget (1962), sarjana Perancis berpendapat justru pikiranlah yang

    membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Pikiranlah yang

    menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.

    Piaget mengembangkan teori pertumbuhan kognisi. Menyatakan jika

    seorang kanak-kanak dapat menggolong-golongkan sekumpulan benda-benda

    dengan cara-cara yang berlainan sebelum kanak-kanak itu dapat menggolong-

    golongkan benda-benda tersebut dengan menggunakan kata-kata yang serupa

    dengan benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan

    telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.

    Menurut teori pertumbuhan kognisi, seorang kanak-kanak mempelajari

    segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan

    kemudian baru melalui bahasa. Tindak-tanduk atau perilaku kanak-kanak itu

    merupakan manipulasi dunia pada satu waktu dan tempat tertentu dan bahasa

    hanyalah satu alat yang memberikan kepada kanak-kanak itu satu kemampuan

    untuk beranjak lebih jauh dari waktu dan tempat tertentu itu. Namun, jelas

    gambaran benda-benda dan keadaan-keadaan dunia dan manipulasinya dalam otak

    kanak-kanak tidak memerlukan bahasa.

    Piaget mengemukakan dua hal penting mengenai hubungan bahasa dengan

    kegiatan-kegiatan intelek (pikiran), sebagai berikut :

    1. Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam bahasa, tetapi dalam periode

    sensomotorik, yaitu satu sistem skema, dikembangkan secara penuh dan

    membuat lebih dahulu gambaran-gambaran dari aspek-aspek struktur

    golongan-golongan dan hubungan-hubungan benda-benda (sebelum

  • xxxi

    mendahului gambaran-gambaran lain) dan bentuk-bentuk dasar penyimpanan

    dan operasi pemakain kembali.

    2. Pembentukan pikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada

    waktu yang bersamaan dengan pemerolehan bahasa. Keduanya memiliki suatu

    proses yang lebih umum, yaitu konstitusi fungsi lambang pada umumnya.

    Fungsi lambang ini mempunyai beberapa aspek. Awal terjadinya fungsi

    lambang ini ditandai oleh bermacam-macam perilaku yang terjadi serentak

    dalam perkembangannya. Ucapan-ucapan bahasa pertama yang keluar sangat

    erat hubungannya dan terjadi serentak dengan permainan lambang, peniruan,

    dan bayangan-bayangan mental.

    3. Piaget menegaskan bahwa intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau

    perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan-kegiatan sensomotorik

    termasuk juga perilaku bahasa.. yang perlu diingat adalah bahwa dalam jangka

    waktu sensomotor ini kekekalan benda merupakan pemerolehan umum.

    2.1.2.3 Teori Eric Lenneberg

    Berkenaan dengan masalah hubungan maslah hubungan bahasa dan

    berfikir, Eric mengajukan teori mengajukan teori yang disebut Teori

    Kemampuan Bahasa Khusus (Lenneberg, 1964)

    Menurut Lenneberg , banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia

    menerima warisan biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan

  • xxxii

    menggunakan bahasa yang khusus untuk manusia dan yang tidak ada

    hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran. Kanak-kanak, menurut

    Lenneberg telah mempunyai biologi untuk berbahasa pada waktu mereka

    masih berada pada tingkat kemampuan berpikir yang rendah, dan kemampuan

    bercakap dan memahami kalimat mempunyai korelasi yang rendah dengan IQ

    manusia.

    Bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara biologis untuk

    berbahasa menurut Lenneberg adalah sebagai berikut :

    a. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian

    anatomi dan fonologi manusia, seperti bagian-bagian otak tertentu (bagian

    konteks tertentu) yang mendasari bahasa.

    b. Jadwal perkembangan bahasa yang sama berlaku bagi semua kanak-kanak

    normal. Semua kanak-kanak bisa dikatakan mengikuti strategi dan waktu

    pemerolehan bahasa yang sama, yaitu lebih dahulu menguasai prinsip-

    prinsip pembagian dan pola persepsi.

    c. Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun pada kanak-kanak

    yang mempunyai cacat tertentu seperti buta, tuli, atau memiliki orang tua

    pekak sejak lahir. Namun, bahasa kanak-kanak ini tetap berkembang

    dengan hanya sedikit keterlambatan.

    d. Bahasa tidak dapat diajarkan pada makhluk lain. Hingga saat ini belum

    pernah ada makhluk lain yang mampu menguasai bahasa, sekalipun telah

    diajar dengan cara-cara yang luar biasa.

  • xxxiii

    Lenneberg dalam Teori Kemampuan Bahasa Khusus telah

    menyimpulkan banyak bukti yang menyatakan bahwa upaya manusia untuk

    berbahasa didasari oleh biologi yang khusus untuk manusia dan bersumber

    pada genetik tersendiri secara asal. Namun, dalam bukunya yang ditulis

    kemudian (1967), beliau mulai cenderung beranggapan bahwa bahasa

    dihasilkan oleh upaya kognitif, bukan linguistik yang lebih luas, sehingga

    menyerupai pandangan Piaget.

