pedoman pelaksanaan pengembangan budidaya ternak...

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK

RUMINANSIA POTONG


RUMINANSIA POTONG

DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAKDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWANKEMENTERIAN PERTANIAN2016


RUMINANSIA POTONG

DIREKTORAT PERBIBITAN DAN PRODUKSI TERNAKDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN2016

- i -

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mendukung program pemenuhan pangan asal hewan berbasis agribisnis peternakan rakyat tahun 2016 yang berkelanjutan perlu terus dit-ingkatkan kemampuan penyediaan ternak ruminansia potong dalam negeri mendukung penyediaan daging mengimbangi trend peningkatan permintaan. Dengan demikian diperlukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang terkendali guna mendorong berkembangnya usaha peternakan rakyat agar terjadi peningkatan populasi dan produksi.

Untuk mendukung lebih berkembangnya usaha peternakan rakyat maka Di-rektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan berbagai upaya diantaranya melaksanakan kegiatan Pengembangan Budidaya Ter-nak Ruminansia Potong. Melalui pelaksanaan kegiatan ini dapat mendorong berkembangnya usaha peternakan rakyat yang dikelola secara lebih baik, se-hingga dapat mendukung peningkatan produksi dan produktifitas usaha, dan selanjutnya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan.

Agar pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya ternak ruminansia po-tong dapat terlaksana dengan baik diperlukan pedoman pelaksanaan yang dapat dijadikan acuan bagi para pelaksana dan stake holder terkait lainya dalam pengembangan usaha budidaya ternak ruminansia potong.

Jakarta, 2016

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Dr. Ir. Muladno, MSANIP. 19610824 198603 1 001

- ii -

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... v

I. PENDAHULUAN................................................................................................... 1 A. Latar Belakang................................................................................................ 1 B. Kerangka Pikir................................................................................................. 1 C. Maksud, Tujuan dan Sasaran ........................................................................ 3 D. Ruang Lingkup................................................................................................ 3

II. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN..................................................................... 4

A. Persiapan ........................................................................................................ 4 B. Pelaksanaan ................................................................................................... 5

III. PEMANFAATAN DANA........................................................................................ 6

A. Komponen Utama ........................................................................................... 6 B. Komponen Pendukung ................................................................................... 6 C. Proses Pengadaan ......................................................................................... 6 D. Serah Terima/Distribusi Pemanfaatan Dana ................................................. 6

IV. MANAJEMEN PENGEMBANGAN BUDI DAYA TERNAK RUMINANSIA

POTONG .............................................................................................................. 7 A. Pemeliharaan.................................................................................................. 7 B. Pakan .............................................................................................................. 7 C. Tatalaksana Kandang..................................................................................... 7 D. Pelayanan Reproduksi ................................................................................... 8 E. Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan........................................................... 8

V. ORGANISASI PELAKSANAAN............................................................................ 9

A. Tim Pusat ........................................................................................................ 9 B. Tim Provinsi .................................................................................................... 9 C. Tim Kabupaten/Kota ....................................................................................... 9 D. Pelaksana Kegiatan........................................................................................ 10

VI. PEMBINAAN ......................................................................................................... 11

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN ............................................................................. 12

A. Aspek Teknis .................................................................................................. 12 B. Aspek Kelembagaan....................................................................................... 12 C. Aspek Usaha................................................................................................... 12

- iii -

VIII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN .................................................. 13 A. Monitoring dan Evaluasi ................................................................................. 13 B. Pelaporan........................................................................................................ 13

IX. PENUTUP ............................................................................................................. 14

LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................ 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kegiatan Pengembangan Budi Daya Ternak Ruminansia Potong ..... 2

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran -1. Surat Perjanjian Kerjasama .......................................................................... 15

Lampiran -2 Berita Acara Penitipan Barang....................................................................... 19

Lampiran -3 Berita Acara Serah Terima Barang ................................................................ 20

Lampiran -4 Berita Acara Hibah ......................................................................................... 21

Lampiran -5 Laporan Perkembangan Budi Daya Ternak Potong...................................... 22

Lampiran -6 Surat Kesanggupan Kelompok ..................................................................... 23

Lampiran -7 Surat Pernyataan Kelompok .......................................................................... 24

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia Tahun 2016 - 1 -

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia Tahun 2016

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, dan tingkat pendidikan, dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani, berdampak pada meningkatnya kebutuhan daging, susu, dan telur. Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, Indonesia harus mengimpor daging dan sapi bakalan. Kondisi ini menunjukkan bahwa laju produksi daging nasional masih lebih rendah dibanding laju konsumsi. Terdapat kecenderungan bahwa laju pemotongan ternak penghasil daging, bahkan pada ternak betina produktif, semakin meningkat. Untuk mencegah pengurasan ternak yang semakin tinggi, perlu dicarikan kegiatan terobosan. Konsep kemandirian pangan asal ternak diperlukan melalui peningkatan populasi dan produktivitas usaha budi daya ternak dan mengupayakan sebanyak mungkin masyarakat menyelenggarakan budi daya ternak. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 32 juncto Undang Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan mengamanatkan bahwa (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengupayakan agar sebanyak mungkin warga masyarakat menyelenggarakan budidaya ternak; (2) Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan membina pengembangan budi daya yang dilakukan oleh peternak dan pihak tertentu yang mempunyai kepentingan khusus; dan (3) Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan memberikan fasilitas untuk pertumbuhan dan perkembangan koperasi dan badan usaha di bidang peternakan. Sebagai tindak lanjut dari amanat undang undang di atas, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang budidaya hewan peliharaan. Sebagai upaya untuk meningkatkan populasi dan produktivitas budi daya ternak, pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melaksanakan kegiatan “Pengembangan Budi Daya Ternak Ruminansia Potong”. Jenis ternak yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah kerbau, kambing dan domba potong. Kegiatan Pengembangan Budi Daya ruminansia Potong tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila ada keterpaduan dengan pemerintah daerah dan kelompok peternak sasaran. Melalui pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan sebagai titik ungkit perkembangan budi daya ternak ruminansia potong di Indonesia.

