kecerdasan dalam psikologi islam

26
A. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan (intelligence/al-dzaka) menurut arti bahasa adalah pemahaman,kecepatan dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif. 1 Menurut J.P. Chaplin kecerdasan memiliki tiga definisi, yaitu: 2 1. Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. 2. Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengeritik. 3. Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar cepat sekali. Piaget (1970) mendefinisikan kecerdasan sebagai pikiran atau tindakan adaptif. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan adaptasi dan berpikir abstrak dan menyelesaikan masalah secara cepat dan efektif. 1 Abdul Mujib & Jusuf muzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, cet. 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 317. 2 Ibid., h. 318 1

Upload: adikaiba

Post on 25-Jun-2015

1.677 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

A. Pengertian KecerdasanKecerdasan(intelligence/al-dzaka)menurutartibahasaadalahpemahaman,kecepatan dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif.1 Menurut J.P. Chaplin kecerdasan memiliki tiga definisi, yaitu:21. Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secaracepat dan efektif. 2. Kemampuan menggunakan konse

TRANSCRIPT

Page 1: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

A. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan (intelligence/al-dzaka) menurut arti bahasa adalah

pemahaman,kecepatan dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan dalam

memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya itu

sehingga Ibnu Sina menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif.1

Menurut J.P. Chaplin kecerdasan memiliki tiga definisi, yaitu:2

1. Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara

cepat dan efektif.

2. Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat

unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol dan mengeritik.

3. Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar cepat sekali.

Piaget (1970) mendefinisikan kecerdasan sebagai pikiran atau tindakan adaptif. Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan

adaptasi dan berpikir abstrak dan menyelesaikan masalah secara cepat dan efektif.

Macam-Macam Kecerdasan

Pada mulanya kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktural akal

dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-

aspek kognitif. Namun pada perkembangan selanjutnya, disadari bahwa kehidupan

manusia bukan hanya semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur

kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif,

seperti kehidupan emosional, moral, spiritual, dan agama. Karena itu, jenis-jenis

kecerdasan pada diri seseorang sangat beragam seiring dengan kemampuan dan potensi

yang ada di dalam dirinya.3

1 Abdul Mujib & Jusuf muzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, cet. 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 317.

2 Ibid., h. 3183 Ibid.,h. 318-319

1

Page 2: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

1. Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ)

Intelligence Quotient adalah potensial seseorang untuk mempelajari

sesuatu dengan menggunakan alat-alat berfikir (dengan kata lain sangat

berhubungan dengan proses kognitif4) . Digunakan untuk menjelaskan sifat

pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti menalar, merencanakan,

memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan

bahasa dan belajar. 5

Kecerdasan Ini terletak di Otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini

adalah sebuah kecerdasan yang memberikan seseorang kemampuan untuk :

berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta Inovasi

(pembaharuan). atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologi

dengan “What I Think” (apa yang saya pikirkan).6 Sehingga dapat diukur dengan

menggunakan soal-soal yang bermuatan logika (logical question)

2. Kecerdasan Emosi (Emotional Quotient/EQ)

Peramalan tingkat keberhasilan ternyata tidak hanya dapat dilakukan

dengan mengukur kemampuan pemecahan masalah dan logika linear. Banyak

kasus yang menunjukkan bahwa mereka yang memiliki IQ tinggi ternyata gagal

dalam pekerjaan dan penghidupannya. Para ahli kemudian melihat, bahwa selain

proses berpikir yang linear yang menunjukkan kemampuan logika, terdapat

proses berpikir lain yang penting.7 Salah satunya yang disebut dengan kecerdasan

emosi.

