kebutuhan gizi ternak ruminansia
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
1/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
1
KEBUTUHAN GIZI TERNAK RUMINANSIA MENURUT
STADIA FISIOLOGISNYA
Oleh :
Hendrawan Soetanto
Jurusan Nutrisi Dan Makaan TernakFakultas PeternakanUniversitas Brawijaya, Malang
I. PENDAHULUANTernak ruminansia sebagaimana ternak lainnya memerlukan gizi sesuai dengan stadia
fisiologisnya. Kebutuhan gizi saat bunting tentu berbeda dengan kebutuhan untuk laktasi,
karena enersi yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses tersebut juga berbeda.
Kebutuhan untuk hidup pokok ternak ditentukan oleh kondisi lingkungan setempat
seperti suhu, hembusan dan arah angin. Sebagai golongan mamalia, ternak ruminansia jugamemerlukan upaya untuk menjaga agar suhu tubuhnya konstan meskipun suhu di luar tubuh
mengalami fluktuasi. Umumnya sushu tubuh mamalia lebih tinggi dari suhu lingkungan,sehingga panas tubuh dapat mengalir ke luar.
Jika suhu lingkungan turun diluar kemampuan toleransi tubuh maka ternak akanmenggigil; sebaliknya jika suhu lingkungan mengalami kenaikan maka ternak akan terengah-
engah (panting) untuk menjaga suhu tubuh dalam kisaran daerah kenyamanan (comfortable
zone). Jika ternak dipuasakan atau dalam keadaan kelaparan, akan lebih cepat menggigildibandingkan jika suhu lingkungan mengalami penurunan. Sebagai contoh, pedet yang
dipuasakan akan mulai menggigil jika suhu turun menjadi 190C sementara pedet yang
memperoleh pakan baru menggigil jika suhu turun menjadi 70C. Keadaan serupa juga terjadi
jika suhu lingkungan lebih tinggi dari normal, yaitu ternak yang dipuasakan akan lebih cepatterengah-engah dibandingkan dengan ternak yang memperoleh cukup pakan.
Kemampuan seekor ternak untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkunganmelalui pertukaran enersi sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain ukuran tubuh,bentuk tubuh, aktivitas fisik, fungsi endokrin, insulasi an tingkah laku ternak. Ketebalan lemak
di bawah kulit serta kondisi kulit itu sendiri akan berpengaruh terhadap kisaran zona
kenyamanan, yaitu semakin tebal lemak di bawah kulit maka toleransi ternak terhadappenurunan suhu semakin tinggi, namun sebaliknya toleransi terhadap peningkatan suhu
semakin rendah.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kebutuhan gizi ternak pada
stadia fisiologis yang berbeda sangat penting untuk dapat meramu pakan sesuai dengankebutuhan. Uraian berikut ini membahas tentang gizi yang diperlukan oleh ternak ruminansia
sesuai dengan stadia fisiologisnya agar dapat digunakan sebagai pedoman akan penyusunan
ransum.
II. KEBUTUHAN GIZI TERNAK RUMINANSIA PADA BERBAGAI STADIAFISIOLOGISZat gizi yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu: (a) kebutuhan untuk mikroba di dalam rumen dan (b) kebutuhan untuk ternak itu sendiri.
Kebutuhan zat gizi untuk mikroba rumen dapat berupa asam amino essensial, asam amino
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
2/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
2
rantai cabang, ammonia, mineral sulfur dan asam keto. Zat gizi tersebut diperlukan mikroba
rumen untuk proses sintesis protein tubuhnya disamping memerlukan ATP sebagai sumberenersi tinggi untuk terjadinya reaksi kimiawi. Dari hasil penelitian terbukti bahwa bakalan
(precursor) utama gugus amino untuk sintesis protein bakteri rumen ternyata adalah ammonia,
sehingga ternak ruminansia mampu bertahan hidup hanya diberikan sumber non-protein
nitrogen (NPN) sepanjang terdapat sumber karbohidrat mudah terfermentasi (readily availablecarbohydrate = RAC) sebagai sumber asam keto.
Berbeda dengan bakteria, protozoa di dalam rumen tidak dapat menggunakan ammoniasebagai bakalan sintesis protein tubuhnya. Oleh karena itu kehadiran bakteri , jamur anaerobik
atau species protozoa yang lebih kecil ukuran selnya sebagai sumber protein protozoa, adalah
sangat esensial. Selain itu asam amino rantai cabang juga diperlukan dapat jumlah sedikituntuk membentuk asam lemak terbang (volatile fatty acids = VFA) rantai cabang seperti iso-
butirat dan so-valerat.
Kebutuhan nitrogen untuk mikroba rumen seringkali dinyatakan dalam istilah rumen
degradable nitrogen (RDN) requirement atau bisa juga disebut Rumen Degradable Protein(RDP) Requirement, yaitu kebutuhan nitrogen yang dapat difermentasikan di dalam rumen
sehingga kebutuhan bakalan utama sintesis protein mikroba, yaitu berupa ammonia dapatdipenuhi. Saat ini di literatur dinyatakan bahwa rataan kebutuhan RDN untuk ternak
ruminansia dewasa adalah sebesar 30 g N/kg bahan organik terfermentasi. Selain itukonsentrasi ammonia di dalam rumen juga dapat digunakan sebagai indikator akan kecukupan
sumber nitrogen untuk mikroba rumen khususnya bakteria.
Jika kebutuhan nitrogen mikroba rumen dipenuhi melalui pemberian protein pakan,maka akan terjadi pemborosan karena:
protein pakan akan difermentasi serta asam amino esensialnya akan mengalamideaminasi
fermentasi setiap 1 g protein hanya akan menghasilkan separuh ATP dari yangdihasilkan dari fermentasi 1 g karbohidrat. Hal ini berarti hanya sekitar 30 60 g
protein mikroba yang akan dihasilkan dari fermentasi 1 kg protein pakan.
Kecukupan nitrogen bakteria rumen sangat tergantung pada jenis pakan basal yangdiberikan untuk ternak. Sebagai contoh jika pakan basal berupa hijauan segar dan konsentrat
maka kecukupan nitrogen tercapai pada level ammonia rumen sebesar 50 mgN/L cairan rumen.