    2.1.2.4 Teori Bruner

    Dalam masalah hubungan bahasa dan berfikir,) memperkenalkan teori

    yang disebutnya Teori Instrumentalisme. Menurut teori ini bahasa adalah alat

    pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu

    (Bruner, 1965). Dengan kata lain, bahasa dapat membantu pemikiran manusia

    supaya dapat berpikir lebih sistemis. Bahasa dan pemikiran berkembang dari

    sumber yang sama. Oleh karena itu, keduanya mempunyai bentuk yang sangat

    serupa, maka keduanya dapat saling membantu. Selanjutnya, bahasa dan pikiran

    adalah alat untuk berlakunya aksi. Menurut teori ini bahasa sebagai alat pemikiran

    harus berhubungan langsung dengan perilaku aksi, dan dengan struktur perilaku

    ini pada peringkat permulaan. Lalu, pada peringkat selanjutnya bahasa ini harus

    berkembang ke arah suatu bentuk yang melibatkan keeksplisitan yang besar dan

    ketidaktergantungan pada konteks, sehingga pikiran-pikiran atau kalimat-kalimat

    dapat ditafsirkan atau dipahami tanpa pengetahuan situasi sewaktu kalimat itu

    diucapkan, atau tanpa mengetahui situasi yang mendasari maksud atau tujuan

    penutur. Dengan bahasa sebagai alat kita dapat merencanakan sesuatu aksi jauh

  • xxxiv

    sebelum aksi itu terjadi. Dengan cara yang sama pikiran juga berfungsi sebagai

    alat untuk membantu terjadinya suatu aksi karena pikiran dapat membantu peta-

    peta kognitif mengarah pada bahasa, dan pikiran muncul bersama-sama untuk

    mengatur aksi manusia. Selanjutnya keduanya saling membantu. Dalam hal ini

    pikiran memakai elemen hubungan-hubungan yang dapat digabungkan untuk

    membimbing aksi yang sebenarnya sedangkan bahasa menyediakan representasi

    prosedur-prosedur untuk melaksanakan aksi itu.

    2.2 Konsep Membaca

    2.2.1 Hakekat Membaca

    Hodgson (dalam Tarigan, 1986) memberikan definisi membaca suatu

    prose yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan

    yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

    Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan

    akan terlibat dalam pandangan sekilas dan agar kata-kata secara individual akan

    dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat maupun

    yang tersirat tidak akan dipahami dan proses membaca tidak terlaksana dengan

    baik.

    Membaca adalah proses melisankan lambang yang tertulis. Dari sudut

    linguistik membaca adalah proses penyandian dan pembacaan sandi. Membaca

    adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengenal lambang yang

    disampaikan penulis untuk menyampaikan makna. Pendapat lain membaca

    merupakan metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi atau

  • xxxv

    mengkomunikasikan makna yang terkandung pada lambang-lambang (Tarigan,

    1989:18).

    Menurut Endang (dalam Tarigan 1989:133) adalah aktivitas pencarian

    informasi melalui lambang-lambang tertulis. Membaca adalah suatu proses

    bernalar (Reading is reasioning). Dengan membaca kita mencoba mendapatkan

    informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri akhirnya menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensi, berjuang mempertahankan hidup, dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup

    manusia.

    2.2.2 Aspek-Aspek Membaca

    Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu aspek

    yang bersifat mekanis dan aspek yang bersifat pemahaman.

    2.1 Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap

    berada pada urutan lebih rendah (lower order).

    Aspek ini mencakupi:

    1) pengenalan bentuk huruf

    2) pengenalan unsure-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, pola klauosa,

    kalimat, dan lain-lain)

    3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan

    menyuarakan bahan tertulis)

    4) kecepatan membaca bersifat lambat.

  • xxxvi

    2.2 Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat

    diungkapkan berada pada urutan yang lebih tiggi (higher order). Aspek ini

    mencakupi:

    1) Memahami pengertian-pengertian sederhana, yang meliputi:

    (1). Kemampuan memahami kata-kata atau istilah yang terdapat dalam suatu

    bacaan.

    (2). Kemampuan memahami pola-pola kalimat, bentuk kata, serta susunan kalimat

    panjang yang sering dijumpai dalam tulisan resmi.

    (3). Kemampuan menafsirkan lambang-lambang atau tanda-tanda tulisan yang

    terdapat dalam bacaan.

    2) Memahami signifikan atau makna, yang mencangkupi:

    (1). Kemampuan memahami ide-ide pokok yang dikemukakan oleh pengarang

    (2). Kemampuan mengaplikasikan isi karangan dengan kebudayaan yang ada.

    (3). Dapat menyusuaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak dicapai

    (kholid dalam tarigan, 1989:42).

    (4). Dapat mengevaluasi isi dan bentuk suatu karangan.

    (5). Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak dicapai.

    Munby (dalam Nababan, 1993:165) berpendapat bahwa membaca itu

    melibatkan ketrampilan sebagai berikut:

    1. mengenal ortografi suatu teks,

    2. mengambil simpulan mengenai makna kata-kata dan menggunakan butir-butir

    leksis (kosakata) yang belum dikenal.

    3. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara eksplisit,

  • xxxvii

    4. Memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara implisit,

    5. Memahami fungsi-fungsi komunikatif kalimat-kalimat dalam bacaan itu,

    6. Memahami kaitan-kaitan unsur-unsur dalam kalimat (intrakalimat),

    7. Memahami kaitan-kaitan antara bagian-bagian suatu teks melalui strategi

    kohesi leksis,

    8. Mengenal butir-butir indicator dalam wacana,

    9. Mengidentifikasi butir-butir yang penting atau informasi yang paling

    menonjol dalam teks,

    10. Membedakan ide pokok dari ide-ide penunjang,

    11. Mencarikan butir-butir yang penting untuk dirangkum,

    12. Memilih butir-butir yang relevan dari teks,

    13. Meningkatkan ketrampilan untuk merujuk pada konsep lain yang mendasar,

    14. Mencari pokok landasan dari teks (Scimming)

    15. Mencari informasi khusus dari teks (scanning).

    16. Mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram, skets, skema, dsb

    (trancoding)

