suku bugis berdasarkan garis keturunan nya.menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah...

32
SUKU BUGIS Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Oleh: BAYU SETYANINGRUMNIM. 14148127 DEINA SAFIRANIM. 14148131 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA 2015/2016

Upload: docong

Post on 02-May-2018

243 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

SUKU BUGIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara

Oleh:

BAYU SETYANINGRUMNIM. 14148127

DEINA SAFIRANIM. 14148131

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2015/2016

Page 2: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat, karunia dan hidayah-Nya kami dapat meyelesaikan makalah tentang Suku

Bugis dengan baik dan tepat waktu. Kami berterimakasih pada Bapak Ranang Agung

Sugihartono ,Spd, M.Sn. selaku dosen mata kuliah wawasan budaya nusantara yang

telah memberikan tugas ini dan membantu merevisi kesalahan makalah.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan

pengetahuan kita tentang kebudayaan Suku Bugis. Kami juga menyadari sepenuhnya

bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan belum sempurna. Oleh sebab tu, kami

berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di

masa yang akan datang.

Semoga makala ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kami

mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang tepat di dalam makalah ini.

Surakarta, 27 September 2015

Penyusun

Page 3: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Lokasi....................................................................................................................1

2.1 Kependudukan......................................................................................................2

3.1 Latar Belakang Sejarah.........................................................................................2

BAB II WUJUD BUDAYA SUKU BUGIS

2.1 Budaya Ide

2.1.1 Hukum Waris...................................................................................................5

2.1.2 Sistem Kemasyarakatan....................................................................................9

2.1.3 Sistem Kekerabatan.........................................................................................10

2.2Budaya Tindakan

2.2.1 Upacara Pernikahan.........................................................................................12

2.2.2 Tari Padupa Bosara..........................................................................................16

2.2.3 Tari Lolosu.......................................................................................................17

2.2.4 Kitab Barzanji..................................................................................................17

2.3 Budaya Artefak/Fisik

2.3.1 Arsitektur Rumah Berpanggung......................................................................18

2.3.2 Baju Bodo........................................................................................................20

2.3.3 Kapal Pinisi......................................................................................................22

2.3..4 Alat Musik Tradisional Suku Bugis................................................................24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................27

3.2 Saran...................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Lokasi

Menurut sumber buku Adat dan Upacara Perkawinan 1979-1978, Suku

bugis berada di provinsi Sulawesi Selatan salah satunya berada di Kabupaten

Wajo.Luas daerah ini adalah 2.422.02 km2. Daerah tersebut terdiri dari tanah

datar,tanah bukit, gunung dan danau,jumlah penduduknya sekitar 368.975

orangDaerah ini terdiri dari 10 kecamatan, 51 desa dan 200 kampung.Dari

tahun ke tahu jumlah masyarakat Wajo bertambah seiring dengan

meningkatnya populasi suku Bugis yang sampai sekarang masih ada.

Gambar 1 Peta Kabupaten Wajo(Sumber :www. Rappang.com )

Page 5: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

2

1.2 Kependudukan

Penduduk asli Kabupaten Wajo adalah Suku Bugis yang beragama

beragama Islam.Nenek moyang mereka dari dulu memang menganut ajaran

agama Islam.Sehingga kependudukan Suku Bugis lebih banyak menganut

agaa Islam.Menurut Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan DaerahSulewasi

Selatan tahun 1977-1978, jumlah penduduk Kabupaten Wajo menurut

keadaan tahun 1976, sebanyak 368.975, yang kawin 2.747 pasang, cerai 190

pasang rujuk 1 pasang. (kantor pemda tingkat II Wajo Bahagian Statistik).

1.3 Latar Belakang Sejarah

Masa Legendaris

Mitologi asal usul raja-raja penguasa dunia (menurut sure galigo)yang

menceritakan bertemunya keturunan dari langit dan daridunia bawah yang

bertemu di kerajaan Luwu. Salah seorang putra raja dari Luwu sangat

popular ialah Sawerigading Opunna Ware yang kelak kawin dengan putri

raja cina (Pammana dari Wajo). Inilah yang merupakan sejarah tertua di

daerah Wajo di lokasi kerajaan tersebut ialah Allang Kanangnge Kecamatan

Pammana.

Masa Lontara

Massa terbentuknya masyarakat lompulengeng boli dan cinna cinatabbi

(kira-kira abad 12) pada massa itu susunan masyarakat masih sangat

sederhana dan tata masyarakatnya masih diatur menurut situasi yang masih

sangat sederhana. Pada massa ini belum dikenal sistem pemerintahan yang

teratur tetapi masih bersifat kekeluargaan.Kekuasaan hanya dinilai dari sudut

pandangan kesaktian pimpinan mereka.

Page 6: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

3

Masa Pemerintahan “Batara Wajo”

Pada masa ini lembaga (jabatan) raja sudah dikenal dengan gelar batara

(langit) tempat yang tertinggi dan tempat bernaung.Periode ini dimulai dari

kira-kira awal abad XIV. Pada masa mulanya sistem pemerintahan

kebataraan ini berjalan sampai pada masa batara wajo la pateddungi

tomasallangi (1466 - 1469) berbuat sewenang-wenang sehingga keadaan

yang sangat terpaksa dari keselamatan rakyat banyak arung saotanre totaba

dibantu oleh La Tadampare atas nama rakyat menjatuhkan putusan

pemecatan atau pengusiran kepada La Patedungi.Setelah itu terjadila

kekosongan dalam pengisian pimpinan kerajaan.Setelah melalui

musyawarah gelar batara ini berubah menjadi arung moatowa wajo.Arung

matowa 1, ialah la palewe –topalippu (1474 - 1482).

