pemanfaatan ampas teh (camellia sinensis) sebagai pakan ternak ruminansia
DESCRIPTION
Makalah ini sebagai tugas salah satu mata kuliah..TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinensis) sebagai salah satu komoditi perkebunan
memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Pada umumnya teh
merupakan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai antioksidan pada manusia
dan memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Berdasarkan hasil dan
proses pengolahannya, teh dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu teh hijau (tidak
difermentasi), teh oolong(semifermentasi), dan teh hitam (fermentasi penuh).
Ampas teh merupakan limbah industri minuman teh, baik yang dikemas
dalam botol maupun kotak. Ampas teh untuk pakan ternak diperoleh setelah teh
tersebut diseduh dengan air, kemudian ampas teh dikeringkan, dihaluskan dan
dicampur dengan bahan pakan lain (Rohayati, 1994).
Hasil analisis di Laboratorium Biokimia FMIPA Undip diperoleh hasil
ampas teh mempunyai kandungan protein kasar (PK) 17,34%; lemak kasar (LK)
1,19%; serat kasar (SK) 40,34%; abu 6,47%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) 16,43%, sedangkan dedak padi mempunyai kandungan PK 8,19%; LK
1,25%; SK 35,51%; abu 28,96%; BETN 17,56%. Melihat komposisi kimia kedua
bahan tersebut, diduga ampas teh dapat menggantikan dedak padi untuk pakan
sapi.
Ampas teh merupakan limbah industri minuman teh dan sejauh ini belum
banyak dimanfaatkan. Selain itu ampas teh juga dapat menurunkan jumlah
protozoa diikuti penurunan produksi gas metan namun tidak berpengaruh pada
1
pada kadar protein mikrobia. Hal inilah yang melatarbelakangi judul dari makalah
ini.
Perumusan Masalah
a. Apa kandungan ampas teh ?
b. Cara pengelolaan ampas teh menjadi pakan ?
c. Pengaruh ampas teh terhadap ternak ruminansia ?
d. Kecernaan ampas teh terhadap produksi gas methana ?
Tujuan Penulisan
a. Memberikan informasi tentang pemanfaatan ampas teh sebagai pakan
ternak ruminansia
b. Memberikan solusi terhadap pemanasan global dengan menggunakan
ampas teh agar menurunkan produksi gas metan pada ternak ruminansia
2
BAB IIPEMBAHASAN
A. Sejarah Tanaman Teh (Camellia sinensis)
Pada tahun 1826 teh dikenal di seluruh dunia dan merupakan komoditi
perdagangan yang memberikan keuntungan besar, maka pemerintah Belanda
mencoba menanam teh di Indonesia tepatnya pada tahun 1826, biji teh
didatangkan dari Jepang dan ditanam di Kebun Raya Bogor dan tahun 1827
ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut (Setyamidjaja, 2000).
Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Terdapat
dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu Camellia sinensis var. assamica
yang berasal dari Assam dan Camellia sinensis var. sinensis yang berasal dari
Cina. Camellia sinensis var. assamica memiliki daun yang lebih besar dengan
ujung runcing, sedangkan C. sinensis var. sinensis daunnya lebih kecil dan
ujungnya sedikit tumpul. Teh hijau pada umumnya diolah dari Camellia sinensis
var. sinensis. Pada jenis Assam (Camellia sinensis var. Assamica) mempunyai
tingkat polifenol tinggi, sehingga rasa yang dihasilkan akan lebih sepat dan pahit
(Cabrera, dkk, 2006).
3
Menurut Tuminah (2004), tanaman teh Camellia sinensis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan biji)
Sub divisi : Angiospermae (Tumbuhan biji terbuka)
Kelas : Dicotyledoneae (Tumbuhan biji belah)
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Guttiferales
Familia : Camelliaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
B. Kandungan Tanaman Teh (Camellia sinensis)
Dalam hal ini teh merupakan minuman penyegar yang memiliki banyak
manfaat karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, Asam folat, Karoten),
mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Penelitian pada orang
dewasa menunjukkan bahwa minum 3-4 cangkir teh sehari dalam jangka panjang
dapat menurunkan resiko terhadap penyakit jantung koroner. Selain itu penelitian
di Taiwan memperlihatkan bahwa kelompok yang biasa minum 120-600 ml
teh/hari lebih rendah resiko terserang hipertensi dibandingkan dengan kelompok
4
yang tidak biasa minum teh. Oleh karena itu dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat akan manfaat minum teh, diperkirakan konsumsi teh dunia khusunya
di Indonesia akan meningkat dari 288g/kapita/tahun menjadi sekitar 600
g/kapita/tahun (Hendro, dkk, 2008).