    17. Mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain, dengan tempat-tempat

    kosong setiap kata ke sekian (close presedur)

    18. Mengintrepetasiakan teks dengan memandang isi atau pesan dari luar teks.

    2.2.3 Tujuan Membaca

  • xxxviii

    Umumnya orang membaca itu bertujuan untuk mengerti atau memahami

    isi atau pesan yang terdapat pada teks seefisien mungkin. Tujuan membaca

    pemahaman dipaparkan oleh Tarigan (1993:37) sebagai berikut:

    1) menemukan ide pokok,

    2) Memilih butir-butir penting,

    3) Mengikuti petunjuk-petunjuk,

    4) Menentukan organisasi bahan bacaan,

    5) Menemukan citra visual dan citra lainya,

    6) Menemukan citra visual dan citra lainnya

    7) Menarik simpulan,

    8) Menduga makna dan merangkaikan dampaknya,

    9) Menyusun rangkuman,

    10) Membedakan fakta dari pendapat.

    Menurut Nababan (1993:164-165) tujuan membaca ialah:

    1) Untuk mengerti atau memahami isi/pesan yang terkandung dalam satu bacaan

    seefisien mungkin, dan

    2) Morrow (dalam Tarigan, 1993:89-104) mengatakan bahwa tujuan membaca

    ialah untuk mencari informasi yang :

    (1). Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah

    keilmiahanya sendiri:

    (2). Referensional dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk

    mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, dan

  • xxxix

    (3). Afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari

    kenikmatan makna bacaan.

    Tujuan aktivitas membaca, menurut River ( dalam Akhmadi, 1984:13)

    sejak permulaan belajar, menunjukkan bahwa pembaca:

    1) Menginginkan informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu

    tentang beberapa topik,

    2) Memerlukan instruksi untuk dapat melaksanakan beberapa tugas dalam

    pekerjaan atau hidup shari-hari,

    3) Ingin melaksanakan beberapa aktivitas yang menyenangkan, seperti: ingin

    bermain drama, atau permainan baru yang lain.

    4) Ingin akrab dengan teman dengan berkorespondensi,

    5) Ingin tahu di mana dan kapan sesuatu terjadi,

    6) Ingin mencari atau menemukan kesenangan dan menikmati (membaca karya

    sastra)

    Berikut ini implikasi tujuan membaca yang dikemukakan oleh Fowler

    (dalam Akhmadi, 1984:14):

    1) Suatu program pengajaran membaca yang bertujuan untuk: (1) menambah

    kecepatan dan memperbaiki pemahaman; (2) mengajar siswa bagaimana

    menghadaptasi pendekatan membaca terhadap berbagai variasi bahan bacaan;

    (3) memperbaiki pembacaan bagi semua ketrampilan berbahasa.

  • xl

    2) Suatu latihan membaca untuk dapat mengapresiasikan dan memperoleh

    kesenangan estik dari prosa atau puisi (karya sastra)

    3) Program individual yang ditujukan untuk mendorong siswa agar membaca

    sebanyak-banyaknya dan memungkinkan siswa itu dapt mengembangkan diri

    menjadi pembaca yang teliti sepanjamg hayatnya.

    Membaca sebagai ketrampilan berbahasa yang menjadi salah satu aspek

    pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SLTP. Sebagai konsekwensinya,

    ketrampilan membaca terdapat dalam kurikulum SLTP bidang studi Bahasa

    Indonesia. Tujuan pembelajaran membaca yang tercantum dalam Garis-Garis

    Besar Progaram Pembelajaran Bahasa Indonesi SLTP seperti berikut:

    Kelas VII

    1) siswa memeroleh informasi berupa pengetahuan, gagasan, pendapat,

    permasalahan, pesan, ungkapan perasan, pengalaman atau peristiwa secara

    lisan atau tulisan.

    2) siswa memahami isi wacana secara garis besar dan memberikan

    tanggapandalam berbagai bentuk.

    3) siswa mampu menangkap pesan, gagasan, pengalaman, pendapat yang tersurat

    dan tersirat secara cepat dan tepat.

    4) siswa mampu meninkmati karya dan menafsirkan maknanya.

    Dari deskripsi tentang tujuan pembelajaran membaca pada GBPP Bahasa Indonesia kurikulum 1994 itu dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran membaca di SLTP adalah agar siswa mampu mencari serta memperoleh

    informasi, yang mencakupi isi dan memahami makna bacaan.

    2.2.4 Prinsip Pembelajaran Membaca

  • xli

    Menurut Tarigan ( 1998:27) pembelajaran membaca pada jenjang sekolah

    menengah pertama dan sekolah umum menurut tingkat pemahaman yang lebih

    tinggi. Untuk mengukur tinggkat pemahaman yang lebih tinggi menurut jenjang

    pendidikan diperlukan pilihan teknik dan kegiatan membaca disamping perhatian

    pada materi dan isi bacaan disamping perhatian pada materi dan isi bacaan.

    Bacaan harus menarik dan bermanfaat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip

    membaca berikut ini.

    1) Membaca bukanlah hanya mengenal huruf dan membunyikanya, pembelajaran

    bahasa harus meyampaikan pengenalan huruf dan bunyi.

    2) Membaca dan menguasai bahasa terjadi serentak. Seseorang tidak dapat

    dikatakan mempunyai ketrampilan membaca jika ia tidak menguasai bahasa.

    3) Membaca dan berfikir terjadi serempak. Orang tidak dapat membaca tanpa

    mempergunakan pikiran dan perasan.

