kedangkalan pemahaman ham dalam lingkar pendidikan

44
BAB I PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 28 A-Jpasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, pasal 31 ayat 1, dan pasal 34. HAM merupakan bagian integral dari kajian dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila komunitas internasional memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM di tingkat domestik. Malahan, peran komunitas internasional sangat pokok dalam perlindungan HAM karena sifat dan watak HAM itu sendiri yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan individu terhadap kekuasaan negara yang sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana telah sering dibuktikan sejarah umat manusia sendiri. Di indonesia sendiri, undang-undang yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia termuat dalam UU. No. 39 Tahun 1999. Salah satu hak yang termuat dalam 1

Upload: anis-lee-xie

Post on 26-Jul-2015

161 views

Category:

Law


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang

Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang

sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM

tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of

Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia,

seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 28 A-Jpasal 29 ayat 2, pasal 30

ayat 1, pasal 31 ayat 1, dan pasal 34.

HAM merupakan bagian integral dari kajian dalam disiplin ilmu

hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila

komunitas internasional memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu

HAM di tingkat domestik. Malahan, peran komunitas internasional sangat

pokok dalam perlindungan HAM karena sifat dan watak HAM itu sendiri

yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan individu terhadap

kekuasaan negara yang sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana

telah sering dibuktikan sejarah umat manusia sendiri.

Di indonesia sendiri, undang-undang yang mengatur tentang Hak

Asasi Manusia termuat dalam UU. No. 39 Tahun 1999. Salah satu hak yang

termuat dalam UU tersebut di antaranya yaitu hak untuk memperoleh

keadilan. Rasa keadilan tentunya sangat dibutuhkan oleh semua kalangan,

termasuk dalam dunia pendidikan, khususnya pada Sekolah Tinggi. Akhir-

akhir ini marak sekali pendidikan yang memberikan pengajaran berupa

pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (ospek). Namun,

pendidikan tersebut kurang diimbangi dengan penegakan Hak Asasi Manusia

yang seutuhnya. Pasalnya, saat awal mendapatkan pendidikan dari kegiatan

ospek, mereka kurang mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari

senior mereka. Seperti penglocoan, para junior diperlakukan bukan layaknya

manusia. Memang perilaku kurang menyenangkan saat kegiatan ospek sudah

biasa, namun tidak biasa jika hal tersebut sudah menyalahi aturan tentang

Hak Asasi Manusia.

1

Page 2: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Contoh kasus kekerasan dalam dunia pendidikan yaitu kasus IPDN

pada tahun 2003 dan 2007. Pada tahun tersebut terjadi kekerasan saat

kegiatan orientasi yang dilakukan oleh senior kepada juniornya hingga

berujung kematian. Hal ini mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak.

Karena dari tahun ke tahun lembaga pendidikan IPDN selalu ditemui kasus

yang serupa dengan hal itu. Yang menjadi pertanyaan yaitu mengapa lembaga

tersebut selalu menerapkan tindak kekerasan dalam mengimplimintasikan

pendidikannya. Padahal dalam kurikulum pendidikan sudah banyak

diterapkan sistem PAIKEM yang selalu mengedepankan pendidikan yang

menyenangkan dan efektif dalam pembelajarannya. Hal itu sudah biasa jika

pendidikan tersebut diperuntukkan untuk kemiliteran.

Latar belakang kelompok kami mengangkat kasus kekerasan pada

lembaga pendidikan IPDN yaitu kelompok kami ingin mendiskusikan

bersama-sama apa yang melatarbelakangi beberapa kekerasan yang terjadi

pada IPDN hingga berujung kematian. Dimana dari kasus inilah kita semua

bisa berpikir luas tentang makna dari penegakan HAM dalam dunia

pendidikan yang sebenarnya. Dengan begitu kedepannya kasus

penyalahgunaan HAM bisa diminimalisir dan bisa teratasi dengan baik.

3.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mengapa kasus kekerasan IPDN dikatakan pelanggaran HAM?

1.2.2 Apa penyebab kasus kekerasan ini terus berlangsung hingga 2007?

1.2.3 Bagaimana solusi untuk memutus rantai tindakan pelanggaran HAM

di IPDN?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui bukti kekerasan di IPDN termasuk pelanggarn

HAM.

1.3.2 Untuk mengetahui penyebab kasus kekerasan di IPDN.

1.3.3 Untuk mencari solusi agar pelanggaran HAM dalam lingkar

pendidikan dapat teratasi.

1.4 Manfaat

2

Page 3: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Makalah ini kami susun bagi para pembaca agar bermanfaat

mengurangi tindakan pelanggaran HAM, terutama dalam lingkar

pendidikan.Dan dapat meningkatkan pemahaman, penghormatan dan

penegakkan HAM agar lebih diakui dan dijunjung harkat dan martabat

setiap individu kedepannya dengan berkaca pada contoh kasus yang kami

bahasdalammakalahini.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Pengertian HAM dan Pelanggaran HAM

3

Page 4: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Hak asasi manusia (HAM) terbentuk dari tiga kata, yaitu hak,

asasi, dan manusia. Hak berarti milik atau kepunyaan. Hak juga

didefinisikan sebagai kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Asas berarti

pokok, dasar, atau utama. Asasi berarti yang dasar atau yang pokok.

Manusia didefinisikan sebagai orang, insan, atau makhluk yang berakal

budi. Dengan demikian hak asasi manusia dapat didefinisikan sebagai

milik atau kepunyaan yang bersifat mendasar atau pokok yang melekat

pada seseorang sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

Hak asasi manusia dijabarkan atau dikembangkan menjadi

kewajiban-kewajiban dan hak-hak lainnya. Ada beberapa pengertian hak

asasi manusia sebagai berikut.

1. Jan Materson (Komisi HAM PBB) berpendapat bahwa hak asasi

manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang

tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

2. John Locke berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak

yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai

hak yang kodrati.

3. Miriam Budiardjo mengemukakan bahwa hak asasi adalah hak yang

dimiliki manusiayangtelahdiperolehdandibawanyabersamaandengan

kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.

4. Muladi berpendapat hak asasi adalah segala hak-hak dasar yang

melekat dalam kehidupan manusia (those rights which are inherent

in our nature and without which we cannot live as human being).

