kedungwungu dan sekitarnya.pdf

65
i LAPORAN PEMETAAN GEOLOGI MANDIRI 2013 GEOLOGI DAERAH KEDUNGWUNGU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN JATINEGATA, KABUPATEN TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH Bagian dari Lembar Peta 44/XL-h Disusun Oleh EDWIN PRANATA 21100110141044 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI SEMARANG SEPTEMBER 2013

Upload: fatin-aminah-iyasa

Post on 26-Oct-2015

197 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pemetaan

TRANSCRIPT

Page 1: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

i

LAPORAN

PEMETAAN GEOLOGI MANDIRI 2013

GEOLOGI DAERAH KEDUNGWUNGU DAN SEKITARNYA,

KECAMATAN JATINEGATA, KABUPATEN TEGAL

PROVINSI JAWA TENGAHBagian dari Lembar Peta 44/XL-h

Disusun Oleh

EDWIN PRANATA

21100110141044

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

SEMARANG

SEPTEMBER 2013

Page 2: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pemetaan Geologi Mandiri 2013 ini telah disahkan pada

Hari :

tanggal :

pukul :

Sebagai salah satu bagian dalam menyelesaikan mata kuliah Pemetaan Geologi

2013

Semarang, 9 September 2013

Dosen Pembimbing Penulis,

Rinal Khaidar Ali, ST Edwin Pranata

21100110141044

Page 3: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Bapa,Tuhan dan Rajaku Yesus Kristus yang telah memberikan

nafas kehidupan serta kesempatan dan berkat yang melimpah dalam

melaksanakan Pemetaan Geologi Mandiri 2013 hingga sampai pada penyusunan

laporanan yang berjudul “Pemetaan Geologi Daerah Kedungwungu dan

Sekitarnya, Kecamatan Jatinegera, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah” ini

dapat disusun baik dan selesai tepat waktu. Dalam penyusunan laporan Pemetaan

Geologi Mandiri ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rinal Khaidar Ali, S.T selaku Dosen Pembimbing atas petunjuk dan

bimbingannya selama proses penyusunan laporan ini dari awal hingga

akhir.

2. Kedua orang tua saya Leonard Siahaan dan Dra. Sumira Hutasoit, serta

kakak saya Tiurma Sumondang Rindiantika Siahaan, STP, adik Saya Ira

Paramita Siahaan, SP dan Valentina Siahaan dan perempuan yang aku

kasihi Merryl Esther Juliana Wantah yang telah memberikan doa dan

motivasi yang luar biasa.

3. Luh Nindytiawati,Tupon Setiawan,Hendriyadi selaku pengelola Beasiswa

Unggulan CIMB Niaga yang memberikan bantuan pendanaan selama

kegiatan Pemetaan.

4. Bapak Syukur sebagai Kepala Desa Kedungwung beseta dengan keluarga

yang telah memberikan saya izin serta menyediakan penginapan dan

makanan selama pelaksanaan pemetaan mandiri.

5. Fahmi Abdillah,Sendiant

Darmawan,Rubuset,Wirga,Ari,Kiki,Vajri,Fatin,Akmal dan Ryan

Tranggono sebagai teman kelompok dan basecamp.

6. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2010 yang selalu memberi

motivasi dan dukungannya hingga terselesaikannya laporan ini.

7. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 4: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

iv

Oleh karena keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam Laporan

Pemetaan Geologi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Laporan ini. Penulis juga berharap Laporan

Pemetaan Geologi Mandiri ini bisa bermanfaat bagi semua pihak tidak hanya di

lingkungan kampus, tetapi juga untuk kepentingan umum.

Semarang, 9 September 2013

Penulis

Page 5: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

v

SARI

Pranata, Edwin. 2013. Geologi Daerah Kedungwungu dan Sekitarnya KecamatanJatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Laporan Pemetaan GeologiMandiri 2013, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UniversitasDiponegoro.

Pemetaan dilakukan di daerah Kedungwun dan Sekitarnya Kecamatan Jatinegara,Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan. Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan ini antara lain pengamatanterhadap satuan geomorfologi, pengamatan litologi, dan pengamatan struktur geologiuntuk kemudian dianalisis dan diperoleh hasilnya. Satuan geomorfologi daerahpenelitian meliputi Satuan Pegunungan Terjal, Satuan Perbukitan BergelombangTerdenudasi, Satuan Dataran Landai, Satuan Dataran Landai Fluvial,. Satuan litologidaerah penelitian meliputi Satuan Perselingan Batupasir Karbonat dan Napal,SatuanTuff dan satuan Breksi Vulkanik.Struktur geologi yang terdapat pada daerahpenelitian antara lain sesar mendatar mengiri (sinistral strike slip fault) dan sinklin.Satuan-satuan batuan tersebut mulai terbentuk pada Kala Miosen Tengah yangdiawali dengan pengendapan satuan perselingan batupasir karbonat dan napal,diikuti pengendapan satuan tuff pada Kala Miosen Tengah dan Pliosen, kemudianbreksi vulkanik pada Zaman Kuarter hasil letusan Gunung Slamet.Pembentukansatuan-satuan tersebut dipengaruhi oleh adanya periode tektonik pada Periode intraMiosen atau Miosen Pliosen dan Periode Pliosen – Plistosen, disertai prosespengangkatan dan pembentukan struktur sesar dan lipatan, yang menyebabkantersingkapnya satuan-satuan batuan tersebut di permukaan.Potensi sesumber yangterdapat pada daerah penelitian antara lain lain potensi bahan tambang pasir dan batu,hutan lindung,persawahan, pemanfaatan mata air, dan pemukiman. Sedangkanbencana geologi yang terjadi di daerah penelitian adalah tanah longsor.

Kata kunci: Perselingan Batupasir Karbonat-Napal,Sinistral Strike Slip Fault,KalaMiosen

Page 6: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

SARI..................................................................................................................v

DAFTAR ISI................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................1

1.2 Maksud danTujuan............................................................................1

1.2.1. Maksud. ...........................................................................1

1.2.2. Tujuan..............................................................................1

1.3. Letak dan Kesampain Daerah Pemetaan..........................................2

1.3.1. Wilayah............................................................................2

1.3.2. Kesampaian daerah..........................................................2

1.4. Geografi,Demografi,Sosial dan Lingkungan ...................................3

1.5. Metode dan Peralatan Yang Digunakan...........................................6

1.5.1. Alat dan Bahan ................................................................6

1.5.2. Peralatan Yang Digunakan ..............................................8

1.6. Waktu Pelaksanaan ..........................................................................9

1.7. Peneliti Terdahulu ............................................................................9

BAB II GEOMORFOLOGI...........................................................................10

2.1 Geomorfologi Regional...................................................................10

2.2. Geomorfologi Daerah Pemetaan ....................................................11

2.3 Satuan Geomorfologi Dataran Landai Fluvial ............................. 12

2.4. Satuan Geomorfologi Dataran Landai ....................................... 13

2.5 Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Terdenudasi......14

2.6 Satuan Geomorfologi Pegunungan Terjal ......................................15

Page 7: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

vii

BAB III STRATIGRAFI................................................................................16

3.1 Stratigrafi Regional .........................................................................16

3.2. Stratigrafi Daerah Pemetaan ..........................................................18

3.2.1. Satuan Batuan Perselingan Batupasir Karbonat - Napal.........20

3.2.1.1. Ciri Litologi .......................................................................20

3.2.1.2. Penyebaran dan Lingkungan .............................................22

3.2.1.3. Umur dan Lingkungan Pengendapan ................................22

3.2.1.4. Hubungan Stratigrafi dan Kontak .....................................23

3.2.2. Satuan Batuan Tuff .................................................................23

3.2.2.1. Ciri Litologi .......................................................................23

3.2.2.2. Penyebaran dan Lingkungan .............................................25

3.2.2.3. Umur dan Lingkungan Pengendapan ................................26

3.2.2.4. Hubungan Stratigrafi dan Kontak .....................................26

3.2.3. Satuan Batuan Breksi Vulkanik ..............................................26

3.2.1.1. Ciri Litologi .......................................................................26

3.2.1.2. Penyebaran dan Lingkungan .............................................27

3.2.1.3. Umur dan Lingkungan Pengendapan ................................28

3.2.1.4. Hubungan Stratigrafi dan Kontak .....................................28

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI. ................................................................29

4.1 Struktur Geologi Regional ..............................................................29

4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian ................................................31

4.2.1. Sesar Geser Mengiri ....................................................................32

4.2.2. Lipatan Sinklin Kedungwungu ...................................................32

4.2.3. Lipatan Antiklin ..........................................................................33

4.3 Analisi Pembentukan Struktur dan Keterkaitan dengan Geologi

Regional ..........................................................................................33

BAB V SEJARAH GEOLOGI DAERAH PENELITIAN .............................35

BAB VI POTENSI GEOLOGI . .....................................................................37

6.1 Sumber Daya Geologi .....................................................................37

6.2 Sumber Bencana Geologi................................................................38

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................40

Page 8: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

viii

7.1 Kesimpulan...............................................................................40

7.2 Saran .........................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................41

LAMPIRAN

Page 9: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Lokasi daerah pemetaan,. .............................................................. ....2

Gambar 2.1. Fisiografi Jawa Tengah ........................................................... ......10

Gambar 2.2. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian ..................................... ......12

Gambar 2.3. Satuan Dataran Landai Fluvial ................................................ ......13

Gambar 2.3. Satuan Dataran Landai ............................................................ ......13

Gambar 2.3. Satuan Perbukitan Bergelombang Terdenudasi ...................... ......14

Gambar 2.3. Satuan Perbukitan Terjal ......................................................... ......15

Gambar 3.1. Peta Geologi Daerah Penelitian ............................................... ......19

Gambar 3.2. Kolom Kesebandingan dan Stratigrafi Penelitian ................... ......20

Gambar 3.2.1.1. Satuan Napal dan Batupasir Karbonat ............................... ......21

Gambar 3.2.1.2. Sayatan Tipis Napal ........................................................... ...... 21

Gambar 3.2.1.3. Kontak Satuan Napal-Batupasir Karbonat dengan Breksi

Vulkanik ........................................................................................................ ......19

Gambar 3.2.2.1a. Satuan Tuff ...................................................................... ......24