Masa Arung Matowa dalam Suku Bugis

Arung matowa yang terkenal ialah :

a. La taddampare puang ri maggalatung (1491 - 1521)

Terkenal sebagai negarawan dan ahli hukum yang sangat pintar serta

panglima yang ahli.

b. La mungkace toudamang (1567 - 1602)

Negarawan dan panglima perang yang berani

c. La singkarupatan sultan abdu rachman (1607 - 1610)

Berjasa dalam penerimaan agama islam di wajo tahun 1610.

d. Latenrilaitosengngeng (1658 - 1670)

Ikut dalam perang goa bersama Sultan Hasanuddin.Beliau gugur dalam

perang melawan belanda di Tosarak.

e. La maddukelleng (1736 - 1756)

Seorang pelaut yang berani, pejuang yang menentang belanda.

Page 7: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

4

Pada masa revolusi kemerdekaan di wilayah ini banyak pejuang gigih

yang gugur dan makam mereka tersebar di daerah kabupaten Wajo seperti di

Gilirang, Tempe, Belawa, Majuleng dan lain-lain.Dalam tahun 1952 saat

pemerintahan gubernur Sulawesi RSudiro daerah Sulawesi selatan yang otonom

itu dibubarkan oleh pemerintahan pusat dan selaku penggantinya dibentuk tujuh

buah daerah otonom.Dalam permulaan tahun 1954 baik di Wajo maupun di

Soppeng banyak tuntutan supaya wilayah masing-masing dijadikan daerah

otonom setingkat kabupaten. Keinginan tersebut baru tercapai pada tahun

1957.Dengan terbentuknya daerah Wajo otonom itu maka berakhirlah bentuk-

bentuk pemerintahan swapraja wajo defacto dan dejure.

Page 8: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

5

BAB II

BENTUK BUDAYA

2.1 Wujud budaya Ide

2.1.1 Hukum waris

Hukum waris biasanya di berlakukan ketika orang tua telah

meninggal dunia dan meninggalkan sejumlah harta nya yang akan di bagikan

kepada anak atau cucu nya. Masyarakat suku bugis juga memberlakukan

hukum waris ini. Dimana dalam masyarakat suku bugis yang berlaku adalah

hukum waris menurut islam, namun ada pula hukum waris berdasarkan adat.

Berikut hukum waris dalam agama Islam menurut pengajar pondok

pesantren Al Khoirot di Malang Jawa Timur.

Definisi dan pengertian warisan(FARAID)

Warisan berasal dari bahasa Arab al-irts (ثرإلا) atau al-mirats (ثاريملا)

secara umum bermakna peninggalan (tirkah) harta orang yang sudah

meninggal (mayit). Secara etimologis (lughawi) waris mengandung 2 arti

yaitu (a) tetap dan (b) berpindahnya sesuatu dari suatu kaum kepada kaum

yang lain baik itu berupa materi atau non-materi. Sedang menurut

terminologi fiqih/syariah Islam adalah berpindahnya harta seorang (yang

mati) kepada orang lain (ahli waris) karena ada hubungan kekerabatan atau

perkawinan dengan tata cara dan aturan yang sudah ditentukan oleh Islam

berdasar QS An-Nisa' 4:11-12.

Page 9: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

6

Syarat waris Islam menurut pengajar pondok pesantren Al Khoirot di

Malang Jawa Timur.

ada 3 (tiga) yaitu:

1. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun

secarahukum (misalnya dianggap telah meninggal).

2. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris

meninggal dunia

3. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian

masing-masing.

Rukun warismenurut pengajar pondok pesantren Al Khoirot di Malang Jawa

Timur.di Suku Bugis ada 3 (tiga) yaitu:

1. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia.

2. Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau menerima

Harta peninggalan waris

3. Harta warisan.

Nama Ahli Waris dan Bagiannya

Dari seluruh ahli waris yang tersebut di bawah ini yang paling penting

dan selalu mendapat bagian warisan ada 5 yaitu anak kandung (laki-laki dan

perempuan), ayah, ibu, istri, suami.Artinya apabila semua ahli waris di

bawah berkumpul, maka yang mendapat warisan hanya kelima ahli waris di

atas.Sedangkan ahli waris yang lain dapat terhalang haknya (hijab/mahjub)

karena bertemu dengan ahli waris yang lebih tinggi seperti cucu bertemu

dengan anak. Daftar nama ahli waris dan rincian bagian harta warisan yang

diperoleh dalam berbagai kondisi yang berbeda.

Ahli Waris Ada Tiga Macam

Ahli warismenurut pengajar pondok pesantren Al Khoirot di Malang

Jawa Timur.

Page 10: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

7

ada 3 macam yaitu ashabul furudh yang memiliki bagian yang sudah

ditentukan seperti 1/2, 1/3, 2/3, dst, ahli waris ashabh yang tidak memiliki

bagian yang ditentukan dan ahli waris gabungan keduanya sesuai dengan

kondisi dan situasi ada atau tidak adanya ahli waris yang lain.

Ahli Waris Ashabul Furudh

Ashabul Furudh/Dzawil Furudh saja yaitu Ahli waris dengan bagian

tertentu yaitu ibu, saudara laki seibu, saudara perempuan seibu, nenek dari

ibu atau bapak, suami, istri.