B. Kerangka pikir Pengertian budi daya menurut Undang Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 27 ayat (1) Budi daya merupakan usaha untuk menghasilkan hewan peliharaan dan produk hewan. Untuk ternak ruminansia potong yang dalam kegiatan ini adalah usaha ternak sapi potong yang bertujuan untuk menghasilkan calon

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia Tahun 2016- 2 -

2

indukan dan bakalan (perkembangbiakan) dan usaha penggemukan. Kegiatan Pengembangan Budi Daya Ternak Ruminansia Potong Tahun 2016 lebih difokuskan pada usaha perkembangbiakan.

Bahwa produktivitas (P) yang ditampilkan seekor ternak pada dasarnya merupakan resultante dari potensi genetik (G), pengaruh lingkungan (L), dan interaksi genotipe-lingkungan (GxL); yang secara matematik dapat ditulis bahwa P = G + L + (GxL). Oleh karena itu dalam kegiatan ini, ternak yang dikelola seyogyanya ternak yang layak dibudidayakan, perlu mendapat lingkungan yang memadai. Lingkungan yang dimaksud antara lain ketersediaan pakan, perawatan kesehatan, manajemen pemeliharaan, dan kondisi lingkungan dimana populasi ternak tersebut berada. Di samping aspek teknis di atas, salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan adalah komitmen peternak untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan. Tanpa partisipasi aktif peternak yang bergabung dalam kelompok peternak untuk melaksanakan kegiatan dengan bimbingan para pemangku kepentingan, kegiatan yang akan dilaksanakan jauh dari hasil yang diharapkan. Pembinaan dan pemberdayaan kelembagaan mutlak dilaksanakan dengan pendekatan kondisi sosial-budaya masyarakat. Kelompok peternak sasaran dapat dianggap sebagai laboratorium lapang budi daya ternak bagi peternak/kelompok peternak disekitarnya. Diharapkan kelompok peternak sasaran/binaan menjadi titik ungkit berkembangnya usaha budi daya di wilayah tersebut.

Konsep pelaksanaan kegiatan pengembangan budi daya ternak ruminansia potong tahun 2016 dimulai dari : (1) persiapan; (2) input; (3) proses; (4) output; dan (5) pengelolaan berkelanjutan (Gambar 1).

Gambar 1. Skema kegiatan pengembangan budi daya ternak ruminansia potong

Membentuk Tim Pelaksana Penyusunan Pedoman

Pelaksanaan Koordinasi Pemerintah-

pemerintah daerah Sosialisasi kegiatan Pemilihan kelompok

sasaran

Pedoman Pelaksanaan, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis kegiatan

Kelompok peternak Sarana pendukung Populasi menurut jenis ternak Pendanaan operasional

Pelaksanaan kegiatan Pembinaan (teknis dan

kelembagaan) Monitoring dan evaluasi kegiatan

Meningkatkan kinerja budi daya ternak berfungsinya kelompok peternak

Berkembangnya usaha budi daya ternak

meningkatnya populasi dan produktivitas ternak

Meningkatnya kesejahteraan peternak

PERSIAPAN INPUT PROSES OUTPUT PENGELOLAAN BERKELANJUTAN


2

indukan dan bakalan (perkembangbiakan) dan usaha penggemukan. Kegiatan Pengembangan Budi Daya Ternak Ruminansia Potong Tahun 2016 lebih difokuskan pada usaha perkembangbiakan.

Bahwa produktivitas (P) yang ditampilkan seekor ternak pada dasarnya merupakan resultante dari potensi genetik (G), pengaruh lingkungan (L), dan interaksi genotipe-lingkungan (GxL); yang secara matematik dapat ditulis bahwa P = G + L + (GxL). Oleh karena itu dalam kegiatan ini, ternak yang dikelola seyogyanya ternak yang layak dibudidayakan, perlu mendapat lingkungan yang memadai. Lingkungan yang dimaksud antara lain ketersediaan pakan, perawatan kesehatan, manajemen pemeliharaan, dan kondisi lingkungan dimana populasi ternak tersebut berada. Di samping aspek teknis di atas, salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan adalah komitmen peternak untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan. Tanpa partisipasi aktif peternak yang bergabung dalam kelompok peternak untuk melaksanakan kegiatan dengan bimbingan para pemangku kepentingan, kegiatan yang akan dilaksanakan jauh dari hasil yang diharapkan. Pembinaan dan pemberdayaan kelembagaan mutlak dilaksanakan dengan pendekatan kondisi sosial-budaya masyarakat. Kelompok peternak sasaran dapat dianggap sebagai laboratorium lapang budi daya ternak bagi peternak/kelompok peternak disekitarnya. Diharapkan kelompok peternak sasaran/binaan menjadi titik ungkit berkembangnya usaha budi daya di wilayah tersebut.

