kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan betina

8
Kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi), dimulai dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan berlanjut ke pertumbuhan fetus (Frandson, 1992). Pertumbuhan makhluk baru yang terbentuk sebagai hasil pembuahan ovum oleh spermatozoa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Menurut Roberts (1956) yang dimaksud periode ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implantasi, sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan alat-alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode fetus. Jadi periode fetus adalah periode yang terakhir; dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, sampai lahir. Menurut Hafez (1974), pembagian ini agak sedikit berlainan. Yang dimaksud periode ovum adalah ovum yang diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari sejak fertilisasi, implantasi sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam disebut periode embrio; selanjutnya periode fetus. Seluruh penghidupan makhluk baru dalam uterus disebut periode embrio (Partodihardjo, 1982). Selang empat hari sesudah ovum dibuahi zigot melewati tuba falopii menuju ke uterus dimana ia bergerak bebas melayang selama 8-9 hari. Kebuntingan tahap pertama ini disebut periode ovum. Selama itu zigot memperoleh makanannya dari bekal yang dibawa oleh ovum dan menyerap makanan yang berada di tuba falopii dan uterus. Zigot berekmbang dari sebuah sel menjadi beberapa sel, sambil sedikit demi sedikit membentuk semacam bola yang berlubang di dalamnya dan disebut blastula. Menurut Salisbury (1985), perbedaan bentuk dan perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sapi dalam kandungan sejak pembuahan sampai lahir dijelaskan dalam tabel sebagai berikut: Periode Umur (har i) Perubahan Ovum (0-12 hari) 4 Zigot mempunyai uterus (8-16 sel)

Upload: bayu-etc

Post on 12-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nbnbm

TRANSCRIPT

Kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan betina. Suatu interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi), dimulai dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan berlanjut ke pertumbuhan fetus (Frandson, 1992).Pertumbuhan makhluk baru yang terbentuk sebagai hasil pembuahan ovum oleh spermatozoa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Menurut Roberts (1956) yang dimaksud periode ovum adalah periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implantasi, sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan alat-alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode fetus. Jadi periode fetus adalah periode yang terakhir; dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, sampai lahir. Menurut Hafez (1974), pembagian ini agak sedikit berlainan. Yang dimaksud periode ovum adalah ovum yang diovulasikan sampai terjadinya fertilisasi. Dari sejak fertilisasi, implantasi sampai terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam disebut periode embrio; selanjutnya periode fetus. Seluruh penghidupan makhluk baru dalam uterus disebut periode embrio (Partodihardjo, 1982).Selang empat hari sesudah ovum dibuahi zigot melewati tuba falopii menuju ke uterus dimana ia bergerak bebas melayang selama 8-9 hari. Kebuntingan tahap pertama ini disebut periode ovum. Selama itu zigot memperoleh makanannya dari bekal yang dibawa oleh ovum dan menyerap makanan yang berada di tuba falopii dan uterus. Zigot berekmbang dari sebuah sel menjadi beberapa sel, sambil sedikit demi sedikit membentuk semacam bola yang berlubang di dalamnya dan disebut blastula.Menurut Salisbury (1985), perbedaan bentuk dan perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sapi dalam kandungan sejak pembuahan sampai lahir dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:PeriodeUmur (hari)Perubahan

Ovum (0-12 hari)4Zigot mempunyai uterus (8-16 sel)

7Mulai pembentukan blastula (bola berlubang)

8-9Zona pellucida pecah

12Dinding zigot mengikatkan diri dengan ikatan yang lemah pada dinding uterus

Embrio (13-45 hari)14Pembentukan lapisan kecambah

16Perpanjanga kantung blastoderm

18Amnion membungkus embrio

20Somit mulai muncul, celah saraf membuka. Serosa mengisin cornua uteri yang tidak bunting

21-22Jantung mulai berdetak. Paru-paru, hati dan pankreas mulai berkembang dari usus prinitif.Bakal ginjal dan saluran reproduksi mulai berkembang

22-23Celah saraf menutup membentuk otak dan sumsum tulang belakang. Terbayang bentuk kepala.