Ahli waris Asabah

Ahli waris asabah saja artinya ahli waris yang menerima bagian sisa

yaitu anak laki, cucu ke bawah, saudara laki kandung, saudara sebapak, anak

saudara laki kandung, anak saudara laki sebapak ke bawah, paman kandung

dari ayah (قيقشلا معلا), paman kandung dari ayah sebapak ( بأل معلا) dan

ke atas, anak laki paman kandung dari ayah (قيقشلا معلا نبإ), anak laki

paman dari ayah sebapak ( بأل معلا نبإ) dan ke bawah.

Ahli Waris Gabungan Ashabul Furudh Dan Asabah

Ahli waris dengan bagian tertentu dan ashabah sekaligus atau

salahsatunya yaitu bapak, kakek, (b) ahli waris ashabul furudh atau ashabah

yaitu anak perepuan satu atau lebih, cucu perempuan dari anak laki (تنب

araduas ,hibel uata utas naupmerep araduas ,hibel uata utas (ن اإلب

perempuan sebapak satu atau lebih.

Ahli Waris Shabul Dzawil Furudh dan Bagiannya

Ahli waris dzawil furudh/ashabul furudh dan bagian-bagian yang telah

ditentukan untuk merekamenurut pengajar pondok pesantren Al Khoirot di

Malang Jawa Timur adalah sbb:

A. Bagian 1/2 (setengah)

- Ahli waris yang mendapat bagian 1/2 dengan syarat tertentu adalah sbb:

Page 11: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

8

Suami apabila istri tidak punya anak.

- Anak perempuan apabila sendirian (anak tunggal) dan tidak ada anak

laki-laki (alias saudara kandung).

- Cucu perempuan dari anak laki ( نبإ تنب) apabila sendirian serta tidak

adanya anak perempuan atau ahli waris anak laki-laki.

- Saudara perempuan kandung dalam situasi kalalah[1] dan sendirian serta

tidak ada anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki (تنب

ن). اإلب

- Saudara perempaun sebapak dalam situasi kalalah dan sendirian serta

tidak adanya anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki (تنب

.gnudnak naupmerep araduas nad ,(ن اإلب

B. Bagian 1/4 (seperempat)

Ahli waris yang mendapat bagian 1/4 dengan syarat tertentu adalah sbb:

- Suami apabila ada ahli waris anak laki-laki dari istri.

- Istri apabila tidak ada anak laki-laki.

C. Bagian 1/8 (Seperdelapan)

Yaitu istri apabila ada ahli waris anak laki-laki.

D. Bagian 2/3 (Dua Pertiga)

Yang mendapat bagian 2/3 adalah ahli waris yang mendapat bagian 1/2

(setengah) apabila berkumpul lebih dari satu yaitu :

- Dua anak perempuan atau lebih.

- Dua cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih.

- Dua saudara perempuan kandung atau lebih

- Dua saudara perempaun sebapak atau lebih.

E. Bagian 1/3 (Sepertiga)

Ahli waris yang mendapat bagian 1/3 dengan syarat tertentu adalah sbb:

- Ibu apabila tidak ada anak laki-laki dan saudara laki tidak lebih dari satu.

Page 12: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

9

- Dua atau lebih dari saudara laki-laki atau saudara perempuan yang seibu

apabla tidak ada anak laki dan tidak ada bapak/kakek dari pihak laki-laki.

F. Bagian 1/6 (Seperenam)

Ahli waris yang mendapat bagian 1/6 dengan syarat tertentu adalah sbb:

- Bapak apabila ada anak laki-laki.

- Kakek apabila ada anak laki-laki dan tidak ada ayah.

- Ibu apabila ada anak laki-laki atau saudara laki yang lebih dari satu.

- Nenek sebapak atau seibu apabila tidak ada ibu.

- Saudara laki atau saudara perempuan seibu apabila tidak ada salah

satunya serta tidak adanya anak atau bapak/kakek dari pihak laki-laki.

- Cucu perempuan dari anak laki ( nagned naamasreb alibapa (ن نت اإلب ب

anak perempuan yang mendapatkan bagian 1/2 serta tidak adanya cucu

laki-laki dari anak laki (نبإلا نبا).

- Saudara perempuan sebapak apabila bersamaan dengan saudara

perempuan kandung yang mendapat bagian 1/2 serta tidak adanya

saudara laki sebapak.

Hukum waris menurut hukum adat

Hukum waris menurut hukum adat pada masyarakat bugis di bedakan

pula berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan

kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu

sebagai berikut,Pada golongan bangsawan warisan jatuh pada anak

perempuan sama dengan pada anaklaki -laki,yaitu satu banding satu,karena

anak wanita juga dapat duduk dalam pemerintahan,sedang anak yang ibunya

bukan bangsawan,tidak berhak mendapat warisanmereka hanya dapat hadiah

dari saudara-saudaranya dan ayahnya yang dalam bahasa bugis disebut

pammase.

2.1.2 Sistem kemasyarakatan

Pengertian sistem kemasyarakatan

Sistem kemasyarakatan adalah sistem yang berlaku dalam suatu

kumpulan masyarakat, tentang bagaimana mereka berinteraksi dan saling

Page 13: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

10

berhubungan.Sistem masyarakat di berbagai daerah pun berbeda-beda.Hal

ini disebabkan perbedaan sistem pranata sosial yang berlaku didalam nya.

