kebijakan zero odol, kesiapan industri, dan tantangan
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN ZERO ODOL, KESIAPAN INDUSTRI, DAN TANTANGAN MENJAGA PERTUMBUHAN EKONOMI DI
TENGAH PANDEMI COVID-19Sit Dolor Amet
KEBIJAKAN ZERO ODOL, KESIAPAN INDUSTRI, DAN TANTANGAN
MENJAGA PERTUMBUHAN EKONOMI DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Jakarta, 10 Juni 2021
Ir. Muhammad Khayam, MT
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil
Kementerian Perindustrian
KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI SELAMA PANDEMI COVID-19
DAMPAK KEBIJAKAN ZERO ODOL TERHADAP INDUSTRI
KESIMPULAN
OUTLINE
Bagaimanakahdampak Pandemi
Covid-19 terhadap sektor
industri?
KINERJA MAKRO
INDUSTRI
PERTUM-BUHAN
UTILISASI
PMIEKSPOR IMPOR
TENAGA KERJA
KINERJA MAKRO SEKTOR INDUSTRI SELAMA PANDEMI C0VID-19
5
5,06
2019
4,80
❖ Secara umum sejak tahun 2016, nilai pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas selalu berada di bawahnilai pertumbuhan ekonomi. Pandemi yang melanda Indonesia di awal tahun 2020 mengakibatkan pertumbuhansektor industri pengolahan nonmigas mengalami penurunan dari 4,34% menjadi -2,52% (penurunan 158%)
❖ Saat ini industri nasional dalam masa recovery, namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama TW I 2020dan TW I 2021, pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas mengalami penurunan dari 2,01% menjadi-0,71% (penurunan 135%). Pertumbuhan ekomoni dan industri masih dibayangi oleh gelombang pandemiberikutnya.
36,54
9,89
9,37
9,02
7,07
0
7
Jumlah tenaga kerja industri sampai dengan Februari 2021 mengalami penurunan sebesar 5% (yoy).
Impor bahan baku dan bahan penolong
berkurang/terhambat karena adanya pembatasan
operasional industri, berkurangnya permintaan DN
kenaikan kurs dollar terhadap rupiah, akses ke negara
asal terbatas (lockdown), kebijakan negara asal impor
untuk menghemat sumberdayanya, permasalahan
logistik, dsb.
IMPOR
EKSPOR
Pada tahun 2020 ekspor industri meningkat sebagian
karena kehilangan pasar di dalam negeri sehingga
memfokuskan untuk melakukan ekspor. Selain itu
permintaan pada masa pandemi juga meningkat
karena adanya banyak negara produsen yang juga
terpengaruh sehingga produksi/ketersediaan produk
semakin sedikit.
Pada April 2020, PMI Indonesia turun paling tajam hingga sebesar 27,5 (terendah di ASEAN). Namunkembali ekspansif sejak November sampai dengan Desember 2020 dan pada April 2021 menjadi 54,6
Sumber: tradingeconomics, diolahKemenperin
49,351,9
45,3
27,5 28,6
39,1
46,950,8
47,2 47,850,6 51,3 52,2 50,9
53,2 54,6
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20 Mei-20 Jun-20 Jul-20 Aug-20 Sep-20 Okt-20 Nov-20 Des-20 Jan-21 Feb-21 Mar-21 Apr-20
China India Vietnam Indonesia Singapore Thailand Malaysia Philippines
Pemetaan industri yang hard hit/suffer akibat penyebaran Covid-19 sehingga perlu diberi perhatian lebih dan pemetaan industridengan demand tinggi yang bisa memperkuat neraca perdagangan. Pemetaan ini meliputi Industri Kecil, Menengah dan Besar. Secararingkas 60% dari Industri suffer dan 40% Moderat atau demand tinggi. Hal ini akan menyebabkan tertekannya pertumbuhan industri.
P E M E TA A N S E K TO R I N D U S T R I T E R DA M PA K C O V I D - 1 9
RANGKAIAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MASA KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT COVID-19
INSENTIF PAJAK UNTUK DUNIA USAHA YANG TELAH DITERBITKAN
Rasio Konsumsi Produk Industri Indonesia
UPAYA MENDORONG PASAR DOMESTIK
KEBIJAKAN ZERO ODOL, KESIAPAN INDUSTRI, DAN TANTANGAN MENJAGA PERTUMBUHAN EKONOMI DI
TENGAH PANDEMI COVID-19Sit Dolor Amet
DAMPAK KEBIJAKAN
ZERO OVER DIMENSION OVER LOAD
(ZERO ODOL) TERHADAP INDUSTRI
DAMPAK KEBIJAKAN❖ Hasil kajian Tim Peneliti UGM memperlihatkan bahwa setiap 1% penurunan efisiensi aktivitas jasa
transportasi darat dan logistik akibat diterapkannya Zero ODOL akan berdampak pada penurunan PDB rill
Indonesia sebesar 0,057%.
