kebijakan pembangunan pertanian.doc

25
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Dosen Pembimbing : Dr. Ir Sri Marwanti M.S Disusun Untuk Memenuhi Tugas UKD 4 Pembangunan Pertanian DISUSUN OLEH : Nama : Yetty Novita Br Sebayang NIM : H0812193 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Upload: yetty-novita-sebayang

Post on 03-Oct-2015

400 views

Category:

Documents


96 download

TRANSCRIPT

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Dosen Pembimbing : Dr. Ir Sri Marwanti M.S

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UKD 4 Pembangunan Pertanian

DISUSUN OLEH :

Nama:Yetty Novita Br Sebayang

NIM

:H0812193

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangSebagai negara agraris, pertanian merupakan basis ekonomi di Indonesia. Konsistensi pertumbuhan dalam pembangunan pertanian merupakan syarat wajib, bukan suatu opsi, bagi Indonesia untuk secara konsisten melakukan pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia: (1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, (2) sumbangan sektor pertanian terhadap pendapatan nasional cukup besar, (3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis pertumbuhan pedesaan.Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi sektor pertanian keseluruhan. Disisi lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian yang dilakukan oleh investor PMA dan PMDN yang beririentasi pada pasar ekspor umumnya padat modal dan perannya kecil dalam penyerapan tenaga kerja atau lebih banyak menciptakan buruh.

Berdasarkan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya aksesbilitas pada investor asing/swasta besar dibandingkan dengan petani kecil dalam pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia, maka dipandang perlu adanya kebijakan pembangunan pertanian. Melalui kebijakan tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran: (1) mensejahterakan petani, (2) menyediakan pangan, (3) sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah, (4) merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri, (5) menghasilkan devisa, (6) menyediakan lapangan pekerjaan, (7) peningkatan pendapatan nasional, dan (8) tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya.BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian Kebijakan Pembangunan Pertanian Kebijakan pertanian adalah salah satu dari kegiatan untuk masyarakat (public action) yang bertujuan peningkatan taraf hidup secara umum, melalui perbaikan kesempatan ekonomi bagi para petani dan pengembangan struktur progresif dalam kehidupan masyarakat, termasuk rekayasa sistem kelembagaan yang diperlukan sebagai pendukung. Menurut Sutejo (2006), kebijakan pembangunan pertanian adalah usaha terencana yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (explanation) dan preskripsi atau rekomendasi (presription or recomendation) terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan pembangunan pertanian yang telah diterapkan. Merumuskan suatu kebijakan untuk pembangunan pertanian berarti menentukan strategi untuk mengkondisikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan pertanian agar dapat mencapai keadaan yang diinginkan. Upaya mencapai keadaan yang diinginkan ini harus memenuhi kriteria berikut:a. Secara teknis dapat dilaksanakan, artinya teknologi, alat dan keterampilan yang ada dapat dan memadai untuk menjalankan strategi tersebutb. Secara ekonomi menguntungkan, artinya penerapan strategi ini secara finansial memberikan net benefit pihak-pihak yang terlibat di dalamnyac. Secara sosiologis dapat dipertanggungjawabkan, artinya penerapan strategi ini tidak membuat komunitas masyarakat menjadi terganggu keseimbangan harmoninya.d. Secara ekologis berkelanjutan, artinya penerapan strategi ini ramah lingkungan dan tidak menyebabkan terjadinya kerusakan pada sistem keseimbangan lingkungan alami.Secara garis besar kebijakan pertanian memberikan fokus penekanan pada tiga bidang utama yaitu:a. Farm (usaha tani) yaitu bidang kebijakan yang didasarkan pada kenyataan bahwa pertanian adalah usaha keluarga dan karena itu pembangunan pertanian tidak bisa terlepas dari pembangunan keluarga petani secara utuh.b. Price Parity (pasangan harga) yaitu bidang kebijakan yang diarahkan untuk memperoleh tingkat harga yang wajar bagi produk pertanian relatif terhadap produk-produk sektor lainnya dalam perekonomian.c. Bargaining Position (posisi tawar) yaitu bidang kebijakan yang dimaksudkan untuk membantu memperkuat posisi petani sehingga mereka dapat memperoleh insentif yang layak untuk usaha yang mereka jalankan.Sedangkan menurut orientasinya kebijakan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:a. Kebijakan Pengembangan(development policy) danb. Kebijakan Kompensasi (compensating policy).Ruang lingkup politik pertanian meliputi, kebijakan produksi (production policy), kebijakan subsidi (subsidy policy), kebijakan investasi (investment policy), kebijakan harga (price policy), kebijakan pemasaran (marketing policy), dan kebijakan konsumsi (consumption policy).a. Kebijakan Pembangunan Pertanian