Sistem kemasyarakatan suku Bugis

Suku Bugis merupakan suku yang menganut sistem patron klien atau

sistem kelompok kesetia kawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang

bersifat menyeluruh.Dalam makalah suku Bugis dari Universitas Pendidikan

Indonesia 2012, salah satu sistem hierarki yang sangat kaku dan rumit.

Namun, mereka mempunyai mobilitas yang sangat tinggi, buktinya dimana

kita berada tak sulit berjumpa dengan manusia Bugis. Mereka terkenal

berkarakter keras dansangat menjunjung tinggi kehormatan, pekerja keras

demi kehormatan nama keluarga.

2.1.3 Sistem kekerabatan

Masyarakat bugis menganut sistem kekerabatan bilateral, dimana sistem

ini mengambil garis keturunan dari kedua orang tua.Hal ini sudah menjadi

tradisi dari nenek moyang mereka. Dalam penelitian dan pencatatan

kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978,

sistem kekerabatan Suku Bugis :

a. Sistem kekerabatan bilateral

Sistem kekerabatan pada orang bugis disebut asseajingeng. Perhubungan

anak terhadap sanak kandung dari bapak adalah sama dengan perhubungan

terhadap ibunya, garis keturunan berdasarkan ke dua orang tua.

Page 14: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

11

Gambar 2 Urutan Sistem Kekerabatan Bilateral

(Sumber :www.slidesahre.net)

b. Istilah-istilah kekerabatan

Semua orang yang diwakili oleh istilah-istilah kekerabatan menurut

pepenilitan dan pencatatan kebudayaan daerah Sulawesi Selatan oleh

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan disebut seajing. Petali-temali

antara satu dengan lainnya disebut Asseajingeng terdiri dari:

a. Reppek mareppek ialah :

1. Lakkai,suami

2. Inang-riale, ibu kandung ego

3. Amang-riale, ayah kandung ego

4. Kajao-riale, ibu kandung ayah/ ibu ego

Toak-riale, ayah kandung ayah/ibu ego

5. Anak dara,saudara-saudara perempuan sekandung ego

6. Padaorane, saudara-saudara laki-laki sekandung ego

7. Anak riale, anak kandung ego

8. Anaure riale, anak-anak kandung dari saudara-saudara laki-

laki/perempuan ego

9. Eppo riale, anak-anak kandung dari anak kandung ego

10. Amaure riale, saudara –saudara kandung laki-laki dari ayah/ibu ego

11. Inaure riale, saudara-saudara kangdung perempuan ayah/ibu ego

Page 15: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

12

Mereka ini sanak yang dianggap Reppek mareppek(sanak inti) ego tidak

boleh menjadikan salah satunya sebagai istri.

b. Siteppang mareppe ialah:

1. Baine atau indo’na, istri ego

2. Matua riale, ibu/ayah kandung istri ego

3. Ipak anak urane, saudara kandung laki-laki istri ego

4. Ipak padakkunrai, saudara kandung perempuan istri ego

5. Baiseng, ibu/ayah kandung dari istri/suami anak-anak kandung ego

6. Menettu riale, istri/suami anak-anak kandung ego

Mereka adalah keluarga (affinity) yang dianggap keluarga inti dari

ego.Siteppang/sompung bersama-sama dengan reppek mareppek disebut

siajingriale (kerabat inti) mereka itulah menjadi tomasirik. Apabila

terjadi seorang keluarga perempuan dibawa kawin lari oleh orang.Dalam

musyawarah keluarga ini untuk urusan perkawinan,pusaka-

memusakai,solidaritas keluarga, yang disebut siasirikki-siappessei,

siajing mareppek inilah yang palig tersangkut.

2.2 Budaya Tindakan

2.2.1 Upacara pernikahan

Dalam upacara pernikahan, suku bugis menerapkan 3 acara yaitu acara

sebelum pernikahan untuk meminang seorang wanita, upacara pernikahan itu

sendiri, dan upacara stelah pernikahan yaitu sepasang pengantin

mengunjungi rumah kerabat terdekat dan berziarah ke makam leluhur.

Berikut proses pernikahan dalam Suku Bugis menurut buku penelitian dan

pencatatan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan.

Page 16: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

13

a. Upacara sebelum pernikahan

Sebagaimana hal nya pada orang makasar dalam pemilihan jodoh lebih

diutamakan lingkungan kerabat baik dari pihak ibu maupun ayah demikian

pula hal nya pada orang Bugis. Akan tetapi apabila tidak ada pasangan yang

cocok maka dipilihkan dari lingkungaan luar yang bukan kerabat bahkan

keluar kampung atau daerah.

Pada Buku Penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian

pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 menjelaskan bahwa hubungan yang

dianggap wajar pada orang bugis disebut sekapuk(sepadan).Hubungan yang

dianggap tidak wajar disebut tessikapuk.Hubungan perkawinan yang

sekapuk ini dapat dilihat dari segi hubungan darah dan hubungan struktur

sosial.Apabila calon telah disepakati maka masuk pada acara mappesek-

pesek atau mammanuk-manuk yang disebut juga mabbaja laleng ayau

mattiro ini adaah acara untuk mengetahui apakah sigadis yang dipilih belum

ada yang mengikatnya dan apakah mau menerima pinangan

tersebut.madduta artinya mengirim seseorang untuk mengajukan lamaran

dari pria tersebut kepada pihak wanita. Jika sudah disetujui kemudian

mengantar pessiok(pengikat) pun ditentukan waktunya.