5. Peter R. Baehr menjelaskan hak asasi manusia sebagai hak dasar

yang dipandang mutlak perlu untuk perkembangan individu.

6. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, hak

asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi

dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang

demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

4

Page 5: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Jadi, secara umum Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai

seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal.

Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat

(Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD

1945Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29

ayat 2, pasal 30 ayat 1,pasal 31 ayat 1, dan pasal 34.

Menurut pasal 1 angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud

dengan pelanggaran HAM setiap perbuatan seseorang atau kelompok

termasuk aparat Negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau

kelalaian yang secara umum mengurangi, menghalangi, membatasi dan

atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh

UU dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh

penyesalan hokum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hokum

yang berlaku.

2.2 Jenis-jenis HAM dan Pelanggaran HAM

Jenis-jenis HAM

Pembagian bidang, jenis, dan macam HAM dunia, yaitu :

a. Hak asasi pribadi/personal rights

b. Hak asasi politik/political rights

c. Hak asasi hokum/lgal equality rights

d. Hak asasi ekonomi/property rights

e. Hak asasi peradilan/procedural rights

f. Hak asasi social budaya/social culture rights

Jenis-jenis pelanggaran HAM

Kasus pelanggaran HAM dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

1. Pembunuhan masal (genisida)

2. Pembunuhan sewenang-wenang atau diluar putusan

pengadilan

3. Penyiksaan

4. Penghilangan orang secara paksa

5

Page 6: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

5. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara

sistematis.

b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

1. Pemukulan

2. Penganiayaan

3. Pencemaran nama baik

4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

5. Menghilangkan nyawa orang lain.

2.3 UUD 1945 dan UU yang Mengatur Tentang HAM

a. UUD I945

Pasal 27 ayat 2 tentang Pekerjaan dan penghidupan yang layak

Pasal 27 ayat 3 tentang Bela negara

Pasal 28 tentang Kebebasan berpendapat

Pasal 28 A-J tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 29 ayat 2 tentang Kebebasan memeluk agama

Pasal 30 ayat 1 tentang Pertahanan dan keamanan negara

Pasal 31 ayat 1 tentang Pendidikan

Pasal 34 ayat 1 tentang Pemeliharaan fakir miskin dan anak

terlantar

b. UU

UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

2.4 Profil IPDN

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) adalah salah satu

Lembaga Pendidikan Tinggi Kedinasan dalam lingkungan Departemen

Dalam Negeri, dengan maksud untuk mempersiapkan kader pemerintahan

dalam negeri yang siap tugas dan siap dikembangkan dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan, baik di

tingkat daerah maupun di tingkat pusat secara berdaya guna dan berhasil

guna.

6

Page 7: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Berawal dari didirikannya Akademi Pemerintahan Dalam Negeri

(APDN) di Malang Jawa Timur pada tanggal 1 Maret 1956 berdasarkan SK

Mendagri No.Pend. 1/20/565 tanggal 24 September 1956 dengan Direktur

Pertama dr. Raspio Woerjadiningrat. Untuk memenuhi kebutuhan akan

tenaga kader aparatur pemerintah di tiap daerah, maka sejak tahun 1965

satu demi satu didirikan APDN di berbagai propinsi dan pada tahun 1970

telah berdiri 20 APDN di seluruh Nusantara, lokasi-lokasi APDN tersebut

adalah di Banda Aceh, Medan, Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi, Palembang,

Tanjung Karang, Bandung, Semarang, Malang, Mataram, Kupang, Ujung

Pandang, Manado, Pontianak, Banjarmasin, Palangkaraya, Samarinda,

Ambon, dan Jayapura.

Sampai dengan tahun pendidikan 1991, yaitu tahun alumnus

berakhimya operasi APDN di daerah-daerah telah menghasilkan 27.910

orang, yang penempatannya tersebar di 27 Propinsi. Kini para alumninya

sudah mengembangkan diri untuk pendidikan selanjutnya dan pada

umumnya sudah menduduki jabatan teratas di lingkungan Departemen

Dalam Negeri. Untuk menyamakan pola pendidikan APDN dikeluarkan

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 38 Tahun 1988 tentang

Pembentukan APDN yang bersifat Nasional yang dipusatkan di

Jatinangor, Sumedang Jawa Barat . Dalam proses perkembangan

selanjutnya dikeluarkan Keputusan Presiden No.42 Tahun 1992, yang

mengubah APDN menjadi Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri

disingkat menjadi STPDN. Bagi lulusan Program D-IV STPDN berhak

menyandang gelar "SSTP" (“Sarjana Sains Terapan Pemerintahan”).

Lulusan atau alumni STPDN diharapkan memiliki tiga kompetensi dasar

yaitu :

Kepemimpinan (Leadership),

Kepelayanan (Stewardship),

Kenegarawanan (Statemanship).

Setelah terjadi kasus kekerasan pada praja Wahyu Hidayat yang

menyebabkannya meninggal dunia, pemerintah melalui Departemen

7

Page 8: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Dalam Negeri akhirnya memutuskan melebur Sekolah Tinggi

Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dan Institut Ilmu Pemerintahan

(IIP) dalam wadah baru bernama Institut Pemerintahan Dalam Negeri

(IPDN) pada tahun 2005. Perubahan yang diatur Keppres Nomor

87/2004 tentang Penggabungan STPDN dan IIP dan Permen Dalam

Negeri No. 29 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN.

2.5 Kasus Kekerasan IPDN

Bandung – Kekerasanfisikkerap kali terjadi di kampus IPDN-

sebelumnya STPDN. Beberapa orang meninggal dalam ospek mahasiswa

baru yang dilakukan oleh IPDN. Jumlah orang yang meninggal dari tahun

1993-2007 diperkirakan 35 orang. Angka kematian tersebut rata-rata

disebabkan oleh perlakuan tidak layak dari senior kepada mahasiswa baru.

Salah satu korban yang menarik perhatian pemerintah pada tahun 2007

adalah Cliff Muntu, di mana IPDN diduga berusaha menutupi penyebab

kematian mahasiswa tersebut dengan cairan formalin.Tewasnya Cliff

Muntu bukan kejadian satu-satunya.