Pada dasarnya kebijaksanaan pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan masyarakat pada umumnya dengan meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian, serta meraih peluang dan meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan efisiensi sistem distribusi hasil pertanian, meningkatkan penyediaan bahan baku untuk pengembangan industri, mengurangi kesenjangan, memelihara lingkungan hidup, dan meningkatkan peranan usaha pertanian rakyat. Kebijaksanaan selanjutnya adalah meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mutu dan kesempatan kerja di perdesaan, memantapkan kelembagaan pertanian, serta mengentaskan penduduk dari kemiskinan.2.1Kebijakan Produksi (Production Policy)Masalah pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat penting dari keseluruhanproses pembangunan dan ketahanan nasional suatu bangsa. Pangan menyankut kesejahteraan hidup dan kelangsungan hidup suatu bangsa karena merupakan salah satu kebutuhan manusia, selama itu pula diperlukan pangan karena manusia tidak dapat bertahan hidup lama tanpa makan.Kedudukan pangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang sangat strategis karena:a. Banyaknya pihak yang terlibat dalam bidang produksi, pengolahan, dn distribusib. Meskipun terlihat ada kecenderungan menurunnya total pengeluaran rumh tangga yang dibelanjakan untuk konsumsi bahan pangan, namun masih merupakan bagian terbesar dari seluruh pengeluarannya, terutma untuk pangan beras. Oleh karena itu, pangan di Indonesia sering diidentikkan dengn beras memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan kalori dan gizi penduduk Indonesia.Mengingat arti dan peranan pangan yang sangat penting dalam menunjang kehidupan manusia maka pemerintah Indonesia selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduknya tidak saja ditinjau dai segi kuantitas, tetapi juga dari segi kualitas. Penyediaan pangan yang cukup dapat lebih memantapkan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.Penyediaan pangan dan gizi menjadikan satu sarana yang harus selalu ditingkatkan sebagai landasan untuk pembangunan manusia Indonesia dalam jangka panjang. Jika penyediaan pangan tersebut dikaitkan dengan peningkatan mutu dan gizi penduduk maka dapat membawa konsekuensi yang cukup berat, mengingat jumlah kebutuhan pangan akan selalu meningkat. Dengan demikian pangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia pada tingkat harga yang layak, serta terjangkau oleh daya bermasyarakat.Permasalahan pangan di Indonesia karna adanya ciri-ciri di bidang konsumsi dan produksi. Ciri produksi pangan di Indonesia antara lain:a. Adanya ketimpangan antara tempat yang berkaitan dengan kerumitan dalam pemasaran dan distribusinya.b. Selain produksi pangan tidak merata menurut tempat, juga tidak merata menurut waktu yang pada akhirnya akan menimbulkan kendala tambahan dalam struktur distribusi, serta secara langsung akan berpengaruh terhadap harga yng akan diterima petani dan yang harus dibayarkan oleh konsumenc. Produksi pertanian, khususnya padi-padian setiap tahun selalu berfluktuasi, dipengaruhi oleh kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit tanaman, banjir, bencana alam dan lain-lain.d. Produksi berada ditangan jutaan petani kecil yang tersebar tidak merata dan umumnya mereka hanya mengusahakan lahan relative sempit kurang daro 0,5 Ha, sehingga menyulitkan pengumpulan untuk didistribusikan kedaerah laen yang memerlukannya.Mengingat upaya untuk mencapai tingkat keseimbangan yang tinggi antara pangan dan kesempatan kerja adalah hal yang sangat penting tidak saja ditinjau dari kesejahteraan sosial melainkan juga merupakan usaha yang strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh maka dengan adanya usaha tani yang areanya sempit dan tersebar tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri dalam pengembangan produksi.Sementara itu, konsumsi pangan di