Gambar 3.2.2.1b. Sayatan Tipis Satuan Tuff ................................................ ...... 24

Gambar 3.2.2.2. Persebaran Satuan Tuff ...................................................... ...... 24

Gambar 3.2.3.1a. Satuan Breksi Vulkanik ................................................... ......26

Gambar 3.2.3.1b. Sayatan Tipis Satuan Breksi Vulkanik ........................... ...... 27

Gambar 3.2.3.2. Persebaran Satuan Breksi Vulkanik ................................. ...... 28

Gambar 4.2 Kenampakan 3 Dimensi Daerah Penelitian ............................ ......31

Gambar 4.2.1. Sesar Geser Mengiri ............................................................ ......32

Gambar 4.2.2. Kenampakan Sinklin Berdasarkan DEM ............................ ......33

Gambar 6.1.1. Aliran Mata Air ................................................................... ......37

Gambar 6.1.2. Dataran Landai Untuk Wilayah Pertanian .......................... ......38

Gambar 6.2. Gerakan Tanah Tipe Translasi ............................................... ......39

Page 10: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Klasifikasi satuan geomorfologi Van Zuidam, 1985 ....................11

Tabel 3.2. Biozonasi Blow (1969) Fosil Foraminifera Planktonik Satuan Napal –

Batupasir ........................................................................................22

Page 11: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Studi Fakultas Teknik Geologi merupakan program studi

yang berkaitan erat dengan rekayasa kebumian yang bertujuan untuk

menghasilkan mahasiswa dan mahasiswi yang dapat memahami bumi sebagai

suatu sistem alam,sebagai suatu materi dan mengenali hukum alam secara

makro dan mikro serta memiliki pengetahuan dan pola pikir yang logis dalam

melakukan eksplorasi dan eksploitasi dengan mempertimbangkan lingkungan

alam sekitar.

Pemetaan Geologi daerah Kedungwungu dan sekitarnya,Kecamatan

Jatinegara, Kabupaten Tegal ,Provinsi Jawa Tengah dilakukan untuk

mengetahui gejala-gejala geologi sehingga dapat memberikan kontribusi yang

positif terhadap para ahli kebumian ataupun masyarakat sekitar dalam

memahami dan mengetahui kondisi geologi yang ada di daerah tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro

menyelenggarakan pemetaan geologi dengan maksud untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa di dalam melakukan pemetaan

geologi lapangan untuk memenuhi syarat kurikulum pada Program

Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari pemetaan geologi mandiri ini adalah untuk

memberikan gambaran kondisi geologi di suatu daerah penelitian yang

meliputi geomorfologi, litologi, stratigrafi, struktur geologi, dan

sejarah geologi pembentukan daerah tersebut serta potensi geologi

berdasarkan pengamatan lapangan.

Page 12: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

2

1.3. Letak dan Kesampaian Daerah Pemetaan

1.3.1. Wilayah

Wilayah penelitian secara administratif berada pada

Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah

yang secara geografis berada pada 295000 – 300000 mT dan

9215000 – 9220000 mU.

Pada pembagian quadrangle peta topografi Indonesia,

daerah penelitian terletak pada Lembar 44/XL-h yang termasuk

lembar peta Jawa Tengah.

Gambar 1.1. Lokasi Daerah Pemetaan

1.3.2. Kesampaian Daerah

Daerah penelitian memilik luas 25 km2 yang berada pada

Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah.

Basecamp I terletak di Desa Cerih sedangkan Basecamp II berada

pada Desa Kedungwungu, Kecamatan Jatinegara yang dapat dituju

dari kota Pemalang ke arah barat daya sejauh 70 km dengan waktu

tempuh 60 menit. Sedangkan lokasi penelitian terletak di area

sekitar basecamp II, dengan menggunakan akses jalan Cerih –

Watukumpul yang berarah baratdaya – barat, dengan waktu

tempuh sekitar 20 menit dari basecamp I.

PETA LOKASI DAERAH PENELITIAN

U

Page 13: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

3

1.4. Geografi, Demografi, Sosial dan Lingkungan

1.4.1. Geografi

Secara Geografis, lokasi pemetaan terletak pada koordinat

(UTM) 9215000 s.d. 9220000 dan 295000 s.d. 30000 dengan luas

wilayah pemetaan sebesar 25 Km2 .Kabupaten Pemalang memiliki luas

wilayah 111.530 ha dimana meliputi tanah sawah seluas 38.694 ha dan

tanah kering seluas 72.836 ha. Luas wilayah Kabupaten Pemalang

ditandai dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Laut Jawa

2. Sebelah Timur : Kabupaten Tegal

3. Sebelah Selatan : Kabupaten Purbalingga

4. Sebelah Barat : Kabupaten Brebes

Secara administrasi, Kabupaten Tegal terbagi atas 15 kecamatan

meliputi 242 desa/ kelurahan. Secara topografi, Kabupaten Tegal terdiri

dari :

1. Daerah dataran pantai

Yaitu daerah dengan ketinggian antara 1-5 meter diatas permukaan

air laut. Daerah ini meliputi 22 desa dan 1 kelurahan terletak

dibagian utara wilayah Kabupaten Tegal.

2. Daerah dataran rendah

Yaitu daerah dengan ketinggian antara 6 -15 meter diatas permukaan

laut. Daerah ini meliputi 100 desa dan 5 kelurahan terletak dibagian

selatan wilayah Kabupaten Tegal.

3. Daerah dataran tinggi

Yaitu daerah dengan ketinggian antara 16 – 212 meter diatas

permukaan laut. Daerah ini meliputi 40 desa, terletak di bagian

tengah dan selatan wilayah Kabupaten Tegal.

4. Daerah pegunungan

Terbagi menjadi dua, yaitu :

Page 14: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

4

Daerah dengan ketinggian antara 213 – 924 meter diatas

permukaan laut. Daerah ini meliputi 58 desa, terletak dibagian

selatan wilayah Kabupaten Tegal.

Daerah dengan ketinggian 925 meter diatas permukaan laut,

terletak di bagian selatan wilayah Kabupaten Tegal. Daerah ini

meliputi 10 desa dan berbatasan dengan Kabupaten Pemalang

1.4.2 Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2009 adalah

1.382.796 jiwa dengan jumlah laki-laki 669.699 jiwa, dan perempuan

sejumlah 680,805 jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk

tertinggi adalah Kecamatan Tegal dengan jumlah penduduk 196,539

jiwa.

1.4.3 Sosial

Masyarakat Tegal adalah pendukung kebudayaan Jawa.

Sebagaimana masyarakat pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka

dalam berkomunikasi juga menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi,

dengan dialek “Jawa-Pemalangan” yang termasuk dalam kategori

dialek “Banyumasan”. Dialeknya yang khas inilah (berbeda dengan

orang Yogya dan Solo) yang kemudian membuat orang Pemalang

sering disebut sebagai “wong ngapak”, karena jika mengucapkan kata-

kata tertentu, “bapak” misalnya, maka pengucapan huruf “k”-nya sangat

kental (kentara). Hal ini berbeda dengan orang Jawa-Yogya dan Jawa-

Solo yang pengucapan huruf “k”-nya “nyaris tak terdengar” (pinjam

istilah iklan isuzu panther). Selain itu, ada juga yang menyebutnya

sebagai “Jawa kowek” dan “Jawa reang”. Bisa jadi, sebutan yang

terakhir sangat erat kaitannya dengan suara yang relatif keras dan irama

yang relatif cepat, sehingga memberi kesan berisik (reang). Hal ini

berbeda dengan suara dan irama orang Jawa-Yogya dan Jawa-Solo

yang relatif lembut dan lambat dalam bertutur dan atau bertegur sapa,

sehingga terkesan teduh dan tidak berisik (halus). Oleh karena itu,

masyarakat Pemalang menyebut bahasa Jawa yang diucapkan oleh

Page 15: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

5

orang Yogya dan Solo adalah bandek, yaitu suatu istilah untuk bahasa

Jawa yang halus.

Prinsip keturunan yang dianut oleh masyarakat Tegal adalah

bilateral, yaitu suatu sistem penarikan garis keturunan melalui nenek-

moyang laki-laki dan wanita secara serentak (soekamto, 1983:56).

Artinya, yang dianggap sebagai kerabatnya adalah kerabat dari pihak

laki-laki dan pihak perempuan. Sedangkan, istilah yang digunakan

untuk menyebut dan atau menyapa kerabatnya antara lain: bapak

(istilah untuk menyebut orang tua laki-laki), sima (istilah untuk

menyebut orang tua perempuan), side lanang (istilah yang digunakan

untuk menyebut orang tua laki-laki ayah dan ibu), side wadon (istilah

yang digunakan untuk menyebut orang tua perempuan ayah dan ibu),

lek atau paman (istilah yang digunakan untuk menyebut adik laki-laki

ayah dan ibu), bibi (istilah yang digunakan untuk menyebut adik

perempuan ayah dan ibu), kakang (istilah yang digunakan untuk

menyebut saudara tua laki-laki), mbakyu (istilah yang digunakan untuk

menyebut saudara tua perempuan), dan edi (istilah yang digunakan

untuk menyebut saudara muda baik laki-laki maupun perempuan).

Sistem perkawinan yang mereka anut adalah “bebas”.

Artinya, tidak hanya membatasi pada daerah sendiri (indogami-daerah),

tetapi juga membolehkan orang kawin dengan gadis atau jejaka dari

daerah lain. Sedangkan, tempat tinggal yang dianut setelah perkawinan

adalah matrilokal (pengantin baru tinggal di rumah orang tua atau dekat

dengan kerabat pihak perempuan). Di masa lalu seorang pengantin

lelaki baru bekerja seperti sediakala ketika hari perkawinan sudah

mencapai hari ketujuh. Selama itu sang pengantin hanya bersih-bersih

halaman rumah (pagi dan sore hari). Namun, dewasa ini hal itu dapat

dikatakan tidak dilakukan lagi karena pada umumnya setiap keluarga

tidak mempunyai halaman yang cukup luas. Disamping itu, pepohonan-

pepohonan besar dan rumpun-rumpun bambu telah banyak yang

Page 16: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

6

ditebangi dan berganti menjadi perumahan. Padahal, di tahun 60-an

banyak rumah yang halamannya cukup luas.