    4) Membaca menghubungkan lambang tulis dengan ide dan rujukan yang ada di

    pemahaman.

    5) Membaca berarti memahami. Ini berarti pembelajarn membaca bermuara pada

    pemahaman.

    2.2.5 Alternatif Pembelajaran Membaca Berdasarkan prinsip alternatif pembelajaran membaca perlu

    dipertimbangkan alternatif pembelajaran membaca berikut ini.

    1) Membaca nyaring/teknis

    2) Membaca pemahaman/diam/dalam hati

    3) Membaca kritis/evaluatif

  • xlii

    4) Membaca cepat (ukuran)

    5) Membaca sekilas (mencari sesuatu yang dibutuhkan)

    6) Membaca petunjuk kerja

    7) Memebaca indeks

    8) Membaca indah

    9) Memebaca apresiasi

    10) Membaca untuk kesenangan

    11) Membaca untuk orang lain

    12) Membaca pidato, laporan

    13) Membaca dongeng

    14) Membaca drama (drama radio)

    15) Meringkas kembali

    16) Membaca isi

    17) Menceritakan kembali misi bacaan

    18) Mengajukan pertanyaan berdasarkan teks bacaan

    19) Mendiskusikan tentang bacaan

    20) Mendramakan bacaan

    21) Mempraktikan apa yang dibaca

    22) Membaca kata dan petunjuk jalan

    23) Membaca resep dokter

    24) Membaca etiket pada kemasanya

    25) Menyadur hasil bacaan dan menerapkan dalam konteks yang lain

    26) Membuat kesimpulan dan implikasi dari bacaan

  • xliii

    27) Menentukan keterpaduan, keruntutan, dan kebenaran isi bacaan.

    Alternarif pembelajaran bahasa yang dipilih dalam penelitian ini adalah membaca pemahaman/diam/dalam hati.

    2.3 Konsep Metode PQRST 2.3.1 Metode PQRST

    Pembelajaran membaca tidak dapat berlangsung tanpa metode. Metode itu

    berupa Prosedur atau tata cara yang hendaknya diikuti dalam rangka mencapai

    tujuan penbelajaran. Safari (1997:29) menyatakan bahwa metode itu cara untuk

    mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara

    menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan pembelajaran.

    Metode ini bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaimana

    mencapai tujuan pembelajaran.

    Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

    mengajarkan ketrampilan membaca kepada siswa SLTP. Diantara metode-metode

    pembelajaran membaca itu antara lain metode SQ3R, SQ4R, POINT, OK3R,

    PQRST, RSVP, EARTH, OARWET, PANORAMA. Metode membaca dengan

    teknik scrembel, dengan teknik membaca cepat, dan metode membaca dengan

    teknik isian rumpang (Budinuryanto, 1997:11-12)

    2.3.2 Hakikat Metode PQRS

    Metode PQRST adalah salah satu metode membaca yang mirip atau bahkan

    sama dengan metode SQ3R (Widyamartaya, 1992:63). PQRST merupakan

    singkatan dari inti kegiatan preview, question, read, summerize, test. PQRST

    sebenarnya merupakan suatu metode atau strategi membaca buku yang terutama

  • xliv

    ditujukan untuk kepentingan studi, namun peneliti dapat meminjam konsep-

    konsep dan langkah-langkah dari metode ini untuk kepentingan pengajaran

    membaca di sekolah terutama untuk siswa-siswa yang sudah tergolong pembaca

    tingkat lanjut (Budinuryanto, 1997: 11-14).

    Metode PQRST di dalam penelitian ini adalah metode membaca teks bacaan

    yang terdiri dari lima kegiatan previw, question, read, summerize, dan test serta

    beberapa kegiatan tambahan terdiri atas membahas pertanyaan, membahas

    jawaban, menentukan kalimat utama, kalimat penjelas, ide pokok dan ide

    penjelas.

    2.3.3 Prosedur Metode PQRST

    Di bawah ini dijabarkan tiap-tiap kegiatan tersebut. Langkah 1 adalah P-preview yang sama dengan penjajagan atau tinjauan

    pendahuluan. Dalam langkah pertama dilakukan memeriksa halaman-halaman bab

    yang akan dipelajari. Judul-judul paragraph atau bagiannya, gambar-gambarnya, grafik-grafiknya, diagramnya, peta-petanya (kalu ada), dibaca pertanyaan atau

    rangka

    man pada akhir bab (kalau ada). Tujuannya untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Penyelidikan ini dilakukan dengan membaca

    selintas (skimming).

    Langkah ke 2 adalah Q-Question atau menanyakan. Dalam langkah kedua

    ini diajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca seluruh bab. Pertanyaan-pertaayaan didasarkan pada bahan yang sudah dibaca selintas tadi, misalnya

    dengan mengubah judul-judul paragraph menjadi bentuk pertanyaan lengkap dengan pertanyan (cukup dalam pikiran saja). Pertanyaan-pertanyaan itu akan

  • xlv

    membangkitkan keingintahuan akan membantu untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat pnguasaan seluruh isi bab.

    Langkah 3 adalah R-Read atau membaca. Dalam langkah ketiga ini

    dilaksanakan kegiatan membaca untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun.

    Langkah 4 adalah S-Summerize atau meringkas. Dalam langkah keempat

    ini disusun catatan dan membuat ringkasan ide-ide pokok artikel atau bab

    tersebut. Ringkasan ini dapat berupa tulisan atau garis besar (outline).

    Langkah 5 adalah T-Test sama atau mirip dengan priview atau mengulang

    dalam langkah kelima diulang lagi dan diingat-ingat kembali seluruh isi ringkasan

    dan penting dari seluruh bab tersebut, diusahakan untuk memperoleh penguasaan

    bulat meyeluruh, dan kokoh atas bahan.

