kebudayaan daerah

21
Daftar isi I. PENDAHULUAN.......................................................2 A. Latar Belakang...................................................2 B. Maksud dan Tujuan................................................2 II. PEMBAHASAN........................................................3 a. Pengertian dari Kebudayaan Dompu................................3 b. Macam-macam kebudayaan Daerah...................................3 c. Keunggulan atau daya tarik dari kebudayaan-kebudayaan Dompu....11 d. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melestarikan kebudayaan daerah..................................................13 III. PENUTUP........................................................ 15

Upload: gifar-abudzar-besok-bubar

Post on 24-Dec-2015

253 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

kebudayaan daerah

TRANSCRIPT

Page 1: kebudayaan daerah

Daftar isiI. PENDAHULUAN...................................................................................................................................2

A. Latar Belakang.....................................................................................................................................2

B. Maksud dan Tujuan.............................................................................................................................2

II. PEMBAHASAN......................................................................................................................................3

a. Pengertian dari Kebudayaan Dompu...............................................................................................3

b. Macam-macam kebudayaan Daerah...............................................................................................3

c. Keunggulan atau daya tarik dari kebudayaan-kebudayaan Dompu...............................................11

d. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melestarikan kebudayaan daerah........................13

III. PENUTUP.......................................................................................................................................15

Page 2: kebudayaan daerah

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangIndonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.

B. Maksud dan TujuanKarena menjaga, memelihara dan melestarikan kebubayaan merupakan kewajiban setiap individu, maka dalam realisasinya saya mencoba menyusun makalah yang berjudul Kebudayaan Suku Sunda yang didalamnya mengulas tentang berbagai kebudayaan tradisional Jawa Barat/Sunda. Penyusunan makalan yang berjudul Budaya Suku sunda ini bertujuan agar pembaca mengetahui bahwa suku sunda merupakan suku yang kaya akan budaya serta menyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari setiap orang.

II. PEMBAHASAN

a. Pengertian dari Kebudayaan Dompu Kebudayaan daerah adalah suatu kebiasaan dalam wilayah atau daeerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Kebudyaan daerah ini

Page 3: kebudayaan daerah

muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan social yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan pendudk-penduduk yang lain. Kebudayaan daerah sendiri mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Itu dapat terlihat dari cara hidup dan interaksi social yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain. Dari macam-macam kebudayaan daerah tersebut maka, muncullah sesuatu yang disebut kebudayaan nasional.

b. Macam-macam kebudayaan Daerah 1. Rumah Adat Dompu

Rumah adat adalah sebuah bangunan tempat tinggal yang ditempati olehh para raja atau bangsawan pada jaman dulu.Pembangunan rumah adat Dompu dilakukan secara bergotong royong yang dipimpin satu orang tukang (panggita). Tiang atau pilar rumah terdiri atas dua macam yaitu tiang pa’a sakolo (tiang polos) dan tiang ceko (tiang yang mempunyai penyangga). Rumah adat dibangun dengan jumlah tiang : 12 dan 16 batang dan pada dinding dan jendela rumah dihiasi dengan ukiran yang bermotif bunga. Tiang rumah bersegi 8 atau ngusu waru (8 syarat kepemimpinan) dengan harapan agar pemilik rumah memiliki sifat yang dapat mencerminkan 8 sifat yang terdidiri dari atas : taat pada ALLAH SWT daan Rasul, bijaksana, jujur, benar, berani, mampu, berwibawwa, dari keturunan ynag baik.

2. Pakaian Tradisional Dompua. Rimpu

Rimpu adalah cara berpakaian kaum wanita di Bima - Dompu (Dou Mbojo), yaitu menggunakan kain sarung untuk menutupi kepala dan badan, sehingga yang terlihat hanya wajah, atau bahkan hanya bagian mata (rimpu mpida). Tradisi ini tentu erat kaitannya dengan cara berpakaian jilbab wanita muslimah.Dulu, wanita Bima malu kalau tidak pakai rimpu. Bahkan bagi wanita yang masih belum menikah, rimpu yang dikenakan disebut "rimpu mpida" yaitu hanya bagian mata saja yang tidak tertutup.

3. Masakan Khas Dompua. Timbu

Timbu atau Lemang juga merupakan makanan khas dari Bima-Dompu.Pada masalalu, pembuat Timbu tersebar hampir di seluruh wilayah Bima-Dompu. Wilayah Sila merupakan sentra pembuatan Timbu.