23Allantois berkembang sempurna

25Hati menonjol dilengkungan embrio, bakal kaki depan muncul

26Embrio melengkung, muncul tonjolan ekor

27-28Bakal kaki belakang muncul

30-45Bakal kaki-kaki berubah menjadi kaki dan kuku, ekor tumbuh, kepala terbentuk, mata dan hidung menampak.

30Bungkul plasenta tumbuh dibagian ventral selaput pembungkus embrio

32Serosa mengisi ujung cornua uteri yang bunting. Kantong allantois mengisi kantung chorion pada bagian cornua uteri yang bunting

33Cotyledon mengadakan ikatan yang rapuh

36-37Serosa mencapai ujung cornua uteri yang tidak bunting, kantung allantois mengisi penuh seluruh kantung chorion

37Terlihat jelas bentuk makhluk secara kasar

Fetus (46-280 hari)46-54Bila diperbandingkan ukuran hati mengecil, bagian-bagian lain memanjang

60Kelopak mata menutup

70Pengerasan tulang-tulang

90Timbul kelenjar rambut-rambut

100Celah tanduk nampak

110Mulai tumbuh gigi

150Tumbuh rambut sekitar mata dan hidung

180Pengerasan tulang menyeluruh

230Tumbuh rambut sekujur tubuh

280Lahir

Menurut Samsudewa dkk (2008), metode deteksi kebuntingan ternak yang telah ada saat ini antara lain adalah (1) palpasi rektal atau abdomen, yang membutuhkan tenaga ahli dalam pelaksanaannya dan memiliki kelemahan yang lain yaitu dapat mengakibatkan kematian pada embrio jika pelaksanaannya tidak tepat; (2) hormonal, antara lain dengan pengukuran kadar pregesteron dan estrogen yang ada dalam darah (Hafez, 1993). Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar hormon di atas adalah dengan ELISA dan RIA, yang memiliki akurasi tinggi tetapi memerlukan penanganan dalam laboratorium yang cukup lama dan mahal. Selain itu metode deteksi kebuntingan ini menggunakan semacam bahan radioaktif sehingga memiliki resiko yang tinggi terhadap radiasinya (Hunter, 1981).Lama periode kebuntingan untuk tiap spesies berbeda; perbedaan itu jelas disebabkan oleh faktor genetik. Jika ada perbedaan panjang antara suatu kebuntingan individu dalam satu spesies, maka perbedaan itu minor (sedikit) dan faktor-faktor penyebabnya belum diketahui. Ada yang menafsirkan disebabkan oleh faktor genetik, ada pula yang menduga disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan. Tetapi dugaan tersebut sangat sukar dibuktikan (Partodihardjo, 1982).Menurut Toelihere (1977), lama kebuntingan ditentukan secara genetik walaupun dapat dimodifiser oleh faktor-faktor maternal, foetal dan lingkungan. Faktor-faktor maternal. Umur induk mempengaruhi lama kebuntingan pada berbagai jenis hewan. Suatu perpanjangan selama 2 hari dari lama kebuntingan normal terjadi pada domba berumur 8 tahun. Sapi-sapi dara yang bunting pada umur relarif muda akan mempunyai masa kebuntingan yang lebih pendek daripada induk sapi yang lebih tua. Faktor-faktor foetal adalah suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar litter banyak dilaporkan pada beberapa spesies kecuali pada babi. Fetus yang banyak pada jenis hewan monotokus juga mempunyai masa kebuntingan yang lebih singkat. Anak sapi kembar berada dalam kandungan 3-6 hari kurang dari anak sapi tunggal. Faktor lingkungan, perpanjangan masa kebuntinganpada kuda sesudah perkawinan di musim dingin dinyatakan disebabkan oleh penundaan implantasi. Akan tetapi, perbedaan musim tidak mempengaruhi masa kebuntingan pada sapi perah.Kelenjar hormon yang terlibat dalam fase kebuntingan: corpus luteum, plasenta, folikel, hipotalamus dan hipofisa. Kelenjar endokrin yang lain, misalnya thyroid, adrenal dan sebagainya merupakan kelenjar endokrin yang menunjang ke lima kelenjar endokrin yang disebutkan terlebih dahulu. Dari ke lima kelenjar endokrin yang disebut ini, kelenjar hipotalamus dan kelenjar hipofisa merupakan kelenjar pengatur, sedang yang memegang peran utama adalah korpus luteum sebagai penghasil progesteron, plasenta sebagai penghasil progesteron dan estrogen dan folikel sebagai penghasil estrogen. Peranan folikel sebagai penghasil estrogen pada waktu hewan betina dalam keadaan bunting hanya jelas pada kuda, sedangkan pada spesies lain folikel tidak tumbuh atau hanya sekali-kali dijumpai pada sapi (Partodihardjo, 1982).Partodihardjo (1982), menyatakan bahwa korpus luteum memegang peranan sangat penting dalam mengelola pertumbuhan makhluk hidup dalam kandungan, terlebih pada saat implantasi sampai pertengahan umur kebuntingan. Hal ini dibuktikan dengan jalan membuang ovarium atau korpus luteum tersebut. Jika korpus luteum dibuang sebelum pertengahan umur kebuntingan tercapai, maka fetus akan diabortuskan dalam keadaan mati. Jika umur kebuntingan telah cukup tua, lewat pertengahan kebuntingan maka peranan korpus luteum tidak terlalu menentukan.Fetus tumbuh di bagian uterus. Nalbandov (1975), menyatakan bahwa uterus biasanya memiliki dua buah tanduk dan sebuah tubuh. Seluruh organ tersebut melekat pada dinding pinggul dan dinding perut dengan perantaraan ligamen uterus yang lebar (ligamentum lata uteri). Melalui ligamen inilah uterus menerima suplai darah dan saraf. Lapisan luar ligamentum lata uteri membentuk ligamen uterus yang melingkar (ligamentum teres uteri).Menurut Frandson tahun 1992, uterus ternak yang tergolong mamalia terdiridari corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Corpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. secara superfisial, pada uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dan tanduk tergabung dengan ligamen interkornual.Penentuan umur fetus bisa dilakukan dengan metode CRL (Crown Length Rump). Menurut Toelihere (1985), gambar fetus sebagai berikut:

