lingkar leher pinggang dengan hipertensi

40
USUL SKRIPSI HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE TAHUN 2007-2010 Pembimbing : dr. Lantip Rujito Oleh : KELOMPOK 5 BLOK MRP 1 Dibyaguna G1A008108 Dimas Bagus C. P. G1A008110 Astrid Indriati G1A008111 Dhita Andini A. G1A008112 Margareta G.R.I.S . G1A008113 Dini Arika Sari G1A008114 Ageng Sadeno Putro G1A008116 Novania Indriasari G1A008117 Rijal Maulana M. G1A008119

Upload: sarah-rahmayani-siregar

Post on 17-Feb-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jgbm

TRANSCRIPT

Page 1: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

USUL SKRIPSI

HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM DI RUMAH

SAKIT MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE TAHUN 2007-2010

Pembimbing : dr. Lantip Rujito

Oleh :

KELOMPOK 5 BLOK MRP 1

Dibyaguna G1A008108

Dimas Bagus C. P. G1A008110

Astrid Indriati G1A008111

Dhita Andini A. G1A008112

Margareta G.R.I.S . G1A008113

Dini Arika Sari G1A008114

Ageng Sadeno Putro G1A008116

Novania Indriasari G1A008117

Rijal Maulana M. G1A008119

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2011

Page 2: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di

beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Jumlah kasus hipertensi

meningkat secara sangat signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data

Survei Kesehatan Rumah Tangga di Indonesia pada tahun 2004 prevalensi

hipertensi di pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi

36,6%-47,7% (Depkes RI, 2009). Prevalensi dari hipertensi di United

State tahun 2005 berjumlah 35.3 juta pada pria dan 38.3 juta pada wanita.

Hipertensi lebih meningkat pada orang kulit hitam dari pada kulit putih.

Data dari 1988-1994 dan 1999-2002 menunjukkan peningkatan prevalensi

hipertensi pada individu kulit hitam dari 35.8% menjadi 41.4% (begitu

juga pada kulit putih, prevalensi hipertensi juga mengalami peningkatan

namun tidak signifikan) (Khalilullah, 2011).

Tekanan darah (BP) sistol meningkat seiring bertambahnya usia,

ini mengalami peningkatan bermakna pada pria dibanding wanita sampai

wanita tersebut menopause. Dengan demikian, prevalensi hipertensi lebih

tinggi pada pria dibandingkan pada wanita yang lebih muda dari 55 tahun,

tetapi pada wanita lebih dari 55 tahun, wanita memiliki prevalensi

hipertensi lebih tinggi dari pada pria. Prevalensi penyakit jantung

hipertensi mungkin mengikuti pola yang sama dan dipengaruhi oleh

tingkat keparahan peningkatan BP (Khalilullah, 2011). Selain itu, penyakit

hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin,

suku, faktor genetik, obesitas, stress, merokok, dan konsumsi alcohol

(Sheps, 2005).

Menurut WHO pada tahun 2006, secara global terdapat dari satu

milyar penduduk dewasa yang kelebihan berat badan. 300 juta diantaranya

adalah obesitas. Di indonesia, jumlah penduduk yang kelebihan berat

badan diperkirakan mencapai 76,7 juta (17,5%) dan pasien obesitas

Page 3: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

berjumlah lebih dari 9.8 juta (4,7%). Kelebihan berat badan dan

kegemukan adalah selah satu faktor penting penyebab penyakit kronik

seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke daan kanker jenis

tertentu yang berdampak terhadap kualitas hidup (Hariadi, 2005).

Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang

digunakan sebagai dasar untuk menentukan obesitas. Metode tersebut di

antaranya adalah pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang,

lingkar panggul, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan

lingkar pinggul (Bell et al, 2001). Lingkar pinggang dapat digunakan

sebagai indikator pelengkap untuk mendeteksi risiko kesehatan pada berat

normal dan kelebihan berat (Wannamethee et al, 2005) Lingkar leher

setelah diteliti juga dapat digunakan sebagai uji saring sederhana dan cepat

untuk mengetahui adanya obesitas (Nafiu et al, 2010).