Konsep pelaksanaan kegiatan pengembangan budi daya ternak ruminansia potong tahun 2016 dimulai dari : (1) persiapan; (2) input; (3) proses; (4) output; dan (5) pengelolaan berkelanjutan (Gambar 1).

Gambar 1. Skema kegiatan pengembangan budi daya ternak ruminansia potong

Membentuk Tim Pelaksana Penyusunan Pedoman

Pelaksanaan Koordinasi Pemerintah-

pemerintah daerah Sosialisasi kegiatan Pemilihan kelompok

sasaran

Pedoman Pelaksanaan, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis kegiatan

Kelompok peternak Sarana pendukung Populasi menurut jenis ternak Pendanaan operasional

Pelaksanaan kegiatan Pembinaan (teknis dan

kelembagaan) Monitoring dan evaluasi kegiatan

Meningkatkan kinerja budi daya ternak berfungsinya kelompok peternak

Berkembangnya usaha budi daya ternak

meningkatnya populasi dan produktivitas ternak

Meningkatnya kesejahteraan peternak

PERSIAPAN INPUT PROSES OUTPUT PENGELOLAAN BERKELANJUTAN

3

C. Maksud, Tujuan dan Sasaran

1. Maksud

Maksud penyusunan Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan.

2. Tujuan Tujuan Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia yaitu: a. Meningkatkan kinerja budidaya ternak ruminansia; b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak;dan c. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan peternak.

3. Keluaran a. Diterapkannya prinsip-prinsip budidaya ternak ruminansia yang baik; b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peternak; c. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan peternak;dan d. Meningkatnya populasi ternak dalam kelompok.

4. Sasaran

Sasaran Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia: a. Mendukung terbentuknya Sentra Peternakan Rakyat;dan b. Terlaksananya usaha budidaya ternak ruminansia yang berdaya

saing.

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia ini meliputi : persiapan dan pelaksanaan, pemanfaatan dana, manajemen pengembangan budidaya ternak ruminansia potong, organisasi pelaksana, pembinaan, indikator keberhasilan, monitoring, evaluasi dan pelaporan.


4

BAB II PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

A. Persiapan

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia, perlu di lakukan persiapan dengan sebaik mungk i n mulai da ri tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota persiapan tersebut meliputi antara lain : 1. Penyiapan Pedoman

Perencanaan operasional pengembangan budidaya ternak ruminansia tahun 2016 dituangkan dalam pedoman pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Petunjuk pelaksanaan (juklak) dikeluarkan oleh Dinas Provinsi. Petunjuk teknis (juknis) dikeluarkan oleh Dinas Kabupaten/Kota. Juklak dan juknis yang merupakan penjabaran dari pedoman pelaksanaan dapat memuat hal yang belum diatur dalam pedoman pelaksanaan dengan memperhatikan potensi dan kondisi masing-masing wilayah.

2. Sosialisasi Sosialisasi kegiatan dilakukan oleh pelaksana pusat kepada provinsi dan ditindaklanjuti oleh provinsi ke kabupaten/kota selanjutnya kepada kelompok sasaran. Sosialisasi dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui pertemuan, koordinasi dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota termasuk kelompok. Sosialisasi tidak langsung dapat dilaksanakan melalui bahan publikasi (Leafle t, Brosur dll).

3. Lokasi

Lokasi pengembangan budidaya ternak ruminansia harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Didukung oleh ketersediaan sumberdaya pakan dan air, bukan

merupakan daerah endemis penyakit hewan menular strategis; b. Lokasi diarahkan untuk pengembangan budidaya ternak

ruminansia dan didukung tersedianya petugas teknis;

4. Kelompok Kelompok pelaksana kegiatan Pengembangan budidaya ternak ruminansia potong memiliki kriteria sebagai berikut: a. terdaftar di Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota; b. memiliki lahan dan sarana untuk budidaya ternak ruminansia; c. bersedia memelihara ternak ruminansia potong secara komunal dan

mengikuti peraturan dan bimbingan Dinas provinsi/kabupaten/kota; d. memiliki struktur organisasi yang jelas (identitas kelompok,

pengurus dan anggota); e. memiliki pengurus dan anggota yang ber profesi sebagai petani

peternak dan beranggotakan minimal 15 orang;


5

f. memiliki kelengkapan administrasi kelompok; dan g. bersedia mengikuti aturan dan bimbingan yang ditetapkan oleh

Dinas Kabupaten/Kota.

5. Rumpun Ternak a. Rumpun sapi potong yang dikembangkan adalah sapi asli/lokal

antara lain: sapi Bali, sapi PO, Sapi Aceh, sapi Pesisir, sapi Madura, sapi Pasundan, sapi Jabres dan sapi SO.

b. Rumpun kambing yang dikembangkan antara lain:PE, Kacang, Gembrong, Saburai, Merica, Lakor dan Kosta.

c. Rumpun Domba yang dikembangkan antara lain: Garut, Priangan, Ekor Gemuk, Ekor Tipis, Dombos, dan Batur.