Keterangan : BCVRT= panjang keseluruhan fetusC-R= kepala- pangkal ekorCVR= curva kepala-pangkal ekorVR= panjang columna vertebralisVRT= panjang columna vertebralis dan ekor

Perkiraan umur fetus menurut metode pengukuran CRLSapiDomba

NoPanjang C-R (cm)Umur Fetus (bulan)Panjang C-R (cm)Umur Fetus

10,9113 minggu

26-8225 minggu

314-17336 minggu

4203,582 bulan

5264163 bulan

6304,5254 bulan

730-37540-535 bulan

8456--

9607--

1070-758--

1180-1009--

III. KESIMPULAN

1.Kebuntingan terdiri dari 3 tahap yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus.2.Periode ovum yaitu interval antara pembuahan sampai kira-kira hari ke 12 masa kebuntingan pada sapi.3.Periode embrio pada sapi dimulai pada kebuntingan dengan umur 13 hari sampai 45 hari.4.Periode fetus adalah interval antara umur kebuntingan 46 hari sampai lahir (280 hari).5.Uterus merupakan tempat pertumbuhan fetus. Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiridari corpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau cornua.6.Untuk mengetahui umur fetus bisa menggunakan metode CRL (Crown Rumpth Length). Metode ini dengan cara mengukur panjang dari dahi sampai pangkal ekor.

DAFTAR PUSTAKAFrandson, R.D. 1992.Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hafez, E.S.E. 1974.Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger. Philadelphia.

Hafez, E.S.E. 1993.Reproduction in Farm Animals. 6thed. Lea and Febiger. Philadelphia.

Hunter, R.F. 1981.Fisiologi dan Anatomi Organ Reproduksi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nalbandov, A.V. 1975.Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. UI Press. Jakarta.

Partodihardjo, Soebadi. 1982.Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.

Roberts, S.J. 1956.Veteriner Observation and Genital Diseases. Edwards Brothers, inc, Ann Arbor. Michigan.

Salisbury, G. W. 1985.Fisiologi Reproduksi dan Iseminasi Buatan Pada Sapi.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Samsudewa, dkk. 2008. Uji Konsistensi, Akurasi dan Sensitivitas Deteksi Kebuntingan Ternak DEEAGestDectpada Sapi.Animal ProductionVol. 10 No. 1. Hlm: 12-15. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.

Toelihere, Mozes. R. 1977.Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung