kedokel

24
LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA PASIEN GIZI KURANG PUSKESMAS KEDIRI III Nama Mahasiswa : Ni Wayan Ari Sawitri (0802005032) Nyoman Gina Henny Kristianti (0802005062) Pande Ayu Naya Kasih Permatananda (0802005110) Dokter Pembimbing Kampus : Dr. Dokter Pembimbing Puskesmas : dr. 1. Identitas Pasien Nama : Putu Gede Arjun R. S. Umur : 3 tahun, 1 bulan, 14 hari Jenis kelamin : Laki-laki Suku : Bali Bangsa : Indonesia Agama : Hindu Pendidikan : Belum sekolah Alamat : Dusun Dauh Rurung, Desa Belalang, Kediri, Tabanan Identitas Ayah Pasien Nama : I Made Suambawa P.N Umur : 26 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Suku : Bali Bangsa : Indonesia 1

Upload: nyoman-gina-henny-kristianti

Post on 25-Apr-2015

26 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kedokteran keluarga

TRANSCRIPT

Page 1: KEDOKEL

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

PASIEN GIZI KURANG

PUSKESMAS KEDIRI III

Nama Mahasiswa :

Ni Wayan Ari Sawitri (0802005032)

Nyoman Gina Henny Kristianti (0802005062)

Pande Ayu Naya Kasih Permatananda (0802005110)

Dokter Pembimbing Kampus : Dr.

Dokter Pembimbing Puskesmas : dr.

1. Identitas Pasien

Nama : Putu Gede Arjun R. S.

Umur : 3 tahun, 1 bulan, 14 hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

Agama : Hindu

Pendidikan : Belum sekolah

Alamat : Dusun Dauh Rurung, Desa Belalang, Kediri, Tabanan

Identitas Ayah Pasien

Nama : I Made Suambawa P.N

Umur : 26 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

Agama : Hindu

Pendidikan : S1 (Sarjana Seni)

Pekerjaan : Wiraswasta (Pemahat patung)

1

Page 2: KEDOKEL

Identitas Ibu Pasien

Nama : Ni Komang Suryati

Umur : 25 tahun

Suku : Bali

Bangsa : Indonesia

Agama : Hindu

Pendidikan : Tamat SMK

Pekerjaan : Housekeeper (Villa)

Keluarga dari pihak ayah

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur Pekerjaan Hubungan

1 Ketut Sandya Pria 62 Wiraswasta (SD) Kakek pasien

2 Putu Dayu Wirati Wanita 59 Wiraswasta (SD) Nenek pasien

3 Swandewi PN Wanita 30 Villa (D2) Bibi pasien

Keluarga dari pihak ibu

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur Pekerjaan Hubungan

4 I Nyoman

Lasion

Pria 65 wiraswasta (bikin

bata merah)

Kakek pasien

5 Ni Putu Sukarmi Wanita 60 IRT Nenek pasien

6 Ni Luh Indiani Wanita 31 Wiraswasta Bibi pasien

7 Ni Made Suanti Wanita 29 IRT Bibi pasien

8 I Gede Warta

Winangun

Pria 22 Wiraswasta Paman pasien

2

Page 3: KEDOKEL

3

1 4

8

2

3

5

7

: laki-laki

: perempuan

: ayah pasien

: pasien

: ibu pasien

Keterangan :

6

Page 4: KEDOKEL

2. Anamnesis

Keluhan utama : berat badan pasien tidak kunjung naik

Riwayat penyakit sekarang

Pasien terdiagnosa bergizi buruk sejak satu tahun yang lalu. Orang tua pasien

mengeluh pasien tampak kurus dibandingkan dengan anak seusianya, dan semenjak

umur 1 tahun berat badan pasien dirasaka tidak meningkat. Pasien rutin dibawa ke

Posyandu setiap bulan untuk ditimbang dan dikatakan bergizi kurang oleh kader

posyandu karena berat badannya tidak sesuai dengan umurnya saat diperiksa,

dibandingkan dengan anak seusianya. Pasien dikatakan saat ini lebih bersemangat dan

lebih aktif disbanding sebelumnya, dimana pasien dikatakan sering tampak lemas dan

tidak aktif bermain.