Indonesia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:a. Adanya perbedaaan dalam pola konsumi antar tempat. Secara umum, pola konsumsi pangan di Indonesia digolongkan menjadi dua yaitu daerah yang masyarakatnya merupakan konsumen beras utama atau mengarah ke beras dan daerah yang masyarakatnya di samping mengkonsumsi beras juga mengkonsumsi bahan bukan beras sebagai bahan pokoknyab. Tingkat konsumsi yang berbeda antar tempat lebih mempersulit keadaan dalam alokasi dan distribusi pangan.c. Konsumsi pangan meningkat terus, khususnya beras.d. Jumlah penduduk yang cukup besar dan meningkat terus membawa konsekuensi untuk terus meningkatkan penyeediaan kebutuhan pangan.e. Tidak meratanya penyebaran penduduk antar daerah membawa dampak terhadap masalah distribusi pangan.2.2Kebijakan Subsidi (Subsidy Policy)Subsidi diartikan sebagai pembayaran sebagian harga oleh pemerintah sehingga harga dalam negeri lebih rendah daripada biaya rata-rata pembuatan suatu komoditi atau harga internasionalnya. Ada 2 macam subsidi, yaitu subsidi harga produksi dan subsidi harga faktor produksi. Subsidi harga produksi melindungi konsumen dalam negeri, artinya konsumen dala negeri dapat membeli barang yang harganya lebih rendah daripada biaya rata-rata pembuatannya atau harga internasionalnya. Subsidi harga faktor produksi bertujuan untuk melindungi produsen dalam negeri dan dilakukan untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Bentuk subsidi harga faktor produksi dapat berupa biaya angkut faktor produksi ke pelosok atau perbedaan tingkat bunga bank dalam pengambilan kredit. Disamping itu bertujuan untuk melindungi produsen dan konsumen, kebijakan subsidi juga bertujuan untuk memperluas lapangan kerja dan meningkatkan produksi komoditas tertentu untuk mengurangi ketergantungan pada impor.a. Subsidi Harga ProduksiSubsidi ini bertujuan melindungi konsumen dalam negeri, artinya konsumen dalam negeri dapat membeli barang yang harganya lebih rendah daripada biaya rata-rata pembuatan suatu komoditas atau harga internasionalnya. Untuk meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian, khususnya beras, pemerintah memberikan subsidi harga faktor produksi, seperti pupuk, pestisida, dan bibit. Subsidi untuk usaha tani padi yang ditanggung oleh pemerintah untuk mengimpor atau memproduksi pupuk dalam negeri.b. Subsidi Harga Faktor ProduksiUntuk membeli pupuk yang harganya masih relatif mahal, seringkali petani tidak memiliki uang tunai. Untuk itu, petani dapat memperoleh kredit dengan bunga yang relatif rendah. Selisih antara bunga bank sesungguhnya dengan bunga yang harus ditanggung petani, dibayarkan oleh pemerinth dalam bentuk subsidi kepada petani. Selain melindungi produsen dan konsumen, subsidi juga bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan produksi komoditas tertentu untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Subsidi pupuk di Indonesia dimulai tahun 1971, yaitu untuk melengkapi introduksi varietas padi unggul baru. Varietas padi unggul baru tersebut sangat responsive terhadap pupuk. Pengalaman suksesnya subsidi pupuk yang mendorong penggunaan pupuk dan pada giliran selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan produksi merupakan bukti bahwa sesungguhnya petani sangat respon terhadap harga input produksi, tetapi kesuksesan ini juga mempertahankan swasembada, penarikan kembali subsidi faktor produksi ( misalnya, pupuk) harus diikuti dengan peningkatan rasio harga output dan harga input.2.3Kebijakan Investasi (Investment Policy)Kebijakan investasi di Indonesia dikeluarkan oleh badan koordinasi penanaman modal (BKPM) dengan dukungan dari departemen-departemen teknis terkait. BKPM menetapkan skala prioritas untuk usaha tertentu, misalnya pembukaan usaha besar diharapkan menghindari persaingan dengan usaha petani. Berbagai kebijakan investasi dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk merangsang investasi baik oleh