Sejak 1990-an sampai 2005 tercatat 35 praja tewas.Namun dari

total praja yang tewas, hanya 10 kasus saja yang terungkap di media

massa.Banyaknya kasus praja IPDN yang tewas ini didasarkan hasil riset

yang dilakukan dosen IPDN, Inu Kencana.Inu melakukan

risetterkaitdisertasidoktornyayang belumdisidangkan di

UniversitasPadjajaran.Disertasi itu berjudul Pengawasan Kinerja STPDN

Terhadap Sikap Masyarakat Kabupaten Sumedang. Data-data yang

berhasil dihimpunnya dan dimasukkan dalam disertasinya, antara lain

tentang kasus kematian di kampus yang berlokasi di Sumedang, Jawa

Barat itu.

Menurut dia, sejak 1990-an terjadi kematian sekitar 35 praja.

Namun yang terungkap hanya 10 orang.

Tahun 1994, Madya Praja Gatot dari Kontingen Jatim yang

meninggal ketika menjalani latihan dasar militer dan dadanya

retak.

8

Page 9: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Tahun 1995, Alvian dari Lampung, meninggal di barak tanpa

sebab.

Tahun 1997, Fahrudin dari Jateng, meninggal di barak tanpa sebab.

Tahun 1999, Edi meninggal dengan dalih sedang belajar sepeda

motor di lingkungan kampus.

Tahun 2000, Purwanto meninggal dengan dada retak.

Tahun 2000, Obed dari Irian Jaya, meninggal dengan dada retak.

Tahun 2000, Heru Rahman dari Jawa Barat yang meninggal akibat

tindak kekerasan. Kasusnya sempat menjadi bahan berita.

Kasusnya dilimpahkan di pengdilan.

Tahun 2000, Utari meninggal karena aborsi dan mayatnya

ditemukan di Cimahi.

Tahun 2003, Wahyu Hidayat yang juga ramai diberitakan

meninggal karena tindak kekerasan. Kasusnya dilimpahkan ke

pengadilan.

Tahun 2005, Irsan Ibo meninggal karena dugaan narkoba.

“Data ini saya kejar sendiri ketika saya berada dalam pengurusan

senat.Yang aneh pelanggaran berat yang menyebabkan kematian, hanya

sedikit sekali praja yang terlibat yang dikeluarkan,” beber Inu.

Jawa Pos

Senin, 09 Apr 2007,

*Kehidupan Sarat Kekerasan di Kampus IPDN *

Puas Pukuli Junior, Praja Senior Nyanyi Bersama

Cliff Muntu adalah praja ke-37 yang tewas karena kekerasan di

kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor,

Sumedang. Mengapa budaya kekerasan sulit hilang di lembaga

pendidik calon camat itu?

YUGI PRASETYO, Sumedang

Ketika Wahyu Hidayat tewas pada 2003, banyak yang percaya dia

adalah korban terakhir di IPDN. Saat itu, IPDN masih bernama Sekolah

Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).Setelah kasus kematian

9

Page 10: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

praja asal Jawa Barat itu, para praja semua tingkat dikumpulkan untuk

mengucapkan ikrar. “Kami berjanji meninggalkan segala bentuk

kekerasan….” Begitu sebagian isi ikrar para praja.

Namun, janji tinggallah janji.Ikrar pun hanyalah torehan tinta

hitam di atas kertas yang bisa luntur. Cliff Muntu, praja asal Manado, juga

tewas karena dianiaya para seniornya. Delapan orang praja ditetapkan

sebagai tersangka dan langsung dipecat dari IPDN dan divonis 3 Thun

penjara .Meski begitu, tetap saja muncul pertanyaan, siapa bisa menjamin

Cliff Muntu adalah korban terakhir?

10

Page 11: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasuskekerasan IPDN merupakanpelanggaran HAM

Kasus yang terjadi pada lembaga pendidikan IPDN termasuk dalam

pelanggaran HAM berat. Pelanggaran di IPDN bisa dikategorikan

pelanggaran HAM berat. “Dalam UUD 45 Pasal 28 B ayat (2) menegaskan

“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Seperti yang

tertera dalam UUD 1945 Pasal 28 i ayat (1) yaitu “Hak untuk hidup, hak

untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan, pikiran hati nurani, hak beragama, hak

untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebgagai pribadi di depan hukum,

dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak

asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”. Sementara

Pasal 28 i ayat (2) “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat

diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan

terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Kenyataannya di IPDN

justru terjadi pelanggaran HAM berat yang notabene melanggar UUD 45

yang sebenarnya menjadi lan-dasan pendidikan mereka.

Hal ini sependapat dengan Komnas HAM yang mengatakan bahwa

kekerasan pada IPDN merupakan pelanggaran HAM terberat. Seperti yang

dilansir oleh liputan6.com pada 29 September 2003, “Komisi Nasional Hak

Asasi Manusia (Komnas HAM) menganggap kekerasan di lingkungan

Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor, Sumedang, Jawa

Barat, memenuhi syarat sebagai kasus pelanggaran HAM berat. Demikian

dikemukakan anggota Komnas HAM Koesparmono Irsan. Menurut

Koesparmono, jenis pelanggaran HAM berat adalah genosida atau

pembasmian etnis atau ras secara sistematis, pembunuhan massal, dan

kejahatan terhadap kemanusiaan. Kasus STPDN, menurut Koesparmono,

dari data awal sudah memenuhi indikasi adanya kejahatan kemanusiaan

yang dilakukan secara sistematis dan meluas. Komnas HAM rencananya

akan menggelar sidang pleno untuk mengusut pelanggaran HAM di STPD”.

11

Page 12: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Hal itu juga sependapat dengan Dewan Eksekutif Mahasis-wa Fakultas

Hukum (DEM FH) UKIT. “tindak kekerasan dan penganiayaan fisik yang

mengakibatkan kematian Cliff Muntu di kampus IPDN. Di mana telah terjadi

pelangga-ran nilai-nilai Pancasila, UUD 45 dan HAM. Di mana prinsip

pendidikan seharusnya diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan

serta tak diskriminatif dengan menjunjung HAM. Ini sangat jelas merusak

wajah dunia pendidikan”

3.3 Penyebab kasus kekerasan ini terus berlangsung hingga 2007

Dalam lingkup pendidikan IPDN memiliki beberapa tujuan pendidikan,

visi dan misi dalam mewujudkan pendidikan yang berlangsung pada praja

IPDN.