Skreening obesitas dapat menggunakan berbagai metode

pengukuran antropometri tubuh. Salah satu metode tersebut adalah

pengukuran lingkar leher. Selain mudah dan murah pengukuran dengan

lingkar leher merupakan index obesitas tubuh bagian atas karena lingkar

leher merupakan salah satu indeks distribusi lemak subkutan. Lingkar

leher mempunyai hubungan yang kuat dengan IMT dengan besar koefisien

korelasi laki-laki 0,83 dan pada perempuan 0,71 (Sjostrom et al., 2001).

Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥34 cm untuk wanita

merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu

dengan IMT ≥25 kg/m2, sedangkan lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-laki

dan ≥36,5 cm untuk wanita adalah cut of point paling tepat untuk

mengidentifikasi individu dengan obesitas IMT ≥30 kg/m2 (Liubov et

al.,2001).

Lingkar pinggang merupakan ukuran antropometri yang digunakan

untuk mengukur obesitas sentral. Seorang pria di Asia Pasifik dikatakan

obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang ≥ 90 cm sedangkan wanita

dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang ≥ 80 cm. Lingkar

pinggang adalah indeks yang sangat berguna untuk menentukan obesitas

sentral dan komplikasi metabolik yang terkait (Fasli et al, 2009).

Page 4: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

Beberapa penelitian mengatakan bahwa lingkar pinggang memiliki

korelasi yang kuat dengan obesitas sentral dan resiko kardiovaskular.

Selain itu dari beberapa penelitian membuktikan bahwa lingkar pinggang

dapat mendeteksi obesitas sentral dan sindroma metabolik dengan

ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan jika menggunakan Indeks Massa

Tubuh dan lingkar panggul. (Guagnano et al, 2001).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian yaitu :

1. Apakah terdapat hubungan antara lingkar leher dengan hipertensi

pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010?

2. Apakah terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan hipertensi

pasien hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar leher dan

lingkar pinggang dengan hipertensi pasien hipertensi di RSMS periode

tahun 2007-2010.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui lingkar leher pasien hipertensi di RSMS periode tahun

2007-2010.

b. Mengetahui lingkar pinggang pasien hipertensi di RSMS periode

tahun 2007-2010.

c. Mengetahui faktor risiko hipertensi pada pasien hipertensi di

RSMS periode tahun 2007-2010.

d. Mengetahui tekanan darah pada pasien hipertensi di RSMS periode

tahun 2007-2010.

Page 5: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan hipertensi pasien

hipertensi di RSMS periode tahun 2007-2010.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk

penelitian selanjutnya.

b. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan hipertensi.

c. Manfaat bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

hubungan lingkar leher dan lingkar pinggang dengan hipertensi di

RSMS periode tahun 2007-2010.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan dalam

perencanaan pengelolaan pasien hipertensi di Rumah Sakit Margono

Soekarjo Purwokerto.

Page 6: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90

mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,

2005).

2. Etiologi

Penyebab penyakit jantung hipertensi adalah tekanan darah tinggi

yang berlangsung kronis, namun penyebab tekanan darah tinggi dapat

beragam. Hipertensi esensial menyumbang 90% dari kasus hipertensi

pada orang dewasa, hipertensi sekunder berjumlah 10% dari sisa kasus

kronis hipertensi (Khalilullah, 2011).

Salah satu penyebab dari hipertensi adalah adanya peningkatan

total resistensi perifer. Peningkatan total resistensi perifer yang

berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau

hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol

terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan total resistensi perifer,

jantung harus memompa darah lebih kuat dan dengan demikian

menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah

melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan

dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan

tekanan diastolik (Hayens, 2003).

Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel

kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan

hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat

Page 7: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras

lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot

jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada

akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup

(Hayens, 2003).

3. Faktor Risiko

a. Merokok

Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu

faktor resiko utama hipertensi dan hiperkolesterolemia. Orang

yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau

memperkuat efek dua faktor utama resiko lainnya. Penelitian

Framingham mendapatkan prevalensi penyakit hipertensi pada

laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok

dan pada perempuan perokok 4.5 kali lebih dari pada bukan

perokok. Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard

bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan

menurunnya komsumsi oksigen akibat inhalasi

karbonmonooksida atau dengan kata lain dapat menyebabkan

takikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas

dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % (Djohan, 2004).

b. Usia

Telah dibuktikan adanya hubungan antara usia dengan

kejadian hipertensi. Sebagian besar kasus tersebut terjadi pada

laki-laki usia 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya

usia. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai

meningkat usia 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat

sampai usia 50 tahun. Prevalensi hipertensi pada perempuan

sebelum menopause ( 45-50 tahun ) lebih rendah dari pada laki-

laki dengan umur yang sama. Hal ini disebabkan karena setelah

menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi

lebih tinggi dari pada laki-laki.