Gambar 3 Upacara sebelum pernikahan Suku Bugis (Sumber :forum. Panritalopi.com)

Page 17: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

14

b. Upacara pernikahan

Puncak acara perkawinan di pihak perempuan disebut mattagauk. Pihak

pengantin laki-laki mempersiapkan segenap perlengkapan yang akan

digunakan. ST.Muttia A.Husainmenjelaskan bahwa adapun iring-iringan

pengantin apabila pengantin adalah seorang bangsawan tinggi.upacara

sewaktu memperlai naik tangga, sebelum rombongan pengantin laki-laki tiba

iring-iringan penjemput dipihak wanita pun bersiap-siap. Mempelai laki-laki

akan naik tangga harus melalui kepala kerbau yang dibungkus dengan kaci,

tanah diatas baki dan piring dari emas selebar kaki harus diinjakperiuk tanah

berisi telur dan sirih pinangtelur harus dipecahkantangga dialas kain widong

disebut taluttuk tiba diatas rumah sudah disediakan baki dan piring yang

berisi beras,sirih pinang,dan telur yang sudah dipecahkan diatas baki yang

kemudian dicuci oleh orang tua yang telah menunggu dengan cerek emas.

Waktu naik tangga dihamburi dengan benok dan beras oleh seorang tua yang

berdiri. Disampingnya berdiri se(gelang)ujung yang satu dipegang oleh

penjemput. Pengantin dituntun menuju pelaminan.Dibelakang tempat

pengantin duduk disediakan pattojeng yaitu dua orang yang berpakaian

pengantin.

Upacara waktu pernikahan, pada upacara ini agama dan adat

disatukanSaksi kedua pihak pun harus hadir.Mempelai laki-laki dipangku

sementara lelluk dan payung tetap dikembangkan. Gendang berbunyi terus

dan taibani punterus dinyalakan,selesai akad nikah pengantin diantar

ketempat mempelai wanita untuk ipassikarawa. Ada yang

memegang/menyentuh salah satu anggota tubuh wanita sesuai dengan

kepercayaan.

Setelah upacara penikahan, pasangan pengantin duduk dipelaminan dan

tamu-tamu yang telah duduk ditempat yang sudah tersedia dihidangkan

perjamuan yang dimulai dengan kue-kueMapparola, pada hari yang telah

disepakati dan setelah penjemput dari pihak pengantin laki-laki datang

menjemput, berangkatlah pasangan pengantin baru kerumah

mertuanya.Acara ini disebut marola.

Page 18: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

15

Gambar 3 Upacara Pernikahan Suku Bugis (Sumber :www.gocelebes.com)

c. Upacara setelah pernikahan

Pada pelaksanaan upacara pengantin adat secara resmi acara menjelang

mertua dilaksanakan tiga kali. Dalam rangkaian perkunjungan ini selain

mengunjungi keluarga terdekat, pengantin juga berziarah kubur kedua

leluhur, biasanya sebelum menjelang mertua kedua dirumah pengantin

perempuan akan dilakukan upacara mandi passili, pengantin berpakaian

putih dimandikan dengan mayang kelapa dari air bersih daun-daunan di

belanga yang terlebih dahulu dimanterai. Ketika pamit biasanya mertua

memberikan perhiasan,peralatan tempat tidur,dan sebagainya.

Gambar 4 Upacara Setelah Pernikahan(Sumber : www.eocommunity.com)

2.2.2 Tari padupa bosara

Page 19: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

16

Bermacam –macam tarian pada suku bugis salah satunya tari padupa

bosara.Tarian ini sering digunakan sebagai tarian selamat datang kepada para

tamu di suku bugis. Menurut Ahmad Syauqi , pengertian tari Bosara adalah

sebagai berikut:

a. Pengertian kata bosara

Kata Bosara sendiri adalah piring khas suku bugis-Makassar di Sulawesi

Selatan.Bosara terbuat dari besi dan dilengkapi dengan penutup khas seperti

kobokan besar, yang dibalut kain berwarna terang, seperti warna merah,

biru, hijau atau kuning, yang diberi ornamen kembang keemasan di

sekelilingnya.Bosara ini diletakkan di meja dalam rangkaian acara tertentu

seperti acara yang bersifat tradisional dan sarat dengan nilai-nilai budaya.

b. Tujuan tari padupa bosara

Tari Bosara merupakan tarian yang biasa dipentaskan pada acara

penyambutan tamu, dengan menyediakan hidangan yang disebut bosara

yang berisikan kue-kue sebanyak dua kasera.Hidangan tersebut sebagai rasa

tanda syukur dan kehormatan.Awalnya tarian ini ditarikan untuk menjamu

Raja, tamu agung, pesta adat, dan pesta perkawinan.

Gambar 5 Tari padupa bosara(Sumber :Yalah Munur, 2009)

Page 20: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

17

2.2.3 Tari Lolosu

Selain tari padupa bosara, adapun tarian lolosu.Tarian ini biasa di

tampilkan pada upaacara pernikahan di suku bugis.

a. Pertunjukan tari lolosu

Tari lolosu ini adalah tarian persembahan penjemputan tamu-tamu

agung,raja-raja kabupaten wajo.selain itu tarian ini juga dapat digunakan

dalam upacara pernikahan.

b. tari Lolosu pada pernikahan

Dalam buku proyek Penelitian dan pencatatan kebudayaan Daerah

kementrian pendidikan dan kebudayaan Pada upacara pernikahan penari

lolosu initerdiri dari kawe-kawe(banci) yang berpakaian bissu warna kuning

dan 18 orang berpakaian penari lolosu. Pemimpin bissu ini disebut

“angkuru” yang berpakaian khusus memegang alameng(pedang).Yang

memimpin passore lolosu ini ialah puang lolo berpakaian khusus memegang

pacondang sejenis pentungterbuat dari kayu yang panjangnya “sisikku” (satu

siku) sepanjang jalan mereka menari sampai di rumah pengantin perempuan.