Tujuan Pendidikan IPDN

Pendidikan IPDN bertujuan membentuk kader pamong praja, yang memiliki

triple-competence sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mengelola kebhinekaan bangsa dan nusantara

menjadi kekuatan nasional (tunggal ika), memproses persatuan dan

melestarikan kesatuan bangsa (Bhineka Tunggal Ika).

2. Kemampuan untuk berfungsi sebagai conductor (dirigent), yaitu

kemampuan untuk mengelola berbagai fungsi dan tugas yang

berbeda-beda, mengidentifikasi konflik atau nada sumbang sekecil

apapun dan mengoreksinya sehingga tercipta harmoni antar pihak 

dan pada gilirannya menghasilkan kinerja maksimal untuk

kesejahteraan masyarakat.

3. Kemampuan untuk berkoordinasi dengan pihak lain yang fungsinya

berbeda dan berfungsi sebagai koordinator antar berbagai satuan

kerja yang berlainan yang beroperasi dalam suatu wilayah/daerah.

Visi 

Visi yang  ditetapkan  Institut Pemerintahan Dalam Negeri  dalam

mewujudkan cita-cita tersebut dalam waktu sepuluh tahun ke depan

12

Page 13: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

adalah”Menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan yang

terpercaya dalam mengemban tugas pengembangan ilmu, pembentukan

perilaku kepamongan dan penyedia kader pemerintahan yang terampil”.

Misi

Untuk mencapai  visi tersebut, maka misi Institut Pemerintahan Dalam

Negeri ditetapkan sebagai  berikut:

1. Mensinergikan kekuatan sivitas akademika Institut Pemerintahan

Dalam Negeri.

2. Mengembangkan kurikulum berbasis pengajaran, pelatihan, dan

pengasuhan (Jar-Lat-Suh).

3. Membangun jaringan kerjasama dengan berbagai kalangan yang

mampu mendukung pengembangan kurikulum dan implementasinya.

4. Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian,

dan Pengabdian Masyarakat).

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Institut Pemerintahan

Dalam Negeri.

6. Memberdayakan praja sebagai subyek pendidikan dan aset nasional.

Pemaparan tentang apa yang terjadi di IPDN dan bagaimana itu

terjadi, pada gilirannya tidak mampu mengungkap dan menjawab pertanyaan

tentang: mengapa bisa terjadi tindak kekerasan selama bertahun-tahun di

IPDN.

Melalui kegiatan yang disebut Wahana Bina Praja, semacam Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) di perguruan tinggi, siswa-siswa senior merasa

berhak memukuli adik-adik kelasnya dengan dasar kesalahan yang hanya

dicari-cari belaka. Pemukulan dilakukan pada malam hari selepas kegiatan

ekstra dan berdasarkan doktrin “Binalah juniormu dengan cara menyentuh

hatinya. Kalau tidak bisa, sentuhlah ulu hatinya”.

Doktrin lainnya adalah “Bila tidak bisa diluruskan, maka patahkan”.

Doktrin ini menjadi pembenaran dilakukannya pemukulan dan penyiksaan

13

Page 14: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

terhadap siswa di IPDN. Beberapa siswa yang tidak tahan atas pemukulan

dan penyiksaan di IPDN berusaha kabur dari lembaga yang awalnya bernama

Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) itu. Pada dasarnya doktin

tersebut berasal dari statement mahasiswa senior yang berangsur secara turun

temurun. Kesalapahaman makna disiplin dari lembaga IPDN dengan praja

sehingga muncul doktrin-doktrin antar praja yang pada akhirnya menjadi

turun temurun.

Doktrin IPDN: Tak Bisa Sentuh Hati Junior, Sentuh Ulu Hatinya

Erna Mardiana - detikNews

Bandung - Selain mendapat 'restu' dari lembaga dengan keluarnya SK pembinaan, serta pengalaman saat

menjadi junior pernah mengalami kekerasan, di kalangan praja senior juga tertanam doktrin yang membuat

mereka makin beringas. "Ada ungkapan yang sangat ekstrem dan hidup di seluruh praja. Jika praja junior tidak

bisa disentuh hatinya, maka sentuhlan ulu hatinya. Lalu ada satu lagi doktrin, binalah para junior dengan cara

apapun tapi sisakan nyawanya," ungkap kuasa hukum tiga tersangka dari tujuh tersangka penganiaya Cliff

Muntu, Nurkholim, kepada detikcom di Cimahi, Jumat pagi (20/4/2007). Doktrin ini, lanjut dia, ditanamkan terus

menerus di benak para praja selama ini. Nurkholim mengaku kliennya tidak tahu sejak kapan doktrin tersebut

ada. Yang jelas, sejak para tersangka ini masuk IPDN, doktrin tersebut sudah ada. "Ini kan bahaya. Iya kalau

nyawanya bisa disisakan, tetapi kalau seperti Cliff?" ujarnya. Doktrim tersebut membuat para praja senior

menjadi beringas. Belum lagi ditambah pengalaman buruk saat menjadi praja junior. "Pengalaman secara fisik

juga mereka (para tersangka) rasakan. Bagaimana mereka dipukul di mana saja, di bagian tubuh, kepala,

tangan, kaki, dan sekitar dada," tuturnya. Body contact ini, lanjut Nurkholim, seringkali terjadi saat 'koreksi'.

Koreksi yang dimaksud melingkupi tiga hal yaitu pemberian doktrin, pembinaan fisik, dan pemukulan. "Koreksi

ini seringkali dilakukan saat malam hari. Klien saya katakan jika tradisi koreksi ini telah turun temurun," ujarnya.

Semua hal itu, tandasnya, membuat kehidupan para praja menjadi penuh kekerasan. Repotnya lagi, kekerasan

tersebut mengkristal menjadi sebuah kebiasaan atau budaya di kampus IPDN.

Jawaban atas statement yang berkaitan dengan eksistensi IPDN sebagai

lembaga pendidikan birokrat yang bernaung di bawah Departemen Dalam

Negeri dan bukan Departemen Pendidikan Nasional. Pemrakarsanya pun

seorang Jenderal Angkatan Darat yang kemudian menjabat Menteri Dalam

Negeri periode 1988-1993, Rudini.

Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN, sebelum menjadi

IPDN) didirikan dengan menggabungkan 20 Akademi Pemerintahan Dalam

Negeri (APDN) yang tersebar di beberapa provinsi. Konsep perubahan ini

mengadopsi sistem Akabri di Magelang dan diilhami oleh sistem pendidikan

taruna di Amerika Serikat yang patuh pada aturan dan atasan.