Kecerdasan emosi semula diperkenalkan oleh Peter Salovey dar

universitas Harvard dan Jhon Mayer dari Universitas New Hampshire. Istilah itu

4 Abdul Mujib & Jusuf muzakir, h. 319.5 sandy prayoga, http://www. sandyprayoga.com/kecerdasan-intelektual-intelligence-quotient6Ibid.7 Aliah B. Purwakania hasan. Psikologi Perkembangan Islami, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006, h.1542

Page 3: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

kemudaian dipopulerkan oleh Daniel Goleman dalam karya monumentalnya

Emotional Intelligence.8

Kecerdasan emosional menurut Ary Ginanjar Agustian adalah seseorang yang

memiliki ketangungguhan, inisiatif, optomisme, dan kemampuan beradaptasi.[9]

Hal yang senada di kemukakan oleh Goleman bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi

(to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan

pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan sosial.9

Steiner (1997) menjelaskan kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan

yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui

bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis

sebagai kekuatan pribadi.

Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey mengungkapkan kecerdasan

emosi sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri

dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran

dan tindakan.

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Patton (1998) mengemukakan

kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif

guna mencapai tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat

meraih keberhasilan. Sementara itu Bar-On (2000) menyebutkan bahwa

kecerdasan emosi adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi dan

kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu

untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif.

Dari beberapa definisi kecerdasan emosi tersebut ada kecenderungan arti

bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan

8 Abdul Mujib & Jusuf muzakir, h. 320.9 http://www.canboyz.co.cc/2010/07/pengertian-akhlak-dan-kecerdasan.html

3

Page 4: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengolah

emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.

Kecerdasan emosional merupakan hasil kerja otak kanan, sedangkan

kecerdasan intelektual merupakan hasil kerja otak kiri. Otak kanan memiliki cara

kerja yang acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik, sedangkan otak kiri memiliki

cara kerja yang logis, rasional, sekuensial dan linier.10

3. Kecerdasan Moral (Moral Quotient/MQ)

Kecerdasan moral atau yang biasa dikenal dengan MQ (bahasa Inggris:

moral quotient) adalah kemampuan seseorang untuk membedakan mana yang

benar dari mana yang salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan

menerapkannya dalam tindakan.11

Kecerdasan ini dipopulerkan oleh Robert Coles, seorang psikiater anak

dan peneliti di Hardvard University Health Services dan profesor psikiatri serta

ilmu-ilmu kemanusiaan medis pada Harvard Medical School. Ia mengatakan

bahwa pertama kali ia mendengar istilah “kecerdasan moral” dari Austin

Mcintosh, seorang dokter anak. Coles kemudian tertarik untuk mengembangkan

jenis kecerdasan ini melalui penelitiannya yang dilakukan selama lebih dari 30

tahun.12

Ia mengemukakan bahwa kecerdasan moral seolah-olah bidang ketiga

dari kegiatan otak (setelah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional)

yang berhubungan dengan kemampuan yang tumbuh perlahan-lahan untuk

merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan

sumber emosional dan intelektual pikiran manusia.13

10 Abdul Mujib & Jusuf muzakir, h. 321.11 http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_Moral12 Abdul Mujib & Jusuf muzakir, h. 322.13 Ibid., h. 323.

4

Page 5: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

Kecerdasan moral tidak dapat dicapai dengan cara menghafal atau

mengingat kaidah atau aturan yang dipelajari didalam kelas, melainkan

membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar.14

4. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient/SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah yang

pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Akan tetapi SQ

tersebut belum atau bahkan tidak menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baru

sebatas tataran biologi atau psikologi semata.15

Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual tersusun dalam dua

kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan

seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang

menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh

para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Selanjutnya Munandir

menyebutkan bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang

berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu,

kemampuan menangani situasi-situasi baru.16

Sementara itu Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa

spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa

memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan

mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri

kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau

apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.  Spiritual juga

berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.17

Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kerdasan spiritual dapat

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan

14 Ibid., h. 324.15 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ

Brdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Agra, 2001, h. Xxxix.16 http://id.wordpress.com/tag/pengertian-kecerdasan-spiritual/17 Ibid.