Akan tetapi jika pakan basal berupa limbah pertanian maka kecukupan nitrogen berkisar di atas
100 mgN/L cairan rumen. Bahkan untuk menunjang proses degradasi pakan di dalam rumensecara optimal diperlukan kadar ammonia hingga 235 mgN/L.Tabel 1 berikut ini disajikan
sebagai teladan akan kebutuhan RDP yang dibutuhkan untuk mendukung sintesis protein
mikroba secara optimal.
Mineral sulfur juga merupakan kebutuhan esensial bagi bakteria rumen karena selbakteri kaya akan kandungan asam amino yang megandung sulfur. Kisaran kebutuhan mineral
sulfur dikaitkan dengan kandungan nitrogen ransum. Sehingga kebutuhannya dinyatakansebagai nisbah antara kebutuhan N : S. Berdasarkan pengalaman, kisaran nisbah N : S adalah
10 : 1 hingga 12 : 1.
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
3/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
3
Tabel 1. Kebutuhan RDP Untuk Effisiensi Maksimum Mikroba Dalam Kondisi I n vivo
% Rumen degradable protein
3.4 6.2 8.8. 11.6
N-Bacteria (g/hari) 71.4 73.3 71.0 75.9
AA-Bakteria (g/hari) 63.6 71.4 58.5 67.7Efisiensi
a 22.4 24.4 20.8 22.6
Ammonia (mg/dl) 2.5 8.8 23.0 25.7
Peptida (mM) 6.4 10.1 14.6 16.7agram bakteri per kilogram bahan organik (BO) terfermentasi
Disitasi dari Kerley (2000).
Kebutuhan zat gizi untuk ternak ruminansia sendiri sama dengan ternak monogastrikyaitu membutuhkan air, protein, lemak, serat kasar, enersi, vitamin dan mineral makro maupun
mikro. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi ternak dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1.
Stadia Produksi2. Umur ternak
3. Ukuran tubuh serta kondisinya
4. Kemampuan menghasilkan susu5. Kondisi iklim
6. Lama masa perkawinan
Stadia Produksi
Kebutuhan zat gizi ternak ruminansia, seperti sapi potong dipengaruhi oleh stadia produksi
yang dibagi menjadi empat stadia, yaitu : (a) sejak beranak hingga siap dikawinkan lagi
(calving to breeding), yaitu berlangsung antara 70 hingga 85 hari ; (b) perkawinan hingga saat
menyapih pedet, lamanya hingga 120 hari ; (c) pertengahan kebuntingan, lamanya 100 hari ;dan (d) kebuntingan akhir, lamanya antara 6070 hari.
-Calving to breeding
Pada satdia ini ternak dalam kondisi laktasi, sehingga kebutuhan zat gizinya juga paling
besar dibanding stadia fisiologis lainnya. Ternak yang memiliki skor kondisi tubuh sedang
(medium) memerlukan pakan tambahan untuk dapat mencukupi kebutuhan tubuhnya, sehinggadapat memperpendek masa antara melahirkan dan perkawinan lagi.
Meskipun skor kondisi tubuh ternak tergolong bagus, seletah melahirkan ternak akan
mengalami penurunan skor kondisi tubuhnya kendatipun penurunan ini tidak mempengaruhi
konsepsi pada saat terjadi perkawinan. Sebaliknya jika ternak ketika melahirkan memilikikondisi tubuh kurus, maka kembalinya berahi serta terjadinya konsepsi saat dikawinkan
kembali dapat beragam, artinya dari tinggi hingga rendah persentasenya. Terutama jika ternakmengalami stress kekurangan pakan, pengaruh cuaca atau stress ketika melahirkan, maka dapatmenyebabkan gangguan reproduksi berupa kegagalan dalam hal timbulnya kembali berahi
hingga rendahnya angka konsepsi.
-Breeding to weaning
Produksi susu ternak ruminansia, akan menurun seiring dengan stadia produksi,sehingga konsekuensinya kebutuhan akan zat gizi juga akan menurun. Pada ternak sapi perah
yang memiliki potensi genetik produksi susu tinggi umumnya akan penurunan kondisi tubuh
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
4/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
4
secara nyata hingga pada pertengahan kebuntingan. Meskipun demikian penurunan kondisi
tubuhini tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan janin (foetus).
-Pertengahan Kebuntingan
Kebutuhan nutrisi pada stadia ini tergolong paling rendah, karena pada saat pertengahan
kebuntingan umumnya anaknya telah disapih serta kebutuhan untuk pertumbuhan janin masih
relatif rendah. Penurunan skor kondisi tubuh pada stadia ini tidak akan terlalu berpengaruhterhadap produktivitas ternak. Meskipun demikian dianjurkan untuk memberikan pakan
tambahan agar menurunnya skor kondisi tubuh tidak mempengaruhi performans ternak dalamjangka panjang.
-Kebuntingan akhi r
Perkembangan janin pada stadia ini sangat cepat sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizijuga meningkat secara cepat. Pertumbuhan janin, cairan ketuban serta selaput membran pada
sapi dapat mencapai 1 pound (0,5 kg) per hari selama 70 hari menjelang akhir kebuntingan.
Fluktuasi kebutuhan zat gizi sesuai dengan stadia fisiologis ternak dapat diduga dari
kebutuhannya terhadap glukosa sebagaimana ditunjukkan Gambar 1 berikut ini.
Stadia produksi
Keterangan : 1 = Pertumbuhan Awal ; 2 = Pertumbuhan akhir; 3 = Penurunan bobot
badan; 4 = Hidup Pokok; 6 = Kebuntingan; 7 = Laktasi.
Gambar 1. Laju sintesis glukosa sesuai dengan stadia produksi pada ternak domba
(Leng et al., 1977).
Gambar 1 di atas ternyata serupa dengan grafik retensi nitrogen pada tubuh ternak padaberbagai stadia fisiologis yang diteliti oleh Orskov (1970) menunjukkan bahwa kebutuhan
protein dan enersi juga berfluktuasi seiring dengan perubahan stadia fisiologis.