Page 4: kebudayaan daerah

Sedangkan di Dompu, hampir merata ke sejumlah wilayah. Namun saat ini, pembuat Timbu semakin berkurang. Yang masih tetap eksis adalah para pembuat Timbu di Dompu. Jika berkunjung ke Dompu anda akan menjumpai para penjual Timbu dan Tape Ketan di pasar Dompu pada sore hingga malam hari.

Pengananan ini terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi tepung beras dicampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang. Timbu lebih nikmat disantap hangat-hangat. Cara mengonsumsi Timbu memang berbeda-beda dari daerah ke daerah. Khusus di Bima-Dompu, Timbu lebih nikmat disantap dengan Mina Sarua atau tape ketan. Di Sila, Timbu disantap dengan Mina Sarua sedangkan di Dompu disuguhkan dengan Tape Ketan.

Diperlukan waktu sekitar dua sampai dua setengah jam untuk memasak beras ketan dalam bambu itu dengan api yang sedang, sebelum dibakar dengan tungku khusus yang terbuat dari besi atau kayu yang keras. Pertama –pertama menyediakan beras ketan yang sudah direndam selam lima sampai enam jam dengan menggunakan air bersih, setelah beras direndam, kemudian dikeringkan hingga airnya terkuras habis. Setelah itu, beras yang sudah kering tersebut siap dimasukkan kedalam potongan bambu. Sebelum beras dimasukkan kedalam bambu, harus dipastikan bambu sudah tercuci bersih dengan air bersih. Barulah beras dimasukkan kedalam bambu tua yang berukuran sedang.

Sebelum memasukkan beras, bambu tersebut dilapisi dengan

daun pisang muda yang sudah bersih. Proses terakhir adalah dengan memasukkan santan dengan campuran garam secukupnya. Proses memasak Timbu tersebut dilakukan dengan lebih dahulu menyiapkan tungku yang berbentuk panjang segi empat dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan. Memasak Timbu tidak seperti membakar ubi kedalam bara api yang sedang berkobar. Cukup dengan menyangai dengan api yang sedang. selama pembakaran diperlukan beberapa tahap untuk mengalih atau memutar bambu tersebut dengan tujuan supaya beras ketan masak dengan sempurna dengan waktu lebih kurang dua jam.

b. Uta mbeca wua paronggeUta mbeca wua parongge. Demikian nama menu makanan khas daerah ujung timur dari Propinsi Nusa Tenggara Barat ini. Bagi lidah masyarakat

Page 5: kebudayaan daerah

asli Mbojo, kelezatan menu masakan yang satu ini sudah tidak diragukan lagi karena hampir semua masyarakat Bima-Dompu menyukai masakan ini. Terlebih bagi Dou Mbojo yang sedang diperantauan sangat merindukan kelezatan sayur yang bahan-bahannya diambil langsung dari halaman rumah atau tegalan yang dimiliki masyarakat sekitar.Uta mbeca wua parongge umumnya oleh masyarakat Bima-Dompu disajikan ketika sedang makan siang (sekitar jam 10 - 12) di sawah atau ladang dalam keadaan panas. Sajian sayur ini biasanya ditemani oleh ikan asin bakar atau ikan teri sangrai. Semuanya terasa nikmat manakala santap siang bersama-sama dilakukan di salaja (semacam pondok kecil disawah) dengan ditemani oleh kicauan nasi cerenanga (burung pentet) dan nasi ti pataha (burung perindu).Racikan kuliner ini berbahan baku utama "buah kelor yang masih muda, ro'o uwi (daun ubi), bamea (kacang bindi), ntoda (tumbuhan berdaun lendir), tomat segar, asam jawa dan bumbu lainnya.

c. Uta palumara (Ikan berkuah asam,manis, pedas, dengan tambahan aroma khas pataha (daun kemangi))

d. Uta londe puru (bandeng bakar) cita rasa bandengnya itu beda, rasa dagingnya manis, gurih karena langsung dari ombo (tambak air laut). 

e. Uta Sepi tumis/Jame sepi, Yang satu ini juga makanan favorit orang bima, terbuat dari udang yang kecil-kecil yang ditumis dengan tomat,cabe, Asam muda dan daun kemangi

f. Uta poco,karamba, tumis(Tumis Cumi kering dan Ikan Asin) 

g. Sambal doco tomat (sambal tomat)

h. Sambal tota  fo’o

i. Pangaha bunga

j. Bingka dolu

k. Kahangga

l. Tamu since

m. Kadodo, dan sebagainya.