5

Page 6: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini

terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia

yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta.18

Singkatnya definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial

setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna,

nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk

hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat

manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh

kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.19

5. Kecerdasan Qalbiah/Kecerdasan Beragama

Setiap kita meyakini betul bahwa hati menunjukkan sentral kualitas

aktivitas keseharian manusia. Hatilah yang mengendalikan segala tingkah laku

otak (termasuk seluruh tubuh). Otak memang bekerja mengirimkan pesan, tetapi

di dalam hatilah pesan tersebut diolah. Ketika hati seseorang jernih, ia akan

mampu menerjemahkan pesan tersebut dengan jelas, terang benderang, positif.

Sebaliknya, ketika hati sedang gelap gulita, maka proses penerjemahan pesan

menjadi keruh, emosional, dan merusak. Maka mereka yang hatinya kotor,

mengidap beragam penyakit hati, tindak tanduknya niscaya cenderung

meresahkan orang lain, bahkan membahayaka dirinya sendiri.20

Sudah tak asing lagi bagi kita sebuah hadis Nabi yang mengatakan:

“Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik,

seluruh tubuh menjadi baik. Tapi bila rusak, semua tubuh menjadi rusak pula.

Ingatlah bahwa ia adalah kalbu” (HR. Bukhari).

Dalam kaitan dengan ini, al-Ghazali mendefinisikan qalbu menjadi dua.

Pertama, qalbu jasmani yaitu segumpal daging yang terletak di dada sebelah kiri

atau disebut jantung (heart). Kedua, qalbu rohani, yaitu sesuatu yang bersifat

18 Ibid.19 Ibid.20 http://www.nuansaislam.com/index.php/kecerdasan-qalbiah/psikologi-islam

6

Page 7: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

halus (lathifi), rabbani, dan ruhani. Qalbu jasmani berfungsi megatur peredaran

darah serta segala perangkat tubuh manusia. Sementara qalbu rohani berperan

sebagai pemandu dan pengendali struktur jiwa (nafs). Bila kedua fungsi qalbu ini

berjalan normal dan baik maka kehidupan manusia akan baik, dan berjalan sesuai

fitrahnya.21

Singkatnya, kecerdasan beragama adalah kecerdasan qalbu yang

menghubungkan dengan kualitas beragama dan ketuhanan. Kecerdasan ini

mengarahkan pada seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya

menghasilkan ketaqwaan secara mendalam, denagn dilandasi oleh eman

kompetensi keimanan, lima kompetensi keislaman, dan multi kompetensi

ihksan.22

B. Bentuk-Bentuk Bentuk-bentuk kecerdasan intelektual, emosional, moral,

spiritual, dan agama dalam psikologi islam

Bentuk-bentuk kecerdasan qalbiah seperti kecerdasan intelektual, emosi,

moral, spiritual, dan beragama sulit dipisahkan, sebab semuanya merupakan perilaku

qalbu. Barangkali yang dapat membedakannya adalah niat dan motivasi yang

mendorong perilaku qalbiah, apakah perilaku itu berasal dari insaniah atau ilahiah.

Adapun bentuk-bentuk kecerdasan qalbiah yaitu :

Pertama, kecerdasan ihkbat, yaitu kondisi qalbu yang memiliki kerendahan

dan kelembutan hati, merasa tenang dan khusyu dihadapan Allah, dan tidak

menganiaya orang lain. Kecerdasan ikhbat dapat diartikan sebagai kondisi qalbu

yang kembali dan mengabdi denagn kerendahan hati kepada Allah, merasa tenang

jika berzikir kepada-Nya, tunduk dan dekat kepada-Nya. Kondisi ikhbat merupakan

dasar bagi terciptanya kondisi jiwa yang tenang, yakin dan percaya kepada Allah.