14

Page 15: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Dengan demikian, sesungguhnya, ide dasar lembaga pendidikan calon

birokrat ini adalah mencetak tenaga-tenaga yang memiliki disiplin seperti

militer meskipun mereka adalah orang sipil.Disiplin para Praja IPDN adalah

ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh setiap praja yang didukung

oleh kesadaran yang bersendikan Sumpah Praja untuk menunaikan tugas dan

kewajiban serta bersikap dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau

tata kehidupan praja.

Disiplin praja mutlak harus ditegakkan demi tumbuh dan

berkembangnya para pegawai pemerintahan dalam mengemban dan

mengamalkan tugas yang dipercayakan oleh bangsa dan negara kepadanya.

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban setiap praja untuk menegakkan

disiplin. Disiplin bukan merupakan persoalan yang dimonopoli suatu

golongan atau instansi, melainkan merupakan persoalan dari setiap pribadi.

Namun disiplin militer di sini dimaknai sebagai kepatuhan absolut

kepada senior dan penggunaan cara-cara kekerasan untuk menyelesaikan

sebuah masalah oleh praja IPDN.

Dua persektif inilah yang melandasi proses belajar dan berinteraksi di

IPDN. Sejak pertama melangkahkan kaki ke kompleks Kampus IPDN, para

siswa harus berhadapan dengan sikap para seniornya yang menganggap diri

paling benar. Siswa senior selalu berusaha mencari-cari kesalahan siswa di

bawahnya agar bisa menunjukkan kekuasaannya yang lebih tinggi atas adik-

adik kelasnya.

Setiap kesalahan yang dibuat oleh siswa junior melulu diselesaikan

dengan pukulan dan bukan dengan dialog. Akibatnya adalah timbul kesakitan

fisik dan bahkan kematian. Kalaupun tidak sakit atau tewas, sakit hati dan

kebencian yang memenuhi perasaan para siswa junior akan menciptakan

lingkaran kekerasan berikutnya berupa balas dendam kepada siswa di

bawahnya.

Cara-cara menyelesaikan persoalan dengan kekerasan sebenarnya

sangat mengakar di zaman Orde Baru. Rezim tersebut mengelola konflik

15

Page 16: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

dengan menghabisi atau menyiksa dan menyeret orang-orang yang dianggap

menentang rezim ke balik jeruji penjara.

Seluruh cara-cara kekerasan pada saat orde baru tidak pernah ada

pertanggungjawabannya. Kalaupun ada beberapa kasus yang sampai ke meja

hijau, tetapi para pelakunya tetap dapat melenggang bebas.

Dengan kata lain, impunitas tetap menjadi modus untuk melanggengkan

cara-cara kekerasan tersebut. Maka, tidak mengherankan bila lembaga

pendidikan pencetak birokrat seperti IPDN pada saat itu juga memiliki watak

militeristik sekaligus mengadopsi impunitas bagi para pelaku dan

penanggungjawabnya.

Sampai saat ini, dalam penyelenggaraan pendidikan di IPDN, masih

menganut sistem Tritunggal Terpusat yaitu Pengajaran, Pelatihan, dan

Pengasuhan (JARLATSUH). Bagian/bidang yang melaksanakan Fungsi

Pengajaran bertugas memberikan bekal pengetahuan (knowledge) kepada

siswa didik. Bagian/bidang yang melaksanakan fungsi Pelatihan memberikan

kemampuan motorik berupa ketrampilan tertentu yang diperlukan dalam

pelaksanaan tugas kepamongan. Dan Bagian/bidang Pengasuhan memberikan

dan menginternalisasi nilai-nilai kepamongprajaan kepada siswa didik yang

merupakan calon pamong praja. Penyelenggaraan ketiga fungsi

diorganisasikan dalam beberapa Fakultas, yaitu:

1. Fakultas Manajemen Pemerintahan

2. Fakultas Politik Pemerintahan

Selain itu kurikulum pendidikan yang diterapkan pada praja IPDN ialah

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, silabus dan evaluasi

dilakukan dengan perancangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan

pengguna alumni yang berorientasi ke masa depan dengan memperhatikan

dinamika pemerintahan dan masyarakat dengan karakteristik :

1. sistem belajar dengan modul

2. menggunakan keseluruhan sumber belajar

3. pengalaman lapangan

4. strategi individual personal

16

Page 17: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

5. kemudahan belajar

6. belajar tuntas

Pengembangan silabus mata kuliah pengajaran, pelatihan dan

pengasuhan yang sesuai dengan kompetensi Perguruan Tinggi Kedinasan,

kebutuhan dan kemampuan peserta didik, dan kebutuhan pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat. Melakukan akreditasi bersama BAN-PT

Kementerian Pendidikan Nasional dalarn rangka Broad Bases Education

(BBE) (kebijakan diknas dalam mewujudkan peningkatan mutu belajar)

standard nasional akademik, Mendayagunakan semua potensi sumber belajar

yang dimiliki IPDN dengan dukungan pemerintah, Pemda, dan masyarakat

balk yng direncanakan untuk kepentingan belajar (learning resourcess by

design) maupun yang dimanfaatkan/ aplikasikan (learning resourcess by a

utili¬zation), dan Reorientasi pembelajaran (classroom reform) sebagai salah

satu implementasi BBE-LS, Reorientasi pembelajaran menuju pembelajaran

dan evaluasi yang efektif, serta Pengisian muatan pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan pemerintah dan pemerintah daerah dan dinamika

masyarakat, pengembangan soft skill Praja/ Mahasiswa, peran alumni untuk

meningkatkan networking.