4. Musik Daerah Dompua. Rawa Mbojo

Musik vokal dalam bahasa Bima-Dompu adalah “rawa” yang artinya sama dengan “lagu” atau “nyanyian”. Lagu atau nyanyian yang diiringi dengan musik instrumen tunggal biola atau gambo, dan boleh juga diiringi instrumen biola bersama gambo. Rawa Mbojo merupakan seni musik yang sangat digemari oleh masyarakat Bima baik di Bima maupun di Dompu. Lazimnya ditampilkan sebagai acara hiburan pada upacara

Page 6: kebudayaan daerah

pernikahan dan kadang – kadang dilaksankan di sawah ladang, sebagai hiburan bagi para remaja yang sedang menanam atau memanem padi.

Pada akhir – akhir ini rawa Mbojo sering dipentaskan pada kegiatan festival dan pergelaran seni tradisional di tingkat Kabupaten dan Provinsi, bahkan sampai di tingkat nasional. Rawa Mbojo biasa dinyanyikan oleh seorang penyanyi perempuan dengan berbusana rimpu. Tetapi sering pula dinyanyikan oleh dua orang dan kadang dinyanyikan oleh penyanyi laki – laki.

Berdasarkan jenis “Ntoko” (irama) serta isi “patu rawa” (pantun lagu) pada setiap ntoko, rawa Mbojo terdiri dari :

a. Ntoko Sera

Merupakan ntoko rawa Mbojo yang tertua, sudah mulai dikenal sejak jaman keajaan. Dinyanyikan dengan ntoko atau irama mirip seriosa, melantunkan kata yang berisi luapam rasa rindu kepada sang kekasih dan rasa kagum terhadap keindahan alam. Ntoko sera dilantunkan ketika seorang sedang berkelana di sera atau padang nan luas dikelilingi gunung yang menghijau. Karena itu ntoko diberinama ntoko sera (padang nan luas), sayang, pada akhir – akhir ini, sudah jarang penyanyi yang dapat melantunkan ntoko sera.

b. Ntoko Tambora

Termaksud ntoko tertua sesudah ntoko sera. Ntoko Tambora mirip irama keroncong, biasanya dinyanyikan oleh para pelaut dikala kapal atau perahu mereka sedang diserang badai dan gelombang besar. Pada suasana yang mencekam itu mereka melantunkan ntoko dengan patu yang menggambarkan suasana laut tidak bersahabat serta rasa rindu kepada sanak keluarga yang ditinggalkan. Suasana laut yang bergelombang besar dan tinggi bagaikan Gunung Tambora, karena itu ntoko ini dinamakan Ntoko Tambora.

c. Ntoko Lopi Penge

Page 7: kebudayaan daerah

Lopi penge dapat diartikan sebagai perahu (lopi) yang tidak jemu dan tidak bosan berlayar (penge). Ntoko ini biasa dilantunkan oleh para pelaut dan nelayan di kala sedang berlayar di samudera nan luas lagi tenang damai. Kerinduan pada kedamaian dan keindahan laut, mengundang para pelaut untuk terus berlayar sepanjang waktu.

d. Ntoko Dali

Ntoko Dali merupakan Ntoko yang sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Patu berisi nasehat dan petuah untuk melaksanakan ibadah dan segala amal shaleh serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Nasehat itu berasal dari intisari dalil (dali), karena itu ntoko ini di berinama “dali”. Ntoko ini mulai populer pada zaman kesultanan , dijadikan sebagai media dakwah.

e. Ntoko Haju Jati

Pada awalnya, ntoko ini biasanya dinyanyikan sebagai pelepas lelah di kala sedang menebang kayu jati di tengah hutan belantara. Seraya menebang dan memotong serta menggeragaji kayu, para tukang kayu melantunkan ntoko yang patunya berisi pujian terhadap kekuatan serta ketahanan kayu jati untuk bahan bangunan rumah. Oleh sebab itu ntoko ini diberi nama ntoko haju jati.