6. Kualifikasi Ternak Ternak ruminansia potong yang diadakan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM) atau Standar Daerah.

B. Pelaksanaan

1. Seleksi, Verifikasi dan Penetapan Kelompok

Pelaksanaan seleksi, verifikasi dan penetapan kelompok dengan tahapan sebagai berikut : 1). Dana TP Provinsi

a. Tim Kabupaten/Kota melakukan seleksi (CP/CL); b. Tim Kabupaten/Kota menyampaikan hasil seleksi kepada Kepala

dinas Kabupaten/Kota untuk direkomendasikan sebagai calon penerima kegiatan kepada Kepala Dinas Provinsi;

c. Tim provinsi melakukan verifikasi terhadap calon penerima yang direkomendasikan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota;

d. Tim provinsi menyampaikan hasil verifikasi kepada Kepala Dinas Provinsi sebagai bahan pertimbangan untuk penetapan kelompok pelaksana kegiatan;

e. Kepala Dinas Provinsi menetapkan kelompok terpilih dalam bentuk Surat Keputusan.

2). Dana TP Kabupaten/Kota a. Tim Kabupaten/Kota melakukan seleksi (CP/CL) dan verifikasi

calon penerima; b. Tim Kabupaten/Kota menyampaikan hasil seleksi dan verifikasi

kepada Kepala dinas Kabupaten/Kota untuk ditetapkan sebagai penerima kegiatan; dan

c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota menetapkan kelompok terpilih dalam bentuk Surat Keputusan.



6

BAB III

PEMANFAATAN DANA Dalam rangka mendukung pengembangan budidaya ternak ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak tahun 2016 mengalokasikan dana APBN, melalui dana Tugas Pembantuan (TP) dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota. Anggaran yang dialokasikan dimanfaatkan untuk komponen utama dan komponen pendukung. A. Komponen Utama

Pemanfaatan dana untuk komponen utama adalah untuk: 1. Pembelian/pengadaan ternak ruminansia potong (kambing

domba/kerbau). Pengadaan ternak meliputi ternak betina dan ternak jantan jika diperlukan sebagai pemacek;

2. Pembelian/pengadaan sarana recording dengan prioritas pengadaan untuk: pita ukur, tongkat ukur, dan identitas ternak

B. Komponen Pendukung Pemanfaatan dana untuk komponen pendukung adalah untuk: 1. Operasional kelompok, operasional recorder, dan operasional

pendampingan; 2. Pengadaan pakan konsentrat dan obat-obatan; 3. Bantuan perbaikan kandang/peralatan;dan 4. Administrasi lainnya.

C. Proses pengadaan Proses pengadaan dilakukan sesuai dengan Peraturan perundangan yang berlaku

D. Serah Terima/Distribusi Pemanfaatan Dana Barang sebelum diserahkan kepada kelompok harus diterima oleh tim penerima barang yang dibuktikan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST). Penyerahan barang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atas nama pemerintah kepada pelaksana kegiatan yang dituangkan dalam bentuk Surat Perjanjian Kerjasama (SPK). SPK memuat tentang : para pihak yang melakukan perjanjian, waktu dan tempat, dasar pelaksanaan, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan, jumlah dan jenis barang, pengembangan usaha, sanksi, perselisihan, force major, dan lain-lain. Setelah penyerahan barang/sarana produksi peternakan, dalam waktu sesegera mungkin atau selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak BAST harus dilakukan penghibahan dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota kepada kelompok penerima bantuan. Mekanisme penyerahan BMN kepada pemda/masyarakat (526) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta Surat Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kementerian Pertanian Nomor 3042/TU.220/A4/11/2012 tentang Tata Cara Penatausahaan Barang yang diperoleh dari mata anggaran kegiatan 5261.



7

BAB IV MANAJEMEN PENGEMBANGAN

BUDIDAYA TERNAK RUMINANSIA POTONG

Pengembangan budidaya ternak ruminansia potong dilaksanakan melalui strategi pemberdayaan peternak. Arahnya pada perbaikan manajemen pengelolaan usaha budidaya ternak ruminansia potong menjadi manajemen yang lebih baik dalam kelompok. Perbaikan manajemen diharapkan dapat mendorong meningkatnya produksi, populasi dan produktivitas yang akhirnya mendukung peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Pengembangan budidaya ternak ruminansia potong dilakukan dalam bentuk usaha yang produktif melalui kegiatan pembiakan yang selanjutnya diharapkan dapat mendukung kegiatan pembibitan. Usaha pengembangbiakan dilaksanakan disamping untuk meningkatkan populasi ternak kelompok juga untuk meningkatkan kemandirian kelompok, agar ketergantungan kelompok terhadap pihak lain berkurang karena kelompok dapat menghasilkan replacement stock ternak ruminansia potong mendukung keberlanjutan usaha kelompok. Supaya usaha ternak ruminansia potong kelompok tersebut dapat berjalan dengan lancar dan terbangun dinamika kelompok perlu diatur proporsi usaha yang dikembangkannya. Pada prinsipnya dalam pengembangan usaha ternak ruminansia potong perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : A. Pemeliharaan

Pemeliharaan ternak ruminansia potong dapat dilakukan melalui pemeliharaan ekstensif/pastura (digembalakan), semi intensif dan/intensif. Sitem pemeliharaan dapat mengacu pada pedoman budidaya sapi potong yang baik (No.46/permentan/PK.210/8/2015, tanggal 14 agustus 2015) dan pedoman pembibitan sapi potong yang baik (No.101/permentan/OT.140/7/2014, tanggal 18 Juli 2014), Pedoman Budidaya Kambing dan Domba Potong yang baik (Good Farming Practice) (No.418/Kpts/OT.210/7/2001, tanggal 20 Juli 2001), dan pedoman pembibitan kambing dan domba yang baik (No. 102/permentan/OT.140/7/2014, tanggal 18 juli 2014).