Pada masa lalu orang-orang yang status sosialnya tinggi

adalah yang memiliki harta benda yang berlimpah dan orang-orang

yang pengetahuan agamanya (Islam) dalam/luas. Oleh karena itu, tidak

mengherankan jika di masa lalu banyak orang tua yang mengirim

anaknya ke pesantren, seperti: Kaliwungu (Semarang), Kraprak

(Yogyakarta), dan Lasem (Jawa Timur). Namun, dewasa ini yang

termasuk dalam status sosial tinggi adalah tidak hanya orang-orang

yang memiliki kekayaan dan pengetahuan agama saja, tetapi juga

pendidikan formal yang tinggi. Ini artinya, orang-orang yang hanya

memiliki kekayaan, pengetahuan agama, dan pendidikan formal yang

sedang-sedang saja temasuk dalam status sosial sedang (menengah).

Sedangkan, mereka yang tidak atau kurang mampu, baik dalam

kekayaan, pengetahuan agama, dan pendidikan formal termasuk dalam

status sosial yang rendah, seperti: tukang becak, songgol, dan buruh

tani.

1.5. Metode dan Peralatan Yang Digunakan

1.5.1. Metode

Metodologi yang dilakukan adalah penggabungan antara

penelitian lapangan dan penelitian laboratorium.Adapun tahapan

penelitian yang dilakukan meliputi : studi literatur, perencanaan

lintasan pengamatan, analisa peta topografi, penelitian lapangan,

penelitian laboratorium, konsultasi dengan dosen pembimbing dan

penulisan laporan.

Adapun Tahapan Penelitian secara rinci yakni :

a. Studi Pustaka

Mempelajari kondisi geologi regional daerah penelitian

meliputi geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi dari data

sekunder. Melakukan pembuatan pola pengaliran untuk

Page 17: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

7

mengetahui jenis batuan deliniasi awal meliputi geomorfologi,

struktur geologi dan litologi dilihat dari karakteristik kontur dari

peta topografi.

b. Survey Tinjau / Reconnaissance

Peninjauan awal daerah penelitian secara umum untuk

mengenal daerah pemetaan, sehingga didapatkan gambaran

tentang kondisi medan kerja, kesampaian daerah, dan kondisi

geologi secara umum, dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2013.

c. Pemetaan Lapangan

Melakukan pengambilan data primer dengan terjun

langsung ke lapangan. Pengambilan data primer tersebut

dilakukan dengan cara pengukuran, pemotretan, pengamatan,

pencatatan, serta pengambilan contoh batuan yang terdapat di

daerah penelitian. Data yang diperoleh berupa kondisi

geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi daerah penelitian.

Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 22-26 Juli 2013.

d. Analisis Laboratorium

Melakukan analisis dari data dan contoh batuan yang

diperoleh di lapangan yang terdiri dari analisis petrologi, analisis

paleontologi (fosil), dan analisis struktur geologi yang

dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus – 8 September 2013.

e. Tahapan Pembuatan Laporan.

Tahapan ini adalah tahapan terakhir pada pemetaan geologi.

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan berupa pengolahan

data, penyusunan poster dan laporan daerah pemetaan.

Kegiatan pengolahan data adalah kegiatan pengolahan data-

data yang telah diambil di lapangan. Pada kegiatan ini dilakukan

digitasi peta topografi, analisa laboratorium yang berupa

pengamatan sayatan tipis sampel batuan, dan penarikan batas

Page 18: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

8

litologi yang terdapat pada daerah pemetaan serta pengeplotan

lokasi struktur geologi yang terdapat pada daerah pemetaan.

Kegiatan penyusunan poster dan laporan kegiatan pemetaan

adalah kegiatan pembuatan media penyampaian informasi

kondisi geologi daerah pemetaan yang ditampilkan dalam

bentuk poster pemetaan geologi dan laporan pemetaan geologi.

Poster geologi terdiri dati peta lintasan, peta geomorfologi dan

sayatan geomorfologi, peta geologi dan profil geologi, peta tata

guna lahan, kolom stratigrafi serta kolom kesebandingan, dan

sejarah geologi daerah pemetaan. Sedangkan laporan pemetaan

geologi terdiri dari analisis-analisis data geologi yang

menunjukkan kondisi geologi daerah pemetaan yang

dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus – 8 September 2013.

1.5.2. Peralatan Yang Digunakan

1.5.2.1. Alat dan Bahan

a. Alat

- Kompas Geologi

- Palu Geologi

- Lup

- Kamera

- Alat Tulis

- Pensil Warna

- HCl 0,1 N

- Clipboard

- Busur Derajat

b. Bahan

- Peta Topografi

- Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Tegal

- Peta Geologi Regional Purwokerto – Tegal

Page 19: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

9

1.6. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan Pemetaan Geologi Mandiri dimulai dengan

melaksanakan studi literatur pada tanggal 1 – 15 Juli dan kegiatan

penelitian lapangan pada tanggal 22 – 26 Juli 2013 serta penelitian

laboratorium,penyusunan poster pemetaan dan penulisan laporan pada

tanggal 15 Agustus – 8 September 2013.

1.7. Peneliti Terdahulu

Daerah penelitian dan sekitarnya telah banyak diteliti oleh para ahli

geologi,antara lain :

1. Ter Haar (1934) menyusun Stratigrafi Cekungan Jawa Tengah Utara

2. M. Djuri (1975) membuat Peta Geologi lembar Peta Purwokerto –

Tegal skala 1 : 100.000

Page 20: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

10

BAB II

GEOMORFOLOGI REGIONAL

2.1. Geomorfologi Regional

Van Bemmelen (1949) telah membagi daerah Jawa Tengah menjadi 7

jalur fisiografis dari Utara – Selatan (gambar 2.1) sebagai berikut :

1. Gunung Api Kuarter (Quaternary volcanoes)

2. Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa (Alluvial plains of Northern

Java)

3. Antiklinorium Rembang – Madura (Rembang – Madura

anticlinorium)

4. Antiklinorium Bogor – Serayu Utara – Kendeng (Bogor, North

Serayu and Kendeng anticlinorium)

5. Pematang dan Dome pada Pusat Depresi (Domes and ridges in the

Central depression zone)

6. Depresi Jawa dan Zona Randublatung (Central depression zone of

Java and Randublatung zone)

7. Pegunungan Serayu Selatan (Southerns mountains)

Gambar 2.1 Fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949)

Desa Kedungwungn dan sekitarnya tempat pemetaan mandiri ini

dilaksanakan termasuk dalam zona pegunungan Serayu Utara. Pegunungan

Serayu Utara dikelilingi oleh zona gunungapi kuarter (Quaternary

Page 21: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

11

volcanoes) terutama pada sebelah barat dimana terdapat Gunung Slamet dan

sebelah timur Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Pada sebelah utara

berbatasan dengan Dataran aluvial pantai utara Jawa dan sebelah selatan

berbatasan dengan Pegunungan Serayu Selatan.

2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian

Geomorfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh faktor endogen dan

eksogen yang dibedakan secara deskriptif dan genetik.Pendekatan deskriptif

yang dilakukan berdasarkan kemiringan lereng dan beda tinggi yang

mengacu kepada klasifikasi Van Zuidam (1983) yaitu :

Satuan Relief Sudut Lereng Beda Tinggi

Datar/hampir datar 0 – 2 % <5 m

Bergelombang landai 3 – 7 % 5 – 10 m

Bergelombang miring 8 – 13 % 5 – 25 m

Berbukit bergelombang 14 – 20 % 25 – 200 m

Berbukit terjal 21 – 55 % 200 – 500 m

Pegunungan sangat terjal 56 – 140 % 500 – 1000 m

Pegunungan sangat curam >140 % >1000 m

Tabel 2.1. Klasifikasi satuan geomorfologi Van Zuidam, 1985(modifikasi Nugroho, 2000)

Berdasarkan pendekatan deskriptif maka daerah penelitian yang

dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Satuan Dataran Landai Fluvial

2. Satuan Dataran Landai

3. Satuan Perbukitan Bergelombang

4. Satuan Perbukitan Terjal

Page 22: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

12

Gambar 2.2. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian

2.3. Satuan Dataran Landai Fluvial

Satuan Dataran Fluvial adalah satuan geomorfologi yang memiliki

hubungan yang erat dengan proses fluviatil yang terletak relatif barat laut

peta dan memanjang dengan arah baratdaya – timurlaut yang menempati 5

%.Secara deskriptif dicirikan dengan kontur yang sangat renggang dengan

beda tinggi 0 – 15 m.Proses geologi yang bekerja umumnya pelapukan,erosi

dan pengendapan material batuan yang telah ada sebelumnya sehingga cukup

memberikan volume endapan aluvium yang cukup besar pada bagian tepi

aliran.Erosi yang berkembang pada satuan ini ialah erosi lateral yang

cenderung mengkikis bagian tepi sungai sehingga dapat semakin melebarkan

dan memperpanjang alur air yang melalui tubuh sungai ini.

Litologi penyusun pada satuan ini ialah perselingan batupasir dan

napal yang cukup jelas tersingkap pada beberapa titik namun umumnya

sudah tertutup dengan endapan material batuan yang telah ada seperti

bongkah andesit,bongkah perselingan batupasir dan napal serta endapan

UNIVERSITAS DIPONEGOROFAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGISEMARANG

2013

PEMETAAN GEOLOGI MANDIRI2013

PETA GEOMORFOLOGIDESA KEDUNGWUNGU DAN

SEKITARNYAKECAMATAN JATINEGARA

KABUPATEN TEGALJAWA TENGAH

LEGENDA

2970

00m

E29

7000

mE

2990

00m

E29

9000

mE

295000 mE 299000 mE

A

B

9217000 mN

9218000 mN

9219000 mN

9216000 mN

9220000 mN

9215000 mN

297000 mE296000 mE 298000 mE 300000 mE

162.5 m55

0m

200

m

9

50

46

49

34

13

12

25

14

41

15

32

31

76

4

92

1

537.5

m

562.

5m

350

m

362.5m

225 m

287.

5m

150m

412.5 m462.5

m

475 m512.5

m

525 m

187.5m

175

m

500

m

487.5 m

575 m

450 m

375 m 587.5m

600 m

437.5 m

312.5 m

337.