Kebutuhan A ir
Acapkali kita membicarakan kebutuhan zat gizi, kebutuhan air sering terabaikan.
Padahal air merupakan komponen terbesar tubuh ternak yang senantiasa menjaga
keseimbangan suhu tubuh. Air juga ikut berperan dalam proses pencernakan (hidrolisis protein,karbohidrat maupun lemak), proses penyerapan zat gizi, proses transport metabolit di dalam
tubuh serta proses eksresi sisa metabolit ke luar tubuh..
Kebutuhan air sangat tergantung pada bentuk pakan, kandungan bahan kering pakan,cara makan serta suhu lingkungan. Pada ternak sapi setiap kg bahan kering yang dikonsumsi
memerlukan air minum 3 5 L. Pada ternak yang masih menyusu kebutuhan air lebih besar
16
12
8
4
0
1 2 3 4 5 6
SintesisGlukosa(g/kgBB0.7
5/ha
ri)
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
5/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
5
lagi, yaitu dapat berkisar antara 6 7 L air/kg konsumsi bahan kering. Sapi perah
membutuhkan lebih banyak air untuk menjamin produksi susunya. Pemberian air minumsecara berlebih (ad libitum) pada sapi perah laktasi dapat meningkatkan produksi susu antara 1
2 L/hari tanpa penambahan pakan suplemen.
Adanya garam dapur (NaCl) atau protein dalam konsentrasi tinggi di dalam pakan akan
memicu ekskresi urine, sehingga akan menyebabkan peningkatan konsumsi air.Kebutuhan Protein
Penentuan kebutuhan protein ternak juga mengalami perkembangan, yaitu jika semula
hanya ditentukan berdasarkan protein kasar, kemudian berkembang ke protein tercerna,
sekarang ini telah berkembang ke arah kebutuhan UDN (undegradable dietary nitrogen) atauUDP (undegradable dietary protein). UDP merupakan bagian dari protein pakan yang
tidakterdegradasi di dalam rumen dan sampai di usus halus untuk diserap. Besarnya nilai UDP
sangat tergantung jenis sumber protein, komponen pakan lainnya dalam ransum, level
pemberian serta stadia fisiologis ternak. Untuk memberikan gambaran Tabel 2 berikut ini berisiketerangan tentang nilai UDP berbagai sumber pakan ternak ruminansia.
Tabel 2. Kandungan UDP pada berbagai bahan pakan ternak (Sampath, 1990)
Pakan Dg. Kandungan
UDP tinggi
(60100 % PK)
Pakan Dg. Kandungan
UDP sedang
(3059 % PK)
Pakan Dg. Kandungan
UDP rendah
(029 % PK)Tepung darah 79 (76-81) Ampas bir 53 (48-61) Barley 18 (11-27)
Bungkil kelapa 76 (70-81) Tepung Canola 31 (26-37) Bungkil biji
matahari
15
Bungkil biji kopi 82 Tepung jagung 41 (31-52) Biji gandum 25 (20-36)
Pecahan jagung 84 (83-86) Bungkil biji kapas 49 (35-70) Dedak gandum 27 (23-33)Tepung bulu 84 (83-86) Tepung ikan 59 (40-70) Alfalfa segar 24 (21-27)
Tepung daging 61 (53-76) Bungkil kacang tanah 32 (638) Alfalfa silase 23
Bekatul 62 Tepung daging dan
tulang (MBM)
53 (49-70) Barley silase 18
Biji sorgum 75 Bungkil biji karet 31 Jagung silase 24 (11-31)
Daun Lamtoro 68 (51-75) Bungkil kedele 34 (10-50)
Rumput Benggala 60
Rumpu Para 52
Kebutuhan Enersi
Kebutuhan enersi ternak seringkali dinyatakan dalam satuan kalori atau joule,
dimana per definisi 1 cal = 4.182 joule. Pada ternak ruminansia dikenal istilah Total Digestible
Nutrient (TDN), yaitu suatu asumsi bahwa selisih antara zat gizi yang dikonsumsi dengan zatgizi yang terdapat di dalam faeces merupakan nilai zat gizi yang tercerna dan dapat diubah
menjadi enersi. Oleh karena itu nilai TDN dapat dihitung dari konversi nilai DE (digestible
energy) atau nilai ME (metabolizable energy). Padahal kenyataannya enersi tidak dapat dicerna
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
6/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
6
atau dimetabolisir, melainkan hanya akan diubah sesuai dengan hukum kekekalan enersi.Pendapat Professor Max Kleiber pada awal dekade enampuluhan yang menyatakan bahwa :
. Metabolisable energy is not a homogenous entity; instead it
represents an assembly of nutrients or metabolites each of
which is used with a specific efficiency for a particularpurposes
(Terjemahan bebas : ME bukanlah ukuran homogen melainkan mewakili perpaduan zat gizi
atau nutrien dimana masing-masing zat gizi digunakan oleh ternak secara spesifik untuk tujuantertentu)
Para ahli pakan ternak telah melakukan kesalahan istilah dalam memberikan
terminologi yang tepat bagi enersi dan hingga sekarang masih tetap dijumpai di kepustakaan
akan istilah TDN, DE atau ME untuk menentukan besaran kebutuhan ternak akan enersi. DiIndonesia hampir semua pakar menggunakan satuan TDN untuk menghitung kebutuhan enersi
ternak ruminansia mengikuti sistem di Amerika. Namun The National Research Council
(NRC), Amerika Serikat sekarang ini tidak hanya mempublikasika tabel kebutuhan zat gizi
ternak ruminansia dengan menggunakan satuan TDN untuk enersi, melainkan jugamencantumkan nilai ME dan NE (nett energy) untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan
maupun untuk ternak laktasi. Oleh karena itu sudah waktunya kita juga melakukan suatu re-orientasi dalam formulasi pakan ternak ruminansia yang kita sesuaikan dengan kondisi di
Indonesia. Kalau hingga saat ini Indonesia masih mengadopsi TDN sesungguhnya hanya bak
pepatah Tiada rotan akarpun berguna.
Nilai TDN dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :[Prdd + (2,25 x Ldd) + SKdd + BETN dd].
Dimana: Prdd = protein tercerna
Ldd = lemak tercerna
SKdd = serat kasar tercerna
BETNdd = bahan ekstrak tanpa N tercerna
Untuk mengkorversikan nilai TDN ke DE atau ME digunakan asumsi sebagai berikut :setiap kg TDN = 4 Mcal DE, sedangkan ME = 0.82 DE. Dengan demikian setiap kg TDN =
3,28 Mcal ME.
Kebutuhan L emak
Pakan ternak ruminansia umumnya mengandung lemak relatif rendah, yaitu kurang dari
5 % meskipun telah diberi pakan konsentrat. Jika diberi hanya hijauan kadar lemaknya dapatlebih rendah lagi. Namun demikian karena konsumsinya relatif banyak maka sesungguhnya
konsumsi lemak pakan juga relatif besar. Selain itu dengan adanya pasok mikroba rumen yang
mengandung fosfolipid, maka serapan lemak dari usus halus sangat besar jika dibandingkan
dengan ternak monogastrik.Peranan lemak dalam pakan cukup besar terutama bagi sapi perah karena lemak pakan
memberikan kontribusi bagi kadar lemak susu. Salah satu karakteristik ternak ruminansia ialah
terjadinya proses dehidrogenasi lemak pakan di dalam rumen sehingga lemak tak jenuh diubahmenjadi lemak jenuh karena pergantian ikatan rangkap dengan dua atom hidrogen. Sebagai
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
7/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
7
contoh asam oleat (C18:1) akan diubah menjadi asam stearat (C18:0). Oleh karena itu sebagian
besar lemak yang terserap dari usus halus juga berupa lemak jenuh.Hasil penelitian muthakir menunjukkan bahwa ternak ruminansia mampu mentoleransi
kandungan lemak pakan hingga 10 % tanpa mengalami gangguan pencernakan. Peranan lemak
pakan adalah sebagai sumber enersi melalui konversi gliserol yang terbebaskan dari proses
hidrolisis lemak, menjadi VFA. Penambahan lemak dalam pakan sapi perah memilikikeuntungan sebagai berikut:
Meningkatkan densitas kalori dari ransum, terutama jika konsumsi pakan terbatasoleh bahan pakan pengisi perut seperti rumput atau jerami padi
Membatasi kebutuhan konsentrat yang mengandung karbohidrat kaya enersi.Konsentrat seperti ini umumnya diberikan pada sapi perah dalam stadia awal
laktasi dimana sapi perah dalam kondisi keseimbangan enersi negatip.
Pada kondisi cuaca panas, pemberian lemak akan dapat membantu mengurangistress akibat panas pada sapi laktasi.
Sebagai pedoman sapi perah tidak boleh diberi suplemen lemak hingga 1.5 kg/hari
disamping konsumsi lemak yang terkandung di dalam pakan. Kadar lemak total ransum yangmasih dapat dianjurkan ialah sekitar 6 hingga 8 % sebelum muncul dampak negatipnya.
Produksi susu umumnya akan dimaksimalkan jika kadar lemak mencapai 5 % dari total kadar
bahan kering pakan. Penambahan lemak umumnya akan menurunkan kandungan protein susuhingga 0.1 %. Selain itu pemberian lemak secara berlebihan akan menurunkan konsumsi
pakan, produksi susu serta komposisi lemak susu.
Kebutuhan Serat Kasar
Fungsi utama serat kasar ada tiga yaitu, sebagai pengisi lambung, menjaga fungsi
peristaltik usus dan merangsang salivasi. Hasil fermentasi komponen serat kasar adalah berupa
VFA rantai pendek yaitu asam asetat yang berfungsi sebagai bakalan lemak susu. Oleh arenaitu imbangan antara hijauan dan konsentrat dalam pakan akan berpengaruh juga terhadap kadar
lemak susu. Pemberian sumber serat kasar dalam bentuk panjang akan merangsang sekresi
saliva sehingga berfungsi sebagai penyanggah (buffering action) keasaman rumen. Hal ini akanmenjegah terjadinya acidosis serta merangsang aktivitas bakteri selulolitik yang sangat sensitif
terhadap keasaman (pH) di bawah 5.
Gerakan peristaltik usus akan distimulir oleh kehadiran serat kasar, sehingga fungsiusus menjadi normal. Penelitian yang dilakukan di Rowett Research Institute, Aberdeen, UK
menunjukkan bahwa sapi yang dipelihara dengan menginfus cairan berisi zat gizi yang
diperlukan tetap dapat hidup, namun hanya mengeluarkan faeces dua atau tiga hari sekali. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi peristaltik usus mengalami gangguan.
Kebutuhan Vitamin Dan M ineral
Vitamin ialah senyawa organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Berbedadengan mineral, vitamin terdapat dalam tubuh bukan sebagai struktur dari senyawa lain serta
sebagian besar vitamin mempunyai fungsi sebagai Ko-enzim.
Secara umum vitamin dikelompokkan menjadi dua, yaitu:1.Larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K)2.Larut dalam air (vitamin B kompleks dan C)
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
8/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
8
Kebutuhan vitamin untuk ternak perlu dibedakan antara kebutuhan untuk proses
fisiologis atau untuk terdapat dalam ransum. Diduga semua vitamin diperlukan secarafisiologis dalam proses metabolisme hewan vertebrata. Pada ternak tertentu mempunyai
kemampuan untuk mensintesis vitamin.
Vitamin C dilaporkan dapat disintesis oleh sebagian besar ternak, sedangkan vitamin B
kompleks dan vitamin K dapat disintesis oleh mikroba rumen, terutama bakteria. Oleh karenaitu setelah minggu pertama kelahiran, ruminansia tidak lagi tergantung pada vitamin B dan K
yang berasal dari pakan.Kandungan vitamin berbagai pakan dapat dilihat di ARC (1984) atau pustaka lain yang
memuat kandungan vitamin pakan.
Vitamin A
Vitamin A hanya dijumpai pada produk ternak. Pada tumbuh-tumbuhan hanya terdapat
dalam bentuk pro-vitamin A atau sebagai bakalan vitamin yang disebut , , -karoten. Pro-vitamin A diubah menjadi vitamin A di mukosa usus selama proses penyerapan. Pada ternak
ruminansia yang memperoleh pakan basal berupa limbah pertanian, misalnya jerami padi,dalam kurun waktu lama akan mengalami defisiensi vitamin A secara nyata dengan akibat padasapi berupa gangguan buta ayam (night blindness), abortus, atau degenerasi ginjal.
Mineral
Kebutuhan mineral untuk ternak ruminansia dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu
mineral makro (Ca, Na, Cl, K, P, S, Mg) dan mineral mikro (Cu, I, Fe, Zn,Co, Se,Mn). Fungsi
utama mineral makro Na, Cl, dan K adalah sebagai agent elektro-kimia yang berperan dalam
proses menjaga keseimbangan asam-basa dan mengontrol tekanan osmotik air sehinggadidistribusikan ke seluruh tubuh. Sedangkan mineral lain mungkin memiliki fungsi struktural,
misalnya Ca dan P adalah komponen esensial pada tulang dan gigi. Selain itu peran mineral S
dalam proses sintesis protein mikroba di dalam rumen sangatlah pentingBeberapa mineral mikro mempunyai fungsi khas, misalnya mineral Fe merupakan
komponen penting dari haem yang merupakan komponen penting dari haemochromogens,
yaitu senyawa penting dalam proses respirasi. Sedangkan mineral Co diperlukan sebagai
bagian metal senyawa vitamin B12. Mineral yodium ( I ) merupakan komponen pentinghormon tyroxine.
Apabila kita ingin membuat sendiri campuran Premix, maka ada 14 mineral makro
dan mikro penting yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia. Kebutuhan garam setiap ekor/hariadalah sekitar 200 g /hari tergantung dengan ukuran tubuh ternak. Pengalaman penulis untuk
seekor sapi potong dengan bobot hidup sekitar 250 kg hanya memerlukan 125 g
premix/ekor/hari tanpa ada gangguan akibat defisiensi mineral.
Sodium bentonite dan sodium bicarbonate dapat digunakan untuk mencegah terjadinyaacidosis terutama jika pakan yang dikonsumsi mengandung konsentrat dengan ukuran partikel
halus serta tinggi enersinya.
MERAMU RANSUM CUKUP GIZI SESUAI STADIA FISIOLOGIS
Sebelum meramu pakan ternak, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui terlebih
dahulu, yaitu :
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
9/19
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
10/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
10
seperti metode silang (Square method) atau persamaan bilang anu, hanya sesuai untuk skala
kecil.
6. Jarak distribusi pakan dan lama simpan sebelum didistr ibusikanApabila hendak memproduksi rnasum dalam jumlah besar, kita perlu merencanakan
dengan seksama berkaitan dengan jarak distribusi serta lama simpan yang diperlukan. Bahanbutiran seperti bekatul atau bahan kaya lemak seperti bungkil kelapa, bungkil kedele akan
mudah mengalami ransiditas (ketengikan) jika diekspose dengan udara. Pemberian antioksidanacapkali perlu dilakukan untuk memperpanjang masa simpan walaupun akan berakibat
terhadap meningkatnya biaya. Selain itu kondisi gudang penyimpanan umumnya banyak
dihuni oleh hama tikus atau serangga yang dapat merusak pakan yang disimpan di gudangtersebut. Oleh karena itu perlu diterapkan manajemen FIFO (First in First out) bagi bahan
pakan agar kualitas ramuan pakan tetap dapat dijaga.
Tabel 3. Korelasi Antara lingkar Dada Dan Taksiran Bobot Badan
Lingkar Dada(cm)
Bobot Badan(kg)
100 101
105 114
110 127
115 141
120 155
125 171
130 188
135 205
140 223
145 242
150 262
155 283
160 305
165 328
170 350
175 377
180 402
185 429
190 457
195 486
200 515
Tabel 4. Ransum Yang Dibutuhkan Untuk Penggemukan Sapi
Bobot
Badan,
kg
PBB/hari
(Kg)
Bahan Kering
Kg %*
TDN
Kg %**
PK
(gr)
Ca
(gr)
P
(gr)
250 Nol 4.4 1.8 2.0 45 337 9 9
0.75 6.4 2.6 3.8 59 693 21 17
1.00 6.6 2.6 4.3 58 753 23 18
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
11/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
11
1.10 6.6 2.6 4.6 70 782 30 20
300 Nol 5.0 1.7 2.4 48 385 10 10
0.75 7.4 2.5 4.3 58 753 23 18
1.00 7.5 2.5 5.0 66 819 28 21
1.10 7.6 2.5 5.3 70 847 30 22
350 Nol 5.7 1.6 2.6 46 432 12 120.75 8.3 2.4 4.8 58 806 25 18
1.00 8.5 2.4 5.6 66 874 30 21
1.10 8.5 2.4 5.9 69 899 31 23
1.20 8.5 2.4 6.2 73 743 32 24
400 Nol 6.2 1.6 2.9 47 478 13 13
0.75 9.1 2.3 5.4 59 875 26 21
1.00 9.3 2.3 6.2 67 913 31 24
1.10 9.4 2.4 6.6 70 942 32 25
1.20 9.4 2.4 7.0 74 967 33 25
1.30 9.4 2.4 7.2 77 988 33 26450 Nol 6.8 1.5 3.2 47 528 14 14
0.75 10.0 2.2 5.9 59 911 26 23
1.00 10.2 2.2 6.8 67 952 29 26
1.10 10.2 2.3 7.2 71 975 30 27
1.20 10.2 2.3 7.6 75 998 31 28
1.30 10.2 2.3 7.9 77 1018 32 29
* % dari berat bahan sebenarnya ** % bahan kering
Tabel 5. Komposisi Beberapa Bahan Pakan Konsentrat Di Indonesia Untuk Ternak Sapi
Pakan Konsentrat BK(%)
EnersiTDN(%)
PK(%)
SK(%)
Ca(%)
P(%)
Ampas Bir , basah 22 65.0 25.0 19.2 0.05 0.004
Ampas nanas 20 68.0 3.4 14.5 0.26 0.09
Ampas tahu 16.2 78.0 23.7 23.6 0.28 0.66
Ampas sagu 80.4 58.0 1.2 10.8
Biji Kapas, lemak 86.0 74.3 22.1 19.7 0.15 0.44
Bungkil kelapa 86.0 73.0 21.6 12.1 1.65 0.21
Bungkil biji sawit 86.0 70.0 15.0 19.7 0.24 0.62
Padi, dedak kasar 86.0 14.0 7.6 27.8 0.23 1.28
Padi, dedak halus 86.0 81.0 13.8 11.6 0.12 1.51
Kulit buah coklat 88.9 47.0 14.6 33.0 n.a n.aJagung dedak 86.0 81.0 11.3 5.0 0.06 0.73
Jagung putih 86.0 81.0 10.0 2.6 0.02 0.30
Jagung kuning 86.0 80.0 10.3 2.5 0.03 0.26
Biji kapuk, tepung 86.0 74.0 31.7 24.0 0.47 n.a
Onggok 28.7 69.0 1.2 3.7 0.15 0.15
Wheat pollard 88.4 86.0 18.7 7.7 0.10 0.90
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
12/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
12
Tetes 77.0 53.0 5.4 10.0 1.09 0.12% BK dihitung dari berat pakan sebenarnya.
Komposisi kimiawi lainnya dihitung berdasarkan % bahan kering
n.a = tidak tersedia data
Tabel 6. Komposisi Kandungan Nutrisi Hijauan Untuk ternak sapiPakan Hijauan BK
(%)
Enersi
TDN
(%)
PK
(%)
SK
(%)
Ca
(%)
P
(%)
Gamal (Gliricidia maculata) 27 76 25.2 18.0 0.67 0.19
Kaliandra 16 62 27.7 29.0
Lamtoro kering 86 71 23.7 18.0 1.40 0.21
Lamtoro segar 29 77 23.4 21.3 2.06 0.02
Turi segar 17 70 25.1 17.5 1.26 0.48
R. Benggala(Panicum maximum) 24 53 5.4 33.6 0.67 0.25
Brachiaria decumbens 19 52 7.0 35.1 0.22
B. ruzisiensis 20 53 8.3 32.5 n.a n.aR. gajah 18 51 9.1 33.1 0.51 0.51
R. Raja 22 54 13.5 34.1 n.a n.a
Tebon Jagung Muda 22 58 8.0 25.7 0.28 0.14
Tebon Jagung (112 hari) 31 68 8.0 25.7 0.60 0.10
R. Pangola 23 53 8.3 33.5 0.48 0.26
B. mutica(R. Para) 21 55 10.5 29.5 0.38 0.19
R. setaria 20 55 9.5 31.7 0.80 0.50
Saccharum officinarum 22 55 5.0 33.5
Calopogonium muconoides 23 68 22.1 28.8 1.81 0.10Centrosema pubescens, segar 25 61 16.6 25.0 1.19 0.40
Kudzu 26 62 17.4 30.7 1.26 0.41Stylosanthes segar 25 57 9.6 31.3 0.70 0.19Stylosanthes , hay 86 57 11.4 33.1 0.67 0.21Jerami Padi, kering 86 39 3.7 35.9 1.42 0.21Jerami Kacang tanah 86 56 14.7 30.0 n.a n.aJerami kedele 86 76 19.1 18.0 1.50 0.20Daun Pisang 16 70 14.4 23.1 1.16 0.23Daun Singkong 15 62 25 18 1.0 0.5% BK dihitung dari berat pakan sebenarnya.
Komposisi kimiawi lainnya dihitung berdasarkan % bahan kering
n.a = tidak tersedia data
Dalam meramu ransum atau pakan ternak, kita terlebih dahulu menentukan sistem dan
metode apa yang digunakan. Sistem penyusunan ransum dengan menggunakan enersi dapat
menggunakan TDN atau ME. Sedangkan metode yang digunakan dapat dengan metode
sederhana trial and error (coba-coba), square method hingga linear programming.Metode trail and error hanya dilakukan jika jumlah bahan penyusun pakan sedikit,
umumnya tidak lebih dari empat macam. Sedangkan metode square juga memilki keterbatasan
aplikasi karena setiap kali perhitungan hanya melibatkan dua bahan yang berbeda. Seiring
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
13/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
13
dengan perkembangan teknologi komputer metode linear programming menjadi mudah
digunakan sehingga pabrik pakan ternak menggunakan metode ini untuk menyusun ransum.
Latihan 1 : M enghitung Bahan Kering (BK), Bahan Organik (BO), Serat Kasar (SK),
Lemak Kasar (L K) serta Protein Kasar (PK) pakan dari bahan segar atau sebaliknya.
Jika seekor sapi potong diberi rumput gajah segar sebanyak 30 kg, berapakah konsumsi
BK, BO, SK, LK dan PK rumput gajah (tuliskan pada kolom yang kosong dari Tabel di bawahini) jika hasil analisis kimiawi di laboratorium menunjukkan sebagai berikut :
Kadar air : 80 %
Abu : 10 %N : 1.5 %
SK : 28 %
LK : 2.5 %
Hitunglah Konsumsi Rumput gajah (kg) berdasarkan zat gizinya
BK BO SK LK PK.. .. .. .. ..
Jika pada sapi lainnya diketahui bahwa kemampuan konsumsi BK rumput gajah adalah
sebesar 2 % dari bobot badan dimana bobot badan sapi tersebut adalah 300 kg, hitunglah
berapa banyak rumput gajah segar harus diberikan dengan menggunakan data kompisis
kimiawi di atas !!!.
.
Penyusunan ransum dengan metode square dapat diberikan teladan seperti berikut ini :
Langkah 1.
Menaksir BB sapi dengan timbangan atau dengan menggunakan pita ukur (lihat Tabel3)
Ingat !!!Semua zat gizi dinyatakan dalan % BK.