Page 8: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

c. Jenis Kelamin

Di Amerika Serikat gejala hipertensi sebelum umur 60 tahun

didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini

berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko hipertensi 2-3 kali

lebih besar dari perempuan.

d. Ras

Perbedaan resiko hipertensi antara ras didapatkan sangat

menyolok, walaupun bercampur baur dengan faktor geografis,

sosial dan ekonomi . Di Amerika Serikat perbedaan ras

perbedaan antara ras kaukasia dengan non kaukasia ( tidak

termasuk Negro) didapatkan resiko hipertensi pada non kaukasia

kira-kira separuhnya.

e. Diet

Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan

jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ).

Makanan orang Amerika rata-rata mengandung lemak dan

kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cenderung

tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan

sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar

kolesterol rendah dan didapatkan resiko hipertensi yang lebih

rendah dari pada Amerika (Djohan, 2004).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-

orang peka sodium lebih mudah terjadi peningkatan sodium

dalam tubuh yang akan menimbulkan retensi cairan dan

peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005).

f. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh lebih dari

19% pada laki-laki dan lebih dari 21% pada perempuan .

Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi,

DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan

kadar kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko hipertensi akan

jelas meningkat bila berat badan mulai melebihi 20 % dari berat

Page 9: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

badan ideal. Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol

yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan

mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah latihan

rutin.

g. Diabetes Mellitus

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui

sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian

menunjukkan laki-laki yang menderita diabetes resiko hipertensi

50 % lebih tinggi daripada orang normal sedangkan pada

perempuaan resikonya menjadi dua kali lipat.

h. Olahraga

Olahraga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan

memperbaiki kadar kolesterol sehingga resiko hipertensi dapat

dikurangi.

i. Perilaku dan kebiasaan lainnya

Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun

1950 yaitu : Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya

kuat untuk berhasil, gemar berkompetisi, agresif, ambisi, ingin

cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan tidak sabar.Sedangkan

tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu . Resiko PJK pada

tipe A lebih besar daripada tipe B.

j. Perubahan keadaan sosial dan stress

Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI

menunjukkan orang yang gangguan stress 1,5 kali lebih besar

mendapatkan resiko hipertensi. Disamping itu, stress juga dapat

menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah.

k. Keturunan

Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh

faktor genetik. (Djohan, 2004).

Page 10: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

4. Klasifikasi

Klasifikasi dari hipertensi menurut JNC 7

Klasifikasi hipertensi Tekanan

sistole(mmHg)

Tekanan

diastole(mmHg)

Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi grade I 140-159 Atau 90-99

Hipertensi grade II &

III

>160 Atau>100

( Price S. A, Wilson L. M., 2001 )

5. Cara Pengukuran

Dalam mengukur tekanan darah, dibutuhkan alat yang sah dan

sudah terkalibrasi dengan tepat. Orang yang akan diukur hendaknya

duduk dengan tenang sekitar 5 menit di kursi, dengan kaki ada pada

lantai dan tangan bersandar di meja setinggi jantung. Pengukuran dari

tekanan darah pada posisi berdiri diindikasikan secara periodik,

terutama pada yang mempunyai resiko postural hypotension. Tekanan

sistole adalah dimana terdapat bunyi atau dentuman yang pertama

terdengar (fase I) dan tekanan diastole adalah dimana saat bunyi

dentuman akan hilang (fase V).