f. Ntoko Kanco Wanco

Melalui ntoko dan patu kanco wanco, penyanyi melukiskan kisah kehidupan yang penuh dengan tantangan dan ujian, bagaikan sebuah perahu yang sedang diterpa gelombang.

g. Ntoko Salondo Reo dan Rindo

Patu ntoko salondo reo berisi ratapan hati anak istri dan masyarakat Reo di Manggarai, karena mereka hidup berpisah dengan suami dan saudaranya yang ditawan dan dijadikan abdi Istana oleh para Sultan Bima. Selain ntoko salondo reo, adalagi ntoko yang berisi kritikan dari masyarakat Manggarai atas kekejaman para Sultan Bima yang menawan suami dan saudara mereka. Ntoko dan patu kritikan populer dengan

Page 8: kebudayaan daerah

nama “rindo”. Walau dua jenis Ntoko berisi kritikan terhadap para Sultan, namun tidak dilarang untuk berkembang di lingkungan masyarakat. Bahkan pada upacara – upacara adat kesultanan, dua jenis Ntoko ini di senandungkan dihadapan Sultan dan para pembesar negeri.

Masih banyak lagi jenis Ntoko Rawa Mbojo yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat, dari sekian banyak Ntoko – Ntoko itu antara lain Ntoko Jiki Maya, Teke Mpende, Sajoli, E’aule dan Tembe Jao Galomba.

5. Alat Musik Khas Dompua. Genda

Genda atau gendang sebagai salah satu alat musik tradisional Bima Dompu merupakan jenis alat musik Perkusi. Genda juga dapat dikategorikan sebagai sebuah sajian musik dalam bentuk ansambel. Hampir seluruh tarian dan atraksi kesenian tradisional Bima Dompu selalu menggunakan Genda sebagai musik pengiring. Menurut seniman Bima Linda Yuliarti, Genda adalah alat musik Membranophone yang berbentuk silinder dan menggunakan membran pada dua sisinya yang berfungsi sebagai pengatur tempo dan dinamik dalam mengiringi tarian atau atraksi seni budaya Bima Dompu seperti Gantao, Mpa’a Sila, Buja Kadanda dan lain-lain.

Bahan pembuatan Genda adalah dari Kayu (Yang ideal adalah Kayu Nangka), kulit kambing dan rotan. Jumlah genda dalam setiap pertunjukkan biasanya satu pasang( Dua Gendang), masing-masing disebut Ina Genda dan Ana Genda (Ibu dan Anak Gendang). Kedua gendang tersebut (Ana dan Ina Genda) memiliki ukuran yang berbeda, begitu pula dengan irama dan nadanya.

Menurut seniman tradisional Bima Dompu M. Hilir Ismail, Genda yang berkualitas harus dibuat dari Kayu Nangka. Karena kayu nangka dikenal sangat nyaring bunyinya. Sedangkan untuk membrannya adalah dari kulit Kambing (Huri Mbe’e) yang teruji kuat dan tahan lama. Ukuran Genda sebagai pengiring Tari Kalsik lebih besar dibandingkan dengan ukuran Genda pengiring Tari Rakyat. Ukuran silinder Genda Na’e (Gendang Besar) adalah sebagai berikut : Tinggi lebih kurang 66 cm, garis tengah bagian atas lebih kurang 30 cm, garis tengah bagian bawah lebih kurang 21 cm. Ukuran silinder Genda To’i (Gendang Kecil) adalah tinggi lebih

Page 9: kebudayaan daerah

kurang 40 cm, garis tengah bagian atas lebih kurang 20 cm, garis tengah bagian bawah lebih kurang 16 cm.

Bagian fisik Genda terdiri dari Ponto Genda ( Penampang Gendang) ditutup dengan kulit kambing. Ai Genda (Tali Gendang) dibuat dari rotan. Sarumbu Genda (Badang Gendang) dibuat dari kayu nangka(Boleh Juga dari jenis kayu lainnya). Ana Genda (Pemukul Gendang) dibuat dari potongan kayu dengan ukuran lebih kurang 15 cm.