    1) Tujuan PQRST

    Tujuan utama membaca dengan metode PQRST adalah sebagai berikut:

    (1). Membekali siswa untuk mengunakan pendekatan yang sistematis dalam

    membaca.

    (2). Meningkatkan pembelajaran membaca secar mantap dan efisien untuk

    berbagai materi bacaan sehingga hasikaya meningkat.

    2) Manfaat PQRST

    Manfaat PQRST bagi para siswa adalah sebagai berikut:

    (1). Siswa mendapat bekal metode belajar yang sistematis, efektif, dan efisien.

    (2). Siswa menjadi fleksibel dalam mengatur kecepatan membaca.

  • xlvi

    (3). Dalam membaca di luar pembelajaran, siswa dapat menentukan materi yang

    sesuai dengan keperluannya atau tidak.

    3) Model Pembelajaran PQRST.

    Model pembelajaran PQRST dilakukan dengan langkah-langkah berikut

    ini.

    (1). Siswa menerima bacaan dengan posisi bacaan tertutup.

    (2). Siswa melaksanakan penjajagan dengan membaca sekilas bacaan. (3). Siswa menyusun pertanyaan.

    (4). Siswa membahas pertanyaan.

    (5). Siswa membaca teliti untuk mendapatakan jawaban atas pertanyaan yang tersaji.

    (6). Siswa menjawab pertanyaan yang telah disusun. (7). Siswa menceritakan isi bacaan.

    (8). Siswa meninjau kembali bacaan. Dari uraian di atas ketrampilan yang diharapkan melalui kegiatan

    pembelajaran membaca dengan metode PQRST di dalam penelitian ini antara lain seperti berikut :

    1) Siswa dapat menjawab petanyaan literal. 2) Siswa dapat menjawab pertanyaan infoerensial. 3) Siswa dapat menentukan ide pokok.

    4) Siswa dapat menentukan ide penjelas. 5) Siswa dapat menentukan kalimat utama paragraph.

    6) Siswa dapat menentukan kalimat penjelas paragraph. 7) Siswa dapat menyimpulkan isi bacaan.

  • xlvii

    2.4 HIPOTESIS

    Ho (hipotesis nihil) : tidak ada pengaruh metode belajar PQRST terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP N 1 Brongsong.

    Ha ( hipotesis alternatif) : ada pengaruh metode PQRST terhadap hasil

    belajar siswa SMP N 1 Brongsong. Oleh karena itu dalam penelitian ini hipotesis penelitian (Ha) yang

    berbunyi Siswa yang menempuh proses belajar mengajar dengan metode

    membaca PQRST hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang menempuh

    proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional

    harus diubah terlebih dahulu ke dalam hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi Siswa

    yang menempuh proses belajar mengajar dengan metode membaca PQRST hasil

    belajarnya tidak berbeda dari siswa yang menempuh proses belajar mengajar

    dengan model pembelajaran konvensional.

  • xlviii

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Suatu penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha untuk

    menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.

    Dalam usaha untuk menemukan dan menguji kebenaran tersebut dilakukan untuk

    mencapai suatu tujuan. Dalam suatu penelitian ilmiah selalu berdasarkan metode

    yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ilmiah juga

    merupakan penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang

    fenomena-fenomena alami dengan dipandu oleh teori-teori dan hipotesis-hipotesis

    tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena itu.

    Wody (1927) sebagaimana dikutip oleh Nazir (1999:14) mengartikan

    bahwa penelitian merupakan sebuah metode critical thinking. Penelitian meliputi

    pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis

    atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya

    mengadakan penyajian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan

    apakah ia cocok dengan hipotesis. Metode penelitian juga sering disebut sebagai

    cara-cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan

    prosedur yang reliabel dan terpercaya.

    Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah

    ilmu pengetahuan yang membicarakan mengenai cara-cara melaksanakan

    penelitian yang berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang terorganisir terhadap suatu

    pengetahuan baru. Agar suatu penelitian memperoleh hasil yang sesuai dengan

  • xlix

    tujuan penelitian, maka peneliti memandang perlu menjelaskan langkah-langkah operasional penelitian dan uraian-uraian aspek-aspek yang berkaitan dengan

    pengukuran variabel yang akan dibahas dalam metode penelitian ini. Adapun

    langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

    3.1 Jenis Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    eksperimen. Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi

    terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Sedangkan penelitian eksperimen dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengetes, mengecek atau membuktikan suatu hipotesis, ada tidaknya pengaruh metode membaca dari suatu treatment

    atau perlakuan.

    Dalam penelitian ini, manipulasi atau pelakuan yang diberikan adalah

    pembelajaran dengan metode PQRST kepada kelompok eksperimen. Selain terdapat kelompok eksperimen, dalam penelitian ini juga terdapat kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan oleh peneliti.

    Jadi peneliti melakukan penelitian dengan cara memberikan perlakuan

    yaitu pembelajaran dengan metode PQRST kepada kelompok eksperimen yang nantinya dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk membuktikan kebenaran

    dari hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu Efektifitas Metode PQRST Dalam

    Membaca Pemahaman Teks Bacaan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP negeri 1 Brangsong Kendal Semester 1 Tahun Ajaran 2004/2005. 3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

    3.2.1 Populasi

    Dalam penelitan ini populasi yang diambil adalah siswa 7 yang berjumlah 7 kelas yang berada di SMP Negeri 1

    Brangsong kendal.