B. Lingkar Leher

1. Definisi

Lingkar leher merupakan suatu indeks yang menunjukkan adanya

distribusi lemak subkutan tubuh bagian atas dan digunakan untuk

mengidentifikasi adanya obesitas dan faktor risiko penyakit

kardiovaskuler (Preis et al, 2010) karena penumpukkan lemak pada

pria tidak hanya pada bagian perut tetapi juga terdapat pada bagian

leher (Matsuzawa, 2010). Oleh karena itu, lingkar leher dapat menjadi

Page 11: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

suatu metode pengukuran untuk skreening individu dengan obesitas

(Liubov et al, 2001). Berdasarkan validasi yang dilakukan pada

beberapa kelompok yang berbeda, metode ini memiliki sensitivitas

98%, spesifisitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk

perempuan (Liubov et al, 2001).

Lingkar leher merupakan ukuran leher pada bagian tengah leher

dengan titik acuan processus spiosus servical VII pada perempuan dan

di bawah jakun pada laki-laki (Ben-Noun et al, 2006). Ben-Noun et al

(2001) menyebutkan bahwa individu dengan usia ≥ 18 tahun apabila

ukuran lingkar lehernya ≥ 39,5 cm untuk laki-laki dan ≥ 36,5 cm untuk

perempuan menunjukkan adanya obesitas. Selain mudah dilakukan,

pengukuran lingkar leher juga dapat membantu untuk menentukkan

obesitas pada pasien yang mengalami cedera paraplegi dan medulla

spinalis. Pada penelitian Snyman et al (2008) menunjukkan bahwa

pengukuran lingkar leher dalam posisi berbaring maupun duduk tidak

menunjukkan suatu perbedaan yang bermakna.

2. Klasifikasi

Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥34 cm untuk wanita

merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi

individu dengan IMT ≥25 kg/m2, lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-

laki dan ≥36,5 cm untuk wanita adalah cutt of point paling tepat untuk

mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT ≥30 kg/m2).

Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok yang berbeda,

sebagai salah satu metode skreening obesitas lingkar leher memiliki

sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99%

untuk perempuan (Liubov et al., 2001).

3. Cara Pengukuran

Diukur pada posisi berdiri tegak, tenang, dan kepala menghadap

lurus ke depan. Pada pria dengan prominentia laryngeal (adam’s

apple), lingkar leher diukur tepat di bawah adam’s apple. Sedangkan

pada wanita, lingkar leher diukur pada bagian tengah leher, yaitu di

antara spina midcervicalis dan midanterior leher, pastikan pita

Page 12: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

pengukur tidak menekan leher terlalu ketat. Lingkar leher dinyatakan

dalam cm.

C. Lingkar Pinggang

1. Definisi

Lingkar pinggang merupakan ukuran antropometri yang digunakan

untuk mengukur obesitas sentral. Seorang pria di Asia Pasifik

dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar pinggang ≥ 90 cm

sedangkan wanita dikatakan obesitas sentral jika ukuran lingkar

pinggang ≥ 80 cm. Lingkar pinggang adalah indeks yang sangat

berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik

yang terkait (Fasli et al, 2009).

2. Klasifikasi

Kriteria Lingkar Pinggang Berdasar Etnis (IDF, 2005).

Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas

Eropa Pria >94

Wanita >80

Asia Selatan

Populasi China, Melayu, dan Asia-

India

Pria >90

Wanita >80

China Pria >90

Wanita >80

Jepang Pria >85

Wanita >90

Amerika Tengah dan Selatan Gunakan rekomendasi Asia Selatan

hingga tersedia data spesifik

Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa

Page 13: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

hingga

tersedia data spesifik

Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga

tersedia data spesifik

3. Cara Pengukuran

Diukur dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau

penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi

atas crista illiaca dextra. Kemudian pita pengukur dilingkarkan ke

sekeliling dinding perut setinggi crista illiaca. Yakinkan bahwa pita

pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar dengan lantai.

Pengukuran dilakukan saat akhir dari ekspirasi normal. Nyatakan

lingkar pinggang dalam cm.

D. Hubungan Antara Lingkar Leher dengan Hipertensi

Pengukuran lingkar leher sangat berkaitan dengan screening

obesitas. Jika lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-laki dan ≥36,5 cm untuk

wanita maka dinyatakan obesitas. Sedangkan obesitas sangat berhubungan

dengan faktor resiko kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001). Data yang

diperoleh dari NHANES pada populasi orang Amerika Serikat

memberikan gambaran yang jelas mengenai kekuatan hubungan antara

kenaikan IMT dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta tekanan

nadi (El-Atat et al., 2003).

Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas diduga

berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung,

dan menurunnya resistensi vaskuler sistemik. Beberapa mekanisme lain

yang berperan dalam kejadian hipertensi pada obesitas antara lain

peningkatan sistem saraf simpatik, meningkatnya aktivitas renin

angiotensin aldosteron (RAAS), peningkatan leptin, peningkatan insulin,

Page 14: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

peningkatan asam lemak bebas (FFA), peningkatan endotelin 1,

terganggunya aktivitas natriuretic peptide (NP), serta nitrit oxide (NO)

yang menurun (M. Wahba, 2007).

E. Hubungan Antara Lingkar Pinggang dengan Hipertensi

Seperti yang telah diketahui prevalensi hipertensi dengan obesitas

lebih banyak terjadi daripada orang yang tidak mengalami obesitas.

Namun tidak menutup kemungkinan jika orang yang tidak obesitas pun

dapat mengalami hipertensi. Salah satu hubungan yang paling mungkin

dari obesitas dan hipertensi adalah adanya hiperinsulinemia dan resisten

insulin yang paling sering ditemui di individu yang obesitas.

Hiperinsulinemia, resisten insulin dan tekanan darah tidak selalu

berhubungan dengan obesitas namun selalu ada pada pasien dengan

hipertensi. (Paul et al, 2005).

Quebec Health Survey juga menjelaskan tentang faktor risiko yang

berkaitan dengan adanya hipertensi adalah kontribusi kelebihan adiposa

yang diukur dari Indeks Massa Tubuh, akumulasi lemak tubuh yang

diukur dari lingkar pinggang, kadar insulin puasa, dan sensitivitas insulin

yang dinilai dengan homeostasis model assesment (HOMA) untuk variasi

tekanan darah. (Paul et al, 2005).

Page 15: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

F. Kerangka Teori

HIPERTENSILINGKAR LEHER

LINGKAR PINGGANG

Page 16: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

G. Kerangka Konsep

H. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara lingkar leher dengan hipertensi pada pasien

poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto

periode tahun 2007-2010.

2. Terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan hipertensi pada

pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo

Purwokerto periode tahun 2007-2010.

LINGKAR LEHER

LINGKAR PINGGANG

HIPERTENSI

Page 17: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini, menggunakan metode cross sectional, di mana

sampel yang diambil adalah pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit

Margono Soekarjo Purwokerto periode tahun 2007-2010, dilihat dari

rekam medis lalu menemui pasien di kediamannya yang kemudian diukur

lingkar leher dan lingkar pinggangnya, dan dibandingkan hasilnya masing-

masing yang menderita hipertensi dengan yang tidak menderita hipertensi.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target dari penelitian adalah seluruh pasien pada poli

penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.

Sedangkan populasi terjangkau penelitian adalah seluruh pasien pada

poli penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto

periode tahun 2007-2010.

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini merupakan pasien poli

penyakit dalam di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto yang

menderita hipertensi dan yang tidak menderita hipertensi. Metode yang

digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode non-probability sampling dengan

Page 18: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

judgment sampling artinya peneliti memilih responden berdasarkan

pada pertimbangan subyektifnya.

Jumlah sampel minimal, dihitung dengan rumus (Sastroasmoro, 2008):

n1 =n2 =2[(Z α + Z β )s ]2 ageeeeeeng :D

(X1 - X2)

Kriteria inklusi meliputi :

a. Pasien laki-laki pada poli penyakit dalam Rumah Sakit Margono

Purwokerto periode 2007-2010.

b. Usia dewasa akhir (40 – 60 tahun).

c. Bersedia mengikuti penelitian.

Kriteria eksklusi meliputi :

a. Pasien dengan kelainan anatomi tubuh sehingga tidak bisa diukur

antropometrinya.

b. Pasien dengan struma atau goiter.

c. Pasien dengan oedem dan gagal jantung.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Lingkar leher dan lingkar pinggang

2. Variabel terikat : Hipertensi

D. Definisi Operasional Variabel

1. Lingkar leher

Definisi operasional obesitas dalam penelitian ini adalah besaran

lingkar leher yang diukur dengan pita pengukur dalam satuan cm,

dilakukan pada bagian tengah leher dengan responden berdiri tegak

Page 19: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

dan kepala menghadap ke depan. Pada laki-laki yang mempunyai

laryngeal prominence, pengukuran dilakukan dibawahnya. Skala

variabel ini adalah numerik rasio.

2. Lingkar pinggang

Definisi operasional obesitas dalam penelitian ini adalah besaran

lingkar pinggang yang diukur dengan pita pengukur dalam satuan cm.

Pengukuran dilakukan dengan responden berdiri tegak dengan kedua

tungkai dilebarkan + 25 cm. diukur di antara crista illiaca dan batas

bawah iga pada akhir responden melakukan ekspirasi. Skala variabel

ini adalah numerik rasio.

3. Hipertensi

Definisi operasional hipertensi dalam penelitian ini adalah tekanan

darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan

tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90 mmHg semua dilihat dari rekam medisnya.

E. Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan data

a. Pita pengukur merek butterfly

b. Spygmomanometer air raksa merek Riester dengan ketelitian

mmHg.

c. Stetoskop merek Litmann

2. Uji coba alat pengukuran data

Karena alat yang digunakan sudah memenuhi standar dan diakui oleh

para ahli maka tidak diperlukan ujicoba pada alat tersebut.

2. Cara pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan cara pengukuran lingkar leher dan lingkar

pinggang secara langsung pada sampel terpilih dengan menggunakan

Page 20: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

pita pengukur. Setelah itu, diukur tekanan darahnya sesuai dengan tata

urutan kerja baku untuk pengukuran tekanan darah.

F. Tata Urutan Kerja

1. Persiapan

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, serta tujuan penelitian.

b. Menentukan rancangan penelitian yang akan dilakukan.

c. Menentukan sampel (Pasien poli penyakit dalam di Rumah Sakit

Margono Soekarjo Purwokerto).

d. Menentukan instrumen untuk metode pengumpulan data.

i. Pengukuran lingkar leher yang diukur tepat pada bagian bawah

prominentia laryngeal / adam’s apple dengan posisi badan

beridiri tegak dan kepala menghadap ke depan dengan

menggunakan pita ukur.

ii. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dalam posisi berdiri

tegak dan tenang. Penghalang berupa baju harus disingkirkan.

Letakkan pita pengukur di tepi atas crista illiaca dextra.

Kemudian pita pengukur dilingkarkan ke sekeliling dinding

perut setinggi crista illiaca.

iii. Pengukuran tekanan darah sesuai dengan prosedur yang sudah

disesuikan dengan SOP (Standar Operating Prosedur).

e. Menyusun pedoman daftar pertanyaan yang dapat menjawab tujuan

f. Menentukan sasaran

g. Menentukan tempat pengumpulan data

h. Menentukan jumlah responden

2. Pelaksanaan

a. Pengumpulan data

i. Pengukuran lingkar leher

ii. Pengukuran lingkar pinggang

iii. Pengukuran tekanan darah

b. Survei data sebelum dilakukan pengolahan data

Page 21: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

3. Menganalisis adakah hubungan antara lingkar leher dan lingkar

pinggang dengan hipertensi pada pasien poli penyakit dalam di Rumah

Sakit Margono Soekarjo Purwokerto periode tahun 2007-2010

G. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik

bivariat. Variabel bebas pada penelitian ini bersifat numerik (rasio)

sedangkan variabel terikat pada penelitian ini bersifat numerik (rasio),

maka uji analisis data yang digunakan adalah metode Pearson Correlation.

Dengan dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas data

menggunakan analisis distribusi normal (Gaussian distribution) untuk

mengetahui distribusi sampel.

H. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Hari Senin, 15 Agustus 2011 – Sabtu, 20 Agustus 2011

Tempat : Rumah Sakit Margono Soekarjo

I. Jadwal Penelitian

No Hari, Tanggal

Penelitian

Tempat

Penelitian

Tahap Penelitian Jenis Kegiatan

1 Senin, 15

Agustus 2011

Fakultas

Kedokteran

dan Ilmu-

Ilmu

Kesehatan

Tahap persiapan Mempersiapkan

alat yang

dibutuhkan

Page 22: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

Unsoed

2 Selasa, 16

Agustus 2011

Rumah

Sakit

Margono

Soekarjo

Purwokerto

Tahap

pelaksanaan

- Menentukan

sampel

berdasar rekam

medis

3 Rabu, 17

Agustus 2011

Kediaman

responden

Tahap

pelaksanaan

- Menuju ke

tempat masing-

masing

kediaman

responden

sebagai sampel

terpilih

- Mengukur

lingkar leher

dan lingkar

pinggang pada

sampel

- Mengukur

tekanan darah

4 Kamis,18

Agustus 2011

Kediaman

responden

Tahap

pelaksanaan

- Menuju ke

tempat masing-

masing

kediaman

Page 23: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

responden

sebagai sampel

terpilih

- Mengukur

lingkar leher

dan lingkar

pinggang pada

sampel

- Mengukur

tekanan darah

5 Jumat, 19

Agustus 2011

Fakultas

Kedokteran

dan Ilmu-

Ilmu

Kesehatan

Unsoed

Tahap

pengolahan dan

analisis data

- Mengolah

data hasil

penelitian

- Menganalisis

adakah

hubungan

antara lingkar

leher dan

lingkar

pinggang

dengan

hipertensi pada

pasien poli

penyakit dalam

Page 24: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

di Rumah Sakit

Margono

Soekarjo

Purwokerto

periode tahun

2007-2010

6 Sabtu, 20

Agustus 2011

Fakultas

Kedokteran

dan Ilmu-

Ilmu

Kesehatan

Unsoed

Tahap

penyusunan

laporan

Membuat

laporan hasil

penelitian

Page 25: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Ge K., Popkin B. M. 2001. Weight Gain and its Predictors in Chinese Adult.

International Journal nationed Metabolism Disorder. 25: 1079-1086.

Djohan, T. Bahri Anwar. 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. Ahli

Penyakit Jantung Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

El-Atat, Aneja A., McFarlane S., Sowers J. 2003. Obesity and hypertension.

Endocrinol Metab. Clin N Am. 33:823-854.

Hariadi, Arsad Rahim Ali. 2005. Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor

Risiko Penyakit Jantung Koroner di Laboratorium Klinik Prodia Makasar

Tahun 2005. Makasar.

Hayens, B. 2003. Leenen H.F. Soetrisno, Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi.

Jakarta

Khalilullah, Said Alfin. 2011. Mekanisme Gagal Jantung pada Hipertensi Kronis.

Available at : http://alfinzone.files.wordpress.com/2011/06/gagal-jantung-

pada-hipertensi-kronis-autosave.pdf diakses tanggal 29 Juli 2011.

Liubov, Cikim S., Vakur A., Neze O. 2001. The relationship betwen neck

circumference and body fat ratio in Turkish women. Department of

Endocrinology and Metabolism, Turkey.

Matsuzawa, Y. 2010. Establishment of a concept of visceral fat syndrome and

discovery of adiponectin. Proceedings of the Japan Academy, 86(2): 131-141.

M. Wahba. 2007. Obesity and obesity inisiated metabolic syndrome: mechanistic

link to chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2:550-562.

Nafiu, Olubukola., Burke, Costance., Lee, Joyce., Lewis, T. P., Malviya, Shobha.,

& Tremper, Kevin. 2010. Neck Circumference as a Screening Measure for

Identifying Children With High Body Mass Index. Pediatrics 126 (2) : 306-

310.

Page 26: Lingkar Leher Pinggang Dengan Hipertensi

P Paul, L Isabelle, M Pascal, D Eric, B Carolle, B Jean. 2005. Impact of Waist

Circumference on the Relationship Between Blood Presure and Insulin.

Hypertension Journal, 45. pp 363-367.

Sastroasmoro S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi penelitian Klinis. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UI, Jakarta: Sagung Seto.

Sheps, G.S. 2005. Mayo Klinik HIpertensi. Jakarta.

Sjostrom, CD, Lassner. 2001. Relationship betwen changes in body composition

and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention Study:

Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535.

Synman, H., Herselman, M.G., & Labadarios, D. 2008. The development of a

preliminary regression equation for estimating the weight of black South

African paraplegic males using anthropometric measurements in Tshwane,

South Africa. S Afr J CLin Nutr 21 (3): 127-131.