5m

275 m

212.5m

45

47

48

51

37

11

16

17

18

19

20 2123

24

26

36

3940

42

3

8

27

2930

33

28

Page 23: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

13

berukuran pasir hingga lempung pada bagian tepi dan mengisi celah – celah

blok batuan yang telah terendapkan sebelumnya.

Gambar 2.3 Satuan Dataran Landai Fluvial

( Kamere N 1650 E)

2.4. Satuan Dataran Landai

Satuan dataran landai berada pada baratlaut dan bagian tengah peta

yang memanjang baratdaya – timurlaut daerah penelitian dan menempati 20

% wilayah.Secara deskriptif berada pada kontur yang relatif renggang

dengan beda tinggi 15 m dengan slope 2 – 6 %.

Gambar 2.4 Satuan Dataran Landai ( Kamere N 2650 E)

Page 24: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

14

Litologi satuan dataran landai ini disusun oleh Tuff,perselingan

batupasir dan napal serta lapukan tuff berukur lempung – pasir halus yang

cukup tebal sehingga memiliki kecenderungan untuk longsor ke arah bawah

lereng rata – rata berarah N 2500 E.

2.5. Satuan Perbukitan Bergelombang Terdenudasi

Satuan perbukitan bergelombang terdenudasi ini berada pada bagian

tepi dan tengah daerah penelitian yang memanjang baratdaya – timurlaut

daerah penelitian dan menempati 60 % wilayah penilitan.Secara deskriptif

berada pada kontur yang relatif sedang hingga rapat dengan beda tinggi 150

m dengan slope sebesar 30 %.

Gambar 2.5 Satuan Perbukitan Bergelombang Terdenudasi( Kamera N 1400 E)

Litologi satuan perbuktian bergelombang terdenudasi ini disusun oleh

Tuff pada elevasi puncak dan perselingan batupasir dan napal pada bagian

lereng serta breksi vulkanik.Satuan ini sudah mengalami proses pelapukan

dengan tingkatan rendah - sedang yang dibuktikan dengan tumpukan

material lepasan tuff dan perselingan batupasir dan napal pada desa mokaha

dan gunung tanjung.

Page 25: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

15

2.6. Satuan Perbukitan Terjal

Satuan perbukitan terjal ini berada pada bagian tengah yang

memanjang baratdaya – timurlaut daerah penelitian dan menempati 15 %

wilayah penelitian.Secara deskriptif berada pada kontur yang rapat dengan

beda tinggi 262,5 m dengan slope sebesar 45 %.

Gambar 2.6 Satuan Perbukitan Terjal( Kamera N 950 E )

Litologi pada satuan perbukitan terjal ini disusun oleh Tuff dengan

lapukan tuff dengan ketebalan yang sedang dan ditumbuhi oleh Pohon pinus

yang mana merupakan bagian dari hutan lindung.

Page 26: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

16

BAB III

STRATIGRAFI

3.1. Stratigrafi Regional

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tegal dan Purwokerto yang

disusun oleh M Djuri, dkk. (1996) tatanan stratigrafi daerah Kedungwungu

dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa formasi mulai dari

umur yang paling tua sampai ke umur yang paling muda.

Pemali Beds atau Formasi Pemali menempati posisi paling bawah,

terdiri atas serpih, lempung, batupasir kuarsa, napal dan batugamping dengan

kandungan fosil Spirolypeus sp, sehingga menafsirkan umur Formasi Permali

ini adalah Miosen bawah. Sedangkan Formasi Pemali bagian atas yang

mengandung fosil Cyclo/ypeus annu/atus MARTIN, Lepidocycylina sp dan

Miogypsina sp. Ditafsirkan berumur Miosen Tengah dan bagian atas dari

Miosen bawah.

Formasi Rambatan terletak selaras diatas Formasi Pemali. Di lembar

Tegal - Purwokerto, Formasi Rambatan bagian bawah berupa batupasir

gampingan, berwarna abu-abu muda jingga kebiruan, konglomerat dengan

sisipan napal dan serpih. Bagian atasnya terdiri dari napal abu-abu tua,

lempung serpihan dan batupasir gampingan. Ketebalan formasi ini mencapai

300 meter. Berdasarkan kandungan fosil foraminiferanya, maka umur

Formasi Rambatan ini adalah Miosen Tengah (Marks, 1961).

Formasi Halang, berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal,

terdiri dari satuan batupasir tufaan, konglomerat, napal dan batulempung yang

mengandung fosil Globigerina dan foraminifera kecil, bagian bawah berupa

batuan breksi andesit. Tebal formasi ini bervariasi dari 200 meter sampai 500

meter dan menipis ke arah Timur. Formasi ini diendapkan sebagai endapan

turbidit dalam lingkungan batial atas dan diendapkan menjemari dengan

satuan batuan Formsi Kumbang.

Formasi Kumbang, berumur Miosen Tengah sampai Pliosen Awal,

terdiri dari dari satuan batuan lava andesit yang mengaca, basalt, breksi, tufa

Page 27: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

17

dan sisipan napal yang mengandung fosil Globigerina, diendapkan dalam

lingkungan laut dan diendapkan menjemari dengan satuan batuan Formasi

Halang. Ketebalan formasi ini sekitar 2000 meter yang menipis ke arah

Timur. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Tapak.

Formasi Tapak terletak selaras di atas Formasi Kumbang. Bagian

bawah terdiri atas batu pasir kasar kehijauan, ke arah atas berangsur-angsur

berubah menjadi batupasir kehijauan dengan sisipan napal pasiran berwarna

abu-abu sampai kekuning-kuningan, batu gamping terletak di bagian atas.

Ketebalan maksimum Formasi ini sampai 500 meter. Umur Formasi tapak

adalah Pliosen tengah bagian bawah (Hetzel,1935 dan kastowo,1975).

Di atas Formasi Tapak diendapkan secara selaras Formasi Kalibiuk.

Batuan bagian bawah berupa batulempung dan napal biru berfosil, bagian

sebelah atasnya mengandung lebih banyak sisipan batupasir. Umur Formasi

kalibiuk ini adalah Pliosen Tengah (Hatzel,1935 dan Kastowo, 1975).

Formasi Kaliglagah terletak tidak selaras di atas Formasi Kalibiuk (Van

Bemmelen,1949 dan Kastowo, 1975). Bagian atas terdiri batupasir kasar dan

konglomerat, batulempung dan napal semakin berkurang di bagian atas.

Bagian bawahnya terdiri atas batulempung hitam, napal hijau, batupasir

abdesitik dan konglomerat. Ketebalannya sekitar 350 meter (kastowo, 1975).

Sedangkan umur dari Formasi ini adalah Pliosen Atas (Hetzel,1935 dan

Kastowo,1975). Selanjutnya Formasi Mengger, terletak tidak selaras di atas

Formasi Kaliglagah litologinya terdiri atas tuf kelabu dan batupasir tufaan

dengan sisipan konglomerat dan lapisan tipis pasir magnetik. Umur formasi

ini adalah Plistosen Bawah (Van Bemmelen, 1949).

Formasi Mengger ditutupi secara selaras oleh Formasi Gintung.

litologinya terdiri atas konglomerat bersisipan batupasir abu-abu kehijauan,

batulempung pasiran, lempung, batupasir gampingan dan konkresi batupasir

napalan. Umur Formasi Gintung ini adalah Plistosen Tengah (Kastowo,

1975). Kegiatan vulkanik didaerah Zona Pegunungan Serayu Utara pada

Plistosen Atas menghasilkan Formasi Linggopodo dan menutupi batuan yang

telah ada sebelumnya dengan membentuk ketidakselarasan menyudut (Van

Page 28: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

18

Bemmelen,1949). Menurut Kastowo (1975), di lembar Majenang, Formasi

Linggopodo terletak selaras diatas Formasi Gintung. Batuan yang menyusun

Formasi ini berupa breksi, tuf, endapan lahar bersusunan andesit, berasal dari

Gunung Slamet Tua. Umur Formasi Linggopodo adalah Plestosen Atas

(Kastowo,1975). Selanjutnya kegiatan vulkanik muda dan pembentukan

endapan terus berlangsung hingga kini dengan membentuk endapan Resen.

Endapan-endapan Resen tersebut berupa endapan hasil gunung api muda dari

gunung Ciremai, Gunung Sawal, Gunung Slamet disamping itu endapan

lainnya adalah kipas aluvium, undak-undak sungai dan endapan

aluvial.Produk termuda dari stratigrafi ini adalah endapan aluvium yang

diendapkan di atas formasi – formasi lainnya.

3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Penentuan stratigrafi daerah penelitian didasarkan kepada satuan

litostaratigrafi tidak resmi yang diperoleh dari tekstur dan struktur batuan

dilapangan.Berdasarkan pengamatan dilapangan maka urutan batuan dari tua

hingga muda yaitu :

1. Satuan Perselingan Batupasir Karbonat – Napal

2. Satuan Tuff

3. Satuan Breksi Vulkanik

Page 29: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

19

Gambar 3.2 Peta Geologi Daerah Penelitian

Penentuan umur satuan litologi daerah penelitian didasarkan kepada

fosil foraminifera planktonik yang didasarkan dari Blow ( 1969 ) serta

penentuan lingkungan pengendapan didasarkan pada fosil foraminifera

bentonik berdasarkan zona batymetri dan Hedgpeth ( 1957 ).

Gambar 3.2 Kolom Kesebandingan dan Stratigrafi Penelitian

UNIVERSITAS DIPONEGOROFAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGISEMARANG

2013

PEMETAAN GEOLOGI MANDIRI2013

PETA GEOLOGIDESA KEDUNGWUNGU DAN SEKITARNYA

KECAMATAN JATINEGARAKABUPATEN TEGAL

JAWA TENGAH

LEGENDA

B

A 2970

00m

E29

7000

mE

2990

00m

E29

9000

mE

295000 mE 299000 mE

9216000 mN

9217000 mN

9215000 mN

9218000 mN

9219000 mN

9220000 mN

297000 mE296000 mE 298000 mE 300000 mE

9

50

46

49

15

34

13

12

14

41

25

32

31

76

4

92

1

550

m20

0m

162.5 m

43

44

45

47

48

51

37

11

16

17

18

19

20 21

22

23

24

26

35

36

38

3940

42

3

5

8

27

2930

33

28

537.5

m

562.