2.2.4 Kitab Barzanji

masyarakat bugis mayoritas penduduk beragama silam. Pembacaan kitab

barzanji dalam masyarakat bugis selalu di adakan dalam berbagai acara.Menurut

Eka Kartini 2013, dalam sebuah skripsi Universitas Islam Sunan Kali Jaga

memaparkan tentang pembacaan kitab Barzanji sebagai berikut:

a. Pembacaan kitab barzanji

Tradisi pembacaan kitab barzanji sudah merupakan hal yang lazim di

indonesia. Tujuannya adalah agar memperoleh berkah kepada Allah agar

apa yang diharapkan terkabul. Bagi masyarakat bugis di desa tungke mereka

memahami barzanji sebagai sesuatu yang sakral dan wajib dilakukan ketika

melaksanakan suatu upacara adat.Tanpa barzanji suatu upacara adat

dilakukan belum sempurna.

Page 21: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

18

b. Upacara-upacara yang di isi dengan pembacaan kitab barzanji

Upacara-upacara yang dilakukan pembacaan kitab barzanji tidak hanya

pada hari kelahiran nabi tetapi juga pda hari kelahiran anak

,khitanan,pernikahan,naik haji dan lain sebagainya. Letak kesakralan nya

bukan pada siapa yang membacanya tetepi pada upacara pembacaan kitab

barzanji itu sendiri.

Gambar 6 Kitab Barzanji(Sumber : Eka Kartini 2013)

2.2 Budaya Artefak/Fisik

2.3.1 Arsitektur Rumah berpanggung

a. Latar Belakang

Dalam falsafah dan pandangan hidup orang Bugis terdapat istilah

sulapa’ eppa yang berarti persegi empat yaitu sebuah pandangan dunia

empat sisi yang bertujuan untuk mencari kesempurnaan ideal dalm

megnali dan mengatasi kelemahan manusia (Elizabeth Morrell, 2005:

240).

Rumah panggung kayu adalah salah satu rumah tradisional Bugis

yang berbentuk persegi empat memanjang ke belakang.rumah bagi orang

Bugis tidak sekedar tempat tinggal atau objek materiil yang indah dan

menyenangkan.

Menurut Y.B. Mangunwijaya, pendirian rumah tradisional Bugis

lebih diarahkan kepada kelansungan hidup manusia secara kosmis.

Page 22: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

19

Gambar 7Rumah Panggung Tradisional Suku Bugis

(Sumber :Atiza Nurhuzna, 2012)

b. Pemaknaan

Panrita Bola atau sanro bola selaku arsitektur tradisional Bugis

adalah profesi yang mirip seorang arsitek yang bekerja berasakan

pemaknaan dan filosofis dari persiapan pembangunan sampai

purnahuni.tujuan pemaknaan dalm bentuk arsitektural, struktural dan

elemen bangunan adalah untuk keselamatan penghuni rumah dunia dan

akhirat.Menurut keyakinan orang Bugis, kayu yang ditebang untuk tiang

dan tempat untuk mendirikan rumah kadang dihuni oleh makhlus halus

dan roh jahat.Oleh karena itu penghuni rumah harus meminta

bimbingankepada sanro bola. Jika tidak maka penghuni rumah kelak

akan ditimpa penyakit, malapetaka, atau meninggal (Nurhayati Djams,

1998:74)

Page 23: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

20

c. Ragam hias dan ornamen

Bunga parenreng yang hidupnya menjalar adalah salah satu

ragam hias flora yang sering digunakan. Ragam hias ini ditempatka di

jendela dan tangga.Penempatan ragam hias ini pada tempat-tempat yang

mudah dilihat dimaksudkan sebagai penguat keyakinan bagi penghuni

rumah bahwa rezeki akan terus mengalir jika mereka senatiasa berusaha

(Mardansadkk.,(ed),1985:55-56).Ragamhias pada rumah panggung kayu

tidak hanya sebagai perhiasan, tetapi juga mempunyai simbol status

sosial bagi pemiliknya dan mengandung nili-nilai filosofis yang tinggi.

2.3.2 Baju Bodo

a. Pemaknaan Baju Bodo

Baju bodo adalah pakaian tradisional perempuan suku Bugis di

Sulawesi Selatan.Baju bodo berbentuk segi empat yang berlengan

pendek yaitu setengah atas bagian siku lengan.Baju bodo juga dikenali

sebagai salah satu busana tertua di Indonesia. Menurut adat Bugis, setiap

warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia

ataupun martabat pemakainya.

Untuk berpenampilan seni dibutuhkan nilai-nilai estetik dalam

berbusana. Menurut Sachari, Budaya Rupa, 2005: 119 bahwa :

pendekatanestetik dapat dilakukan dua sisi, (1) pendekatran melalui

filsafat seni dan (2) pendekatan melalui kritik seni.Baju bodo (baju

pendek) adalah penamaan Makassar dalam bahasa Bugis disebut Waju

Ponco.