Kedua, kecerdasan zuhud. Secara harfiah zuhud berarti berpaling,

menganggap hina dan kecil, serta tidak merasa butuh terhadap sesuatu. Kecerdasan

zuhud memiliki tiga tingkatan : pertama, zuhud dari hal-hal yang syubhat. Kedua,

zuhud dari penggunaan harta yang berlebihan. Dan ketiga, zuhud dalam zuhud.21 Ibid.22 http://www. psikologiuhuy.wordpress.com/2010/05/26/pandangan-islam-mengenai-kecerdasan/

7

Page 8: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

Ketiga, kecerdasan wara’. Wara’ adalah mejaga diri dari perbuatan yang

tidak baik, yang dapat menurunkan derajat dan kewibawaan diri seseorang.

Keempat, kecerdasan dalam berharap baik (Raja’). Raja’ ialah berharap

terhadap sesuatu kebaikan terhadap Allah SWT dengan disertai usaha yang

sungguh-sungguh dan tawakkal. Hal itu tentunya berbeda dengan al-Tamanni

(angan-angan), sebab merupakan harapan dengan bermalas-malasan tanpa disertai

dengan usaha.

Raja’ dapat berupa harapan seseorang terhadap pahala setelah ia melakukan

ketaatan kepada Allah SWT, atau harapan ampunan darinya setelah ia bertobat dari

dosanya. Menurut Ibnu Qayim raja’ memiliki tiga tingkatan; pertama harapan yang

mendorong seseorang untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, sehingga

melahirkan kenikmatan batin dan meninggalkan larangan. Kedua, harapan orang-

orang yang mengadakan latihan, agar ia dapat membersihkan hasratnya dan

terhindar dari kemudhorotan masa depan. Ketiga, harapan kalbu seseorang untuk

bertemu pada Tuhannya dan kehidupannya dimotivasi oleh kerinduan kepadanya.

Kelima, kecerdasan Ri’ayah. Ialah memelihara pengetahuan yang pernah

diperoleh dan mengaplikasikannya dengan perilaku nyata. Ilmu tanpa amal ibarat

pohon tanpa buah, ilustrasi ini menunjukkan bahwa pendekatan perolehan ilmu

bukan hanya melalui fakultas piker belaka, tapi juga harus menyertakan fakulta

dzikir. Gabungan keduanya akan melahirkan ulu al-bab yaitu orang yang beriman

dan beramal shaleh. Dan kecerdasan ini merupakan bentuk kecerdasan intelektual-

qalbiah.

Menurut Ibnu Qayyim, orang yang telah berilmu memiliki tiga

tingkat;pertama, Riwayah yaitu seseorang yang hanya sekedar menerima dan

meriwayatkan ilmu pengetahuan dari orang lain. Kedua, Dirayah, yaitu orang yang

berusaha memahami, menganalisa, mengkritisi, dan memikirkan maknanya. Ketiga,

Riayah, yaitu orang yang mengaplikasi apa yang diketahui melalui perbuatan nyata.

Keenam, kecerdasan Muqorrobah. Yaitu berarti kesadaran seseorang bahwa

Allah SWT mengetahui dan mengawasi apa yang dipikirkan, dirasakan, dan

8

Page 9: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

diperbuatnya baik lahir maupun batin. Sehingga tidak sedetikpun waktu yang

terbuang untuk mengingat-Nya.

Ketujuh, kecerdasan Ikhlas. Yaitu kemurnian dan ketaatan yang ditujukan

kepada Allah semata, dengan cara membersihkan perbuatan baik lahir maupun batin.

Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya, ikhlas dikaitkan pada kondisi ibadah

seseorang yang terhindar dari perbuatan penyekutuan Tuhan dengan sesuatu.

Sedangkan menurut Qayyim, ikhlas dibagi kedalam tiga tingkat; pertama, tidak

menganggap bernilai lebih terhadap perbuatan yang dilakukan. Kedua, merasa malu

terhadap perbuatan yang telah dilakukan sambil berusaha sekuat tenaga untuk

memperbaikinya. Ketiga, berbuat dengan ikhlas melalui keihklasan dalam berbuat

yang didasarkan atas ilmu dan hukum-hukum-Nya.