❖ Dibutuhkan tambahan investasi yang besar oleh pengusaha angkutan untuk menambah armada truk dan
lahan parkir. Jumlah kendaraan truk yang dibutuhkan dari beberapa industri berat yaitu semen, keramik,
kaca, pupuk, pulp dan kertas, baja, beton ringan, serta makanan dan minuman akan meningkat sebesar 65%
hingga 112% dari jumlah semula.
❖ Dibutuhkan waktu untuk memenuhi kebutuhan pengemudi angkutan yang memiliki kompetensi sesuai
persyaratan.
❖ Komponen logistik untuk bahan baku yang semula rata-rata sebesar 18% akan meningkat menjadi 25% dan
akumulasi komponen biaya terhadap produk/barang yang diterima konsumen akan naik dari semula
rata-rata 20% menjadi rata-rata 40%.
❖ Terjadinya lonjakan kebutuhan bahan bakar untuk angkutan. Peningkatan kebutuhan solar untuk
angkutan industri semen, beton ringan, kaca, serta pulp dan kertas sebesar 6,35 M liter/tahun dari sebelumya
sebesar 9,72 M liter/tahun
❖ Penambahan penggunaan bahan bakar akan meningkatkan emisi CO2. Mengakibatkan kenaikan emisi CO2
dari industri semen, beton ringan, kaca, serta pulp dan kertas sebesar 149, 27 juta ton. Hal ini bertentangan
dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi CO2 sebesar 29% pada tahun 2030.
❖ Bertambahnya jumlah angkutan truk akan menyebabkan penambahan kepadatan jalan raya (kerugian
waktu, ekonomi, peningkatan potensi kecelakaan).
Penerapan Kebijakan Zero ODOL memerlukan perencanaan yang tepat sasaran agar tidak berdampak
negatif dan menimbulkan shock terhadap makro perekonomian dan khususnya pada perkembangan industri
USULAN
Terdapat 3 (tiga) hal penting yang menjadi catatan dan perlu diselesaikan terlebih dahulu, yaitu :
1. Penyesuaian KEUR/KIR yang ada terhadap desain kendaraan dan kelas jalan;
2. Kebijakan penerapan multi axle;
3. Peningkatan kualitas daya dukung jalan sesuai kelas jalan.
MINIMALISASI PENURUNAN DAYA SAING INDUSTRI
DISELESAIKAN TERLEBIH DAHULU
Beberapa kebijakan yang dapat diambil guna mendukung penerapan Zero ODOL, diantaranya :
• Menyelesaikan 3 poin usulan agar penerapan kebijakan Zero ODL dapat dilaksanakan dengan lebih
baik dan efektif.
• Efisiensi pemilihan moda transportasi dengan cara memilih kendaraan yang sesuai dengan beban dan
volume yang diangkut (transportasi multimoda). Diharapkan pengembangan moda angkutan barang
selain truk seperti kapal laut dan kereta api dapat lebih diintensifkan sebagaimana amanat pada
Peraturan Presiden nomor 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional
sehingga tidak tergantung kepada angkutan darat berupa truk.
• Earmarking penerimaan negara bukan pajak yang diperoleh dari denda ODOL untuk anggaran
perbaikan jalan.
• Pengendalian inflasi harga dengan memberikan kompensasi pemotongan tarif jalan tol bagi kendaraan
yang telah patuh dengan aturan ODOL, dan
• Pemberian insentif bentuk PPh ataupun selain PPh yang diberikan kepada Pengusaha Logistik atau
Pelaku Usaha Pengangkutan Darat.
• Mengedepankan monitoring (pengawasan), legislasi, dan edukasi sebagaimana penerapan ODOL
yang diterapkan dan dilakukan oleh negara lain
REKOMENDASI KEBIJAKAN
KESIMPULAN
• Masa pandemi Covid 19 hingga akhir tahun 2020 secara umum merupakan masaketerpurukan dimana industri fokus pada usaha untuk bertahan dan tidak sampaimenutup usahanya. Pada tahun 2021 industri mulai bangkit kembali, dengandemikian industri telah kehilangan waktu selama 2 tahun untuk persiapanpenerapan kebijakan Zero ODOL.
• Untuk suksesnya penerapan kebijakan Zero ODOL perlu ditindaklanjuti segerapenyelesaian 3 (tiga) poin usulan industri.
• Apabila penyesuaian belum dapat dilaksanakan dan kondisi industri masih belummembaik/kembali memburuk maka dapat dipertimbangkan untuk melakukanpenyesuaian kembali waktu pemberlakuan kebijakan Zero ODOL secarapenuh.
TERIMA KASIH