Page 24: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

21

b. Hiasan Baju Bodo

Soekanto, (1975:250) mengemukakan bahwa “…, orang-orang

Indonesia dewasa ini pada umunya memakai pakaian yang bercorak

barat, ….Karena lebih praktis.Jarang yang memakai pakaian tradisional,

kecuali pada kesempatan-kesempatan tertentu.Busana Tradisional dapat

menunjukkan tingkatan budaya masyarakat di wilayah tertentu.Baju

bodo merupakan pakaian adat suku Bugis yang terbuat dari bahan serat

nenas, warna dan panjangnya sesuai dengan status sosial pemakai.

Perhiasan terdiri dari anting-anting, kalung, pembalut tangan yang

lebarnya 13 cm, sepasang gelang, peniti serta sarung sutera lebar dan

berwarna terarang. Hiasan kepala yaitu sanggul dan tusuk sanggul, serta

memakai bando setengah lingkaran.

Gambar 8 Hiasan Baju Bodo(Sumber :Suciati, S.Pd.,M.Ds, 2008)

Page 25: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

22

2.3.3 Kapal Pinisi Tradisional

a. Sejarah Kapal Pinisi

Dalam buku “Ekspedisi Phinisi Nusantara: Pelayaran 69 Hari

Mengarungi Samudera Pasifik” karya Pius Caro, tertulis, “… Pinisi

adalah perahu layar tradisional Bugis yang telah melakukan pelayaran

bersejarah …”.27 tahun silam, Phinisi Nusantara berhasil menorehkan

tinta emas dalam sejarah kejayaan Indonesia dimata Internasional.Pinisi

Nusantara berhasil mencapai Vancouver, Kanada setelah melewati

keganasan Samudera Pasifik. Dalam proses pembuatanya pinisi terlebih

dahulu dibuat dinding kemudian barulah rangkanya yag diselesaikan.

Berbeda dengan pembuatan perahu modern yang terlebih dahulu

menyelesaikan bagia rangkap. Pinisi telah membuktikan hebatnya teori

sederhana masyarakat desa Ara, terbuat dari kayu yang mampu

mengarungi lima benua.

Gambar 9 Kapal Pinisi (Sumber :Paita Yunus, 2012)

Page 26: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

23

Gambar 10 Pembuat Kapal Pinisi(Sumber :Paita Yunus, 2012)

2.4 Ritual Pembuatan Kapal Pinisi

Kapal pinisi mempunyai keunikan yaitu dalam pembuatanya

terdapat segi ritual adatnya.Dalam tradisi pembuatan kapal pinisi harus

melakukan pemotongan ayam lebih dulu dan mengamil darahnya sebagai

bahan rital adat.Makna dari ritual tersebut adalah pengharapan agar

dalam penggunaan kapal ini tidak memakan korban manusia.“harapanya,

hanya ayam yang selalu dikeluarkan darahnya untuk disantap di atas

kapal. Ini juga pertanda kemakmuran dan keamanan serta perlindungan

bagi siapa saja yang memanfaatkanya,” tandas Abdullah.

Ujung lunas yang sudah terpotong juga tidak boleh menyentuh

tanah. Bila balok bagian depan sudah putus, potongan itu harus dilarikan

untuk dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan

dijadikan lambang sebagai suami yang siap melaut untuk mencari

nafkah.Sedang potongan balok lunas bagian belakang disimpan di

rumah, diibaratkan sebagai istri pelaut yang dengan setia menunggu

suami pulang dan membawa rezeki.

2.2.3 Alat Musik Tradisional Bugis

Page 27: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

24

a. Kacapi (kecapi)

Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan

khususnya suku Bugis.Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau

diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu,

yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar

perahu.Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu,

perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.

Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang dipenuhi dengan

ornamen/ukiran yang indah.Alat musik petik lainnya yang bentuknya

menyerupai sampek adalah Hapetan dari daerah Tapanuli, Jungga dari

Sulawesi Selatan.

Gambar 11 Alat Musik Kacapi

(Sumber :ST.Muttia A.Husain, 2012)

Page 28: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

25

b. Gendang / Ganrang / Genrang

Gambar 12 Gendang Suku Bugis

(Sumber :ST.Muttia A.Husain, 2012)

Bahannya dibuat dari kayu seperti kayu batang pohon cendana,

kayu batang pohon nangka, kayu batang pohon kelapa dan kayu

jati.Gendang tersebut, disekat oleh kulit hewan (kulit kambing) sebagai

sumber bunyi dan rautan rotan kecil yang dibelah empat sebagai penarik

sekat atau pembentang kulit kambing.

- Gendang Besar (Ganrang Pakballe)

Sebagai media spiritual ke transcendental pada setiap upacara-upacara

ritual seperti pada pencucian benda-benda pusaka kerajaan (Gowa),

upacara perkawinan pada prosesi akpassili (pembersihan) dan

akkorongtigi (malampacar), upacara assongkabala (tulakbala), khitanan.

- Gendang Tengah (Ganrang Pakarena)

Sebagai sarana hiburan, mengiringi tari-tarian, upacara perkawinan,

sunatan ataukah dihadirkan di depan tamu-tamu agung.

- Gendang Kecil (Ganrang Pamanca)

sebagai musik pengiring seni beladiri atau pencak silat dan

paraga(permainan akrobat bola takrow).