Saat ini pasien dikatakan hanya suka makan agar-agar, wafer, labu yang direbus

dan makanan ringan lainnya. Sejak umur 1,5 tahun, pasien lebih sering diasuh kakek

neneknya yang bekerja sebagai pedagang di pinggir pantai, sehingga pasien lebih

banyak makan makanan ringan dibanding makanan pokok. Pasien saat ini dikatakan

masih sulit makan, dalam 1 hari pasien makan hanya 1–2 kali, terkadang 3 kali jika

nafsu makannya bagus, dengan porsi setengah sendok nasi, karena pasien sulit makan

pasien diberikan oleh ibu bidan vitamin penambah nafsu makan yang dikonsumsi

hingga saat ini. Namun nafsu makan tidak kunjung bertambah.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien dikeluhkan sering demam, dalam satu bulan dapat terjadi dua kali disertai

batuk dan pilek. Apabila kondisi ini muncul pasien sulit tidur dan nafsu makannya

tambah berkurang. Pasien juga dikeluhkan mengalami diare kurang lebih dua bulan

yang lalu hingga mengakibatkan berat badan pasien menjadi turun. Sebelum pasien

berusia 1 tahun, pasien juga dikeluhkan sering mengalami mencret selama 1 minggu,

yang mengakibatkan berat badanya mengalami penurunan sebanyak 0,5 kg. Ketika

sakit pasien mendapatkan obat penurun panas dan antibiotik serta oralit.

Riwayat Kehamilan

Pasien dikatakan lahir cukup bulan, melalui persalinan normal dan segera

menangis setelah lahir, dengan berat badan saat lahir 2,9 kg, dengan panjang badan

4

Page 5: KEDOKEL

lahir 49 cm, tanpa ditemukan adanya kelainan. Selama kehamilan ibu pasien mengakui

sering mengalami mual dan muntah, dari awal kehamilan hingga umur kehamilan 9

bulan. Nafsu makannya juga dirasakan menurun. Ibu pasien mengatakan rutin

memeriksan kandungannya setiap bulan ke bidan, namun pada usia kehamian 6 bulan

berat badan ibu pasien hanya mencapai 45 kg yang sama dengan berat badan ibu pasien

saat sebelum mengandung. Selain itu berdasarkan hasil USG yang didapatnya dari

pemeriksaan oleh dokter, dikatakan bahwa janin yang dikandungnya kecil. Kemudian

di bidan, ibu pasien diberikan vitamin tambahan sampai usia kehamilan 7 bulan.

Setelah ditimbang saat usia kehamilan 7 bulan berat badan ibu pasien meningkat

menjadi 50 kg, sehingga pemberian vitamin diberhentikan. Hingga akhirnya ketika

mendekati usia persalinan, berat badan ibu pasien mencapai 53 kg. Selama kehamilan

ibu pasien rutin mendapat tablet besi. Ibu pasien mengatakan memiliki riwayat jatuh

dalam keadaan terduduk saat umur kehamilan 6 bulan, namun saat diperiksa kehamilan

tidak ditemukan adanya masalah.