Hasil analisis di Laboratorium Biokimia FMIPA Undip diperoleh hasil
ampas teh mempunyai kandungan protein kasar (PK) 17,34%; lemak kasar (LK)
1,19%; serat kasar (SK) 40,34%; abu 6,47%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) 16,43%, sedangkan dedak padi mempunyai kandungan PK 8,19%; LK
1,25%; SK 35,51%; abu 28,96%; BETN 17,56%. Melihat komposisi kimia kedua
bahan tersebut, diduga ampas teh dapat menggantikan dedak padi untuk pakan
sapi (Saqifah, dkk, 2010).
C. Khasiat dan Manfaat Teh (Camellia sinensis)
Menurut Dede (2005), senyawa-senyawa teh dan manfaatnya bagi
kesehatan yaitu :
Katekin : Mengurangi munculnya tumor dan kanker. Menurunkan kadar
kolesterol darah, tekanan darah tinggi dan kadar gula dalam darah.
Membunuh bakteri dan virus influenza. Melawan bakteri penyebab
flaques. Mengobati penyakit ginjal.
Kafein : Memiliki aktivitas antioksida dan mengurangi kelelahan. Efek deuratic-
nya sedang.
Vitamin C : Membantu mengurangi efek stres. Melawan influenza, memiliki zat
anti oksidan.
Vitamin B Kompleks : Membantu metabolisme karbohidrat.
5
Flavonoid : Menguatkan pembuluh darah, mencegah halitosis, memiliki aktivitas
antioksidan.
Polifenol : Memiliki efek astringen, membunuh bakteri disentri, difeteri dan
kolera.
Flouride : Mencegah kerusakan gigi dan gigi keropos.
Vitamin E : Memiliki zat antioksidan.
D. Pengelolaan Ampas Teh menjadi Pakan
Ampas teh untuk pakan ternak diperoleh setelah dari tahap pengeringan,
penggilingan untuk dicampur dengan bahan makanan lain. Ampas teh harus
tampak segar dengan warna tembaga yang merata, tidak hitam kecoklatan,
suram/coklat tua (Kuntadi, 1992). Menurut Sartika (1986) pengolahan ampas teh
akan meningkatkan palatabilitas, melindungi zat-zat makanan yang terdapat dalam
ampas teh, membunuh mikroorganisme dan menghilangkan bau. Pengolahan
ampas teh ini sebaiknya dilakukan dengan cara pengeringan.
1. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah menghilangkan atau mengurangi kadar air
bahan agar mikroba penyebab penyakit tidak bisa hidup, sehingga bahan pakan
menjadi awet dan tahan lama (Kuntadi, 1992). Sedangkan menurut pendapat
Sartika (1986) pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara alternatif
terbaik, disamping biaya pengeringan murah, energi dan nitrogen yang hilang
akibat pengeringan lebih kecil dibanding dengan oven. selain itu pengeringan juga
akan membunuh bakteri-bakteri yang terdapat dalam ampas teh, seperti
Salmonella sp.
2. Penggilingan atau penumbukkan
6
Proses pengolahan selanjutnya adalah penggilingan atau penumbukkan,
dimana bahan pakan dikurangi ukurannya dengan menggunakan alat penggiling
atau penumbuk yang bervariasi dari yang halus seperti tepung hingga yang kasar
seperti butiran pasir, disesuaikan dengan ukuran mesh atau lubang dari saringan
yang digunakan (Widayati dan Widalestari, 1996). Sartika (1986) menyatakan
bahwa tujuan dari penggilingan adalah untuk mempermudah metabolik pakan,
serta kesukaan ternak terhadap pakan tersebut.