Kurikulum pendidikan meliputi :

1. Kurikulum pengajaran

KURIKULUM PROGRAM DIPLOMA IV

Berdasarkan Permendagri No 51 Tahun 2009 tentang  Kurikulum

Program Diploma IV meliputi :

1. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS POLITIK

PEMERINTAHAN PRODI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

2. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS POLITIK

PEMERINTAHAN PRODI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

3. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS POLITIK

PEMERINTAHAN PRODI PEMERINTAHAN UMUM

4. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS POLITIK

PEMERINTAHAN PRODI KESBANGPOL

17

Page 18: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

5. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS MANAJEMEN

PEMERINTAHAN PRODI MANAJEMEN KEPENDUDUKAN

6. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS MANAJEMEN

PEMERINTAHAN PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA

APARATUR

7. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS MANAJEMEN

PEMERINTAHAN PRODI MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

8. SEBARAN MATA KULIAH FAKULTAS MANAJEMEN 

PEMERINTAHAN PRODI MANAJEMEN PEMBANGUNAN

2. Kurikulum Pelatihan

Tugas pokok yang melekat pada Bagian Pelatihan adalah

menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang berorientasi pada aspek

keterampilan atau skill peserta didik dalam menghadapi dunia kerja yang

nyata di lapangan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2009

tentang Kurikulum Diploma IV Institut Pemerintahan Dalam Negeri,

terkait dengan kurikulum pelatihan paradigma yang dikembangkan adalah

penguatan keterampilan atau skill praja secara berjenjang. Berjenjang

dalam pengertian pengembangan keterampilan praja disesuaikan dengan

tingkat atau semester yang sedang ditempuh di IPDN.

1) Tingkat I (Muda Praja) semester  I dan II diberikan pelatihan

tentang organisasi, tata kerja, manajemen, ketatakelolaan serta

dinamika pemerintahan di level Desa dan Kelurahan.

2) Tingkat II (Madya Praja) semester III dan IV diberikan pelatihan

tentang organisasi, tata kerja, manajemen, ketatakelolaan serta

dinamika pemerintahan di level Kecamatan.

3) Tingkat III (Nindya Praja) semester V dan VI diberikan pelatihan

tentang organisasi, tata kerja, manajemen, ketatakelolaan serta

dinamika pemerintahan di level Kabupaten dan Kota.

18

Page 19: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

4) Tingkat IV (Wasana Praja) semester VII dan VIII diberikan

pelatihan tentang organisasi, tata kerja, manajemen, ketatakelolaan

serta dinamika pemerintahan di level Propinsi dan Nasional.

Sebaran Mata Pelatihan :

Sebaran mata pelatihan yang dilatihkan kepada praja IPDN disesuaikan

dengan tingkat (semester) yang ditempuh praja sebagaimana di uraikan di

atas, sebagai berikut :

 

Semester I 

NO MATA PELATIHAN

1. Praktek Pembentukan Peraturan Desa/ Kelurahan

2. Praktek Perencanaan Pembangunan Desa/ Kelurahan

3. Praktek Pengelolaan Keuangan

4. Praktek Administrasi Desa/Kelurahan

5. Praktek Pemilihan Kepala Desa

6. Praktek Pelayanan Masyarakat

7. Praktek Bahasa Inggris

8. Praktek Pertanian Terpadu (Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan

Perkebunan)

9. Praktek Komputer (E-Government)

 

Semester II  :

NO MATA PELATIHAN

1. Praktek Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

19

Page 20: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Desa/Kelurahan

2. Praktek Pengelolaan Bencana Tingkat Desa/Kelurahan

3. Praktek Manajemen Konflik Pertanahan

4. Praktek Analisa Potensi Wilayah Desa/Kelurahan

5. Praktek Hubungan Kerja Tingkat Desa/Kelurahan

6. Praktek Kepemimpinan Budaya Lokal

7. Praktek Komunikasi Efektif (Praktek Teknik Pidato, Berbicara

Efektif, Menulis Efektif dan Diskusi)

8. Praktek Teknologi Tepat Guna (TTG)

9. Praktek Lapangan I

 

Semester III :

NO MATA PELATIHAN

1. Praktek Implementasi Kewenangan Camat dan Praktek Implementasi

Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan

2. Praktek Perencanaan dan Penganggaran Kecamatan

3. Praktek  Pelayanan Masyarakat di Tingkat Kecamatan

4. Praktek Pengawasan Koordinasi dan Pembinaan di Tingkat

Kecamatan

5. Praktek Administrasi Kecamatan

6. Praktek Analisis Potensi Wilayah Kecamatan

7. Praktek Pengelolaan Bencana

8. Praktek Konflik Pertanahan di Kecamatan

9. Praktek Agrofrestry

20

Page 21: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

 

Semester IV :

NO MATERI PELATIHAN

1. Praktek Implementasi Tugas Pembantuan

2. Praktek Penyusunan Hukum Daerah

3. Praktek Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

4. Praktek Penyusunan LKPD dan Evaluasi

5. Praktek Tata Naskah Dinas Kabupaten/Kota

6. Praktek Teknis Kehumasan dan Protokol

7. Praktek Pertanian Pola Green House

8. Praktek Lapangan II

 

Semester V :

NO MATERI PELATIHAN

1. Praktek Pembinaan dan Pengawasan

2. Praktek Ketertiban Masyarakat

3. Praktek Pengembangan Sumber Daya Aparatur

4. Praktek Pelayanan Masyarakat

5. Praktek Manajemen Disaster

6. Praktek Latihan Pramuka

7. Praktek Mediasi Perdamaian Wilayah

8. Praktek Gladi Posko Pemerintahan

21

Page 22: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

(Tingkat Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten/ Kota)

9. Praktek Program dan Kegiatan Pelestarian Lingkungan

 

Semester VI :

NO MATERI PELATIHAN

1. Praktek Pembinaan dan Pengawasan

2. Praktek Ketertiban Masyarakat

3. Praktek Lingkungan Hidup

4. Praktek Penanggulangan Bencana

5. Praktek Kearsipan

6. Praktek Tata Upacara Sipil

7. Praktek Lapangan III

 

Semester VII:

NO MATERI PELATIHAN

1. Praktek Pengelolaan Aset dan Potensi Daerah

2. Praktek Kerjasama Antar Daerah

3. Praktek Penataan Batas Daerah

4. Praktek Mengemudi

5. Praktek Penyusunan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

6. Praktek Bhakti Karya Praja (BKP)

 

Tenaga Pelatih

22

Page 23: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Guna memenuhi kualifikasi tenaga pelatih yang dibutuhkan dalam

mengimplementasikan Permendagri Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Kurikulum Diploma IV Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Rektor IPDN