Kedelapan, kecerdasan istiqomah. Ialah berarti melakukan suatu pekerjaan

baik melalui prinsip kontinuitas dan keabadian. Ibnu Qoyyim membagi istiqomah

dalam tiga tingkatan; Pertama, istiqomah dalam arti kesederhanaan dalam

bersungguh-sungguh sehingga tidak melampaui batas pengetahuan, ikhlas dan

sunnah. Kedua, Istiqomah keadaan, dengan menyaksikan hakikat sesuatu

berdasarkan ilmu dan cahaya kesadaran. Hakikat ini meliput hakikat Kauniyah dan

hakikat Diniyyah. Ketiga, istiqomah dengan cara tidak menganggap berarti

istiqomah yang pernah dilakukan, sehingga ia terus berusaha untuk beristiqomah

pada jalan yang benar.

Kesembilan, kecerdasan Tawakkal, yaitu menyerahkan diri sepenuh hati,

sehingga tiada beban psikologis yang dirasakan. Dalam hal ini tawakkal yang

dimaksud adalah mewakili atau menyerahkan semua urusan kepada Allah SWT,

sebagai Zat yang mampu menyelesaikan semua urusan.

Tawakkal menghindarkan seseorang dari sikap meterialis, dikatakan

demikian karena tawakkal menuntut seseorang untuk menggunakan harta benda

secukupnya, meskipun batas kecukupan itu relatif. Untuk memperoleh tawakkal

yang sesungguhnya, Ibnu Qayyim memberikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut;

memiliki keyakinan yang benar tentang kekuasaan dan kehendak Allah, mengetahui

9

Page 10: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

hokum sebab akibat akan urusan yang dikerjakan, memperkuat qalbu dengan tauhid,

menyandarkan qalbu kepada Allah SWT dan merasa tenang disisinya, memiliki

persangkaan yang baik terhadap Allah SWT, menyerahkan Qolbu sepenuhnya

kepada Allah dan menghalau apa saja yang merntanngi, pasrah atau menyerahkan

segala urusan kepada-Nya.

Ibnu Qayyim lebih lankut mengemukakan tiga tingkatan tawakkal;

pertama,tawakkal yang disertai dengan permohonan dan menempuh sebab-

sebab memperoleh permohonan tersebut.

Kedua, tawakkal yang tidak disertai dengan permohonan sehingga ia

meninggalkan sebab-sebabnya.

Ketiga, tawakkal dengan mengetahui hakikat tawakkal, sehingga dapat

membebaskan dari penyakit dan menambah kepercayaan akan keagungan Tuhan.

Kesepuluh, Kecerdasan Sabar. Berarti menahan, maksudnya menahan diri

dari hal-hal yang dibenci dan menahan lisan agar tidak mengeluh. Sabar dalam

pandangan ibnu Qayyim terbagi atas dua macam pengertian; Pertama, sabar adalah

menahan diri dari segala yang tidak menyenangkan, Kedua sabar adalah ketabahan

yang disertai sikap berani, melawan dan menentang terhadap sesuatu yang

mnimpah.

Ibnu Qayyim selanjutnya mengemukakan tiga terminology sabar yang

mencerminkan stratifikasinya. Pertama, stratifikasi al-tashabbur, yaitu sabar

terhadap kesulitan dan tidak merasakan adanya kesedihan. Kedua, al- shabr yaitu

sikap yang tidak merasa terbebani terhadap adanya musibah dan kesulitan. Ketiga,

al-ishtibar yaitu menikmati musibah dengan perasaan gembira.

