kdrt terhadap kehamilan

9
Kehamilan, sama halnya dengan menarke dan menopause, adalah tahap utama perkembangankehidupan seorang perempuan. Kehamilan dapat membawa kegembiraan dan sebaliknyamerupakan peristiwa yang penuh dengan tekanan dan tantangan. Banyak konflik yang akan timbulseperti adanya tanggung jawab sebagai ibu, kebutuhan akan karier, atau tugas sebagai istri dan ibu.Respons perempuan terhadap kehamilannya berhubungan dengan 5 variabel berikut: • Riwayat kehidupan keluarga • Kepribadian • Situasi kehidupan saat ini • Pengalaman kehamilan sebelumnya • Keadaan dan pengalaman kehamilan sekarang Perubahan psikis yang terjadi selama kehamilan sangat menentukan. Hal ini dapatmengubah perilaku saat dan sesudah melahirkan. O’hara dkk menyatakan bahwa ibu hamil denganlatar belakang kelainan psikologik akan memerlukan perhatian khusus untuk meringankan beban psikologik yang dideritanya. Kendel dkk mendapatkan 10 dati 15 ribu ibu nifas mengalami problem psikis. Kemungkinan terjadinya kelainan psikis pada masa nifas 30 kali lebih besar jikadibandingkan setelah 2 tahun terjadinya persalinan. Menurut Burger dkk ibu hamil yangmengalami penyulit atau gangguan selama hamil dan persalinan akan jatuh dalam keadaan depresi.Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap ibu hamil merupakan masalah yang kerapterjadi dari tahun ke tahun. Bahkan menurut SKRT tahun 2001 Angka kematian ibu/ AKI diIndonesia adalah 307/ 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi/ AKB adalah 35/ 1 000kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003), tidak bisa dibayangkan betapa banyaknya kematian maternitas (ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas) yang terjadi namun masyarakat tidak melihat bahwa masalah tersebut sebagai suatu malapetaka, hal ini menandakan bahwa masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dan tidak maksimalnya ibu hamil dalam

Upload: namira-ahmed

Post on 02-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KDRT Terhadap Kehamilan

Kehamilan, sama halnya dengan menarke dan menopause, adalah tahap utama perkembangankehidupan seorang perempuan. Kehamilan dapat membawa kegembiraan dan sebaliknyamerupakan peristiwa yang penuh dengan tekanan dan tantangan. Banyak konflik yang akan timbulseperti adanya tanggung jawab sebagai ibu, kebutuhan akan karier, atau tugas sebagai istri dan ibu.Respons perempuan terhadap kehamilannya berhubungan dengan 5 variabel berikut:

• Riwayat kehidupan keluarga

• Kepribadian

• Situasi kehidupan saat ini

• Pengalaman kehamilan sebelumnya

• Keadaan dan pengalaman kehamilan sekarang

Perubahan psikis yang terjadi selama kehamilan sangat menentukan. Hal ini dapatmengubah perilaku saat dan sesudah melahirkan. O’hara dkk menyatakan bahwa ibu hamil denganlatar belakang kelainan psikologik akan memerlukan perhatian khusus untuk meringankan beban psikologik yang dideritanya. Kendel dkk mendapatkan 10 dati 15 ribu ibu nifas mengalami problem psikis. Kemungkinan terjadinya kelainan psikis pada masa nifas 30 kali lebih besar jikadibandingkan setelah 2 tahun terjadinya persalinan. Menurut Burger dkk ibu hamil yangmengalami penyulit atau gangguan selama hamil dan persalinan akan jatuh dalam keadaan depresi.Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap ibu hamil merupakan masalah yang kerapterjadi dari tahun ke tahun. Bahkan menurut SKRT tahun 2001 Angka kematian ibu/ AKI diIndonesia adalah 307/ 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi/ AKB adalah 35/ 1 000kelahiran hidup (SDKI, 2002-2003), tidak bisa dibayangkan betapa banyaknya kematian maternitas (ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas) yang terjadi namun masyarakat tidak melihat bahwa masalah tersebut sebagai suatu malapetaka, hal ini menandakan bahwa masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dan tidak maksimalnya ibu hamil dalam mengaktualisasikan haknya seperti yang telah diuraikan diatas karena itu harus menjadi perhatian semua pihak dalam rangka memerangi masalah tersebut. Kekerasan dalam kehamilan sering terjadi baik itu secara fisik, psikis, financial/pembatasan ekonomi dan seksual yang menimbulkan nyeri dan kerusakan yang berdampak lama setelahk ejadian tersebut. Kekerasan pada ibu hamil dapat berdampak langsung maupun tidak langsung pada ibu dan janinnya. Akhibat langsung yang berdampak pada ibu adalah luka, kecacatan fisik ibu, perdarahan, syok, dan meninggal dunia. Sedangkan akhibat tidak langsung pada ibu adalahinfeksi, infertilitas/ kemandulan, meningkatnya kecemasan, depresi, kondisi ibu menjadi lebih buruk (anemia ringan menjadi anemia berat, tidak ada peningkatan berat badan bahkan berat badannya menurun, dll) mungkin ibu menjadi perokok, peminum alcohol, pengguna obat- obatterlarang, tidak ada akses terhadap pelayanan kebidanan, adanya keinginan untuk mengakhirikehidupan janin/aborsi dan mengakhiri kehidupan dirinya/ bunuh diri.(Albertin Y. R. Nggelan,2009)