Prof. DR. H. I Nyoman Sumaryadi, M.Si berkomitmen merekrut tenaga

pelatih yang qualified dan kompeten dalam bidangnya untuk mengampu

mata pelatihan yang sesuai. Komitmen tersebut diwujudkan dengan

melakukan koordinasi antara pihak IPDN dengan Pemerintah Daerah dan

berbagai lembaga professional lainnya. Bagian Pelatihan sebagai

pengelola/penanggungjawab penyelenggaraan pelatihan yang dipimpin

oleh Bapak Ir. Murdiyana, M.Si (Kepala Bagian Pelatihan) bersama Ir. Ali

Hanafiah Muhi, MP (Kasubag Pengembangan Pelatihan) dan   Drs. Cecep

Rohendi, M.Si (Kasubag Evaluasi Pelatihan) menindaklanjuti komitmen

Rektor IPDN dalam menjalin koordinasi dan kerjasama dengan pihak-

pihak terkait dalam upaya merekrut tenaga pelatih dari kalangan

professional dan praktisi. Mulai tahun akademik 2009/2010  tenaga pelatih

IPDN direkrut dari :

Pemerintah Daerah (seperti Kabupaten Sumedang, Kota Bandung,

dan Kabupaten Bandung).

Lembaga terkait lainnya (seperti KPUD Kabupaten Sumedang dan

KPUD Kota Bandung).

Tenaga professional dan praktisi lainnya seperti praktisi di bidang

hukum, manajemen dan lain-lain.

Tenaga pelatih dari lingkungan IPDN yang memiliki kualifikasi

dan kompetensi sesuai kebutuhan.

3. Kurikulum Pengasuhan

Sistem, Metode dan Teknik Pengasuhan

1. Sistem Pengasuhan

Melibatkan tiga komponen yaitu:

Civitas akademika,

Pemerintah Daerah,

23

Page 24: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Keluarga dan Masyarakat.

2. Metode pengasuhan

Metode “among asuh” (saling asah, saling asih dan saling asuh).

Penerapan asas-asas ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangun

karso, dan tut wuri handayani;

Metode observasi prilaku setiap hari, edukatif dengan pemberian

materi pengembangan kepribadian , kegiatan simulasi dan Role

Playing (KIAT)

3. Teknik pengasuhan

Persuasif, edukatif, humanis dan religius serta keteladanan

Pemberian konseling, bimbingan dan penyuluhan.

Pengkondisian dengan memberikan seperangkat suasana yang

terstruktur, yang harus dilakukan secara berulang kali dan terus-

menerus untuk bersikap dan berperilaku seperti budaya dan tata

nilai yang sudah disepakati dan menjadi ketentuan yang berlaku

bagi seluruh Praja

Pemberian dukungan dan arahan sehingga Praja mampu bersikap

partisipatif, kritis, kreatif dan  inovatif.

Intruksi, yaitu dengan pemberian perintah kepada Praja untuk

mengetahui, meresapi dan melakukan serta tidak melakukan

sesuatu dalam rangka meningkatkan ketrampilan, ketangkasan,

kemahiran kepribadian yang seimbang untuk mencapai kebulatan

tujuan pendidikan.

Pemberian Kepercayaan dan tanggung jawab kepada Praja pada

suatu hal tertentu.

Pemberian ganjaran kepada Praja baik berupa penghargaan dan

sanksi.

4. Kurikulum Pengasuhan

24

Page 25: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

a. Pembinaan dan Pengembangan Kepribadian

Pembinaan dan pengembangan kepribadian dilaksanakan melalui

kegiatan edukatif, pengarahan dan pengamatan terhadap materi

pengembangan kepribadian. Kegiatan pengarahan dan observasi

dilaksanakan pada setiap hari oleh Pamong Keprajaan (Wali Wisma)

sedangkan kegiatan edukatif pemberian materi dilaksanakan pada hari

pengasuhan (Hari Sabtu) secara bergiliran setiap angkatan. Adapun Materi

pembinaan dan Pengembangan Kepribadian terdiri dari:

1) Takwa  (Fath)

a. Ketaatan beribadah

b. Sikap Toleransi

c. Kejujuran

2) Kepedulian (Care)

a. Kepekaan Sosial

b. Adaptasi

c. Tanggungjawab

3) Etika  (ethics)

a. Etika Pribadi

b. Etika Sosial

c. Kesopanan

4) Performance

a. Sikap Penampilan

b. Kebersihan Pribadi

c. Kebersihan Lingkungan

d. Kemampuan Komunikasi

5) Kepemimpinan  (Leadership)

a. Kemampuan memotivasi

b. Keteladanan

c. Pengambilan Keputusan

d. Keaktifan Beroganisasi

6) Disiplin (Discplin)

25

Page 26: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

a. Aktualisasi diri

b. Ketaatan pada aturan

c. Mawas Diri

d. Kemandirian

b. Pembinaan Mental Kepamongprajaan

Pembinaan Mental Kepamongprajaan dilaksanakan melalui kegiatan

Role Playing atau KIAT yang terdiri dari Outbond, Hunting Fox, Lintas

Alam, Pembersihan Lingkungan Masyarakat. Kegiatan tersebut

dilaksanakan secara bergiliran setiap angkatan pada setiap hari pengasuhan

(Hari Sabtu).

c. Pembinaan Kesemaptaan Jasmani

Pembinaan Kesemaptaan Jasmani dilaksanakan melalui kegiatan

olahraga kesemaptaan secara terprogram. Kegiatan tersebut dilaksanakan

secara bergiliran setiap angkatan pada hari pengasuhan (Hari Sabtu).

d. Sistem evaluasi pengasuhan

3.4 Solusi untuk memutus rantai tindakan pelanggaran HAM di IPDN

Persoalan melembaganya kekerasan dalam pola pendidikan dan

pengasuhan di IPDN harus diparadigma sebagai problem serius yang tidak

bisa ditangani dengan mudah .Hal itu disebabkan pola pengasuhan senior

kepada junior dengan pendekatan kekerasan merupakan sebuah perilaku

dehumanisasi dan demoralisasi.

Merupakan dehumanisasi karena apa yang dilakukan senior kepada

junior merendahkan martabat manusia bahkan lebih buruk dari perlakuan

sebagian anggota masyarakat terhadap binatang kesayangannya/

peliharaannya. Manusia dicipta sebagai citra Allah (imago Dei) yang

sejatinya mendapatkan apresiasi sepatutnya.

Merupakan demoralisasi karena pola pengasuhan mengabaikan

konsiderasi moral dalam pendekatannya,mengedepankan pendekatan

kekerasan,sesuatu yang jarang terjadi di akademi militer atau akademi

kepolisian.