swasta nasional maupun swasta asing, namun sampai saat ini investasi dalam sektor pertanian masih relatif kecil. Hal ini disebabkan faktor keuntungan yang dapat diperoleh umumnya lebih kecil dibandingkan investasi disektor industri dan jasa serta berisiko lebih besar dibandingkan dengan sektor industri dan jasa.2.4Kebijakan Harga( Price Policy )Harga merupakan cerminan dari interaksi antara penawaran dan permintaan yang bersumber dari sektor rumah tangga (sebagai sektor konsumsi) dan sektor industri (sebagai sektor produksi). Penetapan harga dasar oleh pemerintah menimbulkan konsekuensi lanjut terhadap pemerintah sehingga pemerintah harus ikut campur tangan dalam rantai pemasarankarena adanya imperfeksi pasaryang merugikan produsen dan atau konsumen.Kebijakan harga produk pertanian bertujuan untuk mencapai salah satu atau kombinasi dari tujuan-tujuan berikut :a. Kontribusi terhadap anggaran pemerintah.b. Pertumbuhan devisa negara.c. Mengurangi ketidakstabilan harga.d. Memperbaiki distribusi pemasaran dan alokasi sumber daya.e. Memberikan arah produksi, serta meningkatkan taraf swasenbada pangan dan serat-seratan.f. Meningkatkan pendapatan dan taraf kesejahteraan penduduk.Keadaan produsen dikatakan lebih baik apabila surplus produsen lebih tinggi dan sebaliknya keadaan konsumen dikatakan lebih baik bila surplus konsumen mengalami kenaikan. Mekanisme kebijakan harga ada 3, antara lain:a. Mekanisme Kebijakan Harga Dasar( Floor Price )Pada musim panen, pemerintah perlu menetapkan harga dasar beras dengan tujuan untuk melindungi produsen beras. Harga dasar ini akan berpengaruh efektif apabila ditetapkan diatas harga ekuilibrium (harga pasar yang berlaku). Harga dasar yang efektif mengakibatkan kelebihan penawaran sehingga terdapat surplus beras yang tidak terjual. Apabila harga P1ini dianggap merugikan petani produsen maka pemerintah dapat menentukan harga dasarsebesarPf. Dengan ditetapkannya harga dasar sebesar Pf, jumlah yang ditawarkan sebesar Q2dan jumlah yang diminta sebesar Qfsehingga terjadi kelebihan penawaran sebesar Q2-Qf. Agar harga di pasar mencapai sebesar Pfmaka pemerintah harus membeli kelebihan penawaran ini.b. Mekanisme Kebijakan Harga Tertinggi( Ceiling Price )Berbeda dengan penetapan harga dasar yang bertujuan untuk melindungi produsen , penetapan harga maksimum adalah untuk melindungi konsumen. Artinya, membeli beras pada waktu terjadi kelebihan penawaran dan mengeluarkan stok beras pada waktu terjadi kelebihan permintaan. Ini berarti bahwa Bulog membeli beras pada saat harga rendah (pada musim panen raya) dan menjualnya kembali pada saat harga tinggi (pada musim paceklik).c. Harga Perangsang( Price Support )Apabila tidak ada stok nasional dan terjadi kelebihan permintaan(excess demand)di pasar domestic maka pemerintah dapat memenuhi kebutuhan beras dengan 2 cara, yaitu mengimpor atau miningkatkan produksi dalam negeri. Apabila pemerintah mengurangi ketergantungan dari luar negeri dan memilih usaha peningkatan produksi dalam negeri maka salah satu caranya adalahdengan menerapkan harga perangsang(price support).2.5Kebijakan Pemasaran( Market Policy )Kegiatan pemerintah untuk mengatur distribusi barang (terutama beras) antar daerah dan atau antar waktu sehingga diantara harga yang dibayarkan konsumen akhir dan harga yang diterima oleh produsen terdapan marjin pemasaran dalam jumlah tertentu sehingga dapat merangsang proses produksi dan proses pemasaran.Pemasaran yang tidak efisien menyebabkan bagian petani(farmers share)menjadi kecil, yang pada gilirannya tidak akan merangsang peninggkatan produksi lebih lanjut. Efisiensi pemasaran biasanya diukur dari besar-kecilnya margin pemasaran, setelah mempertimbangkan berbagai fungsi yang dijalankan dalam kegiatan pemasaran tersebut.a. Margin PemasaranPerbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen disebut dengan margin pemasaran. Selain menerima keuntungan, lembaga pemasaran