Lebih lanjut Ia menyebut tiga jenis sabar; petama, sabar bi-Allah yaitu sabar

yang lazim diperankan oleh kebanyakan orang, yang selalu mengharap pertolongan

dari-Nya. Kedua, sabar li-Allah yaitu sabar yang diperankan oleh al-muridin yang

motif sabarnya tidak lain karena Cinta kepada Allah. Ketiga sabar ma’a-Allah yaitu

sabar yang dilakukan oleh orang-orang yang menempuh jalan spiritual dengan cara

tunduk dan senang melaksanakan perintah-Nya.

10

Page 11: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

Kesebelas, kecerdasan Ridho, adalah rela terhadap apa yang dimiliki dan

diberikan. Ridho merupakan kedudukan spiritual seseorang yang diusahakan setelah

ia melakukan tawakkal. Untuk mengukur benar tidaknya ridho seseorang, Ibnu

Qayyim memberikan batasan-batasan, tiga diantaranya adalah; Pertama, sebagai

pihak yang pasrah seorang hamba harus rela terhadap pilihan Allah SWT karena hal

itu mengandung hikmah. Kedua, hamba yakin bahwa takdir Allah SWT baik tentang

nikmat atau cobaan tidak akan berubah. Ketiga, sebagai hamba, seorang tidak boleh

benci atau marah terhadap pilihan atau pemberian Tuhannya.

Keduabelas, kecerdasan Syukur, adalah menampakkan nikmat Allah SWT.

Syukur dilakukan dengan tiga tahap; pertama, mengetahui nikmat, dengan cara

memasukkan dalam ingatan bahwa nikmat yang diberikan oleh pemberi telah

sampai pada penerima. Kedua, menerima nikmat dengan cara menampakkan pada

pemberi bahwa ia sangat butuh terhadap pemberian-Nya dan tidak minta lebih.

Ketiga, memuji pemberian-nya dengan cara membaca hamdalah.

Ibnu Qayyim membagi syukur kedalam tiga tingkatan; pertama, sukur

terhadap sesuatu yang dicintai. Kedua, syukur terhadap sesuatu yang dibenci.

Ketiga, syukur tanpa mengenal objek yang diterima.

C. Cara Menumbuh Kembangkan Kecerdasan

Sebelum berbicara beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan , hendaknya

diketahui dahulu struktur kecerdasan yang terdiri dari dua bagian.Bagian pertama ialah

informasi atau pengetahuan itu sendiri. Ini kita peroleh melalui pengalaman dan

pendidikan; Bagian kedua ialah mengolah informasi, terdiri dari penalaran, penilaian,

dan kreativitas. 23

Mudah dipahami, memang sebagian kecerdasan, kita warisi secara genetis.

Warisan semacam ini umumnya kita sebut sebagai bakat. Tetapi bagian terbesar dari

kecerdasan adalah hasil usaha. John Dewey mengatakan bahwa kecerdasan bukanlah

sesuatu yang kita miliki dan tak berubah selamanya, melainkan kecerdasan adalah suatu

proses pembentukan yang berkesinambungan, dan untuk mempertahankannya

23 http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/05/tips-meningkatkan-kecerdasan/11

Page 12: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

diperlukan semacam kewaspadaan untuk mengamati kejadian kejadian, keterbukaan

untuk belajar, dan keberanian untuk menyesuaikan diri.

Jadi untuk meningkatkan kecerdasan, kita perlu menambah pengetahuan dan

berlatih memproses pengetahuan itu lewat kegiatan kreatif, kegiatan menalar, dan

kegiatan mengevaluasi atau menilai. 24

Dari penjelasan yang sederhana ini maka beberapa hal di bawah ini akan menolong

kita untuk meningkatkan kecerdasan kita:25

1. Mengadakan Evaluasi Diri

Meneliti kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tepatnya menyusun

peringkat kecerdasan kita, yang mana dari yang tujuh tersebut paling kuat, kedua

paling kuat, dan seterusnya.