Page 2: KDRT Terhadap Kehamilan

Dampak pada janin adalah dapat terjadi abortus/keguguran, abratio placenta/ari- ari terlepasdari rahim sebelum persalinan, persalinan prematur, janin mengalami kecacatan, kematian janindalam kandungan. (Harlap & Shiono, 1980)

Dampak kejiwaan lain yang mungkin dialami oleh ibu hamil adalah trauma atau luka jiwa yang disebabkan oleh karena ia mengalami suatu kejadian yang sangat menyakitkan. Bila seorang perempuan hamil menjadi korban kekerasan, kemudian ia mengalami gejala- gejala yang khas seperti mimpi- mimpi buruk (nightmares), ingatan-ingatan akan kejadian yang muncul secara tiba- tiba (flash back), dan gejala tersebut berkepanjangan hingga lebih dari sekitar 30 hari, besar kemungkinan korban mengalami dampak psikologis yang biasa disebut ”dialetika trauma” atau gejala stress pasca trauma seperti:

1). Hyper arousal

Gejala ini sangat dipengaruhi oleh kerja hormonal tubuh yang ikut berubahsehubungan dengan perubahan kondisi psikologis korban. Gejala yang paling umum adalah:agresif, insomnia/sulit tidur, reaksi emosional yang intens, seperti depresi yang menyebabkan korban ingin bunuh diri. Gejala ini merupakan indikasi dari adanya persistent continuing expectation of danger atau perasaan seolah- olah kejadian yang buruk itu akan terus terjadi.

2 ). Intrusion

Merupakan constant reliving of the traumatic event atau korban sungguh-sungguh tidak mampu mengontrol pemunculan ingatan- ingatan akan peristiwa yang menyakitkan itu. Gejala ini biasanya berupa nigthmares/mimpi buruk dan flash back/ingatan- ingatan yang berulang, seperti sebuah kilas balik. Sehinggga dapat dikatakan sebagai kekacauan ingatan.

3). Numbing

Dalam istilah kita mati rasa. Gejala ini pada dasarnya adalah wajar, tetapi menjadi tidak wajar jika terjadi terus menerus sehingga orang menjadi indifferent/acuh tak acuh dan detached/terpisah dari interaksi sosial. Sedangkan ditinjau dari segi perkembangan janin masa prenatal sendiri adalah sebagai berikut: Masa prenatal adalah masa konsepsi atau masa pembuahan sampai dengan masa pertumbuhan. Karakteristik perkembangan pada masa prenatal yaitu proses tahapan perkembangan dari mulai pembuahan sel hingga pembentukan organ tubuh. Masa prenatal dibagi menjadi 3 periode:1. Masa zigot/mudigah. Sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.2. Masa embrio.Sejak kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang sudah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme,terjadi differensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.3. Masa janin/fetus. Sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. masa ini terdiri 2 periode yaitu:O Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intrauterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.

Page 3: KDRT Terhadap Kehamilan

Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung secara pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer imonogoblin (lg G) dari darahdarah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri omega 3 dan omega 6 pada otak dan retina. Periode paling penting dalam masa prenatal adalah pada trimester pertama kehamilan.Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok, asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan toksin, faktor psikologi seperti kekerasan pada ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan janin pada periode ini.

Menurut penelitian Kajsa Åsling Monemi dari Universitas Uppsala, Swedia. Ia melakukan penelitian terhadap sejumlah ibu dan anak di dua negara, Bangladesh dan Nikaragua. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang ibunya kerap menjadi korban kekerasan mengalami pertumbuhan yang kurang baik dan lebih sering sakit dibanding anak-anak lainnya. Kajsa meneliti lebih dari 3000 anak di Bangladesh sejak masih dalam kandungan hingga usianya mencapai 2 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang menjadi korban kekerasan rumah tangga cenderung melahirkan anak dengan berat badan yang kurang dan lamban dalam pertumbuhan.Mereka juga lebih sering mengalami sakit diare dan radang paru-paru. Menurutnya, seorang ibu yang mengalami kekerasan selama masa kehamilan akan membuat perkembangan janin kurang baik. Kesehatan mental sang ibu pasca melahirkan juga sangat mempengaruhi kemampuannya dalam merawat dan memperhatikan sang anak.