E. Pencernaan Ruminansia
Ternak ruminansia memiliki perut majemuk yang terdiri dari rumen,
retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan struktur terbesar yang
tersusun dari 1/7 sampai 1/10 massa ternak. Pada bagian ini merupakan tempat
berlangsungnya proses fermentasi terbesar. Kondisi dalam rumen adalah
anaerobik dengan suhu 38-42 oC. Tekanan osmosis pada rumen mirip dengan
tekanan aliran darah, pH dipertahankan oleh buffer karbonat dari saliva karena
adanya VFA dan amonia. Saliva yang masuk ke dalam rumen berfungsi sebagai
buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada 6,8. Selain itu saliva juga
berfungsi sebagai zat pelumas dan surfaktan yang membantu dalam proses
mastikasi dan ruminasi (Arora, 1995).
Sutardi (1979) menyatakan bahwa adanya bakteri dan protozoa yang hidup
dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna ransum yang
mengandung serat kasar tinggi. Pernyataan ini didukung pula oleh Arora (1995)
yang menyatakan bahwa protozoa berperan dalam pola fermentasi rumen dengan
cara mencerna partikel-partikel pati sehingga dapat mempertahankan pH dan
menghasilkan konsentrasi VFA rendah, selain itu protozoa juga memangsa bakteri
7
untuk memenuhi kebutuhannya karena kemampuan protozoa untuk mensintesis
vitamin B kompleks dan asam amino sangat rendah.
F. Pengaruh Ampas Teh terhadap Ternak Ruminansia
Dalam penelitian yang dilakukan Saqifah, dkk (2010) dengan
menggunakan perbandingan ampas teh-dedak padi dalam konsentrat adalah ampas
teh 10% dan dedak padi 90% (T1), ampas teh 20% dan dedak padi 80% (T2), dan
ampas teh 30% dan dedak padi70% (T3) didapatkan hasil semua parameter yang
diamati tersebut tidak berbeda nyata (P >0,05), kecuali NH3 jam ke 6 dan
propionat jam ke 0 setelah makan, berbeda nyata (P < 0,05). NH3, dan VFA
cairan rumen antara jam ke-0 ke jam ke-3 dan jam ke-3 ke jam ke-6.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan
Tabel 3. Perubahan NH3 dan VFA cairan rumen
8
Berdasarkan hasil penelitian itu dapat disimpulkan bahwa pemberian
ampas teh dengan level 10 sampai 30% dalam konsentrat menghasilkan NH3 dan
VFA cairan rumen yang relatif sama. Apabila dilihat dari konsentrasi NH3 pada
jam ke-6 setelah makan dan konsentrasi asam propionat sebelum makan,
disarankan penggunaan ampas teh dengan level 10% saja dari konsentrat (Saqifah,
dkk, 2010).
Dalam penelitian lain, Ampas teh dapat digunakan baik sebagai pakan
dasar pengganti rumput (20%) maupun sebagai suplemen, terutama sebagai
sumber protein pada kambing (Kondo, dkk, 2004). Pemberian ampas teh
meningkatkan konsumsi dan retensi nitrogen (N) dan meningkatkan NH3 rumen.
Peningkatan NH3 rumen ini dapat berperan positif dalam mendorong fermentasi
serat, bila ampas teh diberikan dengan bahan pakan lain yang kandungan seratnya
tinggi (pakan dasar). Walaupun kandungan tannin pada ampas teh relatif tinggi,
namun protein dalam ampas teh masih dapat dicerna pasca rumen oleh enzim
yang disekresikan kelenjar pankreas (Simon, 2010).
Tabel 4. Komposisi Ransum dan Kandungan Zat Makanan dengan Berbagai Perlakuan
Sumber : Kartika (2012)
9
Pada penelitian Kartika, dkk (2012) didapatkan hasil Penggunaan tepung
ampas teh dalam ransum sapi potong berpengaruh nyata terhadap KcBK dan
KcBO ransum. Diantara perlakuan yang menggunakan tepung ampas teh,
penggunaan tepung ampas teh dalam ransum sapi potong pada tingkat 45%
menghasilkan KcBK dan KcBO yang paling tinggi.
Hasil penelitian Daning (2010) menunjukkan bahwa penambahan teh
hitam dalam pakan ternak dapat menurunkan jumlah protozoa diikuti penurunan
produksi gas metan namun tidak berpengaruh pada pada kadar protein mikrobia.
