kebudayaan daerah poso

Upload: mozuki

Post on 13-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kebudayaan daerah poso

TRANSCRIPT

Kebudayaan Suku Pamona

Kabupaten Poso

Kebudayaan daerah poso

GAMBARAN SINGKAT KABUPATEN POSO

Poso merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Kota Poso, secara geografis terletak di 10 06 44 20 1253 LS dan antara 1200 05 09 1200 52 04 BT. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Tomini dan Propinsi Sulawesi Utara di utara, Propinsi Sulawesi Selatan di selatan, Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali di timur, Kabupetan Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong di barat. Luas wilayah daerah ini adalah 24.197 km2. Secara admisinstratif, daerah ini terbagi menjadi 13 Kecamatan.Suku Pamona, atau sering juga disebut suku Poso atau orang poso, merupakan suku yang mendiami hampir seluruh wilayah kabupaten Poso, sebagian wilayah Kabupaten Tojo Una-Una, sebagian wilayah Kabupaten Morowali,bahkan provinsi Sulawesi Selatan yakni di wilayah Luwu Timur, sedangkan sebagian kecil hidup merantau di berbagai daerah di Indonesia. Nenek Moyang Suku Pamona Itu sendiri berasal dari dataran SaluMoge (luwu Timur) yang karena berada di atas gunung yang jauh dari pusat pemerintahan sehingga mereka di turunkan oleh Macoa Bawalipu mendekati pusat pemerintahan yaitu di sekitaran wilayah Mangkutana (luwu Timur). hingga terjadinya pemberontakan DI/TII mereka menyebar smapai ke sulawesi tengah dan daerah lainnya. Jika di suatu daerah terdapat suku Pamona, biasanya selalu ada Rukun Poso, yaitu wadah perkumpulan orang-orang sesuku untuk melakukan sesuatu kegiatan di daerah tersebut. Agama yang dianut hampir seluruh anggota suku ini adalah Kristen. Agama Kristen masuk daerah sekitar 100 tahun yang lalu dan sampai sekarang diterima sebagai agama rakyat. Sekarang semua gereja-gereja yang sealiran dengan gereja ini bernaung dibawah naungan organisasi Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) yang berpusat di Tentena, kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sebagian besar masyarakat sehari-hari menggunakan bahasa Pamona (Bare'e) dan bahasa Indonesia dengan gaya bahasa setempat. Mereka berprofesi sebagai petani, pegawai negeri, pendeta, wiraswasta, dan lain-lain.Sesungguhnya suku Pamona tidak identik dengan suku Poso, Karena pada prinsipnya suku Poso tidak ada, yang ada adalah daerah yang bernama Poso, didiami oleh suku Pamona. ada yang berpendapat bahwa poso berasal dari Kata "maPoso" sendiri dalam bahasa Pamona berarti "pecah". sedangkan menurut beberapa tokoh poso kata poso sebenarnya berasal dari kata poso'o yang artinya pengikat, dinamakan sebagai kota poso karena bertujuan sebagai pengikat atau pemersatu antara orang pamona yang berasal dari gunung (pinggir danau, dan juga dengan suku pamona yang berasal dari pinggir pantai) sedangkan Asal nama Poso yang berarti pecah, konon dimulai dari terbentuknya Danau Poso. Konon, danau Poso terbentuk dari sebuah lempengan tanah berbukit, dimana dibawah lempengan bukit tersebut terdapat mata air. Disekeliling bukit merupakan dataran rendah, sehingga aliran air dari pegunungan terkumpul disekeliling bukit tersebut. Genangan air tersebut menggerus tanah disekeliling bukit sehingga makin lama air yang menyisip kedalam tanah, bertemu dengan air yang di dalam perut bumi. Akibatnya terjadi abrasi yang menjadi penyebab labilnya struktur tanah yang memang agak berpasir. Lambat laun pinggiran bukit tidak kuat lagi menahan beban bukit yang diatasnya, sehingga mengakibatkan pecahnya bukit yang terbawah masuk, jatuh kedalam kubangan mata air di bawah bukit, sehingga membentuk danau kecil. Bagi masyarakat suku Pamona zaman tersebut kejadian tersebut dituturkan sebagai pecahnya gunung yang membentuk danau tersebut, sehingga dinamai "Danau Poso" Danau yang baru terbentuk tersebut, kian lama kian membesar, karena sumber mata air di pegunungan sekelilingnya mengalir kearah danau baru tersebut. Akibatnya debit air danau dari waktu ke waktu terus naik, sehingga luas permukaannya menjadi demikian lebar. sesuai dengan sifat air yang selalu mencari dataran rendah, maka pada ketinggian permukaan tertentu, tebentuklah sebuah sungai yang mengarah ke pantai laut akibat danau tidak mampu lagi menampung debit air. Karena sungai tersebut berasal dari danau Poso, maka sungai baru tersebut, dinamai dengan nama yang sama, yakni Poso (sungai Poso). Muara sungai baru yang terbentuk itu kemudian didiami oleh sejumlah penduduk, karena di sungai baru tersebut ternyata terdapat banyak ikan. Kata poso sendKumpulan penduduk pemukim baru itu kemudian menamai kampung tersebut dengan sebutan yang sama, yakni Poso.