  • l

    3.2.2 Sampel

    Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik random

    sampling. Teknik random sampling dipakai karena teknik ini lebih teliti dan untuk

    menghindari siswa tidak masuk agar tidak terjadi bias dalam sampel penelitian.

    Teknik random sampling diambil sampel pada populasi secara acak. Hal ini

    dilakukan karena kondisi populasi dalam penelitian terdiri dari kelas-kelas yang

    relatif sama. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

    mengambil 2 kelas dari 7 kelas anggota populasi, kemudian dilakukan pengundian

    lagi untuk mendapatkan kelas mana sebagai kelompok eksperimen, kelopok

    kontrol maupun sebagai uji coba instrumen. Berdasarkan hasil pengundian,

    ternyata diperoleh kelas 7-E sebagai kelompok eksperimen, kelas 7-A sebagai

    kelompok kontrol dan kelas 7-C sebagai kelas uji coba instrumen.

    3.3 Variabel Penelitian

    Dengan mengetahui variabel penelitian, maka peneliti akan mudah

    mengumpulkan data yang diperlukan dalam rangka untuk mencapai tujuan.

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel

    independen dan variabel dependen dimana Independen Variabel atau variabel

    bebas yang akan diukur pengaruhnya atau variabel yang mempengaruhi variabel

    lainnya. Dalam hal ini yang berfungsi sebagai variabel bebas adalah

    pembelajaran dengan menggunakan metode PQRST. Sedangakan Dependen

    Variabel atau variabel terikat yang keberadaannya tergantung pada variabel

    lainnya (variabel bebas). Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variabel

    terikat adalah prestasi belajar membaca pemahaman siswa.

  • li

    3.4 Desain Penelitian

    Desain Penelitian yang digunakan Dalam penelitian ini peneliti

    menggunakan true experimental desaign (eksperimen sebenarnya) dengan

    menggunakan jenis Two Groups Random Pre Pest and Post Test, modelnya

    sebagai berikut :

    E O1 X O2 R K O2 O2

    Keterangan :

    E : Kelompok eksperimen

    K : Kelompok kontrol

    O1 dan O3 : pre test

    O2 dan O4 : post test

    X : Eksperimen atau perlakuan

    R : Random assignment

    Dimana sebelum eksperimen ini dimulai untuk kelompok eksperimen

    maupun kelompok kontrol diberikan pre test. Kemudian untuk kelompok

    eksperimen diberikan perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok dan untuk

    kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan, selanjutnya diakhiri dengan post test.

    3.5 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

    3.5.1 Metode dokumentasi

  • lii

    Metode dokumentasi yang diproleh dari barang-barang tertulis seperti

    buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan lain-lain (Arikunto, 1998). Hal ini digunakan untuk mendapatkan informasi

    mengenai daftar nama siswa, jumlah siswa yang menjadi anggota populasi serta informasi lain yang mungkin diperlukan dalam penilitian.

    3.5.2 Metode Tes

    Tes diberikan sesudah perlakuan pada sampel. Pengambilan data melalui

    metode tes ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang diperoleh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tesnya adalah tes obyektif

    berbentuk essai.

    3.5.3 Metode Observasi

    Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data

    penelitian yang ada, dalam penelitian ini, hal-hal yang diobservasi adalah aktivitas

    dan keaktivan siswa saat pembelajaran berlangsung.

    3.6 Uji Coba Instrumen Sebelum dilakukan untuk alat pengumpul data, instrumen penelitian

    tersebut terlebih dahulu perlu diketahui keandalannya. Uji instrumen penelitian

    dalam penelitian ini tediri dari uji validitas, reliabititas, daya beda dan tingkat

    kesukaran.

    Validitas Dalam hal ini untuk mengetahui validitas pada soal essei rumus yang

    digunakan sama yaitu korelasi product moment. Rumus yang digunakan adalah :

    rxy=( )( )

    ( ){ } ( ){ }2222

    yyNxxN

    yxyxN

  • liii

    Keterangan :

    rxy = koefisien korelasi

    N = jumlah siswa

    x = jumlah skor item

    y = jumlah skor total

    yx = jumlah perkalian antara skor item dengan skor total 2

    x = jumlah kuadrat skor item 2y = jumlah kuadrat skor total

    (Suharsimi Arikunto,1999:78) Selanjutnya nilai rxy yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel product moment. Faktor atau aspek

    yang diamati dikatakan valid apabila mempunyai korelasi lebih besar atau sama dengan nilai r

    prosuct moment.

    Berdasarkan hasil ujicoba terhadap 5 instrumen yang digunakan dalam penlitian ini kepada 30 siswa

    seluruhnya valid karena memiliki harga rxy > rrabel = 0,361 untuk = 5% dengan N = 30. Perhitungan selengkapnya

    pada lampiran.

    Reliabilitas Suharsimi Arikunto (1997: 154) menyatakan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

    digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat reliabel

    akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel

    artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

    Selain itu untuk menghitung reliabilitas pada soal essei digunakan rumus alpha:

    11k

    kr 2

    2

    11

    =

    t

    b

    Keterangan:

    k : banyaknya item soal

    b2 : jumlah varians butir

    t2

    : varians total

  • liv

    Kemudian harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel product moment. Apabila rhitung > rtabel dengan

    taraf signifikan 5% maka instrumen dinyatakan reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1997:164)

    Berdasarkan hasil analisis ujicoba instrumen diperoleh r11 untuk isntrumen I sebesar 0,883, instrumen II sebesar 0,923,

    instrumen III sebesar 0,891, instrumen IV sebesar 0,921 dan instrumen V sebesar 0,893. Karena r11 dari kelima

    instrumen tersebut lebih besar dari rtabel = 0,361 maka instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk

    pengambilan data penelitian.

    3.6.1 Tingkat Kesukaran

    Dalam memberikan soal penelitian guna mengetahui tingkat kesukaran soal berkaitan dengan kemampuan soal tersebut

    menjaring banyaknya peserta tes dengan benar. Artinya jika siswa yang menjawab soal dengan benar adalah banyak,

    maka dikatakan soal itu mudah. Sebaliknya jika siswa yang menjawab soal dengan benar adalah sedikit, maka soal itu

    dikatakan sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal essai digunakan rumus sebagi berikut:

    siswajumlahgagalyangtesterbanyaknyaTK = X 100%

    Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran itemnya digunakan ketentuan sebagai berikut:

    1. Jika banyaknya testi yang gagal 0% < k < 27%, termasuk kategori soal mudah

    2. Jika banyaknya testi yang gagal 27% k 72%, termasuk kategori soal

    sedang

    3. Jika banyaknya testi yang gagal k > 72%, termasuk kategori soal sukar.

    (Zaenal Arifin,1991:135)

    Berdasarkan ujicoba soal pada 30 siswa diperoleh daya beda soal seperti

    pada lampiran dan dapat terangkum pada tabel 3.1 berikut.

  • lv

    Tabel 3.1. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal

    Instr.

    Kriteria

    Nomor soal Jumlah

    %

    Mudah 2, 8 2 20 Sedan

    g 1, 3, 5, 7 4 40

    I

    Sukar 4, 6, 9, 10 4 40 Mudah 3, 6, 8 3 30 Sedan

    g 2, 5, 7, 9 4 40

    II

    Sukar 1, 4, 10 3 30 Mudah 6, 10 2 20 Sedan

    g 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9 7 70

    III

    Sukar 1 4 10 Mudah 2, 3, 8 3 30 Sedan

    g 1, 5, 7, 9, 10 6 60

    IV

    Sukar 4 1 10 Mudah 2, 6, 8 3 30 Sedan

    g 1, 3, 5, 7, 10 5 50

    V

    Sukar 4, 9 2 20

    3.6.2 Daya Beda

    Untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya pembeda soal essai dengan cara menghitung perbedaan dua rata-rata kelompok atas dengan rata-rata kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan adalah:

    )1(

    )(22

    21

    +

    =

    ii nn

    XXMLMH

    t

    Keterangan:

    t : daya pembeda item tes

    MH : rata-rata dari kelompok atas

    ML : rata-rata dari kelompok bawah

    21X : jumlah kuadrat deviasi individu kelompok atas

  • lvi

    22X : jumlah kuadrat deviasi individu kelompok bawah

    ni : 27% x N

    (Zaenal Arifin, 1991: 141)

    berdasarkan hasil uji daya beda soal pada lampiran menunjukkan bahwa soal-soal

    yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya beda yang baik. Perhitungan

    selengkapnya pada lampiran.

    3.7 Metode Analisis Data

    3.7.1 Pengujian Tahap Awal

    Sebelum sampel diberi perlakukan maka perlu dianalisis keadaan awal

    kemampuan siswa dari kedua kelompok (data pre test) melalui uji normalitas, uji

    kesamaan dua varians dan uji kesamaan dua rata-rata.

    1. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berupa data yang berdistribusi normal

    atau tidak digunakan rumusn chi kuadrat, yaitu :

    2 = ( )i

    2i1

    1 EEO

    =

    k

    i

    Keterangan:

    Oi : frekuensi observasi

    Ei : frekuensi harapan

    k : banyaknya kelas interval

    Data berdistribusi normal jika besar chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi

    kuadrat tabel dengan taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan k-3 (Sudjana,

    1996: 294).

  • lvii

    2. Uji Kesamaan dua Varians

    Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki

    tingkat varians data yang sama atau tidak pada tahap awal ini.

    Untuk menguji kesamaan dua kelompok populasi digunakan Rumus :

    F =iliansterkecariansterbes

    var

    var

    Kriteria pengujian adalah jika Fhitung > F1/2 (v1,v2) maka dapat dikatakan

    kedua kelompok memiliki kesamaan varians. (Sudjana, 1996:250).

    3. Uji kesamaan dua rata-rata

    Uji kesamaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui apakah

    kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan metode PQRST dan kelompok

    yang diajar dengan Metode Konvensional mempunyai rata-rata kemampuan yang

    sama pada tahap awal ini. Jika rata-rata kedua kelompok tersebut sama, berarti

    kedua kelompok itu mempunyai kondisi yang sama. Uji yang digunakan adalah

    uji dua pihak, dengan hipotesis sebagai berikut :

    Ho : 1 = 2

    Ho : 1 = 2

    Maka digunakan rumus :

    t =

    21

    21

    11nn

    s

    xx

    +

    dengan:

    s2 = ( ) ( )

    211

    21

    222

    211

    +

    +

    nn

    snsn

  • lviii

    Terima Ho jika t1-1/2(n1+n2-2) < t

    Dengan

    w1 = 1

    21

    n

    s, w1 =

    2

    22

    n

    s

    t1 = t(1-)(n1-1) t2 = t(1-)(n2-1)

    Keterangan:

    1x : Nilai rata-rata kelompok 1

    2x : Nilai rata-rata kelompok 2

    s12 : varians data pada kelompok 1

    s22 : varians data pada kelompok 2.

  • lix

    n1 : banyaknya subyek pada kelompok 1.

    n2 : banyaknya subyek pada kelompok 2.