Riwayat tumbuh kembang

Riwayat tumbuh kembang pasien :

- Pasien mampu duduk dengan bantuan saat berumur 4 bulan

- Pasien mampu berdiri sendiri umur 11 bulan

- Pasien mampu berbicara 1 kata (bapak, ibu) saat berumur 1 tahun

- Pasien mampu melambaikan dan menepuk-nepuk tangan saat berumur 1 tahun

- Pasien mampu berjalan dengan bantuan umur 1 tahun 3 bulan

- Pasien mampu berjalan lancar pada umur 1 tahun 5 bulan

- Pasien mampu mencoret-coret pada umur 1 tahun 5 bulan

Riwayat Nutrisi

Pasien dikatakan mendapatkan ASI ditambah dengan susu formula selama 6 bulan,

kemudian pada usia setelah 6 bulan pasien mulai mendapat makanan pendamping ASI

yaitu bubur susu. Setelah berumur 1 tahun, pasien tidak suka minum susu formula, dan

ibu pasien mulai mencoba memberikan bubur beras yang dicampur dengan sayur serta

hati ayam, namun pasien tidak mau makan. Pada umur 2 tahun pasien berhenti

mendapatkan ASI.

Riwayat Penyakit Keluarga

5

Page 6: KEDOKEL

Nenek pasien dari ayah dikatakan memilliki riwayat asma kronis dan tekanan darah

tinggi. Tidak ditemukan adanya penyakit sistemik lainnya seperti kencing manis,

penyakit hati, ginjal dan penyakit lainnya. Sejak kecil kondisi ayah dan ibu pasien

mengalami hal yang sama seperti pasien yaitu sulit makan, sehingga secara fisik

tampak kurus.

Riwayat Sosial

Kedua orang tua pasien bekerja sebagai wiraswasta, dengan pengasilan yang dikatakan

mampu mencukupi kehidupan keluarga sehari-hari. Pasien merupakan anak pertama

dan cucu pertama dalam keluarga ayahnya, sehingga mendapatkan perhatian yang lebih

dari keluarga, dan apa saja keinginannya selalui diikuti. Ibu pasien mengatakan bahwa

pasien sering melempar barang jika keinginannya tidak dipenuhi. Saat berusia 0 -1,5

tahun pasien diasuh penuh oleh ibunya. Namun karena alasan bekerja, pasien diasuh

oleh kakek dan neneknya sejak berumur 1,5 tahun dan lebih sering diajak ikut berjualan

di warung di pinggir pantai. Pasien dikatakan memiliki hubungan yang baik dengan

teman sebayanya. Ibu pasien juga mengatakan pasien lebih dekat dengan ibunya

dibanding dengan ayahnya.

Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi pasien dikatakan telah lengkap sesuai usia pasien. Pasien

mendapatkan imunisasi BCG, Polio, Hepatitis B, DPT, dan campak.

3. Pemeriksaan fisik

Status present

Nadi : 90 x/mnt

Respirasi : 24 x/mnt

Suhu aksila : 36,8°C

Berat badan : 10,2 kg

Panjang badan : 89 cm

Status general

Kepala : Normocephali, rambut tampak kusam, warna cokelat-kehitaman

Mata :Mata cowong (-)

6

Page 7: KEDOKEL

Anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor, injeksi konjungtiva -/-

THT : - Telinga : sekret -/-

- Hidung : rhinorea -/-, serous, encer

- Tenggorok : hiperemi (-)

Toraks : - Inspeksi : statis dan dinamis: semetris; retraksi (-)

- Palpasi : simetris, normal

- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

- Auskultasi : - cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)

: - pulmo : wheezing -/-, rhonki -/-

Abdomen: - Inspeksi : distensi (-)

- Auskultasi : bising usus (+)

- Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba

- Perkusi : timpani di seluruh bagian abdomen

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

7

Page 8: KEDOKEL

4. Alur Kunjungan Lapangan

Penatalaksanaan pasien dengan gizi buruk terdiri dari edukasi, terapi gizi medis,

stimulasi tumbuh kembang, dan intervensi lingkungan. Mengingat keterbatasan waktu

dalam pelaksanaan program ini, maka tahapan yang kami lakukan untuk dapat

mengakomodir penatalaksanaan gizi buruk tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Pasien di Puskesmas Kubu II

Hingga bulan Oktober 2012 terdapat 6 kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas

Kediri III. Hal ini menjadi pusat perhatian dan memerlukan penanganan khusus.

Kami mendapat daftar nama balita dan status gizi mereka yang dipantau oleh pihak

Puskesmas. Salah satu diantaranya bertempat tinggal di daerah yang sulit dijangkau

dekat Pantai, dengan akses jalan yang rusak akibat pembangunan. Pasien tersebut

dikatakan sudah mendapat perhatian dari puskesmas yakni bantuan makanan

tambahan sejak satu tahun terakhir, namun berat badan pasien dikatakan tidak

mengalami peningkatan sama sekali. Kami mendapat informasi mengenai pasien

dari pemegang program gizi ‘Ibu Anik’, yang selanjutnya menuntun kami untuk

pergi ke Pustu Belalang menemui bidan yang mengetahui dengan pasti lokasi rumah

pasien.

2. Kunjungan Pertama

Berdasarkan data status gizi pasien di Puskesmas dan wawancara dengan pemegang

program, kami mendapat gambaran mengenai pasien gizi buruk dan upaya yang

selama ini telah dilakukan oleh Puskesmas. Selanjutnya kami merujuk pada literatur

dan rekomendasi Depkes RI tentang penatalaksaan gizi buruk. Beranjak dari hal

tersebut kami datang ke rumah pasien tanggal 11 Oktober 2012 dan melakukan

beberapa upaya intervensi antara lain :

a. Memantau status gizi pasien terkini dengan melakukan penimbangan dan

pengukuran tinggi badan dan disesuaikan menurut tabel SK menteri tahun 2010

merujuk antropometri WHO 2005. Kami mendapati pasien menderita gizi buruk

berdasarkan kriteria BB/U dan sangat pendek menurut kriteria PB/U yang

dicocokkan dengan tabel tersebut. Kemudian pasien tergolong kurus

berdasarkan kriteria BB/PB

b. Edukasi pada orang tua pasien mengenai kondisi yang diderita oleh pasien,

mencakup status gizi, faktor risiko, komplikasi dan penatalaksanaan.

8

Page 9: KEDOKEL

c. Fokus utama penanganan gizi kurang adalah memperbaiki status gizi dengan

pemberian asupan bergizi termasuk makanan tambahan. Selain itu juga penting

stimulasi anak sesuai dengan usia tumbuh kembangnya sehingga tercapai

perkembangan mental mengikuti pertumbuhan fisik yang memadai.

d. Pemberian makanan tambahan untuk tumbuh kejar, berupa susu full cream,

minyak sayur dan gula.

e. Edukasi mengenai jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan anak.

f. Edukasi mengenai asupan bergizi seimbang dan contoh resep masakan bergizi

sesuai kebutuhan pasien.

g. Edukasi mengenai kesehatan lingkungan rumah untuk memperkecil

kemungkinan terjadinya infeksi yang berpengaruh terhadap gizi keluarga

terutama pasien.

h. Edukasi mengenai pentingnya stimulasi perkembangan mental anak melalui

terapi bermain oleh orang tua. Kami juga memberikan mainan edukatif usia

anak 36 bulan untuk menstimulasi tumbuh kembang anak sesuai usianya.

3. Kunjungan Kedua

Kunjungan kedua tanggal 19 Oktober 2012 bertujuan untuk mengevaluasi intervensi

yang sudah dilakukan selama satu minggu. Kami memantau kembali status gizi pasien

dengan menimbang berat dan mengukur panjang badan pasien. Adapun berat badan

pasien berhasil naik 0,2 Kg. Kondisi lingkungan rumah pasien tidak banyak berubah

namun kebersihan dalam rumah lebih terjaga. Demikian juga alat rumah tangga

tersusun rapi pada tempat yang jauh dari ternak. Hasilnya selama satu minggu terakhir

pasien tidak lagi batuk, pilek dan demam seperti yang dulu kerap kali dialami. Nafsu

makan pasien meningkat dan pasien bermain lebih aktif. Orang tua mengakui telah

rutin menemani anak bermain menggunakan mainan yang telah diberikan setiap hari

selama ± 30 menit dan pasien telah dapat menyusun donat sesuai dengan urutannya.