Lebih jauh lagi penelitian tersebut mengungkapkan, perempuan yang selalu dibayang- bayangi kekerasan rumah tangga kurang mampu bersosialisasi dan membina hubungan kerja.Sehingga Ia akan mengalami kesulitan ekonomi. Faktor ekonomi juga ditengarai mempengaruhi perkembangan sang anak. Semakin rendah tingkat ekonomi seseorang maka semakin sulit mereka memberikan perawatan yang layak bagi sang anak.Faktor pemicu para suami melakukan kekerasan pada istrinya saat hamil adalah salah satunya karena para suami merasakan stress yang berat menjelang kelahiran sang anak. Stres itu dapat berubah menjadi frustasi yang dapat dijadikan pelampiasan ke istri dan anak yang sedang dikandung. Tetapi penyebab mendasar dari stress berat para suami tersebut masih belum diketahuidan dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Dampak psikologis ke istri selain yang telah disebutkan diatas juga dapat mempengaruhikepedulian ibu terhadap kesehatan bayinya. Juga dampak psikologis jangka panjangnya adalah berpengaruh terhadap perkembangan psikologis si anak sendiri nantinya. Anak tersebut mungkin dapat menjadi saksi kekerasan ayah ke ibunya bahkan dia juga dapat menjadi korban kekerasan itu sendiri. (“Abuse of Pregnant Women and Adverse Birth Outcome.” Journal of the American Medical Association 267: 1992).

Efek psikologis yang lain dari korban adalah malu, takut, penurunan harga diri,menyalahkan diri sendiri, dan depresi, serta penurunan keinginan untuk mencari bantuan. Para korban cenderung tidak mempunyai siapa-siapa untuk membantu dan ketidaktauan untuk mencari bantuankemana. Para korban juga cenderung menolak untuk disebutkan dan diperlakukan sebagai “korban”diduga karena perasaan takutnya tersebut. Dampak lain yang terjadi pada korban kekerasan pada kehamilan adalah para korban tersebut cenderung tidak mempunyai perasaan yang mengikat kepada janin nya, yang normalnyaharus dirasakan ibu hamil pada umumnya.

Page 4: KDRT Terhadap Kehamilan

Korban justru malah merasa anaknya tersebut nantinya setelah lahir akan seperti pelaku kekerasan (Dalam hal ini ayahnya), lalu sebagian dari mereka juga ada yang menganggap bahwa bayinya itu adalah dirinya, bukan bagian dari dirinya, tapi bayi ituadalah dia. Jadi dia merasa bahwa bayi tersebut akan turut merasa hal serupa apa yang ia rasakan dan alami. Contoh pada saat suaminya memarahi atau memukulnya, ia lalu merasa takut dan gugup lalu ketika bayinya menendang di dalam perut nya (lumrah pada setiap kehamilan) Ia merasa bahwa bayinya juga merasa takut dan gugup sama seperti dirinya

Menurut Santrock (2002), yang menguraikan faktor-faktor pemicu penghambat perkembangan anak dari masa fetal sampai lahir, pada periode embrionis yaitu periode perkembangan pra kelahiran yang terjadi dari 2 hingga 8 minggu setelah pembuahan, menyatakan bahwa, ketika seorang perempuan hamil mengalami ketakutan, kecemasan, dan emosi lain yang mendalam, terjadi perubahan psikologis antara lain meningkatnya pernafasan dan sekresi olehkelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan,menghambataliran darah ke daerah kandungan dan dapat membuat janin kekurangan udara. Ibu yang sangat bingung secara emosional mungkin mengalami kontraksi yang tidak teratur dan lebih sulit, yang dapat menyebabkan ketidakadekuatan dalam pemasokan udara kepada bayi atau cenderung menghasilkan kesulitan selama melahirkan.Beberapa bukti penting dipaparkan oleh Dr Julie Quinlivan (2000), yang meneliti remaja di Australia Barat yang sedang hamil. Insidensi KDRT terhadap remaja wanita yang hamil, lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh komunitas. Pada penelitiannya, dia menemukan bahwa peningkatan hormon stress yaitu kortisol pada saat kehamilan, dapat mengakibatkan perkembangan janin yang buruk dan efeknya pada perkembangan otak yaitu terhambatnya perkembangan otak,dan penurunan mielinisasi di sistem saraf pusat. Defek pada mielinisasi mempunyai keterkaitan dengan hyperactive childhood syndromes atau sindrom hiperaktif pada anak seperti ADD (Attention deficit disorder) yaitu merupakan gangguan pemusatan perhatian yang dapat terjadi pada anak. Stres pada wanita hamil akibat kekerasan yang dialaminya dapat menyebabkan hal-hal yang telah disebutkan diatas. Salah satu efeknya itu adalah prematuritas, yang efeknya pada janin intrautero berupa gangguan emosi dan perilaku sebagai berikut:

• Kesulitan belajar/Learning difficulties

• Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

• Perilaku merusak/Disruptive behaviour (suka mengacau, mengganggu, dan memecahkan barang)

• Meningkatkan perilaku agresi/Aggression behaviour (suka menyerang orang lain)

• Meningkatkan risiko dalam hambatan untuk mengatur dan menjaga diri (self regulating)

• Cenderung temperamental

• Gangguan kognitif dan motorik pada bayi di usia 8 bulan (O’Connor, 2002)

Page 5: KDRT Terhadap Kehamilan

Dari segi KUHP, kasus ibu PH dapat disesuaikan dengan pasal 360 KUHP tentangmenyebabkan mati atau luka-luka karena kealpaan. Pasal tersebut berbunyi:

1. Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

2. Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-lukasedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatanatau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lamasembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda palingtinggi empat ribu lima ratus rupiah. Selama hampir empat tahun terakhir ini Indonesia telah memberlakukan Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau yang dikenaldengan nama UU Penghapusan KDRT (disahkan 22 September 2004). UU ini melarang tindak KDRT terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara kekerasan fisik, psikis, seksual atau penelantaran dalam rumah tangga. Orang-orang dalam lingkup rumah tangga yang dimaksud adalah suami, istri, anak, serta orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian, menetap dalam rumah tangga serta orangyang bekerja membantu dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Deklarasi Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan (PBB, 1993)membagi ruang lingkup terjadinya Kekerasan terhadap Perempuan atas 3 lingkup, yaitu di keluarga atau domestic, di masyarakat atau public domain serta dilakukan oleh negara atau state.

Pembagianr uang lingkup ini yang kemudian menguak kejahatan yang selama ini tersembunyi dan ter-'lindungi' dari intervensi luar untuk membantu korban dari berbagai bentuk kekerasan dalam keluarga yang terakhir ini dikenal dengan sebutan domestic violence atau kekerasan dalam rumahtangga.Tercatat sejumlah negara telah lebih dahulu memberlakukan Undang-Undang mengenai domestic violence ini diantaranya Malaysia memberlakukan Akta Keganasan Rumah Tangga(1994), Selandia Baru, Australia, Jepang, Karibia, Meksiko dan beberapa negara bagian diAmerika Serikat. Di Malaysia, tindak penderaan [penganiayaan] fisik terhadap perempuan cukuptinggi jumlahnya, penderaan tersebut dilakukan oleh suami atau teman lelaki korban. Di tahun1989 diperkirakan sebanyak 1.800.000 (36%) perempuan Malaysia yang berumur diatas 15 tahuntelah pengalami pemukulan secara fisik oleh suami atau teman lelakinya. Pemerintah Indonesia telah banyak meratifikasi perjanjian internasional, salah satunya adalah Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination AgainstWomen (CEDAW: Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan) melalui undang-undang no 7 Tahun 1984 tentang pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Selain it pemerintah Indonesia telah menerbitkan undang -undang danKeppres, yaitu UU RI No. 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang kejam, tidak manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia; UURI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia: UU RI No.26 Tahun 2000 tentang PengadilanHAM,UU RI No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga: Keppres No.65 Tahun 2005 tentang Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan:

Page 6: KDRT Terhadap Kehamilan

dan PP No. 4 Tahun2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam RumahTangga. Ratifikasi dan penerbitan undang-undang dan peraturan ini merupakan perwujudan daritanggung jawab pemerintah sesuai dengan amanat UUD 1945 yang menyatakan bahwa semuawarga Negara memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan. Oleh karena itu,segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan Wajib dihapuskan karena tidak sesuai denganPancasila dan Undang-undang Dasar 1945.Dalam ajaran agama Islam pun telah mengatur tatacara dan hukum dalam kehidupan berumah tangga, dalam hal ini memperlakukan istri dengan baik, terutama pada saat istri sedangmengandung. Karena Allah SWT tidak pernah menjelaskan dalam satu ayat pun bahwa wanita dapat diperlakukan semena-mena. Dalam keadaan dan kondisi apapun wanita tetap harusdiperlakukan dengan selayaknya, mengingat kedudukan wanita yang istimewa dimata Islam.