2. Menetapkan Cita-Cita Atau Sasaran Hidup

Cita-cita yang jelas akan membangkitkan semangat dan antusiasme. Cita-

cita yang memikat bagi diri sendiri mampu melahirkan daya juang. Semangat,

antusiasme, dan daya juang adalah tiga serangkai yang membuat kita produktif

belajar dengan demikian kecerdasan kita diasah. Dari sekian banyak cita-cita,

maka salah satunya ialah kita harus mencita-citakan menjadi orang cerdas dan

ingin dikenal orang sebagi orang cerdas.

3. Membangun Suatu Kebiasaaan Hidup Cerdas

Umpamanya membaca, berdiskusi, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

4. Membangun sikap keterbukaan-kritis

Sikap terbuka membuat kita mampu menerima ide-ide baru, ilmu-ilmu

baru, dan pengertian-pengertian baru. Tapi jangan terlalu terbuka supaya kita

masih mungkin membuat sintesa dari pertemuan sejumlah ide-ide yang

berlainan. Jadi kita juga harus kritis, artinya mampu mempertanyakan apa saja

yang memasuki alam pikiran kita. Tapi jangan terlalu kritis yang membuat kita

jadi tertutup, kaku, dan merasa benar sendiri. Yang pas adalah terbuka dan kritis.

5. Membangun suatu sikap belajar positif terhadap apapun yang kita alami

24 Ibid.25 Ibid.

12

Page 13: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

Pengalaman, kata Aldous Huxley, bukanlah peristiwa-peristiwa yang

menimpa kita, melainkan apa yang kita lakukan terhadap peristiwa-peristiwa itu.

Hanya dengan sikap belajar positif inilah kita dapat bertambah cerdas sesudah

mengalami suatu peristiwa, yaitu pengalaman kita jadikan sebagai guru.

Pengalaman, katanya, adalah guru terbaik.

6. Membangun sikap yang rendah hati

Air selalu mengalir ke tempat yang rendah, demikian pula hikmat dan

pengetahuan mengalir menuju hati yang rendah.

Selain dari itu terdapat cara-cara khusus dalam rangka meningkatkan IQ, EQ,

MQ, SQ, dan kecerdasan qalbiyah selain dari cara umum di atas yaitu:

Cara meningkatkan IQ

IQ sangat erat dengan kegiatan otak, sehingga kesehatan otak, kosentrasi dan

kebugaran sangat menunjang dalam peningkatan IQ. Menurut para ahli IQ - Intelligence

Quotient, dapat ditingkatkan dengan latihan sederhanadan mengubah kebiasaan-

kebiasaan tertentu, caranya sebagai berikut :26

1. Latihan pernapasan dalam

2. Jaga postur tubuh

3. Lakukan olahraga untuk membantu meningkatkan aliran darah ke otak.

4. Perhatikan makanan

Cara meningkatkan EQ

Ada beberapa kiat untuk meningkatkan kecerdasan Emosional diantaranya yaitu: 27

1. Mengenali emosi diri

2. Melepaskan emosi negatif

3. Mengelola emosi diri sendiri

4. Memotivasi diri sendiri

5. Mengenali emosi orang lain

6. Mengelola emosi orang lain

26 http://www.shvoong.com/sort-popular/medicine-and-health/kiat-meningkatkan-iq27 http://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-kecerdasan-emosi-eq/

13

Page 14: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

7. Memotivasi orang lain.

Cara meningkatkan MQ

Menurut Dr. Michael Borba terdapat 7 langkah utama untuk membangun

kecerdasan (intelejensi) moral seseorang, yakni :28

1. Mengembangkan sikap empati (turut merasakan apa yang dialami orang lain

secara mendalam)

2. Menumbuhkan hati nurani (teguran dalam diri seseorang ketika melakukan

kesalahan),

3. Menumbuhkan pengendalian diri, yakni dengan memprioritaskan mana yang

dianggap benar, selalu berupaya untuk menjadi motivator bagi dirinya sendiri,

dan berpikir matang sebelum mengambil keputusan.