    3.7.2 Pengujian Tahap Akhir

    Analisis tahap akhir ini digunakan untuk menganalisis data post test,

    pretasi belajar siswa dari kedua kelompok setelah diberi perlakuan atau

    eksperiemen. Tahapan-tahapan yang dilakukan guna menganalisis data hasil

    penelitian tahap akhir ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh motode

    PQRST terhadap hasil belajar siswa dilakukan dengan langkah-langkah seperti

    pada pengujian tahap awal yang meliputi uji normalitas data, uji homogenitas data

    atau uji kesamaan dua varian data dan uji t sebagai uji untuk mengetahui

    perbedaan dari dua perlakuan tersebut.

  • lx

    BAB IV

    LAPORAN HASIL PENELITIAN

    4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

    SMP Negeri 1 Brangsong Kendal terletak di jalan Raya No. 65 Kecamatan

    Brangsong Kota Kendal yang dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Amien Ariyatna Yusuf.

    SMP Negeri 1 Brangsong Kendal ini mempunyai 20 kelas. Proses pembelajaran

    sehari-hari menggunakan sistem guru kelas dengan model pembelajaran

    konvensional, yaitu model pembelajaran dan pembelajarannya masih berpusat

    pada guru.

    Daftar formasi lengkap mengenai personalia di SMP Negeri 1 Brangsong

    Kendal ini pada tahun ajaran 2004/2005 di sajikan pada lampiran. Jumlah

    keseluruhan siswa SMP Negeri 1 Brangsong Kendal ini adalah 907. Sedangkan

    jumlah siswa kelas VIIA dan kelas VII-E yang dipilih menjadi sampel penelitian

    masing-masing berjumlah 46 untuk kelas VII-A dan 44 untuk kelas VII-E. Daftar

    nama siswa-siswi kelas VII-A dan VII-E SMP Negeri 1 Brangsong Kendal yang

    dipilih sebagai sampel terdapat pada lampiran. Serta daftar siswa yang terpilih

    menjadi sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat juga pada

    lampiran. Kelas VII-E ini digunakan sebagai kelas eksperimen yang model

    pembelajarannya menggunakan metode PQRST. Sedangkan kelas VII-A

    dijadikan sebagai kelas kontrol, proses pembelajaran yang biasa dilakukan yaitu

    model konvensional.

  • lxi

    4.2. Penyajian Data

    Data yang diperoleh sebagai hasil pengukuran variabel dalam penelitian

    ini berupa daftar hasil observasi dan skor observasi yang terdapat pada lampiran

    36. Untuk deskripsi pelaksanaan pembelajaran, data hasil belajar yaitu

    perbandingan antara nilai pre-test dan nilai post-test untuk kelompok eksperimen

    dan kelompok kontrol.

    4.3. Analisis Data

    4.3.1. Deskripsi Data Hasil Pre Tes dan Post Test

    Pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok dibuat berbeda. Pada

    kelompok eksperimen dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode

    PQRST, sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan pembelajaan dengan

    konvensional. Sebelum pembelajaran berlangsung kedua kelompok diberikan pre

    test. Hasil pre-test digunakan untuk memilih siswa yang akan digunakan dalam

    melaksanakan penelitian. Adapun daftar subjek terpilih sebagai sampel penelitian

    kelas eksperimen terdapat pada lampiran 28 dan daftar subjek terpilih sebagai

    sampel penelitian kelas kontrol terdapat pada lampiran 29. Selain itu analisis data

    pre test juga digunakan untuk mengetahui keadaan awal dari kedua kelompok.

    Setelah selesai pembelajaran dilakukan post test untuk mengetahui keberhasilan

    perlakuan atau eksprimen. Hasil pre tets dan post tets dari kedua kelompok dapat

    disajikan pada tabel berikut:

  • lxii

    Tabel 4.1 Deskripsi

    Data Hasil Penelitian

    Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Sumber Variasi

    Pre Test Post Test Pre Test Post Test

    Rata-rata 4.9 7.1 5.0 6.1

    Nilai tertinggi 6.0 8.0 6.0 7.0

    Nilai terendah 3.5 6.0 3.5 5.0

    Varians 0.4552 0.2647 0.3876 0.2001

    Standart deviasi 0.675 0.515 0.623 0.447

    Sumber: Hasil penelitian diolah

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Barngsong tahun ajaran 2004/2005 pada kelompok eksperimen sebelum perlakukan adalah 4.9 dengan nilai tertinggi 6.0, nilai

    terendah 3.5, varians 0.4552 dan standar deviasi 0.675 dan setelah perlakukan

    berupa pembelajaran dengan metode PQRST diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 7,1 dengan nilai tertinggi 8.0, nilai terendah 6.0, varians 0.2647 dan

    standar deviasi 0.515. Rata-rata hasil belajar membaca pemahaman teks bacaan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Brangsong pada kelompok kontrol sebelum pembelajaran adalah 5.0 dengan nilai tertinggi 6.0 dan nilai terendah 3.5, varians 0.3876 dan standar deviasi 0.623. Setelah

    mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 6,1 dengan nilai tertinggi 7.0, nilai terendah 5,0, varians 0.2001 dan standar deviasi .447.

    Lebih jelasnya data hasil belajar pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan histogram berikut ini :

  • lxiii

    Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar tes awal Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

    Kelas Interval Eksperimen Kontrol

    3.5 - 3.9 2 1

    4.0 - 4.4 3 3

    4.5 - 4.9 6 5

    5.0 - 5.4 10 11

    5.5 - 5.9 6 7

    6.0 - 6.4 3 3

    Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Te