b. SiluSilu adalah salah satu jenis alat musik dari daerah Bima Dompu. Silu termasuk jenis alat musik aerofon tipe hobo, karena silu memiliki lidah lebih dari satu. Lidah pada silu disebut pipi silu terdiri atas 4 lidah.Di daerah Bima ada pembagian alat musik. Menurut pembagian tersebut, silu termasuk golongan ufi yaitu sebuah alat musik tiup. Sedang golongan alat musik lain adalah bo – e yaitu alat musik pukul dengan tangan misalnya rebana. Ko – bi adalah alat musik petik misalnya gambo ( gambus). Golongan lainnya adalah toke, yaitu alat musik yang dipukul dengan alat pemukul, misalnya genda ( gendang), Golongan yang terakhir adalah Ndiri, yaitu alat musik gesek misalnya biola mbojo ( biola Bima). Bahan untuk membuat silu adalah kayu sawo, perak dan daun lontar.Pada silu tidak terdapat ornamen – ornamen, warnanya adalah warna asli. Bahanya, kecuali wata silu dibuat mengkilat dengan cat. Unsur musikal (suara) rupanya lebih dipentingkan daripada unsur visual estetik.

Tidak ada aturan tertentu untuk memilih bahan. Khususnya kayu sawo sebagai bahan pokok dicari kayu sawo yang sudah tua dan dipilih yang besarnya sesuai dengan keperluan.

Dalam pembuatan silu tidak ada ukuran yang standar. Di dalam membuat silu yang diutamakan adalah produksi suaranya. Salah satu ukuran silu, yaitu silu Goa yang terdapat di Istana Bima adalah sebagai berikut : Panjang silu seluruhnya mulai dari ujung pipi silu sampai pangkal ponto silu adalah 570 mm. Lebar pipi silu 15 mm, panjangnya 14 mm.Nali silu panjangnya 100 mm. Wata silu memiliki garis tengah 15 mm ( pangkal) sedang ujungnya bergaris tengah 17 mm. Satompa silu garis tengahnya 34 mm. Penampang ponto silu garis tengahnya 120 mm. Lubang – lubangnya bergaris tengah 4 mm. Jarak antara lubang yang satu dengan

Page 10: kebudayaan daerah

lubang yang lainnya antara 25 – 30 mm. jarak ini tidak ada standar karena sangat tergantung pada produksi suara yang dihasilkan.

Silu dan peniup Silu semakin langka ditemukan di Bima-Dompu tercinta. Perlu upaya serius untuk melestarikan dan melakukan proses Re-Generasi terhadap alat musik dan peniupnya. Salah satu nya adalah dengan melatih anak-anak muda, para pelajar dan membentuk sanggar-sanggar seni budaya Bima-Dompu di setiap sekolah-sekolah. Kemudian ditindaklanjuti dengan megundang seniman dan peniup silu dan sarone untuk mengajar para pelajar sebagai salah satu program ekstra kurikuler di sekolah-sekolah. Mereka diberikan honor yang sepadan agar ada rangsangan untuk terus membina dan mendidik anak-anak generasi Bima yang mencintai budayanya. Mudah-mudahan gagasan ini dibaca dan direspon oleh para pengambil kebijakan untuk dilaksanakan.

6. Tarian Khas Dompua. Wuran bongi monca

Tari Wura Bongi Munca juga berkembang pada masa pemerintahan Sultan Bima kedua yang bernama Sultan Abdul Kahir Sirajuddin, yang memerintah antara tahun 1640 – 1682. Wura Bongi Munca berarti tabur beras kuning, jadi dalam pertunjukkannya akan ada gerakan menabur beras kuning.

Jenis tarian ini biasanya dipentaskan oleh 4 – 6 orang remaja putri yang menari dalam gerakan – gerakan lembut sambil menyunggingkan senyum dan menaburkan beras kuning ke arah rombongan tamu yang disambut. Penaburan beras kuning ini memiliki makna bahwa bagi masyarakat Bima, tamu ada raja yang dapat membawa rezeki bagi rakyat dan negeri mereka.

Gendang besar, gong, tawa-tawa, dan sarone (sejenis seruling, tetapi terbuat dari daun lontar) adalah perangkat alat musik yang mengiringi Tari Wura Bongi Munca. Dahulu, irama musiknya terkesan lambat, tetapi seiring perkembangannya, irama musik pengiring tarian ini lebih atraktif dan gerakan-gerakannya pun semakin dinamis.

Hingga kini, Tari Wura Bongi Munca masih dipertunjukkan untuk menyambut tamu-tamu dalam acara-acara resmi pemerintahan setempat maupun di acara festival budaya.