26

Page 27: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Lagi pula,pendekatan kekerasan yang dipertontonkan senior kepada

yunior akan membentuk sebuah pola (pattern) dan hal ini berbahaya tatkala

para alumni IPDN akan bertugas di masyarakat sebagai birokrat, yang

seharusnya mengayomi dan melindungi masyarakat, tetapi dengan

pendekatan ini, yang terjadi adalah birokrat despotik, otoriter, dan cenderung

menjadi kejam kepada masyarakat. Selain itu, pola pendidikan ala

premanisme demikian, sama sekali tidak sesuai semangat Undang-Undang

(UU) Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 tahun 2003.

Oleh karena itu, kami mencoba memberikan solusi untuk memutus

rantai kekerasan ini agar harkat dan martabat manusia lebih bisa diakui dan

dijunjung oleh semua orang. Solusi yang dapat kami berikan sebagai berikut.

a. Revolusi IPDN

Perlu adanya perubahan mendasar dari sistem yang ada saat

ini, dari mulai rekruitmen, pola asuh, administrasi, kontrol

operasional, serta perhatian dari pemerintah. Proses rekruitmen

calon praja penting untuk di evaluasi serta di rombak. Pola asuh

bagi praja pun perlu diperhatikan dengan seksama, perlu adanya

pengawasan melekat dari pengelola kampus, mengingat praja

adalah CPNS/PNS. Perubahan Sistem administrasi baik

administrasi keuangan maupun administrasi kemahasiswaan juga

patut di kedepankan, Audit keuangan dan Pembinaan mahasiswa

dapat dilakukan secara rutin guna melihat performance dari

penyelenggaraan IPDN. Hal ini tentunya dapat menghilangkan

budaya ketidaktransparanan dalam pengelolaan. Untuk menjaga

kualitas dari Praja dapat menerapkan sistem drop out dalam

pencapaian nilai akademis bagi praja yang tidak mencapai nilai

tertentu yang telah ditentukan. Hal ini juga dilakukan dengan

melihat aspek budi pekerti dan sosial. Selain itu perlu di lakukan

langkan revolusioner seperti memangkas 4 generasi dari sekarang,

sehingga tidak ada lagi dendam turunan. Pertimbangan untuk

pemerintah saat menunggu masa tenggang 4 tahun tersebut adalah

27

Page 28: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

dengan merekrut aparatur melalui penerimaan pegawai secara

rutin.

b. Sosialisasi pemahaman HAM baik bagi pihak sekolah maupun

praja IPDN

dalam setiap pelajaran sebaiknya diberikan mata pelajaran tentang

HAM untuk menghapuskan kedangkalan pemahaman HAM bagi

warga IPDN. Selain itu, pelajaran HAM juga mampu mengenalkan

tentang sanksi bagi pelaku pelanggar HAM. Sehingga kekerasan

maupun penganiayaan yang sering terjadi dapat teratasi terlebih

penegakkan hukum yang tegas bagi tindakan pelanggaran HAM

dengan berpedoman pada UU No. 26 Tahun 2000 tentang Peradilan

HAM .

28

Page 29: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari Bab I sampai Bab III di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa kasus

kekerasan yang terjadi pada lembaga pendidikan IPDN merupakan kasus

pelanggaran HAM berat. Karena hal itu telah melanggar UUD 1945 Pasal 28 B

ayat (2), Pasal 28 i ayat (1), Pasal 28 i ayat (2). Selain pasal pasal tersebut, hal

tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Komnas HAM yang mengatakan bahwa

kekerasan pada IPDN merupakan pelanggaran HAM terberat.juga sependapat

dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum (DEM FH) UKIT.

Perlu ditelisik bahwa penyebab kasus kekerasan pada IPDN tersebut

berlangsung hingga tahun 2007. Hal itu terus berlangsung karena adanya doktrin

yang mengajarkan bahwa para senior dibenarkan untuk memukuldan menyiksa

para junior. Setiap ada kesalahan yang dilakukan oleh junior, hanya dengan

kekerasanlah masalah itu diselesaikan.

Namun, dari beberapa masalah kekerasan yang terjadi di IPDN, ada

beberapa solusi untuk mencegah kembali terjadinya kekerasan yang ada dalam

IPDN, yaitu revolusi IPDN, Sosialisasi pemahaman HAM baik bagi pihak sekolah

maupun praja IPDN. Diharapkan dengan solusi tersebut bisa memperbaiki sistem

penddidikan yang ada dalam IPDN

4.2 Saran

Dari kasus kekerasan pada IPDN tersebut, saran yang bisa diberikan yaitu

jika terjadi kesalahan yang diperbuat oleh para junior, senior tidak perlu

memperlakukan junior dengan tindak kekerasan hingga berujung kematian.

Mereka sebagai senior harus melindungi dan mensejahterakan para juniornya.

Senior hanya perlu menghukum mereka dalam batas sewajarnya, seperti push-up,

lari, dan sebagainya yang bersifat edukasi. Alangkah lebih baiknya jika mereka

saling mengingatkan kesalahan yang mereka lakukan.

29

Page 30: KEDANGKALAN PEMAHAMAN HAM DALAM LINGKAR PENDIDIKAN

Daftar Pustaka

Tim Citra Mediatama. UUD RI 1945 dan GBHN.Citra Meditama.

http://www.Hak asasi manusia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia

bebas.htm

http://www.Institut Pemerintahan Dalam Negeri - Wikipedia bahasa Indonesia,

ensiklopedia bebas.htm

http://www..Memutus Rantai Kekerasan di IPDN - Reformed Center For Religion

and Society.htm

http://www..Berkaca dari Kekerasan di Kampus STPDN _ Cecengsalamudin's

Blog.htm

http://www..Kekerasan di IPDN - Fokus.htm

http://www..Kumpulan Makalah Paper Essai Solusi Kebijakan dalam Kasus

Kekerasan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).htm

http://www.ipdn.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=75&Itemid=79

http://www.ipdn.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=97:visi-

misi&catid=25:the-project&Itemid=53&lang=en

http://www.pelita.or.id/baca.php?id=28386

http://untouch.wordpress.com/2007/09/03/menghapus-kekerasan-dalam-

pendidikan-birokrat/

30