juga telah mengeluarkan sejumlah biaya untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi- fungsi pemasaran yang dijalankan olehlembaga pemasaran dapat berupa penyimpanan(storage), penggolongan mutu (gradding), standarisasi(standardization), transportasi(transportation), dan engolahan(processing).Dengan demikian, margin pemasaran sama dengan keuntungan ditambah biaya untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran. Selisih antara harga ditingkat pengecer dn harga ditingkat petani disebut margin pemasaran yang besarnya sama dengan hasil kali antara selisih harga tersebut dengan jumlah yang dipasarkan.b. Keseimbangan AntartempatUntuk meningkatkan guna antartempat dibutuhkan biaya transfer, sedangkan untuk meningkatkan guna antarwaktu dibutuhkan biaya penyimpanan. Keseimbangan antartempat dibedakan menjadi 2, yaitu keseimbangan antar tempat tanpa biaya transfer dan keseimbangan antartempat dengan biaya transfer. Biaya transfer adalah biaya yang dibutuhkan untuk memindahkan barang antar dua tempat. Untuk melancarkan pemasaran hasil-hasil pertanian, pemerintah menentukan berbagai kebijakan, antara lain menetapkan rantai pemasaran yang sependek mungkin, membentuk kantor pemasaran bersama atau menetapkan pola, serta menunjuk distributor dan pengecer tertentu untuk komoditi yang tertentu pula.2.6Kebijakan Konsumsi( Consumption Policy )Undang-undang RI No. 7 THN 1996 tentang pangan menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, serta pembuatan makan atau minuman. Perubahan orientasipembangunan di bidang pangan meliputi 5 aspek, antara lain :a. Dari orientasi swasembada beras menjadi swasembada pangann.b. Orientasi pemenuhan kuantitas menjadi orientasi yang menekankan kepada kualitas pangan.c. Orientasi yang berupaya untuk mengatasi situasi yang berlebih melalui mekanisme pasar.d. Orientasi yang menekankan pada upaya mencukupi kebutuhan pangan melalui peningkatan produksi, menjadi orientasi untuk menghasilkanatau memproduksi panganyang sesuai dengan permintaan pasar.e. Orientasi yang menitikberatkan kepada komoditas tunggal menjadi orientasi kapada pangan yang beranekaragam.Keterkaitan antara pendapatan dan permintaan akan pangan disebutkan dalam teori haga bahwa semakin tinggi harga suatu barang cenderung akan mengurangi permintaan akan barang tersebut dan sebaliknya. Pada dasarnya, keragaman atau diversifikasi pangan mencakup 3 lingkup pengertian yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu divesifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Pengetahuan tentang permintaan terhadap keanekaragaman yang direfleksikan oleh perkembangan keanekaragaman konsumsi pangan merupakan hal yang penting berdasarkan beberapa alas an, antara lain :a. Dalam lingkup kepentingan nasional, pengurangan konsumsi beras akan memberikan dampak positif terhadap kelestarian swasembada atau ketahanan dan keamanan pangan.b. Diversifikasi konsumsi akan mengubah alokasi sumber daya kea rah yang lebih efesien, fleksibel, dan stabil.c. Keanekaragaman pangan juga penting dilihat dari segi nutrisi.d. Pengetahuan tentang ketahanan pangan juga akan berguna dalam perumusan strategi pengembangan sistem pangan yang menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan, serta pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaranpangan sampai dengan siap dikonsumsi oleh manusia.Dalam rangka menghadapi sebelas tantangan pembangunan pertanian, pemerintahan Jokowi-JK mengeluarkan kebijakan untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian pada 2015-2019 mencakup kebijakan swasembada, pengembangan produk berdaya saing, serta penguatan sistem dan kelembagaan. Selain itu, perlu adanya pengembangan kawasan pertanian dengan fokus komoditas strategis, pengembangan infrastruktur dan sarana serta kebijakan reformasi birokrasi.a. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai dan bawang merah) yang berdampak bagi perekonomian.