Adapun beberapa suku yang mendiami tanah poso adalah sebagai berikut :

1. Suku Pamona

2. Suku Mori

3. Suku Bada atau Badar

4. Suku Napu

5. Suku Tojo

6. Suku Kaili

7. Suku Padoe

8. Suku Lore

9. Suku Taa

Obyek wisata yang cukup dikenal antara lain (1)Danau Poso dengan agenda yang khas yaitu Festival Danau Posonya di Kecamatan Pamona Utara dan Pamona Selatan, (2)Patung Megalit Padang Sepe di Kecamatan Lore Selatan, (3)Air terjun Saluopa dan Sulewana di Kecamatan Pamona Utara, (4)Taman Anggrek Bancea di Kecamatan Pamona Selatan.

Berikut beberapa tradisi kebudayaan yang terkait dengan daerah tersebut

No.Nama Kegiatan Tradisi KebudayaanKeterkaitan dengan kesehatanBertantanganTidak Bertentangan

1.Katiana adalah upacara masa hamil suku Pamona, yaitu upacara selamatan kandungan pada masa hamil yang pertama seorang ibu. Upacara Katiana ini biasanya dilakukan apabila kandungan itu sudah berumur 6 atau 7 bulan, saat kandungan dalam perut sang ibu sudah mulai membesar.Prosesi Katiana ini hanya merupakan bentuk prosesi terkait dengan hal-hal religious suku pamona yang meyakini bentuk upacara ini sebagai upaya untuk mengharap kesehatan dan keselamatan bagi ibu, bayi dan keluarga ibu. Secara rasional dan prosesi upacara ini tedak memiliki manfaat terhadap kesehatan, akan tetapi pada prosesi ini pula terdapat beberapa pantangan yang harus di taati oleh suami dan istri yang di upacarakan salah satunya untuk tidak diperbolehkan marah-marah dan selalu bahagia selama masa kehamilan dengan demikian hal ini merupakan bentuk tindakan yang membentuk seorang ibu hamil dan keluarganya sehat secara psikologi.

2.Prosesi Adat Pemombai oli adalah merupakan pemberian harta kawin kepada calon isteri yang akan dinikahi, hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya pembuktian tanggungjawab yang besar yang akan dibebankan kepada calon pasangan pria terhadap kewajibannya menafkahi isterinya. Prosesi adat ini tidak bertentangan dengan kesehatan melainkan hanya terkait dengan bentuk tanggung jawab seorang calon pemimpin keluarga nantinya.

3.Mabulere Peowa atau buka pinang merupakan simbol adat yang didalamnya terdapat bungkusan yang berisi sirih, pinang, plakat yang berisi perhiasan emas gelang, giwang, rantai dan sebagainya. Dalam hal ini Mabulere peowa dimaksudkan sebagai acara rembuk keluarga untuk menentukan layak tidaknya lamaran calon mempelai pria diterima atau tidak, dengan memperhatikan bungkusan yang dihantarkan.Dalam prosesi adat ini terdapat prosesai makan siri yang tidak bertentangan dengan kesehatan melainkan bermanfaat bagi kesehatan mulut dan gigi.

4.Tarian Motaro adalah tarian rakyat yang diciptakan oleh masyarakat suku Pamona sendiri tanpa mendapat pengaruh dari kebudayaan luar. Motaro adalah tarian khas daerah poso (suku pamona) yang sejak dahulu kala sampai sekarang tetap di pelihara dan di kembangkan oleh masyarakat setempat. Hanya lagu/nyanyian yang dipakai sebagai pengiring pengantar tari ini sudah banyak dimodernisasikan, sesuaikan dengan perkembangan seni dalam era perputaran waktu. Namun demikian, yang menjadi dasar atau inti tarian Motaro masih tetap dipertahankan. Pada masa dahulu tarian Motaro dilakukan untuk menyambut para pahlawan yang baru kembali dari medan pertempuran sebagai rasa syukur mereka kepada pencipta, atas kemenangan mereka. Pada zaman dahulu sebelum penjajahan Belanda, para penari tarian Motaro ini memakai pakian yang terbuat dari kulit kayu (dalam bahasa pamona disebut inodo) yang di celup dalam larutan geta dari buah sejenis mangga, yang di sebut buahpolo.

Menari merupakan aktifitas menggerakan organ tubuh yang termasuk bentuk olah raga yang berdampak terhadap kesehatan dengan demikian Tarian Motaro merupakan bentuk kebudayaan yang mengandung unsur kesehatan

5.Mogawe adalah salah satu rangkaian upacara pemindahan tulang-tulang jenazah itu dipindahkan pada satu tempat yang tertentu, seperti pada gua-gua, lubang-lubang batu, untuk selama-lamanya. Untuk itulah sebagai kelanjutan upacara ini adalah upacara pesta besar buat orang mati (mogave). Upacara ini disebut pesta buat orang mati, karena masing-masing jenazah yang telah dikuburkan kemudian dikumpulkan tulang-tulangnya untuk diadakan upacara tersendiri. Maksud dan Tujuan Upacara. Adapun yang dimaksud tentang adanya upacara ini ialah untuk mengumpulkan kembali sisa-sisa tulang-tulang yang telah dikuburkan yang diambil dari para keluarga Kabose yang berasal dari desa-desa lainnya, yang memiliki bahasa dan kebudayaan yang sama.Pemindahan tulang-tulang jenazah yang dilakukan dengan tanpa alat pelindung kesehatan yang baik dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan hal ini menyebabkan prosesi adat ini bertentangan dengan kesehatan.

Tugas Individu

Dosen : Dr. Darwis, S.Pd, M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2013 / 2014