B. Pakan Dalam rangka mendukung keberlanjutan usaha perlu mempertimbangkan aspek penyediaan pakan baik kualitas dan kuantitas sesuai dengan rumpun ternak yang dipelihara. Pakan yang diberikan disarankan mengacu kepada GFP/GBP yang berlaku.

C. Tatalaksana Kandang Kandang harus memenuhi persyaratan kesehatan ternak, mempunyai ventilasi yang baik, efisien dalam pengelolaan, melindungi ternak dari pengaruh iklim dan aman terhadap pencurian serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.


8

Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama, penataan dan perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenyamaman kerja bagi petugas dalam proses produksi seperti memberi pakan, kebersihan, pemeriksaan berahi dan penanganan kesehatan. Untuk mempermudah penanganan ternak disarankan memiliki kandang jepit.

D. Pelayanan Reproduksi Perkawinan ternak dapat dilakukan melalui Inseminasi Buatan (IB) atau kawin alam, diutamakan dengan menggunakan jantan pemacek atau semen beku dengan rumpun yang sama dengan indukan (perkawinan serumpun).

E. Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan Dalam pelaksanaan kegiatan agar memperhatikan standar minimum pelayanan kesehatan hewan terutama terhadap ternak pasca beranak, serta prinsip-prinsip kesejahteraan hewan yaitu: 1. Menggunakan sarana dan prasarana yang bersih dan sarana

prasarana tersebut tidak menyakiti, tidak melukai dan tidak mengakibatkan stress pada ternak.

2. Memisahkan hewan yang superior (dominan) dari yang inferior sehingga semua ternak bisa mengakses pakan yang sama dan sesuai kebutuhan.

3. Kandang harus nyaman dan membuat ternak leluasa bergerak, dapat melindungi ternak dari predator dan ternak pengganggu serta melindungi dari panas matahari dan hujan.

4. Memberikan pakan dan minum sesuai dengan kebutuhan fisiologi ternak.


9

BAB V ORGANISASI PELAKSANA

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia Potong di Sentra Peternakan Rakyat perlu dibentuk Tim Pelaksana sebagai berikut: A. Tim Pusat

Tim pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak

Ruminansia Potong; 2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan;

3. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta membantu menyelesaikan permasalahan yang belum diselesaikan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi; dan

4. Melaporkan kinerja pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

B. Tim Provinsi Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi, mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) kegiatan Pengembangan

Budidaya Ternak Ruminansia Potong mengacu pada pedoman pelaksanaan. Juklak ditandatangani oleh Kepala Dinas, dan dapat memuat aspek-aspek spesifik didaerah yang belum tertuang pada Pedoman Pelaksanaan;

2. Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas Kabupaten/Kota instansi terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan pelaksana kegiatan;

3. Melakukan identifikasi dan verifikasi; 4. Mengusulkan kelompok pelaksana kegiatan untuk ditetapkan oleh

Kepala Dinas Provinsi ; 5. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi; dan 6. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan

kegiatan Pengembangan ternak potong kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

C. Tim Kabupaten/Kota Tim Kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota, mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Menyusun Petunjuk Teknis (juknis) kegiatan Pengembangan Budidaya

Ternak Ruminansia Potong mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan dan Pedoman Pelaksanaan serta dapat memuat aspek-aspek spesifik di daerah yang belum tertuang pada Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk Pelaksanaan. Juknis ditandatangani oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota;


10

2. Melaksanakan koordinasi dengan Tim Provinsi dan intansi terkait; 3. Melaksanakan sosialisasi kepada calon penerima kegiatan; 4. Melakukan identifikasi dan seleksi; 5. Memberikan rekomendasi calon penerima kegiatan Pengembangan

Budidaya Ternak Ruminansia Potong; 6. Mengusulkan calon penerima kegiatan kepada Kepala Dinas

kabupaten/kota untuk diteruskan kepada dinas provinsi (Sumber Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Provinsi);

7. Mengusulkan calon penerima kegiatan kepada Kepala Dinas kabupaten/kota untuk ditetapkan (Sumber Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota);

8. Melaksanakan pembinaan dan pendampingan kepada kelompok penerima kegiatan;

9. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta membantu menyelesaikan permasalahan yang timbul di kelompok penerima kegiatan; dan

10. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

D. Pelaksana kegiatan

Kelompok penerima kegiatan mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Melaksanakan kegiatan Pengembangan budidaya ternak ruminansia

potong sesuai dengan petunjuk teknis; 2. Mengelola dan memanfaatkan dana yang diterima untuk pengembangan

ternak ruminansia potong dengan sebaik baiknya; 3. Menerima saran/rekomendasi baik teknis, kewirausahaan dan

manajemen usaha dari petugas pendamping, Penyuluh Pertanian, Tim Teknis Dinas Kabupaten/Kota, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Perguruan Tinggi dan pihak yang berkompeten lainnya;

4. Melaksanakan pencatatan dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada dinas Kabupaten/Kota; dan

5. Mengikuti aturan dan bimbingan yang ditetapkan oleh Tim Kabupaten/Kota yang dibuktikan dengan surat pernyataan dan kesanggupan bermaterai.