BO dihitung dari selisih antara BK dengan abu, yaitu 100- % abu. Untuk menghitung kandungan SK ransum =
Berat BK Ransum X % SK. Demikian pula untuk LK danPK. Untuk merubah kandungan N menjadi PK perlu
dikalikan dengan faktor 6.25.
Jawab : Konsumsi rumput gajah dalam BK adalah = 2/100 X 300 kg = 6 kgMaka, dalam bentuk segar harus diberikan sebanyak = 6 kg X 100/20 = 30 kg
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
14/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
14
Langkah 2.
Dari Tabel 4 dapat langsung diketahui berapa taksiran konsumsi BK serta zat gizilainnya. Jika tidak ada Tabel gunakan asumsi bahwa konsumsi BK sapi potong atau sapi perah
maksimal 3.03.5 % dari BB untuk pakan berupa hijauan dan konsentrat. Jika menggunakan
bahan limbah pertanian seperti jerami konsumsi BK maksimum adalah 2.53.0 % dari BB.
Langkah 3Pilihlah bahan pakan dari Tabel 5 dan 6 atau sumber informasi lain yang tersedia
sesuai dengan tujuan penyusunan pakan, ketersediaan, kandungan gizi dan harganya. Ransumseimbang harus mengandung BK, enersi, PK, mineral Ca dan P sesuai dengan kebutuhan
ternak.
Langkah 4.
Hitunglah apakah bahan-bahan pakan yang paling murah mampu memenuhi kebutuhan
enersi (TDN). Jika tidak maka perlu ditambahkan bahan pakan berenersi tinggi seperti tetes.
Hal yang sama juga dilakukan jika kandungan PK kurang dari kebutuhan maka dapat
ditambahkan sumber protein tinggi atau NPN seperti urea.
Contoh Penyusunan Ransum :1. Ransum dengan silase limbah nanas untuk sapi potong dengan bobot badan 350 kg denga
target PBB 1 kg/ekor/hari
Langkah 1Menentukan kebutuhan zat gizi untuk sapi dengan BB 350 kg dan PBB 1 kg/ekor/hari,
dari Tabel 4 :
BK (Kg) TDN (Kg) PK (gr) Ca (gr) P (gr)
Berat zat pakan 8.5 5.6 874 30 21
% dari BK 100 % 65.9 % 10.3 % 0.35 % 0.24 %
Perhitungan %TDN= 5.6/8.5 X 100 % = 65.9 %
Perhitungan % PK = 0.874/8.5 X 100 % = 10.3 %
Langkah 2Memilih bahan pakan yang tersedia sesuai dengan komposisi kimiawinya dari Tabel 5
atau 6, misalnya :
Bahan Pakan BK TDN PK Ca P
Ampas nanas 20 68.0 3.4 0.26 0.09
Dedak halus 86 81.0 13.8 0.12 0.51
Bungkil kelapa 86 73.0 21.6 1.66 0.21
Tepung ikan 86 69.0 61.2 6.61 4.34
Tetes 77 53.0 5.4 1.09 0.12
Urea 100 Setara 250
Langkah 3Menghitungan kecukupan enersi (TDN) dalam ampas nanas serta kekurangannya.
Ampas nanas memiliki kandungan TDN cukup tinggi yaitu 68 %, sehingga jika
diberikan dalam ransum sebesar 100 % maka akan kelebihan TDN, namun kekuranganPK , mineral Ca serta P.
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
15/19
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
16/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
16
Jika jumlah ampas nanas yang akan diberikan dibulatkan hingga 6000 gram, maka akan
terjadi kekurangan 1383 gram BK yang perlu dipenuhi dari bungkil kelapa dan dedakhalus. Karena kedua bahan pengganti ini memiliki kandungan enersi yang lebih tinggi
dari ampas nanas maka kecukupan enersinya bukanlah masalah yang perlu
diperhitungkan Bahan tambahan tersebut memerlukan kandungan PK sebesar = 225 gr
+ 48 gr = 273 gr yang terkandung dalam 1383 gr BK atau jika dibuat prosentasemenjadi = 273/1383 X 100 % = 19.7 %.
Untuk memperoleh imbangan antara bungkil kelapa dan dedak halus yang memenuhikekurangan maka dilakukan perhitungan dengan metode square berikut ini :
Dedak halus13.8 % PK 21.619.7 = 1.9
1,9 / 7.8 = 24 %
Kebutuhan PK 5.9 + 1.9 = 7.819.7 %
Bungkil Kelapa 19.7-13.8 = 5.9
21.6 % PK 5.9 / 7.8 = 76 %
Dari perhitungan di atas maka pegurangan 1383 gram ampas nanas diganti dengancampuran bungkil kelapa dan dedak halus dengan rasio = 76 % bungkil kelapa : 24 %
dedak halus, maka berat masing-masing bahan adalah :
76 % bungkil kelapa dari 1383 gram = 76/100 X 1383 gram = 1051 gram
24 % dedak halus dari 1383 gram = 24/100 X 1383 gram = 332 gram
= 1383 gram
Bahan-bahan yang diberikan dalam jumlah sedikit namun memiliki kandungan zat gizi
penting sperti tepung ikan, urea dan garam dapur dikelompokkan menjadi satu dan kita
sebut sebagai bahan premix, yaitu :
Bahan pakan BK TDN PK Ca P Berat
sesungguhnya
Harga/
Kg
Jml
Harga
----------gram---------- Kg Rp.