5. Daftar Masalah

Adapun permasalahan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :

Orang tua pasien belum sepenuhnya mengerti mengenai kondisi pasien, antara lain

mengenai

a. Arti dari gizi kurang dan penatalaksaan terkait hal tersebut.

9

Page 10: KEDOKEL

b. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang seperti asupan

makanan, kebersihan lingkungan tempat tinggal dan infeksi.

c. Akibat dari gizi kurang terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental

anak.

Orang tua pasien belum mengerti akan arti penting stimulasi perkembangan mental

anak terutama terapi bermain bagi anak usia 36 bulan.

6. Analisis Faktor Risiko

a. Genetik

Adanya riwayat gizi kurang dan kebiasaan sulit makan pada orang tua

b. Perilaku

1. Berdasarkan wawancara kepada orang tua pasien didapatkan bahwa pasien

terbiasa makan makanan ringan dan untuk dituruti keinginannya. Pasien biasa

bermain dengan lingkungan sekitarnya.

2. Pola makan pasien tidak teratur bergantung pada nafsu makan pasien.

3. Ibu pasien terbiasa mencuci peralatan dapur dan makan dengan air cucian

berulang.

c. Lingkungan

Pasien tinggal di lingkungan pedesaan, dengan jumlah hunian dalam satu rumah

sebanyak 6 orang. Kebersihan rumah kurang. Ternak dibiarkan berkeliaran hingga

ke dalam rumah. Sumber air jauh dari tempat tinggal.

d. Pelayanan Kesehatan

1. Tempat tinggal pasien cukup dekat dengan Puskesmas Pembantu, namun

lokasinya cukup sulit dijangkau dari puskesmas induk.

2. Pemberian bantuan makanan tambahan oleh Puskesmas bergantung

padasumbangan dan alokasi dana Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan.

7. Analisis Kebutuhan Pasien

1. Kebutuhan Fisik-Biomedis

Analisa Kebutuhan Gizi

Perhitungan kebutuhan kalori bagi penderita ini dihitung sesuai dengan petunjuk

teknis tatalaksana gizi buruk Direktorat Bina Gizi. Usia pasien 36 bulan dan berat

badan pasien ,2 kilogram maka, kalori yang dibutuhkan = 7,2 kg x 200

kkal/kgbb/hr = 1440 kkal

10

Page 11: KEDOKEL

Makanan bayi/ lumat 3 x =3 x 250 Kkal = 750 Kkal

F-100 : 4 x 150 cc = 4 x 150 Kkal = 600 Kkal

Sari buah 2 x 100 cc =2 x 45 Kkal = 90 Kkal+

Total = 1440 Kkal

Dengan perhitungan diatas maka dicoba untuk memberikan contoh resep masakan

sesuai kebutuhan kalori yang dianjurkan.

1. Bubur Ayam dan Sayuran (untuk anak umur 12-23 bulan)

Bahan :

25 gram beras

10 gram daging ayam cincang

25 gram wortel cincang

10 gram kacang merah

5 gram (1 sdt) minyak

½ sdm bawang merah

1 sdm kecap manis

Garam beryodium secukupnya.

Cara membuat:

1. Masak beras dengan air hingga menjadi nasi lembek atau bubur

2. Tumis daging ayam dengan bawang merah tambahkan kacang merah, wortel

dan sedikit kecap serta garam. Rebus sampai empuk.