- 11 -

11

BAB VI PEMBINAAN

Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan pelaksana kegiatan pengembangan budidaya ternak ruminansia potong di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan kelompok. Agar pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya ternak ruminansia potong sesuai dengan pedoman pelaksanaan. Pembinaan dapat berupa pembinaan teknis yaitu pembinaan pengembangan budidaya ternak ruminansia potong dilakukan dalam bentuk usaha yang produktif untuk kegiatan pembiakan yang selanjutnya diharapkan dapat mendukung kegiatan pembibitan. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan kerjasama dengan peternak maju, baik dalam hal pengadaan, tatalaksana, maupun pemasaran. Pembinaan non teknis diarahakan kepada pembenahan dinamika dan penerapan administrasi kelompok. Pengembangan usaha budidaya ternak r umi na ns i a potong akan berhasil, apabila pemerintah (pusat dan daerah), swasta dan masyarakat memberikan dukungan yang optimal. Pemerintah daerah harus mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat/peternak melalui peraturan dan kebijakan daerah, penyediaan sarana dan prasarana pendukung seperti jalan, saluran irigasi, pasar, listrik, serta alokasi dana yang memadai, agar pembinaan/pendampingan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan disamping melaksanakan monitoring, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pembinaan pada tahun berjalan oleh tim provinsi dan tim Kabupaten/Kota dapat difasilitasi melalui dana dekonsentrasi provinsi dan/atau APBD. Untuk mendukung supaya pembinaan dapat dilaksanakan secara berkeberlanjutan, Dinas Provinsi, Kabupaten/Kota perlu mengalokasikan anggaran pembinaan/pendampingan untuk tahun berikutnya, baik yang berasal dari dana APBN dan maupun APBD, baik pada tingkat provinsi maupun pada tingkat Kabupaten/ Kota


12

BAB VII INDIKATOR KEBERHASILAN

Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan dan hasilnya dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya serta untuk akuntabilitas publik. Penilaian kegiatan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

A. Aspek Teknis

Pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya ternak ruminansia potong, dari aspek teknis dilakukan dengan cara mengetahui: a. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam sekitar lokasi

kelompok, seperti: bibit ternak, limbah pertanian untuk pakan ternak; b. Penggunaan teknologi produksi seperti: IB/TE, obat-obatan, alat,

mesin dan sebagainya; c. Perkembangan jumlah populasi dan kepemilikan ternak

anggota/kelompok; d. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak melalui peningkatan

kelahiran dan berkurangnya resiko kematian ternak di kelompok tersebut.

B. Aspek Kelembagaan

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya ternak ruminansia potong, dari aspek kelembagaan dilakukan dengan cara mengetahui: a. Perkembangan jumlah anggota kelompok atau kelompok lain yang

menerima manfaat; b. Perkembangan partisipasi kelompok/anggota dalam pengambilan

keputusan; c. Meningkatnya kerjasama dengan stakeholder, seperti dalam

pengadaan pakan, pemasaran dan lain-lain;

C. Aspek Usaha Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari aspek usaha kegiatan pengembangan budidaya ternak ruminansia potong, dilakukan dengan cara mengetahui: a. Perkembangan modal usaha kelompok, baik internal (dari usaha

yang dilakukan oleh kelompok itu sendiri), maupun eksternal (perbankan, investasi masyarakat dan kemitraan, dan lai-lain);

b. Peningkatan skala usaha dan peran masyarakat di sekitar kelompok dalam mengembangkan usaha, memanfaatkan peluang usaha, seperti usaha jasa, usaha pupuk kandang, usaha pembesaran pedet, usaha simpan pinjam, dan sebagainya;

c. Peningkatan kemampuan kelompok melakukan, perencanaan pelaksanaan dan pengawasan mandiri serta melaksanakan analisa usaha;

d. Peningkatan pendapatan anggota kelompok;


13

BAB VIII MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pengembangan budidaya ternak ruminansia potong dilaksanakan, untuk mengetahui realisasi fisik dan keuangan, serta perkembangan usaha dan kelembagaannya, serta mengetahui hambatan/masalah yang dihadapi, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kelompok. Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan serta terkoordinasi mulai dari tingkat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota. Evaluasi dilaksanakan dalam rangka menilai pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan, dan hasilnya dijadikan masukan dalam rangka perbaikan perencanaan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Evaluasi pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing provinsi mencakup analisis tentang peran kegiatan mendukung tujuan program pengembangan sentra ternak potong rakyat. Oleh karena itu, masing-masing provinsi perlu membuat rencana monitoring pelaksanaan kegiatan secara berkesinambungan sehingga dapat diketahui kinerja dilapangan. Hasil monitoring dan evaluasi diformulasikan dalam bentuk laporan, yang berisi data dan informasi untuk dijadikan dasar dalam perbaikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

B. Pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang kemajuan atau perkembangan kinerja dan efektifitas pelaksanaan kegiatan di tingkat kelompok. Laporan pelaksanaan kegiatan berisi data dan informasi tentang peran kelompok, mendukung tujuan program yaitu meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas b u d i d a y a ternak r umi na ns i a potong. Mekanisme sistem pelaporan dilaksanakan sebagai berikut : 1. Kelompok dibantu petugas lapangan melaporkan perkembangan

pelaksanaan kegiatan setiap bulan di minggu pertama bulan berikutnya kepada Kepala Dinas Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada Dinas Provinsi.