Page 29: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

26

c. Suling

Gambar 13 suling(Sumber :ST.Muttia A.Husain, 2012)

- Suling Ponco’ (suling pendek), adalah suling yang memiliki 6 (enam)

lubang nada.

- Suling Lampe (suling panjang). Suling lampe agak lebih panjang dari

suling ponco’ memiliki 5 (lima) lubang nada. Pada ujung suling lampe

ditambahkan tanduk kerbau yang berfungsi sebagai corong pembesar

suara. - Suling Lontarak, adalah suling yang memiliki 4 (empat) lubang

nada, untuk menghibur masyarakat juga berfungsi seagai sarana ritual

meong palo (naskah kuno suku Bugis.

- Suling Bulatta pada masyarakat Sidenreng Rappang sebagai sarana

hiburan yakni sebagai alat pengiring tari, pengiring lagu-lagu.

- Suling Baliu, bagi masyarakat Soppeng menjadi musik pelipur lara di

kala suntuk. Menghilangkan kejenuhan di kala menjaga kebun, dan

memberikan efek ketenangan hati (terapi otot).

- Suling Lembang (suling panjang) pada masyarakat Toraja berfungsi

ritual karena hadir pada saat pelaksanaan upacara rambu solo (upacara

kedukaan) yang dimainkan bersamaan dengan gong dan nyanyian

(vocal).

Page 30: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

27

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebudayaan Suku Bugis yang berada di provinsi Sulawesi Selatan sangat

beragam. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Suku Bugis

sangat berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Contohnya dalam hukum

pembagian harta waris, pembacaan kitab barzanji untuk pernikahan, khitanan, naik

haji dan lain-lain.Selain itu masyarakat Suku Bugis juga memiliki keahlian dalam

membuat kapal pinisi yang sudah terkenal dari zaman nenek moyang mereka. Sektor

pelayaran sudah mendarah daging dalam diri mereka karena usaha-usaha pembuatan

kapal sudah dijalankan berabad-abad lamanya. Suku Bugis juga kaya akan kesenian-

kesenian tradisional yang sampai sekarang masih dilestarikan.Seperti tarian lolosu

yang biasa ditampilkan saat upacara pernikahan masyarakat bugis, tari padupa

bosara sebagai tarian selamat datang bagi tamu yang datang berkunjung, yang

diiringi beberapa alat musik tradisional seperti suling, kecapi atau kacapi, gendang.

3.2 Saran

Penulis berharap agar makalah tentang Kebudayaan Suku Bugis ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Kebudayaan yang beragam dari Suku Bugis harus kita

jaga dan kita lestarikan agar tidak diklaim oleh negara lain.Makalah ini masih jauh

dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca.

Page 31: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

28

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.197-1978. Adat dan

Upacara Perkawinan.Sulawesi Selatan:Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Pelras, Christian. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: nalar

Nyompa, Johan M. 1979. Sistem Kekerabatan dan Peranan Pranata

Keluarga Dalam Masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan.Ujung

Pandang: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah

Jurnal :

Atiza Nuhuza, ST. 2012. Transformasi Fungsi dan Bentuk Arsitektur Bugis-

Makassar di Pesisir Pantai Buti Merauke.Fakultas Teknik

Universitas Musamus Merauke 2012.

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/752828f46cb4a4202002a2f570db

689b.pdf (kamis, 17 september19.30)

Syarif Beddu. 2009. Jurnal Penelitian Enjiniring Arsitek Arsitektur

Traditional Bugis.jurusan teknik arsitektur universitas hasanuddin

Makassar

www.scribd.com/doc/94533757-makalah-suku-bugis#scribd (kamis,

17 september 19.44)

Pangeran Paita Yunus. 2012. Bentuk, Gaya, Fungsi, dan Makna Simbolik

Seni Hias Istana-Istana Raja Bugis. Program Studi Pengkajian Seni

Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah pascasarjana Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/enjiniring/article/downlo

ad/17852/17768 (kamis, 17 september 20.00)

Page 32: SUKU BUGIS berdasarkan garis keturunan nya.Menurut penelitian dan pencatatan kebudayaan daerah kementrian pendidikan dan kebudayaan 1979-1978 Yaitu sebagai berikut,Pada golongan bangsawan

29

Makalah :

Suciati, S.Pd.,M.Ds. 2008. Analisa Morfologi Baju Bodo Sebagai Busana

Daerah Sulawesi selatan.prodi pendidikan tata busana

http://repository-ung.ac.id/get/karyaimiah/40/tinjauan-pakaian-adat-

sulawesi-selatan-studi-komparatif-baju-bodo-suku-bugis-makassar-

mandar.pdf (kamis, 17 september 19.34)

ST.Muttia A.Husain. 2012. Proses Dalam Tradisi Perkawinan Masyarakat

Bugis di Desa Pakkasalo Kecamatan Sibule Kabupaten Bone.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

http://komunitasseniadab.co.id/2012/06/kesenian-makassar.html

(rabu, 23 september 21.03)

Eka Kartini. 2013. Tradisi Barzanji Masyarakat Bugis di Desa Tungke Kec.

Bengo Kab. Bone Sulawesi Selatan (Studi Kasus Upacara Menre Aji

/ Naik Haji). Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab

dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta

http://digilib.uinsuka.ac.id.pdf (rabu, 23 september 21.07)

Ahmad Syauqi. 2012. Makalah Suku Bugis. Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia

http://www.scribd.com/doc/94533757/5-MAKALAH-SUKU-

BUGIS,diakses(minggu, 27 september 2015 13.09)