3. Untuk menghidangkan, tuang tumisan di atas nasi lembek atau bubur

4. Berikan kepada balita selagi hangat.

2. Bola Tempe Saus Kuning (untuk anak umur 12-23 bulan)

Bahan :

100 gram tempe

20 gram tomat

1 sdt bawang putih cincang

1 sdm bawang merah cincang

2 butir kemiri

½ sdt kunyit iris

10 gram minyak untuk menggoreng

11

Untuk 1porsiNilai Gizi per porsi : Energi = 225 Kkal Protein= 7,6 gram

Untuk 4 porsiNilai Gizi per porsi : Energi = 250 Kkal Protein= 10 gram

Page 12: KEDOKEL

Cara membuat:

1. Tempe dihaluskan hingga bisa dibulatkan dengan menggunakan 2 sendok

teh. Goreng dalam minyak panas

2. Buat bumbu dengan menghaluskan kemiri, kunyit, bawang putih.

3. Bumbu yang sudah dihaluskan di tumis dengan minyak dan bawang merah,

tambahkan tomat iris dan sedikit air.

4. Campurkan bola tempe ke dalam bumbu, dimakan dengan nasi 50 gram.

2. Kebutuhan Psikososial

Faktor psikososial

Dalam keadaan ini pasien sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari

keluarga. Terapi bersifat jangka panjang yang memerlukan kedisiplinan dan

pemantauan secara teratur. Selain itu stimulasi dari orang tua terhadap

perkembangan mental anak tidak kalah penting.

8. Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga

1. Personal

Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan sekedar

mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara holistik dari

semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual. Memberikan

konseling kepada seluruh orang tua untuk memberikan perhatian dan stimulasi

kepada pasien. Hal ini tercermin dari alur kunjungan yang telah kami lakukan,

terlihat juga dalam analisisis kebutuhan pasien.

2. Paripurna (komprehensif)

Pencegahan Primer :

a. Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai apa itu gizi buruk, faktor

risiko, status gizi, komplikasi dan penatalaksanaannya.

b. Mengetahui anak yang berisiko tinggi:

Anak yang berisiko tinggi antara lain:

1. Berat badan lahir rendah

2. Infeksi pada anak termasuk infeksi saluran pernafasan akut dan diare

3. Pola makan tidak teratur termasuk pemberian ASI

4. Imunisasi tidak lengkap

12

Page 13: KEDOKEL

c. Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang

pentingnya perhatian orang tua terhadap perbaikan kondisi pasien.

d. Memberikan edukasi orang tua mengenai asupan bergizi seimbang.

e. Menganjurkan orang tua pasien membawanya ke Posyandu secara teratur

untuk dipantau status gizinya

Pencegahan Sekunder :

a. Terapi fase stabilisasi dengan pemberian makanan tambahan sesuai dengan

rekomendasi WHO.

b. Melakukan pemeriksaan status gizi secara teratur (pengobatan tepat).

c. Pemberian vitamin A dan tablet Fe.

d. Menganjurkan kepada orang tua pasien apabila terdapat anggota

keluarga yang mengalami gejala penyakit infeksi (demam, batuk, pilek, dan

berat badan menurun) untuk cepat memeriksakan diri ke dokter (deteksi

dini).

Pencegahan Tersier :

a. Memberi stimulasi berupa terapi bermain minimal selama 30 menit setiap

hari.

b. Hindari kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres pada anak.

c. Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa terdapat banyak komplikasi dari

gizi buruk seperti gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan

infeksi sekunder seperti pneumonia.

d. Apabila penderita mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan

penyakitnya dan mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.

3. Berkesinambungan

Pasien dipantau terus tentang status gizinya. Dalam hal ini pasien dianjurkan

untuk melanjutkan kebiasaan kontrol rutin tiap 1 bulan ke tempat pelayanan

kesehatan atau Posyandu.

4. Koordinatif dan Kolaboratif

a. Melakukan koordinasi dengan kader Posyandu untuk melakukan pengecekan

status gizi secara rutin.

b. Berkoordinasi dengan Puskesmas dalam rangka penyediaan makanan

tambahan bagi balita bergizi buruk.