2. Dinas Kabupaten/Kota merekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari kelompok pelaksana kegiatan untuk disampaikan ke Dinas Provinsi setiap bulan dengan tembusan ke Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.

3. Dinas Provinsi merekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari Kabupaten/Kota dan selanjutnya setiap triwulan menyampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.


14

BAB IX PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia Potong ini disusun untuk acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan budidaya ternak ruminansia potong, baik ditingkat pusat maupun daerah mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan di tingkat kelompok. Pedoman Pelaksanaan ini perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan oleh dinas provinsi dan petunjuk teknis oleh dinas kabupaten/kota. Dengan adanya Pedoman Pelaksanaan ini, diharapkan semua pelaksana kegiatan baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kelompok penerima kegiatan dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik dan benar sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku menuju tercapainya sasaran sebagaimana telah ditetapkan.

Jakarta, 2016 Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Dr. Ir. Muladno, MSA NIP. 19610824 198603 1 001


15

Lampiran -1. Surat Perjanjian Kerjasama

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA NOMOR : ....................................

ANTARA

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN DINAS........ PROVINSI/KAB/KOTA

DENGAN

KELOMPOK TANI TERNAK ............................

DESA ....................., KECAMATAN ..................., KABUPATEN ............................

PROVINSI .......................................................................

TENTANG

PENGEMBANGAN TERNAK POTONG TAHUN 2016

Pada hari ini ............... tanggal ................. bulan ..................... tahun dua ribu enambelas bertempat di Kantor Dinas....Prov/Kab/Kota, Jalan ..........No. Prov...Kab/Kota...... kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. ...................... : Pejabat Pembuat Komitmen Dinas

......Prov/Kab/kota berdasarkan Keputusan No.................yang berkedudukan di Jalan ........... yang untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. ……………… : Ketua Kelompok Tani Ternak…..dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kelompok Ternak…….yang berkedudukan di Desa/Kel…………………Kecamatan…..…………… Kabupaten/ Kota… Provinsi……..….yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang mengikat dan berakibat hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan Pengembangan Ternak potong Tahun 2016, dengan ketentuan sebagai berikut :


16

Pasal 1

DASAR PELAKSANAAN

1. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);

2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2016 Nomor: 018-09.1.238776/2016 tanggal 5 Desember 2015

3. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Ternak potong Tahun 2016

4. Keputusan Kepala Dinas….Prov/Kab/Kota Nomor…….tanggal……. 2016

tentang Penetapan Nama Kelompok dan lokasi Penerima Dana Pengembangan Ternak potong Tahun 2016.

Pasal 2 LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima dan memanfaatkan sarana produksi Pengembangan Ternak potong Tahun 2016 sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Surat Perjanjian Kerjasama ini.

Pasal 3 PELAKSANAAN KEGIATAN

1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan

mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya; 2. PIHAK PERTAMA berwenang mengadakan pemantauan, pengawasan dan

evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA; 3. PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan

kegiatan Pengembangan ternak potong kepada PIHAK PERTAMA, setiap bulan;

4. Dalam melaksanakan kegiatannya PIHAK KEDUA berkewajiban mengembangkan usahanya sesuai petunjuk pelaksanaan dan peraturan yang berlaku.


17

Pasal 4 SANKSI

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan kegiatan dan pemanfaatan sarana produksi Pengembangan ternak potong sebagaimana dimaksud dengan Pasal 2, maka PIHAK PERTAMA berhak mengalihkan sarana produksi yang diterima PIHAK KEDUA yang mengakibatkan Surat Perjanjian Kerjasama batal.

Pasal 5 PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA

sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;

2. Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya Kepada Pengadilan Negeri setempat, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum adalah mengikat kedua belah pihak.

Pasal 6 FORCE MAJEURE

1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure) yaitu hal-hal yang diluar

kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga mengakibatkan tertundanya pelaksanaan kegiatan, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada kepada PIHAK PERTAMA dengan tembusan kepada Dinas……Kab/Kota……Provinsi…….dalam waktu 4 X 24 jam;

2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud pasal 8 ayat (1) adalah : a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran

yang bukan disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA; b. Peperangan; c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7

LAIN-LAIN

1. Bea materai yang timbul akibat pembuatan surat perjanjian kerjasama ini menjadi beban PIHAK KEDUA;

2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerjasama ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;

3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih dahulu telah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak.


18

Pasal 8

PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari manapun dan dibuat rangkap 6 (enam) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA Ketua Kelompok .......................................... ……………………………….

PIHAK PERTAMA Pejabat Pembuat Komitmen Dinas.......Prop/Kab/Kota...... ......................................... NIP..................................