Urea 90 225 0.1 1500 150
Tepung Ikan 215 148 132 14.7 9.3 0.250 1850 462.5
Garam 42 0.42 125 52.5
Total 347 148 357 0.770 863.6* 665.0
* Dihitung dari = 100/77 X Rp. 665.- = Rp. 863.6.-
Campuran Ransum :Bahan Pakan BK TDN PK Ca P Berat
Segar
(as fed)
Harga/
kg
Jml
Harga
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
17/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
17
------------- gram ----------------- Kg Rp.Ampas nanas 6000 4080 204 15.6 5.4 30 100
Tetes 770 408 42 8.4 0.9 1 550
Dedak halus 332 268 46 0.4 5.0 0.386 600
B.kelapa 1051 767 227 17.3 2.2 1.250 750
Bahan premix 347 148 357 14.7 9.3 0.392
Jml. Zat gizi 8500 5671 876 56.4 22.8 33.028
Zat yg
dibutuhkan
8500 5600 874 30 21 Sesuai
2. Ransum dengan rumput gajah sebagai pakan hijauan
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
18/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
Hendrawan Soetanto-UB
18
Pemberian Ransum Sapi Perah :
1. Induk Laktasi :Prod.Susu(L/hr)
Pemberian Ransum (kg/hr) &Bobot Badan (kg)
K/H 300 350 400 450 500
8 KH
5,330,0
5,932,0
6,434,0
6,536,0
6,838,0
10 KH
5,933,0
6,536,0
6,838,0
7,139,0
7,441,0
12 KH
6,536,0
7,139,0
7,441,0
7,743,0
8,045,0
14 KH
7,140,0
7,742,0
8,044,0
8,346,0
8,748,0
16 KH
7,743,0
8,346,0
8,748,0
8,949,0
9,251,0
18 KH
8,346,0
8,949,0
9,251,0
9,553,0
9,855,0
20 KH
8,949,0
9,552,0
9,854,0
10,156,0
10,458,0
22 KH
9,653,0
10,156,0
10,458,0
10,759,0
11,062,0
Catatan : K = Konsentrat H = Hijauan
Kadar Lemak Susu minimum 3,5 %
Kandungan nutrisi konsentrat adalah :
BK = 87,4 % ; PK = min. 18,2 % ; TDN = 77,0 %
3. Sapi DaraUmur Taksiran
BobotBadan (Kg)
Pemberian (Kg/hr)
Konsentrat Hijauan
12 215 2,3 2613 229 2,5 28
14 240 2,7 30
15 254 2,9 32
16 266 3,0 34
17 275 3,1 35
18 288 3,2 36
19 299 3,3 38
20 310 3,4 40
21 324 3,5 42
22 335 3,6 44
23 348 3,7 46
24 363 3,8 48
25 371 4,0 50
Kandungan nutrisi konsentrat adalah :
BK = 86,7 % ; PK = min. 16,2 % ; TDN = 70,8 %
5. Pedet Jantan atau BetinaUmur
(Bulan)Pemberian Konsentrat
(Kg/hr)Pemberian
Hijauan(Kg/hr)Jantan Betina
0 3 Sedikit Sedikit Sedikit
4 6 0,7 0,5 5
7 9 1,0 0,8 8
10 - 12 1,2 1,0 12
2. Induk KeringBobotBadan(Kg)
PemberianKonsentrat
(Kg/hr)
PemberianHijauan (Kg/hr)
300 2,0 18,0
350 2,5 21,0
400 2,8 23,0
450 3,5 25,0
500 4,2 27,0
Kandungan nutrisi konsentrat adalah :
BK = 87,7 % ; PK = min. 15,2 % ; TDN = 68,0 %
4. PejantanBobot Badan
(Kg)Pemberian (Kg/hr)
Konsentrat Hijauan
500 4,2 35600 4,7 38
700 5,5 40
Kandungan nutrisi konsentrat adalah :
BK = 87,7 % ; PK = min. 15,0 % ; TDN = 72,1 %
-
8/10/2019 Kebutuhan Gizi Ternak Ruminansia
19/19
Gizi Ternak Ruminansia Sesuai Stadia Fisiologis
Seri Bahan Kuliah
d S
19
Kandungan nutrisi konsentrat adalah :
BK = 89,3 % ; PK = min. 21,0 % ; TDN = 73,8 %
Pemberian Ransum Sapi Potong
1. Untuk Pembesaran Pedet Jantan Dan Betina :BBoobboottBBaaddaann
((KKgg))
PPBBBB((gg//hhrr))
PPeemmbbeerriiaann((KKgg//hhrr))
HHiijjaauuaann KKoonnsseennttrraatt
JJaannttaann BBeettiinnaa110000 550000
77550011000000
66,,8866,,8866,,88
11,,6622,,1122,,66
11,,5522,,0022,,44
115500 55000077550011000000
99,,5599,,5599,,55
22,,2222,,8833,,55
22,,0022,,6633,,33
220000 55000077550011000000
1155,,661155,,661155,,66
22,,0022,,8833,,66
22,,0022,,6633,,44
Kandungan nutrisi konsentrat adalah :
BK = 86,7 % ; PK = min. 16,6 % ; TDN = 71,9 %
III. PENUTUP
IV. SUMBER PUSTAKA
Kerley, M.S., 2000. Feeding For Enhancing Rumen Function. Departement of Animal
Sciences, University of MissouriColumbia, USA. Bahan diambil dari Internet.
Sampath, K.T., 1990. Rumen Degradable Protein And Undegradable Crude Protein Content ofFeeds and Fooders- A Review. Indian j.dairy.Sci. 43 :1-10.
Teleni, E., Campbell, R.S.F. and Hoffmann,D., 1993. Draught Animal Systems AndManagement: An Indonesia study. ACIAR Monograph No.19. Printed by Price
Printers, Canberra, Australia.
2. PenggemukanBBoobboottBBaaddaann((KKgg))
PPBBBB((gg//hhrr))
PPeemmbbeerriiaann((KKgg//hhrr))HHiijjaauuaann KKoonnsseennttrraatt
JJaannttaann BBeettiinnaa
225500 55000077550011000000
1188,,331188,,331188,,33
33,,0033,,1144,,00
22,,6633,,0033,,77
330000 55000077550011000000
2211,,882211,,882211,,88
22,,4433,,5544,,66
22,,2233,,2244,,33
335500 55000077550011000000
2244,,552244,,552244,,55
22,,7733,,8855,,11
22,,4433,,5544,,77
440000 55000077550011000000
2299,,332299,,332299,,33
22,,6644,,0055,,44
22,,5533,,7744,,99
445500 550000
77550011000000
3344,,88
3344,,883344,,88
22,,44
33,,9955,,33
22,,22
33,,6655,,00
Kandungan nutrisi konsentrat adalah :
BK = 86,7 % ; PK = min. 14,5 % ; TDN = 75,0 %