13

Page 14: KEDOKEL

c. Berkoordinasi dengan keluarga pasien untuk memberikan stimulasi kepada

pasien dan berperan aktif memberikan terapi pasien demi kesehatan dan

tumbuh kembang pasien.

5. Mengutamakan Pencegahan

Dalam upaya pencegahan telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menganjurkan pada orang tua pasien untuk memberikan makanan

tambahan tumbuh kejar secara rutin.

b. Menganjurkan pada orang tua pasien untuk membawa pasien ke

Posyandu setiap bulan untuk dipantau status gizinya.

c. Menganjurkan pada orang tua pasien untuk memberi stimulasi berupa

terapi bermain selama 30 menit setiap hari.

d. Mengajurkan pada orang tua pasien untuk melanjutkan imunisasi dan

pemberian suplemen tambahan sesuai jadwal.

e. Memberikan edukasi mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal

untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.

6. Family and Community Oriented

Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang pentingnya

hidup sehat antara lain mengatur pola makan seimbang, tidak merokok dan

menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

KESIMPULAN :

Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga. Dimana perjalanan

penyakit yang panjang sehingga diperlukan intervensi yang lama, kerja sama antar

berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga, dan penyedia pelayanan kesehatan.

Intervensi bukan hanya terhadap penyakitnya saja. Akan tetapi, melihat manusia

seutuhnya. Kunjungan rumah dilakukan untuk mewujudkan hal ini dimana pendekatan

terhadap pasien beserta keluarganya dengan mengunakan prinsip-prinsip kedokteran

keluarga menjadi prioritas.

Adapun yang telah kami laksanakan dalam Praktek Kedokteran Keluarga ini,

meliputi kegiatan :

Dalam gedung :

- Penemuan kasus Putu Gede Arjun dengan gizi kurang.

14

Page 15: KEDOKEL

- Wawancara dengan pemegang program terkait kasus, terutama masalah

spesifik yang dialami pasien

- Pencatatan data status gizi pasien merujuk pada laporan Posyandu bulan

Septemer 2012.

Kunjungan rumah :

- Anamnesis dengan orang tua Putu Gede Arjun untuk mengidentifikasi

keluhan utama, faktor risiko, observasi tentang gambaran kesehatan keluarga,

dan gambaran tempat tinggal pasien.

- Memberikan penjelasan mengenai status gizi balita dan faktor-faktor

risiko gizi buruk, utamanya berfokus pada asupan bergizi seimbang,

pencegahan infeksi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.

- Melakukan intervensi berupa saran-saran yang harus dilaksanakan untuk

mengatasi gejala yang timbul saat ini dan memberikan pemahaman tentang

pencegahan primer, sekunder, dan tersier serta bagaimana pelaksanaannya,

sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku agar kasus yang sama di

keluarga tersebut dapat dihindari.

- Memberikan bantuan berupa makanan tambahan yaitu susu full cream,

biscuit, minyak sayur, dan gula.

- Memberikan mainan edukatif sesuai usia sebagai sarana stimulasi

tumbuh kembang anak.

15

Page 16: KEDOKEL

Dokumentasi Kegiatan Kunjungan Rumah

Gambar 1-2. Pada kunjungan pertama ke rumah pasien dokter muda melaksanakan

edukasi pada orang tua pasien mengenai gizi kurang dan penatalaksanaannya

Gambar 3. Saat kunjungan kedua untuk mengevaluasi program yang sudah dilakukan selama satu minggu.

16

Page 17: KEDOKEL

Gambar 4. Kondisi rumah pasien

Gambar 5. Kondisi dapur tempat orang tua pasien memasak

Gambar 6. Kondisi kamar mandi rumah pasien

17

Page 18: KEDOKEL

Gambar 7. Kondisi halaman rumah pasien dengan ternaknya.

18