19

Lampiran – 2 Berita Acara Penitipan Barang

BERITA ACARA PENITIPAN BARANG

Pada hari ini ………..tanggal ………..bulan ……… tahun Dua Ribu Enam Belas, bertempat ………………….. telah dilakukan penitipan barang ………………….. antara : 1. N a m a : ……………………(Pimp. Perusahaan Penyedia

Barang) Jabatan : ........................ Alamat : ………………………………………………………

Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. N a m a : ………………………. Jabatan : Ketua Kelompok…………………. Alamat : …………………………………………………… Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA telah menyerahkan sarana produksi .........................................(rincian terlampir) sesuai dengan SPK No. …………. tanggal ………………………….. kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima dari PIHAK PERTAMA sarana produksi dimaksud dengan baik. Demikian berita acara penitipan barang ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK PERTAMA ………………………………(nama) ………………………….(jabatan)

PIHAK KEDUA ………………………………(nama) ..........................................(ketua klp)


20

Lampiran – 3 Berita Acara Serah Terima Barang

BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG Nomor : ………………………………………..

Pekerjaan : Pengadaan Sarana Produksi.................................... Pada hari ini ………..tanggal ………..bulan ……… tahun Dua Ribu Enambelas, bertempat ………………….. telah dilakukan serah terima ………………….. antara : 1. N a m a : …………………… Jabatan : KPA/PPK Dinas Peternakan atau yang menangani

fungsi peternakan di Provinsi/Kabupaten/Kota........................

Alamat : ………………………………………………………

Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. N a m a : ………………………. Jabatan : Ketua Kelompok…………………. Alamat : …………………………………………………… Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA telah menyerahkan sarana produksi .........................................(rincian terlampir) sesuai dengan SPK No. …………. tanggal ………………………….. kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima dari PIHAK PERTAMA sarana produksi dimaksud dengan baik. Demikian berita acara serah terima pekerjaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK PERTAMA ………………………………(nama) NIP………………………….

PIHAK KEDUA ………………………………(nama) ...........................................(ketua klp)


21

Lampiran – 4 Berita Acara Hibah

BERITA ACARA HIBAH Nomor : ………………………………………..

Pada hari ini ………..tanggal ………..bulan ……… tahun Dua Ribu Enam Belas, bertempat ………………….. telah dilakukan hibah ………………….. antara : 1. N a m a : …………………… Jabatan : KPA/PPK Dinas Peternakan atau yang menangani

fungsi peternakan di Provinsi/Kabupateen/Kota........................

Alamat : ………………………………………………………

Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. N a m a : ………………………. Jabatan : Ketua Kelompok…………………. Alamat : …………………………………………………… Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA telah menghibahkan sarana produksi .........................................(rincian terlampir) kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menerima hibah dari PIHAK PERTAMA berupa sarana produksi dimaksud dengan baik. Demikian berita acara hibah ............. ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK PERTAMA ………………………………(nama) NIP………………………….

PIHAK KEDUA ………………………………(nama) ..........................................(ketua klp)


22

Lampiran – 5 Laporan Kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia Potong

Nama Kelompok : Kab/Kota, Provinsi : Laporan Triwulan : I / II / III / IV

No. Nama Anggota Kelompok Awal Lahir Mati Jual Akhir Pupuk Organik Produk Olahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

………………………………………., tgl…………………………………

Pembina Teknis Kelompok Ketua Kelompok

……………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………

LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN TERNAK POTONG 2016

Perkembangan Ternak (ekor) Diversifikasi Usaha Permasalahan Keterangan


23

Lampiran – 6 Surat Kesanggupan Kelompok

SURAT KESANGGUPAN KELOMPOK Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ......................................................................... Jabatan : Ketua Kelompok............................................... Alamat : ......................................................................... Dengan ini menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok penerima fasilitasi kegiatan Pengembangan Usaha Ternak potong tahun 2016 sanggup dan bersedia : 1. Melakukan identifikasi dan inventarisasi ternak di dalam kelompok 2. Melakukan pencatatan dan pemberian marking pada ternak dari kegiatan

Pengembangan Usaha Ternak potong; 3. Mengelola aset kelompok sesuai ketentuan; 4. Melakukan administrasi kelompok secara tertib; 5. Melaporkan secara berkala pelaksanaan kegiatan kepada Dinas

Kabupaten/Kota. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari saya dan anggota kelompok melanggar hal-hal tersebut diatas, saya bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

................................,....................................2016 Ketua kelompok.............,

Materai Rp. 6.000,-

(.................................................................)


24

Lampiran – 7 Surat Pernyataan Kelompok

SURAT PERNYATAAN KELOMPOK Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ......................................................................... Jabatan : Ketua Kelompok............................................... Alamat : ......................................................................... Dengan ini menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok penerima fasilitasi kegiatan Pengembangan Usaha Ternak potong tahun 2016 tidak memberikan hadiah/imbalan/pemberian dalam bentuk apapun secara langsung maupun tidak langsung kepada KPA, PPK, Tim Pusat, Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota maupun pejabat/petugas terkait dengan kegiatan tersebut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari saya dan anggota kelompok melanggar hal-hal tersebut diatas, saya bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

.............................,.................................2016 Ketua kelompok.............,

Materai Rp. 6.000,-

(..............................................)

Kantor Pusat Kementerian PertanianDirektorat Perbibitan dan Produksi Ternak

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanGedung C lt. 8 Jl. Harsono RM no.3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan

pedoman pelaksanaan pengembangan budidaya ternak...

Documents