Page 11: kebudayaan daerah

7. Upacara Adat DompuUpacara adat Dou Mbojo dilakukan untuk berbagai hal, secara umum tujuannya sama saja dengan masyarakat etnik lainnya di Indonesia yang beragama Islam. Upacara-upacara tersebut antara lain upacara pernikahan, sunatan, kematian, syukuran, penyambutan kelahiran dan lain sebagainya. Upacara pernikahan misalnya, dapat berlangsung berhari-hari dengan rangkaian acara yang banyak, baik diadakan oleh pihak laki-laki ataupun perempuan. Rangkaian acaranya antara lain Panati, Mbolo Weki, Kapanca, Wa’a Co’i, Jambuta Teka ra Ne’e dan Akad Nikah. Pernikahan merupakan fase yang sangat menentukan bagi masa depan seseorang, oleh karenya acara dilakukan secara meriah, dengan adanya partisipasi dari seluruh sanak famili, karib kerabat maupun warga sekitar, baik secara materil maupun non materil. Upacara penyunatan dan khitanan memiliki ceritanya sendiri, terdiri dari serangkaian acara yakni Mbolo ro Dampa, Kapanca, Compo Baju, Compo Sampari, Suna ro Saraso dan khataman Al-Qur’an. Pada malam hari selama upacara berlangsung, khususnya malam setelah Kapanca, diadakan pesta rakyat seperti permainan musik tradisional, olahraga seperti Gantau dll. Pada saat pesta rakyat inilah biasanya ada yang kemasukan roh halus. Ungkapan rasa syukur, suka cita, penyambutan bahkan ungkapan duka cita, semua ada upacaranya. Mengenai detail dari setiap upacara tidak saya bahas di sini, karena memang bukan itulah yang menjadi focus tulisan, intinya secara umum prosesi-prosesi di berbagai upacara adat berlandaskan pada kepercayaan yang dianut masyarakat setempat, terdapat pula banyak pelajaran moral dan muatan filosofi yang dapat dijadikan sebagai bekal hidup.

c. Keunggulan atau daya tarik dari kebudayaan-kebudayaan Dompu Daya tarik dari kebudayaan Dompu adalah memiliki beragam macam jenis kebudayaan dan tempat wisata. Adapun tempat-tempat wisata di Dompu adalah sebagai berikut :1. DAERAH PANTAI NEIHU

Merupakan pantai dipinggir jalan yang menuju kearah ibu kota kabupaten Dompu dan jika dari atas bukit maka akan maenawarkan pemandangan alam yang fantastic.

2. DORO BATAHanya berjarak 1 km dari Dompu, Doro Batu merupaakn daerah yang memendam barang-barang arkeologi, tempat berdirinya sebuah kerajaan besar, disini kita akan menemukan sisa-sisa reruntuhan dari istanan Dompu yang telah tertututp oleh abu Vulkanik dari letusan gunung tambora tahun 1815.

Page 12: kebudayaan daerah

3. HU’U DAN PANTAI LAKEYBeberapa ombak yang terbaik terdapat di temukan di pantai selatan ini, ombak untuk berselancar tersebut berbentuk memanjang mengikuti garis panjang titik pselancar yang terkenal antara lain tanjung Lakey, Periscope, Cobblestinones, dll. Dan di tempat-tempat lain kita akan menemukan koral-koral yang melimpah. Tempat ini merupakan tempat berkelas diantara tempat-tempat menarik lainnya didaerah ini, ditambah dengan adanya beberapa Gua dan sumber air panas. Dengna penginapan yang memuaskan dengan hotel-hotel kecil dengan kualitas bagus dan guest House yang sangat menyenagkan di sepanjag pantai.

4. LEPADIBerjarak 5 km kearah selatan Dompu, Lepadi terkenal sebagai tempat pacuan kuda tradisional terbaik yang diadakan setiap tahun. Pacuan kuda ini memiliki cirri khas  yaitu joki cilik, joki-joki ini adalah anak yang berusia tidak lebih dari 8 tahun. Pacuan kuda serupa juga selalu diadakan dalam berbagai waktu dalam setahun ditempat yang berbeda di daerah Sumbawa.