5m

462.5 m

225 m

150m

412.5 m

475 m512.5

m

187.5m

525 m17

5m

500

m

575 m

450 m

375 m 587.5m

600 m

487.5 m

437.5 m

312.5 m

350

m

287.

5 m

275 m

212.5m

Qvs : Quarter Vulkanik SlametTmph : Formasi HalangTmr : Formasi Rambatan

Keterangan :

Satuan perselingan batupasir yang berwarna abu -abu cerah berukuran pasir halus - pasir sedang ( 1/8 -1/2 mm ) dengan pemilahan baik dan kemas yangtertutup serta napal berwarna abu - abu kehitamanberukuran lempung ( 1< 256 mm ) dan sangat reaktifdengan larutan HCl.

SatuanPerselingan

Batupasir danNapal

Satuan Tuff

Satuan BreksiVulkanik

Satuan Tuff berwarna merah bata berukuranlempung ( < 1/256 mm ) dengan pemilahan baik dankemas yang tertutup

Satuan Breksi Vulkanik disusun oleh fragmen berukurankerikil - berangkal ( 2 - 256 mm ) dari andesit dan massadasar berukuran lanau hingga pasir kasar ( 1/256 - 1 mm )dengan pemilahan buruk dan kemas yang terbuka.

Qvs

= Laminasi

Page 30: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

20

3.2.1. Satuan Batuan Perselingan Batupasir Karbonat dan Napal

3.2.1.1. Ciri Litologi

Satuan ini secara megaskopis disusun oleh batupasir karbonat

berwarna abu – abu cerah berukuran pasir halus – sedang ( 1/8 – 1/2

mm) dengan pemilahan yang baik dan kemas tertutup serta napal

berwarna abu – abu kehitaman berukuran lempung ( <1/256 mm)

terpilah baik dan lapukannya terkadang menyerpih dan litologi dari

satuan ini sangat reaktif dengan larutan HCl.Terkadang ditemukan

kristal karbonat pada lapisan satuan batuan ini.Struktur sedimen yang

berkembang pada satuan batuan ini berupa laminasi dan convolute.

Gambar 3.2.1.1. Satuan Batuan Napal – Batupasir Karbonat

(STA 21)

Secara mikrokopis sayatan tipis dari napal disusun oleh material

lumpur yang sangat dominan sebesar 70% dan kalsit serta pecahan

batuan/lithic hingga 100 % sehingga digolongkan ke dalam Lithic

Graywacke.

Page 31: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

21

Gambar 3.2.1.2. Sayatan Tipis Napal (STA 2)

Soil atau tanah hasil pelapukan satuan batuan ini umumnya

berwarna coklat kayu berukuran lempung hingga pasir dan umumya

satuan ini sudah mengalami pelapukan dengan intensitas sedang dan

cukup resisten sehingga memberikan manifestasi berupa

kenampakan morfologi perbukitan bergelombang yang dapat dilihat

langsung di lapangan.

Vegetasi yang tumbuh pada satuan ini umumnya ditumbuhi oleh

ilalang,rumput liar,pohon jagung dan pohon tebu yang berada pada

elevasi rendah hingga sedang yakni antara 175 – 250 mdpl.

3.2.1.2. Penyebaran dan Lingkungan

Pada daerah penelitian satuan batuan perselingan batupasir

karbonat dan batulempung tersebar pada bagian utara dan tenggara

yakni dari Desa Wanalaba menerus ke Desa Padasari dan Desa

Mohaka yang umumnya terbentang relatif baratdaya – timur laut

dengan kedudukan lapisan antara N 600 E hingga N 950 E

3.2.1.3. Umur dan Lingkungan Pengendapan

Berdasarkan analisis terhadap fosil foraminifera dari batupasir

karbonat yang terdapat pada satuan batuan ini maka diperoleh Satuan

perselingan batupasir karbonat dan napal disusun fosil foraminifera

planktonik Pulleniatina primalis, Orbulina universa, Globigerinoides

Page 32: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

22

immaturus, Globigerinoides trilobus, Planulina ariminensis

d’orbigny, dan Globorotalia obesa. Dari adanya fosil - fosil tersebut

dapat diketahui bahwa umur batuan adalah Miosen Atas atau menurut

Zonasi Blow (1969, dalam Postuma, 1971) adalah N17 – N18

sehingga dapat diinterpretasikan bahwa satuan ini merupakan satuan

yang terbentuk lebih dulu pada daerah penelitian dan merupakan

anggota dari Formasi Rambatan yang diendapkan di laut dangkal

Tabel 3.2. Biozonasi Blow (1969) Fosil Foraminifera Plangtonik SatuanLitologi Batulempung Karbonatan

3.2.1.4. Hubungan Stratigrafi dan Kontak

Kedudukan satuan batuan perselingan batupasir karbonat dan

napal ini digolongkan ke dalam Formasi Rambatan yang merupakan

satuan lapisan tertua pada lokasi penelitian yang ditumpangi oleh

satuan Tuff secara selaras dan juga ditumpangi oleh satuan Breksi

Vulkanik secara tidak selaras.

Page 33: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

23

Gambar 3.2.1.3 Kontak Satuan Breksi Vulkanik dan Satuan Perselingan Batupasir

Karbonat - Napal (STA 17)

3.2.2. Satuan Tuff

3.2.2.1. Ciri Litologi

Satuan ini secara megaskopis disusun oleh tuff berwarna coklat

kekuningan- merah bata berukuran pasir sedang - lempung (<1/256 -

1/2 mm) dengan pemilahan yang baik dan kemas tertutup dan non

karbonatan.

Gambar 3.2.2.1a Satuan Tuff (STA15)

Page 34: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

24

Secara mikrokopis sayatan tipis dari satuan ini disusun oleh

gelasan sangat dominan yakni sebesar 98 % dan sisanya mineral

opaq sehingga digolongkan ke dalam Vitric Tuff berdasarkan

klasifikasi Pettijhon 1975 dan Schmid 1981.

Gambar 3.2.2.1b Sayatan Tipis Satuan Tuff (STA 28)

Soil atau tanah hasil pelapukan satuan batuan ini umumnya

berwarna merah bata berukuran lempung dan sangat lengket dan

mengalami pelapukan dengan intensitas sedang – tinggi sehingga

memiliki soil yang sangat tebal. Kemiringan/slope rata – rata diatas >

150 sehingga sangat rawan mengalami longsor dan didukung dengan

sangat tebalnya lapisan soil yang menyusun lereng.Kemiringan yang

besar serta berada pada elevasi memberikan manifestasi berupa

kenampakan morfologi perbukitan terjal dan juga berupa dataran

yang dapat dilihat langsung di lapangan sehingga merupakan batuan

dasar dari pemukiman yang ada di daerah penelitian sehingga

kegiatan pertanian sangat cocok karena unsur hara yang terdapat

pada tanah lapukan tuff sehingga memberikan kesempatan yang

sangat baik bagi vegetasi padi dan pohon pinus tumbuh dan berada

pada elevasi 500 – 550 mdpl.

Gelasan

Opaq

Page 35: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

25

3.2.2.2. Penyebaran dan Lingkungan

Pada daerah penelitian satuan tuff tersebar pada bagian tengah

yakni dari Desa Danareja menerus ke Desa Kedungwungu yang

umumnya terbentang relatif baratdaya – timur laut dengan

kedudukan lapisan antara N 2500 E hingga N 2750 E dan berada pada

dataran landai yang sangat luas sehingga menjadi lapisan dasar dari

vegetasi pertanian yang tumbuh di daerah penelitian.

Gambar 3.2.2.2 Persebaran Satuan Tuff

3.2.2.3. Umur dan Lingkungan Pengendapan

Berdasarkan ciri dan karateristik fisik batuan serta dikorelasikan

dengan formasi yang terdapat pada peta geologi lembar Purwokerto -

Tegal serta melihat melihat kedudukan antara satuan tuff dan satuan

perselingan batupasir karbonat – napal diperkirakan usia satuan

batuan tuff lebih muda dari satuan perselingan batupasir karbonat –

napal yakni berkisar antara miosen – pliosen yang diendapkan pada

continental slope.

3.2.2.4. Hubungan Stratigrafi dan Kontak

Berdasarkan pengamatan satuan batuan di lapangan diperoleh

bahwa satuan tuff berada di atas lapisan satuan perselingan batupasir

Page 36: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

26

karbonat – napal dan di bawah satuan breksi vulkanik.Satuan Tuff

diendapkan secara selaras di atas lapisan satuan perselingan

batupasir karbonat – napal serta ditindih breksi vulkanik secara tidak

selaras.

3.2.3. Satuan Breksi Vulkanik

3.2.3.1. Ciri Litologi

Satuan ini secara megaskopis disusun oleh fragmen yang batuan

beku berwarna abu – abu cerah berukuran kerikil – berangkal ( 2 –

256 mm) membundar tanggung – runcing (subroundned – angular)

dan matrik berwarna abu – abu cerah hingga kuning kecoklatan

berukuran pasir halus – lanau ( 1/8 – 1/256 mm) dengan pemilahan

yang buruk dan kemas terbuka.

Gambar 3.2.3.1a Satuan Breksi Vulkanik (STA 24

Secara mikroskopis sayatan tipis dari satuan ini bertekstur

holokristalin,berukuran kristal sedang hingga kasar ( 5 – 30

mm,WTG ) dengan bentuk kristal subhedral yang tidak seragam

(faneroporfiritik) disusun oleh plagioklase sangat dominan yakni

sekitar 87,5 %, klinopiroksen 5 % dan mineral opak sebesar 7,5 %

sehingga digolongkan ke dalam Diorit berdasarkan klasifikasi

IUGS,1973.

Page 37: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

27

.Gambar 3.2.3.1b Sayatan Tipis Satuan Breksi Vulkanik (STA 23)

3.2.3.2. Penyebaran dan Lingkungan

Satuan batuan ini tersebar setempat yakni di tenggara daerah

penelitian yang tanah hasil pelapukan batuan tersebut menjadi

lapisan dasar dari vegetasi pertanian untuk tumbuh dan membentuk

morfologi perbukitan bergelombang.

Gambar 3.2.3.2 Persebaran Satuan Breksi Vulkanik (STA 16)

Plagioklase

Opaq

Page 38: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

28

3.2.3.3. Umur dan Lingkungan Pengendapan

Berdasarkan ciri dan karateristik fisik batuan serta dikorelasikan

dengan formasi yang terdapat pada peta geologi lembar Purwokerto -

Tegal serta melihat kedudukan antara satuan tuff dan satuan

perselingan batupasir karbonat – napal diperkirakan usia satuan

batuan breksi vulkani berkisar antara pliosen – plistosen yang

diendapkan di darat akibat aktivitas letusan Gunung Slamet yang ada

di bagian selatan daerah penelitian.

3.2.3.4. Hubungan Stratigrafi dan Kontak

Berdasarkan pengamatan satuan batuan di lapangan diperoleh

bahwa satuan breksi vulkanik berada di atas lapisan satuan

perselingan batupasir karbonat – napal dan satuan Tuff yang

diendapkan secara tidak selaras di atas satuan batuan yang telah

terbentuk sebelumnya.

Page 39: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

29

BAB IV

STRUKTUR GEOLOGI

4.1. Struktur Geologi Regional

Tatanan tektonik suatu wilayah sangat ditentukan dan dipengaruhi

perkembangannya oleh sifat gerak dan pergeseran lempang litosfer yang

saling bersentuhan. Yang dimaksud dengan tataan tektonik disini dapat juga

diterapkan terhadap pembentukan cekungan, pola sedeimentasi serta

strukturnya, yang dianggap sebagai produk dari gerak – gerak lempeng

stratosfer. Cekungan Jawa tengah utara, seperti halnya cekungan – cekungan

endapan di Jawa lainnya, merupakan bagian dari “tepi” Sunda Microplate,

dimana pembentukan serta perkembangan selanjutnya di pengaruhi dan

ditentukan oleh sifat – sifat gerak dan pertemuan antara lempenng Hindia

dan Australia yang bergerak keutara dengan lempeng Eurasia.

Pertemuan kedua lempeng tersebut, yang bersifat tumbukkan

melibatkan kerak samudera dari Lempeng Hindia dan kerak kebenuaan dari

Lempeng Sunda, membentuk system busur kepulauan yang disebut “Sunda

Arc System”.

Pada jaman Akhir Kapur – Awal Tersier, Cekungan Jawa Tengah

Utara merupakan bagian dari “Force Arc Basin” dengan jalur tumbukkan

didaerah Luk Ulo, dan jalur magma Laut Jawa (Sukendar S., 1974, Katili,

1975, Gambar 10).Batuan dasarnya diperkirakan bagian dari kompleks

mélange, terdiri dari batuan metamorfosis dan batuan beku seperti yang

tersingkap di Luk Ulo. Sebagai parameter adalah dat pemboran AJW – 1 di

Cirebon yang menembus batuan Dasar Granit.

Batuan tertua yang tersingkap, yang dapat dianggap sebagai bagian

dari cekungan Tengah Utara adalah batuan Eosen (van bemmelen, 1949),

yang diperkirakan serupa dengan Formasi Karang Sambung di Luk Ulo, dan

merupakan “Olistostrom”. Mungkin juga cekungan ini masih bersifat sebagai

“inner slope basin” seperti halnya dengan Formasi Karang Sambung di Luk

Ulo, yang secara berangsur beralih menjadi “Fore-Arc” bersamaan dengan

Page 40: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

30

beraksinya jalur tumbukkan Tersier ke selatan. Bahwasanya bukan

merupakan suatu “Fore Arc Basin” didasarkan pada kecilnya kemungkinan

dijumpai endapan Volkanoklastic Jatibarang yang berumur Eosen seperti

dicekungan Jawa Barat Utara (Gambar 10 dan11).

Pada Jaman Oligosen terbentuk tinggian dan depresi setempat. Pada

depresi akan terjadi pengendapan – pengendapan olistostrom seperti di

Karang Sambung, kipas – kipas alluvial dan turbidit, atau mungkin sama

sekali tidak ada pengendapan seperti halnya di Jawa Barat Utara.

Pembentukkan depresi – depresi melalui sesar bongkah ini mungkin

berlangsung hingga jaman Miosen Awal dengan di endapkannya Formasi

Merawu dan Formasi Pemali yang terutama terdiri dari lempung abu – abu

yang merupakan endapan lakustrin yang tebal.

Tinggian- tinggian setempat, terutama yang berarah barat-timur,

berfungsi sebagai sumber utama dari endapan-endapan turbidit yang mengisi

cekungan-cekungan Jawa Tengah Utara, dan juga cekungan Banyumas, di

selatan. Gejala sesar bongkah ini berlangsung hingga jaman Pliosen Awal.

Erosi dan pengendapan yang cepat berlangsung hingga jaman Miosen,

mengisi bagian – bagian rendah dengan endapan – endapan kipas bawah laut

turbidit. Cekungan Jawa Tengah Utara pada saat itu secara penuh telah

berkembang sebagai cekungan belakang busur (Back Arc Basin).

Pada zaman Miosen Tengah ini juga merupakan fasa gerak rotasi

yang kedua yang berlangsung hingga sekarang sebesar 220 ke arah

berlawanan gerak jarum jam. Gerak rotasi ini, minimbulkan tegasan

kompresi yang menimbulkan terjadinya sesar-sesar naik yang hanya

melibatkan lapisan batuan yang dekat dengan permukaan, dan mungkin juga

penyebab terjadinya gerak-gerak “diaper” pada tempat – tempat tertentu.

Sesar – sesar naik yang dapat diamati terdapat dibagian barat daerah

penelitian, dan bagian ini juga ternyata ditandai pula oleh jalur-jalur seismic

yang terganggu yang diduga diakibatkan oleh mekanisma diaper.Kehadiran

sejumlah sesar naik sebagai penyerta mekanisma diaper adalah suatu yang

Page 41: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

31

lazim. Hal ini dianggap sebagai kenampakkan yang terdapat pada “Tegal

Disturb Zone”.

Gerak rotasi yang berlangsung sejak jaman Miosen tengah hingga

sekarang , dan mengaktifkan sesar – sesar lama itu, juga menyebabkan

terbentuknya tinggian – tinggian dan depresi melalui tegasan tegangan.

Melalui bagian yang lemah (sesar), kegiatan volkanisme berupa intrusi dan

gunungapi dapat terjadi, sedangkan dibagian – bagian yang tinggi

berlangsung pengendapan batugamping. Formasi Kumbang, mungkin dapat

dianggap sebagai hasil volkanisme.

4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Pola garis kontur daerah penelitian umumnya berorientasi relatif barat

– timur yang memiliki orientasi arah yang sama dengan pola jawa yang

terjadi pada kala pliosen – plistosen.

Gambar 4.2 Kenampakan 3 Dimensi Daerah Penelitian

Page 42: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

32

Setelah melalui analisis pelurusan pada citra dan peta topografi serta

pengamatan langsung di lapangan maka struktur geologi yang berkembang

berupa sesar geser mengiri yang relatif berarah baratdaya – timur laut dan

lipatan sinklin yang berarah relatif barat – timur.

4.2.1. Sesar Geser Mengiri Telagajaya

Sesar geser mengiri ini terjadi pada batupasir karbonat, napal

dan tuff yang terjadi pada sungai Desa Telagaja yang berada relatif di

selatan daerah penelitian dengan kedudukan bidang sesar N 500 E yang

berarah relatif baratdaya – timurlaut dan setelah dilakukan analisis

stereografis diperoleh σ1 N 1370E/120 , σ 2 N 3140E/220 dan σ3 N

2240E/880 yang mana σ2 relatif vertikal sehingga disimpulkan

struktur geologi yang berkembang berupa sesar geser menggiri.

Gambar 4.2.1. Sesar Geser Mengiri ( STA 21 )

4.2.2. Lipatan Sinklin Kedungwungu

Lipatan Sinklin pada daerah penelitian merupakan suatu lipatan

yang berskala mayor yang diperoleh melalui analisis peta

topografi,analasis citra dan berdasarkan kedudukan lapisan antara

satuan lapisan perselingan batupasir karbonat – napal dengan satuan

tuff yang saling berlawanan.

Page 43: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

33

Lipatan Sinklin Kedungwungu ini bersumbu pada suatu dataran

landai Kedungwungu yang dimanfaatkan untuk bercocok

tanam.Lipatan ini memiliki sumbu relatif berarah barat – timur yang

mana merupakan orientasi yang sama dengan pola struktur jawa yang

berumur pliosen – plistosen.

4.2.3. Lipatan Antiklin Mokaha

Lipatan Antiklin pada daerah penelitian merupakan suatu lipatan

yang berskala mayor yang diperoleh melalui analisis peta

topografi,analasis citra (lihat gambar 4.2.2) dan berdasarkan

kedudukan lapisan antara satuan lapisan perselingan batupasir

karbonat – napal dengan satuan tuff yang saling berlawanan.

Lipatan ini terjadi di Desa Mokaha yang berada di tenggara

daerah penelitian dengan sumbu lipatan relatif berarah barat - timur.

4.3. Analisis Pembentukan Struktur dan Keterkaitan Dengan Geologi

Regional

Satuan batuan yang terkena struktur pada daerah penelitian

merupakan satuan batuan yang berumur miosen – pliosen yakni satuan

perselingan batupasir karbonat – napal dan satuan tuff sehingga usia struktur

Gambar 4.2.2. Kenampakan Sinklin Berdasarkan DEM

Page 44: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

34

geologi lebih muda dari usia satuan batuan yang ada yakni berumur di atas

pliosen.

Adanya orientasi barat – timur pada garis kontur dan kenampakan

morfologi dari citra serta pengamatan langsung di lapangan yakni pada

lipatan sinklin dan antiklin serta relatif baratdaya – timur laut pada sesar

geser mengiri (sinistral strike slip fault) maka dimungkinkan arah utama atau

tegasan utama yang terjadi berasal dari arah utara – selatan secara saling

mendekat atau kompresi sehingga mengakibatkan lipatan antiklin dan sinklin

berarah barat – timur dan berarah baratdaya – timur laut pada sesar geser

mengiri (sinistral strike slip fault).

Pola struktur geologi lipatan antiklin dan sinklin pada daerah

penelitian memiliki arah orientasi yang sama dengan pola struktur Jawa yang

berorientasi barat – timur pada kala pliosen – plistosen yang mengakibatkan

terangkatnya pulau jawa ke permukaan laut sehingga dimungkinkan struktur

geologi yang berkembang pada daerah penelitian terjadi bersamaan dengan

struktur mayor yang berkembang di pulau jawa pada kala pliosen – plistosen.

Page 45: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

35

BAB VI

SEJARAH GEOLOGIDaerah pemetaan disusun oleh satuan batuan yang cukup beragam yang

dibedakan berdasarkan sifat fisik batuan,tekstur dan struktur batuan sehingga

diperoleh 3 jenis satuan batuan yakni satuan perselingan batupasir karbonat–

napal,satuan Tuff dan satuan breksi vulkanik.

Pada awalnya daerah penelitian berada di bawah muka air laut yang

tenang dan relatif jernih pada waktu lampau sehingga dimungkinkan terendapkan

material berukuran lempung – pasir sedang atau detritus halus yang dipasok dari

darat dan diendapkan di laut yang dangkal.Kondisi laut yang tenang dan relatif

jernih memberikan peluang bagi mahluk hidup berukuran mikro hingga makro

berkomposisi karbonat untuk hidup dan berkembang sehingga memberikan

pengaruh yang cukup besar dari sisa aktivitas organisme karbonat yang mengisi

celah lapisan perselingan batupasir karbonat – napal pada kala miosen tengah

yang selanjutnya diendapkan satuan batuan tuff secara selaras di atas satuan

batupasir gampingan – napal.Diendapkannya material vulkanik pada tubuh

satuan batuan perselingan batupasir – napal mengindikasikan bahwa kala itu

telah dimulainya aktivitas vulkanik bawah laut yakni pada kala miosen – pliosen.

Satuan batuan yang telah ada tersebut mengalami pengangkatan dan

perlipatan serta terpatahkan oleh akibat pengaruh tubrukan lempeng eurasia dan

lempeng hindia dari arah utara dan selatan pulau jawa sehingga mengakibatkan

terjadinya lipatan antiklin dan sinklin yang sumbunya berarah barat - timur serta

sesar mengiri yang berarah relatif baratlaut – tenggara dan baratdaya – timurlaut

pada kala pliosen dan plistosen.

Pada kala pliosen aktivitas vulkanik semakin meningkat mengakibatkan

terjadinya erupsi yang cukup eksplosif dari gunungapi slamet purba yang

menghasilkan breksi vulkanik yang diendapkan di atas satuan batuan perselingan

Page 46: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

36

batupasir karbonat – napal dan satuan tuff yang terlipatkan dan terpatahkan

tersebut secara tidak selaras.

Page 47: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

37

BAB VI

POTENSI GEOLOGI

6.1. SumberDaya Geologi

Daerah penelitian merupakan suatu wilayah yang diklasifikasikan

menjadi 3 satuan geologi lingkungan yakni satuan datan landai Kali Gung

yang menempati 5 % dari wilayah pemetaan, satuan perbukitan

bergelombang Mokaha 85 % dari wilayah pemetaan dan satuan berelief kasar

Kedungwungu 10 % dari wilayah pemetaan.Oleh karena demikian maka

sumberdaya geologi yang dapat diperoleh yaitu :

6.1.1. Pemanfaatan Air

Air merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam

kehidupan manusia sehari – hari baik untuk air minum,mencuci

pakaian hingga untuk mengairi wilayah pertanian.Sumberdaya air yang

dapat diperoleh dari wilayah penelitian berasal dari satuan perbukitan

bergelombang dan dari satuan perbukitan berelief kasar Kedungwungu

yang melewati satuan perselingan batupasir karbonat dan napal.

Gambar 6.1.1. Aliran Mata Air ( STA 30 )

Page 48: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

38

6.1.2. Pemanfaatan Tanah

Tanah yang luas dan berada pada suatu dataran landai yang

sangat luas merupakan suatu bagian yang kedudukannya sangat

dibutuhkan untuk menjadi suatu wilayah pemukiman penduduk dan

tempat untuk bercocok tanam karena wilayah berelief landai sangat

mudah dalam pengolahannya.Umumnya wilayah yang dimanfaatkan

sebagai wilayah pemukiman dan pertanian berada pada bagian tengah

yang memanjang dari arah barat – barat daya hingga timur wilayah

pemetaan yang disusun oleh tanah hasil lapukan dari satuan tuff dan

breksi vulkanik.

Gambar 6.1.2 Dataran Landai Untuk Wilayah Pertanian ( STA 50 )

6.2. Sumber Bencana Geologi

Indonesia yang disusun oleh 3 jenis lempeng yakni lempeng eurasia

yang bergerak relatif ke arah selatan, lempeng indoaustralia yang bergerak ke

arah utara dan lempeng pasifik yang bergerak relatif ke arah timur

memberikan Indonesia sebagai wilayah yang penuh akan potensi geologi dan

juga potensi sumber bencana geologi sehingga perlu dilakukan pengolahan

dan pemanfaatan sumberdaya alam dan pengendalian dan pencegahan

sumber bencana geologi yang mungkin terjadi seperti gerakan tanah atau

longsor.Gerakan tanah merupakan suatu bencana yang bersifat bertahap dan

Page 49: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

39

berlahan sehingga proses terjadinya dapat dikontrol dengan baik dan benar

namun gerakan tanah ini sangat sering muncul dan tersebar di negara

Indonesia khususnya di wilayah pemetaan dengan tingkatan gerekan tanah

yang rendah hingga menengah.

Gambar 6.2 Gerakan Tanah tipe Translasi N 750( STA 43 )

Satuan Tuff yang tersingkap pada permukaan bumi mengalami proses

pelapukan secara kimia dan fisika mengakibatkan material lereng yang

disusun oleh tuff dan lapukannya yang tebal memiki kecenderungan untuk

berpindah akibat porositas tanah yang meningkat yang erat dengan tingkatan

keairan lapisan tanah dan batuan serta didukung oleh rata – rata kemiringan

atau slope wilayah penelitian yang besar yakni 200 – 550 serta curah hujan

yang cenderung tinggi di daerah penelitian sehingga mengakibatkan semakin

mudahnya terjadi bencana gerakan tanah.

Oleh karena demikian maka perlu dilakukan pencegahan dengan

menghindari wilayah lereng ketika terjadi hujan dan pemantauan sifat fisik

air sehingga menghindari terjadinya korban jiwa di daerah penelitian.

Page 50: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

40

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Morfologi daerah pemetaan dapat dibagi menjadi 4 satuan geomorfologi yaitu:

Satuan Lembah Kali Gung

Satuan Dataran Landai Kedungwungu

Satuan Perbukitan Bergelombang Denudasional

Satuan Perbukitan Terjal Wanalaba.

2. Urutan stratigrafi daerah penelitian dari yang tua sampai yang muda adalah:

Satuan perselingan batupasir gampingan dan napal termasuk di dalam

Formasi Rambatan

Satuan Tuff termasuk di dalam Formasi Halang

Satuan Breksi Vulkanik termasuk di dalam Batuan Gunungapi Slamet

(Qvs)

3. Struktur geologi yang ada di daerah pemetaan adalah lipatan antiklin dan

sinklin serta sesar geser mengiri ( sinistral strike slip fault )

4. Sesumber geologi yang ada antara lain hutan lindung, perkebunan serta

persawahan, pemanfaatan mataair, dan pemukiman. Bencana geologi yang ada

pada daerah pemetaan adalah tanah longsor.

7.2. Saran

1. Pemanfaatan mataair hendaknya dilaksanakankan secara bijak dengan

menjaga kelangsungan aliran dan melindungi ekosistem hutan di sekitarnya.

2. Sebaiknya berhati – hati untuk melewati jalan kecil di Desa Kedungwungu

dan melakukan kegiatan pertanian di Desa Danareja,Kedungwungu karena

rawan longsor.

Page 51: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

41

DAFTAR PUSTAKAEndarto, Danang, 2005, Pengantar Geologi Dasar, Penerbit LPP dan UNS Press,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

M.Djuri, 1975, Peta Geologi Lembar Purwokerto - Tegal, Jawa , Direktorat Jenderal

Geologi dan SumberDaya Mineral, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi :

Bandung.

Panitia Pelaksana Kuliah Lapangan, 2013, Buku Panduan Kuliah Lapangan 2013,

Program Studi Teknik Geologi UNDIP : Semarang.

Pettijohn, F.J, 1975, Sedimentary Rocks, 3rd Ed, Harper & Raw Publishing Company :

New York.

Postuma, J. A., 1971, Manual Of Planktonic Foraminifera, Elsiver Publishing Company,

New York.

Pringgoprawiro, Harsono, Rubiyanto Kapid dan Deddy M Darmawidjaya. 1994.

Foraminifera Mikrofosil, Buku 1, Intitut Teknologi Bandung : Bandung.

Raymond, Loren A , 2002, Petrology : The Study of Igneous, Sedimentary, and

Metamorphic Rocks, 2nd Ed, McGraw-Hill Companies, Inc : New York.

Sukendar,Asikin,1999,Buku Pedoman Geologi Lapangan,Jurusan Teknik Geologi ITB :

Bandung.

Sapiie,Benyamin dan Agus H.Harsolumakso,Prinsip Dasar Geologi StrukturJurusan

Teknik Geologi ITB : Bandung.

Page 52: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

1

LAMPIRAN

Page 53: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

2

No Urut : I

No Peraga : STA 23

Tekstur : Euhedral,Panidiomorphic

Granularitas : inequigranular, faneroporfiritik

Kristalisasi : holokristalin

Komposisi Mineral :

- Plagioklas : warna colorless, kembaran albit, pecahan tidak ada, pleokroisme tidak

ada, belahan tidak ada, relief sedang - tinggi.

- Klinopiroksen ( cpx ): warna colorless, relief sedang, bentuk cenderung prismatic,

belahan 1 arah, pecahan uneven, gelapan miring.

- Hornblende : warna cokelat, bentuk tabular, belahan 2 arah, relief tinggi, gelapan

miring

Kelimpahan Mineral :

Mineral MP (%) MP2 (%) Rata - Rata

Plagioklas 90 85 87,5

Klinopiroksen 5 5 5

Opaq 5 10 7,5

Gambar :

Nikol Sejajar

Klinopiroksen

Klinopiroksen

Opaq

Page 54: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

3

Nikol Bersilang

Nama Batuan : Diorit (IUGS)

Petrogenesa :

- Dari teksturnya yang faneroporfiritik, dengan derajat kristalisasi holokristalin,

Berdasarkan komposisi mineralnya yang berupa mineral plagiokla serta adanya

mineral klinopiroksen dan opaq, maka secara kimiawi batuan ini cenderung bersifat

intermediate sehingga berdasarkan asal usul magma yang mungkin terbentuk akibat

proses subduksi atau gerak konvergen.Teksturnya yang faneroporfiritik

mengindikasikan bahwa telah terjadi jeda waktu pembekuan dan pendinginan

magma sehingga memberikan kesempatan dan waktu yang lebih lama mineral

plagioklase untuk berkembang dan membentuk bidang yang cukup sempurna yang

mana berperan sebagai fenokris dan sisa magma yang masih ada memberikan ruang

kosong bagi mineral lain untuk tumbuh mengisi celah antar ruang fenokris.

Plagioklase

Opaq

Klinopiroksen

Page 55: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

4

No Peraga : II STA 28

Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

Kenampakan Mikroskopis :

Perbandingan Kristal dan Gelasan

Gelasan : Kristal = 100 : 0

Warna : nikol sejajar = colorless, nikol bersilang = coklat kekuningan

Komposisi : Gelasan = 100 %,

Deskripsi Komposisi :

Gelasan : Tidak berwarna (colorless)

Komponen Penyusun :

Kelimpahan ( % )

Gelasan 100

Kristal 0

Gambar

Nikol sejajar

Gelasan

Page 56: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

5

Nikol Bersilang

Nama batuan : Vitric Tuff (Schmid, 1981)Vitric Tuff (Pettijohn, 1975)

Gelasan

Page 57: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

6

No Peraga : III STA 2

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik

Kenampakan Mikroskopis :

Kenampakan umum : tekstur klastik, kemas tertutup, sortasi baik, bentuk butir

ukuran butir < 1/256 mm

Perbandingan matriks dan grain

Matriks : grain = 10 : 90

Warna : nikol sejajar = colorless, nikol bersilang = hitam

Komposisi : Matrix = 10 %, lithic = 90 %

Deskripsi Komposisi :

Lithic : warna abu – abu, bentuk granular, penyebaran merata dan luas

Matrix : warna coklat cerah mengisi celah antar lithic dengan volume kecil

Komponen Penyusun :

Kelimpahan ( % )

Lithic 90

Matrix 10

Gambar

Nikol sejajar

Nama batuan : Lithic graywacke (Pettijohn, 1987)

Lithic

Page 58: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

7

UNIVERSITAS DIPONEGORO Laporan Praktikum MikropaleontologiPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Acara: Foraminifera PlanktonikLABORATORIUM PALEONTOLOGI

Nama Praktikan NIM Nama Fosil Yang DiperiksaEdwin Pranata 21100110141044 Orbulina universa

Hari/TGL JAM BATUANKINGDOM ProtistaFILUM/DIVISIO Protozoa

NapalKELAS SarcodinaORDO Foraminifera

JENIS PERAGA YANG DIAMATISUB ORDO RotaliinaSUPER FAMILI Globigerinacea

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN - LAIN FAMILI Globigerinidae

vSPESIES Orbulina universaSUB SPECIES -

DESKRIPSI Jumlah kamar : polythalamus.Susunan kamar : trochospiralBentuk test : globularKomposisi test : hyalineBentuk test : globular.Letak aperture : terletak pada bagian kamar yang terakhir (apertural on face).Hiasan : punctate, pustulose

UMUR GEOLOGI Middle Eocene – Quarternary ( N 11 – N 23)LINGKUNGAN HIDUP Laut terbuka, dengan kedalaman bervariasi mulai dari 0 – 6509 m, pada

daerah dengan iklim sedang - tropik

DORSAL

Page 59: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

8

UNIVERSITAS DIPONEGORO Laporan Praktikum MikropaleontologiPROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Acara: Foraminifera PlanktonikLABORATORIUM PALEONTOLOGI

Nama Praktikan NIM Nama Fosil Yang DiperiksaEdwin Pranata 21100110141044 Orbulina bilobata D’ORBIGNY

Hari/TGL JAM BATUANKINGDOM ProtistaFILUM/DIVISIO Protozoa

Batulempungkarbonatan

KELAS SarcodinaORDO Foraminifera

JENIS PERAGA YANG DIAMATISUB ORDO RotaliinaSUPER FAMILI Globigerinacea

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN - LAIN FAMILI Globigerinidae

vSPESIES Globigerinoides

immaturusSUB SPECIES -

DESKRIPSI Jumlah kamar : PolythalamusSusunan kamar : trochospiralKomposisi dinding :hyaline,Bentuk test :subglobularBentuk aperture :at base of apertural faceLetak aperture :aperture peripheral,Hiasan :punctate

UMUR GEOLOGI Middle Eocene – Quarternary ( N 6 – N 23)LINGKUNGAN HIDUP Laut dangkal, dengan kondisi salinitas normal pada daerah dengan iklim

sedang - tropik

DORSAL

Page 60: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

9

UNIVERSITAS DIPONEGORO Laporan Praktikum Mikropaleontologi

Page 61: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

10

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Acara: Foraminifera PlanktonikLABORATORIUM PALEONTOLOGI

Nama Praktikan NIM Nama Fosil Yang DiperiksaEdwin Pranata 21100110141044 Globigerinoides praebulloides

Hari/TGL JAM BATUANKINGDOM ProtistaFILUM/DIVISIO Protozoa

Batulempungkarbonatan

KELAS SarcodinaORDO Foraminifera

JENIS PERAGA YANG DIAMATISUB ORDO RotaliinaSUPER FAMILI Globigerinacea

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN - LAIN FAMILI Globigerinidae

vSPESIES Globigerinoides

trilobusSUB SPECIES -

DESKRIPSI Komposisi dinding test : HyalinJumlah kamar : PolythalamusSusunan Kamar : TrochospiralBentuk test : SubglobularLetak apertur : Terletak pada kamar terakhir dari arah umbilicus ,Hiasan : punctate

UMUR GEOLOGI Miosen bawah - Pliosen ( N 6 – N 20)LINGKUNGAN HIDUP Laut dangkal, dengan kondisi salinitas normal pada daerah dengan iklim

sedang - tropik

DORSAL

Page 62: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

11

UNIVERSITAS DIPONEGORO Laporan Praktikum Mikropaleontologi

Page 63: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

12

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Acara: Foraminifera PlanktonikLABORATORIUM PALEONTOLOGI

Nama Praktikan NIM Nama Fosil Yang DiperiksaEdwin Pranata 21100110141044 Globorotalia nana

Hari/TGL JAM BATUANKINGDOM ProtistaFILUM/DIVISIO Protozoa

Batulempungkarbonatan

KELAS SarcodinaORDO Foraminifera

JENIS PERAGA YANG DIAMATISUB ORDO RotaliinaSUPER FAMILI Globigerinacea

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN - LAIN FAMILI Globotalidae

vSPESIES Globorotalia obesaSUB SPECIES -

DESKRIPSI DESKRIPSIKomposisi dinding test : HyalinJumlah kamar : PolithalamusSusunan Kamar : TrocospiralBentuk test : SpericalLetak apertur : Terletak pada bawah kamar terakhir dari arah umbilikusBentuk Aperteur : Interiomarginal

UMUR GEOLOGI Miosen bawah - Pliosen ( N 6 – N 20)LINGKUNGAN HIDUP Laut dangkal, dengan kondisi salinitas normal pada daerah dengan iklim

sedang - tropik

UNIVERSITAS DIPONEGORO Laporan Praktikum Mikropaleontologi

Dorsal

Page 64: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

13

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Acara: Foraminifera PlanktonikLABORATORIUM PALEONTOLOGI

Nama Praktikan NIM Nama Fosil Yang DiperiksaEdwin Pranata 21100110141044 Globorotalia siakensis

Hari/TGL JAM BATUANKINGDOM ProtistaFILUM/DIVISIO Protozoa

Batulempungkarbonatan

KELAS SarcodinaORDO Foraminifera

JENIS PERAGA YANG DIAMATISUB ORDO RotaliinaSUPER FAMILI Globigerinacea

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN - LAIN FAMILI Globotalidae

vSPESIES Planulina ariminensis

d’orbignySUB SPECIES -

DESKRIPSI Komposisi dinding test : HyalinJumlah kamar : PolythalamusSusunan Kamar : TrochospiralBentuk test : SubglobularLetak apertur : Tidak terlihat

UMUR GEOLOGI Miosen Atas – Kuarter ( N 16 – N 23 )LINGKUNGAN HIDUP Laut dangkal, dengan kondisi salinitas normal pada daerah dengan iklim

sedang - tropik

UNIVERSITAS DIPONEGORO Laporan Praktikum Mikropaleontologi

DORSAL

Page 65: Kedungwungu dan Sekitarnya.pdf

14

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Acara: Foraminifera PlanktonikLABORATORIUM PALEONTOLOGI

Nama Praktikan NIM Nama Fosil Yang DiperiksaEdwin Pranata 21100110141044 Globigerinoides subquadratus

Hari/TGL JAM BATUANKINGDOM ProtistaFILUM/DIVISIO Protozoa

Batulempungkarbonatan

KELAS SarcodinaORDO Foraminifera

JENIS PERAGA YANG DIAMATISUB ORDO RotaliinaSUPER FAMILI Globigerinacea

AYAKAN SAYATAN SMEAR LAIN - LAIN FAMILI Globigerinidae

vSPESIES Pulleniatina primalisSUB SPECIES -

DESKRIPSI Komposisi dinding test : HyalinJumlah kamar : PolithalamusSusunan Kamar : TrocospiralBentuk test : SubglobularLetak apertur : Terletak pada bawah kamar terakhir dari arah umbilikusBentuk Aperteur : InteriomarginalArah dan putaran kamar : Dekstral, dilihat dari ventral mengikuti arah putaran jarum jam

UMUR GEOLOGI Miosen Atas - Pliosen ( N 17 – N 19 )LINGKUNGAN HIDUP Laut dangkal, dengan kondisi salinitas normal pada daerah dengan iklim

sedang - tropik

DORSAL