b. Kebijakan pengembangan komoditas ekspor dan substitusi impor serta komoditas penyedia bahan baku bioenergi.

c. Kebijakan peningkatan daya saing produk pertanian melalui standarisasi produk dan proses, peningkatan rantai pasok, mutu dan keamanan pangan

d. Kebijakan pengembangan infrastruktur (lahan, air, sarana dan prasarana) dan agroindustri di perdesaan, sebagai dasar / landasan pengembangan bioindustri berkelanjutan

e. Kebijakan reorientasi memproduksi dari satu jenis produk menjadi multi produk (produk utama, bioenergi, produk sampingan, produk dari limbah, zero waste dan lainnya).

f. Kebijakan pengembangan klaster/kawasan, yaitu pada kawasan tertentu yang mengungkit pencapaian target nasional.

g. Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan petani, kelembagaan petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan, dan kebijakan sistem perkarantinaan pertanian.

h. Kebijakan mendukung program tematik: MP3EI, MP3KI, PUG, KSS, ketenagakerjaan, percepatan daerah tertinggal, kawasan khusus dan wilayah perbatasan.

i. Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta penanganan pasca bencana alam

j. Kebijakan subsidi: (1) subsidi pupuk tetap diperlukan dengan cara mengurangi pupuk tunggal, menaikan subsidi pupuk majemuk, (2) pupuk organik tetap dikembangkan bukan dengan dukungan subsidi, tetapi dialihkan menjadi kegiatan pengembangan pupuk organik, (3) subsidi benih ditiadakan dan dialihkan menjadi kegiatan penguatan penangkar benih/bibit.

k. Kebijakan kredit: (1) kredit ketahanan pangan akan terus dilanjutkan untuk mendorong dn meningkatkan produksi dan produktivitas pangan guna mendukung ketahanan pangan, (2) untuk lebih menjamin teralokasinya kredit untuk pangan, maka plafon kredit dialokasikan menurut subsektor, (3) untuk memecahkan kelangkaan tenaga kerja & menjamin pengelolaan pangan skala luas, maka Kredit Mekanisasi pertaniaan sangat diperlukan, (4) kegiatan sertifikasi tanah diperlukan. sehingga layak kredit.BAB IIIPENUTUP

1. KesimpulanKebijakan pertanian adalah salah satu dari kegiatan untuk masyarakat (public action) yang bertujuan peningkatan taraf hidup secara umum, melalui perbaikan kesempatan ekonomi bagi para petani dan pengembangan struktur progresif dalam kehidupan masyarakat, termasuk rekayasa sistem kelembagaan yang diperlukan sebagai pendukung. Ruang lingkup politik pertanian meliputi, kebijakan produksi (production policy), kebijakan subsidi (subsidy policy), kebijakan investasi (investment policy), kebijakan harga (price policy), kebijakan pemasaran (marketing policy), dan kebijakan konsumsi (consumption policy). Dalam rangka menghadapi sebelas tantangan pembangunan pertanian, pemerintahan Jokowi-JK mengeluarkan kebijakan untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian pada 2015-2019 mencakup kebijakan swasembada, pengembangan produk berdaya saing, serta penguatan sistem dan kelembagaan. Selain itu, perlu adanya pengembangan kawasan pertanian dengan fokus komoditas strategis, pengembangan infrastruktur dan sarana serta kebijakan reformasi birokrasi.2. Saran

Kebijakan yang telah dicetuskan oleh pemerintah sangat baik, harapannya dalam proses pelaksanaannya pemerintah tetap melakukan pengawasan yang baik sehingga sasaran pembangunan pertanian yang ingin dicapai melalui kebijakan tersebut dapat diraih. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2014-2015. http://www.pertanian.go.id/eplanning/tinymcpuk/gambar/file/Setjen.pdf. Diakses pada hari Selasa, 24 Februari 2015 Pukul 20.00 WIB.Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan strategi Revitalisasi. Jakarta: PT. Grasindo.

Rifai, Ade Indrawan. 2012. Dampak Pembangunan sektor pertanian tanaman pangan terhadap perekonomian indonesia.Jakarta : UI Press.