Secara sederhana ini dapat meningkatkan produktivitas peternakan. Tanin
membuat jumlah protozoa menurun sebesar 34,9 persen. Dampaknya, konsentrasi
metana dalam kotoran berkurang hingga 62,4 persen. Bau tak sedap kotoran yang
menyengat juga akan hilang. Hal ini menunjukkan pemanfaatan ampas teh sebagai
pakan ternak ruminansia memberikan hasil yang positif bagi peternak.
10
BAB IIIPENUTUP
Kesimpulan
Ampas teh dapat dimanfaatkan sebagai pakan dasar pengganti rumput
(20%) maupun sebagai suplemen, terutama sebagai sumber protein pada
kambing denga cara pengelolaan pengeringan dan penggilingan atau
penumbukkan
Penambahan teh hitam dalam pakan ternak dapat menurunkan jumlah
protozoa diikuti penurunan produksi gas metan namun tidak berpengaruh
pada pada kadar protein mikrobia. Secara sederhana ini dapat
meningkatkan produktivitas peternakan
Saran
Pemanfaatan ampas teh sebagai pakan ternak ruminansia perlu
diperhatikan karena memiliki nilai positif bagi ternak dan lingkungan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. Les Differents Types de Teas. http://www.limousin-chine. org/pages/ The/tprint.gif (Diakses 6 April 2013).
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Hewan Ruminansia. Penerjemah : R. Muwarni. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2009. Statistik Teh Indonesia.
Buku Statistik Perkebunan Tahun 2009 – 2011. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Cabrera, C. R. Artacho, and R. Gimenéz. 2006. Beneficial Effect of Green Tea – A Review. J. American College of Nutrition.
Daning, D. R. A. 2010. Penggunaan Limbah Teh Hitam untuk Mengurangi Produksi Gas Metana Peternakan Ruminansia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Dirjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003-2005 Teh. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Dede, Z. M. 2005. Manfaat Teh Hijau Partea. SST. Promo Partea.
Hendro, P dan E. Sulistyono. 2008. Pengaruh Hujan terhadap Produktivitas dan Pengelolaan Air Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kartika, N. D, U. Hidayat Tanuwiria dan Rahmat Hidayat. 2012. Pengaruh Tingkat Pemberian Tepung Ampas Teh (Camellia Sinensis) terhadap Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KCBO) Ransum Sapi Potong (In Vitro). Universitas Padjadjaran. Bandung.
Kondo, M, Kita, K and Yokota, H. 2004. Feeding Value to Goats of Whole-crop Oat Ensiled with Green Tea Waste. Anim. Feed sci. Technol.
Kuntadi, Y. A. 1992. Pemanfaatan Ampas Teh dari Industri Teh Botol Sebagai Bahan Baku Pembuatan Papan Partikel. Karya Ilmiah. Fakultas Teknologi Pertanian. Institusi Pertanian Bogor. Bogor.
Rohayati, R. T. 1994. Evaluasi Nutrisi Ampas Daun Teh (Camellia sinensis) sebagai Pakan Tunggal dan Substitusinya terhadap Lamtoro dalam Ransum secara in vitro. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan).
12
Sartika, T. 1986. Pedoman Beternak Kambing dan Domba. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
PPTK Gambung. 2005. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Teh Tahun 2005. PPTK Gambung. Bandung.
Saqifah, N. E. Purbowati dan E. Rianto. 2010. Pengaruh Ampas Teh dalam Pakan Konsentrat terhadap Konsentrasi VFA Dan NH3 Cairan Rumen untuk Mendukung Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius. Yogyakarta.
Simon, P. M. 2010. Pengaruh Pemberian Ampas Teh (Camellia sinensis) dalam Pakan terhadap Analisis Usaha Domba Lokal Jantan Lepas Sapih Selama 3 Bulan Penggemukan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas Ternak. Proceeding seminar dan penunjang peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.
Thomson, L. 2008. Tea and its Place in Jamaican Society. http://www.culinary delightsblog.com/wp-content/uploads/2007/08/tea-plant3.jpg (Diakses 6 April 2013).
Tuminah, S. 2004. Teh [Camellia sinensis O.K var. Assamica (Mast)] sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan. Tinjauan kepustakaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
13
MAKALAH PENYULUHAN
PEMANFAATAN AMPAS TEH (Camellia sinensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA
OLEH
YUNUS DARTO SUSILOI211 10 276
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2015
14