5. GUNUNG TAMBORADengan 3 hari pendakian di mulai dari desa kecil (desa Pancasila) dekat Calabai akan membawa anda melewati hutan hujan tropis kesebuah penciptaan yang begitu besar dan mengagumkan Tambora utara dengan hutan belantaranya (80.000 Ha) dan Tambora selatan dengan pandang berburunya (30.000 Ha) adalah 2 tempat yang berada di barat laut dari Bima, kehidupan liar seperti kijang dan babi liar akan dapat kita jumapi di tempat ini.

6. RANGGODesa Ranggo berada di jalan yang kita lewati ke pantai Lakey ini terkenal dengna tenun tradisionalnya beberapa bahkan terbuat dari sutra. Rumah-rumah yang dicat indah juga menambah semarak pinggiran desa itu.

7. SATONDAPulau kecil ini terdiri dari timbulan gunung merapi (300 m) dan memiliki keistimewaan geolical yang unik dengan danau garamnya. Kerusakan hutan yang disebabkan letusan gunung Tambora tahun 1815 memberikan kesempatan yang langka untuk memeriksa kembali pelajaran tentang kolonisasi hutan.  Hutan di pulau ini juga merupakan rumah bagi berbagia spesies burung dan ikan endemik, penyu laut juga rajin berkunjung ke pulau ini.

a. Kondisi yang meyebabkan hampir punahnya kebudayaan daerah

Page 13: kebudayaan daerah

Pesatnya pertumbuhan pembangunan, pesatnya arus globalisasi dan modernisasi di berbagai daerah, menyebabkan lunturnya berbagai kebudayaan  daerah. Banyak kebudayaan yang Luhur, indah dan sangat bermakna tergantikan oleh budaya-budaya asing yang baru kita kenal dan tentunya banyak menyebabkan kerusakan moral.

  Namun, sebagian dari kita tidak menyadari akan hal tersebut. Karena masing-masing dari diri kita juga ikut "berpatisipasi" dalam melancarkan pelunturan "jati diri".  Karena kita masih berkiblat pada dunia barat yang memiliki budaya yang sangat bertentangan dengan budaya luhur kita. Beberapa faktor penyebab lunturnya kebudayaandaerah yang ditemui dan setiap hari ada di sekitar kita. Oleh karena itu, untuk menjaga agar budaya daerah kita tidak semakin memudar, perlu kita sadari serta berusaha untuk menyaring hal-hal yang kita dapatkan tiap harinya. Agar tidak kita ambil begitu saja dan melupakan kebudayaan sendiri. Akhirnya menjadi sebuah bangsa yang kehilangan jati diri. Kehilangan jati diri sama rendahnya seperti pelacur yang menjual diri dan tidak punya harga diri. Bangsa yang kehilangan jati diri menjadi bangsa budah negara lain !!. Sadarilah hal ini !!

d. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melestarikan kebudayaan daerah Dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal yang ada dalam masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat khususnya kita sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal diantaranya adalah :

1. Mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita.

2. Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan, misalnya :

a. Mengikuti kompetisi tentang kebudayaan, misalnya tari tradisi atau teater daerah.

b. Ikut berpartisipasi dengan mementaskan budaya tradisonal pada acara ataupun kegiatan tertentu, seperti pada saat perayaan hari ulang tahun

Page 14: kebudayaan daerah

kemerdekaan bangsa, mengadakan pementasan ketoprak yang berbau perjuangan, dan lain-lain.

3. Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat bertahan.

4. Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain.

5. Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya berbahasa.

6. Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita miliki.

7. Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme

Demikian beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam proses pelestarian budaya. Diharapkan segala kesadaran kita sebagai generasi penerus untuk tetap bisa menjaga dan melestarikan budaya.

III. PENUTUP

Kebudayaan pada dasarnya adalah identitas sebuah daerah. Dengan kebudayaan banyak sekali keuntungan dan juga pelajaran yang didapat. Kebudayaan juga seharusnya dilestarikan khususnya oleh warga masyarakat setempat. Jangan sampai kebudayaan yang

Page 15: kebudayaan daerah

dimiliki oleh suatu daerah sejak dahulu kala diambil begitu saja atau diakui oleh daerah lain bahkan oleh Negara lain. Maka dari itu, kita sebagai warga dan sebagai pemuda Dompu berkewajiban untuk melestarikan apa yang telah menjadi budaya dan indentitas kita sebagai warga Dompu.