4. Mengembangkan sikap menghormati orang lain (respect)

5. Memelihara kebaikan (menunjukkan kekhawatiran mengenai perasaan orang

lain)

6. Mengembangkan sikap toleransi

7. Mengembangkan keadilan, yakni dengan mengembangkan sikap terbuka dan

berperilaku secara seimbang, tanpa membeda-bedakan sesuatu.

Cara meningkatkan SQ

Secara umum kita dapat meningkatkan SQ dengan meningkatkan penggunaan

tersien psikologis kita, yaitu kecenderungan kita untuk bertanya mengapa untuk mencari

keterkaitan antara segala sesuatu untuk membawa ke permukaan asumsi-asumsi

mengenai makna dibalik atau di dalam sesuatu, menjadi lebih suka merenung, sedikit

menjangkau di luar diri kita, bertanggung jawab, lebih bersadar diri, lebih jujur terhadap

diri sendiri dan lebih pemberani.

28 http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_Moral14

Page 15: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

Jelasnya ada 7 cara untuk meningkatkan SQ agar meraih inner peach:29

1. Menyadari di mana posisi saya saat ini.

2. Memiliki perasaan kuat bahwa saya ingin berubah.

3. Merefleksikan apa yang menjadi tujuan dan motif tersembunyi saya.

4. Temukan dan atasi rintangan yang menghadang.

5. Cari dan kenali kemungkinan-kemungkinan lain untuk bisa maju.

6. Meningkatkan diri pada tujuan yang telah ditetapkan.

7. Tetaplah terbuka pada tujuan-tujuan lain yang mungkin ada.

Cara meningkatkan Kecerdasan Qalbiah

Untuk meraih kecerdasan qalbiah memang bukanlah hal yang mudah, kita perlu

melatih diri, paling tidak ada tiga langkah yang harus kita lakukan:

1. Kenali diri sendiri. Seseorang yang mengenali dirinya, mengetahui kondisi

jiwanya serta riak gelombang keimanan di hatinya maka ia akan mengetahui

tindakan apa yang paling tepat yang harus ia lakukan.

2. Muhasabah, introspeksi diri. Lihat apa saja yang telah kita lakukan minimal

setiap malam sebelum tidur. Apakah sudah sesuai dengan tuntunan Islam atau

belum. Kalau belum maka bertaubatlah dan berusahalah untuk memperbaikinya.

3. Kecerdasan qalbiah akan hadir tatkala seseorang senantiasa merasakan

kehadiran Allah swt dalam setiap tindakan, kapan pun dan dimana pun.

Perilaku qalbiah akan timbul manakala kita selalu mengingat Allah

(dzikrullah). Karena Dia adalah sumber kebenaran tertinggi dan kepada-Nya kita

kembali. Mengingat Tuhan dapat dilakukan melalui sholat, berzikir, dan lain

sebagainya yang dapat mengisi hati manusia dengan sifat-sifat Tuhan. Firman

Allah dalam surah al-Ahzab [33] ayat 41: ”Hai orang-orang yang beriman,

berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya”.

Dalam ayat lain Allah juga berfirman: "Seseorang yang selalu mengingat Allah

hatinya akan merasa tenang” (QS. ar-Ra’d [13]:28).

29 http://ktp09003.wordpress.com/tag/sq/15

Page 16: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

Penutup

konsep kecerdasan, terbagi kedalam beberapa bagian diantaranya adalah spiritual

intelligence, intellectual, emosional, moral, dan Qalbiyah. Dalam definisi kecerdasan ini saling

melengkapi untuk mencapai manusia yang paripurna. Di dalam islam seorang muslim dituntut

untuk menjadi seorang yang bertakwa, berpengetahuan luas, serta bijak dalam berhubungan

16

Page 17: Kecerdasan dalam Psikologi Islam

sosial baik itu hubungan horizontal kepada sang kuasa maupun vertical kepada sesama

manusia. Serta dapat mengendalikan segala kehidupan dengan baik dan benar.

17